Tiga kalimat:
Dokumen tersebut membahas pentingnya memenuhi janji dan menghindari dusta, karena Allah melarang perbuatan tersebut. Janji yang tidak ditunaikan dan ucapan dusta dianggap sebagai tanda munafik, terutama bagi para pemimpin.
Tetap kokoh menghadapi setiap makar yang mendistorsi khilafah atau melemahkan...
Hati hati menebar janji
1. 14/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Hati-hati Menebar Janji
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/14/hati-hati-menebar-janji/ 1/2
Hati-hati Menebar Janji
April 14th, 2014 by kafi
Saat ini janji-janji begitu mudah diucapkan. Hampir seluruh parpol peserta pemilu dan para
caleg berlomba mengobral janji-janji mereka. Beragam janji manis dengan entengnya
dilontarkan seolah tanpa beban. Faktanya, janji-janji yang sama juga dilontarkan oleh mereka
sejak pemilu-pemilu sebelumnya. Faktanya pula, janji-janji manis di mulut mereka kebanyakan
pahit dirasakan oleh rakyat. Pasalnya, janji sering tinggal janji, tanpa pernah ada buktinya.
Padahal jelas, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk memenuhi janji-janji kita,
sebagaimana firman-Nya (yang artinya): Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-
janji itu (TQS al-Maidah [5]: 1). Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Penuhilah oleh kalian
janji itu karena sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggung jawaban (TQS al-Isra’ [17]:
34). Allah SWT bahkan memuji siapa saja yang memenuhi janjinya, sebagaimana firman-Nya
(yang artinya): Sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dia buat) dan bertakwa maka
Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (TQS Ali Imran [3]: 76).
Selain itu, Abu Bakar ash-Shiddiq ra pernah berkata dalam khutbahnya setelah Rasulullah
SAW wafat, “Rasulullah SAW pernah berdiri di samping kami seperti aku berdiri saat ini—
seraya Abu Bakar ra. menangis—dan berkata, ‘Kalian harus selalu jujur karena jujur itu
selalu bersama kebaikan. Keduanya ada di surga.’” Muadz bin Jabbal ra juga
bertutur, “Rasulullah SAW pernah berkata kepada diriku, ‘Aku mewasiatkan kepada engkau
agar selalu bertakwa kepada Allah, berkata jujur, menunaikan amanah, memenuhi janji…’”
(An-Nawawi, Riyadh Shalihin, I/94).
Sebaliknya, jika memang kita khawatir janji itu tidak terpenuhi atau kita khawatir mengkhianati
janji kita, maka selayaknya kita tidak boleh banyak mengumbar janji karena janji serupa dengan
utang yang mesti dibayar.
Allah SWT telah mencela orang-orang yang ucapannya tidak sesuai dengan tindakannya,
sebagaimana firman-Nya (yang artinya): Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian
mengucapkan sesuatu yang tidak kalian laksanakan. Sungguh besar kebencian Allah saat
kalian mengucapkan sesuatu yang tidak kalian laksanakan (TQS ash-Shaff [61]: 2-3).
Rasulullah SAW bahkan memasukkan perbuatan tidak memenuhi janji sebagai salah satu
tanda orang munafik. Beliau bersabda sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Tanda
munafik itu ada tiga: jika bicara banyak berdusta; jika berjanji sering mengingkari; jika
diamani banyak mengkhianati.” (Mutaffaq ‘alaih). Dalam riwayat Imam Muslim ditambahkan,
“…meskipun dia berpuasa, shalat dan mengaku dirinya Muslim.”
2. 14/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Hati-hati Menebar Janji
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/14/hati-hati-menebar-janji/ 2/2
Rasulullah SAW juga bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Amr bin al-Ash ra, “Ada empat
perkara yang siapa saja memilikinya maka dia benar-benar seorang munafik. Siapa saja
yang memiliki salah satunya berarti dia memiliki salah satu sifat munafik hingga dia
mencampakkannya: jika diamanahi, dia khianati; jika berbicara, dia berdusta; jika berjanji, ia
mengingkari; jika bersengketa, ia berbuat curang/jahat.” (Mutaffaq ‘alaih).
Karena itu, menepati atau memenuhi janji adalah keharusan, kecuali ada uzur atau alasan. Jika
saat berjanji memang ada niatan untuk tidak memenuhi atau menepati janji tersebut maka itulah
salah satu perbuatan munafik (Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah, I/15).
Demikian pula dusta dalam ucapan dan sumpah; keduanya termasuk ke dalam dosa dan aib.
Abu Bakar ash-SHiddiq ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Kalian mesti
menjauhi dusta karena dusta bersama dengan kejahatan; keduanya ada di neraka.” Abu
Umamah ra. juga menuturkan bahwa Rasululullah saw. pernah bersabda,“Sesungguhnya dusta
adalah salah satu pintu kemunafikan.”
Adapun Imam al-Hasan ra. berkata, “Dikatakan bahwa perbuatan munafik itu adalah berbeda
antara sembunyi dan terang-terangan; antara ucapan dan tindakan; dan antara masuk dan
keluar. Sesungguhnya pangkal perbuatan munafik adalah dusta.” Imam al-Hasan ra. juga
berkata,“Sungguh besar pengkhianatan jika kamu berbicara kepada saudaramu dengan
suatu ucapan, lalu saudaramu itu membenarkannya, sementara kamu malah berdusta.” (Al-
Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, I/292-231).
Apalagi jika pengkhianatan janji itu dilakukan oleh para pemimpin dan para calon pemimpin
masyarakat. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap pengkhianat memiliki panji pada Hari Kiamat
kelak sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Ingatlah, tidak ada pengkhianatan yang lebih
besar dari (pengkhianatan) seorang pemimpin masyarakat.” (HR Muslim).Wallahu a’lam [] abi
Baca juga :
1. Nafâits Tsamârat: Hati-hati Kehilangan Surga
2. Hati Yang Hina
3. Hati-hati Produk Haram Banyak Beredar di Pasaran!!
4. Bersikap Jujur, Menjauhi Dusta
5. Allah Menyatukan Hati Mereka