SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
MAKALAH
GEODESI GEOMETRI II
Jaring Kontrol Geodesi
Disusun Oleh :
Mega Yasma Adha
2015510005
Dosen Pembimbing :
Isna Uswatun Khasanah M.Eng
JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
bimbingan-Nya Makalah mengenai Jaring Kontrol Geodesi ini dapat terselesaikan dalam
rangka menunjang proses pembelajaran.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geodesi Geometri II.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua. Kami
menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami di masa
yang akan datang.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, semoga semua yang telah berjasa dalam
penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
Padang,30 Oktober 2017
Mega Yasma Adha
(2015510005)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................1
1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................................3
2.1 Pengertian Jaring Kontrol Geodesi ...........................................3
2.2 Pembagian Jaring Kontrol Geodesi ..........................................3
2.3 Datum Geodesi........................................................................10
2.4 Hubungan Datum dengan Jaring Kontrol geodesi..................14
BAB III : PENUTUP .............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................16
3.2 Saran........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mempelajari ilmu geodesi, ada beberapa disiplin ilmu yang menjadi dasar
(akar) dan ada beberapa disiplin ilmu lain sebagai penunjangnya. Awalnya bumi dianggap
sebagal bidang datar, tetapi dengan perkembangan selanjutnya sehubungan dengan sifat
manusia yang ingin tahu, pandangan bumi seperti bidang datar sudah berubah dan
percaya bahwa bumi merupakan bidang Iengkung. Pencarian bentuk dan ukuran bumi
yang sebenarnya masih benlangsung sampai sekarang ini. Atas dasar sifat, cakupan luas
daerah, dan fungsinya, disiplin geodesi dapat dikiasifikasikan sebagai berikut:
1. Geodesi Geometri, mempelajari bentuk dan ukuran bumi, jadi mempelajari geodesi
yang sifatnya geometrik.
2. Geodesi Fisis, mempelajari medan gayaberat bumi, jadi mempelajari geodesi yang
sifatnya fisis.
3. Geodesi Dinamis, mempelajari geodesi dengan pendekatan bumi sebagai benda yang
dinamis.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas lebih detail mengenai geodesi
geometri,dimana dalam pengukuran dan pemetaan geodesi geometri ruang lingkupnya
membahas tentang titik-titik jaring kontrol maupun sistem referensi bumi yang nantinya
berhubungan dengan klasifikasi mengenai :
1. Jaring Kontrol Geodesi;
2. Jaring Kontrol Horizontal;
3. Jaring Kontrol Vertikal ;dan
4. Datum.
5.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Jaring Kontrol Geodesi ?
2. Apa saja pembagian dari Jaring Kontrol Geodesi?
3. Apa saja klasifikasi dari jaring kontrol geodesi?
4. Apa itu definisi datum geodesi ?
5. Bagaimana cara kita untuk mendefinisikan datum?
6. Apa hubungan dari datum dan jaring kontrol geodesi?
1.3 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembahasan yang ada di dalam makalah
ini,diantaranya:
1. Untuk menjelaskan definisi dari Jaring Kontrol Geodesi.
2. Untuk mengetahui jenis- jenis dari Jaring Kontrol Geodesi.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi terkait Jaring Kontrol Geodesi.
4. Untuk menjelaskan definisi dari Datum.
5. Untuk mengetahui hubungan antara Datum Geodesi dan Jaring Kontrol Geodesi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jaring Kontrol Geodesi
Jaring kontrol Geodesi adalah serangkaian titik yang saling terikat sehingga
membentuk jarring dihasilkan dari pengukuran geodesi teliti dan berfungsi sebagai titik
ikat atau acuan dalam pekerjaan pemetaan dan rekayasa lainnya.
Jaring kontrol Geodesi terdiri atas Jaring Kontrol Horisontal (JKH), Jaring Kontrol
Vertikal (JKV), dan Jaring Kontrol Gayaberat (JKG). Sebagai salah satu data spasial
kerangka kontrol geodesi dan geodinamika tercantum dalam Jaringan Data Spasial
Nasional. Data-data geodesi di dalamnya dimanfaatkan oleh pemerintah maupun swasta
sebagai referensi untuk pekerjaan pemetaan dan survey rekayasa dan sebagai landasan
pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (ISDN).
2.2 Pembagian Jaring Kontrol Geodesi
Jaring Kontrol Geodesi dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Jaring Kontrol Horizontal
Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol horisontal yang satu
sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya
ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem
referensi kordinat horisontal tertentu (BSN, 2002).
Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring kontrol horisontal
umumnya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sistem peralatan yang
digunakan untuk pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi
pengukuran/pengamatan, serta strategi pengolahan data yang diterapkan.
Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia sudah dimulai sejak
jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan pengukuran triangulasi yang dimulai pada
tahun 1862. Selanjutnya dengan pengembangan sistem satelit navigasi Doppler
(Transit), sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai memanfaatkan
sistem satelit ini.
Dengan berkembangnya sistem satelit GPS, sejak tahun 1989, pengadaan
jaring titik kontrol horisontal di Indonesia umumnya bertumpu pada pengamatan
satelit GPS ini.
Pada dasarnya pada saat ini, jaring titik kontrol horisontal di Indonesia dapat
dikelompokkan sebagaimana yang diberikan pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel Status Jaring Titik Kontrol Horisontal
Kalsifika
si Jaring
Jarak Tipikal antar
Titik
Fungsi saat ini
Metode
Pengamatan
Orde-0 500 km
Jaring kontrol geodetik
nasional
Survei GPS
Ored-1 100 km
Jaring kontrol geodetik
regional
Survei GPS
Orde-2 10 km
Jaring kontrol kadastral
regional
Survei GPS
Orde-3 2 km Jaring kontrol kadastral lokal Survei GPS
Orde-4 0.1 km
Jaring kontrol pemetaan
kadastral
Survei Poligon
(BSN ,2002)
Kualitas JKH dideskripsikan dalam 3 faktor:
 Presisi jaringan: menjelaskna bagaimana kepresisian pengukurn berpengaruh
terhadap hasil estimasi melalui geometri dari jaringan, yang menyatakan
karakteristik jaringan dalam perambatan kesalahan acak dari pengukuran, dengan
asumsi data sudah bebas dari kesalahan kasar dan sistematis.
 Kehandalan jaringan: menjelaskna bagaimana jaringan bereaksi terhadap bias yang
kecil daari pengukuran, yaitu menunjukkan ketahanan jaringan terhadap besarnya
kesalahan kasar yang tidak dideteksi pada pengukuran.
 Ekonomi.
2. Jaring Kontrol Vertikal
Jaring Kontrol Vertiksl (JKV) mempunyai datum vertikal yang realisasinya
dilaksanakan dengan penetapan tinggi ortometrik pada suatu titik TTG. Penetapan
tinggi ortometrik TTG awal ini harus diikatkan dengan stasiun pasut yang diamati
selama kurun waktu sekurang-kurangnya 18,6 tahun untuk memperoleh tinggi TTG
terhadap Muka Laut Rerata (MLR) atau Mean Sea Level, (MSL). Datum Vertikal
yang ditetapkan adalah Bidang yang mempunyai potensial yang sama (ekipotensial)
yang melalui MLR pada stasiun pasut di titik datum atau juga sering disebut Geoid.
Untuk mendapatkan Tinggi Orthometris (H) ada dua cara yaitu dengan pengukuran
sipat datar dan dengan pengukuran GPS (h) di gabungkan dengan Geoid (N) dengan
hubungan H = N + h
Gambar Topografi, Ellipsoid dan Geoid
Jaring Kontrol Vertikal Nasional digunakan sebagai kerangka acuan posisi vertikal
bagi Informasi Geospasial. Jaring Kontrol Vertika Nasional berupa titik-titik kontrol geodesi
vertikal, dalam bentuk Titik Tinggi Geodesi, yang mengacu pada satu sistem referensi tinggi
yang berlaku secara nasional.
Ada beberapa bentuk klasifikasi dari JKV, klasifikasi itu sendiri adalah Pengertian
klasifikasi disini adalah pengelompokkan atau penjenjangan JKV yang didasarkan pada
tingkat presisi dan akurasi hasil survei. Fakta empiris yang diterapkan untukdasar klasifikasi
ialah bahwa ketelitian pengukuran beda tinggi dengan metode sipatdatar memanjang
sebanding dengan akar jarak pengukuran. Kelas JKV ditentukan oleh faktor-faktor desain
jaringan, pelaksanaan pengukuran, peralatan yang digunakan, teknik reduksi dan hasil hitung
perataan terkendala minimal (minimally constraint). Penempatan kelas JKV pada akhirnya
didasarkan pada hasil hitung perataan jaring terkendala minimal. Kriteria untuk penempatan
kelas adalah besarnya kesalahan maksimal r = c v d, dengan harga c sebagai berikut.
Orde JKV ditentukan oleh ketelitian tinggi titik hasil perataan jaring terkendala penuh (full
constraint) terkait dengan faktor-faktor:
a) kelas pengukuran;
b) orde titik kontrol pengikat;
c) ketelitian antar datum transformasi;
d) besar perbedaan antara tinggi baru dengan tinggi titik kontrol pada pertemuan
jaring lama dan baru.
Orde tertinggi yang dapat dicapai oleh suatu hasil survei dengan kelas yang telah diuji dan
ditetapkan sebagai berikut.
Orde menunjukkan ketepatan pengukuran terhadap titik kontrol pengikat. Penetapan orde
suatu jaring baru dilakukan dengan membandingkan ketelitian (1s) hasil perataan jaring
terkendala penuh dengan standar kesalahan maksimum yang diperkenankan, sebagai berikut.
Dengan demikian maka penentuan orde suatu jaring kontrol vertikal tertentu
harus melalui 2 uji yaitu uji kesesuaian kelas pengukuran dan uji kesesuaian ketelitian
tinggi titik untuk menetapkan orde.
Penyatuan datum vertikal untuk seluruh wilayah Indonesia yang merupakan
negara kepulauan belum bisa diwujudkan, karena belum ada data yang memadai.
Dengan adanya hal tersebut JKV nasional orde nol belum dapat dilaksanakan.
Bakosurtanal sebagai Instansi yang berwenang dalam survei dan pemetaan telah
menyelenggarakan JKV di sejumlah pulau di Indonesia yaitu:
1. Pulau Jawa JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di Tanjung Priok
Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya;
2. Pulau Madura: JKV orde satu dengan datum vertikal pengukuran trigonometri
dari TTG.1751 di Pulau Jawa ke TTG. 1030 di Pulau Madura;
3. Pulau Bali: JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
pelabuhan Benoa;
4. Pulau Lombok: JKV orde satu dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut
Lembar Pulau Lombok;
5. Pulau Sumatera: JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun
pasut Malahayati Nangro Aceh, stasiun pasut Sibolga, stasiun pasut Teluk
Bayur Padang, stasiun pasut Bengkulu, stasiun pasut Dumai, dan stasiun pasut
Panjang;
6. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR di
stasiun pasut Ujungpandang, Mamuju dan Palopo. Sulawesi Utara, JKV orde
dua dengan datum vertikal rerata MLR stasiun pasut Bitung. Sulawesi
Tenggara, JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
pelabuhan Kendari;
7. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, JKV orde dua dengan datum vertikal
MLR stasiun pasut Jungkat, Pontianak;
8. Pulau Ambon: JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut
pelabuhan Ambon;
9. Pulau Seram: JKV orde dua dengan datum vertikal Tinggi Elipsoid dikurangi
Undulasi dari data gayaberat global.
Dalam kondisi tidak memungkinkan penetapan datum vertikal dengan metode
ideal, seperti tersebut di atas, maka penetapan datum vertikal dapat ditempuh melalui
pendekatan dengan teknik tertentu sehingga dapat diperoleh tinggi titik datum yang
mendekati dengan tinggi terhadap geoid. Datum vertikal pendekatan dapat ditetapkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Penetapan datum vertikal dengan data pasut minimal 1 tahun;
2. penggunaan peil pelabuhan laut atau sungai yang memiliki informasi tentang tinggi
terhadap MLR;
3. kombinasi GPS dengan model geoid lokal bila ada dan global jika local tidak tersedia;
4. interpolasi tinggi pada peta topografi;
5. penentuan tinggi barometrik.
Standar ini terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor: SNI 19-
6988-2004. Dengan demikian JKV di seluruh Indonesia dapat dilaksanakan oleh setiap
masyarakat survey dan pemetaan dengan memperhatikan SNI tersebut. Yang perlu
diperhatikan dalam penetapan datum vertikal pendekatan adalah representasi dari tinggi
di atas MLR bagi JKV dengan menghindari nilai tinggi negatif. Terhadap datum vertikal
nasional (yang akan ditetapkan kemudian) datum vertikal subsistem JKV (datum
pendekatan) dipandang sebagai datum vertikal lokal, meskipun penetapannya melalui
pengamatan pasut selama kurun waktu 18,6 tahun. Penyatuan datum vertikal lokal,
terutama yang terpisah oleh lautan, ke dalam satu sistem datum vertikal local yang baru
maupun datum vertikal nasional menjadi suatu prioritas bagi instansi yang berwewenang
berwenang dalam survei dan pemetaan.
3. Jaring Kontrol Gaya Berat.
Tujuan Jaring Kontrol Gayaberat adalah untuk Monitoring medan gayaberat –
bidang acuan tinggi.
Pengukuran gaya berat dilakukan di 7000 titik tinggi geodesi, setiap jarak 5
km
2.3 Datum Geodesi
Bagaimana kita memahami datum dengan mudah ? Salah satu cara untuk
membayangkan datum, sebagai sekumpulan informasi yang berfungsi sebagai dasar untuk
data lainnya adalah seperti pondasi suatu struktur bangunan, termasuk semua perangkat
dan dekorasi dalam rumah. Tanpa datum, maka tidak berguna informasi spasial lainnya,
seperti data ketinggian, landuse, dan sebagainya. Analogi datum tersebut sangatlah
sederhana.
Ketika kita menyebut proyeksi dari suatu peta, kita juga harus memperhatikan
datumnya. Keduanya bias kita ibaratkan kuda dan penunggangnya, karena kita tidak
dapat mempunyai satu tanpa lainnya. Suatu datum merupakan sekumpulan konstanta
yang menentukan sistem koordinat yang digunakan untuk titik control geodesi, misalnya
untuk hitungan koordinat titik-titik di bumi. Sedangkan proyeksi peta adalah metode yang
digunakan untuk mengubah dari permukaan lengkung (3D) menjadi permukaan datar
(2D).
Datum (geodetik) merupakan permukaan koordinat (coordinate serfer), yang bentuk
geometriknya bias berupa bola (spherical, dimana jejari r sama dengan sumbu semimajor
a) atau elipsoid (h = 0). Pada permukaan datum tersebut dilakukan hitungan jarin dan
koordinat titik-titik lainnya.
Ada dua pendapat yang berkembang berkenaan dengan pengertian datum, yaitu :
1. Pandangan Geodesi. Datum diartikan sebagai, sekumpulan parameter yang
mendefinisikan suatu system koordinat dan menyatakan posisinya terhadap
permukaan bumi. Pendapat ini dikenal sebagai Sistem Referensi Terestris (TRS).
Pendapat pertama ini lebih mengacu kepada penyelenggaraan datum, yaitu dengan
menetapkan satu ellipsoid referensi dan orientasinya terhadap geoid (bumi) pada suatu
lokasi yang dipetakan (best fitting). Dengan kata lain, suatu datum ditentukan oleh
sebuah spheroid yang mendekati bentuk bumi dan posisi spheroid relative terhadap
pusat bumi. Terminologi datum geodetik biasanya diambil untuk mengartikan jenis
elipsoid datum yang digunakan, yaitu sumbu-sumbu koordinat kartesian 3D plus
sebuah elipsoid. Berdasarkan pandangan ini, dikenal dua istilah, yaitu datum
local/regional dan datum global. Datum local mengacu kepada ellipsoid referensi
local/regional. Biasanya untuk mendefinisikan jenis datum lokal ini, diambillah suatu
ellipsoid referensi tertentu dan diorientasikan terhadap permukaan bumi (geoid)
setempat, dengan memberikan nilai koordinat geografi dan azimuth (arah utara) pada
titik datum (initial point) yang diperoleh dari hasil pengamatan astronomi yang telah
dilakukan reduksi dan umumnya bersifat toposentris. Dari titik datum inilah suatu
jaring kerangka pengukuran dihitung. Sedangkan datum global mengacu pada elipsoid
referensi global yang pusat elipsoidnya terletak pada pusat bumi.
2. Pandangan Surveyor (praktisi pemetaan). Datum didefinisikan sebagai sekumpulan
titik-titik kontrol yang hubungan geometrisnya diketahui baik melalui pengukuran
maupun hitungan. Pendapat kedua ini lebih mengarah kepada realisasi datum dan
dikenal dengan sebutan Kerangaka Referensi Terestris (TRF).
Dalam Sistem Informasi Geografis pengertian yang kedua lebih banyak dikutip,
karena fakta yang dihadapi adalah peta yang merupakan produk pengukuran dan
pemetaan yang mengacu kepada suatu kerangka referensi terestris/system koordinat yang
sudah ada.
Akhir-akhir ini telah berkembang dan digunakan secara meluas suatu datum, yaitu
WGS 1984. Datum ini menyediakan suatu kerangka kerja untuk pengukuran lokasi
seluruh dunia.
Datum di Indonesia:
1. Zaman Belanda: Datum Toposentrik Lokal, misalnya Datum Gunung
Genuk : Merupakan Datum Statik
2. Orde Baru: Datum Indonesia 1974 (ID74) : Datum Toposentrik Nasional
(Datum Padang, Statik)
3. DGN95 merupakan Datum Geosentrik Nasional merupakan datum static.
4. SRGI 2013: Datum Geosentrik Nasional bersifat semi dinamik.
Suatu datum geodetik direalisasikan dan diwakili oleh sebuah jaringan yang
disertai koordinat titik-titiknya. Jaringan tersebut dikenal juga sebagai Kerangka
Referensi. Parameter datum geodetik
1. Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah sumbu pendek
(b), dan penggepengan ellipsoid (f).
2. Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik pusat ellipsoid
(Xo,Yo,Zo) terhadap titik pusat bumi.
3. Parameter rotasi, yaitu (εx, εy, εz) yang mendefinisikan arah sumbu-sumbu (X,Y,Z)
ellipsoid.
4. Parameter lainnya, yaitu datum geodesi global memiliki besaran yang banyak hingga
mencakup konstanta-konstanta yang merepresentasikan model gaya berat bumi dan
aspek spasial lainnya.
Jenis datum geodetik
Jenis geodetik menurut metodenya :
Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan
horizontal. Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul kecenderungan
penggunaan datum horizontal geosentrik global sebagai penggganti datum lokal atau
regional.
Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum
vertikal digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman.
Biasanya bidang referensi yang digunakan untuk sistem tinggi ortometris adalah geoid.
Jenis datum geodetik menurut luas areanya :
Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid pada
daerah yang tidak terlalu luas. Contoh datum lokal di Indonesia antara lain : datum Genoek,
datum Monconglowe, DI 74 (Datum Indonesia 1974), dan DGN 95 (Datum Geodetik
Indonesia 1995).
Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
bentuknya paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang relatif lebih luas
dari datum lokal.
Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
sesuai dengan bentuk geoid seluruh permukaaan bumi.
Penentuan posisi di atas permukaan bumi dengan pemanfaatan teknologi Global
Positioning System (GPS) di Indonesia secara sistematis dan berkesinambungan dimulai pada
tahun 1989 dalam rangka Global Positioning System for Geodynamic Project in Sumatera
(GPS-GPS), untuk memonitoring gerak lempeng tektonik aktif pada patahan Sumatera.
Pada tahun 1992, bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran GPS untuk pengadaan
Jaring Kontrol Geodesi (Horisontal) Nasional (JKHN) Orde Nol. Lokasi titik-titik JKHN
ditempatkan pada lokasi yang mudah pencapaiannya dan beberapa titik pada pilar lama yang
masih utuh (Triangulasi, Doppler, Tanda Tinggi Geodesi). Pilar-pilar lama yang diketahui
koordinatnya dalam sistem ID74 dan NWL9D, kemudian diukur kembali dengan GPS dalam
sistem WGS84. Pilar-pilar tersebut sebagai titik-titik sekutu (common points).
Pada pengukuran JKHN Orde Nol, peralatan yang digunakan adalah GPS dengan dual
frequency receiver. Pengukuran dilakukan dengan metode penentuan posisi relatif statik,
dibagi dalam beberapa sub-network yang dikur simultan, tiap sub-network diamati selama 4
hari pengamatan berturut-turut.
Genuk), datum Gn. Sagara dan Datum Indonesia 1974. Saat ini semua pekerjaan pemetaan
telah menggunakan sistem kordinat yang baru, yaitu berdasarkan Datum
referensi, meridian Jakarta (Batavia) sebagai meridian nol, dan titik awal (lintang) beserta
sudut azimuthnya diambil dari titik triangulasi di Puncak gunung Genoek. Karena itu,
kemudian datum geodesi ini dikenal sebagai datum Genoek.
2.4 Hubungan Datum Geodesi dan Jaring Kontrol Geodesi
Datum geodetik adalah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dan
ukuran elipsoid referensi. Parameter-parameter ini selanjutnya digunakan untuk pendefinisian
koordinat, serta kedudukan dan orientasinya dalam ruang di muka bumi. Setiap negara
menggunakan suatu sistem Datum Geodetik yang masing-masing ditetapkan menjadi dasar
acuan pemetaan nasionalnya.
Sedangkan jaring kontrol geodesi adalah sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu
sama lainnya dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya
ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi
koordinat horizontal tertentu.
Sehingga hubungan dari datum dan jaring kontrol geodesi adalah jika kita ingin
menetukan posisi jaring kontrol geodesi harus berauan pada titik datum karena datum
merupakan acuan posisi titik yang akurat yang digunakan oleh seluruh dunia, sedangkan
jaring kontrol geodesi dibuat dengan beracuan pada titik datum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dari makalah ini didapat bahwa jaring kontrol geodesi ini dibagi menjadi 3
bagian dan mempunyai klasifikasinya masing-masing.
2. Dari beberapa penjelasan mengenai jaring kontrol geodesi, jaring kontrol
horizontal, jaring kontrol vertikal dan datum semua definisi tersebut mengacu
pada standar nasional indonesia.
3. Ternyata datum mempunyai hubungan keterkaitan dengan jaring kontrol.
3.2 Saran
Saran penulis untuk pembaca, mungkin makalah ini sedikit membatu untuk
beberapa definisi dan hubungan jaring kontrol geodesi, jaring kontrol horizontal,
jaring kontrol vertikal dan datum. Untuk kejelasan lebih lanjut mengenai pembahasan
diatas bisa dilihat pada Standar Nasional Indonesia mengenai JKG, JKH, JKV dan
Datum
DAFTAR PUSTAKA
1. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-bayuindrap-22691-3-2012ta-2.pdf
2. http://www.big.go.id/assets/download/sni/SNI/SNI_19-6988-2004.pdf
3. https://surveyorhidrografi.wordpress.com/2016/03/21/jaring-kontrol-horizontal-
sesuai-sni-19-6724-2002/
4. http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/84
5. http://www.madesapta.com/2015/04/mengenal-jaring-kontrol-geodesi.html
6. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-bayuindrap-22691-3-2012ta-2.pdf
7. http://www.tataruangpertanahan.com/pdf/peraturan/sni/6.pdf
8. http://www.distrodoc.com/371876-pengantar-geodesi-geometri-i

More Related Content

What's hot

Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitRetno Pratiwi
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISbramantiyo marjuki
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petafahmi fadilla
 
Teknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinyaTeknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinyaRetno Pratiwi
 
Pengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapPengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapRetno Pratiwi
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)afifsalim12
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaPenginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaWachidatin N C
 
Makalah geosat vlbi
Makalah geosat vlbiMakalah geosat vlbi
Makalah geosat vlbifebrina11
 

What's hot (20)

Transformasi Datum
Transformasi DatumTransformasi Datum
Transformasi Datum
 
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 
Sistem waktu sipil dan waktu julian
Sistem waktu sipil dan waktu julianSistem waktu sipil dan waktu julian
Sistem waktu sipil dan waktu julian
 
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
 
Laporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGisLaporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGis
 
Teknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinyaTeknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinya
 
SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)
SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)
SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)
 
Pengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapPengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkap
 
Metadata Dalam GIS
Metadata Dalam GISMetadata Dalam GIS
Metadata Dalam GIS
 
07 Simbologi Menggunakan QGIS 2.4
07 Simbologi Menggunakan QGIS 2.407 Simbologi Menggunakan QGIS 2.4
07 Simbologi Menggunakan QGIS 2.4
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
 
Pemodelan 3 d photo modeler scanner
Pemodelan 3 d   photo modeler scannerPemodelan 3 d   photo modeler scanner
Pemodelan 3 d photo modeler scanner
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaPenginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
 
Makalah geosat vlbi
Makalah geosat vlbiMakalah geosat vlbi
Makalah geosat vlbi
 
BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0
 
Kesalahan Bias Ionosfer dan Troposfer
Kesalahan Bias Ionosfer dan TroposferKesalahan Bias Ionosfer dan Troposfer
Kesalahan Bias Ionosfer dan Troposfer
 

Similar to Jaring Kontrol Geodesi

Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Luhur Moekti Prayogo
 
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...Dasapta Erwin Irawan
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanBondan the Planter of Palm Oil
 
TEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docx
TEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docxTEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docx
TEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docxDelvinaAudina
 
Dasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information System
Dasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information SystemDasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information System
Dasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information SystemIlhamKurniawan281497
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolErwangga1
 
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IISistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IIAmos Pangkatana
 
Dasar penentuan geometri titik batas
Dasar penentuan geometri titik batasDasar penentuan geometri titik batas
Dasar penentuan geometri titik batassyafrilr
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxAltaEiSultan
 
pengenalan GNSS
pengenalan GNSSpengenalan GNSS
pengenalan GNSSirfanade1
 
Iuw kontrak belajar iuw 2013
Iuw   kontrak belajar iuw 2013Iuw   kontrak belajar iuw 2013
Iuw kontrak belajar iuw 2013Kharistya Amaru
 
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata Peta
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata PetaSistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata Peta
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata PetaLuhur Moekti Prayogo
 

Similar to Jaring Kontrol Geodesi (20)

Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
 
Kak tim gps
Kak tim gpsKak tim gps
Kak tim gps
 
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAW...
 
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docxREVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
 
Sni 19 6724-2002 -jkh
Sni 19 6724-2002 -jkhSni 19 6724-2002 -jkh
Sni 19 6724-2002 -jkh
 
Metode peta
Metode petaMetode peta
Metode peta
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
 
TEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docx
TEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docxTEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docx
TEMA 4 Metode pengukuran setiap JKG.docx
 
Makalah geomatika
Makalah geomatika Makalah geomatika
Makalah geomatika
 
Laporan DGN95 - RSGI
Laporan DGN95 - RSGILaporan DGN95 - RSGI
Laporan DGN95 - RSGI
 
Panduan Survei Topografi -Seri I
Panduan Survei Topografi -Seri IPanduan Survei Topografi -Seri I
Panduan Survei Topografi -Seri I
 
Dasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information System
Dasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information SystemDasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information System
Dasar Dasar Pemetaan dan Geografic Information System
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
 
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IISistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
 
Dasar penentuan geometri titik batas
Dasar penentuan geometri titik batasDasar penentuan geometri titik batas
Dasar penentuan geometri titik batas
 
Modul 3-geodesi-satelit
Modul 3-geodesi-satelitModul 3-geodesi-satelit
Modul 3-geodesi-satelit
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
 
pengenalan GNSS
pengenalan GNSSpengenalan GNSS
pengenalan GNSS
 
Iuw kontrak belajar iuw 2013
Iuw   kontrak belajar iuw 2013Iuw   kontrak belajar iuw 2013
Iuw kontrak belajar iuw 2013
 
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata Peta
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata PetaSistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata Peta
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata Peta
 

More from Mega Yasma Adha

Interpretasi Citra Manual
Interpretasi Citra ManualInterpretasi Citra Manual
Interpretasi Citra ManualMega Yasma Adha
 
Geodesi geometri i kelompok mega yasma adha
Geodesi geometri i kelompok mega yasma adhaGeodesi geometri i kelompok mega yasma adha
Geodesi geometri i kelompok mega yasma adhaMega Yasma Adha
 
Praktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQL
Praktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQLPraktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQL
Praktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQLMega Yasma Adha
 
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiContoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiMega Yasma Adha
 
Mega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanah
Mega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanahMega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanah
Mega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanahMega Yasma Adha
 
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adha
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adhaLaporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adha
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adhaMega Yasma Adha
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Mega Yasma Adha
 
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citra
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citraLaporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citra
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citraMega Yasma Adha
 

More from Mega Yasma Adha (9)

Interpretasi Citra Manual
Interpretasi Citra ManualInterpretasi Citra Manual
Interpretasi Citra Manual
 
Geodesi geometri i kelompok mega yasma adha
Geodesi geometri i kelompok mega yasma adhaGeodesi geometri i kelompok mega yasma adha
Geodesi geometri i kelompok mega yasma adha
 
Praktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQL
Praktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQLPraktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQL
Praktikum Sistem Basis Data menggunakan PostgresSQL
 
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiContoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
 
Mega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanah
Mega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanahMega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanah
Mega yasma adha 2015510005 tugas makalah tata guna tanah
 
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adha
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adhaLaporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adha
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri by mega yasma adha
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
 
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citra
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citraLaporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citra
Laporan praktikum pemetaan fotogrametri proses rektifikasi citra
 
Double stand
Double standDouble stand
Double stand
 

Recently uploaded

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 

Recently uploaded (9)

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 

Jaring Kontrol Geodesi

  • 1. MAKALAH GEODESI GEOMETRI II Jaring Kontrol Geodesi Disusun Oleh : Mega Yasma Adha 2015510005 Dosen Pembimbing : Isna Uswatun Khasanah M.Eng JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG 2017
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya Makalah mengenai Jaring Kontrol Geodesi ini dapat terselesaikan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geodesi Geometri II. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. Padang,30 Oktober 2017 Mega Yasma Adha (2015510005)
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................i DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................1 1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................2 BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................................3 2.1 Pengertian Jaring Kontrol Geodesi ...........................................3 2.2 Pembagian Jaring Kontrol Geodesi ..........................................3 2.3 Datum Geodesi........................................................................10 2.4 Hubungan Datum dengan Jaring Kontrol geodesi..................14 BAB III : PENUTUP .............................................................................................15 3.1 Kesimpulan..............................................................................16 3.2 Saran........................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mempelajari ilmu geodesi, ada beberapa disiplin ilmu yang menjadi dasar (akar) dan ada beberapa disiplin ilmu lain sebagai penunjangnya. Awalnya bumi dianggap sebagal bidang datar, tetapi dengan perkembangan selanjutnya sehubungan dengan sifat manusia yang ingin tahu, pandangan bumi seperti bidang datar sudah berubah dan percaya bahwa bumi merupakan bidang Iengkung. Pencarian bentuk dan ukuran bumi yang sebenarnya masih benlangsung sampai sekarang ini. Atas dasar sifat, cakupan luas daerah, dan fungsinya, disiplin geodesi dapat dikiasifikasikan sebagai berikut: 1. Geodesi Geometri, mempelajari bentuk dan ukuran bumi, jadi mempelajari geodesi yang sifatnya geometrik. 2. Geodesi Fisis, mempelajari medan gayaberat bumi, jadi mempelajari geodesi yang sifatnya fisis. 3. Geodesi Dinamis, mempelajari geodesi dengan pendekatan bumi sebagai benda yang dinamis. Oleh karena itu makalah ini akan membahas lebih detail mengenai geodesi geometri,dimana dalam pengukuran dan pemetaan geodesi geometri ruang lingkupnya membahas tentang titik-titik jaring kontrol maupun sistem referensi bumi yang nantinya berhubungan dengan klasifikasi mengenai : 1. Jaring Kontrol Geodesi; 2. Jaring Kontrol Horizontal; 3. Jaring Kontrol Vertikal ;dan 4. Datum. 5. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Jaring Kontrol Geodesi ? 2. Apa saja pembagian dari Jaring Kontrol Geodesi? 3. Apa saja klasifikasi dari jaring kontrol geodesi? 4. Apa itu definisi datum geodesi ? 5. Bagaimana cara kita untuk mendefinisikan datum? 6. Apa hubungan dari datum dan jaring kontrol geodesi? 1.3 Tujuan
  • 5. Adapun maksud dan tujuan dari pembahasan yang ada di dalam makalah ini,diantaranya: 1. Untuk menjelaskan definisi dari Jaring Kontrol Geodesi. 2. Untuk mengetahui jenis- jenis dari Jaring Kontrol Geodesi. 3. Untuk mengetahui Klasifikasi terkait Jaring Kontrol Geodesi. 4. Untuk menjelaskan definisi dari Datum. 5. Untuk mengetahui hubungan antara Datum Geodesi dan Jaring Kontrol Geodesi
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Jaring Kontrol Geodesi Jaring kontrol Geodesi adalah serangkaian titik yang saling terikat sehingga membentuk jarring dihasilkan dari pengukuran geodesi teliti dan berfungsi sebagai titik ikat atau acuan dalam pekerjaan pemetaan dan rekayasa lainnya. Jaring kontrol Geodesi terdiri atas Jaring Kontrol Horisontal (JKH), Jaring Kontrol Vertikal (JKV), dan Jaring Kontrol Gayaberat (JKG). Sebagai salah satu data spasial kerangka kontrol geodesi dan geodinamika tercantum dalam Jaringan Data Spasial Nasional. Data-data geodesi di dalamnya dimanfaatkan oleh pemerintah maupun swasta sebagai referensi untuk pekerjaan pemetaan dan survey rekayasa dan sebagai landasan pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (ISDN). 2.2 Pembagian Jaring Kontrol Geodesi Jaring Kontrol Geodesi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Jaring Kontrol Horizontal Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol horisontal yang satu sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi kordinat horisontal tertentu (BSN, 2002). Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring kontrol horisontal umumnya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sistem peralatan yang digunakan untuk pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi pengukuran/pengamatan, serta strategi pengolahan data yang diterapkan. Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan pengukuran triangulasi yang dimulai pada tahun 1862. Selanjutnya dengan pengembangan sistem satelit navigasi Doppler (Transit), sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai memanfaatkan sistem satelit ini. Dengan berkembangnya sistem satelit GPS, sejak tahun 1989, pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia umumnya bertumpu pada pengamatan satelit GPS ini.
  • 7. Pada dasarnya pada saat ini, jaring titik kontrol horisontal di Indonesia dapat dikelompokkan sebagaimana yang diberikan pada Tabel 2.1 berikut: Tabel Status Jaring Titik Kontrol Horisontal Kalsifika si Jaring Jarak Tipikal antar Titik Fungsi saat ini Metode Pengamatan Orde-0 500 km Jaring kontrol geodetik nasional Survei GPS Ored-1 100 km Jaring kontrol geodetik regional Survei GPS Orde-2 10 km Jaring kontrol kadastral regional Survei GPS Orde-3 2 km Jaring kontrol kadastral lokal Survei GPS Orde-4 0.1 km Jaring kontrol pemetaan kadastral Survei Poligon (BSN ,2002) Kualitas JKH dideskripsikan dalam 3 faktor:  Presisi jaringan: menjelaskna bagaimana kepresisian pengukurn berpengaruh terhadap hasil estimasi melalui geometri dari jaringan, yang menyatakan karakteristik jaringan dalam perambatan kesalahan acak dari pengukuran, dengan asumsi data sudah bebas dari kesalahan kasar dan sistematis.  Kehandalan jaringan: menjelaskna bagaimana jaringan bereaksi terhadap bias yang kecil daari pengukuran, yaitu menunjukkan ketahanan jaringan terhadap besarnya kesalahan kasar yang tidak dideteksi pada pengukuran.  Ekonomi.
  • 8. 2. Jaring Kontrol Vertikal Jaring Kontrol Vertiksl (JKV) mempunyai datum vertikal yang realisasinya dilaksanakan dengan penetapan tinggi ortometrik pada suatu titik TTG. Penetapan tinggi ortometrik TTG awal ini harus diikatkan dengan stasiun pasut yang diamati selama kurun waktu sekurang-kurangnya 18,6 tahun untuk memperoleh tinggi TTG terhadap Muka Laut Rerata (MLR) atau Mean Sea Level, (MSL). Datum Vertikal yang ditetapkan adalah Bidang yang mempunyai potensial yang sama (ekipotensial) yang melalui MLR pada stasiun pasut di titik datum atau juga sering disebut Geoid. Untuk mendapatkan Tinggi Orthometris (H) ada dua cara yaitu dengan pengukuran sipat datar dan dengan pengukuran GPS (h) di gabungkan dengan Geoid (N) dengan hubungan H = N + h Gambar Topografi, Ellipsoid dan Geoid Jaring Kontrol Vertikal Nasional digunakan sebagai kerangka acuan posisi vertikal bagi Informasi Geospasial. Jaring Kontrol Vertika Nasional berupa titik-titik kontrol geodesi vertikal, dalam bentuk Titik Tinggi Geodesi, yang mengacu pada satu sistem referensi tinggi yang berlaku secara nasional. Ada beberapa bentuk klasifikasi dari JKV, klasifikasi itu sendiri adalah Pengertian klasifikasi disini adalah pengelompokkan atau penjenjangan JKV yang didasarkan pada tingkat presisi dan akurasi hasil survei. Fakta empiris yang diterapkan untukdasar klasifikasi ialah bahwa ketelitian pengukuran beda tinggi dengan metode sipatdatar memanjang sebanding dengan akar jarak pengukuran. Kelas JKV ditentukan oleh faktor-faktor desain jaringan, pelaksanaan pengukuran, peralatan yang digunakan, teknik reduksi dan hasil hitung perataan terkendala minimal (minimally constraint). Penempatan kelas JKV pada akhirnya didasarkan pada hasil hitung perataan jaring terkendala minimal. Kriteria untuk penempatan kelas adalah besarnya kesalahan maksimal r = c v d, dengan harga c sebagai berikut.
  • 9. Orde JKV ditentukan oleh ketelitian tinggi titik hasil perataan jaring terkendala penuh (full constraint) terkait dengan faktor-faktor: a) kelas pengukuran; b) orde titik kontrol pengikat; c) ketelitian antar datum transformasi; d) besar perbedaan antara tinggi baru dengan tinggi titik kontrol pada pertemuan jaring lama dan baru. Orde tertinggi yang dapat dicapai oleh suatu hasil survei dengan kelas yang telah diuji dan ditetapkan sebagai berikut. Orde menunjukkan ketepatan pengukuran terhadap titik kontrol pengikat. Penetapan orde suatu jaring baru dilakukan dengan membandingkan ketelitian (1s) hasil perataan jaring terkendala penuh dengan standar kesalahan maksimum yang diperkenankan, sebagai berikut.
  • 10. Dengan demikian maka penentuan orde suatu jaring kontrol vertikal tertentu harus melalui 2 uji yaitu uji kesesuaian kelas pengukuran dan uji kesesuaian ketelitian tinggi titik untuk menetapkan orde. Penyatuan datum vertikal untuk seluruh wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan belum bisa diwujudkan, karena belum ada data yang memadai. Dengan adanya hal tersebut JKV nasional orde nol belum dapat dilaksanakan. Bakosurtanal sebagai Instansi yang berwenang dalam survei dan pemetaan telah menyelenggarakan JKV di sejumlah pulau di Indonesia yaitu: 1. Pulau Jawa JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya; 2. Pulau Madura: JKV orde satu dengan datum vertikal pengukuran trigonometri dari TTG.1751 di Pulau Jawa ke TTG. 1030 di Pulau Madura; 3. Pulau Bali: JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut pelabuhan Benoa; 4. Pulau Lombok: JKV orde satu dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut Lembar Pulau Lombok; 5. Pulau Sumatera: JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut Malahayati Nangro Aceh, stasiun pasut Sibolga, stasiun pasut Teluk Bayur Padang, stasiun pasut Bengkulu, stasiun pasut Dumai, dan stasiun pasut Panjang; 6. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut Ujungpandang, Mamuju dan Palopo. Sulawesi Utara, JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR stasiun pasut Bitung. Sulawesi Tenggara, JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut pelabuhan Kendari; 7. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut Jungkat, Pontianak; 8. Pulau Ambon: JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut pelabuhan Ambon; 9. Pulau Seram: JKV orde dua dengan datum vertikal Tinggi Elipsoid dikurangi Undulasi dari data gayaberat global.
  • 11. Dalam kondisi tidak memungkinkan penetapan datum vertikal dengan metode ideal, seperti tersebut di atas, maka penetapan datum vertikal dapat ditempuh melalui pendekatan dengan teknik tertentu sehingga dapat diperoleh tinggi titik datum yang mendekati dengan tinggi terhadap geoid. Datum vertikal pendekatan dapat ditetapkan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Penetapan datum vertikal dengan data pasut minimal 1 tahun; 2. penggunaan peil pelabuhan laut atau sungai yang memiliki informasi tentang tinggi terhadap MLR; 3. kombinasi GPS dengan model geoid lokal bila ada dan global jika local tidak tersedia; 4. interpolasi tinggi pada peta topografi; 5. penentuan tinggi barometrik. Standar ini terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor: SNI 19- 6988-2004. Dengan demikian JKV di seluruh Indonesia dapat dilaksanakan oleh setiap masyarakat survey dan pemetaan dengan memperhatikan SNI tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam penetapan datum vertikal pendekatan adalah representasi dari tinggi di atas MLR bagi JKV dengan menghindari nilai tinggi negatif. Terhadap datum vertikal nasional (yang akan ditetapkan kemudian) datum vertikal subsistem JKV (datum pendekatan) dipandang sebagai datum vertikal lokal, meskipun penetapannya melalui pengamatan pasut selama kurun waktu 18,6 tahun. Penyatuan datum vertikal lokal, terutama yang terpisah oleh lautan, ke dalam satu sistem datum vertikal local yang baru maupun datum vertikal nasional menjadi suatu prioritas bagi instansi yang berwewenang berwenang dalam survei dan pemetaan. 3. Jaring Kontrol Gaya Berat. Tujuan Jaring Kontrol Gayaberat adalah untuk Monitoring medan gayaberat – bidang acuan tinggi.
  • 12. Pengukuran gaya berat dilakukan di 7000 titik tinggi geodesi, setiap jarak 5 km 2.3 Datum Geodesi Bagaimana kita memahami datum dengan mudah ? Salah satu cara untuk membayangkan datum, sebagai sekumpulan informasi yang berfungsi sebagai dasar untuk data lainnya adalah seperti pondasi suatu struktur bangunan, termasuk semua perangkat dan dekorasi dalam rumah. Tanpa datum, maka tidak berguna informasi spasial lainnya, seperti data ketinggian, landuse, dan sebagainya. Analogi datum tersebut sangatlah sederhana. Ketika kita menyebut proyeksi dari suatu peta, kita juga harus memperhatikan datumnya. Keduanya bias kita ibaratkan kuda dan penunggangnya, karena kita tidak dapat mempunyai satu tanpa lainnya. Suatu datum merupakan sekumpulan konstanta yang menentukan sistem koordinat yang digunakan untuk titik control geodesi, misalnya untuk hitungan koordinat titik-titik di bumi. Sedangkan proyeksi peta adalah metode yang digunakan untuk mengubah dari permukaan lengkung (3D) menjadi permukaan datar (2D).
  • 13. Datum (geodetik) merupakan permukaan koordinat (coordinate serfer), yang bentuk geometriknya bias berupa bola (spherical, dimana jejari r sama dengan sumbu semimajor a) atau elipsoid (h = 0). Pada permukaan datum tersebut dilakukan hitungan jarin dan koordinat titik-titik lainnya. Ada dua pendapat yang berkembang berkenaan dengan pengertian datum, yaitu : 1. Pandangan Geodesi. Datum diartikan sebagai, sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu system koordinat dan menyatakan posisinya terhadap permukaan bumi. Pendapat ini dikenal sebagai Sistem Referensi Terestris (TRS). Pendapat pertama ini lebih mengacu kepada penyelenggaraan datum, yaitu dengan menetapkan satu ellipsoid referensi dan orientasinya terhadap geoid (bumi) pada suatu lokasi yang dipetakan (best fitting). Dengan kata lain, suatu datum ditentukan oleh sebuah spheroid yang mendekati bentuk bumi dan posisi spheroid relative terhadap pusat bumi. Terminologi datum geodetik biasanya diambil untuk mengartikan jenis elipsoid datum yang digunakan, yaitu sumbu-sumbu koordinat kartesian 3D plus sebuah elipsoid. Berdasarkan pandangan ini, dikenal dua istilah, yaitu datum local/regional dan datum global. Datum local mengacu kepada ellipsoid referensi local/regional. Biasanya untuk mendefinisikan jenis datum lokal ini, diambillah suatu ellipsoid referensi tertentu dan diorientasikan terhadap permukaan bumi (geoid) setempat, dengan memberikan nilai koordinat geografi dan azimuth (arah utara) pada titik datum (initial point) yang diperoleh dari hasil pengamatan astronomi yang telah dilakukan reduksi dan umumnya bersifat toposentris. Dari titik datum inilah suatu jaring kerangka pengukuran dihitung. Sedangkan datum global mengacu pada elipsoid referensi global yang pusat elipsoidnya terletak pada pusat bumi. 2. Pandangan Surveyor (praktisi pemetaan). Datum didefinisikan sebagai sekumpulan titik-titik kontrol yang hubungan geometrisnya diketahui baik melalui pengukuran maupun hitungan. Pendapat kedua ini lebih mengarah kepada realisasi datum dan dikenal dengan sebutan Kerangaka Referensi Terestris (TRF). Dalam Sistem Informasi Geografis pengertian yang kedua lebih banyak dikutip, karena fakta yang dihadapi adalah peta yang merupakan produk pengukuran dan
  • 14. pemetaan yang mengacu kepada suatu kerangka referensi terestris/system koordinat yang sudah ada. Akhir-akhir ini telah berkembang dan digunakan secara meluas suatu datum, yaitu WGS 1984. Datum ini menyediakan suatu kerangka kerja untuk pengukuran lokasi seluruh dunia. Datum di Indonesia: 1. Zaman Belanda: Datum Toposentrik Lokal, misalnya Datum Gunung Genuk : Merupakan Datum Statik 2. Orde Baru: Datum Indonesia 1974 (ID74) : Datum Toposentrik Nasional (Datum Padang, Statik) 3. DGN95 merupakan Datum Geosentrik Nasional merupakan datum static. 4. SRGI 2013: Datum Geosentrik Nasional bersifat semi dinamik. Suatu datum geodetik direalisasikan dan diwakili oleh sebuah jaringan yang disertai koordinat titik-titiknya. Jaringan tersebut dikenal juga sebagai Kerangka Referensi. Parameter datum geodetik 1. Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah sumbu pendek (b), dan penggepengan ellipsoid (f). 2. Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik pusat ellipsoid (Xo,Yo,Zo) terhadap titik pusat bumi. 3. Parameter rotasi, yaitu (εx, εy, εz) yang mendefinisikan arah sumbu-sumbu (X,Y,Z) ellipsoid.
  • 15. 4. Parameter lainnya, yaitu datum geodesi global memiliki besaran yang banyak hingga mencakup konstanta-konstanta yang merepresentasikan model gaya berat bumi dan aspek spasial lainnya. Jenis datum geodetik Jenis geodetik menurut metodenya : Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan horizontal. Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul kecenderungan penggunaan datum horizontal geosentrik global sebagai penggganti datum lokal atau regional. Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum vertikal digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman. Biasanya bidang referensi yang digunakan untuk sistem tinggi ortometris adalah geoid. Jenis datum geodetik menurut luas areanya : Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid pada daerah yang tidak terlalu luas. Contoh datum lokal di Indonesia antara lain : datum Genoek, datum Monconglowe, DI 74 (Datum Indonesia 1974), dan DGN 95 (Datum Geodetik Indonesia 1995). Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang bentuknya paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang relatif lebih luas dari datum lokal. Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang sesuai dengan bentuk geoid seluruh permukaaan bumi. Penentuan posisi di atas permukaan bumi dengan pemanfaatan teknologi Global Positioning System (GPS) di Indonesia secara sistematis dan berkesinambungan dimulai pada tahun 1989 dalam rangka Global Positioning System for Geodynamic Project in Sumatera (GPS-GPS), untuk memonitoring gerak lempeng tektonik aktif pada patahan Sumatera. Pada tahun 1992, bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran GPS untuk pengadaan Jaring Kontrol Geodesi (Horisontal) Nasional (JKHN) Orde Nol. Lokasi titik-titik JKHN ditempatkan pada lokasi yang mudah pencapaiannya dan beberapa titik pada pilar lama yang masih utuh (Triangulasi, Doppler, Tanda Tinggi Geodesi). Pilar-pilar lama yang diketahui koordinatnya dalam sistem ID74 dan NWL9D, kemudian diukur kembali dengan GPS dalam sistem WGS84. Pilar-pilar tersebut sebagai titik-titik sekutu (common points).
  • 16. Pada pengukuran JKHN Orde Nol, peralatan yang digunakan adalah GPS dengan dual frequency receiver. Pengukuran dilakukan dengan metode penentuan posisi relatif statik, dibagi dalam beberapa sub-network yang dikur simultan, tiap sub-network diamati selama 4 hari pengamatan berturut-turut. Genuk), datum Gn. Sagara dan Datum Indonesia 1974. Saat ini semua pekerjaan pemetaan telah menggunakan sistem kordinat yang baru, yaitu berdasarkan Datum referensi, meridian Jakarta (Batavia) sebagai meridian nol, dan titik awal (lintang) beserta sudut azimuthnya diambil dari titik triangulasi di Puncak gunung Genoek. Karena itu, kemudian datum geodesi ini dikenal sebagai datum Genoek. 2.4 Hubungan Datum Geodesi dan Jaring Kontrol Geodesi Datum geodetik adalah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dan ukuran elipsoid referensi. Parameter-parameter ini selanjutnya digunakan untuk pendefinisian koordinat, serta kedudukan dan orientasinya dalam ruang di muka bumi. Setiap negara menggunakan suatu sistem Datum Geodetik yang masing-masing ditetapkan menjadi dasar acuan pemetaan nasionalnya. Sedangkan jaring kontrol geodesi adalah sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu sama lainnya dikaitkan dengan data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat horizontal tertentu. Sehingga hubungan dari datum dan jaring kontrol geodesi adalah jika kita ingin menetukan posisi jaring kontrol geodesi harus berauan pada titik datum karena datum
  • 17. merupakan acuan posisi titik yang akurat yang digunakan oleh seluruh dunia, sedangkan jaring kontrol geodesi dibuat dengan beracuan pada titik datum. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Dari makalah ini didapat bahwa jaring kontrol geodesi ini dibagi menjadi 3 bagian dan mempunyai klasifikasinya masing-masing. 2. Dari beberapa penjelasan mengenai jaring kontrol geodesi, jaring kontrol horizontal, jaring kontrol vertikal dan datum semua definisi tersebut mengacu pada standar nasional indonesia. 3. Ternyata datum mempunyai hubungan keterkaitan dengan jaring kontrol. 3.2 Saran Saran penulis untuk pembaca, mungkin makalah ini sedikit membatu untuk beberapa definisi dan hubungan jaring kontrol geodesi, jaring kontrol horizontal, jaring kontrol vertikal dan datum. Untuk kejelasan lebih lanjut mengenai pembahasan diatas bisa dilihat pada Standar Nasional Indonesia mengenai JKG, JKH, JKV dan Datum
  • 18. DAFTAR PUSTAKA 1. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-bayuindrap-22691-3-2012ta-2.pdf 2. http://www.big.go.id/assets/download/sni/SNI/SNI_19-6988-2004.pdf 3. https://surveyorhidrografi.wordpress.com/2016/03/21/jaring-kontrol-horizontal- sesuai-sni-19-6724-2002/ 4. http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/84 5. http://www.madesapta.com/2015/04/mengenal-jaring-kontrol-geodesi.html 6. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-bayuindrap-22691-3-2012ta-2.pdf 7. http://www.tataruangpertanahan.com/pdf/peraturan/sni/6.pdf 8. http://www.distrodoc.com/371876-pengantar-geodesi-geometri-i