Makalah ini membahas tentang filsafat manusia yang mencakup pengertian filsafat manusia, hakikat manusia, kodrat manusia, dan sifat-sifat manusia yang membedakannya dari makhluk lain. Filsafat manusia adalah cabang ilmu filsafat yang membahas makna menjadi manusia dengan manusia sebagai objek studinya. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang membedakannya dari makhluk lain.
1. i
MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA
“FILOSOFI MANUSIA”
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Filsafat Olahraga yang diampu oleh
Dr. Made Pramono, M.Hum.
Disusun oleh:
Nama: Keysha Azhalia Wahono
NIM: 19060484045
Kelas: IKOR 2019 B
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
2020
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Filosofi Manusia”. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan masyarakat. Dan penulis mohon maaf atas kekurangan yang terdapat
dalam penulisan makalah ini. Tak lupa penulis mohon do’a dan saran agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tuban, 7 Mei 2020
Penulis
3. iii
Daftar Isi
Halaman Judul........................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
1.1. Latar Belakang......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................... 2
1.3. Tujuan...................................................................... 2
BAB II ISI...................................................................................... 3
2.1. Filsafat Manusia…..………..................................... 3
2.2. Hakikat Manusia………………………………...... 4
2.3. Kodrat Manusia........................................................ 5
2.4. Sifat-Sifat Manusia yang Membedakan dengan
Makhluk Lain………………….....………………..
5
BAB III PENUTUP......................................................................... 8
3.1. Simpulan.................................................................. 8
3.2. Saran........................................................................ 8
Daftar Pustaka........................................................................................ 9
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai ciptaan Tuhan (Animal
Religiosum). Secara bahasa manusia berasal dari kata manu dan mens, yang
berarti berpikir dan berakal budi. Manusia dapat diartikan sebagai makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia
dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukti paling kongkrit yaitu manusia
memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu
berifikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud
pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang
tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Dalam kaitannya dengan
perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui
suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun
bersifat rohani.
Pertanyaan tentang apa tujuan dari terlahir sebagai manusia akan selalu
ada dari dahulu hingga sekarang, pertanyaan yang akan selalu terdengar dari
saat manusia lahir hingga manusia meninggal. Sesuai dengan tinjauan
kefilsafatan tentang manusia, disebutkan bahwa manusia adalah mahluk yang
bertanya, dalam hal ini manusia sebagai mahluk yang mempertanyakan
dirinya sendiri dan keberadaannya dalam kosmos secara menyeluruh. Atas
keingintahuan manusia akan posisinya dalam alam pada saat itulah manusia
sadar bahwa dirinya adalah seorang penanya. Jika merunut jauh kebelakang
sebelum manusia mengenal peradaban, persoalan-persoalan filsafati sudah
menjadi bagian dari kehidupan seorang manusia. Jika melihat dari segi daya,
manusia memiliki dua macam daya, di satu sisi manusia memiliki daya untuk
mengenal dunia rohani, yang nous, intuitip, supranatural, dikarenakan oleh
kerjasama yang dilakukan dengan akal (dianoia) menjadikan manusia dapat
memikirkan serta memperbincangkan hal-hal yang bersifat rohani. Di lain sisi
manusia memiliki daya pengamatan (aesthesis), karena pengamatan yang
5. 2
disertai dengan daya penggambaran atau penggagasan manusia pada akhirnya
memiliki pengetahuan yang luas.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Filosofi Manusia?
2. Apa dan siapakah manusia pada hakikatnya?
3. Bagaimanakah kodrat manusia itu?
4. Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang membedakannya dari
makhluk-mahluk yang lain?
1.3. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan Filosofi Manusia
2. Mengetahui apa dan siapa manusia pada hakikatnya
3. Mengetahui dan memahami kodrat manusia
4. Mengetahui berbagai macam sifat-sifat manusia yang unik yang
membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain
6. 3
BAB II
ISI
2.1. Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai
makna menjadi manusia. Filsafat manusia menjadikan manusia
sebagai objek studinya. Dalam cabang ilmu filsafat ini manusia akan
mengajukan pertanyaan mengenai diri mereka sebagai manusia. Filsafat
manusia terus berkembang karena manusia adalah objek yang penuh
dengan misteri. Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan
dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya. Dalam sejarah
ada beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi
filsafat, psikologi rasional, eksperimental dan empiris.
Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai
kemampuan dan kekuatan untuk menyelidiki dan menganalisis sesuatu secara
mendalam. Manusia berpikir dan menganalisis banyak hal. Pada suatu titik
manusia akan sampai kepada saat di mana dia akan bertanya mengenai arti
keberadaannya sendiri sebagai manusia. Dengan demikian filsafat manusia
mengantar manusia untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat
mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang lebih utuh.
Dalam sejarah, manusia selalu berusaha memecahkan permasalahan pokok
tentang makna dan eksistensinya yang selalu sulit memperoleh jawaban.
Filsafat manusia ada untuk mendorong manusia mencari hakikatnya.
Menurut Arief Raihan dalam
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/11/makalah-pengertian-filsafat-
manusia.html menyatakan bahwa secara umum filsafat manusia dapat
dikatakan bahwa filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris.
Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh yang dipikirkan, dan
memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian
filsafat manusia. Metode penelitiannya pun lebih spesifik, misalnya melalui
sintesis dan refleksi. Sintesis dan dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya
bisa dipikirkan. Dan karena apa yang bisa dipikirkan jauh lebih luas daripada
apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan atau informasi
7. 4
tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya, jauh lebih
ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi atau teori
yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.
Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti dari
manusia itu sendiri, ia mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya
makhluk itu yang disebut “manusia”. Istilah filusuf manusia atau “antropologi
filusuf” (antropos dalam bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksok
karena apa yang dipelajari dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh serta
badan jiwa serta daging.
Alasan untuk mempelajari filsafat manusia cukup jelas. Pertama,
manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan dan kewajiban (sampai
batas tertentu) untuk menyelidiki arti yang dalam “dari yang ada”. Seringkali
dalam fase remaja, manusia merasa dalam dirinya sendiri yang paling pribadi
suatu dorongan yang menurut Socrates, telah didengarnya di bawah langit
Delphi: “Kenalilah dirimu sendiri”. Manusia secara bahasa disebut juga insan,
yang dalam bahasa arabnya berasal dari kata ‘nasiya’ yang berarti lupa. Dan
jika dilihat dari kata dasar ‘al-uns’ yang berarti jinak, kata insan dipakai untuk
menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak yang artinya
manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
Manusia memiliki cara keberadaan yang sekaligus membedakannya secara
nyata dengan mahluk yang lain.
2.2. Hakikat Manusia
Pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep
yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia.
Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe
de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki
karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy,
1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-
usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya
(contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna
eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual,
8. 5
sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila,
dan sebagai makhluk beragama).
2.3. Kodrat Manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau
bakat-bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai
makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai
dengan sifat- sifat aslinya, kemampuan, dan bakat-bakat alami yang melekat
padanya.
Sejak individu dilahirkan selalu dikelilingi oleh hal-hal yang bersifat
sosial dan kemudian terjadi interaksi dengan individu-individu lain di dalam
kelompok, sehingga dapat membentuk individu yang mempunyai sifat-sifat
kemanusiaan. Baik suku suku yang masih sederhana maupan orang-orang
modern yang hidup di kota-kota besar lalu berinteraksi dengan kelompok
sosialnya. Melalui kelompok itulah individu dapat memuaskan keseluruhan
kebutuhan yang fundamental dan memperoleh kesempurnaan yang besar.
Individu-individu tersebut dapat berkembang dan mempunyai 2 fungsi, yaitu
sebagai mahluk individual dan sebagai mahluk sosial.
Manusia sebagai mahluk yang mempunyai individualitas hidup dalam
dan dengan kelompok sosial. Kelompok manusia itu merupakan gejala
universal. Manusia tidak akan mungkin hidup tanpa kelompok,justru
kelompok sosial yang menjadikan manusia dapat tumbuh dan berkembang
sebagaimana wajarnya. Kelompok sosial merupakan studi yang esensial
dalam sosilogi, psikologi sosial, antropologi.
Manusia tidak akan hidup tanpa kelompok, kelompok sosiallah yang
menjadikan manusia tumbuh dan berkembang. Dengan memahami hal ini
seseorang akan mengerti bagaimana interaksi individu-individu di dalam
kelompok serta hal-hal apa saja yang dapat memuaskan individu dalam
kebutuhan yang fundamental.
2.4. Sifat-sifat manusia yang membedakan dari makhluk lain
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983) dalam bukunya Pengantar
Umum Psikologi, cirri-ciri manusia yang membedakan dengan makhlik lain
9. 6
adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha
dan perjuangan, tiap individu adalah unik. Secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Kepekaan sosial
Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan
perilakunya sesuai harapan dan pandangan orang lain. Manusia adalah
makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerja sama
dengan orang lain. Perilaku manusia adalah situasional, artinya perilaku
manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.
2. Kelangsungan perilaku
Artinya antara perilaku satu ada kaitannya dengan perilaku yang
lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan
seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi, sebenarnya perilaku
manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat. Perilaku pada masa lalu
merupakan persiapan bagi perilaku kemudian dan perilaku kemudian
merupakan kelanjutan perilaku sebelumnya. Fase-fase perkembangan
manusia bukanlah suatu perkembangan yang berdiri sendiri, terlepas
dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.
3. Orientasi pada tugas
Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi
pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin belajar
menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat menguasai ilmu
pengetahuan tertentu. Demikian juga individu yang bekerja, berorientasi
untuk menghasilkan sesuatu.
4. Usaha dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan
sendiri, serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak
ingin diperjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memiliki cita-
cita (aspiration) yang ingin diperjuangkannya, sedangkan hewan
berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam.
10. 7
Keunikan setiap manusia mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda
dengan manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di muka
bumi ini, walaupun ia dilahirkan kembar sekalipun. Manusia memiliki ciri-ciri, sifat,
watak, karakter, kebiasaan/tabiat, kepribadian, dan motivasi tersendiri yang
membedakannya dari manusia atau mahkluk lainnya. Perbedaan pengalaman yang
dialami individu pada masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari,
menentukan perilaku individu di masa kini yang berbeda-beda pula.
11. 8
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Seluruh manusia masih mmpertanyakan tentang apa hakikat dan tujuan
dirinya sendiri lahir di dunia. Banyak yang tidak mengetahui apa tujuan akhir
dari menjalani kehidupan di dunia. Filsafat/filosofi manusia berfungsi sebagai
cara untuk mengupas apa arti dari manusia itu sendiri, menanyakan mengenai
bagaimana mereka sendiri sebagai manusia.
Seperti yang kita ketahui, hakikat manusia adalah seperangkat gagasan
atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di
dunia. Eksistensi manusia di dunia adalah manusia sebagai makhluk
individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai
makhluk susila, serta sebagai makhluk beragama. Kodrat manusia adalah
keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat-bakat alami yang melekat
pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan
manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya,
kemampuan, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
3.2. Saran
Melihat dari hakikat dan kodrat manusia, penulis menyarankan bahwa
sebaiknya apabila ada salah satu manusia yang melenceng dari hakikat dan
kodratnya, alangkah baiknya apabila manusia tersebut kembali ke hakikat dan
kodratnya sebagai manusia. Karena jika manusia yang sudah melenceng dari
hakikat dan kodrat tidak kembali seperti semula, maka manusia akan hancur
akan kesalahan yang dilakukan dirinya tersebut.
12. 9
Daftar Pustaka
Louis Leahy (1984). Manusia sebuah Misteri. Jakarta: Gramedia. hlm. 1
Baharrudin Salam (1988). Filsafat Manusia. Jakarta: Bina Aksara. hlm. 13
Juraid Abdul Latief (2012). Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: Bumi Aksara.
hlm. 15. ISBN 979-526-260-2
Surajio (2005). Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. ISBN 979-
526-904-6
Theo Huijbers (1987). Manusia Merenungkan Dirinya. Yogyakarta: Kanisius.
hlm. 15-20