Iddah adalah masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya sebelum menikah lagi. Iddah bertujuan untuk mengetahui kehamilan, mempertahankan nilai pernikahan, dan memberi kesempatan rujuk bagi suami. Wanita dalam iddah diharuskan menjauhi perhiasan, wewangian, dan tidur di luar rumah sebagai bentuk penghormatan terhadap hak suaminya.
2. • Pengertian Iddah
Iddah adalah bahasa arab yang berasal dari akar kata adda –
ya’uddu – idatan dan jamaknya adalah ‘idad yang berarti : menghitung
atau hitungan .
Iddah (idah) adalah masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati
atau bercerai dari suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan
lagi dengan laki-laki lain.
3. • Dasar Hukum Ihdad
1. Al-Qur’an, firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat 228:
“Perempuan-perempuan yang dithalaq oleh suaminya hendaklah
menunggu masa selama tiga kali quru’ . Tidak halal perempuan itu
menyembunyikan apa yang dijadikan Allah dalam rahimnya.”
4. • Dasar Hukum Ihdad
2. Al-Hadits
حيض بثالث تعتد ان بريرة سلم و عليه هللا صلى النبي امر
“Nabi SAW. menyuruh burairah untuk beriddah selama tiga kali haid.”
3. Undang-Undang Perkawinan
UU perkawinan mengatur tentang iddah dengan menggunakan nama
“waktu tunggu” dalam satu pasal dengan rumusan:
Pasal 11
1) Bagi wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.
2) Tentang waktu jangka waktu tunggu tersebut Ayat (1) akan diatur dalam
peraturan Pemerintah lebih lanjut.
5. • Macam-Macam Iddah
1. Iddah karena meninggalnya suami.
Dalam hal ini posisi iddahnya ada dua kemungkinan, yaitu wanita yang
dalam keadaan hamil dan tidak hamil.14 Apabila wanita yang ditinggal mati
suaminya dalam keadaan hamil maka iddahnya sampai melahirkan. Allah SWT
berfirman:
“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya…” (QS. Ath Thalaq:4).
Sedangkan bagi istri yang ditinggal mati suaminya, baik ia sudah atau
belum bercampur dengan suaminya yang meninggal itu, maka iddah mereka 4
bulan 10 hari.
6. • Macam-Macam Iddah
2. Iddah karena perceraian.
Mengenai iddah karena thalak ini maka ada beberapa macam:
a) Wanita yang dithalak suaminya dalam keadaan hamil maka iddahnya sampai
melahirkan.
b) Wanita yang dithalak suaminya karena masih mempunyai haid, maka iddahnya
adalah 3 kali suci. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 228.
c) Wanita yang di thalak suaminya sudah tidak hamil dan tidak pula haid baik
masih kecil atau sudah lanjut usia, maka iddahnya 3 bulan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Ath-Thalaq ayat 4.
d) Wanita yang dicerai sebelum dikumpuli, maka tidak ada iddah baginya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 49.
7. • Hikmah Iddah
Dalam pensyari'atan Iddah ada beberapa hikmah, yaitu untuk:
a) Mengetahui kekosongan rahim dari janin untuk menghindari percampuran dua
sperma dari dua lelaki atau lebih di dalam satu rahim
b) Mengagungkan nilai akad nikah serta mengangkat derajatnya dan
menampakkan kemuliaannya.
c) Memperpanjang waktu rujuk bagi suami yang mentalaknya
d) Memenuhi hak suami dan menampakkan pengaruh kesendiriaannya tanpa
didampingi suami
8. • Pengertian dan Hukum Ihdad
Ihdad secara etimologi adalah menahan atau menjauhi. Secara definitif,
sebagaimana tersebut dalam kitab fiqh, adalah “menjauhi sesuatu yang dapat
menggoda laki-laki kepadanya selama menjalani masa iddah”.
Dasar dari kewajiban berkabung untuk suami yang meninggal itu adalah
sabda Nabi yang artinya :
“Tidak boleh seorang yang beriman kepada Allah dan dan hari akhir
berkabung untuk orang mati kecuali untuk suaminya selama empat bulan
sepuluh hari”
9. • Pengertian dan Hukum Ihdad
Adapun terhadap suami yang menceraikannya dalam bentuk thalaq bain,
ulama berpendapat. Menurut Imam Malik tidak wajib berkabung untuk selain
suami yang mati. Abu Hanifah dan al-Tsawriy berpendapat bahwa wajib berkabung
untuk suami yang menceraikannya dalam bentuk bain, dikiaskan kepada yang
suami mati. Imam Syafi’i mengatakan, bahwa berkabung untuk suami yang cerai
bain hanyalah sunnah (Ibnu Rusyd: 92). Ulama Syiah Umamiyah juga tidak
mewajibkan suami yang bercerai dalam bentuk bain untuk berkabung. (al-Thusiy,
V, 263).
Terhadap perempuan yang mejalani iddah dari thalaq raj’iy menurut
kesepakatan ulama tidak mesti perempuan menjalani masa berkabung, bahkan
lebih baik dia melakukan sesuatu yang dapat menarik mantan suaminya untuk
rujuk.
10. • Syarat Ihdad
Mengenai pembahasan tentang syarat Ihdad adalah membicarakan
tentang siapa saja yang diberikan kewajiban untuk melakukan Ihdad.
Para ulama Madzhab sepakat atas wajibnya perempuan yang ditinggal
mati suaminya untuk melakukan Ihdad (berkabung), baik perempuan itu sudah
lanjut usia maupun masih kecil, muslimah maupun non-muslimah, kecuali Hanafi.
11. • Ketentuan Ihdad
Adapun yang harus dijauhi oleh perempuan yang sedang berkabung
menurut kebanyakan ulama ada empat :
1) Memakai wangi-wangian, kecuali sekadar untuk menghilangkan bau badan,
baik dalam bentuk alat mandi atau parfum.
2) Menggunakan perhiasan, kecuali dalam batas yang sangat diperlukan.
3) Menghiasi diri, baik pada badan, muka atau pakaian yang berwarna.
4) Bermalam di luar tempat tinggalnya.
12. • Hikmah Ihdad
Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahu
mengatakan, “Hikmahnya adalah untuk menghormati hak suami dalam masa
‘iddah karena meninggalnya, hingga tidak ada seorang pun yang berkeinginan
untuk menikahi si wanita dalam masa iddah tersebut.”
Sebagaimana Allah SWT. berfirman:
“Dan suami-suami mereka paling berhak merujuki mereka dalam masa
iddah tersebut, jika mereka mengehendaki ishlah.”