Dokumen tersebut membahas tentang perceraian (talak) yang mencakup pengertian talak, apakah talak jatuh jika diucapkan dengan bercanda atau tulisan, macam-macam talak, pembagian talak, gugatan istri dalam perceraian, dalil-dalil bolehnya rujuk, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rujuk dan talak.
5. LAFADZ-LAFADZ TALAK
Lafadz yang sharih, yaitu lafadz yang tidak
dipahami darinya selain dari talak.
Dengan kinayah (kiasan) lafadz yang
mengandung makna talak dan makna yang
lainnya,
12. RUJUK
Dalil-dalil yang menyatakan bolehnya rujuk:
Allah Ta’ala berfirman,
ٍاناسْحِإِب ٌحي ِْرسات ْواأ ٍوفُرْعامِب ٌاكاسْمِإاف ِاناتَّرام ُق اَلَّالط
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik”
(QS. Al Baqarah: 229). Yang dimaksud “imsak dengan cara yang
ma’ruf” dalam ayat tersebut adalah rujuk dan kembali menjalin
pernikahan serta mempergauli istri dengan cara yang baik.
ال او ٍوءُرُق اةاث اَلاث َّنِهِسُفْناأِب ناْصَّب اراتاي ُاتاقَّلاطُمْال اواأ يِف ُ َّاَّلل قاالاخ اام ناْمُتْكاي ْناأ َّنُهال ُّل ِحايِ َّاَّللِب َّنِمْؤُي َّنُك ْنِإ َّنِهِاماح ْر
ْنِإ اكِلاذ يِف َّنِهِدارِب ُّقاحاأ َّنُهُتالوُعُب او ِر ِخا ْاْل ِم ْوايْال اوااح اَلْصِإ ُوادااراأ
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru’ (masa ‘iddah). Tidak boleh mereka menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu (masa ‘iddah), jika mereka
(para suami) menghendaki ishlah” (QS. Al Baqarah: 228).
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa suami yang mentalak istrinya
berhak untuk rujuk kepada istrinya selama masa ‘iddahnya dengan
syarat ia benar-benar memaksudkan untuk rujuk dan tidak
memberi dhoror (bahaya) kepada istri.
13. 2- Hadits yang menunjukkan boleh adanya rujuk
sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu ‘Umar ketika ia
mentalak istrinya dalam keadaan haidh. Kala itu ‘Umar
mengadukan kasus anaknya lantas Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ااهْع ِاج ارُيْلاف ُه ْرُم
“Hendaklah ia meruju’ istrinya kembali”
3- Ijma’ (kata sepakat) dari para ulama bahwa seorang
pria merdeka ketika ia mentalak istrinya kurang dari tiga
kali talak dan seorang budak pria kurang dari dua talak,
maka mereka boleh rujuk selama masa ‘iddah
14. SEPUTAR RUJUK DAN TALAK
1. Rujuk ada pada talak roj’iy (setelah talak pertama dan talak kedua), baik talak ini
keluar dari ucapan suami atau keputusan qodhi (hakim).
2. Rujuk itu ada jika suami telah menyetubuhi istrinya. Jika talak itu diucap
sebelum menyetubuhi istri, maka tidak boleh rujuk berdasarkan kesepakatan para
ulama. Alasannya adalah firman Allah Ta’ala,
اايااهُّياأِيناذَّالواُناماآااذِإُمُتْحاكانِتاانِمْؤُمْالَّمُثَّنُهوُمُتْقَّلاطْنِماقِلْبْناأَّنُهوُّساماتاامافْمُكالَّنِهْيالاعْنِمٍةَّدِعاتااهانُّوداتْعَّنُهوُعِتامافَّنُهوُح ِراس او
ااحا اراسايَلِماج
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan
yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya
maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah[9] dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik- baiknya” (QS. Al Ahzab: 49).
3. Rujuk dilakukan selama masih dalam masa ‘iddah. Jika ‘iddah sudah habis,
maka tidak ada istilah rujuk –berdasarkan kesepakatan ulama- kecuali dengan
akad baru. Karena Allah Ta’ala berfirman,
ُااتقَّلاطُمْال اوْناصَّب اارتايَّنِهِسُفْناأِباةاث اَلاثٍوءُرُق
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’
(masa ‘iddah)” (QS. Al Baqarah: 228).
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
َّنُهُتالوُعُب اوُّقاحاأَِّنهِد ارِبيِفِكالاذْنِإُوادا اراأااح اَلْصِإ
“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu (masa ‘iddah),
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah” (QS. Al Baqarah: 228).
Yang namanya rujuk adalah ingin meneruskan kepemilikan (istri). Kepemilikan di
sini putus setelah berlalunya masa ‘iddah dan ketika itu tidak ada lagi
keberlangsungan pernikahan.
15. 4. Perpisahan yang terjadi sebelum rujuk bukanlah karena
nikah yang batal karena faskh. Seperti nikah tersebut
batal karena suami murtad.
5. Perpisahan yang terjadi bukan karena hasil dari
membayar kompensasi seperti dalam khulu’ (istri
menuntut cerai di pengadilan dan diharuskan membayar
kompensasi).
6. Rujuk tidak bisa dibatasi dengan waktu tertentu sesuai
kesepakatan suami-istri, semisal rujuk nantinya setelah 8
tahun. Sebagaimana nikah tidak bisa dengan syarat waktu
sampai sekian bulan, begitu pula rujuk.
16. HAL YANG PERLU DI
PERHATIKAN
1. Wajib rujuk jika suami mentalak istrinya ketika haidh
sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu ‘Umar yang telah lewat
dan akan dijelaskan detail pada masalah talak bid’iy.
2. Rujuk tidak disyaratkan ada wali dan tidak disyaratkan mahar.
Rujuk itu masih menahan istri sehingga masih dalam kondisi ikatan
suami-istri.
3. Menurut mayoritas ulama, memberi tahu istri bahwa suami telah
kembali rujuk hanyalah mustahab (sunnah). Seandainya tidak ada
pernyataan sekali pun, rujuk tersebut tetap sah. Namun pendapat
yang hati-hati dalam hal ini adalah tetap memberitahu istri bahwa
suami akan rujuk. Karena inilah realisasi dari firman Allah,
ٍوفُرْعامِب َّنُهوُكِسْماأاف
“Maka rujukilah mereka dengan baik” (QS. Ath Tholaq: 2). Yang
dikatakan rujuk dengan cara yang ma’ruf adalah memberitahukan si
istri. Tujuan dari pemberitahuan pada istri adalah jika si istri telah
lewat ‘iddah, ia bisa saja menikah dengan pria lain karena tidak
mengetahui telah dirujuk oleh suami.
4. Ketika telah ditalak roj’iy, istri tetap berdandan dan berhias diri di
hadapan suami sebagaimana kewajiban seorang istri. Karena ketika
ditalak roj’iy, masih berada dalam masa ‘iddah, istri masih tetap
istri suami. AllahTa’ala berfirman,
ااح اَلْصِإ ُوادااراأ ْنِإ اكِلاذ يِف َّنِهِدارِب ُّقاحاأ َّنُهُتالوُعُب او
“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu
(masa ‘iddah), jika mereka (para suami) menghendaki ishlah” (QS. Al
17. CARA RUJUK
a. Rujuk dengan ucapan
Lafazh rujuk ada dua macam: (1) shorih (tegas),
(2) kinayah (kalimat samaran).
a. Jika lafazh rujuk itu shorih (tegas) seperti kedua
contoh di atas, maka dianggap telah rujuk walau
tidak dengan niat.
b. Namun jika lafazh kinayah (samaran) yang digunakan
ketika rujuk seperti, “Kita sekarang seperti dulu lagi”,
maka tergantung niatan. Jika diniatkan rujuk, maka
teranggap rujuk.
2. Rujuk dengan perbuatan
18. IDDAH
Allah Ta’aala berfirman :
اةاثَلاث َّنِهِسُفناأِب ناْصَّب اراتاي ُاتاقَّلاطُمال اوٍوءُرُق
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru’” (Qs. Al-Baqarah :228)
19. HIKMAH DI SYARIATKAN
IDDAH
A. memastikan kosongnya rahim
B. memberikan waktu bagi suami untuk rujuk
C. Menjaga hak seorang wanita/istri yang hamil
D. Nikah adalah Perkara penting
E. Kesetiaan istri kepada suami yang meninggal