SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Assalamu’alaikum, wr. wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, Pemilik semesta Alam juga makhluk seisi Dunia.
Shalawat dan salam yang terangkai kita persembahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah
SAW. Yang terhormat kepada dosen pembimbing kita Ust. Dr. Iskandar, M.Si yang telah membimbing kami
semua dan bapak/ibu teman-teman unit 3 MPI semua, terima kasih atas dukungan dan semangat motivasinya
sehingga selesailah Makalah yang berjudul : Epistimologi MPI : Sumber-sumber Ilmu MPI yang akan kami
sajikan untuk bahan diskusi Mata Filsafat Manajemen Pendidikan Islam, dan semoga makalah ini menjadi
tambahn ilmu bagi para pembaca semua.
Sekian
Wassaalam
Serangkai
kata
Sekilas
diri
NAMA : IRFAN AKHRAM
TTL : IDI, 28-10-1994
UNIT : 3 (TIGA)
JURUSAN : PASCA MPI
Dosen Pengampu : Ust. Dr. Iskandar, M.Si
Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
LHOKSEUMAWE
2022/2023 M
Epistimologi MPI Sumber-sumber Ilmu MPI
PENDAHULUAN
Dalam abad ke-20 ini tampak muncul di negara-negara yang maju, suatu cabang ilmu pengetahuan yang
baru, yakni manajemen, yang bermula masih segan diakui sebagai ilmu pengetahuan.
Seabad yang lalu, di masa Auguste Comte dan Herbert Spencer, ilmu sosiologi itu belum mendapat
pengakuan sebagai ilmu, padahal kesarjanaan Spencer misalnya, tidak dapat diragu-ragukan: ia terkenal
sebagai seorang ahli filsafat dan etika, ahli biologi dan sosiologi, dan terkenal karena belasan buku-buku
tebal yang dikarangnya, tentang pengetahuannya yang luas itu.
Ilmu “manajemen” itu belum dianggap sebagai ilmu di masa Taylor dan Fayol mulai memajukannya, bahkan
dibagian negara-negara dewasa ini, orangf masih curiga dan ragu untuk mengajarkannya disebelah ilmu
filsafat yang menurut para ahli cendekia, adalah ilmu yang tertua, dan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu alam,
ilmu pasti, ilmu kedoktoran dan sebagainya seorang ahli.
Epistemologi yang mampu mengintegrasikan cabang filsafat menelaah asal mulanya
pengetahuan.
Atau dapat juga dikatakan, epistemologi adalah apa yang menjadi pengetahuan, bagaimana karakter dan kebenaran
pengetauan itu sndiri. Walhasil ia berada dalam tiga persolaan pokok yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu:
1. Apakah yang menjadi sumber-sumber pengetahuan, dari manakah pengetahuan itu datang dan bagaimanakah kita dapat
mengetahuinya. Inilah yang menjadi problem asal (origins problem) dari filsafat epistemologi;
2. Apakah karakter dari pengetahuan itu; adakah dunia yang nayata diluar akal manusia dan kalau ada dapatkah kita
mengetahuinya. Inilah yang menjadi problem yang penampilan (appearance problem) terhadap ralitas;
3. Apakah pengetahuan kita benar (valid); bagaimana kita membedakan suatu kebenaran dengan suatu kekeliruan. Inilah
yang menjadi problem memcoba suatu kebenaran (verification problems) dari pengetahuan sesuatu hal.
4. Ilmu pengetahuan yang dipelihara-kembangkan oleh Institut Agama Islam dalam tatapan penulis sebagian berada pada
epistemologi telaah klasik dan sebagian berada pada epistemologi telaah positivistik. Pendidikan Islam yang dipelihara-
kembangkan di Institut Agama Islam lebih banyak dipengaruhi telaah epistemologi yang positivistik, dan sebagian kecil
dipengaruhi telaah studi Islam klasik.
PEMBAHASAN
A. Problem Asal
Di kutip dari pendapat Russell (1948) yang mengemukakan bahwa: apa yang diketahui
seseorang, dalam arti yang penting, adalah bergantung pada pengalaman pribadi sendiri, ia
mengetahui apa yang ia telah lihat dan dengar; apa yang ia telah baca dan apa yang telah
diberitahukan orang lain kepadanya dan juga apa yang telah dapat ia simpulkan dari data
tersebut. Pernyataan Rusel ini memberikan petunjuk bahwa memperoleh pengetahuan
adalah dari pengalaman, di samping kemampuan akalnya dalam menarik kesimpulan atas
fakta yang ia lihat, dengar dan ia pelajari. Inilah dalam filsafat disebut :
(1) empirisme, yaitu aliran yang mengandalkan pada pengalaman dan
(2) rasionallisme atau aliran yang mengandalkan pada hasil pemikiran.
Tokoh – tokoh pemgembangan Aliran Empirisme dan
Rasionalisme
Plato : tentang akal yang
mengarahkan budi pekerti.
David Hume
pengetahuan itu berasal dari
pengalaman, walaupun
mungkin ada suatu dunia
diluar kesadaran manusia.
Namun hal itu tak dapat
dibuktikan.
Aristoteles, dimana akal adalah
kekuatan yang tertinggi dari jiwa,
Empirisme Rasionalisme
Thomas Hobbes & Jean Jacques
Rousseau : para pemikir tentang negara
Bagaimanakah pengalaman itu dapat dipandang sebagai
sumber pengetahuan atau teori pengetahuan ?
Pengalaman adalah suatu realitas yang dialami
manusia. Jika realitas itu hanya berlangsung sekali,
tentunya tidak melahirkan kesan yang bersifat tetap
karena itu hanya berlangsung secara kebetulan.
Namun, jika realitras itu selalu ditemukan berulang-
ulang, ia akan membentuk kesan yang bersifat tetap
atas sesuatu realitas yang terjadi. Keberualangan
itulah yang membentuk pengalaman sebagaimana
lahirnya adat kebisaan, adat istiadat, yang ditaati
oleh sekelompok masyarakat.
bagaimana sesungguhnya yang menjadi sumber
pengetahuan ?
Dalam pembahasan modern, disebutkan ada empat
sumber pengetahuan, yaitu:
1. Kesaksian.
2. Otoritas.
3. Indra yang bersandar
pada persepsi.
4. Dalam diri sendiri yang
bersandar kepada
intuisi.
Bagaimanakah dengan ilmu manajemen? Dari manakah
sumber-sumber pengetahuannya?
pada saat realitas manajemen sebagai manajemen yang berlangsung sejak beratus tahun sebelum masehi
telah dikenal manajemen walaupun tidak dalam penamaan manajeman keteraturan yang dikehendaki tidak
lain sekadar keteraturan yang terbentuk karena pengalaman yang berulang terjadi tanpa dilakukan uji
kebenarannya. Namun setelah ilmu manajemen dipandang sebagai bagian integral dari ilmu politik, maka
keteraturan yang terjadi adalah keteraturan karena dikehendaki oleh kekuasaan.
Ia mulai bekerja berdasarkan prinsip-prinsip kekuasaan. Kekusaan
menghendaki agar dilakukan pemisahan yang tegas antara memiliki
kekuasaan (perumusan kebijakan) dengan pelaksanaan kekusaan itu
sendiri. Dianologikan bahwa dikotomi atau dualisme fungsi dalam
suatu masyarakat kekusaan (politik) memiliki persamaan tertentu
dengan dualisme jenis kelamin manusia. Pemikiran (analogi) ini
didasarkan pada fakta yang realistis
secara epistemologi ilmu
manajemen berkembang sampai
pada realitas bahwa baik realitas
empiris dan pertimbangan rasional
melahirkan sejumlah ilmu
manajemen dalam berbagai
lokusnya dan nilai yang dikejarnya.
Kelahiran ilmu manajemen dalam
berbagai lokus nilai yang
dikejarnya ini, dipengaruhi pula
oleh realitas-realitas yang
mempengaruhi keteraturan yang
dikembangkan oleh ilmu
manajemen.
B. Problem Penampillan
Problem Penampilan adalah problem
yang berkaitan dengan karakter ilmu
pengetahuan yang ingin diketahui sehingga
pertanyaan yang harus dijawab adalah
pertanyaan yang berkaitan dengan fakta
sesungguhnya. Hal ini adalah realitas atau
fakta yang sesungguhnya Objek yang dikaji
ilmu manajemen adalah fakta dan realitas.
Objek yang dikaji adalah keteraturan
dengan menggunakan sejumlah instrumen
yang membenarkan kereraturan itu sendiri.
Jika dilihat Pada lingkungan kerja di
nama kita berkerja, sejumlah fakta
yang berkaitan dengan penyelenggaraan
administrasi (manajemen) tampak
semuanya berada dalam kerangka
keteraturan yang diciptakan melalui
keharusan normatif. Namun secara
jujur dapat kita mengatakan bahwa
terjadi pula sejumlah realitas
keteraturan yang diciptakan kehendak
para menejer yang menyesuaikan
tuntutan normatif.
C. Problem Mencoba Suatu Kebenaran
Problem dalam mencoba suatu kebenaran diperlukan pengujian secara empiris atas sejumlah realitas dengan menggunakan
berbagai alat uji, seperti postulat ilmiah, konsistensi dan lain-lain. Pengujian yang dilakukan itu hanya dapat berlaku jika
menggunakan metode penelitian yang tepat. Ia dapat melakukan pengujian atas realitas yang terjadi secra empiris yang
menempatkannya dalam konteks penelitian empiris rasional, dan sebaliknya ia juga dapat melakukannya dalam konteks
penilian yang disebut rasional-empiris. Dalam konteks empiris rasional ia dapat melakukan penelitian atas gejala dan realitas
yang terjadi dalam kehidupan kerja sama yang disebut organisasi dan manajemen, seperti gejala dan atau realitas terjadinya
indisipliner, penyimpangan dan berbagai aspek kejadian atas kegiatan lainnya dengan pengujian atas teori yang bisa
mendukung ataupun yang dapat menolak dan melahirkan teori baru. Dengan menghubung-hubungkan realitas tersebut akan
dapat membentuk sejumlah variabel yang dapat berinteraksi atau berinterelasi satu dengan lainnya. Jika dilakukan
pembuktian atas hipotesis yang terumuskan tersebut hasilnya hasilnya adalah teori, apakah teori yang mendukung, menolak
atau teori yang baru. Sedangkan dalam konteks rasional-empiris, ia dapat melakukan pengujian atas nialai-nilai yang
dikehendaki oleh teori manajemen dalam praktik-praktik penyelenggraan manajemen. Ini dapat pula memberikan penilaian
atas realitas manajemen yang terjadi guna perbaikan atau penyempurnaannya. Hasilnya dapat dilakukan evaluasi atas
kesesuaian teori atau konsep yang berlaku.
D. Dimensi Epistemologi Ilmu-Ilmu Agama
dan Ilmu-Ilmu Umum
Pada Lembaga pendidikan tinggi dengan aneka ragam bentuknya muncul
tidak untuk menyediakan kelanjutan bidang-bidang studi tingkat permulaan,
melainkan untuk memenuhi dua kebutuhan penting dalam masyakatat yaitu:
Pertama : Menjelaskan pengertian alquran dan untuk menyesuaikan prinsip-
prinsipnya bagi lingkungan yang berubah. Khusus untuk keimanan
bagi pemeluk Islam yang masih baru, membutuhkan bimbingan sesuai
dengan wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
Kedua : Untuk memadukan wahyu dengan pengalaman intelektual dan
keilmuan.
Pada Lembaga pendidikan tinggi dengan aneka ragam bentuknya muncul
tidak untuk menyediakan kelanjutan bidang-bidang studi tingkat permulaan,
melainkan untuk memenuhi dua kebutuhan penting dalam masyakatat yaitu:
Pertama : Menjelaskan pengertian alquran dan untuk menyesuaikan prinsip-
prinsipnya bagi lingkungan yang berubah. Khusus untuk keimanan
bagi pemeluk Islam yang masih baru, membutuhkan bimbingan
sesuai dengan wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad Saw.
Kedua : Untuk memadukan wahyu dengan pengalaman intelektual dan
keilmuan.
Karena ilmu merupakan sebuah proses (kegiatan), karena ilmu bukanlah
sebuah yang statis, tetapi merupakan kegiatan yang dinamis.
َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫م‬ْ‫س‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬
(
١
)
‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬‫ن‬ِْ
‫اْل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬
(
٢
)
‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬َ ْ
‫اْل‬ َ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬
(
٣
)
ِ‫م‬َ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬
(
٤
)
َ‫ان‬َ‫س‬‫ن‬ِْ
‫اْل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬
ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬
(
٥
)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam pandangan Islam posisi ilmu menempati tingkat yang sangat tinggi, karena
tidaklah heran jika banyak nash baik Alquran maupun al-Sunnah yang menganjurkan
kepada manusia untuk menuntut ilmu, diantaranya, firman allah dalam surat Al-
Alaq, yaitu:
Rasulullah SAW bersabda :
‫مسلمة‬ ‫و‬ ‫مسلم‬ ‫على‬ ‫قريضة‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬
(
‫ماجه‬ ‫ابن‬
)
“Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita”.
Bentuk serta ilmu keislaman terangkum dalam syahadah, “kesaksian” yang
menjadi dasar tauhid. Oleh karena itu, hal yang terpenting dari berbagai ilmu adalah
ilmu tentang Tuhan, sedangkan tentang selain Tuhan merupakan sarana untuk mencapai
ilmu tentang Tuhan, karena segala sesuatu pasti akan kembali kepadanya.
Dasar yang digunakan untuk membentuk kerangka manajemen pendidikan Islam adalah
tidak adanya dualisme dalam pendelegasian tugas.
Dalam Al-Quran dinyatakan: Dalam Al-Quran dinyatakan:
َ‫ي‬ِ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ‫ل‬َ‫ه‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ل‬ ‫ا‬‫ا‬‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬
‫ًل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ‫ون‬ُ‫س‬ِ‫ك‬‫َا‬‫ش‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ء‬‫َا‬‫ك‬َ‫ُر‬‫ش‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬
‫ًل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ا‬
‫ًل‬َ‫ث‬َ‫م‬ ُ ‫ه‬
‫َّللا‬ َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ض‬
ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ۚ ‫ا‬
‫ًل‬َ‫ث‬َ‫م‬ ِ‫ان‬
َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ر‬َ‫ث‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ۚ ِ ‫ه‬ ِ
‫ّلِل‬
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa
orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh
dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Az-Zumar, 29).
Jawabannya sangat jelas bahwa keduanya tidaklah sama. Seseorang budak yang
tunduk kepada seseorang akan menerima perintah hanya dari satu arah. Sementara
seorang budak yang dimiliki oleh beberapa orang yang berselisih tidak dapat memiliki
pendirian yang teguh dalam melaksankan perintah.
Karena ada lebih dari satu yang memberi instruksi, seorang karyawan akan bingung, apalagi
jika atasan yag memberikan instruksi tersebut ada dalam kondisi yang sedang berselisih.
Perumpamaan seperi di atas menyerupai ideologi tauhid ketika manusia lebih baik
menerima perintah dan langsung hanya dari Tuhan Yang Satu (baca: satu Tuhan) dari pada
menerima dari banyak Tuhan. Firman Allah.
“Kalau seandainya di langit dan bumi ada banyak Tuhan, maka keduanya akan binasa”
demikian pula dalam prinsip manajemen ilmu pendidikan Islam- Allah memberikan
perumpamaan yang sempurna. Seorang bawahan atau karyawan tidak akan mamapu
menerima instruksi dari pemimpin yang berbeda-beda atau lebih dari satu.
E. Dimensi Epistemologi Ilmu-Ilmu Agama dan Ilmu-Ilmu Umum
Tentu dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari fungsi manajemen dalam
segala urusannya, baik itu terkait perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.
Fungsi manajemen tersebut menjadi konsep dasar yang mengiringi
kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi.
Keberhasilan individu menjadi khalifah di bumi tentu tidak lepas
dari bagaimana cara ia mengatur dan mengelola segala hal yang ada
disekitarnya, tentu tujuan akhir yang diinginkan adalah kesuksesan
atau keberhasilan.
Keberhasilan dalam pendidikan tatkala meluluskan sumber daya
manusia yang unggul dan kompeten dalam berbagai bidang.
Dalam tataran manajemen pendidikan ada berbagai sumber untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan.
John Locke (1632-1704) yang dianggap sebagai bapak aliran empirisme mengemukakan teori tabula rasa
yang menyatakan bahwa pada mulanya manusia kosong tanpa pengetahuan. Mulanya tangkapan indera yang
masuk sederhana selanjutnya tersusun menjadi pengetahuan yang kompleks dalam diri manusia. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera yang memberikan dua hal, kesan (impression) dan ide
(idea).
Kesan adalah apa yang diperoleh secara langsung yang diterima dari pengalaman. Sedangkan ide adalah
gambaran tentang persepsi yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan yang diterima
dari pengalaman individu. Jadi konsep keilmuan manajemen pendidikan Islam diperoleh dari pengalaman
para pelaku langsung di lapangan yang setiap harinya berkecimpung dengan praktik manajemen di lembaga
pendidikan Islam.
Dari hasil pengalaman yang didapat selama bekerja bertahun-tahun,
pengalaman tersebut menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang melekat
terhadap para praktisi pendidikan (kepala sekolah, guru, karyawan
di lembaga pendidikan Islam) untuk dijadikan pedoman dan acuan
dalam mengatur, mengelola, menata sebuah lembaga pendidikan Islam.
Sebuah pengalaman dalam bekerja apabila pelaksanaannya telah
menunjukan keberhasilan maka hal tersebut akan menjadi pedoman
atau rangkaian konsep kegiatan yang akan datang, sedangkan
pengalaman yang tidak berhasil/gagal dalam tujuan akan menjadi
bahan pembelajaran dan sebagai cambuk untuk selalu lebih berhati-
hati dalam penentuan perencanaannya, pengorganisasiannya,
pelaksanaannya, dan evaluasinya.
1. Empirisme
2. Rasionalisme (akal)
Rasionalisme adalah aliran yang menganggap bahwa akal adalah media terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran ini, pengetahuan diperoleh melalui cara berpikir (akal) dan tidak menganggap pengalaman
indera (empiris) sebagai sumber pengetahuan.
Paham rasionalisme tidak memungkiri penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, tetapi indera hanyalah
sebagai stimulus agar akal mau berfikir dan menemukan kebenaran/pengetahuan.
Akal menerima bermacam data yang dikirim oleh indera selanjutnya mengatur, mengolah dan menyusunnya hingga
menjadi pengetahuan yang benar. Paham ini mengklaim bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang
dari penemuan akal. Temuan-temuan damatematika begitu pasti dan tidak mungkin salah (kebenaran yang
universal).
Seperti pengetahuan tentang prinsip/aturan lam logika dan yang rajin belajar dan berprestasi di madrasah
akan berhasil dalam kehidupannya.
Hal ini seperti yang dilakukan oleh para praktisi dan para ahli
pendidikan (dosen, peneliti) untuk berpikir secara sistematis disertai
data/fakta yang didapat dari obyek untuk menyelesaikan permasalahan di
lembaga pendidikan Islam atau menghasilkan konsep tentang format yang
ideal dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam.
Konsep tentang format tatakelola yang ideal lembaga pendidikan Islam
menjadi sebuah landasan teori dalam pengelolaan lembaga yang bisa
dijadikan rujukan penelitian.
Menurut paham ini indera sangat penting untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, tetapi indera harus dipertajam dengan eksperimen yang
menggunakan ukuran pasti.
3. Intuisionisme (intuisi)
Tentu banyak yang menganggap bahwa mempercayakan intuisi semata bagi orang
yang baru belajar manajemen pendidikan Islam akan membahayakan, apalagi untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan keputusan-
keputusan dan kebijakan penting di lembaga pendidikan Islam.
Jadi cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan intuisi yang baik adalah dengan
teknik perenungan yang melibatkan emosi, observasi, kemampuan dasar, dan nalar
kritis.
Hendry Bergson (1859-1941)adalah tokoh aliran intuisionisme. Menurutnya bukan hanya indera yang terbatas,
akal juga mempunyai keterbatasan. Obyek-obyek yang ditangkap oleh indera manusia adalah obyek yang selalu
berubah, jadi pengetahuan tentang suatu obyek tidak pernah tetap.
Jadi manusia tidak mampu mengetahui secara keseluruhan, tidak pula memahami sifat-sifat yang tetap pada
obyek.
Dengan berdasar keterbatasan indera dan akal dalam memahami obyeknya, Bergson mengembangkan suatu kemampuan
tingkat tinggi manusia yang disebut intuisi.
Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran suatu obyek secara utuh, tetap dan menyeluruh (unique).
Untuk memperoleh intuisi yang tinggi, manusia harus berusaha memanfaatkan pemikiran dan perenungan yang
konsisten terhadap kebenaran suatu obyek.
Tentu banyak yang menganggap bahwa mempercayakan intuisi semata bagi orang
yang baru belajar manajemen pendidikan Islam akan membahayakan, apalagi untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan keputusan-
keputusan dan kebijakan penting di lembaga pendidikan Islam.
Jadi cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan intuisi yang baik adalah dengan
teknik perenungan yang melibatkan emosi, observasi, kemampuan dasar, dan nalar
kritis.
4. Wahyu
Amsal Bakhtiar mengatakan bahwa wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi.
Allah SWT mensucikan jiwa para nabi dan diterangkan-Nya pula jiwa
mereka untuk mendapatkan kebenaran dengan jalan wahyu.Melalui
wahyu, Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia
terhadap pentingnya ilmu pengetahuan.
Wahyu adalah kebenaran mutlak dari Tuhan, manusia harus
menafsirkan dan menggali konsep yang tersurat maupun tersirat
sebagai sumber dari ilmu pengetahuan manajemen Pendidikan
Islam.Kebenaran bersifat hak yang harus dipegang dan menjadi
petunjuk dalam pelaksanaan pengelolaan lembaga Pendidikan Islam.
Dalam tinjauan manajemen, terdapat beberapa aspek yang tidak bisa lepas dengan empat komponen
yang ada, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Komponen-komponen manajemen
tersebut dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
a. Perencanaan Planning
Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan dilaksanakan di Lembaga
pendidikan Islam maka prinsip perencanaan harus mencerminkan nilai-nilai keislaman yang
bersumberkan pada Al-Qur’an dan hadis. Dalam tinjauan perencanaan tersebut, Al-Qur’an surat Al
Hajj ayat 77 mengajarkan bahwa: “.....dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan
keberuntungan” (QS. Al Hajj, ayat 77).
Di samping itu, terdapat pula ayat lainnya yang menganjurkan kepada para manajer atau pemimpin
untuk menentukan sikap adil dan bijaksana dalam proses perencanaan pendidikan. Salah satu ayat dalam
Al-Qur’an mengatakan bahwa: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia
memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS.An Nahl, Ayat 90).
b. Pengorganisasian (organizing)
Proses pengorganisasian di lembaga pendidikan Islam menekankan pentingnya kesatuan sistem
dalam segala tindakan, dalam hal ini Al-Qur’an telah menyebutkan betapa pentingnya tindakan kesatuan
yang kuat, utuh dan terorganisir didalam suatu lembaga. Selanjutnya Al-Qur’an memberikan petunjuk
agar dalam suatu wadah, perkumpulan, persaudaraan, ikatan, organisasi, kelompok, janganlah
menimbulkan pertentangan, perselisihan, percekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan system
organisasi, serta runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Hal ini sesuai dengan firman-
Nya: “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, jangalah kamu berbantahbantahan yang menyebabkan kamu
menjadi gentar, hilang kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar” (QS. An Anfal, ayat 46).
b. c. Pelaksanaan (actuating)
c. Actuating merupakan fungsi terpenting dalam proses manajerial karena pada
tahap ini sebuah lembaga pendidikan Islam melaksanakan secara fisik kegiatan dari
aktivitas yang telah direncanakannya. Tahap actuating merupakan implementasi program
yang dijalankam oleh seluruh pihak dalam lembaga pendidikan Islam serta proses
memotivasi agar semua pihak melaksanakan pekerjaannya dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
d. Al-Qur’an dalam hal ini telah memberikan pondasi dasar terhadap proses
bimbingan dan pengarahan dalam tahap actuating ini. Deskripsi tersebut sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Kahfi yang menjelaskan: “Sebagai bimbingan
yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi
berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik” (QS.Al Kahfi, ayat 2)
b. d. Evaluasi (controlling)
Dalam bingkai ilmu manajemen, controlling merupakan jembatan terakhir dalam rantai
fungsi manajemen. Evaluasi merupakan salah satu cara para manajer untuk mengetahui apakah
tujuan-tujuan organisasi lembaga pendidikan Islam bias tercapai atau tidak, dan kenapa
tercapai atau tidak tercapai. Selain itu, controlling adalah konsep pengendalian, pemantauan
efektivitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan serta pengambilan
keputusan pada saat dibutuhkan. Adapun ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan evaluasi
(controlling) terdapat dalam al-Qur’an surat Al Infitar ayat 10- 12 sebagai berikut: “Padahal
sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia
(di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S Al Infitar, ayat 10-12).
PENUTUP
Kesimpulan
Pimpinan lembaga pendidikan untuk mendapatkan bekal pengetahuan dalam mengelola organisasi melalui sumber-
sumber pengetahuan (rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu). Terdapat aliran yang berkaitan dengan bagaimana
pimpinan lembaga pendidikan memperoleh pengetahuan terkait tatakelola lembaga pendidikan, seperti rasionalisme,
empirisme. Rasionalisme mengandalkan akal (daya pikir) dalam memperoleh pengetahuan yang benar sedangkan
empirisme memperoleh pengetahuan berdasar pengalaman. Intuisi dianggap sebagai bagian dari sumber ilmu
pengetahuan karena intuisi merupakan kemampuan individu untuk dapat memahami kebenaran suatu obyek secara utuh,
tetap dan menyeluruh.
Cara mendapat ilmu pengetahuan dengan intuisi adalah dengan teknik
perenungan yang melibatkan emosi, observasi, nalar kritis, dan juga
diperlukan pondasi pengetahuan dasar tentang manajemen pendidikan Islam
yang kuat. Wahyu adalah kalam dari Allah SWT yang mutlak kebenarannya
dan diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat
atau secara langsung. Kandungan wahyu bersifat absolute dan sebagai
pedoman hakiki untuk seluruh Makhluk-Nya. Wahyu merupakan sumber ilmu
pengetahuan manajemen pendidikan Islam yang sempurna. Maka tidak heran
apabila lembaga pendidikan Islam dapat tumbuh dan berkembang karena
pada praktik pengelolaannya langsung menerapkan nilai-nilai yang ada
didalam Al Qur’an.
SEKI
AN
Irfan-PPT-FIlsafat MPI.pptx

More Related Content

Similar to Irfan-PPT-FIlsafat MPI.pptx

Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahYf Indah
 
FILSAFAT ADM PUBLIK.pptx
FILSAFAT ADM PUBLIK.pptxFILSAFAT ADM PUBLIK.pptx
FILSAFAT ADM PUBLIK.pptxDandanHaryono
 
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran BaruHakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran BaruAli Murfi
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatDea_tita
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx22D082MuhammadIlham
 
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Ninik Charmila
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahWandaWanda37
 
FILSAFAT YOVIE
FILSAFAT YOVIEFILSAFAT YOVIE
FILSAFAT YOVIEyoovie
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
ambon, paradigma ilmu.docx
ambon, paradigma ilmu.docxambon, paradigma ilmu.docx
ambon, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met litutarigitam
 
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptxKEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptxssuserc12fc21
 

Similar to Irfan-PPT-FIlsafat MPI.pptx (20)

Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalah
 
FILSAFAT ADM PUBLIK.pptx
FILSAFAT ADM PUBLIK.pptxFILSAFAT ADM PUBLIK.pptx
FILSAFAT ADM PUBLIK.pptx
 
Filsafat kelompok 3
Filsafat kelompok 3Filsafat kelompok 3
Filsafat kelompok 3
 
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran BaruHakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
 
TUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFATTUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFAT
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidah
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
MATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
MATERI 1 - Pengantar Filsafat IlmuMATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
MATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
 
FILSAFAT YOVIE
FILSAFAT YOVIEFILSAFAT YOVIE
FILSAFAT YOVIE
 
Dasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitianDasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitian
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
ambon, paradigma ilmu.docx
ambon, paradigma ilmu.docxambon, paradigma ilmu.docx
ambon, paradigma ilmu.docx
 
Makalah Filsafat
Makalah FilsafatMakalah Filsafat
Makalah Filsafat
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met lit
 
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptxKEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
 

Irfan-PPT-FIlsafat MPI.pptx

  • 1.
  • 2.
  • 3. Assalamu’alaikum, wr. wb Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, Pemilik semesta Alam juga makhluk seisi Dunia. Shalawat dan salam yang terangkai kita persembahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Yang terhormat kepada dosen pembimbing kita Ust. Dr. Iskandar, M.Si yang telah membimbing kami semua dan bapak/ibu teman-teman unit 3 MPI semua, terima kasih atas dukungan dan semangat motivasinya sehingga selesailah Makalah yang berjudul : Epistimologi MPI : Sumber-sumber Ilmu MPI yang akan kami sajikan untuk bahan diskusi Mata Filsafat Manajemen Pendidikan Islam, dan semoga makalah ini menjadi tambahn ilmu bagi para pembaca semua. Sekian Wassaalam Serangkai kata
  • 4. Sekilas diri NAMA : IRFAN AKHRAM TTL : IDI, 28-10-1994 UNIT : 3 (TIGA) JURUSAN : PASCA MPI
  • 5. Dosen Pengampu : Ust. Dr. Iskandar, M.Si Filsafat Manajemen Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA (PPs) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE 2022/2023 M Epistimologi MPI Sumber-sumber Ilmu MPI
  • 6. PENDAHULUAN Dalam abad ke-20 ini tampak muncul di negara-negara yang maju, suatu cabang ilmu pengetahuan yang baru, yakni manajemen, yang bermula masih segan diakui sebagai ilmu pengetahuan. Seabad yang lalu, di masa Auguste Comte dan Herbert Spencer, ilmu sosiologi itu belum mendapat pengakuan sebagai ilmu, padahal kesarjanaan Spencer misalnya, tidak dapat diragu-ragukan: ia terkenal sebagai seorang ahli filsafat dan etika, ahli biologi dan sosiologi, dan terkenal karena belasan buku-buku tebal yang dikarangnya, tentang pengetahuannya yang luas itu. Ilmu “manajemen” itu belum dianggap sebagai ilmu di masa Taylor dan Fayol mulai memajukannya, bahkan dibagian negara-negara dewasa ini, orangf masih curiga dan ragu untuk mengajarkannya disebelah ilmu filsafat yang menurut para ahli cendekia, adalah ilmu yang tertua, dan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu alam, ilmu pasti, ilmu kedoktoran dan sebagainya seorang ahli.
  • 7. Epistemologi yang mampu mengintegrasikan cabang filsafat menelaah asal mulanya pengetahuan. Atau dapat juga dikatakan, epistemologi adalah apa yang menjadi pengetahuan, bagaimana karakter dan kebenaran pengetauan itu sndiri. Walhasil ia berada dalam tiga persolaan pokok yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu: 1. Apakah yang menjadi sumber-sumber pengetahuan, dari manakah pengetahuan itu datang dan bagaimanakah kita dapat mengetahuinya. Inilah yang menjadi problem asal (origins problem) dari filsafat epistemologi; 2. Apakah karakter dari pengetahuan itu; adakah dunia yang nayata diluar akal manusia dan kalau ada dapatkah kita mengetahuinya. Inilah yang menjadi problem yang penampilan (appearance problem) terhadap ralitas; 3. Apakah pengetahuan kita benar (valid); bagaimana kita membedakan suatu kebenaran dengan suatu kekeliruan. Inilah yang menjadi problem memcoba suatu kebenaran (verification problems) dari pengetahuan sesuatu hal. 4. Ilmu pengetahuan yang dipelihara-kembangkan oleh Institut Agama Islam dalam tatapan penulis sebagian berada pada epistemologi telaah klasik dan sebagian berada pada epistemologi telaah positivistik. Pendidikan Islam yang dipelihara- kembangkan di Institut Agama Islam lebih banyak dipengaruhi telaah epistemologi yang positivistik, dan sebagian kecil dipengaruhi telaah studi Islam klasik.
  • 8. PEMBAHASAN A. Problem Asal Di kutip dari pendapat Russell (1948) yang mengemukakan bahwa: apa yang diketahui seseorang, dalam arti yang penting, adalah bergantung pada pengalaman pribadi sendiri, ia mengetahui apa yang ia telah lihat dan dengar; apa yang ia telah baca dan apa yang telah diberitahukan orang lain kepadanya dan juga apa yang telah dapat ia simpulkan dari data tersebut. Pernyataan Rusel ini memberikan petunjuk bahwa memperoleh pengetahuan adalah dari pengalaman, di samping kemampuan akalnya dalam menarik kesimpulan atas fakta yang ia lihat, dengar dan ia pelajari. Inilah dalam filsafat disebut : (1) empirisme, yaitu aliran yang mengandalkan pada pengalaman dan (2) rasionallisme atau aliran yang mengandalkan pada hasil pemikiran.
  • 9. Tokoh – tokoh pemgembangan Aliran Empirisme dan Rasionalisme Plato : tentang akal yang mengarahkan budi pekerti. David Hume pengetahuan itu berasal dari pengalaman, walaupun mungkin ada suatu dunia diluar kesadaran manusia. Namun hal itu tak dapat dibuktikan. Aristoteles, dimana akal adalah kekuatan yang tertinggi dari jiwa, Empirisme Rasionalisme Thomas Hobbes & Jean Jacques Rousseau : para pemikir tentang negara
  • 10. Bagaimanakah pengalaman itu dapat dipandang sebagai sumber pengetahuan atau teori pengetahuan ? Pengalaman adalah suatu realitas yang dialami manusia. Jika realitas itu hanya berlangsung sekali, tentunya tidak melahirkan kesan yang bersifat tetap karena itu hanya berlangsung secara kebetulan. Namun, jika realitras itu selalu ditemukan berulang- ulang, ia akan membentuk kesan yang bersifat tetap atas sesuatu realitas yang terjadi. Keberualangan itulah yang membentuk pengalaman sebagaimana lahirnya adat kebisaan, adat istiadat, yang ditaati oleh sekelompok masyarakat.
  • 11. bagaimana sesungguhnya yang menjadi sumber pengetahuan ? Dalam pembahasan modern, disebutkan ada empat sumber pengetahuan, yaitu: 1. Kesaksian. 2. Otoritas. 3. Indra yang bersandar pada persepsi. 4. Dalam diri sendiri yang bersandar kepada intuisi.
  • 12. Bagaimanakah dengan ilmu manajemen? Dari manakah sumber-sumber pengetahuannya? pada saat realitas manajemen sebagai manajemen yang berlangsung sejak beratus tahun sebelum masehi telah dikenal manajemen walaupun tidak dalam penamaan manajeman keteraturan yang dikehendaki tidak lain sekadar keteraturan yang terbentuk karena pengalaman yang berulang terjadi tanpa dilakukan uji kebenarannya. Namun setelah ilmu manajemen dipandang sebagai bagian integral dari ilmu politik, maka keteraturan yang terjadi adalah keteraturan karena dikehendaki oleh kekuasaan. Ia mulai bekerja berdasarkan prinsip-prinsip kekuasaan. Kekusaan menghendaki agar dilakukan pemisahan yang tegas antara memiliki kekuasaan (perumusan kebijakan) dengan pelaksanaan kekusaan itu sendiri. Dianologikan bahwa dikotomi atau dualisme fungsi dalam suatu masyarakat kekusaan (politik) memiliki persamaan tertentu dengan dualisme jenis kelamin manusia. Pemikiran (analogi) ini didasarkan pada fakta yang realistis
  • 13. secara epistemologi ilmu manajemen berkembang sampai pada realitas bahwa baik realitas empiris dan pertimbangan rasional melahirkan sejumlah ilmu manajemen dalam berbagai lokusnya dan nilai yang dikejarnya. Kelahiran ilmu manajemen dalam berbagai lokus nilai yang dikejarnya ini, dipengaruhi pula oleh realitas-realitas yang mempengaruhi keteraturan yang dikembangkan oleh ilmu manajemen.
  • 14. B. Problem Penampillan Problem Penampilan adalah problem yang berkaitan dengan karakter ilmu pengetahuan yang ingin diketahui sehingga pertanyaan yang harus dijawab adalah pertanyaan yang berkaitan dengan fakta sesungguhnya. Hal ini adalah realitas atau fakta yang sesungguhnya Objek yang dikaji ilmu manajemen adalah fakta dan realitas. Objek yang dikaji adalah keteraturan dengan menggunakan sejumlah instrumen yang membenarkan kereraturan itu sendiri.
  • 15. Jika dilihat Pada lingkungan kerja di nama kita berkerja, sejumlah fakta yang berkaitan dengan penyelenggaraan administrasi (manajemen) tampak semuanya berada dalam kerangka keteraturan yang diciptakan melalui keharusan normatif. Namun secara jujur dapat kita mengatakan bahwa terjadi pula sejumlah realitas keteraturan yang diciptakan kehendak para menejer yang menyesuaikan tuntutan normatif.
  • 16. C. Problem Mencoba Suatu Kebenaran Problem dalam mencoba suatu kebenaran diperlukan pengujian secara empiris atas sejumlah realitas dengan menggunakan berbagai alat uji, seperti postulat ilmiah, konsistensi dan lain-lain. Pengujian yang dilakukan itu hanya dapat berlaku jika menggunakan metode penelitian yang tepat. Ia dapat melakukan pengujian atas realitas yang terjadi secra empiris yang menempatkannya dalam konteks penelitian empiris rasional, dan sebaliknya ia juga dapat melakukannya dalam konteks penilian yang disebut rasional-empiris. Dalam konteks empiris rasional ia dapat melakukan penelitian atas gejala dan realitas yang terjadi dalam kehidupan kerja sama yang disebut organisasi dan manajemen, seperti gejala dan atau realitas terjadinya indisipliner, penyimpangan dan berbagai aspek kejadian atas kegiatan lainnya dengan pengujian atas teori yang bisa mendukung ataupun yang dapat menolak dan melahirkan teori baru. Dengan menghubung-hubungkan realitas tersebut akan dapat membentuk sejumlah variabel yang dapat berinteraksi atau berinterelasi satu dengan lainnya. Jika dilakukan pembuktian atas hipotesis yang terumuskan tersebut hasilnya hasilnya adalah teori, apakah teori yang mendukung, menolak atau teori yang baru. Sedangkan dalam konteks rasional-empiris, ia dapat melakukan pengujian atas nialai-nilai yang dikehendaki oleh teori manajemen dalam praktik-praktik penyelenggraan manajemen. Ini dapat pula memberikan penilaian atas realitas manajemen yang terjadi guna perbaikan atau penyempurnaannya. Hasilnya dapat dilakukan evaluasi atas kesesuaian teori atau konsep yang berlaku.
  • 17. D. Dimensi Epistemologi Ilmu-Ilmu Agama dan Ilmu-Ilmu Umum Pada Lembaga pendidikan tinggi dengan aneka ragam bentuknya muncul tidak untuk menyediakan kelanjutan bidang-bidang studi tingkat permulaan, melainkan untuk memenuhi dua kebutuhan penting dalam masyakatat yaitu: Pertama : Menjelaskan pengertian alquran dan untuk menyesuaikan prinsip- prinsipnya bagi lingkungan yang berubah. Khusus untuk keimanan bagi pemeluk Islam yang masih baru, membutuhkan bimbingan sesuai dengan wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Kedua : Untuk memadukan wahyu dengan pengalaman intelektual dan keilmuan.
  • 18. Pada Lembaga pendidikan tinggi dengan aneka ragam bentuknya muncul tidak untuk menyediakan kelanjutan bidang-bidang studi tingkat permulaan, melainkan untuk memenuhi dua kebutuhan penting dalam masyakatat yaitu: Pertama : Menjelaskan pengertian alquran dan untuk menyesuaikan prinsip- prinsipnya bagi lingkungan yang berubah. Khusus untuk keimanan bagi pemeluk Islam yang masih baru, membutuhkan bimbingan sesuai dengan wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Kedua : Untuk memadukan wahyu dengan pengalaman intelektual dan keilmuan. Karena ilmu merupakan sebuah proses (kegiatan), karena ilmu bukanlah sebuah yang statis, tetapi merupakan kegiatan yang dinamis.
  • 19. َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫م‬ْ‫س‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬ ( ١ ) ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬‫ن‬ِْ ‫اْل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ( ٢ ) ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ك‬َ ْ ‫اْل‬ َ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬ ( ٣ ) ِ‫م‬َ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ( ٤ ) َ‫ان‬َ‫س‬‫ن‬ِْ ‫اْل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ( ٥ ) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dalam pandangan Islam posisi ilmu menempati tingkat yang sangat tinggi, karena tidaklah heran jika banyak nash baik Alquran maupun al-Sunnah yang menganjurkan kepada manusia untuk menuntut ilmu, diantaranya, firman allah dalam surat Al- Alaq, yaitu:
  • 20. Rasulullah SAW bersabda : ‫مسلمة‬ ‫و‬ ‫مسلم‬ ‫على‬ ‫قريضة‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬ ( ‫ماجه‬ ‫ابن‬ ) “Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita”. Bentuk serta ilmu keislaman terangkum dalam syahadah, “kesaksian” yang menjadi dasar tauhid. Oleh karena itu, hal yang terpenting dari berbagai ilmu adalah ilmu tentang Tuhan, sedangkan tentang selain Tuhan merupakan sarana untuk mencapai ilmu tentang Tuhan, karena segala sesuatu pasti akan kembali kepadanya.
  • 21. Dasar yang digunakan untuk membentuk kerangka manajemen pendidikan Islam adalah tidak adanya dualisme dalam pendelegasian tugas. Dalam Al-Quran dinyatakan: Dalam Al-Quran dinyatakan: َ‫ي‬ِ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ‫ل‬َ‫ه‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ل‬ ‫ا‬‫ا‬‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬ ‫ًل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ‫ون‬ُ‫س‬ِ‫ك‬‫َا‬‫ش‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ء‬‫َا‬‫ك‬َ‫ُر‬‫ش‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ًل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ًل‬َ‫ث‬َ‫م‬ ُ ‫ه‬ ‫َّللا‬ َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ض‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ۚ ‫ا‬ ‫ًل‬َ‫ث‬َ‫م‬ ِ‫ان‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ر‬َ‫ث‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ۚ ِ ‫ه‬ ِ ‫ّلِل‬ Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Az-Zumar, 29). Jawabannya sangat jelas bahwa keduanya tidaklah sama. Seseorang budak yang tunduk kepada seseorang akan menerima perintah hanya dari satu arah. Sementara seorang budak yang dimiliki oleh beberapa orang yang berselisih tidak dapat memiliki pendirian yang teguh dalam melaksankan perintah.
  • 22. Karena ada lebih dari satu yang memberi instruksi, seorang karyawan akan bingung, apalagi jika atasan yag memberikan instruksi tersebut ada dalam kondisi yang sedang berselisih. Perumpamaan seperi di atas menyerupai ideologi tauhid ketika manusia lebih baik menerima perintah dan langsung hanya dari Tuhan Yang Satu (baca: satu Tuhan) dari pada menerima dari banyak Tuhan. Firman Allah. “Kalau seandainya di langit dan bumi ada banyak Tuhan, maka keduanya akan binasa” demikian pula dalam prinsip manajemen ilmu pendidikan Islam- Allah memberikan perumpamaan yang sempurna. Seorang bawahan atau karyawan tidak akan mamapu menerima instruksi dari pemimpin yang berbeda-beda atau lebih dari satu.
  • 23. E. Dimensi Epistemologi Ilmu-Ilmu Agama dan Ilmu-Ilmu Umum Tentu dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari fungsi manajemen dalam segala urusannya, baik itu terkait perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Fungsi manajemen tersebut menjadi konsep dasar yang mengiringi kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi. Keberhasilan individu menjadi khalifah di bumi tentu tidak lepas dari bagaimana cara ia mengatur dan mengelola segala hal yang ada disekitarnya, tentu tujuan akhir yang diinginkan adalah kesuksesan atau keberhasilan. Keberhasilan dalam pendidikan tatkala meluluskan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten dalam berbagai bidang. Dalam tataran manajemen pendidikan ada berbagai sumber untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
  • 24. John Locke (1632-1704) yang dianggap sebagai bapak aliran empirisme mengemukakan teori tabula rasa yang menyatakan bahwa pada mulanya manusia kosong tanpa pengetahuan. Mulanya tangkapan indera yang masuk sederhana selanjutnya tersusun menjadi pengetahuan yang kompleks dalam diri manusia. Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera yang memberikan dua hal, kesan (impression) dan ide (idea). Kesan adalah apa yang diperoleh secara langsung yang diterima dari pengalaman. Sedangkan ide adalah gambaran tentang persepsi yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan yang diterima dari pengalaman individu. Jadi konsep keilmuan manajemen pendidikan Islam diperoleh dari pengalaman para pelaku langsung di lapangan yang setiap harinya berkecimpung dengan praktik manajemen di lembaga pendidikan Islam. Dari hasil pengalaman yang didapat selama bekerja bertahun-tahun, pengalaman tersebut menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang melekat terhadap para praktisi pendidikan (kepala sekolah, guru, karyawan di lembaga pendidikan Islam) untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam mengatur, mengelola, menata sebuah lembaga pendidikan Islam. Sebuah pengalaman dalam bekerja apabila pelaksanaannya telah menunjukan keberhasilan maka hal tersebut akan menjadi pedoman atau rangkaian konsep kegiatan yang akan datang, sedangkan pengalaman yang tidak berhasil/gagal dalam tujuan akan menjadi bahan pembelajaran dan sebagai cambuk untuk selalu lebih berhati- hati dalam penentuan perencanaannya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya, dan evaluasinya. 1. Empirisme
  • 25. 2. Rasionalisme (akal) Rasionalisme adalah aliran yang menganggap bahwa akal adalah media terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini, pengetahuan diperoleh melalui cara berpikir (akal) dan tidak menganggap pengalaman indera (empiris) sebagai sumber pengetahuan. Paham rasionalisme tidak memungkiri penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, tetapi indera hanyalah sebagai stimulus agar akal mau berfikir dan menemukan kebenaran/pengetahuan. Akal menerima bermacam data yang dikirim oleh indera selanjutnya mengatur, mengolah dan menyusunnya hingga menjadi pengetahuan yang benar. Paham ini mengklaim bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Temuan-temuan damatematika begitu pasti dan tidak mungkin salah (kebenaran yang universal). Seperti pengetahuan tentang prinsip/aturan lam logika dan yang rajin belajar dan berprestasi di madrasah akan berhasil dalam kehidupannya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para praktisi dan para ahli pendidikan (dosen, peneliti) untuk berpikir secara sistematis disertai data/fakta yang didapat dari obyek untuk menyelesaikan permasalahan di lembaga pendidikan Islam atau menghasilkan konsep tentang format yang ideal dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Konsep tentang format tatakelola yang ideal lembaga pendidikan Islam menjadi sebuah landasan teori dalam pengelolaan lembaga yang bisa dijadikan rujukan penelitian. Menurut paham ini indera sangat penting untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi indera harus dipertajam dengan eksperimen yang menggunakan ukuran pasti.
  • 26. 3. Intuisionisme (intuisi) Tentu banyak yang menganggap bahwa mempercayakan intuisi semata bagi orang yang baru belajar manajemen pendidikan Islam akan membahayakan, apalagi untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan keputusan- keputusan dan kebijakan penting di lembaga pendidikan Islam. Jadi cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan intuisi yang baik adalah dengan teknik perenungan yang melibatkan emosi, observasi, kemampuan dasar, dan nalar kritis. Hendry Bergson (1859-1941)adalah tokoh aliran intuisionisme. Menurutnya bukan hanya indera yang terbatas, akal juga mempunyai keterbatasan. Obyek-obyek yang ditangkap oleh indera manusia adalah obyek yang selalu berubah, jadi pengetahuan tentang suatu obyek tidak pernah tetap. Jadi manusia tidak mampu mengetahui secara keseluruhan, tidak pula memahami sifat-sifat yang tetap pada obyek. Dengan berdasar keterbatasan indera dan akal dalam memahami obyeknya, Bergson mengembangkan suatu kemampuan tingkat tinggi manusia yang disebut intuisi. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran suatu obyek secara utuh, tetap dan menyeluruh (unique). Untuk memperoleh intuisi yang tinggi, manusia harus berusaha memanfaatkan pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap kebenaran suatu obyek. Tentu banyak yang menganggap bahwa mempercayakan intuisi semata bagi orang yang baru belajar manajemen pendidikan Islam akan membahayakan, apalagi untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan keputusan- keputusan dan kebijakan penting di lembaga pendidikan Islam. Jadi cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan intuisi yang baik adalah dengan teknik perenungan yang melibatkan emosi, observasi, kemampuan dasar, dan nalar kritis.
  • 27. 4. Wahyu Amsal Bakhtiar mengatakan bahwa wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi. Allah SWT mensucikan jiwa para nabi dan diterangkan-Nya pula jiwa mereka untuk mendapatkan kebenaran dengan jalan wahyu.Melalui wahyu, Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia terhadap pentingnya ilmu pengetahuan. Wahyu adalah kebenaran mutlak dari Tuhan, manusia harus menafsirkan dan menggali konsep yang tersurat maupun tersirat sebagai sumber dari ilmu pengetahuan manajemen Pendidikan Islam.Kebenaran bersifat hak yang harus dipegang dan menjadi petunjuk dalam pelaksanaan pengelolaan lembaga Pendidikan Islam.
  • 28. Dalam tinjauan manajemen, terdapat beberapa aspek yang tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Komponen-komponen manajemen tersebut dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an. a. Perencanaan Planning Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan dilaksanakan di Lembaga pendidikan Islam maka prinsip perencanaan harus mencerminkan nilai-nilai keislaman yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan hadis. Dalam tinjauan perencanaan tersebut, Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 77 mengajarkan bahwa: “.....dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan” (QS. Al Hajj, ayat 77). Di samping itu, terdapat pula ayat lainnya yang menganjurkan kepada para manajer atau pemimpin untuk menentukan sikap adil dan bijaksana dalam proses perencanaan pendidikan. Salah satu ayat dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS.An Nahl, Ayat 90).
  • 29. b. Pengorganisasian (organizing) Proses pengorganisasian di lembaga pendidikan Islam menekankan pentingnya kesatuan sistem dalam segala tindakan, dalam hal ini Al-Qur’an telah menyebutkan betapa pentingnya tindakan kesatuan yang kuat, utuh dan terorganisir didalam suatu lembaga. Selanjutnya Al-Qur’an memberikan petunjuk agar dalam suatu wadah, perkumpulan, persaudaraan, ikatan, organisasi, kelompok, janganlah menimbulkan pertentangan, perselisihan, percekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan system organisasi, serta runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Hal ini sesuai dengan firman- Nya: “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, jangalah kamu berbantahbantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. An Anfal, ayat 46).
  • 30. b. c. Pelaksanaan (actuating) c. Actuating merupakan fungsi terpenting dalam proses manajerial karena pada tahap ini sebuah lembaga pendidikan Islam melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas yang telah direncanakannya. Tahap actuating merupakan implementasi program yang dijalankam oleh seluruh pihak dalam lembaga pendidikan Islam serta proses memotivasi agar semua pihak melaksanakan pekerjaannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. d. Al-Qur’an dalam hal ini telah memberikan pondasi dasar terhadap proses bimbingan dan pengarahan dalam tahap actuating ini. Deskripsi tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Kahfi yang menjelaskan: “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik” (QS.Al Kahfi, ayat 2)
  • 31. b. d. Evaluasi (controlling) Dalam bingkai ilmu manajemen, controlling merupakan jembatan terakhir dalam rantai fungsi manajemen. Evaluasi merupakan salah satu cara para manajer untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan organisasi lembaga pendidikan Islam bias tercapai atau tidak, dan kenapa tercapai atau tidak tercapai. Selain itu, controlling adalah konsep pengendalian, pemantauan efektivitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan serta pengambilan keputusan pada saat dibutuhkan. Adapun ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan evaluasi (controlling) terdapat dalam al-Qur’an surat Al Infitar ayat 10- 12 sebagai berikut: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al Infitar, ayat 10-12).
  • 32. PENUTUP Kesimpulan Pimpinan lembaga pendidikan untuk mendapatkan bekal pengetahuan dalam mengelola organisasi melalui sumber- sumber pengetahuan (rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu). Terdapat aliran yang berkaitan dengan bagaimana pimpinan lembaga pendidikan memperoleh pengetahuan terkait tatakelola lembaga pendidikan, seperti rasionalisme, empirisme. Rasionalisme mengandalkan akal (daya pikir) dalam memperoleh pengetahuan yang benar sedangkan empirisme memperoleh pengetahuan berdasar pengalaman. Intuisi dianggap sebagai bagian dari sumber ilmu pengetahuan karena intuisi merupakan kemampuan individu untuk dapat memahami kebenaran suatu obyek secara utuh, tetap dan menyeluruh. Cara mendapat ilmu pengetahuan dengan intuisi adalah dengan teknik perenungan yang melibatkan emosi, observasi, nalar kritis, dan juga diperlukan pondasi pengetahuan dasar tentang manajemen pendidikan Islam yang kuat. Wahyu adalah kalam dari Allah SWT yang mutlak kebenarannya dan diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat atau secara langsung. Kandungan wahyu bersifat absolute dan sebagai pedoman hakiki untuk seluruh Makhluk-Nya. Wahyu merupakan sumber ilmu pengetahuan manajemen pendidikan Islam yang sempurna. Maka tidak heran apabila lembaga pendidikan Islam dapat tumbuh dan berkembang karena pada praktik pengelolaannya langsung menerapkan nilai-nilai yang ada didalam Al Qur’an.