SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Makalah Filsafat Pendidikan


       PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA,
             MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI
                                          D
                                          I
                                          S
                                          U
                                          S
                                          U
                                          N
                                       Oleh :
                                  Kimia DIK A 2010
                                 Kelompok V (Lima)

                                     Adrianus Leo
                                Balqis Hakimitry Yuza
                              Kristina Mandasari Sianturi
                              Herry Purwanto Panjaitan




                       Jurusan Kimia
       Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
                  Universitas Negeri Medan
                            2012
KATA PENGANTAR



       Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Tidak lupa Penulis juga berterima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Makalah bertujuan untuk menyelesaikan
tugas dari Dosen Penyusun, Ibu Sariana Marbun yang diembankan pada Kelompok V (Lima)
dan untuk menambah pengetahuan pembaca seputar “Pandangan Filsafat Pancasila tentang
Manusia, Masyarakat, Pendidikan, dan Nilai.”

        Makalah ini memuat tentang hakekat Pancasila dalam Masyarakat Indonesia, baik
ditinjau segi atau kegunaan untuk Manusianya sendiri, Masyarakat, Pendidikan maupun Nilai-
nilai yang terkandung didalamnya . Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca, sesuai dengan harapan penyusun tentunya. Kritik dan saran sangat
penyusun harapkan untuk perbaikan kedepannya.



                                                                Medan, 11 November 2012



                                                                            Penyusun

                                                                       Kelompok V (Lima)
BAB I
                                        PENDAHULUAN

         Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia, yang oleh bangsa Indonesia dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai suatu
kenyataan, norma-norma, nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik
dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia. Kalau dibedakan antara filsafat yang religius dan non
religius, maka filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat
Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenai adanya kebenaran mutlak yang
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekalipun mengakui keterbatasan
kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya. Dan kalau dibedakan filsafat dalam
arti teoristis dan filsafat dalam arti praktis, filsafat Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini
berarti bahwa filsafat Pancasila dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak
hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar memenuhi hasrat ingin
tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang
berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari
(pandangan hidup, filsafat hidup, way of life, weltanschaung dan sebagainya); sehingga dapat
tercapai kebahagiaan lahir dan bathin, baik dunia maupun akhirat.
         Pancasila merupakan dasar/ideologi dari pembentukan negara indonesia sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bung Karno didalamnya lahirnya Pancasila. Fungsi dari ideologi yaitu
serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat
seluruh anggotanya dalam suatu organisasi negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai
ideologi mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan
baik secara pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, yakni aman,
nyaman, damai, sejahtera, dan bahagia.
         Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa
tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau
mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.

       Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan
dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu
sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan
negara Indonesia.
BAB II
                                                 ISI


A. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia

             Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau
     bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia
     sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah
     nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut
     cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai
     makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.
A.   Sifat dan Hakekat Manusia
1.   Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia
     Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan
2.   Pendidikan Bersifat Filosofis
     Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi mengenai hakikat
     segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk termasuk teori yang mendasari alam pikiran
     atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology dan falsafah) Untuk
     mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar,
     sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia
3.   Pendidikan Bersifat Normatif
     Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan
     Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia sebagai
     sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.

B. Wujud Sifat Hakekat Manusia
1. Kemampuan Menyadari Diri
   Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan
   dan menyadarinya sebagai kekuatan
2. Kemampuan Bereksistensi
   Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya
3. Pemilikan Kata Hati
   Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi manusia.
   Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4. Moral (etika)
   Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik
   bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun
5. Kemampuan Bertanggung Jawab
   Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat pesreta didik merasa
   merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
   Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
   •       Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
   •       Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
   •       Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
   •       Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
   Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan
   Takdir.

C. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia
1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)
            2.      Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain)
            3.      Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
            4.      Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek
            kehidupan di luar kemampuan makhlup hidup di dunia)
            5.      Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan
            pengetahuan dan memecahkan masalah)
            6.      Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan,
            keserasian hidup bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen,
            serta kreatif dan berkarya)
            Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan
   negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
   Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan
   berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.
            Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat dan
   martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191)
   mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut :
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan
   sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran
   dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya
   dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan
   Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap
   hubungannya dengan pencipta Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat
   dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam dunia
    Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina
    rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan
    manusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai, memiliki
    kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang lain
    dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang
    bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
    perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
    dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
B. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Masyarakat
            Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
    masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua
    orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara
    dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan
    yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara dengan negara,
    dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
            Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi
    bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai
    berikut :
1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-cara
    pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan dialogis,
    serta mengikut sertakan masyarakat setempat.
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa berpisah
    dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.
            Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-
    luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap
    demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi
    nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.
C. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Pendidikan

                Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
   proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
   memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
   mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU
   RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

               Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar
   dan tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara
   pembelajarannya dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan
   pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses pembentukanpeserta
didik untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena manusia
     (peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk
     menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan
     memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan
     adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan
     yang bersifat individualistic semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan
     manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.

                  Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan
     tugas hidup yang diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan
     sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan
     perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik pada
     jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan
     memperkaya.

     Tujuan     Pendidikan    berdasarkan Pandangan       Pancasila  tentang   hakikat    realitas,
     manusia,pengetahuan dan hakikat nilai
                  Mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya
     potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
     Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
     yang demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI
     No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan tersebut hendaknya
     kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk
     mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja, bukan
     hanya untuk terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi berkembangnya seluruh potensi peserta
     didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.

                  Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
     kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a)   peningkatan iman dan takwa;
b)   peningkatan akhlak mulia;
c)   peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d)   keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e)   tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f)   tuntutan dunia kerja;
g)   perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h)   agama;
i)    dinamika perkembangan global; dan
j)    persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai pengembangan

     kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal
     36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

                   Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternative
     untuk diaplikasikan. Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode
     lainnya dalam segala konteks pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya
     dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia
atau peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang
tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar
siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.

              Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta
didik yang haruis dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan
tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau
menjadi teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus
mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tut wuri handayani”artinya bahwa
sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar mandiri.

               Orientasi pendidikan. Pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi
konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi dilandasi asumsi bahwa terdapat nilainilai,
pengetahuan, norma, kebiasaan-kebiasaan, dsb. yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga
untuk tetap dipertahankan. Contoh: pengetahuan dan nilai-nilai yang bersifat mutlak tentunya
tetap harus dipertahankan, demikian juga pengetahuan dan nilai nilai budaya yang masih
dipandang benar dan baik juga perlu dikonservasi. Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa
realitas tidaklah bersifat terberi (given) dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains
modern. Tetapi realitas “mewujud” sebagaimana kita manusia dan semua anggota alam semesta
berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan
realitas. Sebab itu, peran manusia baik sebagai individu maupun kelompok adalah merajut
realitas yang diinginkannya yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini hakikat
pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan
potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan
sebagai agen perubahan atau perajut realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005).

             Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak,
sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka
menjadi dikuasai oleh perubahan.

                    Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan
negara.
                Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan
pendidikan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
                Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat.
Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik
dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh
atau pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu,
masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya
     terutama bagi peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
D.   Pandangan Filsafat Pancasila tentang Nilai
              Menurut Kaelan, pada tahun 2000, (dalam Surajiyo, 2008) menjelaskan bahwa pancasila
     merupakan suatu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir
     serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila
     dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek.
     Isi dari Nilai/kandungan Pancasila sebagai Berikut :
1.   Ketuhanan yang Maha Esa
a.    Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.   Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
     dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
c.    Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
     penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d.   Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
     Yang Maha Esa.
e.    Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
     hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
f.   Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
     agama dan kepercayaanya masing masing.
g.   Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
     lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
   Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
   membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
   warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
   negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
   diperlukan.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
c. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
d. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
   sosial.
e. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
f. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
   Perwakilan
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
   hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
   musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
   golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
   Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
   mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
   pemusyawaratan.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
   dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
   bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
   sosial.
BAB III PENUTUP
                                        KESIMPULAN



1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan
   bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasidiri sebagai bangsa,
   sebagai landasan, arah, dan etos, serta sebagai moral pembangunan nasional.

2. Budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
   diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling
   menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar
   Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.


3. Manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan
   dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan
   Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan
   berkembang sepanjang hayat.

4. Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan negara
   Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha
   Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan
   berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.

5. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah, Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah,
   Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu, Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Tim pengajar.2010. Filsafat pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Sumber Lain :
http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-
pendidikan-pendidikan-nasional/
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
http://www.geofacts.co.cc/2008/11/landasan-dan-tujuan-pancasila.html
http:// www.google.co.id
http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.html
http:// www.teoma.com
http:// www.kumpulblogger.com

More Related Content

What's hot

Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Nia Khusnul Chotimah
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Syaiful Ahdan
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaSusanti Susanti
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruMarliena An
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERASoal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERAahmad sururi
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPoetra Chebhungsu
 
Artikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non PenelitianArtikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non PenelitianAdy Setiawan
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaBram Agus Leonardo
 
Aktualisasi Pancasila Di Kampus
Aktualisasi Pancasila Di KampusAktualisasi Pancasila Di Kampus
Aktualisasi Pancasila Di KampusAbida Muttaqiena
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalKelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalAgus Martha
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptAisyah Turidho
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
 
Teknik penyusunan soal pilihan ganda
Teknik penyusunan soal pilihan gandaTeknik penyusunan soal pilihan ganda
Teknik penyusunan soal pilihan gandaMulyadi Bahri
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyajhesica purba
 

What's hot (20)

Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERASoal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didik
 
Artikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non PenelitianArtikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non Penelitian
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
 
Aktualisasi Pancasila Di Kampus
Aktualisasi Pancasila Di KampusAktualisasi Pancasila Di Kampus
Aktualisasi Pancasila Di Kampus
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalKelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnal
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 
Teknik penyusunan soal pilihan ganda
Teknik penyusunan soal pilihan gandaTeknik penyusunan soal pilihan ganda
Teknik penyusunan soal pilihan ganda
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 

Viewers also liked

Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhanNilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhanSuhaila Panut
 
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan versi Konstitusi
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan versi KonstitusiNilai-Nilai Dasar Perjuangan versi Konstitusi
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan versi KonstitusiAgus Muhammad Iqro
 
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran KetuhananKonsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhananbahriaz
 
Makalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat PancasilaMakalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat Pancasilaliuenxiu97
 
Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3
Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3
Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3Deir Irhamni
 
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesia
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesiaPancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesia
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesiaNena Puji
 
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupanHakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupanpkbm maritim
 
VCDR of 1961
VCDR of 1961VCDR of 1961
VCDR of 1961jha net
 
Lec5 MECH ENG STRucture
Lec5   MECH ENG  STRuctureLec5   MECH ENG  STRucture
Lec5 MECH ENG STRuctureMohamed Yaser
 
Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...
Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...
Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...Surgical Neurology International
 
Подарим детям сказку
Подарим детям сказкуПодарим детям сказку
Подарим детям сказкуNikita Kudelin
 
Design Portfolio
Design PortfolioDesign Portfolio
Design Portfoliojpwheels
 
Detection of swine hepatitis e virus in the
Detection of swine hepatitis e virus in theDetection of swine hepatitis e virus in the
Detection of swine hepatitis e virus in thekpiller
 
Tbadv492actual good version
Tbadv492actual good versionTbadv492actual good version
Tbadv492actual good versionZach Chmill
 
حياة بلا توتر
حياة بلا توترحياة بلا توتر
حياة بلا توترMohamed Yaser
 
The colours song
The colours songThe colours song
The colours songElnaroca
 

Viewers also liked (20)

Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhanNilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
 
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan versi Konstitusi
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan versi KonstitusiNilai-Nilai Dasar Perjuangan versi Konstitusi
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan versi Konstitusi
 
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran KetuhananKonsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
 
Makalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat PancasilaMakalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat Pancasila
 
Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3
Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3
Pemetaan kd dan indikator ki 3 untuk pedoman penilaian ki 3
 
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesia
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesiaPancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesia
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesia
 
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupanHakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
 
VCDR of 1961
VCDR of 1961VCDR of 1961
VCDR of 1961
 
Lec5 MECH ENG STRucture
Lec5   MECH ENG  STRuctureLec5   MECH ENG  STRucture
Lec5 MECH ENG STRucture
 
Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...
Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...
Porting a Clinical Mobile Device Application from iPhone to Android using Onl...
 
Подарим детям сказку
Подарим детям сказкуПодарим детям сказку
Подарим детям сказку
 
Design Portfolio
Design PortfolioDesign Portfolio
Design Portfolio
 
Regiswordpress
RegiswordpressRegiswordpress
Regiswordpress
 
Detection of swine hepatitis e virus in the
Detection of swine hepatitis e virus in theDetection of swine hepatitis e virus in the
Detection of swine hepatitis e virus in the
 
1
11
1
 
Neurocirugía; Marzo 2011, Volume 16
Neurocirugía; Marzo 2011, Volume 16Neurocirugía; Marzo 2011, Volume 16
Neurocirugía; Marzo 2011, Volume 16
 
Tbadv492actual good version
Tbadv492actual good versionTbadv492actual good version
Tbadv492actual good version
 
حياة بلا توتر
حياة بلا توترحياة بلا توتر
حياة بلا توتر
 
Vdoclip
VdoclipVdoclip
Vdoclip
 
The colours song
The colours songThe colours song
The colours song
 

Similar to PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI

Bab iv filsafat
Bab iv filsafatBab iv filsafat
Bab iv filsafatMask Kur
 
pengantar-pendidikan-1.ppt
pengantar-pendidikan-1.pptpengantar-pendidikan-1.ppt
pengantar-pendidikan-1.pptrezaejha2
 
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikanProses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikanNadya Mastrin
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
 
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptMateri 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptRasyAlam
 
pancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafatpancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafatuin suska riau
 
Hakikat Manusia
Hakikat ManusiaHakikat Manusia
Hakikat Manusia1231011994
 
Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Yeni Purwati
 
falsafah pndidikan bab 1.pdf
falsafah pndidikan bab 1.pdffalsafah pndidikan bab 1.pdf
falsafah pndidikan bab 1.pdfmarwanmarzuki
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandumPotpotya Fitri
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatDea_tita
 
landasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxlandasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxrizqi62
 
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...irene sofia
 
filsafat
filsafatfilsafat
filsafatrosny23
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasilaidbloginfo
 
Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)
Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)
Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)Kiki Zakiyah
 

Similar to PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI (20)

Bab iv filsafat
Bab iv filsafatBab iv filsafat
Bab iv filsafat
 
pengantar-pendidikan-1.ppt
pengantar-pendidikan-1.pptpengantar-pendidikan-1.ppt
pengantar-pendidikan-1.ppt
 
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikanProses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
 
Landasan filosofis
Landasan filosofisLandasan filosofis
Landasan filosofis
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptMateri 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
 
pancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafatpancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafat
 
Hakikat Manusia
Hakikat ManusiaHakikat Manusia
Hakikat Manusia
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 
Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni
 
Pertemuan 2 Hakikat manusia.pptx
Pertemuan 2 Hakikat manusia.pptxPertemuan 2 Hakikat manusia.pptx
Pertemuan 2 Hakikat manusia.pptx
 
falsafah pndidikan bab 1.pdf
falsafah pndidikan bab 1.pdffalsafah pndidikan bab 1.pdf
falsafah pndidikan bab 1.pdf
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandum
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 
landasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxlandasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptx
 
Portofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar PendidikanPortofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar Pendidikan
 
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...
PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA SISTEMIK MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT, B...
 
filsafat
filsafatfilsafat
filsafat
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)
Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)
Pancasila (Filsafat Nilai Pancasila)
 

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI

  • 1. Makalah Filsafat Pendidikan PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI D I S U S U N Oleh : Kimia DIK A 2010 Kelompok V (Lima) Adrianus Leo Balqis Hakimitry Yuza Kristina Mandasari Sianturi Herry Purwanto Panjaitan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Tidak lupa Penulis juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Makalah bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari Dosen Penyusun, Ibu Sariana Marbun yang diembankan pada Kelompok V (Lima) dan untuk menambah pengetahuan pembaca seputar “Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan, dan Nilai.” Makalah ini memuat tentang hakekat Pancasila dalam Masyarakat Indonesia, baik ditinjau segi atau kegunaan untuk Manusianya sendiri, Masyarakat, Pendidikan maupun Nilai- nilai yang terkandung didalamnya . Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, sesuai dengan harapan penyusun tentunya. Kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk perbaikan kedepannya. Medan, 11 November 2012 Penyusun Kelompok V (Lima)
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia, yang oleh bangsa Indonesia dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai suatu kenyataan, norma-norma, nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia. Kalau dibedakan antara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenai adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekalipun mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya. Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoristis dan filsafat dalam arti praktis, filsafat Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of life, weltanschaung dan sebagainya); sehingga dapat tercapai kebahagiaan lahir dan bathin, baik dunia maupun akhirat. Pancasila merupakan dasar/ideologi dari pembentukan negara indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh Bung Karno didalamnya lahirnya Pancasila. Fungsi dari ideologi yaitu serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, yakni aman, nyaman, damai, sejahtera, dan bahagia. Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaanya. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
  • 4. BAB II ISI A. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi. A. Sifat dan Hakekat Manusia 1. Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan 2. Pendidikan Bersifat Filosofis Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk termasuk teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology dan falsafah) Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia 3. Pendidikan Bersifat Normatif Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan. B. Wujud Sifat Hakekat Manusia 1. Kemampuan Menyadari Diri Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan 2. Kemampuan Bereksistensi Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya 3. Pemilikan Kata Hati Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi manusia. Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi 4. Moral (etika) Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun 5. Kemampuan Bertanggung Jawab Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia 6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
  • 5. Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat pesreta didik merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia. 7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin: • Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah • Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah • Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu • Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa 8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan Takdir. C. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia 1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain) 2. Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain) 3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket) 4. Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar kemampuan makhlup hidup di dunia) 5. Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan pengetahuan dan memecahkan masalah) 6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keserasian hidup bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan berkarya) Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial. Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut : 1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila. 2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya. 3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya. 4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya. 5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur. 6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
  • 6. 7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya. 8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh. 9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan manusia Indonesia yang lain. 10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. 11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat. B. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Masyarakat Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara dengan negara, dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008). Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai berikut : 1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-cara pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat. 2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik. 3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan. 4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM. Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas- luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia. C. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses pembentukanpeserta
  • 7. didik untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat individualistic semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral. Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas hidup yang diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia,pengetahuan dan hakikat nilai Mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral. Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a) peningkatan iman dan takwa; b) peningkatan akhlak mulia; c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f) tuntutan dunia kerja; g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h) agama; i) dinamika perkembangan global; dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternative untuk diaplikasikan. Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam segala konteks pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia
  • 8. atau peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode. Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik yang haruis dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tut wuri handayani”artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri. Orientasi pendidikan. Pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi dilandasi asumsi bahwa terdapat nilainilai, pengetahuan, norma, kebiasaan-kebiasaan, dsb. yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap dipertahankan. Contoh: pengetahuan dan nilai-nilai yang bersifat mutlak tentunya tetap harus dipertahankan, demikian juga pengetahuan dan nilai nilai budaya yang masih dipandang benar dan baik juga perlu dikonservasi. Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat terberi (given) dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern. Tetapi realitas “mewujud” sebagaimana kita manusia dan semua anggota alam semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia baik sebagai individu maupun kelompok adalah merajut realitas yang diinginkannya yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005). Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak, sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka menjadi dikuasai oleh perubahan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat. Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu,
  • 9. masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya terutama bagi peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. D. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Nilai Menurut Kaelan, pada tahun 2000, (dalam Surajiyo, 2008) menjelaskan bahwa pancasila merupakan suatu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek. Isi dari Nilai/kandungan Pancasila sebagai Berikut : 1. Ketuhanan yang Maha Esa a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing. g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. h. Berani membela kebenaran dan keadilan. i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. 3. Persatuan Indonesia a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  • 10. b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. c. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. d. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. e. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. f. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. 5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. d. Menghormati hak orang lain. e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. i. Suka bekerja keras. j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
  • 11. BAB III PENUTUP KESIMPULAN 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasidiri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah, dan etos, serta sebagai moral pembangunan nasional. 2. Budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia. 3. Manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat. 4. Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial. 5. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah, Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah, Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu, Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh. Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Tim pengajar.2010. Filsafat pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta Sumber Lain : http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem- pendidikan-pendidikan-nasional/ http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm http://www.geofacts.co.cc/2008/11/landasan-dan-tujuan-pancasila.html http:// www.google.co.id http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.html http:// www.teoma.com http:// www.kumpulblogger.com