SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Ucapkan: “Insyâallâh”
                          Oleh: Muhsin Hariyanto
       Berkali-kali saya dengar (banyak) orang mengucapkan kalimat
insyâallâh, dan selanjutnya mereka merasa tak terbebani dengan ucapan itu,
seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. “Sekarang berjanji, besok pun
diingkari”. Kenapa hal itu bisa terjadi?
       Memang, banyak orang di sekitar kita yang sering mengucapkan kata
insyâallâh tanpa menghayati maknanya. Alih-alih menghayati, bisa jadi
mereka ‘tak benar-benar mengerti’ makna kata insyâallâh itu. Lalu,
pertanyaan kita yang kita jawab (selanjutnya) adalah: “Apa makna esensial
dari kata yang terlalu sering kita dengar itu?
      Kata guru ngaji saya, sewaktu saya masih belajar di Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta: “segala sesuatu yang menyangkut
persoalan yang belum terjadi, dalam pengertian ditengarai akan terjadi pada
‘masa yang akan datang’, meskipun sekadar ‘sekejap’, semua orang tidak
bisa memastikan akan benar-benar terjadi, kecuali bila sesuatu itu
dikehendaki Allah untuk benar-benar terjadi.
        Nah, sekarang perhatikan makna firman Allah dalam QS al-Kahfi,
[18]: 23-24:

 َ
‫ول تقولن لشيء إِني فاعل ذلك غدا )٣٢ ( إ ِل ّ أن‬
                 ً َ َ َِ ٌ ِ َ ّ ٍ ْ َ ِ ّ َ ُ َ َ
   َ
‫يشاء الله واذكر ربك إِذا نسيت وقل عسى أن‬
          َ َ ْ ُ َ َ ِ َ َ َ ّّ ُ ْ َ ُ ّ        َ َ
٢٤) ‫)يهدين ربي ل َقرب من هذا رشدا‬
     ً َ َ َ َ ْ ِ َ َ ْ َّ ِ َِ ْ َ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku
akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "insyâallâh". Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan
Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada
(hal) ini".
        Menurut salah satu riwayat, berkaitan dengan sabab an-nuzûl ayat di
atas, ada beberapa orang Quraisy yang bertanya kepada Nabi Muhammad
s.a.w. tentang rûh, kisah ashhâbul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain.
Berawal dari pertanyaan itu beliau pun menjawab: “Datanglah besok pagi


                                      1
kepadaku agar aku ceritakan (untuk menjawab pertanyaan itu)”. Dan beliau
sama sekali tidak mengucapkan kalimat insyâallâh (jika Allah menghendaki).
Ternyata, sampai esok harinya wahyu (yang diharapkan datang untuk
menjawab pertanyaaan itu) terlambat datang untuk menceritakan
(menjawab) hal-hal (perihal pertanyaan) tersebut, dan Nabi s.a.w. pun
(karena belum turunnya wahyu dari Allah) tidak mampu menjawabnya.
Berkaitan dengan hal itu, maka turunlah QS al-Kahfi, [18]: 23-24, sebagai
pelajaran kepada Nabi Muhammad s.a.w.. Dalam hal ini Allah
mengingatkan Nabi s.a.w. (yang telah) lupa menyebut kalimat insyâallâh
ketika berjanji, dan beliau pun menyadari kekhilafannya.
       Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa perkataan Nabi s.a.w. di
atas ‘hendaklah’ disertai dengan kata-kata " insyâallâh" yang artinya "jika
Allah menghendaki atau mengizinkan". Sebab kemungkinan seseorang akan
meninggal dunia sebelum hari besok itu datang dan barangkali ada suatu
halangan, sehingga dia tidak dapat mengerjakan apa yang diucapkannya
itu. Maka bilamana dia menyertakan dengan kata " insyâallâh", tentulah dia
tidak dipandang sebagai pendusta dalam janjinya itu. Sekiranya seseorang
terlupa mengucapkan kata-kata insyâallâh dalam janjinya itu, hendaklah dia
mengucapkan kalimat itu sewaktu dia teringat kapan saja. Sebagai contoh
pernah Rasul s.a.w. mengucapkan kata insyâallâh, setelah dia teringat. Beliau
mengucapkan:

« ‫والله ل َغزون قريشا والله ل َغزون قريشا « . ثم‬
  ّ ُ     ً َْ ُ ّ َ ُ ْ ِ ّ َ ً َْ ُ ّ َ ُ ْ ِ ّ َ
ُ ‫.» سكت ساعة ثم قال :» إِن شاء اللّه‬
        َ َ ْ      َ َ ّ ُ ً َ َ َ َ َ
"Demi Allah aku pasti akan memerangi orang-orang Quraisy, kemudian beliau
diam sesaat, lalu mengucapkan (kata): "insyâallâh". (HR al-Baihaqi dari
Abdullah bin Abbas)
      Sesudah Allah memberikan -- kepada Nabi s.a.w. -- tuntunan tentang
adab terhadap Allah ketika berjanji, atau berniat untuk melakukan suatu
pekerjaan yang akan datang, maka kemudian Allah memerintahkan kepada
rasul-Nya (Muhammad s.a.w.) supaya mengharapkan dengan sangat
kepada-Nya, dengan harapan Allah berkenan untuk memberikan petunjuk
kepada beliau ke jalan yang lebih dekat kepada kebaikan dan lebih kuat
untuk dijadikan alasan bagi kebenaran agama. Allah telah memenuhi
harapan Nabi s.a.w. tersebut dengan menurunkan cerita Nabi-nabi beserta
umat mereka masing-masing pada zaman-zaman yang terkait dengan
keberadaan mereka. Dengan kisah para nabi dan umatnya itu, umat Islam
memeroleh pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka
untuk, baik untuk kehidupan dunia dan akhirat. (Al-Qurthubi, al-Jâmi Li
Ahkâm al-Qurân, juz X, hal. 385)
       Untuk menjawab pertanyaan mengenai makna (esensial) kalimat
insyâallâh, para ulama menjelaskan, bahwa sesuatu yang menyangkut masa
yang akan datang, minimal mencakup lima unsur: (1) pelaku (subjek); (2)
yang diperlakukan (objek); (3) waktu dan tempat kejadian; (4) sebab-
musabab; (5) kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
       Oleh karena itu, misalnya ketika seseorang berkata: “Besok saya akan
pergi ke tempat Mr. X untuk membicarakan masalah X”, sebenarnya orang
tersebut tidak memiliki jaminan apa pun bahwa ia akan tetap bisa hidup
sampai besok dan berkemampuan untuk datang ke tempat Mr. X untuk
membicarakan masalah yang dijanjikannya. Begitu pula Mr. X yang akan
ditemui olehnya, juga tak memiliki jaminan yang sama untuk bisa bertemu
denganya di tempat dan waktu yang dijanjikan. Kalau pun ‘ia’ pada waktu
yang sudah ditentukan ‘bisa pergi’, mungkin waktunya tidak setepat yang
dijanjikan, atau tempatnya pun bisa berubah; atau mungkin saja pada waktu
dan tempat yang telah dijanjikan, mereka berdua itu tidak berkemampuan
untuk melaksanakan niatnya, atau bahkan juga bisa berubah niat untuk
melaksanakannya pada saat dan tempat yang berbeda.
       Kesimpulan pentingnya: “siapa pun sama sekali tidak memiliki
kekuasaan penuh untuk menentukan ‘kelima unsur’ tersebut di atas secara
mandiri, tanpa bergantung pada siapa pun. Semua itu akan terpulang dan
dikembalikan kepada pengaturnya; Allah-lah yang Maha Kuasa untuk
mengatur semua persoalan, termasuk sesuatu yang kita inginkan. Manusia –
sekuat apa pun -- harus menuruti kehendak-Nya. Sehingga ucapan
insyâallâh yang diucapkan oleh setiap orang, bermakna: “Jika Allah
menghendaki atau mengizinkan, semua rencana orang itu pasti akan
terlaksanana. Sebaliknya, bila Allah tidak menghendaki atau mengizinkan,
pasti rencana orang itu pun akan (selalu) gagal.
       Selanjutnya, apa yang seharusnya kita sikapi ketika kita sudah benar-
benar mantap mengucapkan kalimat insyâallâh? Kita – setelah
mengucapkannya -- harus berupaya optimal untuk melaksanakan apa yang
kita niatkan dengan seluruh kemampuan kita, dengan dua sikap yang tak
mungkin kita abaikan: “Sabar dan Tawakal”. Sabar, dalam pengertian:
“bersikap pro-aktif untuk meraih sesuatu yang kita niatkan, (kita)


                                     3
kehendaki, (kita) inginkan, (kita) harapkan, (kita) cita-citakan tanpa ‘kenal’
putus asa”. Diiringi dengan sikap ‘tawakal’, dalam pengertian:
“menyandarkan diri dalam semua usaha kita hanya kepada Allah semata”.
       Jadi, substansi ucapan ‘insyâallâh’ yang telah kita ucapkan, bermakna:
“kita telah benar-benar bertekad untuk melaksanakan apa yang kita niatkan
dan (kita) janjikan seoptimal mungkin, dengan sebuah kesadaran (ilahiah),
bahwa ‘hasil’ dari setiap upaya kita (benar-benar) hanya bergantung pada
kehendak dan izin Allah semata. Tanpa kehendak dan izin Allah, apa pun
yang sudah kita upayakan tidak akan pernah berhasil untuk kita capai,
kapan pun dan di mana pun!
       Sebagai seorang muslim, ketika sudah mengucapkan kalimat
insyâallâh, harus berhimmah untuk beramal shalih seoptimal mungkin
(yang berpotensi mengisi kekosongan hati kita), disertai dengan keinginan
kuat untuk meninggalkan perbuatan ‘dosa’ (maksiat) sekecil apa pun (yang
berpotensi mengotori hati kita), dan dengan (mantap) mengucapkan kalimat
yang menunjukkan kekuatan niat kita: “insyâallâh”, agar kita bisa
membangun sikap ikhlas dalam beramal shalih dan (sekaligus) membangun
budaya “kerja keras dan cerdas” dengan pondasi iman dan taqwa kita
sebagai seorang muslim.
      Sekarang, dengan pengakuan keislaman kita, “bukan saatnya kita
‘bermimpi’. Buktikan bahwa kita bisa ‘beraksi’. Bersama Allah,
insyâallâh, kita “bisa!”
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Selamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikanSelamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikan
 
Bahaya Menggunjing
Bahaya MenggunjingBahaya Menggunjing
Bahaya Menggunjing
 
Ikhbat
IkhbatIkhbat
Ikhbat
 
Gibah
GibahGibah
Gibah
 
Ikhbat
IkhbatIkhbat
Ikhbat
 
Tematik Hadits Penawar Hati
Tematik Hadits Penawar HatiTematik Hadits Penawar Hati
Tematik Hadits Penawar Hati
 
Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekah
 
Al isyfaq
Al isyfaqAl isyfaq
Al isyfaq
 
Al isyfaq
Al isyfaqAl isyfaq
Al isyfaq
 
G h i b a h
G h i b a hG h i b a h
G h i b a h
 
Kajian islam intensif modul 3 Niat
Kajian islam intensif modul 3 NiatKajian islam intensif modul 3 Niat
Kajian islam intensif modul 3 Niat
 
Mengapa Harus Berilmu - v2
Mengapa Harus Berilmu - v2Mengapa Harus Berilmu - v2
Mengapa Harus Berilmu - v2
 
Membuktikan Kebenaran Al-Quran
Membuktikan Kebenaran Al-QuranMembuktikan Kebenaran Al-Quran
Membuktikan Kebenaran Al-Quran
 
Hadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslimHadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslim
 
Remedial agama islam,rica titi nurkhasanah
Remedial agama islam,rica titi nurkhasanahRemedial agama islam,rica titi nurkhasanah
Remedial agama islam,rica titi nurkhasanah
 
Ghibah
GhibahGhibah
Ghibah
 
Khutbah jumat-setahun edisi 1
Khutbah jumat-setahun edisi 1Khutbah jumat-setahun edisi 1
Khutbah jumat-setahun edisi 1
 
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1 Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
 
Asbabbun nuzul
Asbabbun nuzulAsbabbun nuzul
Asbabbun nuzul
 
Ulumul qur'an ii
Ulumul qur'an iiUlumul qur'an ii
Ulumul qur'an ii
 

Viewers also liked

Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01Muhsin Hariyanto
 
Jujur, kiat menuju selamat
Jujur, kiat menuju selamatJujur, kiat menuju selamat
Jujur, kiat menuju selamatMuhsin Hariyanto
 
Berkhalwat, mengapa dilarang
Berkhalwat, mengapa dilarangBerkhalwat, mengapa dilarang
Berkhalwat, mengapa dilarangMuhsin Hariyanto
 
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînKoreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînMuhsin Hariyanto
 
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01Muhsin Hariyanto
 
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah
Fatwa 17 2007_shalat_iftitahFatwa 17 2007_shalat_iftitah
Fatwa 17 2007_shalat_iftitahMuhsin Hariyanto
 
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa
Jadilah pemimpin dan bukan penguasaJadilah pemimpin dan bukan penguasa
Jadilah pemimpin dan bukan penguasaMuhsin Hariyanto
 
5 (lima) penyebab seseorang berputus asa
5 (lima) penyebab seseorang berputus asa5 (lima) penyebab seseorang berputus asa
5 (lima) penyebab seseorang berputus asaMuhsin Hariyanto
 
Menuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsan
Menuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsanMenuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsan
Menuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsanMuhsin Hariyanto
 
Ringkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawi
Ringkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawiRingkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawi
Ringkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawiMuhsin Hariyanto
 
Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?
Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?
Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?olivier
 
Gazette numéro 2 Festival international du film 2014
Gazette numéro 2 Festival international du film 2014Gazette numéro 2 Festival international du film 2014
Gazette numéro 2 Festival international du film 2014olivier
 

Viewers also liked (18)

Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
 
Sang calon penghuni surga
Sang calon penghuni surgaSang calon penghuni surga
Sang calon penghuni surga
 
Jujur, kiat menuju selamat
Jujur, kiat menuju selamatJujur, kiat menuju selamat
Jujur, kiat menuju selamat
 
Salah faham terhadap doa
Salah faham terhadap doaSalah faham terhadap doa
Salah faham terhadap doa
 
Berkhalwat, mengapa dilarang
Berkhalwat, mengapa dilarangBerkhalwat, mengapa dilarang
Berkhalwat, mengapa dilarang
 
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînKoreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
 
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa 01
 
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah
Fatwa 17 2007_shalat_iftitahFatwa 17 2007_shalat_iftitah
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah
 
Menyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirriMenyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirri
 
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa
Jadilah pemimpin dan bukan penguasaJadilah pemimpin dan bukan penguasa
Jadilah pemimpin dan bukan penguasa
 
5 (lima) penyebab seseorang berputus asa
5 (lima) penyebab seseorang berputus asa5 (lima) penyebab seseorang berputus asa
5 (lima) penyebab seseorang berputus asa
 
Beristi'adzah
Beristi'adzahBeristi'adzah
Beristi'adzah
 
Al hilm
Al hilmAl hilm
Al hilm
 
Memahami makna zuhud 01
Memahami makna zuhud 01Memahami makna zuhud 01
Memahami makna zuhud 01
 
Menuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsan
Menuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsanMenuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsan
Menuju kemuliaan hidup dengan ruh al ihsan
 
Ringkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawi
Ringkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawiRingkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawi
Ringkasan buku fiqh ikhtilaf (fikih perbedaan pendapat) dr yusuf qardhawi
 
Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?
Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?
Digital Intelligence : pour une éthique algorithmique ?
 
Gazette numéro 2 Festival international du film 2014
Gazette numéro 2 Festival international du film 2014Gazette numéro 2 Festival international du film 2014
Gazette numéro 2 Festival international du film 2014
 

Similar to Makna Insyaallah

Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar dhoan Evridho
 
Kapan seharusnya kita ucapkan
Kapan seharusnya kita ucapkanKapan seharusnya kita ucapkan
Kapan seharusnya kita ucapkanMuhsin Hariyanto
 
Doa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapDoa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapMuhsin Hariyanto
 
Allah mengabulkan doa setiap orang
Allah mengabulkan doa setiap orangAllah mengabulkan doa setiap orang
Allah mengabulkan doa setiap orangHelmon Chan
 
Jangan berfikir tentang dzat allah swt
Jangan berfikir tentang dzat allah swtJangan berfikir tentang dzat allah swt
Jangan berfikir tentang dzat allah swtErman Hidayat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...
Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...
Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...Muhsin Hariyanto
 
Prinsip Komunikasi Menurut Islam
Prinsip Komunikasi Menurut IslamPrinsip Komunikasi Menurut Islam
Prinsip Komunikasi Menurut IslamTunMastura
 
Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap OrangAllah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap OrangBPPT
 
Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01
Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01
Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01jefri_rofik
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfarKeajaiban istighfar
Keajaiban istighfarPoe Poengs
 
Panduan solat-taubat
Panduan solat-taubatPanduan solat-taubat
Panduan solat-taubatAri Jito
 
5 masa manusia
5 masa manusia5 masa manusia
5 masa manusiaM-64
 

Similar to Makna Insyaallah (20)

Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar
 
Kapan seharusnya kita ucapkan
Kapan seharusnya kita ucapkanKapan seharusnya kita ucapkan
Kapan seharusnya kita ucapkan
 
Doa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapDoa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkap
 
PPTDAURH.ppt
PPTDAURH.pptPPTDAURH.ppt
PPTDAURH.ppt
 
Ridho
RidhoRidho
Ridho
 
Allah mengabulkan doa setiap orang
Allah mengabulkan doa setiap orangAllah mengabulkan doa setiap orang
Allah mengabulkan doa setiap orang
 
Jangan berfikir tentang dzat allah swt
Jangan berfikir tentang dzat allah swtJangan berfikir tentang dzat allah swt
Jangan berfikir tentang dzat allah swt
 
Meraih tujuan puasa
Meraih tujuan puasaMeraih tujuan puasa
Meraih tujuan puasa
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
membiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpujimembiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpuji
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...
Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...
Kapan seharusnya kita ucapkan subhanallah ...
 
Prinsip Komunikasi Menurut Islam
Prinsip Komunikasi Menurut IslamPrinsip Komunikasi Menurut Islam
Prinsip Komunikasi Menurut Islam
 
Beberapa rahasia al quran
Beberapa rahasia al quranBeberapa rahasia al quran
Beberapa rahasia al quran
 
Zikir dan doa
Zikir dan doaZikir dan doa
Zikir dan doa
 
Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap OrangAllah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang
 
Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01
Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01
Keajaibanistighfar 120913210030-phpapp01
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfarKeajaiban istighfar
Keajaiban istighfar
 
Panduan solat-taubat
Panduan solat-taubatPanduan solat-taubat
Panduan solat-taubat
 
5 masa manusia
5 masa manusia5 masa manusia
5 masa manusia
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkaca
 

Makna Insyaallah

  • 1. Ucapkan: “Insyâallâh” Oleh: Muhsin Hariyanto Berkali-kali saya dengar (banyak) orang mengucapkan kalimat insyâallâh, dan selanjutnya mereka merasa tak terbebani dengan ucapan itu, seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. “Sekarang berjanji, besok pun diingkari”. Kenapa hal itu bisa terjadi? Memang, banyak orang di sekitar kita yang sering mengucapkan kata insyâallâh tanpa menghayati maknanya. Alih-alih menghayati, bisa jadi mereka ‘tak benar-benar mengerti’ makna kata insyâallâh itu. Lalu, pertanyaan kita yang kita jawab (selanjutnya) adalah: “Apa makna esensial dari kata yang terlalu sering kita dengar itu? Kata guru ngaji saya, sewaktu saya masih belajar di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta: “segala sesuatu yang menyangkut persoalan yang belum terjadi, dalam pengertian ditengarai akan terjadi pada ‘masa yang akan datang’, meskipun sekadar ‘sekejap’, semua orang tidak bisa memastikan akan benar-benar terjadi, kecuali bila sesuatu itu dikehendaki Allah untuk benar-benar terjadi. Nah, sekarang perhatikan makna firman Allah dalam QS al-Kahfi, [18]: 23-24: َ ‫ول تقولن لشيء إِني فاعل ذلك غدا )٣٢ ( إ ِل ّ أن‬ ً َ َ َِ ٌ ِ َ ّ ٍ ْ َ ِ ّ َ ُ َ َ َ ‫يشاء الله واذكر ربك إِذا نسيت وقل عسى أن‬ َ َ ْ ُ َ َ ِ َ َ َ ّّ ُ ْ َ ُ ّ َ َ ٢٤) ‫)يهدين ربي ل َقرب من هذا رشدا‬ ً َ َ َ َ ْ ِ َ َ ْ َّ ِ َِ ْ َ “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "insyâallâh". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada (hal) ini". Menurut salah satu riwayat, berkaitan dengan sabab an-nuzûl ayat di atas, ada beberapa orang Quraisy yang bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang rûh, kisah ashhâbul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain. Berawal dari pertanyaan itu beliau pun menjawab: “Datanglah besok pagi 1
  • 2. kepadaku agar aku ceritakan (untuk menjawab pertanyaan itu)”. Dan beliau sama sekali tidak mengucapkan kalimat insyâallâh (jika Allah menghendaki). Ternyata, sampai esok harinya wahyu (yang diharapkan datang untuk menjawab pertanyaaan itu) terlambat datang untuk menceritakan (menjawab) hal-hal (perihal pertanyaan) tersebut, dan Nabi s.a.w. pun (karena belum turunnya wahyu dari Allah) tidak mampu menjawabnya. Berkaitan dengan hal itu, maka turunlah QS al-Kahfi, [18]: 23-24, sebagai pelajaran kepada Nabi Muhammad s.a.w.. Dalam hal ini Allah mengingatkan Nabi s.a.w. (yang telah) lupa menyebut kalimat insyâallâh ketika berjanji, dan beliau pun menyadari kekhilafannya. Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa perkataan Nabi s.a.w. di atas ‘hendaklah’ disertai dengan kata-kata " insyâallâh" yang artinya "jika Allah menghendaki atau mengizinkan". Sebab kemungkinan seseorang akan meninggal dunia sebelum hari besok itu datang dan barangkali ada suatu halangan, sehingga dia tidak dapat mengerjakan apa yang diucapkannya itu. Maka bilamana dia menyertakan dengan kata " insyâallâh", tentulah dia tidak dipandang sebagai pendusta dalam janjinya itu. Sekiranya seseorang terlupa mengucapkan kata-kata insyâallâh dalam janjinya itu, hendaklah dia mengucapkan kalimat itu sewaktu dia teringat kapan saja. Sebagai contoh pernah Rasul s.a.w. mengucapkan kata insyâallâh, setelah dia teringat. Beliau mengucapkan: « ‫والله ل َغزون قريشا والله ل َغزون قريشا « . ثم‬ ّ ُ ً َْ ُ ّ َ ُ ْ ِ ّ َ ً َْ ُ ّ َ ُ ْ ِ ّ َ ُ ‫.» سكت ساعة ثم قال :» إِن شاء اللّه‬ َ َ ْ َ َ ّ ُ ً َ َ َ َ َ "Demi Allah aku pasti akan memerangi orang-orang Quraisy, kemudian beliau diam sesaat, lalu mengucapkan (kata): "insyâallâh". (HR al-Baihaqi dari Abdullah bin Abbas) Sesudah Allah memberikan -- kepada Nabi s.a.w. -- tuntunan tentang adab terhadap Allah ketika berjanji, atau berniat untuk melakukan suatu pekerjaan yang akan datang, maka kemudian Allah memerintahkan kepada rasul-Nya (Muhammad s.a.w.) supaya mengharapkan dengan sangat kepada-Nya, dengan harapan Allah berkenan untuk memberikan petunjuk kepada beliau ke jalan yang lebih dekat kepada kebaikan dan lebih kuat untuk dijadikan alasan bagi kebenaran agama. Allah telah memenuhi harapan Nabi s.a.w. tersebut dengan menurunkan cerita Nabi-nabi beserta umat mereka masing-masing pada zaman-zaman yang terkait dengan
  • 3. keberadaan mereka. Dengan kisah para nabi dan umatnya itu, umat Islam memeroleh pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka untuk, baik untuk kehidupan dunia dan akhirat. (Al-Qurthubi, al-Jâmi Li Ahkâm al-Qurân, juz X, hal. 385) Untuk menjawab pertanyaan mengenai makna (esensial) kalimat insyâallâh, para ulama menjelaskan, bahwa sesuatu yang menyangkut masa yang akan datang, minimal mencakup lima unsur: (1) pelaku (subjek); (2) yang diperlakukan (objek); (3) waktu dan tempat kejadian; (4) sebab- musabab; (5) kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, misalnya ketika seseorang berkata: “Besok saya akan pergi ke tempat Mr. X untuk membicarakan masalah X”, sebenarnya orang tersebut tidak memiliki jaminan apa pun bahwa ia akan tetap bisa hidup sampai besok dan berkemampuan untuk datang ke tempat Mr. X untuk membicarakan masalah yang dijanjikannya. Begitu pula Mr. X yang akan ditemui olehnya, juga tak memiliki jaminan yang sama untuk bisa bertemu denganya di tempat dan waktu yang dijanjikan. Kalau pun ‘ia’ pada waktu yang sudah ditentukan ‘bisa pergi’, mungkin waktunya tidak setepat yang dijanjikan, atau tempatnya pun bisa berubah; atau mungkin saja pada waktu dan tempat yang telah dijanjikan, mereka berdua itu tidak berkemampuan untuk melaksanakan niatnya, atau bahkan juga bisa berubah niat untuk melaksanakannya pada saat dan tempat yang berbeda. Kesimpulan pentingnya: “siapa pun sama sekali tidak memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan ‘kelima unsur’ tersebut di atas secara mandiri, tanpa bergantung pada siapa pun. Semua itu akan terpulang dan dikembalikan kepada pengaturnya; Allah-lah yang Maha Kuasa untuk mengatur semua persoalan, termasuk sesuatu yang kita inginkan. Manusia – sekuat apa pun -- harus menuruti kehendak-Nya. Sehingga ucapan insyâallâh yang diucapkan oleh setiap orang, bermakna: “Jika Allah menghendaki atau mengizinkan, semua rencana orang itu pasti akan terlaksanana. Sebaliknya, bila Allah tidak menghendaki atau mengizinkan, pasti rencana orang itu pun akan (selalu) gagal. Selanjutnya, apa yang seharusnya kita sikapi ketika kita sudah benar- benar mantap mengucapkan kalimat insyâallâh? Kita – setelah mengucapkannya -- harus berupaya optimal untuk melaksanakan apa yang kita niatkan dengan seluruh kemampuan kita, dengan dua sikap yang tak mungkin kita abaikan: “Sabar dan Tawakal”. Sabar, dalam pengertian: “bersikap pro-aktif untuk meraih sesuatu yang kita niatkan, (kita) 3
  • 4. kehendaki, (kita) inginkan, (kita) harapkan, (kita) cita-citakan tanpa ‘kenal’ putus asa”. Diiringi dengan sikap ‘tawakal’, dalam pengertian: “menyandarkan diri dalam semua usaha kita hanya kepada Allah semata”. Jadi, substansi ucapan ‘insyâallâh’ yang telah kita ucapkan, bermakna: “kita telah benar-benar bertekad untuk melaksanakan apa yang kita niatkan dan (kita) janjikan seoptimal mungkin, dengan sebuah kesadaran (ilahiah), bahwa ‘hasil’ dari setiap upaya kita (benar-benar) hanya bergantung pada kehendak dan izin Allah semata. Tanpa kehendak dan izin Allah, apa pun yang sudah kita upayakan tidak akan pernah berhasil untuk kita capai, kapan pun dan di mana pun! Sebagai seorang muslim, ketika sudah mengucapkan kalimat insyâallâh, harus berhimmah untuk beramal shalih seoptimal mungkin (yang berpotensi mengisi kekosongan hati kita), disertai dengan keinginan kuat untuk meninggalkan perbuatan ‘dosa’ (maksiat) sekecil apa pun (yang berpotensi mengotori hati kita), dan dengan (mantap) mengucapkan kalimat yang menunjukkan kekuatan niat kita: “insyâallâh”, agar kita bisa membangun sikap ikhlas dalam beramal shalih dan (sekaligus) membangun budaya “kerja keras dan cerdas” dengan pondasi iman dan taqwa kita sebagai seorang muslim. Sekarang, dengan pengakuan keislaman kita, “bukan saatnya kita ‘bermimpi’. Buktikan bahwa kita bisa ‘beraksi’. Bersama Allah, insyâallâh, kita “bisa!” Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta