Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan dan keluarga dalam Islam. Terdapat dalil-dalil yang menganjurkan pernikahan, ketentuan pernikahan menurut hukum Islam seperti rukun dan syaratnya, hak dan kewajiban suami istri, hikmah pernikahan, jenis-jenis perceraian seperti talak, khulu', fasakh, dan rujuk. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang tata cara pernikahan dan keluarga yang sesuai
3. DALIL ANJURAN MENIKAH
ْ ُُكَل َلَعَجَو اًجاَوْزَأ ْ ُُك ِسُفْنَأ ْنِم ْ ُُكَل َلَعَج ُهاَّللَوْ ُُكَقَزَرَو ًةَدَفَحَو َنيِنَب ْ ُُكِاجَوْزَأ ْنِمَنِمۚ ِاتَبِيهلطا
ُُْه ِ هاَّلل ِتَمْعِنِبَو َونُنِمْؤُي ِلِطاَبْلِابَفَأوُرُفْكَيَن
Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari
jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-
isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?.” (Q.S. An-Nahl/16:72)
5. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Nikah
• Secara Bahasa : Mengumpulkan, menggabungkan atau menjodohkan
• Menurut KBBI : Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan
resmi).
• Secara Syari’ah : Akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
• Menurut UUPRI No. 1 : Ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri, dengan tujuan membentuk keluarga yang berbahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa
6. TUJUAN PERNIKAHAN
• Memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi,
• Membentengi akhlak
• Meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
• Mendapatkan keturunan yang salih
• Menegakkan rumah tangga yang islami
7. HUKUM PERNIKAHAN
WAJIB
Bagi orang
yang telah
mampu baik
fisik, mental,
ekonomi,
maupun
akhlak.
SUNNAH
Bagi orang yang telah mempunyai
keinginan untuk menikah dan tidak
dikhawatirkan dirinya akan jatuh dalam
maksiat.
MUBAH
Bagi yang mampu dan aman dari
fitnah, tetapi tidak memiliki syahwat
sama sekali.
MAKRUH
Bagi seseorang yang mampu menikah
tapi khawatir akan menyakiti yang
dinikahinya.
HARAM
Bagi orang
yang yakin
bahwa dirinya
tidak mampu
melaksanakan
kewajiban
pernikahan.
8. ORANG YANG TIDAK BOLEH
DINIKAHI
Mahram Muabbad
Adalah wanita yang diharamkan
untuk dinikahi selama-lamanya.
Seperti : keturunan, satu susuan,
mertua perempuan, anak tiri,
bekas menantu perempuan dan
bekas ibu tiri
Ghair Muabbad
Adalah mahram sebab
menghimpun dua perempuan
yang statusnya bersaudara,
misalnya saudara sepersusuan
kakak dan adiknya, boleh dinikahi
apabila yang satu statusnya sudah
bercerai atau meninggal.
9. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN
1) Calon suami, syarat-syaratnya :
Bukan mahram si wanita
Orang yang dikehendaki
Mu’ayyan
2) Calon istri, syarat-syaratnya :
Bukan mahram si laki laki
Terbebas dari halangan nikah
3) Wali, syarat-syaratnya :
Orang laki-laki yang dikehendaki
Mahram si wanita yang adil
Baligh lagi berakal
Islam lagi merdeka
Tidak buta dan tidak terhalang wali lain
4) Dua orang saksi, syarat-syaratnya :
Laki-laki yang merdeka lagi adil (tidak fasik)
Suami dan wali tidak boleh merangkap sebagai
saksi
Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa.
5) Sighah (Ijab Kabul), Syarat-syaratnya :
Tidak tergantung dengan syarat lain
Tidak terikat dengan waktu tertentu
boleh dengan bahasa asing
Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”
tidak boleh dalam bentuk kinayah (sindiran)
Qabul harus didahulukan dengan ucapan “Qabiltu
nikahaha / tazwijaha” dan boleh didahulukan dari
ijab
10. PERNIKAHAN YANG TIDAK SAH
1) Pernikahan mut’ah
2) Pernikahan syighar
3) Pernikahan muhalil
4) Pernikahan orang yang ihram
5) Pernikahan dalam masa iddah
6) Pernikahan tanpa wali
7) Pernikahan dengan wanita kafir selain
wanita-wanita ahli kitab
8) Menikahi mahram
*Gambar hanya guyon semata
14. KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
1) Kewajiban timbal balik antara suami dan istri
Saling menikmati hubungan fisik
Timbulnya hubungan mahram
Berlaku hukum pewarisan
2) Kewajiban suami terhadap istri
Mahar
Nafkah
Memimpin, membimbing dan mendidik rumah tangga
3) Kewajiban istri terhadap suami
Taat kepada suami
Menjaga diri dan kehormatan
Merawat dan mendidik anak
16. HIKMAH-HIKMAH PERNIKAHAN
1. Terciptanya ikatan suci yang halal dan diridhai Allah Swt.
2. Mendapatkan keturunan yang sah
3. Terpelihara dari perbuatan zina
4. Terjalin kerja sama dan rasa tanggung jawab
5. Terjalin Silaturahmi antara keluarga pihak suami dan pihak istri
18. PERCERAIAN
Alasan - alasan untuk bercerai secara tegas telah diatur di dalam pasal 19
Undang-undang No 1 Tahun 1974, yang menyebutkan :
• perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
• untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri
itu tidak akan dapat rukun sebagai suami istri.
Perceraian dapat terjadi dengan cara:
Talak
Khulu’
Fasakh
Li’an
Ila’
19. TALAK
Talak (Thalaqa) menurut bahasa berarti melepaskan , sedang yang
dimaksudkan disini adalah melepaskan ikatan perkawinan.
Talak menurut istilah syariat Islam ialah melepaskan atau
membatalkan ikatan pernikahan dengan lafadz tertentu yang
mengandung arti menceraikan.
Talak menurut Pasal 117 KHI adalah ikrar suami dihadapan sidang
pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.
20. CARA MENTALAK
Talak dengan ucapan yang sharih (jelas)
Talak dengan ucapan tetapi secara kinayah (sindiran)
Talak dengan tulisan (melalui surat)
Talak dengan isyarat yang dapat dipahami oleh orang lain
Talak dengan mengirim utusan
Talak dengan keputusan hakim
21. JENIS TALAK
Ditinjau dari segi waktunya talak di bagi dua, yaitu :
Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan menurut tuntunan syara’
Talak Bid’i (talak yang dibenci), yaitu talak yang bertentangan dengan syara’
Ditinjau dari kemungkinan untuk rujuk talak dibagi dua, yaitu :
• Talak Raj’i (talak satu dan dua), yaitu suami masih bisa kembali (merujuk) kepada
isterinya sebelum masa iddah habis.
• Talak Ba’in (talak tiga), yaitu suami tidak boleh kembali (merujuk) sebelum bekas
isterinya dinikahi orang lain dan telah dicerai secara sukarela (cina buta)
22. KHULU’
Talak khulu‘ atau talak tebus ialah perceraian atas persetujuan suami
istri dengan jatuhnya talak satu kepada istri dengan tebusan harta
atau uang dari pihak istri yang menginginkan cerai dengan cara khulu‘
Syarat sahnya khulu‘ ialah sebagai berikut : Perceraian dengan khulu‘
itu harus dilaksanakan dengan kerelaan dan persetujuan suami istri
Besar kecilnya jumlah uang tebusan harus ditentukan dengan
persetujuan bersama antara suami istri.
23. FASAKH
fasakh ialah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti bahwa
perkawinan itu diputuskan/ dirusakkan atau permintaan salah satu
pihak oleh hakim Pengadilan Agama.
Istri dapat menuntut fasakh apabila dipenuhi salah satu syarat seperti
:
Suami sakit gila
Suami mempunyai penyakit menular yang tidak mungkin sembuh (seperti supak)
Suami tidak mau atau kehilangan kemampuan untuk melakukan hubungan
Suami tidak mampu menafkahi
Istri merasa tertipu baik dalam nasab, kekayaan atau kedudukan suami
Suami pergi tanpa diketahui tempat tinggalnya dan tanpa berita, sehingga tidak
diketahui hidup atau mati dan waktunya sudah cukup lama.
24. LI’AN
Li’an adalah sumpah seorang suami untuk meneguhkan tuduhannya
bahwa istrinya telah berzina dengan laki-laki lain. Sumpah itu
dilakukan karena istrinya telah menyanggah tuduhan suaminya itu,
sedang suami tidak punya bukti atas tuduhannya. Maka pada sidang
pengadilan agama, hakim dapat menyuruh suami untuk bersumpah
secara li’an.
25. ILA’
Ila’ adalah sumpah suami bahwa ia tidak akan mencapuri istrinya
dalam masa tertentu. Batas waktu Ila’ paling lama empat bulan.
Dengan demikian, apabila masa empat bulan itu sudah lewat, suami
harus memilih rujuk atau talak. Apabila yang dipilih rujuk, suami
harus membayar kafarat sumpah. Namun, jika yang dipilih talak, akan
jatuh talak sugra.
26. RUJUK
Syarat Rujuk :
Isteri yang ditalak sudah pernah dicampuri sebelumnya
Dilakukan dalam masa iddah
Disaksikan oleh dua orang saksi
Talak yang dijatuhkan oleh suami tidak disertai iwald dari pihak isteri
Seorang suami dapat merujuk isterinya yang dalam masa iddah apabila :
Putus perkawinannya karena talak, kecuali talak tiga
Putus perkawinannya bukan karena khuluk atau dengan cara Li’an
Rujuk dilakukan dengan persetujuan isteri
Rujuk harus dibuktikan dengan Kutipan Pendaftaran Rujuk (RPR)