Dokumen tersebut membahas perbedaan penggunaan ungkapan "Subhânallâh" dan "Mâsyâallâh". Subhânallâh digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atas sesuatu yang buruk, sementara Mâsyâallâh digunakan untuk mengungkapkan kekaguman atas sesuatu yang baik yang terjadi atas kehendak Allah. Dokumen tersebut juga menjelaskan konteks penggunaan kedua ungkapan terse
1. 1
UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARASIBAZHU
(Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur)
Kapan Seharusnya Kita Ucapkan
"Subhânallâh" dan "Mâsyâallâh"
Ucapan "Subhânallâh" dan "Mâsyâallâh" adalah dua bentuk ucapan
yang sering kita dengan dan (bahkan) – mungkin – sering kita ucapkan juga.
Tetapi, ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah " Subhânallâh " sering tertukar
dengan ungkapan " Mâsyâallâh ". Ucapan " Mâsyâallâh" seharusnya kita ucapkan
kalau kita merasa kagum. Sementara itu, ucapkan "Subhânallâh" seharusnya kita
ucapkan jika kita melihat keburukan!
Selama ini tidak sedikit di antara kaum muslimin yang sering “salah
kaprah” dalam mengucapkan kata Subhânallâh (Mahasuci Allah), tertukar
dengan ungkapan Mâsyâallâh (Itu terjadi atas kehendak Allah).
Kalau kita sedang ‘takjub’, kagum, atau mendengar hal yang baik
dan melihat hal yang indah, biasanya kita mengatakan Subhânallâh
(Mahasuci Allah). Padahal, seharusnya kita mengucapkan Mâsyâallâh, yang
bermakna: “hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhânallâh, tepatnya digunakan untuk mengungkapkan
“ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu kita mendengar ada
keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhânallâh
(Mahasuci Allah dari keburukan yang demikian). Bukan sebaliknya kita
ucapkan Mâsyâallâh, yang bermakna: “hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Karena Allah tidak pernah berkehendak untuk menciptakan ‘keburukan’.
Makna Ucapan Mâsyâallâh
Mâsyâallâh, artinya – kurang lebih -- “Allah telah berkehendak akan
hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah
lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Mâsyâallâh diucapkan bila seseorang melihat hal yang
baik dan indah. Itulah ekspresi penghargaan, sekaligus pengingat, bahwa
semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
Simaklah firman Allah berikut:
ۚ
2. 2
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu
“Mâsyâallâh lâ quwwata illâ billâh” (sungguh atas kehendak Allah semua ini
terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu
anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS al-
Kahfi/18: 39).
Makna Ucapan Subhânallâh
Pada saat kita mendengar atau melihat hal yang buruk/jelek,
ucapkanlah Subhânallâh sebagai penegasan: "Allah Mahasuci dari keburukan
tersebut".
“Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam bertemu dengannya
sedang ia dalam keadaan junub. Dia (Abu Hurairah) pun berkata: "Lalu aku
bersembunyi dan mandi, baru kemudian aku datang lagi." Beliau bertanya: "Kamu
dimana?" Atau beliau mengatakan: "Kamu pergi kemana?" Aku menjawab,
"Sesungguhnya aku dalam keadaan junub.” Beliau bersabda: "Orang muslim itu
tidak najis." (Hadits Riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu, Sunan at-Tirmidzi, juz I, hal. 207, hadits no. 121).
Kalimat “sesungguhnya orang yang beriman itu tidak najis” di dalam
hadits itu, maksudnya: “keadaan junub tidak menjadi halangan untuk
bertemu antarsesama muslim.”
Dalam al-Quran, ungkapan Subhânallâh digunakan dalam makna
‘menyucikan Allah’ dari hal-hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya, pada
firman-firman Allah berikut:
“Ataukah mereka memunyai Tuhan selain Allah. Mahasuci Allah dari apa yang
mereka persekutukan." (QS ath-Thûr/52: 53).
3. 3
ۖ
ۖ
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada malaikat: ”Apakah mereka ini dahulu
menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab: “Mahasuci Engkau.
Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin;
kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (QS Saba’/34: 40-41).
“… Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Āli ‘Imrân/3: 191).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhânallâh dianjurkan setiap kali
seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau
keindahan.
Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subhânahu Wa
Ta’âlâ Mahasuci dari semua keburukan tersebut.
Sementara itu, ungkapan Mâsyâallâh diucapkan bila seseorang
melihat yang indah-indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah
Subhânahu Wa Ta’âlâ.
Pertanyaannya: “Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan
Subhânallâh, padahal ucapan Mâsyâallâh-lah yang seharusnya kita ucapkan,
dan juga sebaliknya?”
Insyâallâh ‘tidak’. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-
Nya. Hanya saja, setelah kita tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat
ucapan Subhânallâh dan Mâsyâallâh tersebut.
Wallâhu A’lamu bish-Shawâb.