Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Penelitian ini mengkaji komunitas larva ikan di ekosistem padang lamun di Pulau Parang, Karimunjawa;
(2) Terdapat 14 famili larva ikan yang ditemukan dengan dominasi famili Gerreidae, Gobiidae, dan Labridae;
(3) Kualitas perairan mempengaruhi keberadaan larva ikan, dengan suhu 28,5°C-31,14°C dan salinitas 29,5-34°/oo.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau parang, karimunjawa, jawa tengah
1. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21) 1
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
KAJIAN KOMUNITAS LARVA IKAN PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN
DI KAWASAN PULAU PARANG, KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH
Bayu Kreshna Adhitya S.
1
*, Sutrisno Anggoro
2
, Bambang Yulianto
2
dan Mujiyanto
3
1
Mahasiswa Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro
2
Staf PengajarMagister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro
3
Kepala Bidang Teknis BP2KSI, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jatiluhur, Purwakarta
*E-mail: bayu.kreshnaadhitya@gmail.com
Abstrak
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem
laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai
daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan
dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di
5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk
dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012
sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling
larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik
sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu,
yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae
(8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal,
keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E)
rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di
Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian
berlangsung kualitas perairan suhu 28,5
o
C - 31,14
o
C; salinitas 29,5
o
/oo - 34
o
/oo ; pH 7,5 – 8; DO 3,37
ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L;
Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal
Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun
dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan
nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap
kelimpahan larva ikan.
Kata kunci : Karimunjawa, komunitas, Larva Ikan, Padang Lamun
Pengantar
Taman Nasional Karimunjawa secara geografis terletak diantara 5
o
40’ 39” – 5
o
55’ 00” LS dan 110
o
05’ 57” – 110
o
31’ 15” BT dengan 27 pulau besar maupun kecil didalamnya, berada disebelah utara
Pulau Jawa dengan jarak sekitar ± 45mil dari Kabupaten Jepara (Bappeda Kab. Jepara,
2011).Taman Nasional Karimunjawa dikenal sebagai kawasan pelestarian alam dengan tingkat
keanekaragaman (habitat dan biota) yang tinggi yang mewakili ekosistem Pantai Utara Jawa Tengah
(BTNKJ, 2010).
Hasil penelitian WCSIP (2007) dan BTNKJ (2012) menyebutkan bahwa Kawasan Pulau Parang,
Pulau Kumbang, Pulau Kembar dan Pulau Nyamuk yang berada di sebelah barat laut Pulau Besar
Karimujawa merupakan lokasi pemijahan ikan (Spawning Aggregation Site). Area-area tersebut
memiliki ekosistem lamun yang masih baik dan alami sehingga cocok menjadi lokasi pemijahan
komunitas ikan di lokasi tersebut. Williams and Heck (2001) mengatakan bahwa ekosistem lamun
selain berperan sebagai lokasi pemijahan bagi ikan, juga beperan sebagai daerah asuhan bagi
berbagai biota seperti invertebrata laut dan ikan-ikan muda untuk bertahan hidup, menghindari
predator dan bertumbuh kembang. Zainuri (1994) menambahkan bahwa ekosistem padang lamun
merupakan daerah pematangan bagi induk ikan dan penetasan telur, tempat perlindungan serta
penyedia makanan yang berlimpah bagi juvenil ikan.
Permasalahan yang sering muncul di Taman Nasional Karimunjawa adalah aktivitas masyarakat
dalam mengeksploitasi sumberdaya alam, contohnya ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan,
MC-21
2. 2 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
kemudian menyebabkan rusaknya sebagian ekosistem laut yang berdampak pada penurunan
produksi perikanan tangkap di Kepulauan Karimunjawa (Dislutkan Kab. Jepara, 2011).
Berdasarkan uraian-uraian diatas, guna menjawab permasalahan yang ada, diperlukannya kajian
mengenai daerah-daerah di Karimunjawa yang masih alami sebagai sumber stock alami ikan-ikan
muda (larva ikan), mengkaji komposisi dan komunitasnya, juga faktor-faktor fisika kimia yang
mempengaruhinya.
Bahan dan Metode
Waktu
Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau
Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September
2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan
musim barat.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Metode Deskriptif Eksploratif (Hadi, 2000),
kemudian metode pengumpulan data yang digunakan adalah sample survey method (Arikunto,
1993), dan untuk penentuan lokasi sampling menggunakan metode purposive sampling (Hadi, 2000).
Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm
dan bukaan mulut 100 x 40 cm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Identifikasi sampel larva ikan
dilakukan dengan menggunakan panduan identifikasi dari Okiyama (1988), Leiss and Carson-Ewart
(2000) dan SEAFDEC (2007). Parameter kualitas air diukur secara ”in situ”, meliputi pH, suhu (
o
C),
salinitas (ppt), kadar oksigen terlarut (DO). Parameter kimia diukur dengan membawa sampel air ke
laboratorium kimia BP2KSI Jatiluhur, Purwakarta, diantaranya kadar Nitrit (mg/L), Nitrat (mg/L),
Amonium (mg/L), Orthophospat (mg/L) dan BOT (Bahan Organik Terlarut).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Jumlah famili larva ikan yang ditemukan di 5 lokasi selama 3 musim laut adalah 14 famili dengan
jumlah keseluruhannya adalah 375 individu termasuk tambahan 2 jenis larva ikan yang tidak dapat
diidentifikasi dikarenakan sampelnya yang telah rusak.
Gambar 1. Persentase komposisi larva ikan
Atherinidae
(3,47%)
Blennidae (5,60%)
0.27%
Gerreidae
(68,00%)
Gobiidae (10,13%) 0.27%
Labridae (8,27%) 0.27%
1.33%
0.27%
0.27%
0.80%
0.27%
0.27%
0.53%
3. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21) 3
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Komposisi kelimpahan famili yang didapat selama penelitian diantaranya famili Gerreidae (68%;1275
ind/100m
3
), Gobiidae (10,13%; 190ind/100m
3
), Labridae (8,27%;155 ind/100m
3
), Blennidae (5,6%;
105 ind/100m
3
), Atherinidae (3,47%; 65 ind/100m
3
) dan seterusnya (Lampiran 1).
Gambar 2. Kelimpahan larva ikan per famili (ind/100m
3
)
Selama penelitian larva ikan dari jenis Gobiidae dan Labridae hampir ditemukan diseluruh lokasi
penelitian, sedangkan larva dari jenis Gerreidae hanya ditemukan di daerah-daerah tertentu saja
namun memiliki jumlah yang banyak, seperti di Watu Merah dan Pulau Kumbang.
Gambar 3. Indeks biologi
Nilai indeks biologi menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ditunjukkan
pada musim peralihan yakni sebesar 1,742 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman larva ikan
yang ditemukan di musim peralihan dikategorikan sedang (Odum,1993), sedangkan nilai H’ terendah
ada di musim timur (0) dikarenakan hanya 1 jenis famili yang ditemukan di musim tersebut, yakni
famili dari jenis Monacanthidae di Watu Merah. Berbanding terbalik dengan nilai indeks
keanekaragaman, nilai indeks keseragaman (E) menunjukkan angka yang rendah di musim timur dan
peralihan yaitu 0,2 dan 0,312.
Nilai indeks dominansi (C) tinggi terlihat di musim peralihan (0,498) dan musim barat (0,242),
tingginya nilai indeks dominansi di musim peralihan dikarenakan banyak ditemukannya larva ikan dari
famili jenis Gobiidae (Subiyanto et.al, 2008) dan Labridae, dimana larva jenis ikan tersebut banyak
dijumpai pada bulan Juli – Oktober. Nilai indeks dominansi di musim barat juga tinggi dikarenakan
banyaknya individu larva ikan dari famili jenis Gerreidae yang tertangkap di musim tersebut di lokasi
Watu Merah dan Pulau Kumbang. Diketahui bahwa ikan dari famili jenis Gerreidae memijah di 2
periode yakni di bulan maret dan diantara bulan oktober dan desember (Lamtane et.al, 2007). Secara
temporal, umumnya beberapa jenis ikan di Kawasan Pulau Parang memijah di musim peralihan dan
musim barat yakni sekitar bulan september – desember, kemudian beberapa jenis ikan tertentu
memiliki musim memijahnya masing-masing (Sulistiono et.al, 2001).
Keanekaragaman larva ikan secara spasial menunjukkan nilai tertinggi di lokasi Legonboyo (1,294),
Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947), tentunya hal ini didasarkan pada famili jenis larva
ikan yang ditemukan beragam di lokasi tersebut, yakni diantaranya Atherinidae, Blennidae,
1,275
190 155 105 65 25 15 10 5 5 5 5 5 5 5
0.000
1.742
0.857
0.000
0.498
0.245
0.200
0.312
0.575
Musim Timur Musim Peralihan Musim Barat
H'
C
E
4. 4 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gerreidae, Gobiidae, Hemiramphidae, Labridae, Monacanthidae, Siganidae dan Scaridae. Pada
umumnya larva dari jenis famili-famili tersebut menjadikan padang lamun sebagai lokasi memijah,
ketika telah dewasa sebagian akan tetap tinggal (Siganidae, Sebagian jenis Gobiidae, Blennidae,
Gerreidae dan Hemiramphidae) dan sebagian yang lain akan beralih ke ekosistem Mangrove atau
terumbu karang bahkan laut lepas (Gobiidae, Hemiramphidae, Atherinidae, Labridae, Monacanthidae
dan Scaridae).
Keberadaan larva ikan di 5 lokasi sampling ekosistem padang lamun tentunya di pengaruhi oleh
beberapa faktor fisika dan kimia perairan, diantaranya adalah suhu, salinitas, pH, Do, amonium,
nitrat, nitrit, orthofosfat dan BOT air . Kualitas perairan selama kegiatan penelitian berlangsung dapat
digambarkan, yakni suhu berkisar antara 28,5
o
C - 31,14
o
C; salinitas 29,5
o
/oo - 34
o
/oo ; pH 7,5 – 8; DO
3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036
ml/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Faktor suhu dan salinitas
berperan dalam proses metabolisme larva ikan dan Do berperan dalam proses repirasinya, kemudian
faktor kimia (nitrat, BOT dan amoniuim) lainnya berperan sebagai nutrisi bagi pertumbuhan alga
(fitoplankton) sebagai pakan alami dari larva ikan. Nitrit yang masih berada dibawah ambang batas
akan dioksidasi menjadi nitrat yang baik bagi perairan. Fosfat di perairan umumnya dalam bentuk
orthofosfat yang dapat dimanfaatkan oleh alga sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas
perairan (Bahri, 2006). Hasil pengukuran kandungan orthofosfat di Perairan Kawasan Pulau Parang
masih dibawah ambang batas maksimum yang ditetap pada PP No.82 tahun 2001 yaitu sebesar 1
mg/L.
Berdasarkan hasil analisa PCA terhadap data stasiun (Lampiran 2), maka ditiap musimnya, ke 5
stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing (Lampiran 3),
dan hal tersebut menunjukkan parameter-parameter lingkungan yang menjadi ciri atau paling
dominan di stasiun tersebut. Hasil analisa korelasi menunjukkan bahwa parameter perairan nitrit
diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva
ikan, kecuali di lokasi Watu Merah dengan nilai korelasi yang kecil yakni sebesar 0,035.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Larva ikan yang tertangkap sebanyak 375 individuyang terdiri dari 14 famili, beberapa yang dominan
diantaranya,Gerreidae, Gobiidae, Labridae, Blennidae dan Atherinidae. Secara temporal, ikan banyak
memijah di musim peralihan (september) dan musim barat (desember), kemudian secara spasial,
keanekaragaman jenis larva ikan banyak dijumpai di lokasi Legonboyo, Pulau Nyamuk dan Pulau
Kembar. Hasil analisa PCA terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun
dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Hasil analisa korelasi
menunjukkan bahwa parameter perairan nitrit diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan
korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Saran
Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan yang bersifat berkelanjutan dan mendalam serta
mempertimbangkan waktu sampling (pagi, siang, sore dan malam) guna informasi yang lebih rinci
tentang komunitas larva ikan di Kawasan Pulau Parang, Karimunjawa.
Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan
penyelesaian penulisan makalah ini.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Bahri, Andi Faizal. 2006. Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat pada sedimen mangrove yang
termanfaatkan di Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Studi Kasus Pemanfaatan
Ekosistem Mangrove dan Wilayah Pesisir Oleh Masyarakat Di Desa Bulucindea Kecamatan
Bungoro Kabupaten Pangkep. Asosiasi Konservator Lingkungan. Makassar.
5. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21) 5
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Bappeda Kabupaten Jepara, 2011. Perda Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2031. Badan Perencanaan
Pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Jepara. Jepara.
BTNKJ. 2010.Laporan Kegiatan Monitoring Terumbu Karang dan Ikan di SPTN I Kemujan. Balai
Taman Nasional Karimunjawa. Semarang.
Dislutkan Kab. Jepara. 2011. Buku Saku 2011. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara.
Jepara.
Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Jilid III. Penerbit Andy. Yogyakarta.
Lamtane, H. A., H.B. Pratap & S.M.G. Ndaro. 2007. Reproductive biology of Gerres oyena (Pisces:
Gerreidae) along the Bagamoyo Coast, Tanzania. Western Indian Ocean Journal of Marine
Science. ISSN 0856-860X Vol : 6. Issue.1.
Leiss & C. Ewart. 2000. The Larvae of Indo-Pacific Coastal Fishes: An Identification Guide to Marine
Fish Larvae. Fauna Malesiana Hanbooks 2. BRILL. Boston. 850.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gramedia. Jakarta. 697.
Okiyama, M. 1988. An Atlas of the Early Stage Fishes in Japan. Tokai University Press. Tokyo. 1-
1154.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta.
SEAFDEC. 2007. Larval Fish: Identification Guide for the South China Sea and Gulf of Thailand.
Seafdec.
Subiyanto,. Ruswahyuni & D. G. Cahyono. 2008. Komposisi dan distribusi larva ikan pelagis di
Estuaria Pelawangan Timur, Segara Anakan, Cilacap. Jurnal Saintek Perikanan 4(1): 62-63.
Sulistiono, M.F. Rahardjo & M.I.Effendie. 2001. Pengantar Iktioplankton. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
WCSIP, 2007. Laporan Teknis Monitoring Ekologi Taman Nasional Karimujawa 2007. Wildlife
Conservation Society – Asia Pacific Coral Reef Program. Bogor.
Williams, S. W. & K. L.Heck, Jr. 2001. Seagrass Communities. In: M. Bertness, S. Gaines & M. Hay
(Eds.): Marine Community Ecology. Sinauer Press. Sunderland. 317-337.
Zainuri, M., 1994. Siklus Nycthermal Kelimpahan dan Biomassa Zooplankton di Padang Lamun
Zostera marina. Majalah Penelitian Lembaga Penelitian UNDIP. Semarang VIII(23):64-77.
Tanya Jawab
Penanya : Supriadi
Pertanyaan : 1. Berapa ukuran mata jaring yang digunakan untuk alat modifikasi ?
2. Larva Gerres oyena ditemukan pada fase apa ? dan bagaimana
membedakan fase-fase larva ikan ?
Jawaban : 1. Ukuran mata jaring alat sampling larva ikan hasil modifikasi 500µm atau 0,5
mm
2. Gerres oyena yang banyak ditemukan pada fase post larva. Cara
membedakan fase-fase larva ikan:
Bentuk mulut (sudar terbuka atau belum)
Organ pencernaan
Yolk sebagai cadangan makanan
6. 6 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Pigmentasi tubuh larva ikan
Ukuran jenis larva ikan
7. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21) 7
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Lampiran 1. Komposisi Famili Larva Ikan yang ditemukan Selama Penelitian
No Famili N (ind/100m
3
) %
1 Atherinidae 65 3,47%
2 Blennidae 105 5,60%
3 Eleotrididae 5 0,27%
4 Gerreidae 1.275 68,00%
5 Gobiidae 190 10,13%
6 Hemiramphidae 5 0,27%
7 Labridae 155 8,27%
8 Lethrinidae 5 0,27%
9 Monacanthidae 25 1,33%
10 Mugilidae 5 0,27%
11 Pomacentridae 5 0,27%
12 Scaridae 15 0,80%
13 Siganidae 5 0,27%
14 Sparidae 5 0,27%
15 Unidentified Fish 10 0,53%
Total 1875
8. 8 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Lampiran 2. Analisa PCA (Principal Compoonent Analysis)
Gambar 2.1. Biplot Musim Timur
Gambar 2.2. Biplot Musim Peralihan
P. Kumbang
Legon Boyo
P. Nyamuk
Watu Merah
P. Kembar
Suhu
Salinitas
pH
DO
BOT Air
Amonium
NitratNitrit
Fosfat
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
F2(29.12%)
F1 (51.47 %)
Biplot (axes F1 and F2: 80.59 %)
P. Kumbang
Legon Boyo
P. Nyamuk
Watu Merah
P. Kembar
Suhu
Salinitas
pH
DOBOT Air
Amonia
Nitrat
Nitrit
Fosfat
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
F2(28.46%)
F1 (43.53 %)
Biplot (axes F1 and F2: 71.99 %)
9. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21) 9
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gambar 2.3. Biplot Musim Barat
P. Kumbang
Legon Boyo
P. Nyamuk
Watu Merah
P. Kembar
Suhu
Salinitas
pH
DO BOT Air
Amonia
Nitrat
Nitrit
Fosfat
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
F2(30.04%)
F1 (48.56 %)
Biplot (axes F1 and F2: 78.61 %)
10. 10 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-21)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Lampiran 3. Pengelompokan Stasiun dan Ciri Parameternya
Musim Kelompok Stasiun Ciri Parameter
Timur
I Pulau Nyamuk
BOT air
DO
Nitrat
II
Legon Boyo
Salinitas, pH
Pulau Kembar
III Watu Merah amonium
IV Pulau Kumbang
Orthofosfat
Suhu
Nitrit
Peralihan
I Legon Boyo
DO
Amonium
Nitrit
II Watu Merah
Nitrat
Suhu
Salinitas
III
Pulau Nyamuk
pH
Pulau Kumbang
IV Pulau Kembar
BOT air
Orthofosfat
Barat
I Pulau Kumbang
amonium
Salinitas
Nitrit
II Legon Boyo
Orthofosfat
BOT air
III
Watu Merah
DO
Pulau Kembar
IV Pulau Nyamuk Suhu,pH, Nitrat