SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
1
Nama : Anita Rohimah
NIM : 1152090012
Jurusan : PGMI
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Mata Kuliah : Fiqh Munakahat
1. Tuliskan pengertian nikah secara etimologi dan terminologi, jelaskan hukum
pernikahan dan hadits tentang kriteria memilih calon suami dan isteri
Jawaban:
a. Pengertian Nikah
Pernikahan menurut bahasa Arab berasal dari kata (‫)النكاح‬ al-nikah
yang bermakna al wathi‟ dan al-dammu wa al-tadakhul. Menurut Munawwir
(Arifin, 2016: 83) nikah adalah berkumpul atau menindas, setubuh dan
senggama. Sedangkan menurut terminologi, imam nawawi (Dahlan, 2015:
28) menjelaskan bahwa nikah adalah bercampur yang meliputi akad
(perjanjian) dan hubungan seksual.
b. Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan dalam islam tergantung sebabnya yakni sunnah,
wajib, makruh ataupun haram (Thobroni dan Aliyah, 2010: 15-16)
1) Wajib; wajib hukumnya bagi seseorang yang memiliki syahwat besar
dan khawatir dirinya akan terjerumus pada perzinaan, jika ia tidak
segera menikah, mampu dan siap menjalanan tanggung jawab dalam
rumah tangga.
2) Mustahab (dianjurkan); Menikah mustahab hukumnya bagi seorang
yang berhasrat, namun ia tidak dikhawatirkan terjerumus pada
perzinaan. Meskipun demikian menikah lebih utama baginya
daripada ia melakukan ibadah-ibadah sunnah. Ini adalah pendapat
Jumhur ulama‟, kecuali Imam Asy-Syafi‟i. Karena menikah
merupakan penyempurna setengah agama.
3) Makruh; apabila yang bersangkutan tidak mempunyai kesanggupan
menyalurkan kebutuhan biologis, walaupun sanggup melaksanakan
2
tanggung jawab nafkah, dan lain-lain. Atau sebaliknya dia mampu
menyalurkan kebutuhan biologis tetapi tidak mampu bertanggung
jawab dalam memenuhi kewajiban dalam rumah tangga.
4) Haram; apabila dia mempunyai penyakit kelamin yang akan menular
kepada pasangannya juga keturunannya. Sebaiknya, sebelum
menikah periksakan kesehatan untuk memastikan keadaan kita.
Apabila yang mengidap penyakit berbahaya meneruskan
pernikahannya, dia akan mendapat dosa karena dengan sengaja
menularan penyakit kepada pasangannya.
2. Jelaskan visi dan misi pernikahan, rukun nikah, tujuan pernikahan dan
hikmah pernikahan.
Jawaban:
a. Rukun nikah
Berikut ini merupakan rukun nikah, diantaranya:
1) Mempelai laki-laki
Syarat-syarat Suami yakni:
a) Beragama Islam
b) Bukan mahram dari calon istri.
c) Tidak terpaksa atas kemauan sendiri.
d) Orangnya tertentu, jelas orangnya.
e) Tidak sedang ihram
f) Baligh dan berakal sehat
2) Mempelai perempuan
Syarat-syarat istri yakni:
a) Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan
mahram, tidak sedang dalam iddah.
b) Merdeka, atas kemauan sendiri.
c) Jelas orangnya.
d) Sedang tidak berihram.
3
3) Wali mempelai perempuan
Perwalian dalam istilah fiqh disebut wilayah, yang berarti
penguasaan dan perlindungan. Menurut istilah fiqh yang dimaksud
perwaliaan ialah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada
seorang untuk menguasai dan melindungi orang atau barang. Menurut
Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya al-fiqh ala-mazhabi al-arba‟ah
mengatakan : “wali dalam pernikahan adalah orang yang tergantung
padanya sah akad nikah, maka tidak sah (nikah) tanpa dia”.
Macam-macam wali yakni:
a) Wali Nasab, wali nasab adalah anggota keluarga laki-laki
dari calon mempelai perempuan yang mempunyai
hubungan darah dengan calon mempelai perempuan.
b) Wali Hakim, wali hakim yang dimaksud disini adalah
penguasa atau petugas yang ditunjuk secara langsung
secara resmi menjadi wali dalam pernikahan.
Para ulama fiqih sependapat bahwa wali dalam perkawinan
(wilayah tajwiz) ditinjau dari segi objek perwaliannya dapat
digolongkan menjadi wali mujbir dan wali ghairu mujbir . Wali
mujbir adalah wali yang mempunyai wewenang langsung untuk
menikahkan orang yang berada dibawah perwaliannya meskipun
tanpa izin orang itu. Sedangkan wali ghairu Mujbir adalah wali yang
mempunyai hak mengawinkan tanpa izin dan ridha dari orang yang
padanya terdapat hak perwalian
Syarat-syarat Wali yakni:
a) Mukallaf
b) Muslim
c) Tidak berada dalam pengampuan atau mahjur alaih
d) Laki-laki.
e) Baligh.
f) Adil
g) Berpikiran baik
4
h) Waras akalnya
i) Tidak sedang ihram.
4) Dua orang saksi
Menurut Jumhur Ulama, perkawinan yang tidak dihadiri saksi-
saksi tidak sah. Jika ketika ijab qabul tak ada saksi yang menyaksikan,
sekalipun di umumkan kepada orang ramai dengan cara lain,
perkawinannya tetap tidak sah. Ada beberapa persyaratan untuk saksi
nikah yang merupakan rukun ini. Saksi minimal dua orang laki-laki,
hadir dalam majelis perkawinan atau dalam ijab qabul, dapat mengerti
maksud akad, Islam, dewasa.
5) Shigat ijab kabul
Pernyataan untuk menyatakan kehendak mengadakan ikatan
perkawinan yang datang dari pihak istri, dalam terminolgi fiqh disebut
ijab, sedangkan pernyataan yang datang dari pihak laki-laki
menyatakan persetujuan untuk menikahi, disebut qabul, sebagai
bentuk penerimaan.
b. Tujuan pernikahan
Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat
biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak,
tetapi lebih luas, meliputi segala aspek kehidupan rumah tangga, baik
lahiriyah maupun batiniyah. Namun yang terpenting dari tujuan pernikahan
ada 2 yaitu:
1) Mendapatkan keturunan atau anak
Dianjurkan dalam pernikahan tujuan pertamanya adalah untuk
mendapatkan keturunan yang shaleh, yang menyembah pada Allah dan
mendoakan pada orang tuanya. Jadi inilah salah satu dari tujuan
pernikahan.
2) Menjaga diri dari yang haram
Tidak diragukan lagi bahwa yang terpenting dari tujuan nikah
adalah memelihara dari perbuatan zina dan semua perbuatan-perbuatan
keji, serta tidak semata-mata memenuhi syahwt itu merupakan sebab untuk
5
bias menjaga diri, akan tetapi tidaklah terwujud iffah (penjagaan) itu
kecuali dengan tujuan dan niat.
Adapun rumusan tujuan perkawinan yang lain yaitu sebagai
berikut:
a) Pertama, untuk menenangkan dan menenteramkan jiwa
(litaskunu ilaiha)
b) Menimbulkan rasa mawaddah, cinta kasih kepada keluarga.
c) Menimbulkan rasa kasih sayang, rahmah.
d) Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan
hajat tabiat kemanusiaan.
e) Memperoleh keturunan yang sah.
c. Hikmah Pernikahan
Sebagaimana diketahui bersama bahwa manusia dan makhluk lainnya
mempunyai gharizah seksual yang tinggi. Tidak disangsikan bahwa
kebutuhan biologis ini dari waktu ke waktu dan dari tahun ke tahun terus naik
dan dahsyat. Ditahan dan dibiarkan, tentu bukan sebuah jalan keluar.
Dilampiaskan semena-mena sebagaimana hewan, juga bukan sebuah solusi
yang baik. Untuk itu, Islam memberikan aturan dalam rangka melampiaskan
kebutuhan biologis ini melalui nikah. Dengan pernikahan, kebutuhan biologis
yang sudah menggebu itu akan disalurkan secara baik dan benar sehingga
diharapkan orang tersebut menjadi tenang dan rehat. Karena kini, ia telah
mempunyai tempat yang bersih dan sah untuk menumpahkan kebutuhan
biologisnya.
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqhus Sunnah mengatakan bahwa
dengan menikah badan menjadi tenang, jiwa juga damai, pandangan
terpelihara dan kasih sayang bisa diwadahi secara benar. Oleh karena itu,
sejatinya orang yang sudah menikah menjadi orang yang tenang baik dalam
jasmani, pandangan maupun jiwanya. Selain untuk memberikan ketenangan
lahir bathin, menikah juga berguna untuk memperbanyak keturunan dan
melanjutkan kehidupannya.
6
3. Jelaskan pengertian meminang, batas pergaulan setelah meminang, hukum
meminang dan hikmah meminang.
Jawaban:
a. Pengertian Meminang
Secara etimologi khitbah dalam bahasa Indonesia adalah pinangan
atau lamaran yang berasal dari kata pinang, meminang. Meminang dimaknai
sebagai thalabah al mar‟ah li al-zawaj permintaan kepada wanita untuk
dijadikan istri. Sedangkan menurut terminologi khitbah adalah pernyataan
permintaan untuk menikah dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan
atau sebaliknya dengan perantaraan seseorang yang dipercayai maupun secara
langsung tanpa perantara. Adapun salah satu tujuan di syariatkannya khitbah
adalah agar masing-masing pihak dapat mengetahui calon pendamping
hidupnya. (Dahlan, 2015: 10)
b. Hukum Meminang
Memang terdapat dalam Al-Qur‟an dan dalam banyak hadis nabi yang
membicarakan hal peminangan. Namun tidak ditemukan secara jelas dan
terarah adanya perintah atau larangan melakukan peminangan, sebagaimana
perintah untuk mengadakan perkawinan dengan kalimat yang jelas, baik
dalam Al-Qur‟an maupun dalam hadis nabi. Oleh karena itu dalam
menetapkan hukumnya tidak terdapat pendapat ulama yang mewajibkannya,
dalam arti hukumnya adalah mubah. Namun ibnu Rusyd dalam Bidayat al-
Mujtahid yang menukilkan pendapat Daud al-Zhahiriy yang mengatakan
hukumnya adalah wajib. Ulama ini mendasarkan pendapatnya kepada
perbuatan dan tradisi yang dilakukan Nabi dalam peminangan itu.
Meskipun melamar atau meminang itu disunnahkan dalam ajaran
Islam, akan tetapi adakalanya berubah menjadi haram. Hal itu terjadi karena
alasan-alasan sebagai berikut:
1) Melamar kepada wanita yang masih dalam masa iddah dari
perceraian dengan laki-laki lain, baik dengan talak raj‟i atau ba‟in
atau dengan fasakh atau ditinggalkan mati. Meskipun demikian,
7
diperbolehkan kalau dengan kata-kata sindiran kepada janda yang
masih dalam iddah selain talaq raj‟i.
2) Melamar wanita bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talaq
selama masih dalam masa iddah baik dia maupun dari perceraian
dengan laki-laki lain (muhallilnya).
3) Melamar wanita yang diketahui olehnya telah dilamar oleh laki-
laki serta lamarannya diterima
c. Hikmah Meminang
Berikut ini merupakan hikmah meminang, yakni:
1) Memudahkan jalan perkenalan antara peminang dan yang
dipinang beserta kedua belah pihak.
Dengan pinangan, maka kedua belah pihak akan saling menjajaki
kepribadian masingmasing dengan mencoba melakukan
pengenalan secara mendalam
2) Menguatkan tekad untuk melaksanakan pernikahan.
Pada awalnya laki-laki atau perempuan berada dalam keadaan
bimbang untuk memutuskan melaksanakan pernikahan.
3) Menumbuhkan ketentraman jiwa
Dengan peminangan, apalagi telah ada jawaban penerimaan, akan
menimbulkan perasaan kepastian pada kedua belah pihak.
4) Menjaga kesucian diri menjelang pernikahan
Dengan adanya pinangan, masing-amsing pihak akan lebih
menjaga kesucian diri.
5) Melengkapi persiapan diri
Pinangan juga mengandung hikmah bahwa kedua belah pihak
dituntut untuk melengkapi persiapan diri guna menuju pernikahan.
4. Jelaskan wanita atau laki-laki yang haram dinikahi, pernikahan terlarang,
kewajiban suami dan isteri, hukum poligami.
Jawaban:
a. Wanita atau Laki-Laki yang Haram Dinikahi
1) Karena hubungan keturunan (nasab)
8
a) Ibu terus ke atas
Yang masuk dalam kategori ini adalah semua wanita yang
memiliki hubungan melahirkan walaupun jauh, yaitu; ibu, nenek
dari bapak maupun dari ibu, ibunya nenek, dan seterusnya ke atas.
b) Anak perempuan terus ke bawah
Yang masuk dalam kategori ini adalah semua wanita yang
memiliki hubungan kelahiran, yaitu; anak perempuan, cucu
perempuan dari anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-
laki, dan seterusnya ke bawah.
c) Saudara perempuan dari semua arah
Yaitu; saudara perempuan kandung, saudara perempuan sebapak,
dan saudara perempuan seibu.
d) Bibi dari pihak bapak terus ke atas
Yaitu; saudara perempuan bapak, saudara perempuan kakek, dan
seterusnya ke atas.
e) Bibi dari pihak ibu terus ke atas
Yaitu; saudara perempuan ibu, saudara perempuan nenek, dan
seterusnya ke atas.
f) Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan dari pihak saudara
lakilaki) terus ke bawah.
g) Anak perempuan saudara wanita (keponakan dari pihak saudara
wanita) terus ke bawah
2) Karena hubungan pernikahan (mushaharah)
a) Isterinya bapak (ibu tiri) terus ke atas
Para ulama telah bersepakat bahwa wanita yang telah diikat
dengan akad pernikahan oleh bapak, maka haram untuk dinikahi
anaknya walaupun belum terjadi jima.
b) Isterinya anak (menantu) terus ke bawah
Para ulama telah bersepakat bahwa isteri anak kandung menjadi
haram bagi bapak hanya dengan akad nikah anaknya.
c) Ibunya isteri (mertua) terus ke atas
9
Mertua menjadi haram untuk dinikahi oleh seorang laki-laki
setelah akad yang dilakukan dengan anaknya.
d) Anaknya isteri dari suami lain (anak tiri) terus ke bawah
Anak tiri menjadi mahram setelah terjadi jima dengan ibunya.
Sehingga jika seorang laki-laki telah mengadakan akad nikah
dengan ibunya namun belum terjadi jima, maka ia boleh menikahi
anak perempuan isterinya tersebut.
3) Karena persusuan (radha‟ah)
a) Minimal disusui sebanyak lima kali susuan yang mengenyangkan
Ini adalah pendapat Jumhur ulama, di antaranya; madzhab
AsySyafi‟i, pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad, Ibnu Hazm,
Atha‟, dan Thawus.
b) Penyusuan terjadi pada dua tahun pertama dari usia anak
Ini adalah pendapat Jumhur ulama, di antaranya; Imam Malik,
AsySyafi‟i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Al-Auza‟i.
Berikut ini adalah mahram karena persusuan yakni:
(1) Wanita yang menyusui (ibu susuan) terus ke atas
Termasuk dalam kategori ini adalah nenek susuan baik dari
pihak ibu susuan maupun bapak susuan, ibu dari nenek
susuan, dan seterusnya ke atas.
(2) Anak perempuan wanita yang menyusui (saudara susuan)
terus ke bawah
Baik yang dilahirkan sebelum dan sesudah susuan.
Termasuk pula dalam kategori ini adalah cucu perempuan
dari anak perempuan maupun anak laki-laki ibu susuan, dan
seterusnya ke bawah.
(3) Saudara perempuan sepersusuan
Yaitu setiap anak yang menyusu kepada ibu susuan,
meskipun waktu menyusuinya berbeda.
(4) Saudara perempuan wanita yang menyusui (bibi susuan dari
pihak ibu susuan)
10
(5) Saudara perempuan suami dari ibu susuan (bibi susuan dari
pihak bapak susuan)
(6) Anak perempuan dari anak perempuan ibu susuan
(keponakan susuan)
(7) Anak perempuan dari anak laki-laki ibu susuan (keponakan
susuan)
(8) Isteri lain dari bapak susuan (ibu tiri susuan)
Termasuk dalam masalah ini adalah isteri dari kakek
susuan, dan seterusnya ke atas.
(9) Isteri dari anak susuan (menantu dari anak susuan)
Termasuk dalam masalah ini adalah isteri cucu dari anak
susuan
(10) Ibu susuan dari isteri (mertua susuan)
Termasuk dalam masalah ini adalah nenek susuan dari
isteri, dan seterusnya ke atas.
(11) Anak susuan dari isteri (anak tiri susuan)
Termasuk dalam masalah ini adalah cucu perempuan dari
anak perempuan susuan, dan seterusnya ke bawah.
4) Mahram Muaqqat
Adapun mahram muaqqat yakni wanita yang haram dinikahi untuk
sementara waktu. Yang termasuk mahram muaqqat adalah :
a) Mengumpulkan dua wanita yang bersaudara dalam satu pernikahan
b) Mengumpulkan wanita dengan bibinya dalam satu pernikahan
c) Mengumpulkan lebih dari empat wanita dalam satu masa yang sama
d) Wanita yang telah bersuami, hingga ia ditalak atau ditinggal mati
oleh suaminya dan telah habis masa „iddahnya
e) Wanita dalam masa „iddah, hingga ia selesai masa „iddahnya
f) Wanita dalam keadaan ihram (haji atau umrah), hingga ia bertahallul
g) Isteri yang telah ditalak tiga, hingga ia dinikahi oleh orang lain dan
telah diceraikan oleh suami yang baru tersebut
h) Wanita musyrik, hingga ia masuk Islam
11
i) Wanita pezina, hingga ia bertaubat dan beristibra.
b. Pernikahan terlarang
1) Nikah Mut‟ah
Nikah Mut‟ah adalah seorang laki-laki menikah dengan seorang
wanita pada batas waktu tertentu; sehari, dua hari, sebulan, setahun, atau
lebih, tergantung kesepakatan bersama dengan imbalan uang atau harta
lainnya yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak wanita. Para
ulama telah bersepakat atas haramnya nikah mut‟ah.
2) Nikah Syighar
Nikah syighar adalah seseorang yang menikahkan putrinya,
saudara perempuannya, atau wanita lain yang ia memiliki hak perwalian
atasnya, dengan syarat orang lain (calon suami) tersebut bersedia
menikahkan putrinya atau saudara perempuannya dengannya. Pernikahan
semacam ini adalah rusak (tidak sah) dan haram, menurut kesepakatan
para ulama. Baik itu maharnya disebutkan atau tidak.
3) Nikah Muhallil
Nikah Muhallil adalah seorang laki-laki menikahi wanita yang
telah ditalak tiga oleh suaminya dan telah selesai masa iddahnya, dengan
niat agar wanita tersebut menjadi halal bagi suami yang pertama. Dan yang
diperhitungkan dalam hal ini adalah niat suami yang kedua (muhallil).
Pernikahan semacam ini adalah rusak (tidak sah) dan diharamkan, menurut
Jumhur ulama.
c. Kewajiban suami dan isteri
1) Kewajiban suami atas istrinya adalah memberinya nafkah lahir dan
batin. Sedangkan istri kepada suami menurut pendapat para fuqaha
hanya sebatas memberikan pelayanan secara seksual. Sedangkan
memasak, mencuci pakaian, menata mengatur dan membersihkan
rumah, pada dasarnya adalah kewajiban suami, bukan kewajiban
seorang istri. Dalam syariah Islam yang berkewajiban memasak dan
mencuci baju memang bukan istri, tapi suami. Karena semua itu bagian
12
dari nafkah yang wajib diberikan suami kepada istri. Sebagaimana
firman Allah SWT :
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa' : 34)
2) Kewajiban Istri menurut Imam Syafi‟i
Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu Ishaq
Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan : Tidak wajib atas istri
berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk
khidmat lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah
kewajiban untuk memberi pelayanan seksual (istimta'), sedangkan
pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban.
d. Hukum Poligami
Hukum asal poligami adalah mubah, jika terpenuhi syarat-syaratnya.
Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟. Dan hukumnya dapat berubah menjadi;
sunnah, wajib, makruh, bahkan haram –jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi
dan tujuannya adalah untuk menyakiti isteri.- Perubahan hukum tersebut
tergantung pada kondisi dan kemampuan pelaku poligami. Allah berfirman :
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan
yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil ,
maka seorang saja , atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian
itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa : 3)
Catatan:
1) Diperbolehkan berbeda ukuran mahar dan walimah di antara para
isteri.
2) Apabila seorang suami menikah dengan seorang gadis, maka ia
dianjurkan untuk bermalam dengannya selama tujuh hari, sebelum
melakukan gilir. Adapun jika suami tersebut menikah dengan seorang
janda, maka ia dianjurkan untuk bermalam dengannya selama tiga hari
sebelum melakukan gilir.
3) Tidak diperbolehkan bagi seorang suami untuk menyatukan
isteriisterinya dalam satu rumah.
13
4) Tidak diperbolehkan bagi seorang isteri untuk meminta suaminya agar
mentalak isteri yang lainnya.
5. Jelaskan pengertian thalak, hukum thalak, jenis-jenis thalak, fasakh, iddah
dan rujuk.
Jawaban:
a. Pengertian thalak
Secara bahasa, thalak berarti pemutusan ikatan. Sedangkan menurut
istilah, thalak berarti pemutusan tali perkawinan. Thalak tanpa adanya
alasan merupakan sesuatu yang dimakruhkan. Hadits yang menjelaskan
hukum thalak yakni:
1) Dari Tsauban Radhiyallahu Anhu, ia menceritakan; bahwa Rasulullah
saw bersabda: "Siapa pun wanita yang meminta cerai tanpa adanya
alasan yang membolehkan, maka haram baginva bau surga.“
(HR.Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah dan Tirmidzi, dimana beliau
menghasankannya).
2) Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, ia berkata; bahwa Nabi saw telah
bersabda,“Perkara halal yang sangat dibenci Allah adalah thalak.”
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim, dirnana beliau
menshahihkannya).
b. Hukum thalak
Menurut sudut pandang hukum Islam, sebenarnya thalak itu bisa saja
hukumnya wajib, tetapi terkadang bisa juga menjadi haram, atau juga bisa
menjadi mubah dan bisa juga sunnah. Semua tergantung dari keadaan serta
situasi yang sedang dialami oleh seseorang dengan pasangannya.
1) Wajib
Thalak wajib adalah thalak yang bertujuan untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi antara suami dan isteri, jika masing-masing melihat
bahwa thalak adalah satusatunya jalan untuk mengakhiri perselisihan.
Demikian menurut para ulama penganut madzhab Hanbali. Demikian pula
thalak yang dilakukan oleh suami yang meng-ila‟ isterinya setelah diberi
tangguh. Yang dimaksud dengan "meng-ila`" isteri adalah bersumpah
14
tidak akan mencampurinya (menyetubuhinya). Dengan adanya sumpah ini
seorang isteri sudah tentu akan menderita, karena ia tidak lagi disetubuhi
dan tidak pula diceraikan. Allah SWT berfirman:
Kepada orang-orang yang mengila‟ isterinya diberi tangguh selama
empat bulan. Kemudianjika mereka keinbali (kepada isteri), maka se
sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
apabila mereka berazam (berketetapan hati) untuk thalak, maka
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-
Baqarah: 226-227
2) Haram
Talak menjadi haram hukumnya ketika suami menjatuhkan talak
kepada isterinya dalam keadaan haidh/nifas atau dalam masa suci yang
telah dijima dan belum jelas kehamilannya. Haram pula mentalak tiga
dengan satu lafazh/dalam satu majelis. Inilah yang disebut dengan talak
yang bid‟ah.
3) Sunah
Thalak yang disunnahkan adalah thalak yang dilakukan terhadap
seorang isteri yang telah berbuat zhalim kepada hak-hak Allah yang harus
diembannya, seperti shalat dan kewajiban-kewajiban lainnya, dimana
berbagai cara telah ditempuh oleh sang suami untuk menyadarkannya,
akan tetapi ia tetap tidak menghendaki perubahan.
Thalak juga disunnahkan ketika suami isteri berada dalam
perselisihan yang cukup tegang, atau pada suatu keadaan dimana dengan
thalak itu salah satu dan keduanya akan terselamatkan dan bahaya yang
mengancam.
4) Mubah
Thalak diperbolehkan (mubah) jika untuk menghindari bahaya yang
mengancam salah satu pihak, baik itu suami maupun isteri. Ketika
akhlak/perilaku isteri kepada suaminya sangat buruk, sementara suami
tidak melihat adanya harapan untuk dapat berubah, maka ketika itu talak
hukumnya menjadi mubah. Allah SWT berfirman: “Thalak (yang dapat
dirujuk) adalah dua kali. Setelah itu boleh rujuk kembali dengan cara
yang ma „ruf (baik) atau menceraikan dengan cara yang baik”. (Al-
15
Baqarah: 229). Dalam surat yang lain Allah berfirman: “Wahai Nabi, jika
kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka
pada waktu mereka dapat (menghadapi) masa „iddahnya (yang
wajar)”.(Al-Thalaq: 1)
5) Makruh
Makruh Talak dimakruhkan hukumnya ketika dilakukan bukan
karena kebutuhan. Diriwayatkan dari ‟Amr bin Dinar y, ia berkata; ”Ibnu
‟Umar mentalak isterinya lalu isterinya berkata, ”Apakah engkau melihat
sesuatu yang engkau benci dariku?” Ia menjawab, ”Tidak.” Isterinya
berkata, ”Mengapa engkau mentalak seorang muslimah yang menjaga
kehormatannya?” ‟Amr bin Dinar y berkata, ”Akhirnya Ibnu ‟Umar
kembali meruju‟nya.”
c. Jenis-jenis thalak
1) Thalak sunni adalah thalak yang didasarkan pada sunnat Nabi, yaitu
apa seorang suami menthalak isterinya yang telah disetubuhi dengan
thalak satu pada saat suci, sebelum disetubuhi. Allah SWT befirman:
“Thalak yang dapat dirujuk adalah dua kali. Setelah itu, boleh
kembali dengan cara yang baik atau menceraikan dengan cara yang
baik” (Al-Baqarah: 229)
2) Thalak bid‟ah adalah ada beberapa macam keadaan, yang mana
seluruh ulama telah sepakat menyatakan, bahwa thalak semacam ini
hukumnya haram. Jumhur ulama berpendapat, bahwa thalak ini tidak
berlaku. Thalak bid‟ah ini jelas bertentangan dengan syari‟at. Yang
bentuknya ada beberapa macam, yaitu:
a) Apabila seorang suami menceraikan isterinya ketika sedang
dalam keadaan haid atau nifas.
b) Ketika dalam keadaan suci, sedang ia telah menyetubuhinya pada
masa suci tersebut.
c) Seorang suami menthalak tiga isterinya dengan satu kalimat
dengan tiga kalimat dalam sam waktu.
16
3) Thalak ba‟in adalah seorang suami masih mempunyai hak untuk
menikah kembali dengan isteri yang dithalaknya. Dengan thalak ini
seorang suami berkedudukan seperti seorang yang melamar wanita.
Yaitu, jika menghendaki wanita tersebut akan menerimanya melalui
penyerahan mahar atau melalui proses akad nikah. Sebaliknya, jika
menghendaki, ia juga boleh menolaknya. Dalam thalak ini tidak ada
perbedaan antara lafazh yang diucapkan secara jelas maupun melalui
sindiran.
4) Thalak raj„i adalah thalak yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada
isterinya yang telah ia setubuhi. Yaitu, thalak yang terlepas dan segala
yang berkaitan dengan pergantian uang serta belum didahului dengan
adanya thalak sama sekali atau telah didahului oleh adanya thalak
satu. Dalam hal ini seorang suami masih mempunyai hak untuk
kembali kepada isterinya, meskipun tanpa ada keridhaan darinya.
5) Thalak Sharih adalah thalak dimana suami tidak lagi membutuhkan
adanya niat, akan tetapi cukup dengan mengucapkan kata thalak
secara sharih (tegas). Seperti dengan mengucapkan: “Aku cerai,” atau
“Kamu telah aku cerai”.
6) Thalak Sindiran yaitu thalak yang memerlukan adanya fiat pada din
suami. Karena, kata- kata yang diucapkan tidak menunjukkan
pengertian thalak.
7) Thalak munjaz adalah thalak yang diberlakukan terhadap isteri tanpa
adanya penangguhan. Misalnya seorang suami mengatakan kepada
isterinya: “Kamu telah dicerai.” Maka isteri telah dithalak dengan apa
yang diucapkan oleh suaminya.
8) Thalak mu‟allaq adalah thalak yang digantungkan oleh suami dengan
suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh isterinya pada masa
mendatang. Seperti suami mengatakan kepada isterinya: “Jika kamu
berangkat kerja, berarti kamu telah dithalak.” Maka thalak tersebut
berlaku sah dengan keberangkatan isterinya untuk kerja.
17
9) Thalak takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada
isterinya, yaitu melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si isteri
memilih bercerai, maka berarti ia telah dithalak.
10) Thalak tamlik adalah thalak dimana seorang suami mengatakan
kepada isterinya: “Aku serahkan urusanmu kepadamu.” Atau
“Urusanmu berada di tanganmu send in.” Jika dengan ucapan itu si
isteri mengatakan “Berarti aku telah dithalak”, maka berarti ia telah
dithalak satu raj „i. Imam Malik dan sebagian ulama Iainnya
berpendapat, bahwa apabila isteri yang telah diserahi tersebut
menjawab, “Aku memilih thalaq tiga”, maka ia telah dithalak ba‟in
oleh suaminya. Dengan thalak tiga maka si suami tidak boleh ruju‟
kepadanya, kecuali setelah mantan isteri dinikahi oleh laki-laki lain.
11) Thalak dengan pengharaman. Terjadi perbedaan pendapat yang cukup
serius di kalangan para ulama salaf mengenai masalah ini, hingga
terdapat sekitar delapan belas pendapat. Yang demikian itu karena
tidak adanya nash yang jelas, baik dan Al-Quran maupun Sunnah.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, berikut ini akan
diuraikan secara sederhana beberapa pendapat dan kedelapan belas
pendapat tersebut.
12) Thalak Wakalah dan Kitabah. Jika seorang suami mewakilkan kepada
seseorang untuk menthalak isterinya atau menuliskan surat kepada
isterinya yang memberitahukan perihal perceraiannya, lalu isterinya
menerima hal itu, maka ia telah dithalak. Mengenai masalah ini tidak
ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Karena, perwa- kilan
dalam thalak itu diperbolehkan. Sedangkan pada tulisan menduduki
posisi ucapan, ketika suami tidak dapat hadir atau menghadap
isterinya secara langsung.
13) Thalak Haram yaitu apabila suami menthalak tiga isterinya dalam satu
kalimat. Atau menthalak dalam tiga kalimat, akan tetapi dalam satu
majelis. Seperti jika suami mengatakan kepada isterinya: “Kamu
dithalak tiga.” Atau mengatakan kepa danya: “Kamu aku thalak,
18
thalak, dan thalak”. Menurut ijma‟ ularna, thalak Se macam ini jelas
diharamkan. Dalil yang melandasinya adalah hadits Rasulullah saw
mengenai seorang laki-laki yang menthalak tiga isterinya dalam satu
kalimat. Lalu beliau berdiri dan marah seraya mengata kan: “Apakah
Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku rnasih berada di
tengah-tengah kalian?” Hingga ada seseorang yang berdiri seraya
berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku membunuhnya.” (HR.
Nasa‟i)
d. Fasakh
Fasakh berasal dari bahasa arab dari akar kata fa-sa-kha yang secara
etimologi berarti membatalkan atau juga fasakh berarti mencabut atau
menghapuskan atau membatalkan akad nikah dan melepaskan hubungan yang
terjalin antara suami isteri. Fasakh dalam arti terminologi fasakh ialah
perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal hal yang dianggap berat oleh
suami atau isteri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk
melaksanakan kehidupan suami isteri dalam mencapai tujuannya.
Pada dasarnya hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, tidak
disuruh dan tidak pula di larang. Dasar pokok dari hukum fasakh ialah
seorang atau kedua suami isteri merasa dirugikan oleh pihak yang lain dalam
perkawinannya karena ia tidak memperoleh hak-hak yang telah ditentukan
oleh syarak sebagai seorang suami atau sebagai seoarng isteri. Akibatnya
salah seorang atau kedua suami isteri tidak sanggup lagi melanjutkan
perkawinannya atau kalaupun perkawinan itu dilanjutkan juga keadaan
kehidupan rumah tangga diduga akan bertambah buruk, pihak yang dirugikan
bertambah buruk keadaannya, sedang Allah tidak menginginkan terjadinya
keadaan yang demikian.
e. „Iddah
„Iddah adalah masa wanita menunggu dan menahan diri dari menikah
setelah wafatnya suami atau perpisahan dengannya. „Iddah hukumnya adalah
wajib atas wanita jika terpenuhi sebab-sebabnya. Pada masa itu ia tidak
19
diperbolehkan menikah atau menawarkan diri kepada laki-laki lain untuk
menikahinya.
Para ulama telah sepakat mewajibkan „iddah ini yang didasarkan pada
firman Allah Ta„ala: “Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan dini
(menunggu) selama tiga masa quru”. (Al-Baqarah: 228).
1) Macam-macam „Iddah
Ada beberapa macam „iddah, antara lain :
a) „Iddah dengan hitungan quru (haid).
Ada beberapa kondisi yang menjadikan seorang wanita
ber‟iddah dengan hitungan quru, yaitu :
(1) Wanita yang telah dijima oleh suaminya, lalu dijatuhi talak,
dan ia masih mengalami haidh, maka „iddahnya adalah
dengan tiga kali haid
(2) Wanita yang mengajukan khulu, maka „iddahnya adalah
dengan satu kali haid.
(3) Wanita yang dili‟an „iddahnya sama dengan wanita yang
ditalak.
(4) Wanita yang dipisahkan dari suaminya, karena ia memeluk
Islam sementara suaminya tetap dalam kekufuran, maka ia
beristibra adalah dengan satu kali haid.
b) „Iddah dengan hitungan bulan
Ada beberapa kondisi yang menjadikan seorang wanita
ber‟iddah dengan hitungan bulan, yaitu :
(1) Wanita yang ditalak oleh suaminya yang tidak haid baik
karena belum haid atau karena sudah tidak haid, maka
„iddahnya adalah tiga bulan.
(2) Wanita yang ditalak dalam keadaan mustahadhah dan ia
termasuk wanita yang mutahayyirah, maka „iddahnya
adalah selama tiga bulan.
20
c) „Iddah dengan melahirkan kandungan
„Iddah dengan melahirkan kandungan Wanita yang ditalak
dalam keadaan hamil baik itu talak raj‟i atau talak talak bain atau
wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil, maka
„iddahnya adalah sampai melahirkan.
d) „Iddah karena wafat
Wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan tidak
hamil, baik ia telah jima dengan suaminya atau belum, baik ia
masih kecil atau sudah dewasa, maka „iddahnya adalah empat
bulan sepuluh hari.
f. Rujuk
Rujuk adalah mengembalikan isteri yang telah ditalak (bukan dengan
talak bain) ke dalam pernikahan, tanpa akad nikah yang baru. Rujuk tidak
memerlukan wali, mahar, persetujuan isteri, dan izin dari walinya.
1) Syarat sahnya rujuk adalah:
a) Isteri yang ditalak telah dijima sebelumnya. Jika suami mentalak
isterinya yang belum pernah dijima, maka suami tersebut tidak
berhak untuk merujuknya. Ini adalah ijma para ulama.
b) Talak yang dijatuhkan di bawah talak tiga (talak raj‟i).
c) Talak yang terjadi tanpa tebusan. Jika dengan tebusan, gmaka isteri
menjadi bain.
d) Rujuk dilakukan pada masa „iddah dari pernikahan yang sah. Jika
masa „iddah isteri telah habis, maka suami tidak berhak untuk
merujuknya. Ini adalah ijma para ulama fiqih.
2) Tata cara rujuk
Rujuk dapat dilakukan dengan :
a) Ucapan
Rujuk dengan ucapan adalah dengan ucapan-ucapan yang
menunjukkan makna rujuk. Seperti ucapan suami kepada isterinya,
”Aku merujukmu” atau ”Aku kembali kepadamu” dan yang
semisalnya.
21
b) Perbuatan
Rujuk dapat dilakukan dengan perbuatan seperti; suami
menyentuh atau mencium isterinya dengan syahwat atau suami
menjimai isterinya. Dan perbuatan semacam ini memerlukan niat
untuk rujuk.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Gus. (2016). Menikah untuk bahagia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kompas Gramedia.
Dahlan, M. (2015). Fiqih Munakahat. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Thobroni, M dan Aliyah A Munir. (2010). Meraih Berkah dengan Menikah.
Yogyakarta: Pustaka Marwa

More Related Content

What's hot (20)

Iddah dan ihdad
Iddah dan ihdadIddah dan ihdad
Iddah dan ihdad
 
Principle of Niyyah
Principle of NiyyahPrinciple of Niyyah
Principle of Niyyah
 
Al urf
Al  urfAl  urf
Al urf
 
01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan
 
Hutang (Muamalat)
Hutang (Muamalat)Hutang (Muamalat)
Hutang (Muamalat)
 
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
 
Kaedah fiqh
Kaedah fiqhKaedah fiqh
Kaedah fiqh
 
Bay’ al inah dan bay dayn
Bay’ al inah dan bay dayn Bay’ al inah dan bay dayn
Bay’ al inah dan bay dayn
 
Talak & Rujuk
Talak & RujukTalak & Rujuk
Talak & Rujuk
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
 
Principle of Yaqeen
Principle of YaqeenPrinciple of Yaqeen
Principle of Yaqeen
 
ISB540 - MUAMALAH
ISB540 - MUAMALAHISB540 - MUAMALAH
ISB540 - MUAMALAH
 
Khuluk dan fasakh
Khuluk dan fasakhKhuluk dan fasakh
Khuluk dan fasakh
 
A’ul, rad dan tashiih
A’ul, rad dan tashiihA’ul, rad dan tashiih
A’ul, rad dan tashiih
 
Syuf'ah
Syuf'ahSyuf'ah
Syuf'ah
 
Faraq Dalam Perkahwinan
Faraq Dalam PerkahwinanFaraq Dalam Perkahwinan
Faraq Dalam Perkahwinan
 
Konsep Fasakh.ppt
Konsep Fasakh.pptKonsep Fasakh.ppt
Konsep Fasakh.ppt
 
METODOLOGI MAZHAB ZAHIRI
METODOLOGI MAZHAB ZAHIRIMETODOLOGI MAZHAB ZAHIRI
METODOLOGI MAZHAB ZAHIRI
 
Al- murabahah
Al- murabahahAl- murabahah
Al- murabahah
 
Nikah & Mahar
Nikah & MaharNikah & Mahar
Nikah & Mahar
 

Similar to Fiqh munakahat

Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2Arya D Ningrat
 
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaKetentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaYulia Fauzi
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikahheckaathaya
 
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptxHUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptxnuradam15
 
Fiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinanFiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinanbudistaiattanwir
 
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptxPPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptxZidanKirii
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHATPENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHATNURLIDYAWATI JASMIN
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamArra Asri
 
Andi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanAndi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanIntanPrawisti
 
Kelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptx
Kelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptxKelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptx
Kelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptxShalsaNurliza
 
makalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxmakalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxrusmanwarsit0
 
Bab pernikahan
Bab pernikahanBab pernikahan
Bab pernikahansuhendi8
 

Similar to Fiqh munakahat (20)

KLP 1 MUNAKAHAT.pdf
KLP 1 MUNAKAHAT.pdfKLP 1 MUNAKAHAT.pdf
KLP 1 MUNAKAHAT.pdf
 
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
 
7. fiqh munakahat
7. fiqh munakahat7. fiqh munakahat
7. fiqh munakahat
 
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptxMATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
 
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaKetentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
 
Pernikahan dalam islam
Pernikahan dalam islamPernikahan dalam islam
Pernikahan dalam islam
 
Munahakat 12ipa 2
Munahakat 12ipa 2Munahakat 12ipa 2
Munahakat 12ipa 2
 
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptxHUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ISLAM.pptx
 
Pernikahan
PernikahanPernikahan
Pernikahan
 
Fiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinanFiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinan
 
Fiqih III
Fiqih IIIFiqih III
Fiqih III
 
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptxPPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHATPENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islam
 
Andi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanAndi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahan
 
Kelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptx
Kelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptxKelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptx
Kelompok 1 Munakahat Pernikahan.pptx
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
makalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxmakalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docx
 
Bab pernikahan
Bab pernikahanBab pernikahan
Bab pernikahan
 

More from AnitaRohimah

Inovasi, motivasi dan naluri kewirausahaan
Inovasi, motivasi dan naluri kewirausahaanInovasi, motivasi dan naluri kewirausahaan
Inovasi, motivasi dan naluri kewirausahaanAnitaRohimah
 
Nasihat untuk wanita
Nasihat untuk wanitaNasihat untuk wanita
Nasihat untuk wanitaAnitaRohimah
 
Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)
Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)
Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)AnitaRohimah
 
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran TematikMakalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran TematikAnitaRohimah
 
Penilaian Pembelajaran Tematik
Penilaian Pembelajaran TematikPenilaian Pembelajaran Tematik
Penilaian Pembelajaran TematikAnitaRohimah
 

More from AnitaRohimah (6)

Inovasi, motivasi dan naluri kewirausahaan
Inovasi, motivasi dan naluri kewirausahaanInovasi, motivasi dan naluri kewirausahaan
Inovasi, motivasi dan naluri kewirausahaan
 
Nasihat untuk wanita
Nasihat untuk wanitaNasihat untuk wanita
Nasihat untuk wanita
 
Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)
Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)
Pembelajaran bahasa inggris kelas 2 (anggota tubuh)
 
Family tree
Family treeFamily tree
Family tree
 
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran TematikMakalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
 
Penilaian Pembelajaran Tematik
Penilaian Pembelajaran TematikPenilaian Pembelajaran Tematik
Penilaian Pembelajaran Tematik
 

Recently uploaded

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANGilangNandiaputri1
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGmamaradin
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatanSuzanDwiPutra
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxWulanEnggarAnaskaPut
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptParulianGultom2
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanNesha Mutiara
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMPNiPutuDewikAgustina
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa PemrogramanSaeranSaeran1
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMhanyakaryawan1
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxJajang Sulaeman
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 

Recently uploaded (20)

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 

Fiqh munakahat

  • 1. 1 Nama : Anita Rohimah NIM : 1152090012 Jurusan : PGMI Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Mata Kuliah : Fiqh Munakahat 1. Tuliskan pengertian nikah secara etimologi dan terminologi, jelaskan hukum pernikahan dan hadits tentang kriteria memilih calon suami dan isteri Jawaban: a. Pengertian Nikah Pernikahan menurut bahasa Arab berasal dari kata (‫)النكاح‬ al-nikah yang bermakna al wathi‟ dan al-dammu wa al-tadakhul. Menurut Munawwir (Arifin, 2016: 83) nikah adalah berkumpul atau menindas, setubuh dan senggama. Sedangkan menurut terminologi, imam nawawi (Dahlan, 2015: 28) menjelaskan bahwa nikah adalah bercampur yang meliputi akad (perjanjian) dan hubungan seksual. b. Hukum Pernikahan Hukum pernikahan dalam islam tergantung sebabnya yakni sunnah, wajib, makruh ataupun haram (Thobroni dan Aliyah, 2010: 15-16) 1) Wajib; wajib hukumnya bagi seseorang yang memiliki syahwat besar dan khawatir dirinya akan terjerumus pada perzinaan, jika ia tidak segera menikah, mampu dan siap menjalanan tanggung jawab dalam rumah tangga. 2) Mustahab (dianjurkan); Menikah mustahab hukumnya bagi seorang yang berhasrat, namun ia tidak dikhawatirkan terjerumus pada perzinaan. Meskipun demikian menikah lebih utama baginya daripada ia melakukan ibadah-ibadah sunnah. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟, kecuali Imam Asy-Syafi‟i. Karena menikah merupakan penyempurna setengah agama. 3) Makruh; apabila yang bersangkutan tidak mempunyai kesanggupan menyalurkan kebutuhan biologis, walaupun sanggup melaksanakan
  • 2. 2 tanggung jawab nafkah, dan lain-lain. Atau sebaliknya dia mampu menyalurkan kebutuhan biologis tetapi tidak mampu bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban dalam rumah tangga. 4) Haram; apabila dia mempunyai penyakit kelamin yang akan menular kepada pasangannya juga keturunannya. Sebaiknya, sebelum menikah periksakan kesehatan untuk memastikan keadaan kita. Apabila yang mengidap penyakit berbahaya meneruskan pernikahannya, dia akan mendapat dosa karena dengan sengaja menularan penyakit kepada pasangannya. 2. Jelaskan visi dan misi pernikahan, rukun nikah, tujuan pernikahan dan hikmah pernikahan. Jawaban: a. Rukun nikah Berikut ini merupakan rukun nikah, diantaranya: 1) Mempelai laki-laki Syarat-syarat Suami yakni: a) Beragama Islam b) Bukan mahram dari calon istri. c) Tidak terpaksa atas kemauan sendiri. d) Orangnya tertentu, jelas orangnya. e) Tidak sedang ihram f) Baligh dan berakal sehat 2) Mempelai perempuan Syarat-syarat istri yakni: a) Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang dalam iddah. b) Merdeka, atas kemauan sendiri. c) Jelas orangnya. d) Sedang tidak berihram.
  • 3. 3 3) Wali mempelai perempuan Perwalian dalam istilah fiqh disebut wilayah, yang berarti penguasaan dan perlindungan. Menurut istilah fiqh yang dimaksud perwaliaan ialah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada seorang untuk menguasai dan melindungi orang atau barang. Menurut Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya al-fiqh ala-mazhabi al-arba‟ah mengatakan : “wali dalam pernikahan adalah orang yang tergantung padanya sah akad nikah, maka tidak sah (nikah) tanpa dia”. Macam-macam wali yakni: a) Wali Nasab, wali nasab adalah anggota keluarga laki-laki dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hubungan darah dengan calon mempelai perempuan. b) Wali Hakim, wali hakim yang dimaksud disini adalah penguasa atau petugas yang ditunjuk secara langsung secara resmi menjadi wali dalam pernikahan. Para ulama fiqih sependapat bahwa wali dalam perkawinan (wilayah tajwiz) ditinjau dari segi objek perwaliannya dapat digolongkan menjadi wali mujbir dan wali ghairu mujbir . Wali mujbir adalah wali yang mempunyai wewenang langsung untuk menikahkan orang yang berada dibawah perwaliannya meskipun tanpa izin orang itu. Sedangkan wali ghairu Mujbir adalah wali yang mempunyai hak mengawinkan tanpa izin dan ridha dari orang yang padanya terdapat hak perwalian Syarat-syarat Wali yakni: a) Mukallaf b) Muslim c) Tidak berada dalam pengampuan atau mahjur alaih d) Laki-laki. e) Baligh. f) Adil g) Berpikiran baik
  • 4. 4 h) Waras akalnya i) Tidak sedang ihram. 4) Dua orang saksi Menurut Jumhur Ulama, perkawinan yang tidak dihadiri saksi- saksi tidak sah. Jika ketika ijab qabul tak ada saksi yang menyaksikan, sekalipun di umumkan kepada orang ramai dengan cara lain, perkawinannya tetap tidak sah. Ada beberapa persyaratan untuk saksi nikah yang merupakan rukun ini. Saksi minimal dua orang laki-laki, hadir dalam majelis perkawinan atau dalam ijab qabul, dapat mengerti maksud akad, Islam, dewasa. 5) Shigat ijab kabul Pernyataan untuk menyatakan kehendak mengadakan ikatan perkawinan yang datang dari pihak istri, dalam terminolgi fiqh disebut ijab, sedangkan pernyataan yang datang dari pihak laki-laki menyatakan persetujuan untuk menikahi, disebut qabul, sebagai bentuk penerimaan. b. Tujuan pernikahan Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas, meliputi segala aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriyah maupun batiniyah. Namun yang terpenting dari tujuan pernikahan ada 2 yaitu: 1) Mendapatkan keturunan atau anak Dianjurkan dalam pernikahan tujuan pertamanya adalah untuk mendapatkan keturunan yang shaleh, yang menyembah pada Allah dan mendoakan pada orang tuanya. Jadi inilah salah satu dari tujuan pernikahan. 2) Menjaga diri dari yang haram Tidak diragukan lagi bahwa yang terpenting dari tujuan nikah adalah memelihara dari perbuatan zina dan semua perbuatan-perbuatan keji, serta tidak semata-mata memenuhi syahwt itu merupakan sebab untuk
  • 5. 5 bias menjaga diri, akan tetapi tidaklah terwujud iffah (penjagaan) itu kecuali dengan tujuan dan niat. Adapun rumusan tujuan perkawinan yang lain yaitu sebagai berikut: a) Pertama, untuk menenangkan dan menenteramkan jiwa (litaskunu ilaiha) b) Menimbulkan rasa mawaddah, cinta kasih kepada keluarga. c) Menimbulkan rasa kasih sayang, rahmah. d) Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan. e) Memperoleh keturunan yang sah. c. Hikmah Pernikahan Sebagaimana diketahui bersama bahwa manusia dan makhluk lainnya mempunyai gharizah seksual yang tinggi. Tidak disangsikan bahwa kebutuhan biologis ini dari waktu ke waktu dan dari tahun ke tahun terus naik dan dahsyat. Ditahan dan dibiarkan, tentu bukan sebuah jalan keluar. Dilampiaskan semena-mena sebagaimana hewan, juga bukan sebuah solusi yang baik. Untuk itu, Islam memberikan aturan dalam rangka melampiaskan kebutuhan biologis ini melalui nikah. Dengan pernikahan, kebutuhan biologis yang sudah menggebu itu akan disalurkan secara baik dan benar sehingga diharapkan orang tersebut menjadi tenang dan rehat. Karena kini, ia telah mempunyai tempat yang bersih dan sah untuk menumpahkan kebutuhan biologisnya. Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqhus Sunnah mengatakan bahwa dengan menikah badan menjadi tenang, jiwa juga damai, pandangan terpelihara dan kasih sayang bisa diwadahi secara benar. Oleh karena itu, sejatinya orang yang sudah menikah menjadi orang yang tenang baik dalam jasmani, pandangan maupun jiwanya. Selain untuk memberikan ketenangan lahir bathin, menikah juga berguna untuk memperbanyak keturunan dan melanjutkan kehidupannya.
  • 6. 6 3. Jelaskan pengertian meminang, batas pergaulan setelah meminang, hukum meminang dan hikmah meminang. Jawaban: a. Pengertian Meminang Secara etimologi khitbah dalam bahasa Indonesia adalah pinangan atau lamaran yang berasal dari kata pinang, meminang. Meminang dimaknai sebagai thalabah al mar‟ah li al-zawaj permintaan kepada wanita untuk dijadikan istri. Sedangkan menurut terminologi khitbah adalah pernyataan permintaan untuk menikah dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya dengan perantaraan seseorang yang dipercayai maupun secara langsung tanpa perantara. Adapun salah satu tujuan di syariatkannya khitbah adalah agar masing-masing pihak dapat mengetahui calon pendamping hidupnya. (Dahlan, 2015: 10) b. Hukum Meminang Memang terdapat dalam Al-Qur‟an dan dalam banyak hadis nabi yang membicarakan hal peminangan. Namun tidak ditemukan secara jelas dan terarah adanya perintah atau larangan melakukan peminangan, sebagaimana perintah untuk mengadakan perkawinan dengan kalimat yang jelas, baik dalam Al-Qur‟an maupun dalam hadis nabi. Oleh karena itu dalam menetapkan hukumnya tidak terdapat pendapat ulama yang mewajibkannya, dalam arti hukumnya adalah mubah. Namun ibnu Rusyd dalam Bidayat al- Mujtahid yang menukilkan pendapat Daud al-Zhahiriy yang mengatakan hukumnya adalah wajib. Ulama ini mendasarkan pendapatnya kepada perbuatan dan tradisi yang dilakukan Nabi dalam peminangan itu. Meskipun melamar atau meminang itu disunnahkan dalam ajaran Islam, akan tetapi adakalanya berubah menjadi haram. Hal itu terjadi karena alasan-alasan sebagai berikut: 1) Melamar kepada wanita yang masih dalam masa iddah dari perceraian dengan laki-laki lain, baik dengan talak raj‟i atau ba‟in atau dengan fasakh atau ditinggalkan mati. Meskipun demikian,
  • 7. 7 diperbolehkan kalau dengan kata-kata sindiran kepada janda yang masih dalam iddah selain talaq raj‟i. 2) Melamar wanita bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talaq selama masih dalam masa iddah baik dia maupun dari perceraian dengan laki-laki lain (muhallilnya). 3) Melamar wanita yang diketahui olehnya telah dilamar oleh laki- laki serta lamarannya diterima c. Hikmah Meminang Berikut ini merupakan hikmah meminang, yakni: 1) Memudahkan jalan perkenalan antara peminang dan yang dipinang beserta kedua belah pihak. Dengan pinangan, maka kedua belah pihak akan saling menjajaki kepribadian masingmasing dengan mencoba melakukan pengenalan secara mendalam 2) Menguatkan tekad untuk melaksanakan pernikahan. Pada awalnya laki-laki atau perempuan berada dalam keadaan bimbang untuk memutuskan melaksanakan pernikahan. 3) Menumbuhkan ketentraman jiwa Dengan peminangan, apalagi telah ada jawaban penerimaan, akan menimbulkan perasaan kepastian pada kedua belah pihak. 4) Menjaga kesucian diri menjelang pernikahan Dengan adanya pinangan, masing-amsing pihak akan lebih menjaga kesucian diri. 5) Melengkapi persiapan diri Pinangan juga mengandung hikmah bahwa kedua belah pihak dituntut untuk melengkapi persiapan diri guna menuju pernikahan. 4. Jelaskan wanita atau laki-laki yang haram dinikahi, pernikahan terlarang, kewajiban suami dan isteri, hukum poligami. Jawaban: a. Wanita atau Laki-Laki yang Haram Dinikahi 1) Karena hubungan keturunan (nasab)
  • 8. 8 a) Ibu terus ke atas Yang masuk dalam kategori ini adalah semua wanita yang memiliki hubungan melahirkan walaupun jauh, yaitu; ibu, nenek dari bapak maupun dari ibu, ibunya nenek, dan seterusnya ke atas. b) Anak perempuan terus ke bawah Yang masuk dalam kategori ini adalah semua wanita yang memiliki hubungan kelahiran, yaitu; anak perempuan, cucu perempuan dari anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki- laki, dan seterusnya ke bawah. c) Saudara perempuan dari semua arah Yaitu; saudara perempuan kandung, saudara perempuan sebapak, dan saudara perempuan seibu. d) Bibi dari pihak bapak terus ke atas Yaitu; saudara perempuan bapak, saudara perempuan kakek, dan seterusnya ke atas. e) Bibi dari pihak ibu terus ke atas Yaitu; saudara perempuan ibu, saudara perempuan nenek, dan seterusnya ke atas. f) Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan dari pihak saudara lakilaki) terus ke bawah. g) Anak perempuan saudara wanita (keponakan dari pihak saudara wanita) terus ke bawah 2) Karena hubungan pernikahan (mushaharah) a) Isterinya bapak (ibu tiri) terus ke atas Para ulama telah bersepakat bahwa wanita yang telah diikat dengan akad pernikahan oleh bapak, maka haram untuk dinikahi anaknya walaupun belum terjadi jima. b) Isterinya anak (menantu) terus ke bawah Para ulama telah bersepakat bahwa isteri anak kandung menjadi haram bagi bapak hanya dengan akad nikah anaknya. c) Ibunya isteri (mertua) terus ke atas
  • 9. 9 Mertua menjadi haram untuk dinikahi oleh seorang laki-laki setelah akad yang dilakukan dengan anaknya. d) Anaknya isteri dari suami lain (anak tiri) terus ke bawah Anak tiri menjadi mahram setelah terjadi jima dengan ibunya. Sehingga jika seorang laki-laki telah mengadakan akad nikah dengan ibunya namun belum terjadi jima, maka ia boleh menikahi anak perempuan isterinya tersebut. 3) Karena persusuan (radha‟ah) a) Minimal disusui sebanyak lima kali susuan yang mengenyangkan Ini adalah pendapat Jumhur ulama, di antaranya; madzhab AsySyafi‟i, pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad, Ibnu Hazm, Atha‟, dan Thawus. b) Penyusuan terjadi pada dua tahun pertama dari usia anak Ini adalah pendapat Jumhur ulama, di antaranya; Imam Malik, AsySyafi‟i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Al-Auza‟i. Berikut ini adalah mahram karena persusuan yakni: (1) Wanita yang menyusui (ibu susuan) terus ke atas Termasuk dalam kategori ini adalah nenek susuan baik dari pihak ibu susuan maupun bapak susuan, ibu dari nenek susuan, dan seterusnya ke atas. (2) Anak perempuan wanita yang menyusui (saudara susuan) terus ke bawah Baik yang dilahirkan sebelum dan sesudah susuan. Termasuk pula dalam kategori ini adalah cucu perempuan dari anak perempuan maupun anak laki-laki ibu susuan, dan seterusnya ke bawah. (3) Saudara perempuan sepersusuan Yaitu setiap anak yang menyusu kepada ibu susuan, meskipun waktu menyusuinya berbeda. (4) Saudara perempuan wanita yang menyusui (bibi susuan dari pihak ibu susuan)
  • 10. 10 (5) Saudara perempuan suami dari ibu susuan (bibi susuan dari pihak bapak susuan) (6) Anak perempuan dari anak perempuan ibu susuan (keponakan susuan) (7) Anak perempuan dari anak laki-laki ibu susuan (keponakan susuan) (8) Isteri lain dari bapak susuan (ibu tiri susuan) Termasuk dalam masalah ini adalah isteri dari kakek susuan, dan seterusnya ke atas. (9) Isteri dari anak susuan (menantu dari anak susuan) Termasuk dalam masalah ini adalah isteri cucu dari anak susuan (10) Ibu susuan dari isteri (mertua susuan) Termasuk dalam masalah ini adalah nenek susuan dari isteri, dan seterusnya ke atas. (11) Anak susuan dari isteri (anak tiri susuan) Termasuk dalam masalah ini adalah cucu perempuan dari anak perempuan susuan, dan seterusnya ke bawah. 4) Mahram Muaqqat Adapun mahram muaqqat yakni wanita yang haram dinikahi untuk sementara waktu. Yang termasuk mahram muaqqat adalah : a) Mengumpulkan dua wanita yang bersaudara dalam satu pernikahan b) Mengumpulkan wanita dengan bibinya dalam satu pernikahan c) Mengumpulkan lebih dari empat wanita dalam satu masa yang sama d) Wanita yang telah bersuami, hingga ia ditalak atau ditinggal mati oleh suaminya dan telah habis masa „iddahnya e) Wanita dalam masa „iddah, hingga ia selesai masa „iddahnya f) Wanita dalam keadaan ihram (haji atau umrah), hingga ia bertahallul g) Isteri yang telah ditalak tiga, hingga ia dinikahi oleh orang lain dan telah diceraikan oleh suami yang baru tersebut h) Wanita musyrik, hingga ia masuk Islam
  • 11. 11 i) Wanita pezina, hingga ia bertaubat dan beristibra. b. Pernikahan terlarang 1) Nikah Mut‟ah Nikah Mut‟ah adalah seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita pada batas waktu tertentu; sehari, dua hari, sebulan, setahun, atau lebih, tergantung kesepakatan bersama dengan imbalan uang atau harta lainnya yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak wanita. Para ulama telah bersepakat atas haramnya nikah mut‟ah. 2) Nikah Syighar Nikah syighar adalah seseorang yang menikahkan putrinya, saudara perempuannya, atau wanita lain yang ia memiliki hak perwalian atasnya, dengan syarat orang lain (calon suami) tersebut bersedia menikahkan putrinya atau saudara perempuannya dengannya. Pernikahan semacam ini adalah rusak (tidak sah) dan haram, menurut kesepakatan para ulama. Baik itu maharnya disebutkan atau tidak. 3) Nikah Muhallil Nikah Muhallil adalah seorang laki-laki menikahi wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya dan telah selesai masa iddahnya, dengan niat agar wanita tersebut menjadi halal bagi suami yang pertama. Dan yang diperhitungkan dalam hal ini adalah niat suami yang kedua (muhallil). Pernikahan semacam ini adalah rusak (tidak sah) dan diharamkan, menurut Jumhur ulama. c. Kewajiban suami dan isteri 1) Kewajiban suami atas istrinya adalah memberinya nafkah lahir dan batin. Sedangkan istri kepada suami menurut pendapat para fuqaha hanya sebatas memberikan pelayanan secara seksual. Sedangkan memasak, mencuci pakaian, menata mengatur dan membersihkan rumah, pada dasarnya adalah kewajiban suami, bukan kewajiban seorang istri. Dalam syariah Islam yang berkewajiban memasak dan mencuci baju memang bukan istri, tapi suami. Karena semua itu bagian
  • 12. 12 dari nafkah yang wajib diberikan suami kepada istri. Sebagaimana firman Allah SWT : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa' : 34) 2) Kewajiban Istri menurut Imam Syafi‟i Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu Ishaq Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan : Tidak wajib atas istri berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual (istimta'), sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban. d. Hukum Poligami Hukum asal poligami adalah mubah, jika terpenuhi syarat-syaratnya. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟. Dan hukumnya dapat berubah menjadi; sunnah, wajib, makruh, bahkan haram –jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi dan tujuannya adalah untuk menyakiti isteri.- Perubahan hukum tersebut tergantung pada kondisi dan kemampuan pelaku poligami. Allah berfirman : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil , maka seorang saja , atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa : 3) Catatan: 1) Diperbolehkan berbeda ukuran mahar dan walimah di antara para isteri. 2) Apabila seorang suami menikah dengan seorang gadis, maka ia dianjurkan untuk bermalam dengannya selama tujuh hari, sebelum melakukan gilir. Adapun jika suami tersebut menikah dengan seorang janda, maka ia dianjurkan untuk bermalam dengannya selama tiga hari sebelum melakukan gilir. 3) Tidak diperbolehkan bagi seorang suami untuk menyatukan isteriisterinya dalam satu rumah.
  • 13. 13 4) Tidak diperbolehkan bagi seorang isteri untuk meminta suaminya agar mentalak isteri yang lainnya. 5. Jelaskan pengertian thalak, hukum thalak, jenis-jenis thalak, fasakh, iddah dan rujuk. Jawaban: a. Pengertian thalak Secara bahasa, thalak berarti pemutusan ikatan. Sedangkan menurut istilah, thalak berarti pemutusan tali perkawinan. Thalak tanpa adanya alasan merupakan sesuatu yang dimakruhkan. Hadits yang menjelaskan hukum thalak yakni: 1) Dari Tsauban Radhiyallahu Anhu, ia menceritakan; bahwa Rasulullah saw bersabda: "Siapa pun wanita yang meminta cerai tanpa adanya alasan yang membolehkan, maka haram baginva bau surga.“ (HR.Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah dan Tirmidzi, dimana beliau menghasankannya). 2) Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, ia berkata; bahwa Nabi saw telah bersabda,“Perkara halal yang sangat dibenci Allah adalah thalak.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim, dirnana beliau menshahihkannya). b. Hukum thalak Menurut sudut pandang hukum Islam, sebenarnya thalak itu bisa saja hukumnya wajib, tetapi terkadang bisa juga menjadi haram, atau juga bisa menjadi mubah dan bisa juga sunnah. Semua tergantung dari keadaan serta situasi yang sedang dialami oleh seseorang dengan pasangannya. 1) Wajib Thalak wajib adalah thalak yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara suami dan isteri, jika masing-masing melihat bahwa thalak adalah satusatunya jalan untuk mengakhiri perselisihan. Demikian menurut para ulama penganut madzhab Hanbali. Demikian pula thalak yang dilakukan oleh suami yang meng-ila‟ isterinya setelah diberi tangguh. Yang dimaksud dengan "meng-ila`" isteri adalah bersumpah
  • 14. 14 tidak akan mencampurinya (menyetubuhinya). Dengan adanya sumpah ini seorang isteri sudah tentu akan menderita, karena ia tidak lagi disetubuhi dan tidak pula diceraikan. Allah SWT berfirman: Kepada orang-orang yang mengila‟ isterinya diberi tangguh selama empat bulan. Kemudianjika mereka keinbali (kepada isteri), maka se sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan apabila mereka berazam (berketetapan hati) untuk thalak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al- Baqarah: 226-227 2) Haram Talak menjadi haram hukumnya ketika suami menjatuhkan talak kepada isterinya dalam keadaan haidh/nifas atau dalam masa suci yang telah dijima dan belum jelas kehamilannya. Haram pula mentalak tiga dengan satu lafazh/dalam satu majelis. Inilah yang disebut dengan talak yang bid‟ah. 3) Sunah Thalak yang disunnahkan adalah thalak yang dilakukan terhadap seorang isteri yang telah berbuat zhalim kepada hak-hak Allah yang harus diembannya, seperti shalat dan kewajiban-kewajiban lainnya, dimana berbagai cara telah ditempuh oleh sang suami untuk menyadarkannya, akan tetapi ia tetap tidak menghendaki perubahan. Thalak juga disunnahkan ketika suami isteri berada dalam perselisihan yang cukup tegang, atau pada suatu keadaan dimana dengan thalak itu salah satu dan keduanya akan terselamatkan dan bahaya yang mengancam. 4) Mubah Thalak diperbolehkan (mubah) jika untuk menghindari bahaya yang mengancam salah satu pihak, baik itu suami maupun isteri. Ketika akhlak/perilaku isteri kepada suaminya sangat buruk, sementara suami tidak melihat adanya harapan untuk dapat berubah, maka ketika itu talak hukumnya menjadi mubah. Allah SWT berfirman: “Thalak (yang dapat dirujuk) adalah dua kali. Setelah itu boleh rujuk kembali dengan cara yang ma „ruf (baik) atau menceraikan dengan cara yang baik”. (Al-
  • 15. 15 Baqarah: 229). Dalam surat yang lain Allah berfirman: “Wahai Nabi, jika kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) masa „iddahnya (yang wajar)”.(Al-Thalaq: 1) 5) Makruh Makruh Talak dimakruhkan hukumnya ketika dilakukan bukan karena kebutuhan. Diriwayatkan dari ‟Amr bin Dinar y, ia berkata; ”Ibnu ‟Umar mentalak isterinya lalu isterinya berkata, ”Apakah engkau melihat sesuatu yang engkau benci dariku?” Ia menjawab, ”Tidak.” Isterinya berkata, ”Mengapa engkau mentalak seorang muslimah yang menjaga kehormatannya?” ‟Amr bin Dinar y berkata, ”Akhirnya Ibnu ‟Umar kembali meruju‟nya.” c. Jenis-jenis thalak 1) Thalak sunni adalah thalak yang didasarkan pada sunnat Nabi, yaitu apa seorang suami menthalak isterinya yang telah disetubuhi dengan thalak satu pada saat suci, sebelum disetubuhi. Allah SWT befirman: “Thalak yang dapat dirujuk adalah dua kali. Setelah itu, boleh kembali dengan cara yang baik atau menceraikan dengan cara yang baik” (Al-Baqarah: 229) 2) Thalak bid‟ah adalah ada beberapa macam keadaan, yang mana seluruh ulama telah sepakat menyatakan, bahwa thalak semacam ini hukumnya haram. Jumhur ulama berpendapat, bahwa thalak ini tidak berlaku. Thalak bid‟ah ini jelas bertentangan dengan syari‟at. Yang bentuknya ada beberapa macam, yaitu: a) Apabila seorang suami menceraikan isterinya ketika sedang dalam keadaan haid atau nifas. b) Ketika dalam keadaan suci, sedang ia telah menyetubuhinya pada masa suci tersebut. c) Seorang suami menthalak tiga isterinya dengan satu kalimat dengan tiga kalimat dalam sam waktu.
  • 16. 16 3) Thalak ba‟in adalah seorang suami masih mempunyai hak untuk menikah kembali dengan isteri yang dithalaknya. Dengan thalak ini seorang suami berkedudukan seperti seorang yang melamar wanita. Yaitu, jika menghendaki wanita tersebut akan menerimanya melalui penyerahan mahar atau melalui proses akad nikah. Sebaliknya, jika menghendaki, ia juga boleh menolaknya. Dalam thalak ini tidak ada perbedaan antara lafazh yang diucapkan secara jelas maupun melalui sindiran. 4) Thalak raj„i adalah thalak yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada isterinya yang telah ia setubuhi. Yaitu, thalak yang terlepas dan segala yang berkaitan dengan pergantian uang serta belum didahului dengan adanya thalak sama sekali atau telah didahului oleh adanya thalak satu. Dalam hal ini seorang suami masih mempunyai hak untuk kembali kepada isterinya, meskipun tanpa ada keridhaan darinya. 5) Thalak Sharih adalah thalak dimana suami tidak lagi membutuhkan adanya niat, akan tetapi cukup dengan mengucapkan kata thalak secara sharih (tegas). Seperti dengan mengucapkan: “Aku cerai,” atau “Kamu telah aku cerai”. 6) Thalak Sindiran yaitu thalak yang memerlukan adanya fiat pada din suami. Karena, kata- kata yang diucapkan tidak menunjukkan pengertian thalak. 7) Thalak munjaz adalah thalak yang diberlakukan terhadap isteri tanpa adanya penangguhan. Misalnya seorang suami mengatakan kepada isterinya: “Kamu telah dicerai.” Maka isteri telah dithalak dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. 8) Thalak mu‟allaq adalah thalak yang digantungkan oleh suami dengan suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh isterinya pada masa mendatang. Seperti suami mengatakan kepada isterinya: “Jika kamu berangkat kerja, berarti kamu telah dithalak.” Maka thalak tersebut berlaku sah dengan keberangkatan isterinya untuk kerja.
  • 17. 17 9) Thalak takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada isterinya, yaitu melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si isteri memilih bercerai, maka berarti ia telah dithalak. 10) Thalak tamlik adalah thalak dimana seorang suami mengatakan kepada isterinya: “Aku serahkan urusanmu kepadamu.” Atau “Urusanmu berada di tanganmu send in.” Jika dengan ucapan itu si isteri mengatakan “Berarti aku telah dithalak”, maka berarti ia telah dithalak satu raj „i. Imam Malik dan sebagian ulama Iainnya berpendapat, bahwa apabila isteri yang telah diserahi tersebut menjawab, “Aku memilih thalaq tiga”, maka ia telah dithalak ba‟in oleh suaminya. Dengan thalak tiga maka si suami tidak boleh ruju‟ kepadanya, kecuali setelah mantan isteri dinikahi oleh laki-laki lain. 11) Thalak dengan pengharaman. Terjadi perbedaan pendapat yang cukup serius di kalangan para ulama salaf mengenai masalah ini, hingga terdapat sekitar delapan belas pendapat. Yang demikian itu karena tidak adanya nash yang jelas, baik dan Al-Quran maupun Sunnah. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, berikut ini akan diuraikan secara sederhana beberapa pendapat dan kedelapan belas pendapat tersebut. 12) Thalak Wakalah dan Kitabah. Jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk menthalak isterinya atau menuliskan surat kepada isterinya yang memberitahukan perihal perceraiannya, lalu isterinya menerima hal itu, maka ia telah dithalak. Mengenai masalah ini tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Karena, perwa- kilan dalam thalak itu diperbolehkan. Sedangkan pada tulisan menduduki posisi ucapan, ketika suami tidak dapat hadir atau menghadap isterinya secara langsung. 13) Thalak Haram yaitu apabila suami menthalak tiga isterinya dalam satu kalimat. Atau menthalak dalam tiga kalimat, akan tetapi dalam satu majelis. Seperti jika suami mengatakan kepada isterinya: “Kamu dithalak tiga.” Atau mengatakan kepa danya: “Kamu aku thalak,
  • 18. 18 thalak, dan thalak”. Menurut ijma‟ ularna, thalak Se macam ini jelas diharamkan. Dalil yang melandasinya adalah hadits Rasulullah saw mengenai seorang laki-laki yang menthalak tiga isterinya dalam satu kalimat. Lalu beliau berdiri dan marah seraya mengata kan: “Apakah Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku rnasih berada di tengah-tengah kalian?” Hingga ada seseorang yang berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku membunuhnya.” (HR. Nasa‟i) d. Fasakh Fasakh berasal dari bahasa arab dari akar kata fa-sa-kha yang secara etimologi berarti membatalkan atau juga fasakh berarti mencabut atau menghapuskan atau membatalkan akad nikah dan melepaskan hubungan yang terjalin antara suami isteri. Fasakh dalam arti terminologi fasakh ialah perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal hal yang dianggap berat oleh suami atau isteri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami isteri dalam mencapai tujuannya. Pada dasarnya hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, tidak disuruh dan tidak pula di larang. Dasar pokok dari hukum fasakh ialah seorang atau kedua suami isteri merasa dirugikan oleh pihak yang lain dalam perkawinannya karena ia tidak memperoleh hak-hak yang telah ditentukan oleh syarak sebagai seorang suami atau sebagai seoarng isteri. Akibatnya salah seorang atau kedua suami isteri tidak sanggup lagi melanjutkan perkawinannya atau kalaupun perkawinan itu dilanjutkan juga keadaan kehidupan rumah tangga diduga akan bertambah buruk, pihak yang dirugikan bertambah buruk keadaannya, sedang Allah tidak menginginkan terjadinya keadaan yang demikian. e. „Iddah „Iddah adalah masa wanita menunggu dan menahan diri dari menikah setelah wafatnya suami atau perpisahan dengannya. „Iddah hukumnya adalah wajib atas wanita jika terpenuhi sebab-sebabnya. Pada masa itu ia tidak
  • 19. 19 diperbolehkan menikah atau menawarkan diri kepada laki-laki lain untuk menikahinya. Para ulama telah sepakat mewajibkan „iddah ini yang didasarkan pada firman Allah Ta„ala: “Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan dini (menunggu) selama tiga masa quru”. (Al-Baqarah: 228). 1) Macam-macam „Iddah Ada beberapa macam „iddah, antara lain : a) „Iddah dengan hitungan quru (haid). Ada beberapa kondisi yang menjadikan seorang wanita ber‟iddah dengan hitungan quru, yaitu : (1) Wanita yang telah dijima oleh suaminya, lalu dijatuhi talak, dan ia masih mengalami haidh, maka „iddahnya adalah dengan tiga kali haid (2) Wanita yang mengajukan khulu, maka „iddahnya adalah dengan satu kali haid. (3) Wanita yang dili‟an „iddahnya sama dengan wanita yang ditalak. (4) Wanita yang dipisahkan dari suaminya, karena ia memeluk Islam sementara suaminya tetap dalam kekufuran, maka ia beristibra adalah dengan satu kali haid. b) „Iddah dengan hitungan bulan Ada beberapa kondisi yang menjadikan seorang wanita ber‟iddah dengan hitungan bulan, yaitu : (1) Wanita yang ditalak oleh suaminya yang tidak haid baik karena belum haid atau karena sudah tidak haid, maka „iddahnya adalah tiga bulan. (2) Wanita yang ditalak dalam keadaan mustahadhah dan ia termasuk wanita yang mutahayyirah, maka „iddahnya adalah selama tiga bulan.
  • 20. 20 c) „Iddah dengan melahirkan kandungan „Iddah dengan melahirkan kandungan Wanita yang ditalak dalam keadaan hamil baik itu talak raj‟i atau talak talak bain atau wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil, maka „iddahnya adalah sampai melahirkan. d) „Iddah karena wafat Wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan tidak hamil, baik ia telah jima dengan suaminya atau belum, baik ia masih kecil atau sudah dewasa, maka „iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. f. Rujuk Rujuk adalah mengembalikan isteri yang telah ditalak (bukan dengan talak bain) ke dalam pernikahan, tanpa akad nikah yang baru. Rujuk tidak memerlukan wali, mahar, persetujuan isteri, dan izin dari walinya. 1) Syarat sahnya rujuk adalah: a) Isteri yang ditalak telah dijima sebelumnya. Jika suami mentalak isterinya yang belum pernah dijima, maka suami tersebut tidak berhak untuk merujuknya. Ini adalah ijma para ulama. b) Talak yang dijatuhkan di bawah talak tiga (talak raj‟i). c) Talak yang terjadi tanpa tebusan. Jika dengan tebusan, gmaka isteri menjadi bain. d) Rujuk dilakukan pada masa „iddah dari pernikahan yang sah. Jika masa „iddah isteri telah habis, maka suami tidak berhak untuk merujuknya. Ini adalah ijma para ulama fiqih. 2) Tata cara rujuk Rujuk dapat dilakukan dengan : a) Ucapan Rujuk dengan ucapan adalah dengan ucapan-ucapan yang menunjukkan makna rujuk. Seperti ucapan suami kepada isterinya, ”Aku merujukmu” atau ”Aku kembali kepadamu” dan yang semisalnya.
  • 21. 21 b) Perbuatan Rujuk dapat dilakukan dengan perbuatan seperti; suami menyentuh atau mencium isterinya dengan syahwat atau suami menjimai isterinya. Dan perbuatan semacam ini memerlukan niat untuk rujuk.
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Gus. (2016). Menikah untuk bahagia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. Dahlan, M. (2015). Fiqih Munakahat. Yogyakarta: CV Budi Utama. Thobroni, M dan Aliyah A Munir. (2010). Meraih Berkah dengan Menikah. Yogyakarta: Pustaka Marwa