SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Memahami Makna Zuhud
Prolog
Akhir-akhir ini banyak orang yang – karena keinginannya –
bersikap zuhud, tetapi pelaksanaannya justeru terkesan
‘berlebihan’ dan bahkan menyalahi konsep dasarnya.
Sehingga seolah-olah Islam – dengan pengamalan zuhud
umatnya --- telah mengajarkan kepada umatnya untuk
menjadi manusia dan komunitas ‘antidunia’. Mereka tidak
mau menjadi orang kaya, orang pintar dan memiliki
jabatan yang tinggi, karena kekhawatirannya akan
‘terjebak’ ke dalam lembah kemaksiatan. Padahal, bagi
seorang zahid (seorang yang bersikap zuhud), semua itu
sangat bergantung pada ‘bagaimana’ dia menyikapinya.
Bahkan, seorang zahid sejati, ‘dunia’ dan segala macam
kenikmatan yang ada di dalamnya bisa dia gunakan –
secara optimal -- sebagai jembatan emas menuju ridha
Allah, sehingga ‘Dia’ bisa memeroleh dua kebahagiaan
sejati dalam satu kesempatan: “kebahagiaan duniawi dan
ukhrawi’.
Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama
saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia
dengan segala macam perbendaharaannnya. Apakah itu kekuasaan, harta,
kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, zuhud adalah
karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan
mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini,
seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari mayoritas manusia yang
terkena fitnah dunia. Apalagi seorang bagi para pempimpin umat (ulama
dan umara’).
Rasulullah s.a.w. bersabda,
‫دي‬ِ ‫ي‬ْ ‫أ‬َ ‫في‬ِ ‫ما‬َ ‫في‬ِ ‫د‬ْ ‫ه‬َ ‫ز‬ْ ‫وا‬َ ، ‫ه‬ُ ‫ل‬ّ ‫ال‬ ‫ك‬َ ‫ب‬ّ ‫ح‬ِ ‫ي‬ُ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫في‬ِ ‫د‬ْ ‫ه‬َ ‫ز‬ْ ‫ا‬
‫ناس‬ّ ‫ال‬ ‫ك‬َ ‫ب‬ّ ‫ح‬ِ ‫ي‬ُ ‫س‬ِ ‫نا‬ّ ‫.ال‬
1
”Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan
zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia pun akan
mencintaimu” (HR Ibnu Majah, ath-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim
dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi)
Makna dan Hakikat Zuhud
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap dalam hadis Nabi s.a.w..
Misalnya, beliau pernah bersabda,
.‫في‬ِ ‫ن‬ْ ‫ك‬ُ ‫ل‬ٍ ‫بي‬ِ ‫س‬َ ‫ر‬ُ ‫ب‬ِ ‫عا‬َ ‫و‬ْ ‫أ‬َ ، ‫ب‬ٌ ‫ري‬ِ ‫غ‬َ ‫ك‬َ ‫ن‬ّ ‫أ‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫في‬ِ ‫ن‬ْ ‫ك‬ُ
‫ر‬َ ‫م‬َ ‫ع‬ُ ‫ن‬ُ ‫ب‬ْ ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫كا‬َ ‫و‬َ ، ‫ل‬ٍ ‫بي‬ِ ‫س‬َ ‫ر‬ُ ‫ب‬ِ ‫عا‬َ ‫و‬ْ ‫أ‬َ ، ‫ب‬ٌ ‫ري‬ِ ‫غ‬َ ‫ك‬َ ‫ن‬ّ ‫أ‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬
‫ت‬َ ‫ح‬ْ ‫ب‬َ ‫ص‬ْ ‫أ‬َ ‫ذا‬َ ‫إ‬ِ ‫و‬َ ، ‫ح‬َ ‫با‬َ ‫ص‬ّ ‫ال‬ ‫ر‬ِ ‫ظ‬ِ ‫ت‬َ ‫ن‬ْ ‫ت‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬َ ‫ت‬َ ‫ي‬ْ ‫س‬َ ‫م‬ْ ‫أ‬َ ‫ذا‬َ ‫إ‬ِ ‫ل‬ُ ‫قو‬ُ ‫ي‬َ
‫ن‬ْ ‫م‬ِ ‫و‬َ ‫ك‬َ ‫ض‬ِ ‫ر‬َ ‫م‬َ ‫ل‬ِ ‫ك‬َ ‫ت‬ِ ‫ح‬ّ ‫ص‬ِ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ ‫ذ‬ْ ‫خ‬ُ ‫و‬َ ‫ء‬َ ‫سا‬َ ‫م‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ر‬ِ ‫ظ‬ِ ‫ت‬َ ‫ن‬ْ ‫ت‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬َ
‫ك‬َ ‫ت‬ِ ‫و‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ِ ‫ك‬َ ‫ت‬ِ ‫يا‬َ ‫ح‬َ .
“Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara."
Ibnu Umar juga berkat:; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu
menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka
janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu,
dan hidupmu sebelum matimu.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Majah,
Ahmad bin Hanbal’ Ibnu Hibban, Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari
Abdullah bin Umar).
Selanjutnya Rasulullah s.a.w. mencontohkan langsung kepada para
sahabat dan umatnya bagaimana hidup di dunia. Beliau adalah orang yang
paling rajin bekerja dan beramal shalih, paling semangat dalam ibadah,
paling gigih dalam berjihad. Tetapi pada saat yang sama beliau tidak
mengambil hasil dari semua jerih payahnya di dunia berupa harta dan
kenikmatan dunia. Kehidupan Rasulullah s.a.w. sangat sederhana dan
bersahaja. Beliau lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat dan
keridhaan Allah SWT.
2
Ibnu Mas’ud r.a. melihat Rasulullah s.a.w. tidur di atas kain tikar
yang lusuh sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata,
‫ن‬َ ‫م‬ِ ‫ك‬َ ‫قي‬ِ ‫ي‬َ ‫شا‬ً ‫را‬َ ‫ف‬ِ ‫ك‬َ ‫ل‬َ ‫نا‬َ ‫ذ‬ْ ‫خ‬َ ‫ت‬ّ ‫ا‬ ‫نا‬َ ‫ت‬َ ‫ر‬ْ ‫م‬َ ‫أ‬َ ‫و‬ْ ‫ل‬َ ‫ا‬ِ ‫ل‬َ ‫سو‬ُ ‫ر‬َ ‫يا‬َ
:‫ما‬َ ‫ن‬ّ ‫إ‬ِ ،‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫وال‬َ ‫نا‬َ ‫أ‬َ ‫ما‬َ ‫و‬َ ،‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫لل‬ِ ‫و‬َ ‫لي‬ِ ‫ما‬َ ‫ل‬َ ‫قا‬َ ‫ف‬َ ‫ر؟‬ِ ‫صي‬ِ ‫ح‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬
‫م‬ّ ‫ث‬ُ ‫ة‬ٍ ‫ر‬َ ‫ج‬َ ‫ش‬َ ‫ت‬َ ‫ح‬ْ ‫ت‬َ ‫ل‬ّ ‫ظ‬َ ‫ت‬َ ‫س‬ْ ‫ا‬ ‫ب‬ٍ ‫ك‬ِ ‫را‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫ل‬ُ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫و‬َ ‫لي‬ِ ‫ث‬َ ‫م‬َ
‫ها‬َ ‫ك‬َ ‫ر‬ْ ‫ت‬َ ‫و‬َ ‫ح‬َ ‫را‬َ .
”Wahai Rasulullah s.a.w., bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur?” Maka
Rasulullah s.a.w. menjawab, ”Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia
seperti pengendara yang mampir sejenak di bawah pohon, kemudian pergi dan
meninggalkannya.” (HR at-Tirmidzi)
Para ulama memperjelas makna dan hakikat zuhud. Secara syar’i,
zuhud bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan.
Abu Idris Al-Khaulani berkata, ”Zuhud terhadap dunia bukanlah
mengharamkan yang halal dan membuang semua harta. Akan tetapi (zuhud
terhadap dunia adalah) lebih menyakini apa yang ada di sisi Allah
ketimbang apa yang ada di tangan kita. Dan jika kita ditimpa musibah,
maka kita sangat berharap untuk mendapatkan pahala. Bahkan ketika
musibah itu masih bersama kita, kita pun berharap bisa menambah dan
menyimpan pahalanya.” Ibnu Khafif berkata, ”Zuhud adalah menghindari
dunia tanpa terpaksa.” Ibnu Taimiyah berkata: ”Zuhud adalah
meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti, sedangkan Wara’
adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di akhirat nanti.”
Rasulullah s.a.w. juga bersabda,
‫ن‬ْ ‫أ‬َ ‫شى‬َ ‫خ‬ْ ‫أ‬َ ‫ني‬ّ ‫ك‬ِ ‫ل‬َ ‫و‬َ ‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫ي‬ْ ‫ل‬َ ‫ع‬َ ‫شى‬َ ‫خ‬ْ ‫أ‬َ ‫ر‬َ ‫ق‬ْ ‫ف‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ما‬َ ‫ه‬ِ ‫ل‬ّ ‫وال‬َ ‫ف‬َ
‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫ل‬َ ‫ب‬ْ ‫ق‬َ ‫ن‬ْ ‫م‬َ ‫لى‬َ ‫ع‬َ ‫ت‬ْ ‫ط‬َ ‫س‬ِ ‫ب‬ُ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫م‬ُ ‫ك‬ُ ‫ي‬ْ ‫ل‬َ ‫ع‬َ ‫ط‬َ ‫س‬َ ‫ب‬ْ ‫ت‬ُ
‫هم‬ُ ‫ت‬ْ ‫ك‬َ ‫ل‬َ ‫ه‬ْ ‫أ‬َ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫ك‬َ ‫ل‬ِ ‫ه‬ْ ‫ت‬ُ ‫و‬َ ‫ها‬َ ‫سو‬ُ ‫ف‬َ ‫نا‬َ ‫ت‬َ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫ها‬َ ‫سو‬ُ ‫ف‬َ ‫نا‬َ ‫ت‬َ ‫ف‬َ .
3
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi aku takut pada
kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana telah dibuka bagi umat sebelum
kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan
menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (Muttafaqun
‘Alaihi dari ‘Amr bin ‘Auf)
Dalama hadis lainnya, Rasulullah s.a.w. bersabda,
‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫د‬ُ ‫ح‬َ ‫أ‬َ ‫ل‬ُ ‫ع‬َ ‫ج‬ْ ‫ي‬َ ‫ما‬َ ‫ل‬ُ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫ل‬ّ ‫إ‬ِ ، ‫ة‬ِ ‫ر‬َ ‫خ‬ِ ‫ال‬ ‫في‬ِ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫ل‬ُ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫ما‬َ
‫ع‬ُ ‫ج‬ِ ‫ر‬ْ ‫ي‬َ ‫م‬َ ‫ب‬ِ ‫ر‬ْ ‫ظ‬ُ ‫ن‬ْ ‫ي‬َ ‫ل‬ْ ‫ف‬َ ، ‫م‬ّ ‫ي‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫في‬ِ ‫ه‬ُ ‫ع‬َ ‫ب‬َ ‫ص‬ْ ‫إ‬ِ .
“Demi Allah, perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang menyelupkan
tangannya ke dalam lautan, lihatlah apa yang tersisa.” (HR Muslim dan Ibnu
Majah dari Mustaurid)
Tanda-tanda Zuhud
Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud,
yaitu: pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih
karena hal yang hilang. Kedua, sama saja di sisinya orang yang mencela dan
mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan. Ketiga,
hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh
lezatnya ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan.
Tingkatan Zuhud
Zuhud orang-orang beriman memiliki tingkatan. (1) zuhud terhadap
yang haram, (2) zuhud terhadap yang makruh, (3) zuhud terhadap yang
syubhat, dan (4) zuhud terhadap segala urusan dunia yang tidak ada
manfaatnya untuk kebaikan hidup di akhirat.
Zuhud terhadap yang haram hukumnya wajib. Orang-orang beriman
harus zuhud atau meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan Allah.
Bahkan sifat-sifat orang beriman, bukan hanya meninggalkan yang
diharamkan, tetapi meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna.
Kualitas keimanan dan keislaman seseorang sangat terkait dengan
kemampuannya dalam meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna.
4
Rasulullah s.a.w. bersabda,
‫ن‬ّ ‫إ‬ِ‫ه‬ِ ‫ني‬ِ ‫ع‬ْ ‫ي‬َ ‫ل‬َ ‫ما‬َ ‫ه‬ُ ‫ك‬ُ ‫ر‬ْ ‫ت‬َ ‫ء‬ِ ‫ر‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ِ ‫ل‬َ ‫س‬ْ ‫إ‬ِ ‫ن‬ِ ‫س‬ْ ‫ح‬ُ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ .
”Sesungguhnya di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-
hal yang tidak berguna.” (HR At-Tirmidzi dari Ali bin Husain)
Imam Ahmad mengatakan, ”Zuhud ada tiga bentuk. Pertama,
meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang pada
umumnya (‘awwâm). Kedua, meninggalkan berlebihan terhadap yang halal,
ini adalah zuhudnya golongan yang khusus (khawwâsh). Ketiga,
meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat Allah,
dan ini adalah zuhudnya orang-orang yang meiliki sikap (‘ârif).”
Epilog: “Kesalahpahaman terhadap Zuhud”
Banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak
yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta,
menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan
yang halal. Tidak demikian, karena meninggalkan harta
adalah sangat mudah, apalagi jika mengharapkan pujian
dan popularitas dari orang lain. Zuhud yang demikian
sangat dipengaruhi oleh pikiran sufi yang berkembang di
dunia Islam. Kerja mereka cuma minta-minta mengharap
sedekah dari orang lain, dengan mengatakan bahwa dirinya
ahli ibadah atau keturunan Rasulullah s.a.w.. Padahal Islam
mengharuskan umatnya agar memakmurkam bumi,
bekerja, dan menguasai dunia, tetapi pada saat yang sama
tidak tertipu oleh dunia. Segala yang halal itu jelas dan
segala yang haram itu jelas, di antara keduanya ada yang
syubhat yang harus kita jauhi dan tinggalkan. Semoga
Allah menjadi kita bagian orang yang zuhud dan diberi kita
pemimpin zuhud yang membimbing kita dalam
memakmurkan dunia, dengan tetap ingat kepada Allah.
5
Rasulullah s.a.w. bersabda,
‫ن‬ّ ‫إ‬ِ‫ه‬ِ ‫ني‬ِ ‫ع‬ْ ‫ي‬َ ‫ل‬َ ‫ما‬َ ‫ه‬ُ ‫ك‬ُ ‫ر‬ْ ‫ت‬َ ‫ء‬ِ ‫ر‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ِ ‫ل‬َ ‫س‬ْ ‫إ‬ِ ‫ن‬ِ ‫س‬ْ ‫ح‬ُ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ .
”Sesungguhnya di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-
hal yang tidak berguna.” (HR At-Tirmidzi dari Ali bin Husain)
Imam Ahmad mengatakan, ”Zuhud ada tiga bentuk. Pertama,
meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang pada
umumnya (‘awwâm). Kedua, meninggalkan berlebihan terhadap yang halal,
ini adalah zuhudnya golongan yang khusus (khawwâsh). Ketiga,
meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat Allah,
dan ini adalah zuhudnya orang-orang yang meiliki sikap (‘ârif).”
Epilog: “Kesalahpahaman terhadap Zuhud”
Banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak
yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta,
menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan
yang halal. Tidak demikian, karena meninggalkan harta
adalah sangat mudah, apalagi jika mengharapkan pujian
dan popularitas dari orang lain. Zuhud yang demikian
sangat dipengaruhi oleh pikiran sufi yang berkembang di
dunia Islam. Kerja mereka cuma minta-minta mengharap
sedekah dari orang lain, dengan mengatakan bahwa dirinya
ahli ibadah atau keturunan Rasulullah s.a.w.. Padahal Islam
mengharuskan umatnya agar memakmurkam bumi,
bekerja, dan menguasai dunia, tetapi pada saat yang sama
tidak tertipu oleh dunia. Segala yang halal itu jelas dan
segala yang haram itu jelas, di antara keduanya ada yang
syubhat yang harus kita jauhi dan tinggalkan. Semoga
Allah menjadi kita bagian orang yang zuhud dan diberi kita
pemimpin zuhud yang membimbing kita dalam
memakmurkan dunia, dengan tetap ingat kepada Allah.
5

More Related Content

What's hot (20)

BAB II MATERI HAJI DAN UMRAH
BAB II MATERI HAJI DAN UMRAHBAB II MATERI HAJI DAN UMRAH
BAB II MATERI HAJI DAN UMRAH
 
Ppt Haji dan Umroh (Fiqih)
Ppt Haji dan Umroh (Fiqih) Ppt Haji dan Umroh (Fiqih)
Ppt Haji dan Umroh (Fiqih)
 
Materi haji dan umrah
Materi haji dan umrahMateri haji dan umrah
Materi haji dan umrah
 
Hikmah ibadah haji
Hikmah ibadah hajiHikmah ibadah haji
Hikmah ibadah haji
 
Perbedaan haji dan umroh
Perbedaan haji dan umrohPerbedaan haji dan umroh
Perbedaan haji dan umroh
 
Hadits arbain nawawiah
Hadits arbain nawawiahHadits arbain nawawiah
Hadits arbain nawawiah
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
PPT BAB III PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH
PPT BAB III PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAHPPT BAB III PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH
PPT BAB III PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH
 
Haji dan umrah
Haji dan umrahHaji dan umrah
Haji dan umrah
 
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih) Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
 
Materi haji dan umrah
Materi haji dan umrahMateri haji dan umrah
Materi haji dan umrah
 
Manasik haji dan umrah
Manasik haji dan umrahManasik haji dan umrah
Manasik haji dan umrah
 
Haji dan Umrah
Haji dan UmrahHaji dan Umrah
Haji dan Umrah
 
Haji dan Umrah
Haji dan UmrahHaji dan Umrah
Haji dan Umrah
 
haji-dan-umrah
 haji-dan-umrah haji-dan-umrah
haji-dan-umrah
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
Pp haji dan umrah
Pp haji dan umrahPp haji dan umrah
Pp haji dan umrah
 
PPT Haji dan Umrah
PPT Haji dan UmrahPPT Haji dan Umrah
PPT Haji dan Umrah
 
(7)umrah (1)
(7)umrah (1)(7)umrah (1)
(7)umrah (1)
 
Bab 6 Haji dan Umrah
Bab  6 Haji dan UmrahBab  6 Haji dan Umrah
Bab 6 Haji dan Umrah
 

Similar to ZuhudDunia

kemiskinankah yang kita takutkan
 kemiskinankah yang kita takutkan kemiskinankah yang kita takutkan
kemiskinankah yang kita takutkanR&R Darulkautsar
 
Ziarah antara muslimah
Ziarah antara muslimahZiarah antara muslimah
Ziarah antara muslimahSarah Alfarisy
 
01 Pentingnya Ngaji.pptx
01 Pentingnya Ngaji.pptx01 Pentingnya Ngaji.pptx
01 Pentingnya Ngaji.pptxKaffah Priority
 
Khutbah jumat sunda
Khutbah jumat sundaKhutbah jumat sunda
Khutbah jumat sundaDani Al-Fath
 
KEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdf
KEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdfKEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdf
KEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdfjihannasfaira
 
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinanMeluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinanMuhsin Hariyanto
 
Manasik umroh Namira Tour
Manasik umroh Namira TourManasik umroh Namira Tour
Manasik umroh Namira TourSyaiful Anwar
 
Ulul albab (2) 1
Ulul albab (2) 1Ulul albab (2) 1
Ulul albab (2) 1farhan207
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasadHelmon Chan
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalzaida.masruroh
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalzaida.masruroh
 
Umroh transformatif smg 2014
Umroh transformatif smg 2014Umroh transformatif smg 2014
Umroh transformatif smg 2014Fori Suwargono
 
Bab 8 menghindari akhlak tercela
Bab 8 menghindari akhlak tercelaBab 8 menghindari akhlak tercela
Bab 8 menghindari akhlak tercelaSD Negeri Sempu
 
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAHMATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAHwiyata eljawi
 

Similar to ZuhudDunia (20)

ZUHUD.pptx
ZUHUD.pptxZUHUD.pptx
ZUHUD.pptx
 
kemiskinankah yang kita takutkan
 kemiskinankah yang kita takutkan kemiskinankah yang kita takutkan
kemiskinankah yang kita takutkan
 
zuhud.docx
zuhud.docxzuhud.docx
zuhud.docx
 
Ziarah antara muslimah
Ziarah antara muslimahZiarah antara muslimah
Ziarah antara muslimah
 
01 Pentingnya Ngaji
01 Pentingnya Ngaji01 Pentingnya Ngaji
01 Pentingnya Ngaji
 
01 Pentingnya Ngaji.pptx
01 Pentingnya Ngaji.pptx01 Pentingnya Ngaji.pptx
01 Pentingnya Ngaji.pptx
 
Dunia jambatan akhirat
Dunia jambatan akhiratDunia jambatan akhirat
Dunia jambatan akhirat
 
Ayat wa hadis ahkam
Ayat wa hadis ahkamAyat wa hadis ahkam
Ayat wa hadis ahkam
 
Khutbah jumat sunda
Khutbah jumat sundaKhutbah jumat sunda
Khutbah jumat sunda
 
KEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdf
KEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdfKEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdf
KEL_6_-_Konsep_Zuhud_Iffah_Tawadhu.pdf
 
Hijrah
HijrahHijrah
Hijrah
 
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinanMeluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
 
Manasik umroh Namira Tour
Manasik umroh Namira TourManasik umroh Namira Tour
Manasik umroh Namira Tour
 
Ulul albab (2) 1
Ulul albab (2) 1Ulul albab (2) 1
Ulul albab (2) 1
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
 
Umroh transformatif smg 2014
Umroh transformatif smg 2014Umroh transformatif smg 2014
Umroh transformatif smg 2014
 
Bab 8 menghindari akhlak tercela
Bab 8 menghindari akhlak tercelaBab 8 menghindari akhlak tercela
Bab 8 menghindari akhlak tercela
 
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAHMATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

ZuhudDunia

  • 1. Memahami Makna Zuhud Prolog Akhir-akhir ini banyak orang yang – karena keinginannya – bersikap zuhud, tetapi pelaksanaannya justeru terkesan ‘berlebihan’ dan bahkan menyalahi konsep dasarnya. Sehingga seolah-olah Islam – dengan pengamalan zuhud umatnya --- telah mengajarkan kepada umatnya untuk menjadi manusia dan komunitas ‘antidunia’. Mereka tidak mau menjadi orang kaya, orang pintar dan memiliki jabatan yang tinggi, karena kekhawatirannya akan ‘terjebak’ ke dalam lembah kemaksiatan. Padahal, bagi seorang zahid (seorang yang bersikap zuhud), semua itu sangat bergantung pada ‘bagaimana’ dia menyikapinya. Bahkan, seorang zahid sejati, ‘dunia’ dan segala macam kenikmatan yang ada di dalamnya bisa dia gunakan – secara optimal -- sebagai jembatan emas menuju ridha Allah, sehingga ‘Dia’ bisa memeroleh dua kebahagiaan sejati dalam satu kesempatan: “kebahagiaan duniawi dan ukhrawi’. Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya. Apakah itu kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, zuhud adalah karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari mayoritas manusia yang terkena fitnah dunia. Apalagi seorang bagi para pempimpin umat (ulama dan umara’). Rasulullah s.a.w. bersabda, ‫دي‬ِ ‫ي‬ْ ‫أ‬َ ‫في‬ِ ‫ما‬َ ‫في‬ِ ‫د‬ْ ‫ه‬َ ‫ز‬ْ ‫وا‬َ ، ‫ه‬ُ ‫ل‬ّ ‫ال‬ ‫ك‬َ ‫ب‬ّ ‫ح‬ِ ‫ي‬ُ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫في‬ِ ‫د‬ْ ‫ه‬َ ‫ز‬ْ ‫ا‬ ‫ناس‬ّ ‫ال‬ ‫ك‬َ ‫ب‬ّ ‫ح‬ِ ‫ي‬ُ ‫س‬ِ ‫نا‬ّ ‫.ال‬ 1
  • 2. ”Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu” (HR Ibnu Majah, ath-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi) Makna dan Hakikat Zuhud Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap dalam hadis Nabi s.a.w.. Misalnya, beliau pernah bersabda, .‫في‬ِ ‫ن‬ْ ‫ك‬ُ ‫ل‬ٍ ‫بي‬ِ ‫س‬َ ‫ر‬ُ ‫ب‬ِ ‫عا‬َ ‫و‬ْ ‫أ‬َ ، ‫ب‬ٌ ‫ري‬ِ ‫غ‬َ ‫ك‬َ ‫ن‬ّ ‫أ‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫في‬ِ ‫ن‬ْ ‫ك‬ُ ‫ر‬َ ‫م‬َ ‫ع‬ُ ‫ن‬ُ ‫ب‬ْ ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫كا‬َ ‫و‬َ ، ‫ل‬ٍ ‫بي‬ِ ‫س‬َ ‫ر‬ُ ‫ب‬ِ ‫عا‬َ ‫و‬ْ ‫أ‬َ ، ‫ب‬ٌ ‫ري‬ِ ‫غ‬َ ‫ك‬َ ‫ن‬ّ ‫أ‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫ت‬َ ‫ح‬ْ ‫ب‬َ ‫ص‬ْ ‫أ‬َ ‫ذا‬َ ‫إ‬ِ ‫و‬َ ، ‫ح‬َ ‫با‬َ ‫ص‬ّ ‫ال‬ ‫ر‬ِ ‫ظ‬ِ ‫ت‬َ ‫ن‬ْ ‫ت‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬َ ‫ت‬َ ‫ي‬ْ ‫س‬َ ‫م‬ْ ‫أ‬َ ‫ذا‬َ ‫إ‬ِ ‫ل‬ُ ‫قو‬ُ ‫ي‬َ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ ‫و‬َ ‫ك‬َ ‫ض‬ِ ‫ر‬َ ‫م‬َ ‫ل‬ِ ‫ك‬َ ‫ت‬ِ ‫ح‬ّ ‫ص‬ِ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ ‫ذ‬ْ ‫خ‬ُ ‫و‬َ ‫ء‬َ ‫سا‬َ ‫م‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ر‬ِ ‫ظ‬ِ ‫ت‬َ ‫ن‬ْ ‫ت‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬َ ‫ك‬َ ‫ت‬ِ ‫و‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ِ ‫ك‬َ ‫ت‬ِ ‫يا‬َ ‫ح‬َ . “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara." Ibnu Umar juga berkat:; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal’ Ibnu Hibban, Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari Abdullah bin Umar). Selanjutnya Rasulullah s.a.w. mencontohkan langsung kepada para sahabat dan umatnya bagaimana hidup di dunia. Beliau adalah orang yang paling rajin bekerja dan beramal shalih, paling semangat dalam ibadah, paling gigih dalam berjihad. Tetapi pada saat yang sama beliau tidak mengambil hasil dari semua jerih payahnya di dunia berupa harta dan kenikmatan dunia. Kehidupan Rasulullah s.a.w. sangat sederhana dan bersahaja. Beliau lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat dan keridhaan Allah SWT. 2
  • 3. Ibnu Mas’ud r.a. melihat Rasulullah s.a.w. tidur di atas kain tikar yang lusuh sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata, ‫ن‬َ ‫م‬ِ ‫ك‬َ ‫قي‬ِ ‫ي‬َ ‫شا‬ً ‫را‬َ ‫ف‬ِ ‫ك‬َ ‫ل‬َ ‫نا‬َ ‫ذ‬ْ ‫خ‬َ ‫ت‬ّ ‫ا‬ ‫نا‬َ ‫ت‬َ ‫ر‬ْ ‫م‬َ ‫أ‬َ ‫و‬ْ ‫ل‬َ ‫ا‬ِ ‫ل‬َ ‫سو‬ُ ‫ر‬َ ‫يا‬َ :‫ما‬َ ‫ن‬ّ ‫إ‬ِ ،‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫وال‬َ ‫نا‬َ ‫أ‬َ ‫ما‬َ ‫و‬َ ،‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫لل‬ِ ‫و‬َ ‫لي‬ِ ‫ما‬َ ‫ل‬َ ‫قا‬َ ‫ف‬َ ‫ر؟‬ِ ‫صي‬ِ ‫ح‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ّ ‫ث‬ُ ‫ة‬ٍ ‫ر‬َ ‫ج‬َ ‫ش‬َ ‫ت‬َ ‫ح‬ْ ‫ت‬َ ‫ل‬ّ ‫ظ‬َ ‫ت‬َ ‫س‬ْ ‫ا‬ ‫ب‬ٍ ‫ك‬ِ ‫را‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫ل‬ُ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫و‬َ ‫لي‬ِ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫ها‬َ ‫ك‬َ ‫ر‬ْ ‫ت‬َ ‫و‬َ ‫ح‬َ ‫را‬َ . ”Wahai Rasulullah s.a.w., bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur?” Maka Rasulullah s.a.w. menjawab, ”Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang mampir sejenak di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR at-Tirmidzi) Para ulama memperjelas makna dan hakikat zuhud. Secara syar’i, zuhud bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan. Abu Idris Al-Khaulani berkata, ”Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta. Akan tetapi (zuhud terhadap dunia adalah) lebih menyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan kita. Dan jika kita ditimpa musibah, maka kita sangat berharap untuk mendapatkan pahala. Bahkan ketika musibah itu masih bersama kita, kita pun berharap bisa menambah dan menyimpan pahalanya.” Ibnu Khafif berkata, ”Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa.” Ibnu Taimiyah berkata: ”Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti, sedangkan Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di akhirat nanti.” Rasulullah s.a.w. juga bersabda, ‫ن‬ْ ‫أ‬َ ‫شى‬َ ‫خ‬ْ ‫أ‬َ ‫ني‬ّ ‫ك‬ِ ‫ل‬َ ‫و‬َ ‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫ي‬ْ ‫ل‬َ ‫ع‬َ ‫شى‬َ ‫خ‬ْ ‫أ‬َ ‫ر‬َ ‫ق‬ْ ‫ف‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ما‬َ ‫ه‬ِ ‫ل‬ّ ‫وال‬َ ‫ف‬َ ‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫ل‬َ ‫ب‬ْ ‫ق‬َ ‫ن‬ْ ‫م‬َ ‫لى‬َ ‫ع‬َ ‫ت‬ْ ‫ط‬َ ‫س‬ِ ‫ب‬ُ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫م‬ُ ‫ك‬ُ ‫ي‬ْ ‫ل‬َ ‫ع‬َ ‫ط‬َ ‫س‬َ ‫ب‬ْ ‫ت‬ُ ‫هم‬ُ ‫ت‬ْ ‫ك‬َ ‫ل‬َ ‫ه‬ْ ‫أ‬َ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫ك‬َ ‫ل‬ِ ‫ه‬ْ ‫ت‬ُ ‫و‬َ ‫ها‬َ ‫سو‬ُ ‫ف‬َ ‫نا‬َ ‫ت‬َ ‫ما‬َ ‫ك‬َ ‫ها‬َ ‫سو‬ُ ‫ف‬َ ‫نا‬َ ‫ت‬َ ‫ف‬َ . 3
  • 4. “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi aku takut pada kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (Muttafaqun ‘Alaihi dari ‘Amr bin ‘Auf) Dalama hadis lainnya, Rasulullah s.a.w. bersabda, ‫م‬ْ ‫ك‬ُ ‫د‬ُ ‫ح‬َ ‫أ‬َ ‫ل‬ُ ‫ع‬َ ‫ج‬ْ ‫ي‬َ ‫ما‬َ ‫ل‬ُ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫ل‬ّ ‫إ‬ِ ، ‫ة‬ِ ‫ر‬َ ‫خ‬ِ ‫ال‬ ‫في‬ِ ‫يا‬َ ‫ن‬ْ ‫د‬ّ ‫ال‬ ‫ل‬ُ ‫ث‬َ ‫م‬َ ‫ما‬َ ‫ع‬ُ ‫ج‬ِ ‫ر‬ْ ‫ي‬َ ‫م‬َ ‫ب‬ِ ‫ر‬ْ ‫ظ‬ُ ‫ن‬ْ ‫ي‬َ ‫ل‬ْ ‫ف‬َ ، ‫م‬ّ ‫ي‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫في‬ِ ‫ه‬ُ ‫ع‬َ ‫ب‬َ ‫ص‬ْ ‫إ‬ِ . “Demi Allah, perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang menyelupkan tangannya ke dalam lautan, lihatlah apa yang tersisa.” (HR Muslim dan Ibnu Majah dari Mustaurid) Tanda-tanda Zuhud Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud, yaitu: pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang. Kedua, sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan. Ketiga, hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan. Tingkatan Zuhud Zuhud orang-orang beriman memiliki tingkatan. (1) zuhud terhadap yang haram, (2) zuhud terhadap yang makruh, (3) zuhud terhadap yang syubhat, dan (4) zuhud terhadap segala urusan dunia yang tidak ada manfaatnya untuk kebaikan hidup di akhirat. Zuhud terhadap yang haram hukumnya wajib. Orang-orang beriman harus zuhud atau meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan Allah. Bahkan sifat-sifat orang beriman, bukan hanya meninggalkan yang diharamkan, tetapi meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna. Kualitas keimanan dan keislaman seseorang sangat terkait dengan kemampuannya dalam meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna. 4
  • 5. Rasulullah s.a.w. bersabda, ‫ن‬ّ ‫إ‬ِ‫ه‬ِ ‫ني‬ِ ‫ع‬ْ ‫ي‬َ ‫ل‬َ ‫ما‬َ ‫ه‬ُ ‫ك‬ُ ‫ر‬ْ ‫ت‬َ ‫ء‬ِ ‫ر‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ِ ‫ل‬َ ‫س‬ْ ‫إ‬ِ ‫ن‬ِ ‫س‬ْ ‫ح‬ُ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ . ”Sesungguhnya di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal- hal yang tidak berguna.” (HR At-Tirmidzi dari Ali bin Husain) Imam Ahmad mengatakan, ”Zuhud ada tiga bentuk. Pertama, meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang pada umumnya (‘awwâm). Kedua, meninggalkan berlebihan terhadap yang halal, ini adalah zuhudnya golongan yang khusus (khawwâsh). Ketiga, meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang yang meiliki sikap (‘ârif).” Epilog: “Kesalahpahaman terhadap Zuhud” Banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta, menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan yang halal. Tidak demikian, karena meninggalkan harta adalah sangat mudah, apalagi jika mengharapkan pujian dan popularitas dari orang lain. Zuhud yang demikian sangat dipengaruhi oleh pikiran sufi yang berkembang di dunia Islam. Kerja mereka cuma minta-minta mengharap sedekah dari orang lain, dengan mengatakan bahwa dirinya ahli ibadah atau keturunan Rasulullah s.a.w.. Padahal Islam mengharuskan umatnya agar memakmurkam bumi, bekerja, dan menguasai dunia, tetapi pada saat yang sama tidak tertipu oleh dunia. Segala yang halal itu jelas dan segala yang haram itu jelas, di antara keduanya ada yang syubhat yang harus kita jauhi dan tinggalkan. Semoga Allah menjadi kita bagian orang yang zuhud dan diberi kita pemimpin zuhud yang membimbing kita dalam memakmurkan dunia, dengan tetap ingat kepada Allah. 5
  • 6. Rasulullah s.a.w. bersabda, ‫ن‬ّ ‫إ‬ِ‫ه‬ِ ‫ني‬ِ ‫ع‬ْ ‫ي‬َ ‫ل‬َ ‫ما‬َ ‫ه‬ُ ‫ك‬ُ ‫ر‬ْ ‫ت‬َ ‫ء‬ِ ‫ر‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ِ ‫ل‬َ ‫س‬ْ ‫إ‬ِ ‫ن‬ِ ‫س‬ْ ‫ح‬ُ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ . ”Sesungguhnya di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal- hal yang tidak berguna.” (HR At-Tirmidzi dari Ali bin Husain) Imam Ahmad mengatakan, ”Zuhud ada tiga bentuk. Pertama, meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang pada umumnya (‘awwâm). Kedua, meninggalkan berlebihan terhadap yang halal, ini adalah zuhudnya golongan yang khusus (khawwâsh). Ketiga, meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang yang meiliki sikap (‘ârif).” Epilog: “Kesalahpahaman terhadap Zuhud” Banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta, menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan yang halal. Tidak demikian, karena meninggalkan harta adalah sangat mudah, apalagi jika mengharapkan pujian dan popularitas dari orang lain. Zuhud yang demikian sangat dipengaruhi oleh pikiran sufi yang berkembang di dunia Islam. Kerja mereka cuma minta-minta mengharap sedekah dari orang lain, dengan mengatakan bahwa dirinya ahli ibadah atau keturunan Rasulullah s.a.w.. Padahal Islam mengharuskan umatnya agar memakmurkam bumi, bekerja, dan menguasai dunia, tetapi pada saat yang sama tidak tertipu oleh dunia. Segala yang halal itu jelas dan segala yang haram itu jelas, di antara keduanya ada yang syubhat yang harus kita jauhi dan tinggalkan. Semoga Allah menjadi kita bagian orang yang zuhud dan diberi kita pemimpin zuhud yang membimbing kita dalam memakmurkan dunia, dengan tetap ingat kepada Allah. 5