SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Modul Optik 2012

2012
                                                                MODUL 6
        Modul Optik
                                     INTERFERENSI
        Interferensi
Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta didik dapat
memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan interferensi.




Tujuan Disusun Oleh mahasiswa Pend.Fisika’09
       Pembelajaran Khusus
                              Univ.Sriwijaya
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta didik dapat:

1.   Mendeskripsikan definisi dari interferensi cahaya.
2.                            Agus Airlingga NIM.06091011003
     Mendeskripsikan syarat-syarat interferensi cahaya.
3.   Mendeskripsikan konsep koherensi.
                                Mukhsinah NIM.06091011003
4.   Mendeskripsikan jenis-jenis interferensi cahaya.
5.                            Setia Lianawati NIM.06091011019
     Mendeskripsikan intensitas inteferensi cahaya.
6.   Interferometer Michelson.
7.   Mendeskripsikan konsep kombinasi Hidayati NIM.06091011043
                           Fika Nurul interferensi dan difraksi cahaya.




                             Kata Pengantar



      Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya
                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 1
                                              2/25/2012
Modul Optik 2012

         Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan kebaikan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Modul Optik yang berjudul “Interferensi”. Modul ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Optik.
         Dalam modul ini dibahas materi-materi tentang interferensi, seperti
peristiwa interferensi, jenis-jenis dan sumber interferensi, percobaan Fresnell dan
percobaan Young. Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terutama kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Optik, Apit
Fathurahman, S.Pd, M.Si. yang telah memberikan arahan serta bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan modul ini.
         Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua,
teman-teman dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik moral
maupun materil dalam penyusunan modul ini.
         Penulis menyadari akan kekurangan yang terdapat modul ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat.

                                                          Inderalaya,   April 2012

                                                                  TIM PENULIS




                                    Tim Penyusun



           1. Agus Arlingga                              06091011003
           2. Mukhsinah                                  06091011008


                               Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 2
Modul Optik 2012

     3. Setia Lianawati                    06091011019
     4. Fika Nurul Hidayati                06091011038




                     Daftar Isi
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
   I. Tujuan Pembalajaran
      ……………………………………………………………                                    1
  II. Pendahuluan
      ………….…………………………………………………………                          2
 III. Interferensi


                    Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 3
Modul Optik 2012

     A. Pengertian Interferensi Cahaya
         ………………………………………..……                                                       2
     B. Syarat terjadinya Interferensi Cahaya
         ………………………………….……                                                          4
     C. Koherensi
         ……………………….………………….…….……….…………                                             4
     D. Jenis-jenis Interferensi Cahaya
         ……….…………….………………….……                                                      6
       1. Interferensi Cahaya Dua Sumber
           …………………………………….……                                                       6
       2. Interferensi Cahaya dari Film Tipis
           …………….……….…………………                                                       10
       3. Interferensi dalam Waktu
           …………………………………………………                                                     17
     E. Internsitas Pola Interferensi
         …………………………………………………                                                       18
     F. Interferometer Michelson
         ………………………….………….……………                                                     23
     G. Kombinasi Interferensi dan Difraksi
         …………………….……….…………                                                         26
 IV. Penutup
     Kesimpulan
     ………………………………………………………………………                                                   27
Tes Formatif
……………………………………………………………………………                                                      29
Kunci Jawaban
…………………………………………………………………………                                                       2
Daftar Pustaka



      Pendahuluan
        Sebuah noda minyak hitam yang pada jalanan beraspal dapat terlihat indah
setelah hujan, ketika minyak itu merefleksikan warna-warna pelangi. Refleksi
warna-warna itu dapat juga dilihat dari permukaan gelelmbung sabun dan
compact disc (CD). Pemandangan yang sudah biasa kita lihat ini memberikan
sebuah petunjuk kepada kita bahwa ada aspek-aspek cahaya yang belum kita
selidiki.
        Dalam pembahasan kita mengenai lensa, cermin, dan instrumen optis kita
menggunakan model optika geometrik, dimana kita menyatakan cahaya sebagai
sinar-sinar, yakni garis-garis lurus yang dibelokkan pada permukaan yang
merefleksikan cahaya atau yang merefraksikan cahay. Tetapi banyak aspek
perilaku cahaya tidak dapt dipahami berdasarkan sinar. Kita telah mempelajari
bahwa secara fundamental, cahaya adalah sebuah gelombang, dan dalam beberapa

                              Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 4
Modul Optik 2012

hal kita harus meninjau sifat-sifat gelombangnya secara eksplisit. Jika dua atau
lebih gelombang cahay yang frekuensinnya sama tumpang tindih di sebauh titik,
maka efek totalnya bergantung pada fasa-fasa gelombang tersebut dan dan juga
bergantung pada amplitudo-amplitudonya. Pola cahaya yang dihasilkan adalah
sebuah resultan dari sifat gelombang dari cahaya dan tidak dapat dipahami
berdasarkan sinar. Efek otomatis yang bergantung pada sifat gelombang dari
cahay dikelompokkan di bawah topic optika fisis.
        Dalam modul ini kita akan meninjau fenomena interferensi yang terjadi
bila dua gelombang bergabung. Warna-warna yang terlihat dalam film minyak
dan gelembung sabun adalah akibat interferensi di antara cahaya yang
direfleksikan dari permukaan depan dan permukaan belakang sebuah film minyak
yang tipis atau larutan sabun. Efek yang terjadi bila banyak sumber gelombang
yang hadir dinamakan fenomena difraksi.




                                INTERFERENSI
A. PENGERTIAN INTERFERENSI CAHAYA
        Interferensi merupakan perpeduan dua gelombang atau lebih yang
memiliki beda fase konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat
menghasilkan suatu pola gelombang baru.
        Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
        Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
(interferensi konstruktif) jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang
tersebut. Bersifat merusak (interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°,
sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.




  Gambar: Interferensi bersifat membangun    Gambar: Interferensi bersifat merusak
     Sumber: http://blog.uad.ac.id               Sumber: http://blog.uad.ac.id

        Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua gelombang
cahaya harus koheren, yaitu memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta
selisih fase tetap. Young melakukan percobaan, dimana celah sempit akan
menghasilkan sumber cahaya baru yang memiliki beda fasa sama atau konstan
sehingga disebut koheren.

       Sumber Internet


                                   Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 5
Modul Optik 2012

       http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198
       2112-WIENDARTUN/2-_Cahaya_Mklh.pdf

       http://tienkartina.wordpress.com/2010/08/21/interferensi-cahaya/



B. SYARAT TERJADI INTERFERENSI CAHAYA
        Cahaya merupakan gelombang, yaitu lebih spesifiknya gelombang
elektromagnetik. Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih
berkas sinar yang bergabung pada satu titik. Jika cahayanya tidak berupa berkas
sinar, maka penampakan interferensinya akan sulit untuk diamati.
        Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
    gelombang cahaya haruslah memiliki beda fasa yang selalu tetap.
2. Kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang
    sama.
3. Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitudo yang hampir sama.
4. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain,
    termasuk cahaya natural/alami.


       Sumber Internet
       http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
       INTERFERENSI-CAHAYA.pdf

       http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&i
       d=39&Itemid=88

       http://blog.uad.ac.id/dianretnowati/2011/12/05/interferensi-cahaya/


C. KOHERENSI
        Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik
menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang
gelombangnya sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama secara
permanen dan kedua sumber tersebut bergetar bersama. Dua sumber
monokromatik yang mempunyai frekuensinya sama dengan sebarang hubungan
beda fasa, , konstan yang tertentu (tidaak harus sefasa) terhadap waktu itulah
yang dikatakan koheren. Jika syrat ini dipenuhi, maka akan diperoleh pola garis
interferensi yang baik dan stabil.
        Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di titik
P berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat mungkin dipenuhi
syarat saling menghapuskan, tetapi pada saat berikutnya dapat terjadi penguatan).
Sifat beda fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik
pada layar, sehingga hasil yang nampak adalah terang yang meratapada layar.
Dalam keadaan ini kedua sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren).




                                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 6
Modul Optik 2012




                      Gambar: Dua sumber gelombang koheren
                        Sumber: http://phys.unpad.ac.id

        Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa
seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom
memancarkan cahaya secara kooperatif. Dan pada tahun 1960 telah berhasil
dibuat sumber cahaya tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif,
sekeluaran cahayanya sangatlah monokromatik, kuat dan sangat terkumpul. Alat
ini di sebut dengan laser (light amplification through stimulated emission of
radiation).
        Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masing gelombang secara vektor dengan
    memperhitungkan beda fasadi dalamnya.
2. Menguadratkan amplitudo resultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas
    resultan.




                          Gambar: Gelombang Koheren
                       Sumber: http://www.phys.itb.ac.id

       Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya
dapat diperoleh dengan:
1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang
   sebanding dengan intensitas masing-masing berkas, baru kemudian
2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.




                              Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 7
Modul Optik 2012

                            Gambar: Gelombang Inkoheren
                         Sumber: http://www.phys.itb.ac.id

         Langkah-langkah di atas, sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk
sumber cahaya yang tidak saling bergantungan, intensitas resultan pada setiap titik
selalu lebih besar daripada intensitas yang dihasilkan oleh masing-masing sumber
di titik tersebut.


       Sumber Internet
       http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
       INTERFERENSI-CAHAYA.pdf

       http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p
       df

D. JENIS-JENIS INTERFERENSI CAHAYA
    1. Interferensi Cahaya Dua Sumber (Percobaan Thomas Young 1801)
        Jika dua gelombang mekanis berfrekuensi sama yang merambat dalam
arah yang sama (hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan terhadap
waktu, maka dapat terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga energinya tidak
didistribusikan secara merata dalam ruang, tetapi pada titik tertentu dicapai haraga
maksimum, dan pada titik-titik lain merupakan harga minimum.
        Melalui percobaannya Young berhasil memeperoleh panjang gelombang
cahaya dan ini merupakan hasil pengukuran pertama bagi besaran yang sangat
penting ini.




 Gambar: Pola                                                           interferensi
percobaan Young
    Sumber:
                      http://narasomanotebook.blogspot.com

       Young melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil a pada layar S1.
Sinar yang keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada lubang kecil b
dan c pada layar S2. Di sinipun terjadi peristiwa difraksi dan gelombang yang
telah melewati layar S2 menyebar dan saling tumpang tindih.
       Persyratan optika geometri, bahwa a >> λ (a adalah diameter lubang) jelas
tidak terpenuhi di sini. Lubang tidak memberikan bayang-bayang geometris,



                                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 8
Modul Optik 2012

tetapi bertindak sebagai sumber gelombang Huygens yang menyebar. Namun
dalam hal ini kita gunakan optika gelombang.




                             Gambar: Efek interferensi Young
                            Sumber: Buku Fisika Jilid 2 Edisi 3,

       Gambar kita memperhatikan gambar di atas dengan seksama, maka akan
tampak adanya penghapusan (perusakan) gelombang, dan diantaranya juga saling
memperkuat. Jika sebuah layar dipasang dalam daerah kedua gelombang ini maka
diharapkan diperoleh pola terang dan gelap silih berganti pada layar tersebut.
       Misalkan cahaya yang datang hanya berasal dari satu panjang gelombang,
percobaan Young dapat dianalisa secara kuantitatif seperti pada gambar di bawah
ini.




       S


                                                        a


             Gambar: Interferensi Young berasal dari satu panjang gelombang
                              Sumber: http://fisikon.com

       Pada gambar di atas dengan S sebagai sumber sinar, A adalah titik
sembarang pada layar yang berjarak r1 dari celah sempit S2 dan r2 dari celah
sempit S2. Tariklah garis S2 ke B sehingga panjang garis AS1 dan AB sama. Jika
jarak celah d jauh lebih kecil daripada jarak kedua layar ( ) maka S1B hampir
tegak lurus kepada r1 dan r2. Hal ini berarti bahwa sudut S2S1B hampir sama
dengan sudut       . Dengan demikian hal ini mengatakan bahwa r1 dan r2 sejajar.
       Keadaan interferensi di titik A di tentukan oleh banyaknya panjang
gelombang yang termuat dalam segmen S1B (beda lintasan/ r2-r1). Agar di titik A
diperoleh maksimum, maka S1B = d sinθ haruslah kelipatan bulat dari panjang
gelombang.
                                     dengan m = 0, 1, 2, …



                                 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 9
Modul Optik 2012

menjadi
                                     dengan m = 0, 1, 2, …                 …(1)

dengan d = jarak kedua celah (m)
      m = orde (0, 1, 2, 3, dst)
       λ = panjang gelombang (m)
       θ = sudut

         Letak maksimum di atas titik O simetris dengan letak maksimum di bawah
titik O. Sedangkan maksimum di titik pusat O (sentral O) dinyatakan dengan
harga m=0.
         Untuk keadaan minimum di titik A, S1B = d sinθ harus merupakan
kelipatan ½ bulat dari panjang gelombang, yaitu
                               dengan m = 0, 1, 2, …                        …(2)
         Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah
urutan pita terang dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah sebuah
pita terang yang bersesuaian dengan m=0 seperti yang dijelaskan di atas.
         Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p). Dalam hal
ini p kita umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan berikut.
                                                                            …(3)
         Dalam eksperimen seperti ini, jarak       seringkali jauh lebih kecil dari
jarak dari celah-celah itu kelayar tersebut. Maka       adalah sangat kecil,
hampir sama dengan           dan
                                                                            …(4)

Jika kita ketahui bahwa            , maka

                                                                           …(5)

       Kita dapat mengukur dan d, serta posisi dari pita-pita terang itu,
sehingga eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari panjang
gelombang (λ).

        Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai dengan
persamaan di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara celah-celah itu.
Semakin berdekatan celah-celah tersebut, maka akan semakin tersebarlah pola-
pola interferensinya, begitu sebaliknya.

        Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja. Dan persamaan ini hanya
dapat digunakan jika jarak dari celah-celah ke layar jauh lebih besar daripada
pemisahan celah d dan jika        jauh lebih besar dari jarak     dari pusat pola
interferensi ke pita terang ke- .

       Sumber Internet
       http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p
       df


                               Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 10
Modul Optik 2012

         http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&i
         d=40&Itemid=89


    2. Interferensi Cahaya dari Film Tipis
Kita pasti sering melihat sebuah pemandangan warna-warna pada gelembung
sabun. Peristiwa ini merupakan peristiwa dimana gelombang cahaya direfleksikan
dari permukaan-permukaan yang berlawanan dari film tipis seperti itu, dan
interferensi konstruktif diantara kedua gelombang yang direfleksikan itu (panjang
lintasan yang berbeda) terjadi di tempat berbeda untuk panjang gelombang (λ)
yang berbeda pula mengakibatkan adanya perbedaan fasa di antara kedua
gelombang                 tersebut.            Warna-warni                pelangi
                           menunjukkan      bahwa    sinar     matahari    adalah
                           gabungan dari berbagai macam warna dari spektrum
kasat mata. Di lain fihak, warna pada gelombang sabun, bukan disebabkan
olehpembiasan. Hal ini terjadi karena interferensi konstruktif dan destruktif dari
sinar yang dipantulkan oleh suatu lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini
bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang.
 Gambar: Pita-pita warna yang terlihat
       pada gelembung sabun
   Sumber: http://blog.uad.ac.id




                         Gambar: Interferensi sinar refleksi pada film tipis
                                 Sumber: http://fisikon.com

         Peristiwa seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas menunjukkan
cahaya yang menyinari permukaan atas dari sebuah film tipis yang mempunyai
ketebalan       sebagian direfleksikan di permukaan bagian atas. Cahaya yang
ditransmisikan melalui permukaan atas, sebagian didirefleksikan di pemukaan
bagian bawah. Kedua gelombang yang direfleksikan itu nantinya akan berkumpul
di titik P yang berada di retina mata. Kedua gelombang tersebut kemudian dapat
berinterferensi secara konstruktif maupun destruktif (tergantung dari fasa yang
dimiliki kedua gelombang tersebut). Warna-warna yang berbeda pada pita warna

                                         Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 11
Modul Optik 2012

menunjukkan panjang gelombang yang berbeda-beda, sehingga untuk beberapa
warna dapat mengalami interferensi konstruktif dan sebagian lagi mengalami
interferensi destruktif.
        Kemudian kita lihat peristiwa cahaya monokromatik yang direfleksikan
dari dua permukaan yang hampir paralel yang masuk dalam arah yang hampir
normal. Situasinya sama seperti pada interferensi akibat refleksi cahaya yang
menyinari film tipis. Bedanya situasi ini memiliki ketebalan film yang tidak
homogeny. Selisih lintasan di antara kedua gelombang tersebut, persis dua kali
tebal dari lapisan udara di setiap titik. Pada titik dimana       adalah kelipatan
bulat dari panjang gelombang, maka kita akan melihat interferensi konstruktif dan
sebuah pola terang. Pada titik-titik dimana     adalah kelipatan setengan bilangan
bulat dari panjang gelombang, kita berharap akan melihat interferensi destruktif
dan sebuah pola gelap. Dan di sepanjang garis dimana pelat-pelat itu bersentuhan,
secara praktis tidak ada selisih lintasan dan kita berharap akan mendapatkan
sebuah pola terang. Jika hal-hal tersebut tidak kita temukan (menyimpang dari
yang di teorikan) maka itu menunjukkan bahwa salah satu dari gelombang yang
direfleksikan itu telah mengalami pergeseran fasasetengah siklus selama
refleksinya meskipun panjjang gelombangnya tetap sama.
        Menurut Maxwell pergeseran fasa tersebut dapat di perkirakan dengan
persamaannya menurut sifat elektromagnetik dari cahaya. Misal sebuah
gelombang cahaya dengan amplitudo medan listrik            merambat dalam sebuah
amaterian optik yang lain dengan indeks refraksi            . Amplitudo        dari
gelombang yang direfleksikan dari antarmuka itu sebanding dengan amplitudo i
dari gelombang yang masuk dan diberikan oleh:
                                       (arah masuk normal)                 …(6)
Hasil ini memperlihatkan bahwa amplitudo yang masuk dan di refleksikan
mempunyai tanda sama bila   lebih besar dari dan berlawanan tanda bila
lebih besar dari .

                       >
                                                         Gambar di samping ini
                                                  menunjukkan bila       >      ,
                                                  cahaya merambat lebih lambat
                                                  dalam      medium      pertama
                                                  dibanding dalam medium kedua.

                                                 Dalam kasus ini,         dan
       Gambar: Gelombang cahaya saat >           mempunyai tanda sama, dan
          Sumber: Buku Fisika Universitas
pergeseran fasa dari gelombang yang direfleksikan relative terhadap gelombang
yang masuk adalah sama dengan nol. Hal ini analog dengan refleksi sebuah
gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang berat di sebuah titik di mana
tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang lebih ringan atau sebuah
cincin yang dapat bergerak secara vertical tanpa gesekan.
                                                          Gambar di samping ini
                                                                       =
                                                   menjelaskan bila        =    ,
                                                   amplitudo     dari gelombang
                                                   yang direfleksikan itu adalah


                                   Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 12
        Gambar: Gelombang cahaya saat =      ,
           Sumber: Buku Fisika Universitas
Modul Optik 2012

nol.   Gelombang       cahaya    yang    masuk      tidak             dapat      “melihat”
antarmuka itu dan tidak ada gelombang yang direfleksikan.
                          <


                                                                    Sedangkan gambar di
                                                          atas menunjukkan bahwa
                                                             <       , cahaya merambat
                                                          lebih lambat dalam material
                                                          kedua        daripada       dalam
                                                          material pertama. Dalam
          Gambar: Gelombang cahaya saat <                 kasus ini,                dan
              Sumber: Buku Fisika Universitas             mempunyai           tanda     yang
                                                          berlawanan, dan pergeseran
fasa dari gelombang yang direfleksikan itu relatif terhadap gelombang yang
masuk adalah π rad (180° atau setengah siklus). Ini analog dengan refleksi
(dengan inversi) sebuah gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang
ringan di sebuah titik di mana tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang
lebih berat atau sebuah penopang tegak.
        Gelombang-gelombang tyang direfleksikan dari garis persenuthan tidak
tidak mempunyai selisih lintasan untuk memberikan pergeseran fasa tambahan
dan gerlombang-gelombang itu berinterferensi secara destruktif.
        Pembahasan di atas dapat kita simpulakn secara matematis. Jika film
tersebut mempunyai tebal , cahaya masuk dalam arah normal dan dengan
panjang gelombang λ dalam film tersebut, jika tidak ada satupun dari gelombang-
gelombang itu atau jika kedua gelombang yang direfleksikan dari kedua
permukaan itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus, maka
syarat untuk interferensi konstruktif adalah:
                                              (Refleksi destruktif dari film tipis,
                                                                                     …(7)
                (dengan          0, 1, 2, …) tidak ada pergeseran fasa relatif)

Akan tetapi, bila satu dari kedua gelombang itu mempunyai pergeseran fasa
refleksi sebesar setengah siklus, persamaan ini adalah syarat untuk interferensi
destruktif.
        Demikian juga jika tidak satupun dari gelombang-gelombang atau jika
keduanya mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka syarat untuk
interferensi destruktif dalam gelombbang-gelombang yang direfleksikan itu
adalah:
                                                                                 …(8)
               (dengan       0, 1, 2, …) (refleksi konstruktif dari film tipis,
                                           tidak ada pergeseran fasa relatif siklus)
Akan tetapi jika satu gelombang mempunyai pergeseran fasa setengah siklus,
maka inilah syarat untuk interferensis konstruktif.


        Sumber Internet
        http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&i
        d=42:interferensi-pada-lapisan-tipis-&catid=6:gelombang-
        cahaya&Itemid=92


                                   Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 13
Modul Optik 2012

       http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p
       df


       Cincin Newton
       Gambar di bawah memperlihatkan permukaan cembung sebuah lensa yang
bersentuhan dengan sebuah pelat kaca yang rata. Sebuah film udara dibetuk di
antara kedua permukaan itu. Bila kita memandang susunan itu dengan cahaya
monokromatik, maka kita akan melihat cincin-cincin interferensi yang berbentuk
lingkaran. Seperti pada gambar di sebelah kanan.




       Gambar: Film Udara antara Sebuah Lensa
          Cembung dengan Permukaan Rata           Gambar: Potret Cincin Newton
        Sumber: http://nenysmadda.ucoz.org       Sumber: http://id.wikipedia.org

Jika kita memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan, maka pusat
pola itu terlihat berwarna hitam.
         Kita dapat menggnakan pita interferensi untuk membandingkan
permukaan dari dua bagian optis dengan menempatkan keduanya bersentuhan dan
dengan mengamati pita-pita interferensi. Gambar di sebelah kanan merupakan
potret yang dibuat selama pengasahan sebuah lensa objektif teleskop. Garis-garis
bentuk itu adalah pita-pita interferensi Newton, setiap pitanya menunjukkan
sebuah jarak tambahan di antara bahan contoh dan induk sebesar setengah panjang
gelombang (½ λ). Pada 10 garis pada noda pusat, jarak antara kedua permukaan
itu adalah lima panjang gelombang (5 λ), atau kira-kira sebesar 0,003 mm. ini
belum dapat dikatakan sangat baik, lensa dikatakan berkualitas tinggi jika diasah
secara rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang gelombang.
Permukaan cermin premier dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble di asah sampai
ketelitian yang lebih baik dari pada seper limapuluh panjang gelombang (1/50 λ).
Tapi sayang sekali, terleskop tersebut diasah dengan spesifikasi yang tidak benar,
yang menciptakan salah satu kesalahan yang paling teliti dalam sejarah teleskop
optis.
Dan interferensi maksimum/lingkaran terang adalah:
                                         dengan                           …(9)
Sedangkan interferensi minimum/lingkaran gelap adalah:
                                   dengan                                 …(10)
dengan
n    = indeks bias udara = 1


                                   Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 14
Modul Optik 2012

m   = orde interferensi (1, 2, 3, … dst)
R   = jari-jari lengkungan lensa Plan Konveks
     = jari-jari lingkaran terang/ gelap ke-m
Untuk jari-jari ke-m lingkaran terang diberikan pada :



Untuk jari-jari ke-m lingkaran gelap diberikan pada :




       Sumber Internet
       http://nenysmadda.ucoz.org/news/cincin_newton/2010-09-03-16

        http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Newton
        Lapisan Nonreflektif dan Lapisan Reflektif
        Lapisan non reflektif untuk permukaan lensa memanfaatkan interferensi
film tipis. Sebuah lapisan tipis atau film yang material tembus cahayanya keras,
dengan indeks refraksi yang lebih kecil daripada indeks refraksi dari kaca di
letakkan di atas permukaan lensa tersebut.
        Dalam kedua refleksi, cahaya direfleksikan dari sebuah medium yang
indeks refraksinya lebih besar daripada indeks refraksi di mana cahaya itu
berjalan., sehingga perubahan fasa yang sama terjadi dalam kedua refleksi. Jika
tebalnya film tersebut adalah seperempat dari panjang gelombang dalam film
tersebut (cahaya dianggap masuk dari arah normal), maka selisih lintasan total
adalah setengah panjang gelombang. Cahaya yang direfleksikan dari permukaan
pertama akan berbeda fasa dengan cahaya yang direfleksikan dari permukaan
kedua sebesar setengah siklus, dan terdapat interferensi destruktif.
        Ketebalan lapisan nonreflektif itu dapat mencapai sebesar seperempat
panjang gelombang hanya untuk satu panjang gelombang tertentu. Ini biasanya
dipilih dalam bagian kuning-hijau tengah dari spectrum, dimana tangkapan mata
paling peka. Maka akan lebib banyak refleksi pada panjang gelombang yang lebih
panjang (merah) dan pada panjang gelombang yang lebih pendek (biru), dan
cahaya yang direfleksikan mempunyai warna ungu.
        Jika material yang tebalnya seperempat panjnag gelombang dengan indeks
refraksi yang lebih besar daripada indeks refraksi kaca ditempatkan di atas kaca,
maka reflektivitasnya akan bertambah besar, dan material yang ditempatkan itu di
sebut lapisan reflektif. Dengan menggunakan lapisan ganda, akan dimungkinkan
mencapai hampir 100% transmisi atau refleksi untuk panjang gelombang tertentu.
Beberapa pemakaian praktis dari pelapisan ini adalah untuk pemisahan warna
dalam kamera televise berwarna dan untuk reactor kalor inframerah dalam
proyektor gambar hidup, sel surya, dan kelep astronot.


       Sumber Internet
       http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
       INTERFERENSI-CAHAYA.pdf


                                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 15
Modul Optik 2012


     3. Interferensi dalam Waktu
        Fenomena interferensi yang telah dibahas sejauh ini melibatkan
superposisi dari dua gelombang atau lebih, yang frekuensinya sama. Oleh karena
itu amplitudo osilasi dar elemen medium berubah sesuai posisi elemen dalam
ruang, yang kita sebut fenomena tersebut sebagai interferensi spasial.
        Sekarang kita akan mengamati jenis interferensi jenis lainnya. Interferensi
ini dibentuk dari superposisi dua gelombang yang memiliki frekuensi yang sedikit
berbeda. Ketika dua buah gelombang diamati pada titik superposisi, keduanya
keluar dan masuk fase secara periodik. Artinya terdapat perubahan temporal
(waktu) antara interferensi destruktif dan konstruktif. Maka dari itu, kita katakana
ini sebagai interferensi dalam waktuatau interferensi temporal. Sebagai contoh,
jika dua garputala dengan frekuensi yang sedikit berbeda dipukulkan, kita akan
mendengar suara amplitudo yang berubah secara periodik. Fenomena ini disebut
detakan.
        Detakan adalah fariasi berkala dalam aamplitudo pada titik tertentu
akibat dari superposisi dua gelombang yang berfrekuensi sedikit berbeda.
     Jumlah amplitudo maksimum yang dapat didengar perdetik, atau frekuensi
detak, sama denga selisih dari frekuensi di antara kedua sumber. Ktika frekuensi
detaknya melampaui nilai ini, detak-detak berpadu secara halus dan tidak dapat
dibedakan dengan suara yang membentuknya.
        Perhatikan dua gelombang suara dengan maplitudo yang sama, yang
merambat melalui sebuah medium dengan frekuensi yang sedikit berbeda, dan
   .
                                                                             …(11)
                                                                             …(12)

Dengan menggunakan prinsip superposisi, kita dapatkan fungsi gelombang
resultan pada titik ini:
                                                                …(13)
Identitas trigonometri




Kemungkinan kita untuk menuliskan pernyataan untuk        sebagai
                                                                       …(14)
Dari persamaan di atas, kita lohat bahwa suara yang dihasilkan untuk seorang
pendengar yang berdiri pada titik maupun memiliki frekuensi efektif yang sama
dengan frekuensi rata-rata       dan amplitudo yang besarnya dinyatakan dalam
tanda kurung siku:
                                                                       …(15)

Artinya amplitudo dan oleh karena itu intensitas suara yang dihasilkan berubah
seiring waktu.



                                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 16
Modul Optik 2012

        Perhatikan bahwa sebuah maksimum dalam amplitudo gelombang suara
resultannya terdeteksi setiap kali



Ini berarti terdapat dua maksima dalam masing-masing periode dari gelombang
resultan. Oleh karena itu amplitudonya berubah sesuai dengan frekuensi ketika
        , maka jumlah detak perdetik, atau frekuensi detak   , adalah dua kali
lipat nilai ini, artinya
                                                                      …(16)


E. INTENSITAS POLA INTERFERENSI
         Dalam sebuah pola interferensi terdapat posisi intensitas maksimum dan
posisi intensitas minimum. Untuk mencari intensitas sembarang titik pada pola
itu, kita harus menggabungkan kedua medan yang berubah secara sinusoidal di
sebuah titik dalam pola radiasi tersebut, dengan memperhitungkan selisih fasa
dari kedua gelombang itu di titik , yang dihasilkan dari selisih lintasan. Maka
intensitas itu sebanding dengan kuadrat amplitudo medan listrik resultan.
         Untuk menghitung intensita itu, kita akan menganggap bahwa kedua
fungsi sinusoidal tersebut mempunyai amplitudo yang sama dan bahwa medan
   terletak sepanjang garis yang sama. Ini menganggap bahwa sumber-sumber itu
identik dan ini mengabaika selisih amplitudo yang kecil yyang disebabkan oleh
panjang lintasan yang tak sama (amplitudonya berkurang seiring dengan jarak
yang semakin bertambah dari sumber itu). Jika kedua sumber itu sefasa, maka
glombang-gelombang yang tiba di           berbeda fasa sejumlah yang sebanding
dengan selisih lintasannya,              . Jika sudut fasa antara gelombang-
gelombang yang tiba ini adalah , maka kita dapat menggunakan pernytaan
berikut untuk kedua medan listrik yang disuperposisikan di .



        Superposisi dari kedua medan itu di    adalah sebuah fungsi sinusoidal
dengan suatu amplitudo      yang bergantung pada dan selisih fasa . Pertama
kita akan mengerjakan pencarian amplitude    jika dan diketahui. Kemudian
kita akan mencari internsitas    dari gelombang resultan itu, yang sebanding
dengan     .

        Amplitudo dalam Interferensi Dua Sumber
        Untuk menambahkan kedua fungsi sinusoidal itu dengan sebuah selisih
fasa, kita menggunakan representasi fasor yang sama seperti yang kita gunakan
untuk gerak harmonik sederhana dan untuk tegangan dan arus dalam rangkaian
bolak-balik. Setiap fungsi sinusoidal dinyatakan oleh sebuah vektor yang berotasi
(fasor) yang proyeksinya pada sumbu horizontal pada sebarang saat menyatakan
nilai sesaat fungsi sinusoidal itu.
        Diagram fasor menunjukkan bahwa         adalah komponen horizontal dari
fasor untuk gelombang dari sumber , dan          adalah komponen horizontal dari


                               Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 17
Modul Optik 2012

fasor untuk gelombang dari sumber . Kedua fasor mempunyai besar            yang
sama, tetapi fasa      mendahului fasa   sebesar sudut . Kedua fasor berotasi
dalam arah yang berlawanandengan arah jarum jam dengan kecepatan sudut
yang konstan, dan jumlah dari proyeksi-proyeksi pada sumbu horizontal itu pada
sebarang waktu memberikan nilai sesaat dari medan         total di titk . Jadi
besarnya amplitudo        dari gelombang sinusoidal resultan di     ditunjukkan
dengan besar fasor merah gelap dalam diagram itu ( ). Itulah jumlah vektor dari
kedua fasor lainnya. Untuk mencari     , kita menggunakan hukum kosinus dan
identitas tirgonometri                     .


                                                     …(17)

Kemudian dengan menggunakan                                  , kita mendapatkan



                                           amplitudo dalam                    …(18)
                                           interferensi dua sumber

       Bila kedua gelombang itu sefasa,                dan            . Bila kedua
gelombang itu berbeda fasa secara eksak sebesar setangah siklus,
     ,                         , dan         , jadi superposisi dari dua gelombang
sinusoidal dengan frekuensi yang sama dan amplitudo yang sama tetapi dengan
sebuah selisih fasa akan menghasilkan sebuah gelombang sinusoidal yang
frekuensinya sama dan sebuah amplitude di antara nol dan dua kali amplitude
individu, yang bergantung pada selisih fasa.

       Intensitas dalam Interferensi Dua Sumber
       Intensitas, dapat dinyatakan dalam salah satu bentuk ekuivalen berikut.


       Persamaan di atas menunjukkan bahwa            sebanding dengan         . Jika
perrsamaan amplitudo interfeerensi untuk dua sumber disubstitusikan ke dalam
persamaan di atas, maka akan diperoleh:
                                                                      …(19)

         Itu berarti intensitas maksimum , yang terjadi pada titik-titik di mana
selisih fasa sama dengan nol          , adalah

                                                                              …(20)

        Jika intensitas maksimum adalah empat kali (bukan dua kali) besarnya
intensitas         dari setiap sumber individu.
        Dengan mensubstitusikan pernyataan untuk    ke dalam persamaan 18,
kita dapat mendapatkan intensitas di sebarang titik secara sangat sederhana
dalam intensitas maksimum .

                                   Intensitas dalam interferensi dua sumber
                               Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 18
Modul Optik 2012

                                                                               …(21)

        Jika kita rata-ratakan ini pada semua selisih fasa yang mungkin, maka
hasilnya adalah                   (rata-rata dari           adalah ). Ini hanyalah
dua kali intensitas dari setiap sumber individu, seperti yang seharusnya
diharapkan. Keluaran energi total dari kedua sumber itu tidak diubah oleh efek
interferensi, tetapi energi itu didistribusikan kembali. Untuk beberapa sudut fasa,
intensitas itu adalah empat kali besarnya intensitas untuk sebuah sumber individu,
tetapi untuk sudut fasa lainnya intensitas itu adalah nol. Sehingga intensitas itu
menjadi seimbang.

        Selisih Fasa dan Selisih Lintasan
        Selanjutnya kita harus mencari selisih fasa      di antara kedua medan di
titik dikaitkan dengan geometri situasi itu. Kita mengetahui bahwa sebanding
dengan selisih panjang lintasan dari kedua sumber itu ke titik . Bila selisih
lintasan merupakan satu panjang gelombang, maka selisih fasa itu adalah satu
siklus, dan                        . Bila selisih lintasan adalah     , maka
               , dst. Rasio selisih fasa    dengan 2π sama  dengan rasio selisih
lintasan           terhadap λ.


                                                                               …(22)
       Jadi sebuah selisih lintasan              menyebabkan sebuah selisih fasa
ditunjukkan oleh

                                                 Selisih fasa yang dikaitkan   …(23)
                                                 dengan selisih lintasan
               dimana          adalah bilangan gelombang

jika material dalam ruang di antara sumber dan adalah sesuatu selain dari ruang hampa,
aka kita harus menggunakan panjang gelombang dalam material persamaan di atas. Jika
material itu mempunyai indeks refraksi , maka          dan        , di mana dan
berturut-turut adalah panjang gelombang dan bilangan gelombang dalam ruang hampa.
        Jika titik itu jauh sekali dari sumber dibandingkan dengan pemisahan sumber-
sumber , maka selisih lintasan itu diberikan oleh persamaan

        Dengan menggabungkan ini dengan persamaan selisih fasa yang dikaitkan
dengan selisih lintasan akan didapatkan:
                                                                      …(24)
        Bila kita mensubstitusikan ini ke dalam persamaan intensitas dalam
interferensi dua sumber, akan didapatkan:
                                                                  Intensitas yang jauh
                                                                                …(25)
                                                                  dari dua sumber
Arah intensitas maksimum terjadi bila kosinus itu mempunyai nilai +1, yakni bila
                                    (dengan        +0, +1, +2, …)




                                 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 19
Modul Optik 2012

atau

Pada interferensi dengan yang ditimbulakan oleh dua celah denga menggunakan
layar yang ditempatkan dengan jarak dari celah-celah itu. Posisi pada layar itu
dijelaskan dengan koordinat , dimana biasanya          . Dalam kasus tersebut,
      secaar aproksimasi sama dengan     , dan intensitas di sebarang titik pada
layar itu sebagai fungsi dari .

                                                 Intensitas dalam         …(26)
                                                 interferensi dua celah




       Sumber Internet
       http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
       INTERFERENSI-CAHAYA.pdf

       http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p
       df

       http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
       INTERFERENSI-CAHAYA.pdf



F. INTERFEROMETER MICHELSON
        Sebuah alat eksperimntal panting yang menggunakan interferensi adalah
interferometer Michelson. Seabad yang lalu, alat tersebut menjadi salah saaatu
eksperimen kunci yang menyokong teori relativitas. Sekarang ini interferometer
Michelson telah digunakan untuk melkukan pengukuran yang teliti dari panjang
gelombang, dan juga melakukan pengukuran yang teliti dari jarak-jarak yang
sangat kecil, seperti perubahan ketebalan yang sangat kecil dari sebuah axon bila
sebuah impuls saraf merambat sepanjang saraf itu. Seperti halnya dengan
eksperimen dua celah Young, interferometer Michelson mangambil cahaya
monokromatik dari sebuah sumber tunggal dan membaginya ke dalam kedua
gelombang yang mengikuti lintasan-lintasan yang berbeda. Dalam eksperimen
young, ini dilakukan dengan mengirimkan sebagian cahaya itu melalui satu celah
dan sebagian melalui celah yang lain. Dalam sebuah interferometer Michelson
digunakan sebuah alat yang dinamakan pembelah sinar. Interferensi terjadi pada
kedua eksperimen tersebut bila kedua gelombang cahaya ini digabung kembali.
        Komponen-komponen utama yang ada pada interferometer utama dari
sebuah interferometer Michelson diperlihatkan seperti pada gambar di bawah ini,
dimana sebuah sinar cahaya monkromatik A menumbuk pembelah asinar C, yang
merupakan sebuah pelat kaca dengan lapisan perak yang tipis pada sisi kanannya.




                               Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 20
Modul Optik 2012




                        Gambar: Skema Interferometer Michelson
                         Sumber: http://www.cramster.com

        Sebagian cahaya (sinar 1) lewat melalui permukaan yang dilapisi perak itu
dan pelat pengganti D dan refleksikan dari cermin . Cahaya itu kembali melalui
D dan direfleksikan dari permukaan C yang dilapisai perak itu ke pengamat.
Selebihnya, sisa cahaya itu (sinar 2) direfleksikan dari permukaan perak pada titik
P menuju cermin       dan kembali melalui C ke mata pengamat. Tujuan dari pelat
pengganti D adalah untuk memastikan bahwa sinar 1 dan sinar 2 lewat melalui
ketebalan kaca yang sama . Pelat D dipotong dari potongan kaca yang sama
seperti pelat C, sehingga ketebalannya identik sampai dengan pecahan sebuah
panjang gelombang.
        Keseluruhan alat dalam gambar di atas, dinaikkan ke atas sebuah kerangka
yang sangat tegar, dan posisi cermin            dapat diatur dengan sebuah skrup
micrometer halus yang sangan teliti. Jika jarak        dan jarak     persis sama dan
cermin      dan cermin    persisi saling tegak lurus, maka bayangan maya dari
yang dibentuk oleh refleksi pada permukaan pelat C yang dilapisi perak itu
berimpit dengan cermin      . Jika     tidak persisi dengan , maka bayangan yang
dari     digeserkan sedikit dai     . Dan jika cermin-cermin itu tidak persisi tegak
lurus, bayangan dari        membenatuk sebuah sudut kecil dengan              . Maka
cermin       dan bayangan maya dari        memainkan peran yang sama seperti dua
permukaan sebuah film tipis yang berbentuk baji, dan cahaya yang direfleksikan
dari permukaan-permukaa n ini membentuk pita-pita interferensi yang jenisnya
sama.
        Misalnya sudut di antara cermin          dan bayangan maya dari         persis
cukup besar sehingga lima atau enam pita vertikal hadir dalam medan pandang
itu. Jika kita sekarang menggerakkan cermin           pelan-pelan sejauh λ/2, baik ke
belakang maupun ke depan, maka selisih panjang lintasan antara sinar 1 dan sinar
2 berubah sebanyak λ, dan setiap pita bergerak ke kiri atau ke kanan sejauh yang
sama dengan jarak antara pita. Jika kita mengamati posisi-posisi pita itu melalui
sebuah teleskop dengan sebuah lensa mata rambut bersilang dan pita menyilang
rambut bersilang itu bila kita menggerakkan cermin tersebut sejauh , maka
panjang gelombang interferensi maksimum pada interferometer Michelson adalah
                        ,      atau                                           …(27)


                                 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 21
Modul Optik 2012

Sedangkan panjang gelombang interferensi minimum pada interferometer
Michelson adalah sebaga berikut
                             atau                                         …(28)
        Jika adalah beberapa ribu, maka jarak itu cukup besar sehingga dapat
dukur dengan ketelitian yang baik, dan kita mendapatkan sebuah nilai yang teliti
untuk panjang gelombang . Secara alternatif, jika panjang gelombang itu
diketahui, maka jarak dapat diukur dengan hanya menghitung pita-pita ketika
     dipindahkan oleh jarak ini. Dengan cara ini, jarak-jarak yang dapat
dibandingkan dengan sebuah panjnag gelombang cahay dapat diukur dengan cara
yang relatif mudah.
        Pemakaian interferometer Michelson pada mulanya adalah untuk
kepentingan eksperimen Michelson-Morley yang bersejarah. Sebelum teori
elektromagnetik mengenai cahaya teori relativitas khusus Einstein diaaakui. Pad
tahun 1887 Michelson-Morley menggunakan interferometer itu dalam usahah
unutk mendeteksi gerak bumi melalui eter.
        Kini dalam perkembanganya sistem yang sederhana digabungkan dengan
teknologi komputer sehingga dengan transformasi Fouriernya mampu
menterjemahkan sinyal-sinyal yang diperoleh dalam data irisan. Sistem ini telah
berkembang tidak hanya di sistem optik/mata, namun telah berkembang di
endoskopi, kedokteran gigi, dan uji material.


       Sumber Internet
       http://id.wikipedia.org/wiki/Interferometer_Michelson

       http://staff.blog.ui.ac.id/supriyanto.p/2009/01/28/pengembangan-
       interferometer-michelson/

       http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby
       Id/9128/9128.pdf

       http://www.scribd.com/doc/81916056/Analisis-Pola-Interferensi-Pada-
       Interferometer-Michelson-Untuk-Menentukan-Panjang-Gelombang-
       Sumber-Cahaya



G. KOMBINASI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

        Pembahasan tentang interferensi dua celah yang terdahulu didasarkan pada
anggapan bahwa lebar celah. Akibatnya interferensi maksimum yang didapat
mempunyai bentuk yang rata.
        Pada kenyataannya jika lebar celah tidak kecil, maka akan terjadi difraksi
pada masing-masing celah. Akibatnya pola intensitas maksimum yang didapat
tidak lagi rata.
        Pola intensitas interferensi dua celah (yang celahnya mempunyai lebar
tertentu) dapat diperoleh dengan mengalikan fungsi intensitas hasil interferensi



                               Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 22
Modul Optik 2012

dan fungsi intensitas hasil difraksi. Fungsi intensitas interferensi dua celah yang
jarak antar celahnya d adalah




Fungsi intensitas difraksi celah tunggal yang lebarnya a adalah




Sehingga pola intensitas interferensi dua celah yang masing-masing celah
lebarnya a dan jarak antar celah d adalah




                                                                           …(28)


Ada orde interferensi yang hilang, yaitu yang bertepatan dengan minimum yang
dihasilkan pola difraksi


       Sumber Internet
       http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p
       df


                                Kesimpulan

 Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih
  gelombang yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat
  menghasilkan suatu pola gelombang baru.
 Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
  atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
  masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
 Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah
  (1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
      gelombang cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh
      sebab itu kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
      frekuensi yang sama.
  (2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.
 Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara
  dua gelombang atau dau sumber gelombang.


                                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 23
Modul Optik 2012

 Interferensi konstruktif terjadi titik-titik dimana selisih panjang lintasan dari
  kedua sumber adalah nol. Jika sudut interferensi adalah θ dan jarak antara
  sumber-sumber adalah maka
                                dengan
 Interferensi destruktid terjadi di titk-titik dimana selisih lintasan itu adalah
  kelipatan setengah bilangan bulat dari panjang gelombang.
                                        dengan
  Bila θ sangat kecil, maka posisi         dari pita terang ke- pada sebuah layar
  yang diletakkan sejauh dari sumber-sumber itu diberikan oleh


 Interferensi terbagi menjadi beberapa jeis, diantaranya nterfernsi dua sumber
  (eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.
 Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih fasa
    ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan       adalah


   Dan internsitasnya adalah


   Bila dua sumber memancarkan gelombang-gelombang sefasa, maka selisih
   fasa dari gelombang yang tiba di titik P dikaitkan dengan selisih panjang
   lintasan        oleh

 Bila cahaya direfleksiakn dari kedua sisi dari sebuah film tipis yang tebalnya
  dan tidak terjadi pergeseran fasa pada kedua permukaan, maka interferensi
  konstruktif antara gelombang-gelombang yang direfleksikan terjadi bila
                                  dengan
 Interferometer Michelson menggunakan sebuah sumber monokromatik dan
  dapat digunakan untuk pengukuran panjang gelombang dengan ketepatan
  yang tinggi. Tujuan awalnya dalah untuk mendeteksi gerak bumi relatif
  terhadap eter hipotemik, yakni yang dianggap sebagai medium untuk
  gelombang elektromagnetik.




                                Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 24
Modul Optik 2012




                              Tes Formatif

a. Pilihan Ganda
   1. Percobaan Thomas Young, celah ganda berjarak 5 mm. Dibelakang celah
       yang jaraknya 2 m ditempatkan layar , celah disinari dengan cahaya
       dengan panjang gelombang 600 nm., maka jarak pola terang ke 3 dari
       pusat terang adalah…
       a. 72 mm
       b. 7,2 mm
       c. 0,72 mm
       d. 0,072 mm
       e. 0,0072 mm
   2. Tentukanlah panjang gelombang sinar yang digunakan, jika terjadi
       interferensi minimum orde 2 pada lapisan di udara dengan ketebalan
       103 nm, sudut bias 60°, dan indeks bias lapisan 1,5.
       a. 600 x 10-9 m
       b. 650 x 10-9 m
       c. 700 x 10-9 m
       d. 750 x 10-9 m
       e. 850 x 10-9 m
   3. Cahaya monokromatik dari sumber cahaya yang jauh datang pada sebuah
       celah tunggal yang lebarnya 0,8 mm dan jarak pusat terang ke gelap kedua
       adalah 1,80 mm dan panjang gelombang cahaya 4800 A maka jarak celah
       ke layar adalah…
       a. 2 m
       b. 1,5 m
       c. 0,75 m
       d. 0,5 m
       e. 0,02 m
   4. Untuk menentukan panjang gelombang sinar monokromatik digunakan
       percobaan Young. Berikut data-datanya: jarak antar kedua celah 0,3 mm,
       jarak celah ke layar 50 cm, dan jarak antara garis gelap kedua dan garis
       gelap ketiga pada layar 1 mm. Panjang gelombang sinar monokromatik
       tersebut adalah...
       a. 350 x 10-9 m
       b. 400 x 10-9 m
       c. 480 x 10-9 m
       d. 540 x 10-9 m
       e. 600 x 10-9 m




                              Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 25
Modul Optik 2012

5. Pada percobaan Young, jika jarak antara kedua celahnya dijadikan dua kali
    semula, maka jarak antara dua garis gelap yang berurutan menjadi…kali
    semula.
    a. 0,05
    b. 0,25
    c. 0,5
    d. 2
    e. 4
6. Cahaya dengan panjang gelombang 5 x 10-7 m datang pada celah kembar
    Young yang jaraknya 2 x 10-1 mm. Pola yang terjadi ditangkap pada layar
    yang berada di layar yang berada 1 meter dari celah kembar. Jarak antara
    dua buah garis terang adalah…cm
    a. 0,05
    b. 0,10
    c. 0,15
    d. 0,25
    e. 2,50
7. Suatu gelembung sabun tampak berwarna merah ketika disinari cahaya
    putih tegak lurus terhadap permukaannya. Bila indeks bias gelembung
    sama dengan indeks bias air (4/3) dan panjang gelombang yang digunakan
    680 nm, berapakah ketebalan minimum gelembung sabun?
    a. 146 x 10-9 m
    b. 129 x 10-9 m
    c. 229 x 10-10 m
    d. 112 x 10-10 m
    e. 106 x 10-10 m
8. Lapisan tipis minyak yang ada diatas permukaan air tampak berwarna
    warni bila terkena sinar matahari merupakan peristiwa...
    a. Interferensi
    b. Difraksi
    c. Polarisasi
    d. Refkasi
    e. Dispersi
9. Berapakah diameter garis gelap keempat dari sebuah percobaan cincin
    Newton yang menggunakan gelombang cahaya 4000 Å dan jari-jari lensa
    plankonveks yang di antaranya terdapat kaca berisi udara dengan indeks
    bias 1 adalah 0,4 meter.
    a. 6,4 x 10-3 m
    b. 2,0 x 10-3 m
    c. 8,0 x 10-4 m
    d. 6,4 x 10-4 m
    e. 4,8 x 10-4 m
10. Seberkas cahaya melewati celah tunggal yang sempit, menghasilkan
    interferensi minimum orde ketiga dengan sudut deviasi 300. Jika cahaya
    yang digunakan mempunyai panjang gelombang 6000 Å, maka tentukan
    lebar celahnya.
    a. 1,05 x 10-6 m
    b. 3,0 x 10-6 m


                           Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 26
Modul Optik 2012

    c. 3,9 x 10-5 m
    d. 4,2 x 10-6 m
    e. 5,4 x 10-5 m
11. Dua celah dengan jarak 0,2 mm disinari oleh seberkas sinar yang tegak
    lurus. Garis terang ketiga terletak 7,5 mm dari garis terang ke nol pada
    layar yang jaraknya satu meter dari celah. Panjang gelombang sinar yang
    digunakan adalah…
    a. 5,0 x 10-3 mm
    b. 2,5 x 10-3 mm
    c. 5,0 x 10-4 mm
    d. 2,5 x 10-4 mm
    e. 1,5 x 10-4 mm
12. Sebuah percobaan cincin Newton menghasilkan jari-jari garis terang ke-2
    sebesar 2 mm. Berapakah panjng gelombang cahaya yang digunakan jika
    daerah di antara lensa plankonveks ada kaca berisi udara dengan indeks
    bias 1. Jari-jari lensa plankonveks yang digunakan sebesar 2 m.
    a. 0,67 x 10-6 m
    b. 0,50 x 10-6 m
    c. 2,00 x10-6 m
    d. 0,50 x 10-5 m
    e. 4,00 x 10-5 m
13. Cahaya dengan panjang gelombang 680 nm jatuh tegak lurus pada dua
    buah pelat tipis yang diantaranya terdapat batas udara dengan indeks bias
    1. Berapa jumlah garis-garis gelap yang terjadi.
    a. 103
    b. 141
    c. 232
    d. 250
    e. 300
14. Sebuah material lapisan lensa yang lazim digunakan adalah magnesium
    florida MgF2, dengan n=1,38. Berapakah panjang gelombang yang
    melewati lapisan nonreflektif untuk cahaya yang panjang gelombangnya
    550 nm ?
    a. 18,6 x 10-8 m
    b. 201,6 x 10-9 m
    c. 23,8 x 10-8 m
    d. 288,8 x 10-8 m
    e. 398,6 x 10-9 m
15. Sebuah interferometer Michelson digunakan dengan cahaya yang panjang
    gelombangnya 605,78 nm. Jika pengamat memandang pola interferensi
    tersebut melalui sebuah terleskop dengan dengan lensa mata rambut
    bersilang, berapa banyak pita yang melewati rambut bersilang itu bila
    cermin M2 bergerank persis sejauh 1 cm ?
    a. 33015
    b. 27255
    c. 23785
    d. 19455
    e. 15315


                           Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 27
Modul Optik 2012

b. Uraian
   1. Dalam sebuah eksperimen interferensi dua celah, celah-celah terpisah
      dengan jarak 0,2 mm, dan layarnya berjarak 0,1 m. pita terangn ketiga
      (dengan tidak menghitung pita terang pusat yang lurus kedepan dari celah-
      celah itu) didapatkan tergeser 7,5 mm dari pita tengah. Carilah panjnag
      gelombang cahaya yang digunakan.
   2. Misalkan dua pelat kaca adalah dua slide mikroskop yang mempunyai
      panjang 10 cm. Di ujung yang satu, kedua pelat itu dipisahkan oleh
      sepotong kertas yang tebalnya 0,020 mm. Berapakah jarak antara dari pita
      interfefrensi yang terlihat oleh refleksi?
   3. Pada titik paling dekat dengan pangamat gelembung sabuntampak kuning
      (λ = 575 nm), jika gelembung sabun dianggap mempunyai indeks bias (n =
      1,45) berapakah tebal dar gelembnung sabun tersebut? (yang terlihat
      adalah interferensi pada orde 1)
   4. Diameter cincin gelap ke-3 dari sebuah percobaan cincin Newton adalah 3
      mm. Jika jari-jari lensa plankonveks yang digunakan adalah 1,5 m.
      berapakah panjang gelombang cahaya yang digunakan jika daerah di
      antara lensa plankonveks ada kaca berisi udara dengan indeks bias 1.
   5. Misal dua buah antenna radio yang identik yang terpisah sejauh 10 m dan
      frekuensi gelombang-gelombang yang diradiasikan itu dinaikkan menjadi
                    . Intensitas pada 700 m dalam arah           posistif (yang
      bersesuaian dengan θ = 0 adalah                     . Berapakah intensitas
      dalam arah θ = 4,0° ?.




Kunci Tes Formatif
a. Pilihan Ganda
   1. C (0,72 mm)
   2. D (750 x 10-9 m)
   3. B (1,5 m)
   4. E (600 x 10-9 m)
   5. C (0,5)
   6. D (0,25)
   7. B (129 x 10-9 m)
   8. A (Interferensi)
   9. C (8,0 x 10-4 m)
   10. D (4,2 x 10-6 m)
   11. C (5,0 x 10-4 m)
   12. A (0,67 x 10-6 m)
   13. B (141)
   14. E (398,6 x 10-9 m)
   15. A (33015)

b. Essay
   1. Diketahui:


                              Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 28
Modul Optik 2012




   Ditanya: λ = …. ?
   Jawab:




2. Kita hanya akan meninjau interferensi di antara cahaya yang direfleksikan
   dari permukaan sebelah bawah dari lapisan udara. Dan pita yang terbentuk
   adalah pita garis gelap yang mempunyai syarat
               dengan
   Dari segitiga-segitiga yang sama dan sebangun ketebalan dari lapisan
   udara di setiap titik-titik sebanding dengan jarak dari garis persentuhan:
         jadi kita bisa dapatkan


   Ditanya:
   Jawab:




   Jadi pita gelap yang berurutan, yang bersesuaian dengan nilai bilangan
   bulat yang bersangkutan, terpisah sejauh 1,25 mm

3. Diketahui:



   Ditanya: d = ....?

   Jawab:




4. Diketahui:


                           Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 29
Modul Optik 2012


    =3      =
     =1,5
    =1
   Ditanya: Berapakah panjang gelombang yang cahaya yang digunakan?
   Jawab:




5. Diketahui:
    = 6 MHz = 6 x 106 Hz
    = 10 m


   Ditanya: a. dalam arah θ = 4,0° ?
            b. dalam arah manakah di dekat θ=0 intensitas sebesar       ?
            c. dalam arah manakah intensitas adalah nol?
   Jawab:


   Jarak antara di antara sumber-sumber itu adalah d = 10 m = 2λ, dan




   Bila θ = 4,0°.


   Ini adalah kira-kira 82% dari intensitas pada θ = 0




                           Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 30
Modul Optik 2012


                          Daftar pustaka

- Resnick, Robert dan Halliday, David. 1994. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta:
  Erlangga
- Sarojo, Ganiati Aby. 2010. Gelombang dan Optik. Jakarta: Salemba Tekhnika
- Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan
  Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba Teknika
- Young, Hugh D dan Freedman, Roger A. 2003. Fisika Universitas. Jakarta:
  Erlangga
-




                             Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 31

More Related Content

What's hot

Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)SMP IT Putra Mataram
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Annis Kenny
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
sumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhinggasumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhinggasuyono fis
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracAyuShaleha
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatAhmad Faisal Harish
 
Makalah Perkembangan Fisika Modern
Makalah Perkembangan Fisika Modern Makalah Perkembangan Fisika Modern
Makalah Perkembangan Fisika Modern Muhammad Sudarbi
 
Fisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductor
Fisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductorFisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductor
Fisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductorjayamartha
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLydia Nurkumalawati
 
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )Sylvester Saragih
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)eli priyatna laidan
 

What's hot (20)

Fisika Zat Padat
Fisika Zat PadatFisika Zat Padat
Fisika Zat Padat
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
sumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhinggasumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhingga
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi dirac
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
Makalah Perkembangan Fisika Modern
Makalah Perkembangan Fisika Modern Makalah Perkembangan Fisika Modern
Makalah Perkembangan Fisika Modern
 
Fisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductor
Fisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductorFisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductor
Fisika Zat Padat (5 - 7) a-definition_of_semiconductor
 
Super konduktor
Super konduktorSuper konduktor
Super konduktor
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
 
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 
PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
 
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (19)

Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
 
interferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiinterferensi dan difraksi
interferensi dan difraksi
 
Interferensi gelombang
Interferensi gelombangInterferensi gelombang
Interferensi gelombang
 
Fisika sma kelas xii sri handayani
Fisika sma kelas xii sri handayaniFisika sma kelas xii sri handayani
Fisika sma kelas xii sri handayani
 
Teori cahaya menurut para ahli
Teori cahaya menurut para ahliTeori cahaya menurut para ahli
Teori cahaya menurut para ahli
 
14. optik interferensi gelombang cahaya
14. optik   interferensi gelombang cahaya14. optik   interferensi gelombang cahaya
14. optik interferensi gelombang cahaya
 
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisikaKumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
 
Sifat sifat cahaya
Sifat sifat cahayaSifat sifat cahaya
Sifat sifat cahaya
 
Bab i. sifat sifat cahaya
Bab i. sifat sifat cahayaBab i. sifat sifat cahaya
Bab i. sifat sifat cahaya
 
Refraksi Cahaya
Refraksi CahayaRefraksi Cahaya
Refraksi Cahaya
 
Bunyi
BunyiBunyi
Bunyi
 
FISIKA XII SMA
FISIKA XII SMAFISIKA XII SMA
FISIKA XII SMA
 
Kesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan Benda TegarKesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan Benda Tegar
 
kinematika gerak
kinematika gerakkinematika gerak
kinematika gerak
 
pembiasan
pembiasanpembiasan
pembiasan
 
fluida
fluidafluida
fluida
 
Smart solution un fisika sma 2013 (skl 4 indikator 4.4 interferensi dan difra...
Smart solution un fisika sma 2013 (skl 4 indikator 4.4 interferensi dan difra...Smart solution un fisika sma 2013 (skl 4 indikator 4.4 interferensi dan difra...
Smart solution un fisika sma 2013 (skl 4 indikator 4.4 interferensi dan difra...
 
usaha dan energi
usaha dan energiusaha dan energi
usaha dan energi
 
Interferensi gelombang
Interferensi gelombangInterferensi gelombang
Interferensi gelombang
 

Similar to Modul Interferensi

MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docxMR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docxRadoSimarmata1
 
Laporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi Cahaya
Laporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi CahayaLaporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi Cahaya
Laporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi CahayaSiti Farida
 
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdfSalinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdfmukhlasin4
 
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdfSalinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdfDidikHartanto5
 
Makalah fisika panel surya
Makalah fisika panel suryaMakalah fisika panel surya
Makalah fisika panel suryaPT. SASA
 
Proposal media pembelajaran reflection box
Proposal media pembelajaran reflection boxProposal media pembelajaran reflection box
Proposal media pembelajaran reflection boxAjeng Rizki Rahmawati
 
Pemantulan cahaya
Pemantulan cahayaPemantulan cahaya
Pemantulan cahayaDewi Fitri
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Windawati
 
Cahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushie
Cahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushieCahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushie
Cahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushieYusuf Hidayat
 
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahayaLaporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahayafikar zul
 
IPA Modul 2 KB 1 Rev
IPA Modul 2 KB 1 RevIPA Modul 2 KB 1 Rev
IPA Modul 2 KB 1 RevPPGhybrid3
 
CBR Interdisiplin Ilmu.docx
CBR Interdisiplin Ilmu.docxCBR Interdisiplin Ilmu.docx
CBR Interdisiplin Ilmu.docxRadoSimarmata1
 
Tugas 2_1804381_Sherlin Illene.docx
Tugas 2_1804381_Sherlin Illene.docxTugas 2_1804381_Sherlin Illene.docx
Tugas 2_1804381_Sherlin Illene.docxSherlinIllene1
 
Rpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang emRpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang emFerdino Hamzah
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Luhur Moekti Prayogo
 

Similar to Modul Interferensi (20)

Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
 
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docxMR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
 
Laporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi Cahaya
Laporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi CahayaLaporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi Cahaya
Laporan Proyek Kacamata 3D dengan Prinsip Polarisasi Cahaya
 
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdfSalinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final (4).pdf
 
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdfSalinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdf
Salinan_XI_Fisika_KD_3_10_Final.pdf
 
LKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdf
LKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdfLKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdf
LKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdf
 
Makalah fisika panel surya
Makalah fisika panel suryaMakalah fisika panel surya
Makalah fisika panel surya
 
Proposal media pembelajaran reflection box
Proposal media pembelajaran reflection boxProposal media pembelajaran reflection box
Proposal media pembelajaran reflection box
 
Optika geometri
Optika geometriOptika geometri
Optika geometri
 
Pemantulan cahaya
Pemantulan cahayaPemantulan cahaya
Pemantulan cahaya
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1
 
Cahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushie
Cahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushieCahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushie
Cahaya, Cermin dan Lenssa, by y ushie
 
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahayaLaporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
 
IPA Modul 2 KB 1 Rev
IPA Modul 2 KB 1 RevIPA Modul 2 KB 1 Rev
IPA Modul 2 KB 1 Rev
 
Pembentukan Bayangan
Pembentukan BayanganPembentukan Bayangan
Pembentukan Bayangan
 
CBR Interdisiplin Ilmu.docx
CBR Interdisiplin Ilmu.docxCBR Interdisiplin Ilmu.docx
CBR Interdisiplin Ilmu.docx
 
Tugas 2_1804381_Sherlin Illene.docx
Tugas 2_1804381_Sherlin Illene.docxTugas 2_1804381_Sherlin Illene.docx
Tugas 2_1804381_Sherlin Illene.docx
 
Rpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang emRpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang em
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
 
Biooptik fisika
Biooptik fisikaBiooptik fisika
Biooptik fisika
 

More from Mukhsinah PuDasya

LKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul FisisLKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul FisisMukhsinah PuDasya
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gammaMukhsinah PuDasya
 
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamMukhsinah PuDasya
 
Aplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat Padat
Aplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat PadatAplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat Padat
Aplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat PadatMukhsinah PuDasya
 
Makalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligatorMakalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligatorMukhsinah PuDasya
 

More from Mukhsinah PuDasya (9)

Makalah bandul fisis
Makalah bandul fisisMakalah bandul fisis
Makalah bandul fisis
 
LKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul FisisLKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul Fisis
 
Soal mid gelombang
Soal mid gelombangSoal mid gelombang
Soal mid gelombang
 
Uts gelombang
Uts gelombangUts gelombang
Uts gelombang
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
 
Efektivitas praktikum
Efektivitas praktikumEfektivitas praktikum
Efektivitas praktikum
 
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
 
Aplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat Padat
Aplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat PadatAplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat Padat
Aplikasi Radiasi Benda Hitam dan Kapasitas Zat Padat
 
Makalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligatorMakalah media pembelajaran aligator
Makalah media pembelajaran aligator
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 

Modul Interferensi

  • 1. Modul Optik 2012 2012 MODUL 6 Modul Optik INTERFERENSI Interferensi Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta didik dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan interferensi. Tujuan Disusun Oleh mahasiswa Pend.Fisika’09 Pembelajaran Khusus Univ.Sriwijaya Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta didik dapat: 1. Mendeskripsikan definisi dari interferensi cahaya. 2. Agus Airlingga NIM.06091011003 Mendeskripsikan syarat-syarat interferensi cahaya. 3. Mendeskripsikan konsep koherensi. Mukhsinah NIM.06091011003 4. Mendeskripsikan jenis-jenis interferensi cahaya. 5. Setia Lianawati NIM.06091011019 Mendeskripsikan intensitas inteferensi cahaya. 6. Interferometer Michelson. 7. Mendeskripsikan konsep kombinasi Hidayati NIM.06091011043 Fika Nurul interferensi dan difraksi cahaya. Kata Pengantar Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 1 2/25/2012
  • 2. Modul Optik 2012 Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan kebaikan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Modul Optik yang berjudul “Interferensi”. Modul ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Optik. Dalam modul ini dibahas materi-materi tentang interferensi, seperti peristiwa interferensi, jenis-jenis dan sumber interferensi, percobaan Fresnell dan percobaan Young. Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Optik, Apit Fathurahman, S.Pd, M.Si. yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan modul ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua, teman-teman dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik moral maupun materil dalam penyusunan modul ini. Penulis menyadari akan kekurangan yang terdapat modul ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat. Inderalaya, April 2012 TIM PENULIS Tim Penyusun 1. Agus Arlingga 06091011003 2. Mukhsinah 06091011008 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 2
  • 3. Modul Optik 2012 3. Setia Lianawati 06091011019 4. Fika Nurul Hidayati 06091011038 Daftar Isi Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi I. Tujuan Pembalajaran …………………………………………………………… 1 II. Pendahuluan ………….………………………………………………………… 2 III. Interferensi Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 3
  • 4. Modul Optik 2012 A. Pengertian Interferensi Cahaya ………………………………………..…… 2 B. Syarat terjadinya Interferensi Cahaya ………………………………….…… 4 C. Koherensi ……………………….………………….…….……….………… 4 D. Jenis-jenis Interferensi Cahaya ……….…………….………………….…… 6 1. Interferensi Cahaya Dua Sumber …………………………………….…… 6 2. Interferensi Cahaya dari Film Tipis …………….……….………………… 10 3. Interferensi dalam Waktu ………………………………………………… 17 E. Internsitas Pola Interferensi ………………………………………………… 18 F. Interferometer Michelson ………………………….………….…………… 23 G. Kombinasi Interferensi dan Difraksi …………………….……….………… 26 IV. Penutup Kesimpulan ……………………………………………………………………… 27 Tes Formatif …………………………………………………………………………… 29 Kunci Jawaban ………………………………………………………………………… 2 Daftar Pustaka Pendahuluan Sebuah noda minyak hitam yang pada jalanan beraspal dapat terlihat indah setelah hujan, ketika minyak itu merefleksikan warna-warna pelangi. Refleksi warna-warna itu dapat juga dilihat dari permukaan gelelmbung sabun dan compact disc (CD). Pemandangan yang sudah biasa kita lihat ini memberikan sebuah petunjuk kepada kita bahwa ada aspek-aspek cahaya yang belum kita selidiki. Dalam pembahasan kita mengenai lensa, cermin, dan instrumen optis kita menggunakan model optika geometrik, dimana kita menyatakan cahaya sebagai sinar-sinar, yakni garis-garis lurus yang dibelokkan pada permukaan yang merefleksikan cahaya atau yang merefraksikan cahay. Tetapi banyak aspek perilaku cahaya tidak dapt dipahami berdasarkan sinar. Kita telah mempelajari bahwa secara fundamental, cahaya adalah sebuah gelombang, dan dalam beberapa Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 4
  • 5. Modul Optik 2012 hal kita harus meninjau sifat-sifat gelombangnya secara eksplisit. Jika dua atau lebih gelombang cahay yang frekuensinnya sama tumpang tindih di sebauh titik, maka efek totalnya bergantung pada fasa-fasa gelombang tersebut dan dan juga bergantung pada amplitudo-amplitudonya. Pola cahaya yang dihasilkan adalah sebuah resultan dari sifat gelombang dari cahaya dan tidak dapat dipahami berdasarkan sinar. Efek otomatis yang bergantung pada sifat gelombang dari cahay dikelompokkan di bawah topic optika fisis. Dalam modul ini kita akan meninjau fenomena interferensi yang terjadi bila dua gelombang bergabung. Warna-warna yang terlihat dalam film minyak dan gelembung sabun adalah akibat interferensi di antara cahaya yang direfleksikan dari permukaan depan dan permukaan belakang sebuah film minyak yang tipis atau larutan sabun. Efek yang terjadi bila banyak sumber gelombang yang hadir dinamakan fenomena difraksi. INTERFERENSI A. PENGERTIAN INTERFERENSI CAHAYA Interferensi merupakan perpeduan dua gelombang atau lebih yang memiliki beda fase konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat menghasilkan suatu pola gelombang baru. Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi gelombangnya. Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun (interferensi konstruktif) jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak (interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan. Gambar: Interferensi bersifat membangun Gambar: Interferensi bersifat merusak Sumber: http://blog.uad.ac.id Sumber: http://blog.uad.ac.id Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua gelombang cahaya harus koheren, yaitu memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta selisih fase tetap. Young melakukan percobaan, dimana celah sempit akan menghasilkan sumber cahaya baru yang memiliki beda fasa sama atau konstan sehingga disebut koheren. Sumber Internet Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 5
  • 6. Modul Optik 2012 http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198 2112-WIENDARTUN/2-_Cahaya_Mklh.pdf http://tienkartina.wordpress.com/2010/08/21/interferensi-cahaya/ B. SYARAT TERJADI INTERFERENSI CAHAYA Cahaya merupakan gelombang, yaitu lebih spesifiknya gelombang elektromagnetik. Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih berkas sinar yang bergabung pada satu titik. Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka penampakan interferensinya akan sulit untuk diamati. Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu: 1. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya haruslah memiliki beda fasa yang selalu tetap. 2. Kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang sama. 3. Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitudo yang hampir sama. 4. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain, termasuk cahaya natural/alami. Sumber Internet http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4- INTERFERENSI-CAHAYA.pdf http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&i d=39&Itemid=88 http://blog.uad.ac.id/dianretnowati/2011/12/05/interferensi-cahaya/ C. KOHERENSI Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang gelombangnya sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama secara permanen dan kedua sumber tersebut bergetar bersama. Dua sumber monokromatik yang mempunyai frekuensinya sama dengan sebarang hubungan beda fasa, , konstan yang tertentu (tidaak harus sefasa) terhadap waktu itulah yang dikatakan koheren. Jika syrat ini dipenuhi, maka akan diperoleh pola garis interferensi yang baik dan stabil. Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di titik P berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat mungkin dipenuhi syarat saling menghapuskan, tetapi pada saat berikutnya dapat terjadi penguatan). Sifat beda fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik pada layar, sehingga hasil yang nampak adalah terang yang meratapada layar. Dalam keadaan ini kedua sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren). Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 6
  • 7. Modul Optik 2012 Gambar: Dua sumber gelombang koheren Sumber: http://phys.unpad.ac.id Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom memancarkan cahaya secara kooperatif. Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat sumber cahaya tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran cahayanya sangatlah monokromatik, kuat dan sangat terkumpul. Alat ini di sebut dengan laser (light amplification through stimulated emission of radiation). Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan: 1. Menjumlahkan amplitudo masing-masing gelombang secara vektor dengan memperhitungkan beda fasadi dalamnya. 2. Menguadratkan amplitudo resultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas resultan. Gambar: Gelombang Koheren Sumber: http://www.phys.itb.ac.id Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya dapat diperoleh dengan: 1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang sebanding dengan intensitas masing-masing berkas, baru kemudian 2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan. Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 7
  • 8. Modul Optik 2012 Gambar: Gelombang Inkoheren Sumber: http://www.phys.itb.ac.id Langkah-langkah di atas, sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk sumber cahaya yang tidak saling bergantungan, intensitas resultan pada setiap titik selalu lebih besar daripada intensitas yang dihasilkan oleh masing-masing sumber di titik tersebut. Sumber Internet http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4- INTERFERENSI-CAHAYA.pdf http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p df D. JENIS-JENIS INTERFERENSI CAHAYA 1. Interferensi Cahaya Dua Sumber (Percobaan Thomas Young 1801) Jika dua gelombang mekanis berfrekuensi sama yang merambat dalam arah yang sama (hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan terhadap waktu, maka dapat terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga energinya tidak didistribusikan secara merata dalam ruang, tetapi pada titik tertentu dicapai haraga maksimum, dan pada titik-titik lain merupakan harga minimum. Melalui percobaannya Young berhasil memeperoleh panjang gelombang cahaya dan ini merupakan hasil pengukuran pertama bagi besaran yang sangat penting ini. Gambar: Pola interferensi percobaan Young Sumber: http://narasomanotebook.blogspot.com Young melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil a pada layar S1. Sinar yang keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada lubang kecil b dan c pada layar S2. Di sinipun terjadi peristiwa difraksi dan gelombang yang telah melewati layar S2 menyebar dan saling tumpang tindih. Persyratan optika geometri, bahwa a >> λ (a adalah diameter lubang) jelas tidak terpenuhi di sini. Lubang tidak memberikan bayang-bayang geometris, Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 8
  • 9. Modul Optik 2012 tetapi bertindak sebagai sumber gelombang Huygens yang menyebar. Namun dalam hal ini kita gunakan optika gelombang. Gambar: Efek interferensi Young Sumber: Buku Fisika Jilid 2 Edisi 3, Gambar kita memperhatikan gambar di atas dengan seksama, maka akan tampak adanya penghapusan (perusakan) gelombang, dan diantaranya juga saling memperkuat. Jika sebuah layar dipasang dalam daerah kedua gelombang ini maka diharapkan diperoleh pola terang dan gelap silih berganti pada layar tersebut. Misalkan cahaya yang datang hanya berasal dari satu panjang gelombang, percobaan Young dapat dianalisa secara kuantitatif seperti pada gambar di bawah ini. S a Gambar: Interferensi Young berasal dari satu panjang gelombang Sumber: http://fisikon.com Pada gambar di atas dengan S sebagai sumber sinar, A adalah titik sembarang pada layar yang berjarak r1 dari celah sempit S2 dan r2 dari celah sempit S2. Tariklah garis S2 ke B sehingga panjang garis AS1 dan AB sama. Jika jarak celah d jauh lebih kecil daripada jarak kedua layar ( ) maka S1B hampir tegak lurus kepada r1 dan r2. Hal ini berarti bahwa sudut S2S1B hampir sama dengan sudut . Dengan demikian hal ini mengatakan bahwa r1 dan r2 sejajar. Keadaan interferensi di titik A di tentukan oleh banyaknya panjang gelombang yang termuat dalam segmen S1B (beda lintasan/ r2-r1). Agar di titik A diperoleh maksimum, maka S1B = d sinθ haruslah kelipatan bulat dari panjang gelombang. dengan m = 0, 1, 2, … Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 9
  • 10. Modul Optik 2012 menjadi dengan m = 0, 1, 2, … …(1) dengan d = jarak kedua celah (m) m = orde (0, 1, 2, 3, dst) λ = panjang gelombang (m) θ = sudut Letak maksimum di atas titik O simetris dengan letak maksimum di bawah titik O. Sedangkan maksimum di titik pusat O (sentral O) dinyatakan dengan harga m=0. Untuk keadaan minimum di titik A, S1B = d sinθ harus merupakan kelipatan ½ bulat dari panjang gelombang, yaitu dengan m = 0, 1, 2, … …(2) Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah urutan pita terang dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah sebuah pita terang yang bersesuaian dengan m=0 seperti yang dijelaskan di atas. Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p). Dalam hal ini p kita umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan berikut. …(3) Dalam eksperimen seperti ini, jarak seringkali jauh lebih kecil dari jarak dari celah-celah itu kelayar tersebut. Maka adalah sangat kecil, hampir sama dengan dan …(4) Jika kita ketahui bahwa , maka …(5) Kita dapat mengukur dan d, serta posisi dari pita-pita terang itu, sehingga eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari panjang gelombang (λ). Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai dengan persamaan di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara celah-celah itu. Semakin berdekatan celah-celah tersebut, maka akan semakin tersebarlah pola- pola interferensinya, begitu sebaliknya. Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja. Dan persamaan ini hanya dapat digunakan jika jarak dari celah-celah ke layar jauh lebih besar daripada pemisahan celah d dan jika jauh lebih besar dari jarak dari pusat pola interferensi ke pita terang ke- . Sumber Internet http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p df Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 10
  • 11. Modul Optik 2012 http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&i d=40&Itemid=89 2. Interferensi Cahaya dari Film Tipis Kita pasti sering melihat sebuah pemandangan warna-warna pada gelembung sabun. Peristiwa ini merupakan peristiwa dimana gelombang cahaya direfleksikan dari permukaan-permukaan yang berlawanan dari film tipis seperti itu, dan interferensi konstruktif diantara kedua gelombang yang direfleksikan itu (panjang lintasan yang berbeda) terjadi di tempat berbeda untuk panjang gelombang (λ) yang berbeda pula mengakibatkan adanya perbedaan fasa di antara kedua gelombang tersebut. Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari adalah gabungan dari berbagai macam warna dari spektrum kasat mata. Di lain fihak, warna pada gelombang sabun, bukan disebabkan olehpembiasan. Hal ini terjadi karena interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang dipantulkan oleh suatu lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang. Gambar: Pita-pita warna yang terlihat pada gelembung sabun Sumber: http://blog.uad.ac.id Gambar: Interferensi sinar refleksi pada film tipis Sumber: http://fisikon.com Peristiwa seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas menunjukkan cahaya yang menyinari permukaan atas dari sebuah film tipis yang mempunyai ketebalan sebagian direfleksikan di permukaan bagian atas. Cahaya yang ditransmisikan melalui permukaan atas, sebagian didirefleksikan di pemukaan bagian bawah. Kedua gelombang yang direfleksikan itu nantinya akan berkumpul di titik P yang berada di retina mata. Kedua gelombang tersebut kemudian dapat berinterferensi secara konstruktif maupun destruktif (tergantung dari fasa yang dimiliki kedua gelombang tersebut). Warna-warna yang berbeda pada pita warna Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 11
  • 12. Modul Optik 2012 menunjukkan panjang gelombang yang berbeda-beda, sehingga untuk beberapa warna dapat mengalami interferensi konstruktif dan sebagian lagi mengalami interferensi destruktif. Kemudian kita lihat peristiwa cahaya monokromatik yang direfleksikan dari dua permukaan yang hampir paralel yang masuk dalam arah yang hampir normal. Situasinya sama seperti pada interferensi akibat refleksi cahaya yang menyinari film tipis. Bedanya situasi ini memiliki ketebalan film yang tidak homogeny. Selisih lintasan di antara kedua gelombang tersebut, persis dua kali tebal dari lapisan udara di setiap titik. Pada titik dimana adalah kelipatan bulat dari panjang gelombang, maka kita akan melihat interferensi konstruktif dan sebuah pola terang. Pada titik-titik dimana adalah kelipatan setengan bilangan bulat dari panjang gelombang, kita berharap akan melihat interferensi destruktif dan sebuah pola gelap. Dan di sepanjang garis dimana pelat-pelat itu bersentuhan, secara praktis tidak ada selisih lintasan dan kita berharap akan mendapatkan sebuah pola terang. Jika hal-hal tersebut tidak kita temukan (menyimpang dari yang di teorikan) maka itu menunjukkan bahwa salah satu dari gelombang yang direfleksikan itu telah mengalami pergeseran fasasetengah siklus selama refleksinya meskipun panjjang gelombangnya tetap sama. Menurut Maxwell pergeseran fasa tersebut dapat di perkirakan dengan persamaannya menurut sifat elektromagnetik dari cahaya. Misal sebuah gelombang cahaya dengan amplitudo medan listrik merambat dalam sebuah amaterian optik yang lain dengan indeks refraksi . Amplitudo dari gelombang yang direfleksikan dari antarmuka itu sebanding dengan amplitudo i dari gelombang yang masuk dan diberikan oleh: (arah masuk normal) …(6) Hasil ini memperlihatkan bahwa amplitudo yang masuk dan di refleksikan mempunyai tanda sama bila lebih besar dari dan berlawanan tanda bila lebih besar dari . > Gambar di samping ini menunjukkan bila > , cahaya merambat lebih lambat dalam medium pertama dibanding dalam medium kedua. Dalam kasus ini, dan Gambar: Gelombang cahaya saat > mempunyai tanda sama, dan Sumber: Buku Fisika Universitas pergeseran fasa dari gelombang yang direfleksikan relative terhadap gelombang yang masuk adalah sama dengan nol. Hal ini analog dengan refleksi sebuah gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang berat di sebuah titik di mana tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang lebih ringan atau sebuah cincin yang dapat bergerak secara vertical tanpa gesekan. Gambar di samping ini = menjelaskan bila = , amplitudo dari gelombang yang direfleksikan itu adalah Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 12 Gambar: Gelombang cahaya saat = , Sumber: Buku Fisika Universitas
  • 13. Modul Optik 2012 nol. Gelombang cahaya yang masuk tidak dapat “melihat” antarmuka itu dan tidak ada gelombang yang direfleksikan. < Sedangkan gambar di atas menunjukkan bahwa < , cahaya merambat lebih lambat dalam material kedua daripada dalam material pertama. Dalam Gambar: Gelombang cahaya saat < kasus ini, dan Sumber: Buku Fisika Universitas mempunyai tanda yang berlawanan, dan pergeseran fasa dari gelombang yang direfleksikan itu relatif terhadap gelombang yang masuk adalah π rad (180° atau setengah siklus). Ini analog dengan refleksi (dengan inversi) sebuah gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang ringan di sebuah titik di mana tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang lebih berat atau sebuah penopang tegak. Gelombang-gelombang tyang direfleksikan dari garis persenuthan tidak tidak mempunyai selisih lintasan untuk memberikan pergeseran fasa tambahan dan gerlombang-gelombang itu berinterferensi secara destruktif. Pembahasan di atas dapat kita simpulakn secara matematis. Jika film tersebut mempunyai tebal , cahaya masuk dalam arah normal dan dengan panjang gelombang λ dalam film tersebut, jika tidak ada satupun dari gelombang- gelombang itu atau jika kedua gelombang yang direfleksikan dari kedua permukaan itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus, maka syarat untuk interferensi konstruktif adalah: (Refleksi destruktif dari film tipis, …(7) (dengan 0, 1, 2, …) tidak ada pergeseran fasa relatif) Akan tetapi, bila satu dari kedua gelombang itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus, persamaan ini adalah syarat untuk interferensi destruktif. Demikian juga jika tidak satupun dari gelombang-gelombang atau jika keduanya mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka syarat untuk interferensi destruktif dalam gelombbang-gelombang yang direfleksikan itu adalah: …(8) (dengan 0, 1, 2, …) (refleksi konstruktif dari film tipis, tidak ada pergeseran fasa relatif siklus) Akan tetapi jika satu gelombang mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka inilah syarat untuk interferensis konstruktif. Sumber Internet http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&i d=42:interferensi-pada-lapisan-tipis-&catid=6:gelombang- cahaya&Itemid=92 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 13
  • 14. Modul Optik 2012 http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p df Cincin Newton Gambar di bawah memperlihatkan permukaan cembung sebuah lensa yang bersentuhan dengan sebuah pelat kaca yang rata. Sebuah film udara dibetuk di antara kedua permukaan itu. Bila kita memandang susunan itu dengan cahaya monokromatik, maka kita akan melihat cincin-cincin interferensi yang berbentuk lingkaran. Seperti pada gambar di sebelah kanan. Gambar: Film Udara antara Sebuah Lensa Cembung dengan Permukaan Rata Gambar: Potret Cincin Newton Sumber: http://nenysmadda.ucoz.org Sumber: http://id.wikipedia.org Jika kita memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan, maka pusat pola itu terlihat berwarna hitam. Kita dapat menggnakan pita interferensi untuk membandingkan permukaan dari dua bagian optis dengan menempatkan keduanya bersentuhan dan dengan mengamati pita-pita interferensi. Gambar di sebelah kanan merupakan potret yang dibuat selama pengasahan sebuah lensa objektif teleskop. Garis-garis bentuk itu adalah pita-pita interferensi Newton, setiap pitanya menunjukkan sebuah jarak tambahan di antara bahan contoh dan induk sebesar setengah panjang gelombang (½ λ). Pada 10 garis pada noda pusat, jarak antara kedua permukaan itu adalah lima panjang gelombang (5 λ), atau kira-kira sebesar 0,003 mm. ini belum dapat dikatakan sangat baik, lensa dikatakan berkualitas tinggi jika diasah secara rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang gelombang. Permukaan cermin premier dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble di asah sampai ketelitian yang lebih baik dari pada seper limapuluh panjang gelombang (1/50 λ). Tapi sayang sekali, terleskop tersebut diasah dengan spesifikasi yang tidak benar, yang menciptakan salah satu kesalahan yang paling teliti dalam sejarah teleskop optis. Dan interferensi maksimum/lingkaran terang adalah: dengan …(9) Sedangkan interferensi minimum/lingkaran gelap adalah: dengan …(10) dengan n = indeks bias udara = 1 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 14
  • 15. Modul Optik 2012 m = orde interferensi (1, 2, 3, … dst) R = jari-jari lengkungan lensa Plan Konveks = jari-jari lingkaran terang/ gelap ke-m Untuk jari-jari ke-m lingkaran terang diberikan pada : Untuk jari-jari ke-m lingkaran gelap diberikan pada : Sumber Internet http://nenysmadda.ucoz.org/news/cincin_newton/2010-09-03-16 http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Newton Lapisan Nonreflektif dan Lapisan Reflektif Lapisan non reflektif untuk permukaan lensa memanfaatkan interferensi film tipis. Sebuah lapisan tipis atau film yang material tembus cahayanya keras, dengan indeks refraksi yang lebih kecil daripada indeks refraksi dari kaca di letakkan di atas permukaan lensa tersebut. Dalam kedua refleksi, cahaya direfleksikan dari sebuah medium yang indeks refraksinya lebih besar daripada indeks refraksi di mana cahaya itu berjalan., sehingga perubahan fasa yang sama terjadi dalam kedua refleksi. Jika tebalnya film tersebut adalah seperempat dari panjang gelombang dalam film tersebut (cahaya dianggap masuk dari arah normal), maka selisih lintasan total adalah setengah panjang gelombang. Cahaya yang direfleksikan dari permukaan pertama akan berbeda fasa dengan cahaya yang direfleksikan dari permukaan kedua sebesar setengah siklus, dan terdapat interferensi destruktif. Ketebalan lapisan nonreflektif itu dapat mencapai sebesar seperempat panjang gelombang hanya untuk satu panjang gelombang tertentu. Ini biasanya dipilih dalam bagian kuning-hijau tengah dari spectrum, dimana tangkapan mata paling peka. Maka akan lebib banyak refleksi pada panjang gelombang yang lebih panjang (merah) dan pada panjang gelombang yang lebih pendek (biru), dan cahaya yang direfleksikan mempunyai warna ungu. Jika material yang tebalnya seperempat panjnag gelombang dengan indeks refraksi yang lebih besar daripada indeks refraksi kaca ditempatkan di atas kaca, maka reflektivitasnya akan bertambah besar, dan material yang ditempatkan itu di sebut lapisan reflektif. Dengan menggunakan lapisan ganda, akan dimungkinkan mencapai hampir 100% transmisi atau refleksi untuk panjang gelombang tertentu. Beberapa pemakaian praktis dari pelapisan ini adalah untuk pemisahan warna dalam kamera televise berwarna dan untuk reactor kalor inframerah dalam proyektor gambar hidup, sel surya, dan kelep astronot. Sumber Internet http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4- INTERFERENSI-CAHAYA.pdf Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 15
  • 16. Modul Optik 2012 3. Interferensi dalam Waktu Fenomena interferensi yang telah dibahas sejauh ini melibatkan superposisi dari dua gelombang atau lebih, yang frekuensinya sama. Oleh karena itu amplitudo osilasi dar elemen medium berubah sesuai posisi elemen dalam ruang, yang kita sebut fenomena tersebut sebagai interferensi spasial. Sekarang kita akan mengamati jenis interferensi jenis lainnya. Interferensi ini dibentuk dari superposisi dua gelombang yang memiliki frekuensi yang sedikit berbeda. Ketika dua buah gelombang diamati pada titik superposisi, keduanya keluar dan masuk fase secara periodik. Artinya terdapat perubahan temporal (waktu) antara interferensi destruktif dan konstruktif. Maka dari itu, kita katakana ini sebagai interferensi dalam waktuatau interferensi temporal. Sebagai contoh, jika dua garputala dengan frekuensi yang sedikit berbeda dipukulkan, kita akan mendengar suara amplitudo yang berubah secara periodik. Fenomena ini disebut detakan. Detakan adalah fariasi berkala dalam aamplitudo pada titik tertentu akibat dari superposisi dua gelombang yang berfrekuensi sedikit berbeda. Jumlah amplitudo maksimum yang dapat didengar perdetik, atau frekuensi detak, sama denga selisih dari frekuensi di antara kedua sumber. Ktika frekuensi detaknya melampaui nilai ini, detak-detak berpadu secara halus dan tidak dapat dibedakan dengan suara yang membentuknya. Perhatikan dua gelombang suara dengan maplitudo yang sama, yang merambat melalui sebuah medium dengan frekuensi yang sedikit berbeda, dan . …(11) …(12) Dengan menggunakan prinsip superposisi, kita dapatkan fungsi gelombang resultan pada titik ini: …(13) Identitas trigonometri Kemungkinan kita untuk menuliskan pernyataan untuk sebagai …(14) Dari persamaan di atas, kita lohat bahwa suara yang dihasilkan untuk seorang pendengar yang berdiri pada titik maupun memiliki frekuensi efektif yang sama dengan frekuensi rata-rata dan amplitudo yang besarnya dinyatakan dalam tanda kurung siku: …(15) Artinya amplitudo dan oleh karena itu intensitas suara yang dihasilkan berubah seiring waktu. Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 16
  • 17. Modul Optik 2012 Perhatikan bahwa sebuah maksimum dalam amplitudo gelombang suara resultannya terdeteksi setiap kali Ini berarti terdapat dua maksima dalam masing-masing periode dari gelombang resultan. Oleh karena itu amplitudonya berubah sesuai dengan frekuensi ketika , maka jumlah detak perdetik, atau frekuensi detak , adalah dua kali lipat nilai ini, artinya …(16) E. INTENSITAS POLA INTERFERENSI Dalam sebuah pola interferensi terdapat posisi intensitas maksimum dan posisi intensitas minimum. Untuk mencari intensitas sembarang titik pada pola itu, kita harus menggabungkan kedua medan yang berubah secara sinusoidal di sebuah titik dalam pola radiasi tersebut, dengan memperhitungkan selisih fasa dari kedua gelombang itu di titik , yang dihasilkan dari selisih lintasan. Maka intensitas itu sebanding dengan kuadrat amplitudo medan listrik resultan. Untuk menghitung intensita itu, kita akan menganggap bahwa kedua fungsi sinusoidal tersebut mempunyai amplitudo yang sama dan bahwa medan terletak sepanjang garis yang sama. Ini menganggap bahwa sumber-sumber itu identik dan ini mengabaika selisih amplitudo yang kecil yyang disebabkan oleh panjang lintasan yang tak sama (amplitudonya berkurang seiring dengan jarak yang semakin bertambah dari sumber itu). Jika kedua sumber itu sefasa, maka glombang-gelombang yang tiba di berbeda fasa sejumlah yang sebanding dengan selisih lintasannya, . Jika sudut fasa antara gelombang- gelombang yang tiba ini adalah , maka kita dapat menggunakan pernytaan berikut untuk kedua medan listrik yang disuperposisikan di . Superposisi dari kedua medan itu di adalah sebuah fungsi sinusoidal dengan suatu amplitudo yang bergantung pada dan selisih fasa . Pertama kita akan mengerjakan pencarian amplitude jika dan diketahui. Kemudian kita akan mencari internsitas dari gelombang resultan itu, yang sebanding dengan . Amplitudo dalam Interferensi Dua Sumber Untuk menambahkan kedua fungsi sinusoidal itu dengan sebuah selisih fasa, kita menggunakan representasi fasor yang sama seperti yang kita gunakan untuk gerak harmonik sederhana dan untuk tegangan dan arus dalam rangkaian bolak-balik. Setiap fungsi sinusoidal dinyatakan oleh sebuah vektor yang berotasi (fasor) yang proyeksinya pada sumbu horizontal pada sebarang saat menyatakan nilai sesaat fungsi sinusoidal itu. Diagram fasor menunjukkan bahwa adalah komponen horizontal dari fasor untuk gelombang dari sumber , dan adalah komponen horizontal dari Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 17
  • 18. Modul Optik 2012 fasor untuk gelombang dari sumber . Kedua fasor mempunyai besar yang sama, tetapi fasa mendahului fasa sebesar sudut . Kedua fasor berotasi dalam arah yang berlawanandengan arah jarum jam dengan kecepatan sudut yang konstan, dan jumlah dari proyeksi-proyeksi pada sumbu horizontal itu pada sebarang waktu memberikan nilai sesaat dari medan total di titk . Jadi besarnya amplitudo dari gelombang sinusoidal resultan di ditunjukkan dengan besar fasor merah gelap dalam diagram itu ( ). Itulah jumlah vektor dari kedua fasor lainnya. Untuk mencari , kita menggunakan hukum kosinus dan identitas tirgonometri . …(17) Kemudian dengan menggunakan , kita mendapatkan amplitudo dalam …(18) interferensi dua sumber Bila kedua gelombang itu sefasa, dan . Bila kedua gelombang itu berbeda fasa secara eksak sebesar setangah siklus, , , dan , jadi superposisi dari dua gelombang sinusoidal dengan frekuensi yang sama dan amplitudo yang sama tetapi dengan sebuah selisih fasa akan menghasilkan sebuah gelombang sinusoidal yang frekuensinya sama dan sebuah amplitude di antara nol dan dua kali amplitude individu, yang bergantung pada selisih fasa. Intensitas dalam Interferensi Dua Sumber Intensitas, dapat dinyatakan dalam salah satu bentuk ekuivalen berikut. Persamaan di atas menunjukkan bahwa sebanding dengan . Jika perrsamaan amplitudo interfeerensi untuk dua sumber disubstitusikan ke dalam persamaan di atas, maka akan diperoleh: …(19) Itu berarti intensitas maksimum , yang terjadi pada titik-titik di mana selisih fasa sama dengan nol , adalah …(20) Jika intensitas maksimum adalah empat kali (bukan dua kali) besarnya intensitas dari setiap sumber individu. Dengan mensubstitusikan pernyataan untuk ke dalam persamaan 18, kita dapat mendapatkan intensitas di sebarang titik secara sangat sederhana dalam intensitas maksimum . Intensitas dalam interferensi dua sumber Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 18
  • 19. Modul Optik 2012 …(21) Jika kita rata-ratakan ini pada semua selisih fasa yang mungkin, maka hasilnya adalah (rata-rata dari adalah ). Ini hanyalah dua kali intensitas dari setiap sumber individu, seperti yang seharusnya diharapkan. Keluaran energi total dari kedua sumber itu tidak diubah oleh efek interferensi, tetapi energi itu didistribusikan kembali. Untuk beberapa sudut fasa, intensitas itu adalah empat kali besarnya intensitas untuk sebuah sumber individu, tetapi untuk sudut fasa lainnya intensitas itu adalah nol. Sehingga intensitas itu menjadi seimbang. Selisih Fasa dan Selisih Lintasan Selanjutnya kita harus mencari selisih fasa di antara kedua medan di titik dikaitkan dengan geometri situasi itu. Kita mengetahui bahwa sebanding dengan selisih panjang lintasan dari kedua sumber itu ke titik . Bila selisih lintasan merupakan satu panjang gelombang, maka selisih fasa itu adalah satu siklus, dan . Bila selisih lintasan adalah , maka , dst. Rasio selisih fasa dengan 2π sama dengan rasio selisih lintasan terhadap λ. …(22) Jadi sebuah selisih lintasan menyebabkan sebuah selisih fasa ditunjukkan oleh Selisih fasa yang dikaitkan …(23) dengan selisih lintasan dimana adalah bilangan gelombang jika material dalam ruang di antara sumber dan adalah sesuatu selain dari ruang hampa, aka kita harus menggunakan panjang gelombang dalam material persamaan di atas. Jika material itu mempunyai indeks refraksi , maka dan , di mana dan berturut-turut adalah panjang gelombang dan bilangan gelombang dalam ruang hampa. Jika titik itu jauh sekali dari sumber dibandingkan dengan pemisahan sumber- sumber , maka selisih lintasan itu diberikan oleh persamaan Dengan menggabungkan ini dengan persamaan selisih fasa yang dikaitkan dengan selisih lintasan akan didapatkan: …(24) Bila kita mensubstitusikan ini ke dalam persamaan intensitas dalam interferensi dua sumber, akan didapatkan: Intensitas yang jauh …(25) dari dua sumber Arah intensitas maksimum terjadi bila kosinus itu mempunyai nilai +1, yakni bila (dengan +0, +1, +2, …) Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 19
  • 20. Modul Optik 2012 atau Pada interferensi dengan yang ditimbulakan oleh dua celah denga menggunakan layar yang ditempatkan dengan jarak dari celah-celah itu. Posisi pada layar itu dijelaskan dengan koordinat , dimana biasanya . Dalam kasus tersebut, secaar aproksimasi sama dengan , dan intensitas di sebarang titik pada layar itu sebagai fungsi dari . Intensitas dalam …(26) interferensi dua celah Sumber Internet http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4- INTERFERENSI-CAHAYA.pdf http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p df http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4- INTERFERENSI-CAHAYA.pdf F. INTERFEROMETER MICHELSON Sebuah alat eksperimntal panting yang menggunakan interferensi adalah interferometer Michelson. Seabad yang lalu, alat tersebut menjadi salah saaatu eksperimen kunci yang menyokong teori relativitas. Sekarang ini interferometer Michelson telah digunakan untuk melkukan pengukuran yang teliti dari panjang gelombang, dan juga melakukan pengukuran yang teliti dari jarak-jarak yang sangat kecil, seperti perubahan ketebalan yang sangat kecil dari sebuah axon bila sebuah impuls saraf merambat sepanjang saraf itu. Seperti halnya dengan eksperimen dua celah Young, interferometer Michelson mangambil cahaya monokromatik dari sebuah sumber tunggal dan membaginya ke dalam kedua gelombang yang mengikuti lintasan-lintasan yang berbeda. Dalam eksperimen young, ini dilakukan dengan mengirimkan sebagian cahaya itu melalui satu celah dan sebagian melalui celah yang lain. Dalam sebuah interferometer Michelson digunakan sebuah alat yang dinamakan pembelah sinar. Interferensi terjadi pada kedua eksperimen tersebut bila kedua gelombang cahaya ini digabung kembali. Komponen-komponen utama yang ada pada interferometer utama dari sebuah interferometer Michelson diperlihatkan seperti pada gambar di bawah ini, dimana sebuah sinar cahaya monkromatik A menumbuk pembelah asinar C, yang merupakan sebuah pelat kaca dengan lapisan perak yang tipis pada sisi kanannya. Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 20
  • 21. Modul Optik 2012 Gambar: Skema Interferometer Michelson Sumber: http://www.cramster.com Sebagian cahaya (sinar 1) lewat melalui permukaan yang dilapisi perak itu dan pelat pengganti D dan refleksikan dari cermin . Cahaya itu kembali melalui D dan direfleksikan dari permukaan C yang dilapisai perak itu ke pengamat. Selebihnya, sisa cahaya itu (sinar 2) direfleksikan dari permukaan perak pada titik P menuju cermin dan kembali melalui C ke mata pengamat. Tujuan dari pelat pengganti D adalah untuk memastikan bahwa sinar 1 dan sinar 2 lewat melalui ketebalan kaca yang sama . Pelat D dipotong dari potongan kaca yang sama seperti pelat C, sehingga ketebalannya identik sampai dengan pecahan sebuah panjang gelombang. Keseluruhan alat dalam gambar di atas, dinaikkan ke atas sebuah kerangka yang sangat tegar, dan posisi cermin dapat diatur dengan sebuah skrup micrometer halus yang sangan teliti. Jika jarak dan jarak persis sama dan cermin dan cermin persisi saling tegak lurus, maka bayangan maya dari yang dibentuk oleh refleksi pada permukaan pelat C yang dilapisi perak itu berimpit dengan cermin . Jika tidak persisi dengan , maka bayangan yang dari digeserkan sedikit dai . Dan jika cermin-cermin itu tidak persisi tegak lurus, bayangan dari membenatuk sebuah sudut kecil dengan . Maka cermin dan bayangan maya dari memainkan peran yang sama seperti dua permukaan sebuah film tipis yang berbentuk baji, dan cahaya yang direfleksikan dari permukaan-permukaa n ini membentuk pita-pita interferensi yang jenisnya sama. Misalnya sudut di antara cermin dan bayangan maya dari persis cukup besar sehingga lima atau enam pita vertikal hadir dalam medan pandang itu. Jika kita sekarang menggerakkan cermin pelan-pelan sejauh λ/2, baik ke belakang maupun ke depan, maka selisih panjang lintasan antara sinar 1 dan sinar 2 berubah sebanyak λ, dan setiap pita bergerak ke kiri atau ke kanan sejauh yang sama dengan jarak antara pita. Jika kita mengamati posisi-posisi pita itu melalui sebuah teleskop dengan sebuah lensa mata rambut bersilang dan pita menyilang rambut bersilang itu bila kita menggerakkan cermin tersebut sejauh , maka panjang gelombang interferensi maksimum pada interferometer Michelson adalah , atau …(27) Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 21
  • 22. Modul Optik 2012 Sedangkan panjang gelombang interferensi minimum pada interferometer Michelson adalah sebaga berikut atau …(28) Jika adalah beberapa ribu, maka jarak itu cukup besar sehingga dapat dukur dengan ketelitian yang baik, dan kita mendapatkan sebuah nilai yang teliti untuk panjang gelombang . Secara alternatif, jika panjang gelombang itu diketahui, maka jarak dapat diukur dengan hanya menghitung pita-pita ketika dipindahkan oleh jarak ini. Dengan cara ini, jarak-jarak yang dapat dibandingkan dengan sebuah panjnag gelombang cahay dapat diukur dengan cara yang relatif mudah. Pemakaian interferometer Michelson pada mulanya adalah untuk kepentingan eksperimen Michelson-Morley yang bersejarah. Sebelum teori elektromagnetik mengenai cahaya teori relativitas khusus Einstein diaaakui. Pad tahun 1887 Michelson-Morley menggunakan interferometer itu dalam usahah unutk mendeteksi gerak bumi melalui eter. Kini dalam perkembanganya sistem yang sederhana digabungkan dengan teknologi komputer sehingga dengan transformasi Fouriernya mampu menterjemahkan sinyal-sinyal yang diperoleh dalam data irisan. Sistem ini telah berkembang tidak hanya di sistem optik/mata, namun telah berkembang di endoskopi, kedokteran gigi, dan uji material. Sumber Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Interferometer_Michelson http://staff.blog.ui.ac.id/supriyanto.p/2009/01/28/pengembangan- interferometer-michelson/ http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/9128/9128.pdf http://www.scribd.com/doc/81916056/Analisis-Pola-Interferensi-Pada- Interferometer-Michelson-Untuk-Menentukan-Panjang-Gelombang- Sumber-Cahaya G. KOMBINASI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI Pembahasan tentang interferensi dua celah yang terdahulu didasarkan pada anggapan bahwa lebar celah. Akibatnya interferensi maksimum yang didapat mempunyai bentuk yang rata. Pada kenyataannya jika lebar celah tidak kecil, maka akan terjadi difraksi pada masing-masing celah. Akibatnya pola intensitas maksimum yang didapat tidak lagi rata. Pola intensitas interferensi dua celah (yang celahnya mempunyai lebar tertentu) dapat diperoleh dengan mengalikan fungsi intensitas hasil interferensi Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 22
  • 23. Modul Optik 2012 dan fungsi intensitas hasil difraksi. Fungsi intensitas interferensi dua celah yang jarak antar celahnya d adalah Fungsi intensitas difraksi celah tunggal yang lebarnya a adalah Sehingga pola intensitas interferensi dua celah yang masing-masing celah lebarnya a dan jarak antar celah d adalah …(28) Ada orde interferensi yang hilang, yaitu yang bertepatan dengan minimum yang dihasilkan pola difraksi Sumber Internet http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.p df Kesimpulan  Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih gelombang yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat menghasilkan suatu pola gelombang baru.  Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi gelombangnya.  Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah (1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh sebab itu kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang sama. (2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.  Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara dua gelombang atau dau sumber gelombang. Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 23
  • 24. Modul Optik 2012  Interferensi konstruktif terjadi titik-titik dimana selisih panjang lintasan dari kedua sumber adalah nol. Jika sudut interferensi adalah θ dan jarak antara sumber-sumber adalah maka dengan  Interferensi destruktid terjadi di titk-titik dimana selisih lintasan itu adalah kelipatan setengah bilangan bulat dari panjang gelombang. dengan Bila θ sangat kecil, maka posisi dari pita terang ke- pada sebuah layar yang diletakkan sejauh dari sumber-sumber itu diberikan oleh  Interferensi terbagi menjadi beberapa jeis, diantaranya nterfernsi dua sumber (eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.  Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih fasa ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan adalah Dan internsitasnya adalah Bila dua sumber memancarkan gelombang-gelombang sefasa, maka selisih fasa dari gelombang yang tiba di titik P dikaitkan dengan selisih panjang lintasan oleh  Bila cahaya direfleksiakn dari kedua sisi dari sebuah film tipis yang tebalnya dan tidak terjadi pergeseran fasa pada kedua permukaan, maka interferensi konstruktif antara gelombang-gelombang yang direfleksikan terjadi bila dengan  Interferometer Michelson menggunakan sebuah sumber monokromatik dan dapat digunakan untuk pengukuran panjang gelombang dengan ketepatan yang tinggi. Tujuan awalnya dalah untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap eter hipotemik, yakni yang dianggap sebagai medium untuk gelombang elektromagnetik. Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 24
  • 25. Modul Optik 2012 Tes Formatif a. Pilihan Ganda 1. Percobaan Thomas Young, celah ganda berjarak 5 mm. Dibelakang celah yang jaraknya 2 m ditempatkan layar , celah disinari dengan cahaya dengan panjang gelombang 600 nm., maka jarak pola terang ke 3 dari pusat terang adalah… a. 72 mm b. 7,2 mm c. 0,72 mm d. 0,072 mm e. 0,0072 mm 2. Tentukanlah panjang gelombang sinar yang digunakan, jika terjadi interferensi minimum orde 2 pada lapisan di udara dengan ketebalan 103 nm, sudut bias 60°, dan indeks bias lapisan 1,5. a. 600 x 10-9 m b. 650 x 10-9 m c. 700 x 10-9 m d. 750 x 10-9 m e. 850 x 10-9 m 3. Cahaya monokromatik dari sumber cahaya yang jauh datang pada sebuah celah tunggal yang lebarnya 0,8 mm dan jarak pusat terang ke gelap kedua adalah 1,80 mm dan panjang gelombang cahaya 4800 A maka jarak celah ke layar adalah… a. 2 m b. 1,5 m c. 0,75 m d. 0,5 m e. 0,02 m 4. Untuk menentukan panjang gelombang sinar monokromatik digunakan percobaan Young. Berikut data-datanya: jarak antar kedua celah 0,3 mm, jarak celah ke layar 50 cm, dan jarak antara garis gelap kedua dan garis gelap ketiga pada layar 1 mm. Panjang gelombang sinar monokromatik tersebut adalah... a. 350 x 10-9 m b. 400 x 10-9 m c. 480 x 10-9 m d. 540 x 10-9 m e. 600 x 10-9 m Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 25
  • 26. Modul Optik 2012 5. Pada percobaan Young, jika jarak antara kedua celahnya dijadikan dua kali semula, maka jarak antara dua garis gelap yang berurutan menjadi…kali semula. a. 0,05 b. 0,25 c. 0,5 d. 2 e. 4 6. Cahaya dengan panjang gelombang 5 x 10-7 m datang pada celah kembar Young yang jaraknya 2 x 10-1 mm. Pola yang terjadi ditangkap pada layar yang berada di layar yang berada 1 meter dari celah kembar. Jarak antara dua buah garis terang adalah…cm a. 0,05 b. 0,10 c. 0,15 d. 0,25 e. 2,50 7. Suatu gelembung sabun tampak berwarna merah ketika disinari cahaya putih tegak lurus terhadap permukaannya. Bila indeks bias gelembung sama dengan indeks bias air (4/3) dan panjang gelombang yang digunakan 680 nm, berapakah ketebalan minimum gelembung sabun? a. 146 x 10-9 m b. 129 x 10-9 m c. 229 x 10-10 m d. 112 x 10-10 m e. 106 x 10-10 m 8. Lapisan tipis minyak yang ada diatas permukaan air tampak berwarna warni bila terkena sinar matahari merupakan peristiwa... a. Interferensi b. Difraksi c. Polarisasi d. Refkasi e. Dispersi 9. Berapakah diameter garis gelap keempat dari sebuah percobaan cincin Newton yang menggunakan gelombang cahaya 4000 Å dan jari-jari lensa plankonveks yang di antaranya terdapat kaca berisi udara dengan indeks bias 1 adalah 0,4 meter. a. 6,4 x 10-3 m b. 2,0 x 10-3 m c. 8,0 x 10-4 m d. 6,4 x 10-4 m e. 4,8 x 10-4 m 10. Seberkas cahaya melewati celah tunggal yang sempit, menghasilkan interferensi minimum orde ketiga dengan sudut deviasi 300. Jika cahaya yang digunakan mempunyai panjang gelombang 6000 Å, maka tentukan lebar celahnya. a. 1,05 x 10-6 m b. 3,0 x 10-6 m Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 26
  • 27. Modul Optik 2012 c. 3,9 x 10-5 m d. 4,2 x 10-6 m e. 5,4 x 10-5 m 11. Dua celah dengan jarak 0,2 mm disinari oleh seberkas sinar yang tegak lurus. Garis terang ketiga terletak 7,5 mm dari garis terang ke nol pada layar yang jaraknya satu meter dari celah. Panjang gelombang sinar yang digunakan adalah… a. 5,0 x 10-3 mm b. 2,5 x 10-3 mm c. 5,0 x 10-4 mm d. 2,5 x 10-4 mm e. 1,5 x 10-4 mm 12. Sebuah percobaan cincin Newton menghasilkan jari-jari garis terang ke-2 sebesar 2 mm. Berapakah panjng gelombang cahaya yang digunakan jika daerah di antara lensa plankonveks ada kaca berisi udara dengan indeks bias 1. Jari-jari lensa plankonveks yang digunakan sebesar 2 m. a. 0,67 x 10-6 m b. 0,50 x 10-6 m c. 2,00 x10-6 m d. 0,50 x 10-5 m e. 4,00 x 10-5 m 13. Cahaya dengan panjang gelombang 680 nm jatuh tegak lurus pada dua buah pelat tipis yang diantaranya terdapat batas udara dengan indeks bias 1. Berapa jumlah garis-garis gelap yang terjadi. a. 103 b. 141 c. 232 d. 250 e. 300 14. Sebuah material lapisan lensa yang lazim digunakan adalah magnesium florida MgF2, dengan n=1,38. Berapakah panjang gelombang yang melewati lapisan nonreflektif untuk cahaya yang panjang gelombangnya 550 nm ? a. 18,6 x 10-8 m b. 201,6 x 10-9 m c. 23,8 x 10-8 m d. 288,8 x 10-8 m e. 398,6 x 10-9 m 15. Sebuah interferometer Michelson digunakan dengan cahaya yang panjang gelombangnya 605,78 nm. Jika pengamat memandang pola interferensi tersebut melalui sebuah terleskop dengan dengan lensa mata rambut bersilang, berapa banyak pita yang melewati rambut bersilang itu bila cermin M2 bergerank persis sejauh 1 cm ? a. 33015 b. 27255 c. 23785 d. 19455 e. 15315 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 27
  • 28. Modul Optik 2012 b. Uraian 1. Dalam sebuah eksperimen interferensi dua celah, celah-celah terpisah dengan jarak 0,2 mm, dan layarnya berjarak 0,1 m. pita terangn ketiga (dengan tidak menghitung pita terang pusat yang lurus kedepan dari celah- celah itu) didapatkan tergeser 7,5 mm dari pita tengah. Carilah panjnag gelombang cahaya yang digunakan. 2. Misalkan dua pelat kaca adalah dua slide mikroskop yang mempunyai panjang 10 cm. Di ujung yang satu, kedua pelat itu dipisahkan oleh sepotong kertas yang tebalnya 0,020 mm. Berapakah jarak antara dari pita interfefrensi yang terlihat oleh refleksi? 3. Pada titik paling dekat dengan pangamat gelembung sabuntampak kuning (λ = 575 nm), jika gelembung sabun dianggap mempunyai indeks bias (n = 1,45) berapakah tebal dar gelembnung sabun tersebut? (yang terlihat adalah interferensi pada orde 1) 4. Diameter cincin gelap ke-3 dari sebuah percobaan cincin Newton adalah 3 mm. Jika jari-jari lensa plankonveks yang digunakan adalah 1,5 m. berapakah panjang gelombang cahaya yang digunakan jika daerah di antara lensa plankonveks ada kaca berisi udara dengan indeks bias 1. 5. Misal dua buah antenna radio yang identik yang terpisah sejauh 10 m dan frekuensi gelombang-gelombang yang diradiasikan itu dinaikkan menjadi . Intensitas pada 700 m dalam arah posistif (yang bersesuaian dengan θ = 0 adalah . Berapakah intensitas dalam arah θ = 4,0° ?. Kunci Tes Formatif a. Pilihan Ganda 1. C (0,72 mm) 2. D (750 x 10-9 m) 3. B (1,5 m) 4. E (600 x 10-9 m) 5. C (0,5) 6. D (0,25) 7. B (129 x 10-9 m) 8. A (Interferensi) 9. C (8,0 x 10-4 m) 10. D (4,2 x 10-6 m) 11. C (5,0 x 10-4 m) 12. A (0,67 x 10-6 m) 13. B (141) 14. E (398,6 x 10-9 m) 15. A (33015) b. Essay 1. Diketahui: Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 28
  • 29. Modul Optik 2012 Ditanya: λ = …. ? Jawab: 2. Kita hanya akan meninjau interferensi di antara cahaya yang direfleksikan dari permukaan sebelah bawah dari lapisan udara. Dan pita yang terbentuk adalah pita garis gelap yang mempunyai syarat dengan Dari segitiga-segitiga yang sama dan sebangun ketebalan dari lapisan udara di setiap titik-titik sebanding dengan jarak dari garis persentuhan: jadi kita bisa dapatkan Ditanya: Jawab: Jadi pita gelap yang berurutan, yang bersesuaian dengan nilai bilangan bulat yang bersangkutan, terpisah sejauh 1,25 mm 3. Diketahui: Ditanya: d = ....? Jawab: 4. Diketahui: Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 29
  • 30. Modul Optik 2012 =3 = =1,5 =1 Ditanya: Berapakah panjang gelombang yang cahaya yang digunakan? Jawab: 5. Diketahui: = 6 MHz = 6 x 106 Hz = 10 m Ditanya: a. dalam arah θ = 4,0° ? b. dalam arah manakah di dekat θ=0 intensitas sebesar ? c. dalam arah manakah intensitas adalah nol? Jawab: Jarak antara di antara sumber-sumber itu adalah d = 10 m = 2λ, dan Bila θ = 4,0°. Ini adalah kira-kira 82% dari intensitas pada θ = 0 Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 30
  • 31. Modul Optik 2012 Daftar pustaka - Resnick, Robert dan Halliday, David. 1994. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Erlangga - Sarojo, Ganiati Aby. 2010. Gelombang dan Optik. Jakarta: Salemba Tekhnika - Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba Teknika - Young, Hugh D dan Freedman, Roger A. 2003. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga - Program studi Pend.Fisika Univ.Sriwijaya 31