SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
2
TUGAS MATA KULIAH
PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN
Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah, Menengah dan
Tinggi)
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Ivama Mista Wati
1310200001
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Citra Penginderaan Jauh (Resolusi
Rendah, Menengah dan Tinggi).” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengindraan
Jauh”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang citra pada
pengindraan jauh.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng , selaku
guru Pengindraan Jauh yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi saya dan pembaca pada umumnya. Selanjutnya, saya juga
mengucapkan terimakasih kepada rekan – rekan dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diperlukan untuk penyempurnaa maklah ini. Akhir
kata saya berharap makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Tuban, 06 Juni 2022
Ivama Mista Wati
2
2
BAB I
1.1. LATAR BELAKANG
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat
tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer,
1979). Sedang menurut Lindgren, Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan
untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk
radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di
permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Karena tanpa kontak
langsung, diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan ‘didekati’ oleh
si penafsir. Media ini berupa citra (image atau gambar). Citra adalah gambaran rekaman suatu
obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik,
optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia digunakan bila radiasi elektromagnetik yang
dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek tidak langsung direkam pada film. Citra
dihasilkan dari sensor yang dipasang pada wahana.
Citra merupakan produk utama perekaman penginderaan jauh. Pemahaman menyeluruh
mengenai citra penginderaan jauh akan sangat bermanfaat dalam proses interpretasi dan
ekstraksi informasi.Citra penginderaan jauh adalah representasi permukaan bumi yang
dihasilkan melalui penginderaan jauh. Citra dapat berupa citra foto atau citra non foto. Citra
foto atau foto udara diperoleh melalui perekaman penginderaan jauh fotografik dengan sensor
kamera. Sedangkan citra non foto diperoleh dengan sensor selain kamera. Contoh dari citra
non foto antara lain citra multispektral dan hiperspektral, citra termal, citra RADAR dan
LiDAR. Ektraksi informasi dari citra dilakukan melalui interpretasi citra yang dapat
dilakukan secara manual (visual) maupun digital.
Citra penginderaan jauh mencakup berbagai informasi di permukaan bumi dimana setiap
material di permukaan bumi memiliki pantulan yang berbeda terhadap cahaya matahari,
sehingga akan memiliki resolusi yang berbeda. Resolusi adalah kemampuan suatu sistem
optik-elektronik untuk membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara
spektral mempunyai kemiripan (Swain dan Davis, 1978). Sedangkan menurut Curran (1985),
resolusi yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan
bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang
berguna. Sederhananya, resolusi berfungsi sebagai penentu kualitas gambar. Semakin tinggi
suatu resolusi, maka semakin bagus kualitas gambarnya. Sebaliknya, semakin rendah suatu
resolusi, maka semakin buruk kualitas gambarnya.
Kehadiran citra resolusi spasial tinggi telah menantang para analisis citra untuk
mengembangkan metode ekstraksi informasi tematik yang berbeda dengan klasifikasi
multispektral yang biasa diterapkan pada citra resolusi spasial menengah dan citra resolusi
spasial rendah. Pada saat ini telah banyak dikembangkan metode klasifikasi untuk tutupan
lahan menggunakan data penginderaan jauh, diantaranya klasifikasi berbasis piksel dan
klasifikasi berbasis objek.
2
Klasifikasi berdasarkan objek banyak menarik perhatian di bidang penginderaan jauh dekade
terakhir ini karena tidak seperti metode klasifikasi klasik yang beroperasi secara langsung pada
piksel tunggal, pendekatan ini beroperasi pada objek yang sebelumnya telah dikelompokkan
melalui proses segmentasi (Ristoyono, 2016). Ide dasar dari proses ini adalah menglompokan
piksel-piksel berdampingan menjadi objek spektral yang homogen melalui segmentasi
kemudian dilanjutkan proses klasifikasi pada objek sebagai unit proses terkecil. Metode
klasifikasi berbasis objek ini akan meminimalkan kelemahan klasifikasi berbasis piksel yang
hanya didasarkan nilai digital dengan menambahkan beberapa parameter lain (Setiyani, 2016).
Beberapa perangkat lunak pengolah citra yang dapat melakukan klasifikasi berbasis objek yaitu
MultiSpec, SPRING, dan eCognition. Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini
adalah eCognition Developer 8.9. Perangkat lunak pengolah citra ini dapat secara
komprehensif menganalisis citra multi-dimensi dengan melakukan segmentasi dan klasifikasi
tutupan lahan yang hasilnya dapat dianalisis lebih jauh. Oleh karena itu dengan diterapkannya
metode ini diharapkan dapat memberikan informasi yang terkait tutupan lahan yang
tersegmentasi dan terklasifikasi secara cepat, tepat, dan akurat. Ekstraksi bangunan otomatis
semakin banyak digunakan untuk perencanaan dan manajemen perkotaan. Oleh karena itu,
telah menjadi fokus penelitian intensif selama dekade terakhir. Secara tradisional, batas-batas
bangunan digambarkan melalui digitaisasi manual dari gambar digital dalam tampilan stereo
menggunakan komplotan stereo fotogrametri. Namun, proses ini adalah tugas yang melelahkan
dan memakan waktu dan membutuhkan orang-orang yang berkualitas dan peralatan yang
mahal. Untuk alasan ini, ekstraksi bangunan menggunakan teknik otomatis memiliki potensi
dan kepentingan yang besar.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara membedakan citra resolusi spasial dengan resolusi spektral ?
2. Apa saja konsep resolusi citra dalam pengindraan jauh ?
3. Apa saja jenis citra dalam suatu pengindraan jauh ?
1.2. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dari
penelitian ini, yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah penetapan dan penegasan batas laut
2. Menambah pengetahuan tentang informasi mengenai konflik Kepulauan
Natuna
3. Menganalisis permasalahan permasalahan Indonesia dengan Cina mengenai
Kepulauan Natuna
2
BAB II
2.1. CARA MEMEDAKAN CITRA RESOLUSI SPADIAL DENGAN RESOLUSI
SPEKTRAL
Secara teoritis perbedaan resolusi spasial dan spektral dapat ditunjukkan pada penjelasan
berikut:
1. Resolusi Spasial yaitu ukuran terkecil obyek di lapangan yang dapat direkam pada data
digital maupun pada citra. Pada data digital resolusi dilapangan dinyatakan dengan pixel.
Semakin kecil ukuran terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor itu
semakin baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang semakin rinci. Resolusi spasial
yang baik dikatakan resolusi tinggi atau halus, sedang yang kurang baik berup a resolusi kasar
atau rendah. Dalam menentukan range resolusi, ada tiga tingkat ukuran resolusi yang perlu
diketahui, yaitu:
Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m.
Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m
Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 – > 1000
Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi spasial adalah:
a. Landsat: 15 meter pada mode pankromatik dan 30 meter pada mode multispektral
b. Spot: 10 meter pada mode pankromatik dan 20 meter pada mode multispektral
c. Ikonos: 1 meter pada mode pankromatik dan 4 meter pada mode multispektral.
2. Resolusi Spektral yaitu lebar dan banyaknya saluran yang dapat diserap oleh sensor.
Semakin banyak saluran yang dapat diserap dan semakin sempit lebar spektral tiap salurannya
maka resolusi spektralnya semakin tinggi. Resolusi spektral ini berkaitan langsung dengan
kemampuan sensor untuk dapat mengidentifikasi obyek. Resolusi spektral sensor yang spesifik
menentukan jumlah band spektral, di mana sensor dapat memilih radiasi yang direfleksikan
(dipantulkan). Tetapi jumlah band bukanlah hanya aspek yang penting dari resolusi spektral.
Resolusi spektral dapat dibedakan atas:
Resolusi spektral tinggi berkisar antara: – 220 band
Resolusi spektral sedang berkisar antara: 3 – 15 band
Resolusi spektral rendah berkisar antara: – 3 band
Sehingga dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu resolusi spasial merupakan
ukuran pixel minimum yang ditangkap oleh sensor, sedangkan resolusi spektral yaitu berapa
banyak kanal (band) yang ada dalam satu sensor. Resolusi spasial dan spektral citra
penginderaan jauh saling bertolak belakang. Beberapa satelit penginderaan jauh mampu
memberikan citra dengan informasi multispektral yang dapat membedakan fitur secara spektral
tetapi tidak secara spasial, begitu pula sebaliknya. Keterbatasan pada penyediaan citra
multispektral beresolusi tinggi ini menyebabkan diperlukannya solusi untuk menghasilkan
citra multispektral yang kaya akan informasi spasial maupun informasi spektral. Solusi tersebut
dapat dipecahkan dengan melakukan suatu penggabungan citra, yaitu dengan menggabungkan
citra multispektral dan pankromatik dan biasa disebut dengan proses pan sharpening.
2
Perlu diketahui sebelumnya bahwa citra multispektral yaitu citra yang memiliki sensor dengan
karakteristik multi band, resolusi spasial rendah, dan resolusi spektral tinggi sehingga pada
citra ini terdapat obyek minimum yang dapat dikenali atau dideteksi namun kelebihannya yaitu
didapatkan obyek dengan informasi warna yang tinggi. Kebalikan dari multispektral,
pankromatik memiliki karakteristik single band, resolusi spasial tinggi, dan resolusi spektral
rendah. Dengan begitu citra yang dihasilkan mampu mendeteksi obyek lebih detil namun obyek
tidak berwarna melainkan keabu-abuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini dimana gambar sebelah kiri merupakan citra pankromatik sedangkan sebelah
kanan adalah citra multispektral.
Lebih lanjut, maka akan timbul pertanyaan mengapa pada citra pankromatik resolusi spasialnya
tinggi dan resolusi temporalnya rendah dibandingkan dengan multispektral. Salah satu
penyebabnya yaitu karena cakupan luasan yang diambil oleh sensor pankromatik lebih kecil
dari multispektral. Pada dasarnya sebuah citra pankromatik mempunyai rentang spektrum
gelombang yang lebih besar daripada kanal multispektral. Dengan demikian untuk menerima
sejumlah energi yang sama, ukuran sensor pankromatik dapat lebih kecil dibandingkan sensor
multispektral. Oleh karena itu dalam sekali perekaman, sensor pankromatik dengan ukuran
yang sama dapat memberikan lebih banyak informasi spasial. Selain itu volume data sepasang
citra multispektral resolusi rendah akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan volume
sebuah citra multispektral resolusi tinggi (Zhang, 2004). Sehingga untuk mendapatkan suatu
citra yang baik, maka perlu meningkatkan resolusi spasial dari citra multispektral dengan
menggunakan informasi geometrik dari citra pankromatik. Proses ini akan dijelaskan pada
tulisan selanjutnya.
2
2.2. KONSEP RWSOLUSI CITRA DALAM PENGINDRAAN JAUH
Resolusi menurut Danoedoro (2012) atau disebut juga sebagai daya pisah/resolving power
merupakan kemampuan sistem optic-elektronik untuk membedakan informasi spasial yang
berdekatan atau secara spektral memiliki kemiripan/kesamaan. Dan seiring perkembangan
zaman resolusi tidak hanya sebatas pada pengertian di atas karena terdapat unsur waktu yang
disebut sebagai resolusi temporal. Di dalam sistem penginderaan jauh dikenal setidaknya
empat/4 jenis resolusi yakni resolusi spektral, resolusi radiometrik, resolusi spasial dan resolusi
temporal. Dalam praktik pengolahan citra, resolusi layar juga memegang peranan penting.
1. Resolusi Spasial Resolusi spasial merupakan salah satu resolusi yang sering disebut dan
memiliki peran penting di dalam penyajjian data perekaman penginderan jauh. Yang
dimaksud dengan resolusi spasial yakni ukuran terkecil suatu obyek yang masih dapat
dideteksi oleh suatu sistem penginderaan jauh. Semakin tinggi resolusi spasial suatu
citra maka citra tersebut mampu merekam obyek secara detail dan mampu menyajikan
kenampakan obyek dengan satuan kecil yang ada di permukaan bumi. Citra satelit
resolusi tinggi diantaranya adalah worldview, quickbird, ikonos, google earth, Geo-
Eye, dsb. Beberapa citra tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan penyusunan data
spasial dengan skala besar. Pemanfaatan citra dengan resolusi tinggi ini oleh
Kementerian ATR/BPN juga dimanfaatkan untuk membantu penyusunan pemetaan
peta dasar pendaftaran tanah, menyusun peta penilaian bidang tanah dan berbagai
keperluan analisis yang sifatnya persil/oer bidang. Sementara untuk beberapa citra
satelit dengan resolusi spasial tingkat rendah diantaranya adalah landsat dengan
kemampuan resolusi spasial 30 m. Pemanfaatan citra ini salah satunya digunakan untuk
membantu melakukan penyusunan peta penggunaan lahan dengan skala menengah
hingga skala kecil. Kemampuan citra dengan resolusi sebagai contohnya adalah 30
menunjukkan bahwasannya jika terdapat obyek di permukaan bumi dengan panjang
kurang dari 30 m dan lebar kurang dari 30 m maka obyek tersebut kemungkinan besar
tidak mampu dipisahkan dengan obyek lainnya atau obyek tersebut tidak mampu
direpresentasikan ke dalam suatu obyek yang tersendiri. Kemampuan resolusi spasial
sebuah citra dengan kondisi rendah ini tentunya seringkali mengakibatkan adanya
mixed pixel dimana di dalam satu pixsel terdapat campuran beberapa obyek sebagai
contoh di dalamnya terdapat penggunaan lahan berupa vegetasi ataupun lahan kering
yang bercampur di dalam 1 pixel. Pengenalan obyek di lapangan akan tampak mudah
terhadap obyek yang memiliki sifat memanjang meskipun di dalam citra lebar ataupun
dalam satu pixel terdapat gabungan 2 obyek yang berbeda. Kondisi ini salah satunya
berimplikasi terhadap penggunaan tanah berupa jalan ataupun sungai serta garis pantai
yang memiliki karakter lebarnya sempit namun memanjang.
2. Resolusi Spektral Danoedoro (2000) menyebutkan bahwasannya yang dimaksud
dengan resolusi spektral merupakan kemampuan sutu sistem opticelektromagnetik
yang berfungsi untuk membedakan informasi obyek berdasarkan nilai pantulan ataupun
nilai pancaran spektralnya. Dalam konteks ini maka apabila sebuah citra memiliki
jumlah saluran yang lebih banyak dan masing-masing saluran tersebut cukup sempit
maka apabila dilakukan analisis kemungkinan citra dalam membedakan obyek
berdasarkan respon spektralnya. Sehingga yang dimaksud citra yang memiliki resolusi
spektral yang tinggi adalah citra tersebut memiliki jumlah saluran yang banyak dan
semakin sempit interval panjang gelombangnya.
2
3. Resolusi Temporal Resolusi temporal merupakan suatu kemampuan sistem perekaman
citra satelit yang mampu merekam ulang wilayah/daerah yang sama. Resolusi temporal
ini memiliki peran dan seringkali dimanfaatkan untuk analisis perubahan penggunaan
lahan ataupun monitoring tingkat kesesuaian penggunaan lahan, dsb. Setiap citra satelit
memiliki resolusi temporal yang berbeda beberapa citra satelit mampu merekam obyek
yang sama dalam waktu yang selangnya tidak lama sebagai contohnya yakni citra GMS
memiliki kemampuan merekam obyek yang sama dalam waktu 2 kali selama satu hari.
Sementara beberapa satelit sumber daya yakni Landsat memiliki resolusi temporal 16
hari, dan untuk citra SPOT memiliki resolusi temporal yakni 26 hari sekali.
4. Resolusi Radiometrik Resolusi radiometrik merupakan kemampuan sensor dalam
mencatat respons spektral obyek. Kemampuan ini memiliki keterkaitan dengan
kemampuan coding (digital coding), yakni kemampuan mengubah intensitas pantulan
atau pancaran spektral menjadi sebuah angka digital atau disebut dengan bit. Sebuah
citra yang baik diantaranya memiliki kemampuan tingkatan bit yang lebih tinggi yakni
hingga mencapai 11 bit coding atau sebesar 2048 tingkat. Sementara untuk citra satelit
dengan generasi lama hanya memiliki kemampuan tingkatan bit yang terbatas
contohnya MSS7 yanga hanya terdapat 64 tingkat. Seiring perkembangan penginderaan
jauh maka saat ini beberapa citra satelit contohnya adalah Quickbird, Ikonos maupun
Orbview mampu memiliki sistem koding hingga 11 bit atau sebesar 2048 tingkatan
(Danoedoro 2000).
5. Resolusi Layar Resolusi Layar adalah kemampuan layar monitor dalam menyajikan
kenampakan objek pada citra secara lebih halus. Semakin tinggi resolusi layarnya,
semakin tinggi kemampuannya untuk menyajikan gambar dengan butir-butir piksel
yang halus. Dengan kata lain semakin banyak pula jumlah sel citra (piksel) yang dapat
ditampilkan pada layar. Biasanya ukuran piksel layar serin disebut dot pitch sebesar
0,26 milimeter sudah bisa memadai untuk penginderaan jauh (Danoedoro 2012).
2
2.3. JENIS – JENIS CITRA DALAM PENGINDRAAN JAUH
Berdasarkan sensornya, bahwa citra dapat dibagi menjadi dua yaitu citra foto (photographic
image) dan non foto ( non-photographic image) . Sebagai contoh citra foto yaitu Foto Udara,
sedangkan non-foto yaitu citra satelit, citra radar, citra lidar dan lain-lain. Yang akan dibahas
pada bab ini yaitu Foto Udara dan Citra Satelit.
1. FOTO UDARA
Foto udara merupakan rekaman fotogrametris objek di atas permukaan bumi yang
pengambilannya dilakukan dari udara. Objek yang terekam dalam foto udara meliputi semua
kenampakan tanpa bisa untuk diseleksi terlebih dahulu. Dalam kondisi tertentu gambaran ini
sangat menguntungkan karena melalui media foto udara bisa didapatkan gambaran semua
objek dengan kondisi dan tipe yang sesuai dengan bentuk aslinya. Akan tetapi dalam beberapa
hal karena semua unsur terekam menjadikan informasi menjadi sulit diterjemahkan. Foto udara
diperoleh melalui pemotretan menggunakan sensor kamera yang dipasang pada wahana
terbang, seperti pesawat terbang, helikopter, dan sebagainya. Contoh foto udara dengan wahana
pesawat dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.
Foto Udara Perkembangan teknologi saat ini foto udara tidak hanya sebatas seperti Gambar 1
tersebut, hasil dari perekaman drone juga bisa dinamakan foto udara. Pengelompokan atau
klasifikasi jenis foto udara sangat beragam tergantung dari sudut pandang apa foto udara
tersebut dikelompokan. a. Pengelompokan foto udara berdasarkan spektrum elektromagnetik
yang digunakan. Contoh : Foto Ultra Violet, Foto Visible (Pankromatik), Foto Inframerah. b.
Pengelompokan foto berdasarkan skala fotonya. Contoh Foto skala besar, skala menengah dan
skala kecil c. Pengelompokan foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan, yaitu foto yang
direkam dengan kamera tunggal (satu saluran panjang gelombang), atau dengan kamera jamak
(satu kamera dengan lebih dari satu lensa untuk perekaman pada berbagai saluran sekaligus).
d. Pengelompokan foto udara berdasarkan sumbu kameranya. Contoh : Foto vertikal (vertical
photograph) dan foto condong (oblique photograph) Paine (1981:23-24 dalam Sutanto 1989)
mengutarakan bahwa foto udara vertikal mempunyai empat kelebihan bila dibanding terhadap
foto udara condong, yaitu :
2
a. Skala pada tiap bagian foto lebih seragam
b. Penentuan arah pada foto udara vertikal lebih mudah. Perkiraan arah dapat ditentukan seperti
penentuan arah pada peta.
c. Dalam batas tertentu, foto udara vertikal dapat dipakai sebagai substitusi peta.
d. Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi, karena disamping skalanya lebih seragam,
juga tidak banyak objek yang terlindung oleh objek lainnya. Namun demikian foto condong
juga mempunyai kelebihan bila dibanding foto vertikal, yaitu :
a. Luas liputannya beberapa kali lipat bila dibanding dengan liputan foto vertikal.
b. Untuk daerah yang sering tertutup oleh awan, masih ada kemungkinan menembus
celah-celah awan bila dilakukan pemotretan condong.
c. Gambaran yang disajikan lebih mirip dengan apa yang dilihat sehari-hari dari tempat
yang relatif tinggi.
d. Objek tertentu seperti goa yang tidak tampak pada foto udara vertikal, ada
kemungkinan dapat dikenali pada foto condong. Contoh foto tegak, condong dan
sangat condong dapat dilihat pada Gambar 3,4 dan 5.
Gambar 3. Citra Foto Tegak
Gambar 4. Citra Foto Condong
2
Gambar 5. Citra Foto Sangat Condong
B. CITRA SATELIT Citra satelit merupakan citra digital penginderaan jauh yang diperoleh
dari sistem perekaman melalui sensor satelit. Berdasarkan misinya, satelit penginderaan jauh
dibedakan menjadi dua macam:
1. satelit cuaca, misal GOES, GMS, NOAA
2. satelit sumber daya, misal : Landsat, SPOT, ERS, JERS Citra Satelit yang memiliki resolusi
spasial tinggi :
 Citra World View
 Citra Quickbird
 Citra Geoeye
 Citra Ikonos
 Citra Pleiades
 Citra Rapid Eye
 Citra Orbview Citra Satelit yang memiliki resolusi spasial menengah
 Citra ALOS AVNIR-2
 Citra Landsat
 Citra ASTER Citra Satelit yang memiliki resolusi spasial rendah
 Citra MODIS
 Citra NOAA
C. SISTEM SATELIT PENGINDERAAN JAUH DAN KARAKTERISTIKNYA Pada kajian
ini akan dibahas Sistem Satelit Quickbird, ALOS, SPOT, Landsat, Terra dan Modis beserta
karakteristiknya. 1. SATELIT QUICKBIRD Diluncurkan oleh Perusahaan Digital Globe milik
Amerika Serikat pada tanggal 18 Oktober 2001, di Vandenberg Air Force Base, California.
Karakteristik sistem resolusi tinggi Quickbird bisa dilihat pada tabel 1.
2
Berbagai manfaat citra satelit resolusi tinggi Quickbird (imahagiregion3.wordpress.com)
diberbagai bidang diantaranya :
1). Bidang Pertanian Dan Perkebunan
a. Melakukan observasi pada lahan yang luas, petak tanaman hingga tiap individu
tanaman.
b. Melakukan identifikasi jenis tanaman dan kondisi tanah, potensi panen, efektifitas
pengairan, kesuburan dan penyakit tanaman, kandungan air.
c. Secara berkala (time series) dapat digunakan untuk : – Memantau pertumbuhan
tanaman – Laju perubahan jenis tanaman. – Perubahan atau alih fungsi lahan pertanian.
d. Menghitung jumlah pohon dan volume hasil panen komoditi perkebunan.
e. Perencanaan pola tanam perkebunan
f. Perencanaan peremajaan tanaman perkebunan.
2). Bidang Kehutanan
a. Monitoring batas-batas fungsi kawasan hutan
b. Identifikasi wilayah habitat satwa
c. Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat illegal loging.
d. Inventarisasi Potensi Sumber Daya Hutan
e. Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan
f. Perencanaan lokasi reboisasi.
2
3). Bidang Perencanaan Dan Pembangunan Wilayah
a. Pembuatan peta detail penggunaan lahan
b. Perencanaan tata ruang, DED dan Lanscape pembangunan
c. Identifikasi dan inventarisasi kawasan-kawasan kumuh
d. Perencanaan dan manajemen sarana dan prasarana wilayah
e. Pemetaan kawasan rawan bencana alam f. Pemantauan dan penanggulangan bencana
alam.
2. SATELIT ALOS Sistem Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan
sistem satelit sumber daya milik Jepang yang diluncurkan oleh Japan Aerospace Exploration
Agency (JAXA). Diluncurkan pada 24 Januari 2006. Terdiri 3 modul sensor (Danoedoro, P
2012, 88) : - PRISM (Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) yang
memiliki resolusi spasial 2,5 m - AVNIR-2 (Advanced Visible and Near-InfraRed Type-2)
terdiri dari 4 Saluran yaitu Biru, Hijau Merah dan Inframerah dekat dengan resolusi spasial 10
m. - PALSAR (Phased Array Type-L Synthetic Aperture Radar), memiliki sensor radar yang
dapat merekam siang dan malam hari, pada kondisi cuaca apapun, resolusi spasial 10-100 m
Satelit ALOS dirancang untuk beroperasi selama 3-5 tahun.
3. SATELIT SPOT SPOT ( Systeme Probatoire de l ‘Observation de la Teree) merupakan
proyek kerjasama antara Prancis, swedia dan Belgia dibawah koordinasi badan ruang angkasa
Prancis CNES (Centre National d’Etudes Spatiales). SPOT-1 diluncurkan pada 23 Februari
1986 di Kourou, Guyana Prancis, dengan membawa dua sensor identik yang disebut HRV
(Haute Resolution Visibel). Sama halnya dengan Landsat, SPOT juga telah meluncurkan
hingga generasi ketiga. Generasi pertama SPOT 1,2,3 memiliki resolusi spasial untuk
pankromatik 10 meter sedangkan multispektral 20 meter dan memiliki resolusi temporal 26
hari. Hingga saat ini SPOT sudah meluncurkan hingga SPOT 7. Sensor satelit SPOT-7 yang
dibuat oleh AIRBUS Defense & Space telah berhasil diluncurkan pada 30 Juni 2014 oleh
peluncur PSLV dari Satish Dhawan Space Center di India dengan spesifikasi sebagai berikut
(satimagingcorp.com) : - Multispectral Imagery (4 bands) : Blue (0.455 µm – 0.525 µm) Green
(0.530 µm – 0.590 µm) Red (0.625 µm – 0.695 µm) Near-Infrared (0.760 µm – 0.890 µm -
Resolution (GSD) : Panchromatic - 1.5m Multispectral - 6.0m (B,G,R,NIR) Location Accuracy
: 10m (CE90) - Daily revisit, anywhere
4. SATELIT LANDSAT Satelit Landsat (Land Satellite) merupakan satelit milik Amerika
Serikat yang pertama kali diluncurkan pada Tahun 1972 dengan nama ERTS-1 (Earth
Resourches Technology Satellite -1), kemudian diluncurkan seri kedua dan berganti nama
menjadi Landsat -1. Hingga saat ini sudah terjadi perubahan desain sensor dan dikelompokkan
menjadi 3 generasi (Danoedoro, P 2012, 68-69) : a. Generasi pertama (Landsat 1 – 3), memuat
dua macam sensor yaitu RBV (Return Beam Vidicon) yang terdiri dari 3 saluran RBV-1, RBV-
2 dan RBV-3 dengan resolusi spasial 79 meter dan MSS (Multispectral Scanner) yang terdiri
dari 4 saluran MSS-4, MSS-5, MSS-6, dan MSS-7 dengan resolusi spasial 79 meter. Landsat
3 mengalami penyusutan jumlah saluran pada RBV menjadi 1 saluran tunggal beresolusi
spasial 40 meter. b. Generasi kedua (Landsat 4 dan 5), memuat dua macam sensor dengan
mempertahankan MSS-nya, tetapi menggantikan RBV dengan TM (Thematic Mapper).
Dengan penomeran MSS menjadi MSS1, MSS2, MSS3 dan MSS4 dan TM yang memiliki 7
saluran TM1-TM7 penyimpangan pada TM6 yang menggunakan spectrum inframerah termal
beresolusi 120 meter (berada di antara 2 saluran inframerah tengah TM5 dan TM7 yang
resolusi spasialnya 30 meter). c. Generasi ketiga (Landsat 6 -7) Operasi Landsat generasi 3
2
sebenarnya telah dimulai pada tahun 1993, tetapi misi gagal karena sesaat setelah diluncurkan
satelit Landsat 6 hilang yaitu pada tanggal 5 Oktober 1993 (Jensen 2005). Landsat 7
diluncurkan pada tahun 1999 dengan membawa sensor multispektral dengan resolusi 15 meter
untuk citra pankromatik dan 30 meter untuk citra multispektral (berkisar dari spektrum biru
hingga inframerah tengah) serta resolusi spasial 60 meter untuk citra inframerah termal. Sensor
Landsat 7 yang disebut ETM+ (Enhanced Thematic Mapper Plus) atau TM yang sudah
diperbaiki kinerjanya, memuat 8 saluran, dimana 6 saluran telah dinaikkan resolusi spasialnya
dari 120 meter menjadi 60 meter dan saluran 8 merupakan saluran pankromatik dengan julat
panjang gelombang antara 0,58 – 0,90 µm. Namun system sensor Landsat 7 ETM+ ini juga
mengalami kerusakan berupa kegagalan pengoreksi baris pemindai (Scan Line
Corrector/SLC), yang terjadi sejak 31 Mei 2003 sehingga data banyak yang hilang. Landsat 1,
2 dan 3 memiliki resolusi temporal 18 hari sedangkan Landsat 4 dan 5 memiliki resolusi
temporal 16 hari (Purwadhi, S 2001,54). Generasi terbaru Landsat yaitu Landsat 8 dan 9. Untuk
Landsat 8 diluncurkan tanggal 11 Februari 2013 sedangkan Landsat 9 direncanakan akan
diluncurkan pada bulan Desember 2020 (landsat.gsfc.nasa.gov). 5. SISTEM SATELIT :
TERRA dan AQUA NASA Earth Observing System mengembangkan Satelit Terra dan Aqua,
bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Industri Jepang (MITI) yang mengusung
4 sistem sensor pada Satelit Terra yaitu : 1. ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission
and Reflection Radiometer) dibuat oleh Jepang, Sedangkan yang dibuat oleh Amerika Serikat
adalah: 2. MODIS 3. CERES 4. MISR Satelit Aqua merupakan “saudara kembar” Satelit Terra
yang tidak mengusung sensor ASTER. Terra melintasi ekuator pada pukul 10.30 pagi dan
dirancang untuk merekam gambaran bumi pada siang hari, sedangkan Aqua melintas ekuator
pada pukul 13.30 siang dan juga dirancang untuk memperoleh informasi permukaan bumi pada
malam hari, keduanya mengorbit sinkron matahari (Danoedoro, P 2012, 84). Sensor ASTER
merupakan salah satu alternatif untuk kajian pada resolusi menengah, yang mempunyai 3
modul subsistem multispektral : 1. VNIR (Visible and Near Infrared) 2. SWIR (Shortwave
Infrared) 3. TIR (Thermal Infrared) Salah satu keunggulan ASTER yaitu kemampuan
menghasilkan citra tiga dimensi dengan model elevasi digital (DEM) dengan menggabungkan
citra saluran 3N (NVIR) yang merekam nadir dan 3B yang merekam miring ke belakang.
Model elevasi hasil perekaman sensor ASTER tidak dapat menembus hingga penutup lahan
maka model yang dihasilkan lebih tepat disebut Digital Surface Model (DSM). Karakteristik
sensor ASTER pada Satelit Terra dapat dilihat pada Tabel 2.
2
BAB III
3.1. KESIMPULAN
Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak dilakukan di
negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi, bencana alam
dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar
negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software
khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat
terbatas.
Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan teknologim
penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam, selain itu membahas
mengenai prospek penggunaannya untuk bidang Ilmu geografi secara umum.
3.2. SARAN
Melalui pendidikan yang modern, para ahli diharapkan mampu mengolah (menginterpretasi,
mengoreksi, dan menyajikan) data dari satelit agar dapat digunakan untuk membantu
pembangunan di darat atau di laut agar dapat mensejahterakan masyarakat.
2
DATAR PUSTAKA
 Citra Penginderaan Jauh: Jenis-jenis Beserta Contoh dan Gambarnya
(geospasialis.com)
 Sugandi, Dede. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasinya.Buana Nusantara Press.
Bandung. Anonymous,…. Tersedia di: http://www.scribd.cmdoc227492/1/A-
pengertian-pengindraan-jauh
 Jaelani, Lalu Muhammad. 2018. Applied Remote Sensing [pdf]. Surabaya: Teknik
Geomatika ITS.
Suwargana, Nana. 2013. Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit
Landsat, Spot, dan Ikonos. Jurnal Ilmiah Widya, 1(2), 167-174.
 Sattelit Imaging Corporation 2019,‟SPOT-7 Sattelite Sensor‟, dilihat pada tanggal 5
Agustus 2019, https://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/spot7Sutanto 1994,
Penginderaan jauh, jilid 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 https://prodi4.stpn.ac.id/wp-
content/uploads/2020/2020/Modul/Semester%202/MODUL%20PENGINDRAAN%2
0JAUH/Modul-PENGINDERAAN%20JAUH.pdf

More Related Content

What's hot

Makalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksiMakalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksiAnnis Kenny
 
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...Wildan Maulana
 
Sumber Radiasi Elektromagnetik
Sumber Radiasi ElektromagnetikSumber Radiasi Elektromagnetik
Sumber Radiasi Elektromagnetikemildaemiliano
 
X geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografi
X geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografiX geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografi
X geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografijopiwildani
 
Geomorfologi Karst
Geomorfologi KarstGeomorfologi Karst
Geomorfologi KarstIMPALA UB
 
14. optik interferensi gelombang cahaya
14. optik   interferensi gelombang cahaya14. optik   interferensi gelombang cahaya
14. optik interferensi gelombang cahayaHokiman Kurniawan
 
ppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNES
ppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNESppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNES
ppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNESNurul Shufa
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang MikroskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang MikroskopLydia Nurkumalawati
 
Makalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMA
Makalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMAMakalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMA
Makalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMAAnnisa Triana
 
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauhjasa16
 
Makalah pengolahan mineral magnetic separation
Makalah pengolahan mineral magnetic separationMakalah pengolahan mineral magnetic separation
Makalah pengolahan mineral magnetic separationActur Saktianto
 
Tanah liat - clay - bahan galian industri
Tanah liat - clay - bahan galian industriTanah liat - clay - bahan galian industri
Tanah liat - clay - bahan galian industriBonita Susimah
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Ridlo Wibowo
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Ririn Indahyani
 
18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)
18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)
18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)jufrikarim
 
Surpac untuk Aplikasi Geologi
Surpac untuk  Aplikasi GeologiSurpac untuk  Aplikasi Geologi
Surpac untuk Aplikasi GeologiMarchel monoarfa
 

What's hot (20)

Makalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksiMakalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksi
 
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
Geodinamika - 1: Tujuan & Ruang Lingkup serta Teori Dinamika Bumi Dampak terh...
 
Sumber Radiasi Elektromagnetik
Sumber Radiasi ElektromagnetikSumber Radiasi Elektromagnetik
Sumber Radiasi Elektromagnetik
 
X geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografi
X geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografiX geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografi
X geografi kd 3.1_prinsip dan pendekatan geografi
 
Geomorfologi Karst
Geomorfologi KarstGeomorfologi Karst
Geomorfologi Karst
 
14. optik interferensi gelombang cahaya
14. optik   interferensi gelombang cahaya14. optik   interferensi gelombang cahaya
14. optik interferensi gelombang cahaya
 
Fisika dasar i
Fisika dasar iFisika dasar i
Fisika dasar i
 
ppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNES
ppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNESppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNES
ppt 10.bintang ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa UNNES
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang MikroskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
 
Makalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMA
Makalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMAMakalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMA
Makalah fisika interferensi dan difraksi cahaya 12 SMA
 
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
 
Makalah pengolahan mineral magnetic separation
Makalah pengolahan mineral magnetic separationMakalah pengolahan mineral magnetic separation
Makalah pengolahan mineral magnetic separation
 
Tanah liat - clay - bahan galian industri
Tanah liat - clay - bahan galian industriTanah liat - clay - bahan galian industri
Tanah liat - clay - bahan galian industri
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
 
Modul Interferensi
Modul InterferensiModul Interferensi
Modul Interferensi
 
25 Eksperimen Fisika Sederhana
25 Eksperimen Fisika Sederhana25 Eksperimen Fisika Sederhana
25 Eksperimen Fisika Sederhana
 
Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
 
18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)
18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)
18. sni 6502.2 2010 spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000 (1)
 
Surpac untuk Aplikasi Geologi
Surpac untuk  Aplikasi GeologiSurpac untuk  Aplikasi Geologi
Surpac untuk Aplikasi Geologi
 

Similar to Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah, Menengah dan Tinggi) (By Ivama Mista Wati)

Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Mega Yasma Adha
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)Amos Pangkatana
 
1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp1066 2029-1-sp
1066 2029-1-spfujiwara5
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...bramantiyo marjuki
 
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxKonsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxichsan41
 
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxBAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxELLYAMUTHIARAMADHANI
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Luhur Moekti Prayogo
 
Laporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVI
Laporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVILaporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVI
Laporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVIAhmad Dani
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Luhur Moekti Prayogo
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaWarnet Raha
 

Similar to Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah, Menengah dan Tinggi) (By Ivama Mista Wati) (20)

Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
 
1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp1066 2029-1-sp
1066 2029-1-sp
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
 
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxKonsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
 
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptxBAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
BAB 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan, Pengindraan Jauh dan SIG.pptx
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Laporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVI
Laporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVILaporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVI
Laporan Praktikum PCD (Pengolahan Citra Digital) menggunakan software ENVI
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
 
Jl
JlJl
Jl
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaLuhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
 
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
 
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
 

Recently uploaded

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 

Recently uploaded (20)

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 

Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah, Menengah dan Tinggi) (By Ivama Mista Wati)

  • 1. 2 TUGAS MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah, Menengah dan Tinggi) Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng Ivama Mista Wati 1310200001 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2022
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah, Menengah dan Tinggi).” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengindraan Jauh”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang citra pada pengindraan jauh. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng , selaku guru Pengindraan Jauh yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi saya dan pembaca pada umumnya. Selanjutnya, saya juga mengucapkan terimakasih kepada rekan – rekan dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diperlukan untuk penyempurnaa maklah ini. Akhir kata saya berharap makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Tuban, 06 Juni 2022 Ivama Mista Wati
  • 3. 2
  • 4. 2 BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979). Sedang menurut Lindgren, Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Karena tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini berupa citra (image atau gambar). Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia digunakan bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek tidak langsung direkam pada film. Citra dihasilkan dari sensor yang dipasang pada wahana. Citra merupakan produk utama perekaman penginderaan jauh. Pemahaman menyeluruh mengenai citra penginderaan jauh akan sangat bermanfaat dalam proses interpretasi dan ekstraksi informasi.Citra penginderaan jauh adalah representasi permukaan bumi yang dihasilkan melalui penginderaan jauh. Citra dapat berupa citra foto atau citra non foto. Citra foto atau foto udara diperoleh melalui perekaman penginderaan jauh fotografik dengan sensor kamera. Sedangkan citra non foto diperoleh dengan sensor selain kamera. Contoh dari citra non foto antara lain citra multispektral dan hiperspektral, citra termal, citra RADAR dan LiDAR. Ektraksi informasi dari citra dilakukan melalui interpretasi citra yang dapat dilakukan secara manual (visual) maupun digital. Citra penginderaan jauh mencakup berbagai informasi di permukaan bumi dimana setiap material di permukaan bumi memiliki pantulan yang berbeda terhadap cahaya matahari, sehingga akan memiliki resolusi yang berbeda. Resolusi adalah kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spektral mempunyai kemiripan (Swain dan Davis, 1978). Sedangkan menurut Curran (1985), resolusi yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. Sederhananya, resolusi berfungsi sebagai penentu kualitas gambar. Semakin tinggi suatu resolusi, maka semakin bagus kualitas gambarnya. Sebaliknya, semakin rendah suatu resolusi, maka semakin buruk kualitas gambarnya. Kehadiran citra resolusi spasial tinggi telah menantang para analisis citra untuk mengembangkan metode ekstraksi informasi tematik yang berbeda dengan klasifikasi multispektral yang biasa diterapkan pada citra resolusi spasial menengah dan citra resolusi spasial rendah. Pada saat ini telah banyak dikembangkan metode klasifikasi untuk tutupan lahan menggunakan data penginderaan jauh, diantaranya klasifikasi berbasis piksel dan klasifikasi berbasis objek.
  • 5. 2 Klasifikasi berdasarkan objek banyak menarik perhatian di bidang penginderaan jauh dekade terakhir ini karena tidak seperti metode klasifikasi klasik yang beroperasi secara langsung pada piksel tunggal, pendekatan ini beroperasi pada objek yang sebelumnya telah dikelompokkan melalui proses segmentasi (Ristoyono, 2016). Ide dasar dari proses ini adalah menglompokan piksel-piksel berdampingan menjadi objek spektral yang homogen melalui segmentasi kemudian dilanjutkan proses klasifikasi pada objek sebagai unit proses terkecil. Metode klasifikasi berbasis objek ini akan meminimalkan kelemahan klasifikasi berbasis piksel yang hanya didasarkan nilai digital dengan menambahkan beberapa parameter lain (Setiyani, 2016). Beberapa perangkat lunak pengolah citra yang dapat melakukan klasifikasi berbasis objek yaitu MultiSpec, SPRING, dan eCognition. Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah eCognition Developer 8.9. Perangkat lunak pengolah citra ini dapat secara komprehensif menganalisis citra multi-dimensi dengan melakukan segmentasi dan klasifikasi tutupan lahan yang hasilnya dapat dianalisis lebih jauh. Oleh karena itu dengan diterapkannya metode ini diharapkan dapat memberikan informasi yang terkait tutupan lahan yang tersegmentasi dan terklasifikasi secara cepat, tepat, dan akurat. Ekstraksi bangunan otomatis semakin banyak digunakan untuk perencanaan dan manajemen perkotaan. Oleh karena itu, telah menjadi fokus penelitian intensif selama dekade terakhir. Secara tradisional, batas-batas bangunan digambarkan melalui digitaisasi manual dari gambar digital dalam tampilan stereo menggunakan komplotan stereo fotogrametri. Namun, proses ini adalah tugas yang melelahkan dan memakan waktu dan membutuhkan orang-orang yang berkualitas dan peralatan yang mahal. Untuk alasan ini, ekstraksi bangunan menggunakan teknik otomatis memiliki potensi dan kepentingan yang besar. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara membedakan citra resolusi spasial dengan resolusi spektral ? 2. Apa saja konsep resolusi citra dalam pengindraan jauh ? 3. Apa saja jenis citra dalam suatu pengindraan jauh ? 1.2. TUJUAN Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Memenuhi tugas mata kuliah penetapan dan penegasan batas laut 2. Menambah pengetahuan tentang informasi mengenai konflik Kepulauan Natuna 3. Menganalisis permasalahan permasalahan Indonesia dengan Cina mengenai Kepulauan Natuna
  • 6. 2 BAB II 2.1. CARA MEMEDAKAN CITRA RESOLUSI SPADIAL DENGAN RESOLUSI SPEKTRAL Secara teoritis perbedaan resolusi spasial dan spektral dapat ditunjukkan pada penjelasan berikut: 1. Resolusi Spasial yaitu ukuran terkecil obyek di lapangan yang dapat direkam pada data digital maupun pada citra. Pada data digital resolusi dilapangan dinyatakan dengan pixel. Semakin kecil ukuran terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor itu semakin baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang semakin rinci. Resolusi spasial yang baik dikatakan resolusi tinggi atau halus, sedang yang kurang baik berup a resolusi kasar atau rendah. Dalam menentukan range resolusi, ada tiga tingkat ukuran resolusi yang perlu diketahui, yaitu: Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m. Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 – > 1000 Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi spasial adalah: a. Landsat: 15 meter pada mode pankromatik dan 30 meter pada mode multispektral b. Spot: 10 meter pada mode pankromatik dan 20 meter pada mode multispektral c. Ikonos: 1 meter pada mode pankromatik dan 4 meter pada mode multispektral. 2. Resolusi Spektral yaitu lebar dan banyaknya saluran yang dapat diserap oleh sensor. Semakin banyak saluran yang dapat diserap dan semakin sempit lebar spektral tiap salurannya maka resolusi spektralnya semakin tinggi. Resolusi spektral ini berkaitan langsung dengan kemampuan sensor untuk dapat mengidentifikasi obyek. Resolusi spektral sensor yang spesifik menentukan jumlah band spektral, di mana sensor dapat memilih radiasi yang direfleksikan (dipantulkan). Tetapi jumlah band bukanlah hanya aspek yang penting dari resolusi spektral. Resolusi spektral dapat dibedakan atas: Resolusi spektral tinggi berkisar antara: – 220 band Resolusi spektral sedang berkisar antara: 3 – 15 band Resolusi spektral rendah berkisar antara: – 3 band Sehingga dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu resolusi spasial merupakan ukuran pixel minimum yang ditangkap oleh sensor, sedangkan resolusi spektral yaitu berapa banyak kanal (band) yang ada dalam satu sensor. Resolusi spasial dan spektral citra penginderaan jauh saling bertolak belakang. Beberapa satelit penginderaan jauh mampu memberikan citra dengan informasi multispektral yang dapat membedakan fitur secara spektral tetapi tidak secara spasial, begitu pula sebaliknya. Keterbatasan pada penyediaan citra multispektral beresolusi tinggi ini menyebabkan diperlukannya solusi untuk menghasilkan citra multispektral yang kaya akan informasi spasial maupun informasi spektral. Solusi tersebut dapat dipecahkan dengan melakukan suatu penggabungan citra, yaitu dengan menggabungkan citra multispektral dan pankromatik dan biasa disebut dengan proses pan sharpening.
  • 7. 2 Perlu diketahui sebelumnya bahwa citra multispektral yaitu citra yang memiliki sensor dengan karakteristik multi band, resolusi spasial rendah, dan resolusi spektral tinggi sehingga pada citra ini terdapat obyek minimum yang dapat dikenali atau dideteksi namun kelebihannya yaitu didapatkan obyek dengan informasi warna yang tinggi. Kebalikan dari multispektral, pankromatik memiliki karakteristik single band, resolusi spasial tinggi, dan resolusi spektral rendah. Dengan begitu citra yang dihasilkan mampu mendeteksi obyek lebih detil namun obyek tidak berwarna melainkan keabu-abuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini dimana gambar sebelah kiri merupakan citra pankromatik sedangkan sebelah kanan adalah citra multispektral. Lebih lanjut, maka akan timbul pertanyaan mengapa pada citra pankromatik resolusi spasialnya tinggi dan resolusi temporalnya rendah dibandingkan dengan multispektral. Salah satu penyebabnya yaitu karena cakupan luasan yang diambil oleh sensor pankromatik lebih kecil dari multispektral. Pada dasarnya sebuah citra pankromatik mempunyai rentang spektrum gelombang yang lebih besar daripada kanal multispektral. Dengan demikian untuk menerima sejumlah energi yang sama, ukuran sensor pankromatik dapat lebih kecil dibandingkan sensor multispektral. Oleh karena itu dalam sekali perekaman, sensor pankromatik dengan ukuran yang sama dapat memberikan lebih banyak informasi spasial. Selain itu volume data sepasang citra multispektral resolusi rendah akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan volume sebuah citra multispektral resolusi tinggi (Zhang, 2004). Sehingga untuk mendapatkan suatu citra yang baik, maka perlu meningkatkan resolusi spasial dari citra multispektral dengan menggunakan informasi geometrik dari citra pankromatik. Proses ini akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya.
  • 8. 2 2.2. KONSEP RWSOLUSI CITRA DALAM PENGINDRAAN JAUH Resolusi menurut Danoedoro (2012) atau disebut juga sebagai daya pisah/resolving power merupakan kemampuan sistem optic-elektronik untuk membedakan informasi spasial yang berdekatan atau secara spektral memiliki kemiripan/kesamaan. Dan seiring perkembangan zaman resolusi tidak hanya sebatas pada pengertian di atas karena terdapat unsur waktu yang disebut sebagai resolusi temporal. Di dalam sistem penginderaan jauh dikenal setidaknya empat/4 jenis resolusi yakni resolusi spektral, resolusi radiometrik, resolusi spasial dan resolusi temporal. Dalam praktik pengolahan citra, resolusi layar juga memegang peranan penting. 1. Resolusi Spasial Resolusi spasial merupakan salah satu resolusi yang sering disebut dan memiliki peran penting di dalam penyajjian data perekaman penginderan jauh. Yang dimaksud dengan resolusi spasial yakni ukuran terkecil suatu obyek yang masih dapat dideteksi oleh suatu sistem penginderaan jauh. Semakin tinggi resolusi spasial suatu citra maka citra tersebut mampu merekam obyek secara detail dan mampu menyajikan kenampakan obyek dengan satuan kecil yang ada di permukaan bumi. Citra satelit resolusi tinggi diantaranya adalah worldview, quickbird, ikonos, google earth, Geo- Eye, dsb. Beberapa citra tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan penyusunan data spasial dengan skala besar. Pemanfaatan citra dengan resolusi tinggi ini oleh Kementerian ATR/BPN juga dimanfaatkan untuk membantu penyusunan pemetaan peta dasar pendaftaran tanah, menyusun peta penilaian bidang tanah dan berbagai keperluan analisis yang sifatnya persil/oer bidang. Sementara untuk beberapa citra satelit dengan resolusi spasial tingkat rendah diantaranya adalah landsat dengan kemampuan resolusi spasial 30 m. Pemanfaatan citra ini salah satunya digunakan untuk membantu melakukan penyusunan peta penggunaan lahan dengan skala menengah hingga skala kecil. Kemampuan citra dengan resolusi sebagai contohnya adalah 30 menunjukkan bahwasannya jika terdapat obyek di permukaan bumi dengan panjang kurang dari 30 m dan lebar kurang dari 30 m maka obyek tersebut kemungkinan besar tidak mampu dipisahkan dengan obyek lainnya atau obyek tersebut tidak mampu direpresentasikan ke dalam suatu obyek yang tersendiri. Kemampuan resolusi spasial sebuah citra dengan kondisi rendah ini tentunya seringkali mengakibatkan adanya mixed pixel dimana di dalam satu pixsel terdapat campuran beberapa obyek sebagai contoh di dalamnya terdapat penggunaan lahan berupa vegetasi ataupun lahan kering yang bercampur di dalam 1 pixel. Pengenalan obyek di lapangan akan tampak mudah terhadap obyek yang memiliki sifat memanjang meskipun di dalam citra lebar ataupun dalam satu pixel terdapat gabungan 2 obyek yang berbeda. Kondisi ini salah satunya berimplikasi terhadap penggunaan tanah berupa jalan ataupun sungai serta garis pantai yang memiliki karakter lebarnya sempit namun memanjang. 2. Resolusi Spektral Danoedoro (2000) menyebutkan bahwasannya yang dimaksud dengan resolusi spektral merupakan kemampuan sutu sistem opticelektromagnetik yang berfungsi untuk membedakan informasi obyek berdasarkan nilai pantulan ataupun nilai pancaran spektralnya. Dalam konteks ini maka apabila sebuah citra memiliki jumlah saluran yang lebih banyak dan masing-masing saluran tersebut cukup sempit maka apabila dilakukan analisis kemungkinan citra dalam membedakan obyek berdasarkan respon spektralnya. Sehingga yang dimaksud citra yang memiliki resolusi spektral yang tinggi adalah citra tersebut memiliki jumlah saluran yang banyak dan semakin sempit interval panjang gelombangnya.
  • 9. 2 3. Resolusi Temporal Resolusi temporal merupakan suatu kemampuan sistem perekaman citra satelit yang mampu merekam ulang wilayah/daerah yang sama. Resolusi temporal ini memiliki peran dan seringkali dimanfaatkan untuk analisis perubahan penggunaan lahan ataupun monitoring tingkat kesesuaian penggunaan lahan, dsb. Setiap citra satelit memiliki resolusi temporal yang berbeda beberapa citra satelit mampu merekam obyek yang sama dalam waktu yang selangnya tidak lama sebagai contohnya yakni citra GMS memiliki kemampuan merekam obyek yang sama dalam waktu 2 kali selama satu hari. Sementara beberapa satelit sumber daya yakni Landsat memiliki resolusi temporal 16 hari, dan untuk citra SPOT memiliki resolusi temporal yakni 26 hari sekali. 4. Resolusi Radiometrik Resolusi radiometrik merupakan kemampuan sensor dalam mencatat respons spektral obyek. Kemampuan ini memiliki keterkaitan dengan kemampuan coding (digital coding), yakni kemampuan mengubah intensitas pantulan atau pancaran spektral menjadi sebuah angka digital atau disebut dengan bit. Sebuah citra yang baik diantaranya memiliki kemampuan tingkatan bit yang lebih tinggi yakni hingga mencapai 11 bit coding atau sebesar 2048 tingkat. Sementara untuk citra satelit dengan generasi lama hanya memiliki kemampuan tingkatan bit yang terbatas contohnya MSS7 yanga hanya terdapat 64 tingkat. Seiring perkembangan penginderaan jauh maka saat ini beberapa citra satelit contohnya adalah Quickbird, Ikonos maupun Orbview mampu memiliki sistem koding hingga 11 bit atau sebesar 2048 tingkatan (Danoedoro 2000). 5. Resolusi Layar Resolusi Layar adalah kemampuan layar monitor dalam menyajikan kenampakan objek pada citra secara lebih halus. Semakin tinggi resolusi layarnya, semakin tinggi kemampuannya untuk menyajikan gambar dengan butir-butir piksel yang halus. Dengan kata lain semakin banyak pula jumlah sel citra (piksel) yang dapat ditampilkan pada layar. Biasanya ukuran piksel layar serin disebut dot pitch sebesar 0,26 milimeter sudah bisa memadai untuk penginderaan jauh (Danoedoro 2012).
  • 10. 2 2.3. JENIS – JENIS CITRA DALAM PENGINDRAAN JAUH Berdasarkan sensornya, bahwa citra dapat dibagi menjadi dua yaitu citra foto (photographic image) dan non foto ( non-photographic image) . Sebagai contoh citra foto yaitu Foto Udara, sedangkan non-foto yaitu citra satelit, citra radar, citra lidar dan lain-lain. Yang akan dibahas pada bab ini yaitu Foto Udara dan Citra Satelit. 1. FOTO UDARA Foto udara merupakan rekaman fotogrametris objek di atas permukaan bumi yang pengambilannya dilakukan dari udara. Objek yang terekam dalam foto udara meliputi semua kenampakan tanpa bisa untuk diseleksi terlebih dahulu. Dalam kondisi tertentu gambaran ini sangat menguntungkan karena melalui media foto udara bisa didapatkan gambaran semua objek dengan kondisi dan tipe yang sesuai dengan bentuk aslinya. Akan tetapi dalam beberapa hal karena semua unsur terekam menjadikan informasi menjadi sulit diterjemahkan. Foto udara diperoleh melalui pemotretan menggunakan sensor kamera yang dipasang pada wahana terbang, seperti pesawat terbang, helikopter, dan sebagainya. Contoh foto udara dengan wahana pesawat dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Foto Udara Perkembangan teknologi saat ini foto udara tidak hanya sebatas seperti Gambar 1 tersebut, hasil dari perekaman drone juga bisa dinamakan foto udara. Pengelompokan atau klasifikasi jenis foto udara sangat beragam tergantung dari sudut pandang apa foto udara tersebut dikelompokan. a. Pengelompokan foto udara berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan. Contoh : Foto Ultra Violet, Foto Visible (Pankromatik), Foto Inframerah. b. Pengelompokan foto berdasarkan skala fotonya. Contoh Foto skala besar, skala menengah dan skala kecil c. Pengelompokan foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan, yaitu foto yang direkam dengan kamera tunggal (satu saluran panjang gelombang), atau dengan kamera jamak (satu kamera dengan lebih dari satu lensa untuk perekaman pada berbagai saluran sekaligus). d. Pengelompokan foto udara berdasarkan sumbu kameranya. Contoh : Foto vertikal (vertical photograph) dan foto condong (oblique photograph) Paine (1981:23-24 dalam Sutanto 1989) mengutarakan bahwa foto udara vertikal mempunyai empat kelebihan bila dibanding terhadap foto udara condong, yaitu :
  • 11. 2 a. Skala pada tiap bagian foto lebih seragam b. Penentuan arah pada foto udara vertikal lebih mudah. Perkiraan arah dapat ditentukan seperti penentuan arah pada peta. c. Dalam batas tertentu, foto udara vertikal dapat dipakai sebagai substitusi peta. d. Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi, karena disamping skalanya lebih seragam, juga tidak banyak objek yang terlindung oleh objek lainnya. Namun demikian foto condong juga mempunyai kelebihan bila dibanding foto vertikal, yaitu : a. Luas liputannya beberapa kali lipat bila dibanding dengan liputan foto vertikal. b. Untuk daerah yang sering tertutup oleh awan, masih ada kemungkinan menembus celah-celah awan bila dilakukan pemotretan condong. c. Gambaran yang disajikan lebih mirip dengan apa yang dilihat sehari-hari dari tempat yang relatif tinggi. d. Objek tertentu seperti goa yang tidak tampak pada foto udara vertikal, ada kemungkinan dapat dikenali pada foto condong. Contoh foto tegak, condong dan sangat condong dapat dilihat pada Gambar 3,4 dan 5. Gambar 3. Citra Foto Tegak Gambar 4. Citra Foto Condong
  • 12. 2 Gambar 5. Citra Foto Sangat Condong B. CITRA SATELIT Citra satelit merupakan citra digital penginderaan jauh yang diperoleh dari sistem perekaman melalui sensor satelit. Berdasarkan misinya, satelit penginderaan jauh dibedakan menjadi dua macam: 1. satelit cuaca, misal GOES, GMS, NOAA 2. satelit sumber daya, misal : Landsat, SPOT, ERS, JERS Citra Satelit yang memiliki resolusi spasial tinggi :  Citra World View  Citra Quickbird  Citra Geoeye  Citra Ikonos  Citra Pleiades  Citra Rapid Eye  Citra Orbview Citra Satelit yang memiliki resolusi spasial menengah  Citra ALOS AVNIR-2  Citra Landsat  Citra ASTER Citra Satelit yang memiliki resolusi spasial rendah  Citra MODIS  Citra NOAA C. SISTEM SATELIT PENGINDERAAN JAUH DAN KARAKTERISTIKNYA Pada kajian ini akan dibahas Sistem Satelit Quickbird, ALOS, SPOT, Landsat, Terra dan Modis beserta karakteristiknya. 1. SATELIT QUICKBIRD Diluncurkan oleh Perusahaan Digital Globe milik Amerika Serikat pada tanggal 18 Oktober 2001, di Vandenberg Air Force Base, California. Karakteristik sistem resolusi tinggi Quickbird bisa dilihat pada tabel 1.
  • 13. 2 Berbagai manfaat citra satelit resolusi tinggi Quickbird (imahagiregion3.wordpress.com) diberbagai bidang diantaranya : 1). Bidang Pertanian Dan Perkebunan a. Melakukan observasi pada lahan yang luas, petak tanaman hingga tiap individu tanaman. b. Melakukan identifikasi jenis tanaman dan kondisi tanah, potensi panen, efektifitas pengairan, kesuburan dan penyakit tanaman, kandungan air. c. Secara berkala (time series) dapat digunakan untuk : – Memantau pertumbuhan tanaman – Laju perubahan jenis tanaman. – Perubahan atau alih fungsi lahan pertanian. d. Menghitung jumlah pohon dan volume hasil panen komoditi perkebunan. e. Perencanaan pola tanam perkebunan f. Perencanaan peremajaan tanaman perkebunan. 2). Bidang Kehutanan a. Monitoring batas-batas fungsi kawasan hutan b. Identifikasi wilayah habitat satwa c. Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat illegal loging. d. Inventarisasi Potensi Sumber Daya Hutan e. Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan f. Perencanaan lokasi reboisasi.
  • 14. 2 3). Bidang Perencanaan Dan Pembangunan Wilayah a. Pembuatan peta detail penggunaan lahan b. Perencanaan tata ruang, DED dan Lanscape pembangunan c. Identifikasi dan inventarisasi kawasan-kawasan kumuh d. Perencanaan dan manajemen sarana dan prasarana wilayah e. Pemetaan kawasan rawan bencana alam f. Pemantauan dan penanggulangan bencana alam. 2. SATELIT ALOS Sistem Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan sistem satelit sumber daya milik Jepang yang diluncurkan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Diluncurkan pada 24 Januari 2006. Terdiri 3 modul sensor (Danoedoro, P 2012, 88) : - PRISM (Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) yang memiliki resolusi spasial 2,5 m - AVNIR-2 (Advanced Visible and Near-InfraRed Type-2) terdiri dari 4 Saluran yaitu Biru, Hijau Merah dan Inframerah dekat dengan resolusi spasial 10 m. - PALSAR (Phased Array Type-L Synthetic Aperture Radar), memiliki sensor radar yang dapat merekam siang dan malam hari, pada kondisi cuaca apapun, resolusi spasial 10-100 m Satelit ALOS dirancang untuk beroperasi selama 3-5 tahun. 3. SATELIT SPOT SPOT ( Systeme Probatoire de l ‘Observation de la Teree) merupakan proyek kerjasama antara Prancis, swedia dan Belgia dibawah koordinasi badan ruang angkasa Prancis CNES (Centre National d’Etudes Spatiales). SPOT-1 diluncurkan pada 23 Februari 1986 di Kourou, Guyana Prancis, dengan membawa dua sensor identik yang disebut HRV (Haute Resolution Visibel). Sama halnya dengan Landsat, SPOT juga telah meluncurkan hingga generasi ketiga. Generasi pertama SPOT 1,2,3 memiliki resolusi spasial untuk pankromatik 10 meter sedangkan multispektral 20 meter dan memiliki resolusi temporal 26 hari. Hingga saat ini SPOT sudah meluncurkan hingga SPOT 7. Sensor satelit SPOT-7 yang dibuat oleh AIRBUS Defense & Space telah berhasil diluncurkan pada 30 Juni 2014 oleh peluncur PSLV dari Satish Dhawan Space Center di India dengan spesifikasi sebagai berikut (satimagingcorp.com) : - Multispectral Imagery (4 bands) : Blue (0.455 µm – 0.525 µm) Green (0.530 µm – 0.590 µm) Red (0.625 µm – 0.695 µm) Near-Infrared (0.760 µm – 0.890 µm - Resolution (GSD) : Panchromatic - 1.5m Multispectral - 6.0m (B,G,R,NIR) Location Accuracy : 10m (CE90) - Daily revisit, anywhere 4. SATELIT LANDSAT Satelit Landsat (Land Satellite) merupakan satelit milik Amerika Serikat yang pertama kali diluncurkan pada Tahun 1972 dengan nama ERTS-1 (Earth Resourches Technology Satellite -1), kemudian diluncurkan seri kedua dan berganti nama menjadi Landsat -1. Hingga saat ini sudah terjadi perubahan desain sensor dan dikelompokkan menjadi 3 generasi (Danoedoro, P 2012, 68-69) : a. Generasi pertama (Landsat 1 – 3), memuat dua macam sensor yaitu RBV (Return Beam Vidicon) yang terdiri dari 3 saluran RBV-1, RBV- 2 dan RBV-3 dengan resolusi spasial 79 meter dan MSS (Multispectral Scanner) yang terdiri dari 4 saluran MSS-4, MSS-5, MSS-6, dan MSS-7 dengan resolusi spasial 79 meter. Landsat 3 mengalami penyusutan jumlah saluran pada RBV menjadi 1 saluran tunggal beresolusi spasial 40 meter. b. Generasi kedua (Landsat 4 dan 5), memuat dua macam sensor dengan mempertahankan MSS-nya, tetapi menggantikan RBV dengan TM (Thematic Mapper). Dengan penomeran MSS menjadi MSS1, MSS2, MSS3 dan MSS4 dan TM yang memiliki 7 saluran TM1-TM7 penyimpangan pada TM6 yang menggunakan spectrum inframerah termal beresolusi 120 meter (berada di antara 2 saluran inframerah tengah TM5 dan TM7 yang resolusi spasialnya 30 meter). c. Generasi ketiga (Landsat 6 -7) Operasi Landsat generasi 3
  • 15. 2 sebenarnya telah dimulai pada tahun 1993, tetapi misi gagal karena sesaat setelah diluncurkan satelit Landsat 6 hilang yaitu pada tanggal 5 Oktober 1993 (Jensen 2005). Landsat 7 diluncurkan pada tahun 1999 dengan membawa sensor multispektral dengan resolusi 15 meter untuk citra pankromatik dan 30 meter untuk citra multispektral (berkisar dari spektrum biru hingga inframerah tengah) serta resolusi spasial 60 meter untuk citra inframerah termal. Sensor Landsat 7 yang disebut ETM+ (Enhanced Thematic Mapper Plus) atau TM yang sudah diperbaiki kinerjanya, memuat 8 saluran, dimana 6 saluran telah dinaikkan resolusi spasialnya dari 120 meter menjadi 60 meter dan saluran 8 merupakan saluran pankromatik dengan julat panjang gelombang antara 0,58 – 0,90 µm. Namun system sensor Landsat 7 ETM+ ini juga mengalami kerusakan berupa kegagalan pengoreksi baris pemindai (Scan Line Corrector/SLC), yang terjadi sejak 31 Mei 2003 sehingga data banyak yang hilang. Landsat 1, 2 dan 3 memiliki resolusi temporal 18 hari sedangkan Landsat 4 dan 5 memiliki resolusi temporal 16 hari (Purwadhi, S 2001,54). Generasi terbaru Landsat yaitu Landsat 8 dan 9. Untuk Landsat 8 diluncurkan tanggal 11 Februari 2013 sedangkan Landsat 9 direncanakan akan diluncurkan pada bulan Desember 2020 (landsat.gsfc.nasa.gov). 5. SISTEM SATELIT : TERRA dan AQUA NASA Earth Observing System mengembangkan Satelit Terra dan Aqua, bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Industri Jepang (MITI) yang mengusung 4 sistem sensor pada Satelit Terra yaitu : 1. ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) dibuat oleh Jepang, Sedangkan yang dibuat oleh Amerika Serikat adalah: 2. MODIS 3. CERES 4. MISR Satelit Aqua merupakan “saudara kembar” Satelit Terra yang tidak mengusung sensor ASTER. Terra melintasi ekuator pada pukul 10.30 pagi dan dirancang untuk merekam gambaran bumi pada siang hari, sedangkan Aqua melintas ekuator pada pukul 13.30 siang dan juga dirancang untuk memperoleh informasi permukaan bumi pada malam hari, keduanya mengorbit sinkron matahari (Danoedoro, P 2012, 84). Sensor ASTER merupakan salah satu alternatif untuk kajian pada resolusi menengah, yang mempunyai 3 modul subsistem multispektral : 1. VNIR (Visible and Near Infrared) 2. SWIR (Shortwave Infrared) 3. TIR (Thermal Infrared) Salah satu keunggulan ASTER yaitu kemampuan menghasilkan citra tiga dimensi dengan model elevasi digital (DEM) dengan menggabungkan citra saluran 3N (NVIR) yang merekam nadir dan 3B yang merekam miring ke belakang. Model elevasi hasil perekaman sensor ASTER tidak dapat menembus hingga penutup lahan maka model yang dihasilkan lebih tepat disebut Digital Surface Model (DSM). Karakteristik sensor ASTER pada Satelit Terra dapat dilihat pada Tabel 2.
  • 16. 2 BAB III 3.1. KESIMPULAN Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan teknologim penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam, selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang Ilmu geografi secara umum. 3.2. SARAN Melalui pendidikan yang modern, para ahli diharapkan mampu mengolah (menginterpretasi, mengoreksi, dan menyajikan) data dari satelit agar dapat digunakan untuk membantu pembangunan di darat atau di laut agar dapat mensejahterakan masyarakat.
  • 17. 2 DATAR PUSTAKA  Citra Penginderaan Jauh: Jenis-jenis Beserta Contoh dan Gambarnya (geospasialis.com)  Sugandi, Dede. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasinya.Buana Nusantara Press. Bandung. Anonymous,…. Tersedia di: http://www.scribd.cmdoc227492/1/A- pengertian-pengindraan-jauh  Jaelani, Lalu Muhammad. 2018. Applied Remote Sensing [pdf]. Surabaya: Teknik Geomatika ITS. Suwargana, Nana. 2013. Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit Landsat, Spot, dan Ikonos. Jurnal Ilmiah Widya, 1(2), 167-174.  Sattelit Imaging Corporation 2019,‟SPOT-7 Sattelite Sensor‟, dilihat pada tanggal 5 Agustus 2019, https://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/spot7Sutanto 1994, Penginderaan jauh, jilid 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.  https://prodi4.stpn.ac.id/wp- content/uploads/2020/2020/Modul/Semester%202/MODUL%20PENGINDRAAN%2 0JAUH/Modul-PENGINDERAAN%20JAUH.pdf