1. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, inayah
serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Teoriy Model
Keperawatan (Sister Calista Roy) “ tanpa halangan apa pun.
Makalah ini di susun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah setudy
Pengantar Keperawatan Setikes Harapan Bangsa Purwokerto.
Makalah ini berisi tentang pengertian dan pembahasan mengenai pengertian Sister Calista Roy.
Dalam makala ini juga terdapat penjelasan yang lebih terpelinci mengenai bagaimana fungsi dan
manfaat dari Sister Calista Roy.
Makala ini Alhamdulilah dapat terselesaikan tepat waktu atas usaha, doa, serta dukungan dari
anggota kelompok (Penulis). Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Atun Raudotul Ma’rifah
yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makala ini kemudian mempresentasikanya
untuk bahan diskursi kelas.
Kami sebagai manusia biasa yang lemah tentunya mempunyai kekurangan. Kami menyadari bahwa
makala ini masih mempunyai banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dan akan kami terima dengan lapang demi
kesempurnaan makala berikutnya. Atas kekurangan tersebut, kami mohon maaf, dan kami juga
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makala
ini, semoga Allah SWT senantiasa meridoi segala usaha kita. Amin
2. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………2
BAB I…………………………………………………………………………………………………………………………….3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………….3
Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………..3
Tujuan Penulis………………………………………………………………………………………………………………3
BAB II……………………………………………………………………………………………………………………………4
Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………………………………………………..4
BAB III…………………………………………………………………………………………………………………………..7
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………...7
Pengertian Sister Calista Roy……………………………………………………………………………………………………7
Karakteristik Teori Keperawatan……………………………………………………………………………………………….8
Faktor Pengaruh Keperawatan………………………………………………………………………………………………….8
Tujuan Teori Keperawatan………………………………………………………………………………………………………..10
Konsep Dasar dan Medel Keperawatan Calista Roy…………………………………………………………………..10
Teori Callista Roy……………………………………………………………………………………………………………………….17
Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy…………………………………………………………………………….27
BAB IV……………………………………………………………………………………………………………………………………….29
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………………….29
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………………………..31
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian
tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori -teori yang terbentuk dari penggabungan
konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu
disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual
dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka
konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat
macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia
adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
Ø Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy.
Ø Mengetahui kelebihan dan kelemahan konse3p dan teori model praktek Sister Callista Roy.
4. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal
14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963
dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di
University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari
University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimul ai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis
– psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual
stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “
Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli -ahli lain dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
5. keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s
College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
5
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan
beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan
dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan
filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
2.2 Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga
jenis stimulus yaitu :
o Focal stimuli : Individu segera menghadap
o Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek dari focal stimuli
o Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus akan
mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah
proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
6. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas
model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye.
Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kej ujuran sendiri dan
Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman
sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling
6
bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar
dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model.
Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.
Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya
membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
7. 7
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian Sister Calista Roy
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak dan dapat di organisir
menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun
suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok
konsep yang membentuk sebuah pola nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi tapi kurang absolute
atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau
menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat di bedakan
apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga
model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai
seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan, mengingat dalam model keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya
keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan
keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.
8. 8
Karakteristik Teori Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan dengan
konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik diantaranya
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan
dengan hal-hal nyata dalam keparawatan sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan
yang ada di alam
b. Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kenyataan
yang ada
c. Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan.
d. Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat
digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan
e. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan
dalam pedoman praktek keperawatan.
3.3 Faktor Pengaruh Teori Keperawatan
Dalam pengembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan yang dapat
mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri diantaranya filosofi dari Florence nigtingale,
kebudayaan, system pendidikan, serta pengembangan ilmu keperawatan.
1. Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keprawatan yang melalui
filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan
dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang
sakit dikenal dengan teori lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pada pendidikan
9. keparawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien. Beliau juga membedekan
praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan
9
yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengharuh dala perkembangan teori -teori keperawatan diantaranya
dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik
dilkukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan
tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan
sebagai profesi yang mandiri, demikian juga dahulu budaya perawat dibawah pengawasan langsung
dokter, dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak otonomi
keperawatan telah ada sehingga peran perawat dengan dokter bukan dibawah pengawasan
langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim
kesehatan.
3. System Pendidikan
Pada system pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori keperawatan.
Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas,
akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistim pendidikan keperawatan yang terarah sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori -teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi
pada pelayanan keperawatan.
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
engembangan ilmu keperawatan di tandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan dasar
menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu
keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan
datang akan slalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus ataw sub spesialisasi yang diakui
10. sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori -teori keperawatan dapat di kembangkan sesuai
10
dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.
3.4 Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin di capai diantaranya:
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan
yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model
praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan
dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan
tindakan dapat dipertimbangkan.
3. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai
pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam
penyelesaian berbagai masalah keperawatan
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan
sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan
berkembang.
3.5 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy
Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui filosofi,
falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari
11. realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan
11
metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki delapan falsafah
yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang
lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan
menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam
kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk
mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan
integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat absolut.
Empat falsafah tersebut adalah :
a) tujuan eksistensi manusia
b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c) aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d) nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari konsep
mayor Callista Roy,
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan
umpan balik.
12. b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
12
residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha
tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek
dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana prose s
adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya
di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.
13. 13
3.5.1 Model Konseptual Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau
kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia
terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
Ø Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan sebagai
disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan
pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan
kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan
perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan
lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping
yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini
dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
Ø Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia
digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses
umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis,
14. konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan
dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar
14
unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
Ø Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi
secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan
sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan
lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Ø Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar manusia. Lingkungan
merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.
3.5.2 TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
· Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
· Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut
penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.
a. Mode Fungsi Fisiologi
15. Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan
kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
15
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas
dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984
dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian
perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit,
asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
16. 8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
16
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis,
untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang
signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard &
Valentine dalam Roy,1991)
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri
dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang di rinya berhubungan dengan sensasi
tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
c. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
17. 17
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah
interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang
adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih
lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah
mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui
perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang
termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
3.6 Teori Calista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini
dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar
model adaptasi Roy adalah :
18. 1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus -menerus berinteraksi
18
dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi.
Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun
negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi
rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan adalah
individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam
segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari
proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan
atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
19. a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,
19
misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan.
Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi
sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus
berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endok rin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai
perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator
subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
20. berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau
proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan
mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk
20
mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat
dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk
sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal -
adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal
adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol seseorang
sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara genetik
(misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh.
Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka.
Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut
Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan
model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya
diantaranya:
21. a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan
21
lingkungannya.
b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai
dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:
o Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai
pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
o Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal
maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subjektif.
o Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
o Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis dan fungsi endokrin.
o Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
o Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
22. o Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,
cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
22
kelompok.
e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan
tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses
ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan
model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak
dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus
beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
o Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
o Pengembangan konsep diri positif
o Penampilan peran sosial
o Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan mengkaji
bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan
dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam
ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok,
komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic
23. dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap
informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan
lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu
harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai si stem adaptif, manusia
dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put
dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi
keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat
mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang
saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang
stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
23
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan
diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social
agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
24. Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan
dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input
tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang
merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap
ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara
subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang
24
yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat.
Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan
dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu
dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan
pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang
berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh
individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu
tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal,yang
mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok.
25. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima indiv idu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental
dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses
stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang
tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik
tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan
25
mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama
dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses
keperawatan secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap I dan
pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai
suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian
perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan
holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang
ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap
ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
26. ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan
26
lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
· Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4
mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah
“hypoxia”.
· Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan
berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya
adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan
cuaca lingkungan yang panas”.
· Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang
sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di
luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran
berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”
c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah ataumemanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total
stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan
koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,
27. pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah
27
manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal,
kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona
adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
3.7 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat
mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para
perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan
konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah
terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode f ungsi
peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh
pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat
bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal -hal yang menyebabkan stress pada individu,
28. proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan
kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini
hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan
menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara
merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini
28
akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.
29. 29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out come. Model
penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep
artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan
kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan
peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan
masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau
holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal
maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya
dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni
merawat
SaranSecara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan
model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik
yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma
dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau
sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun
30. residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat
harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan
30
regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan
kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat
dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya perubahan
lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat
amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita.
Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam
dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika
perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi
perannya secara optimal.
31. 31
DAFTAR PUSTAKA
Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive