Makalah ini membahas tentang pentingnya usaha ekonomi masjid untuk mensejahterakan umat. Zakat memainkan peran penting dalam Islam sebagai salah satu rukun agama setelah shalat. Namun potensi zakat belum dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Usaha ekonomi masjid dapat memanfaatkan dana zakat untuk meningkatkan pendidikan dan menciptakan lapangan kerja.
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Makmur Masjid Ekonomi
1. MAKALAH
MAKMUR MASJIDNYA SEJAHTERA UMATNYA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Masjid
Dosen Pengampu : Suharna, S.E., M.M.
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Happy Rosiyani (D2.1901567)
Intan Mutiarasani (D2.1901574)
Lela Rizqi Amaliah (D2.1901637)
Riana Skar Kurniawati (D2.1901605)
Rini Kurniasari (D2.1901608)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
SEBELAS APRIL SUMEDANG
2021
2. i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun karena dengan izin-Nya
lah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi akhir zaman Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabat sahabatnya, hingga kepada kita sebagai umatnya.
Makalah yang berjudul “Makmur Masjidnya Sejahtera Umatnya” ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Ekonomi Masjid di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Sebelas April Sumedang.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya konstruktif untuk perbaikan makalah ini. Demikian rasa
terimakasih yang dapat penyusun sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan umumnya yang turut membacanya.
Aamiin.
Sumedang, 26 Maret 2021
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.2 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
2.1 Permasalahan Ummat ......................................................... 3
2.2 Kedudukan Zakat dalam Islam ........................................... 4
2.3 Usaha Ekonomi Masjid....................................................... 7
2.4 Tujuan Usaha Ekonomi Masjid .......................................... 8
2.5 Langkah-langkah mewujudkan Usaha Ekonomi Masjid.... 8
2.6 Teknik Pengelolaan Usaha Ekonomi Masjid...................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................ 14
3.2 Saran...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15
4. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masjid merupakan pusat tempat ibadah kaum muslim, selain itu masjid
juga merupakan tempat rang berkumpul dan melakukan sholat berjamaah,
dengan tujuan untuk meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum
muslim, dimasjid pula merupakan tempat untuk melangsungkan shlat Jumat.
Adanya pengetahuan mengenai konsep dasar masjid sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan rasa solidaritas akan pentingnya keberadaan masjid, dan tetap
menjaga eksistensi keberadaanya. Khususnya bagi kalangan muda yang
semestinya mengetahui akan pentingnya keberadaan masjid dilingkungan
mereka.
Di Indonesia jumlah masjid yang mencapai 700.000 jelas merupakan
potensi yang sangat besar bagi umat islam baik secara ekonomi, politik dan
sosial budaya. Sayang potensi ini belum tergerak dengan baik, masih banyak
kendala yang dihadapi oleh pengelola masjid, salah satunya adalah masalah
menejemen sebagian masjid masih dikelola secara tradisional. Segala
sesuatunya dikerjakan tanpa ada perencanaandan pengevaluasian yang matang.
Akibatnya, masjid menjadi tempat yang ramai ketika shalat jum’at atau saat
bulan Ramadan semata, setelah itu seringkali tekunci rapat tanpa adanya
aktivitassebagai umat islam tentu tidak ingin hal it uterus terjadi.
Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat islam sudah dikenal oleh
masyarakat dari berbagai agama. Sebagai umat islam juga mengenal greja
sebagai tempat beribadah bagi umat Kristen dan katolik, pura sebagai tempat
ibadah umat Hindu, dan wihara sebagai tempat ibadah bagi umat Budha.
Masyarakat pada umumnya mengartikan ibadah dalam arti yang sempit, yaitu
ibadah yang bersifat hubungan manusia dengan tuhan (hablumminallah).
Padahal ibadah lainnya yaitu hubungan antara manusia dengan manusia
(hablumminannas) juga perlu dilakukan.
5. 2
Masjid sebagai pusat ibadah dapat dimaksimalkan perannya untuk
mensejahterakan umatnya melalui kegiatan produktif dalam bidang ekonomi.
Umumnya pengelola masjid mengetahui pengetahuan dalam bidang agama
kususnya ibadah yang bersifat hablumminallah sedangkan dalam bidang
hablumminannas khususnya dalam bidang ekonomi cenderung kurang
memadai. Oleh karena itu untuk mencapai kebahagiaan dunia perlu pula
mengelola masjid yang memiliki kemampuan mengelola ekonomi untuk
mensejahterakan umat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja yang menjadi Permasalahan Umat ?
1.2.2 Bagaimana kedudukan Zakat dalam Islam?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Usaha Ekonomi Masjid?
1.2.4 Apa tujuan Usaha Ekonomi Masjid?
1.2.5 Bagaimana langkah-langkah mewujudkan Usaha Ekonomi Masjid?
1.2.6 Bagaimana teknik pengelolaan Usaha Ekonomi Masjid?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi permaslahan ummat.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana kedudukan zakat dalam islam.
1.3.3 Untuk mengetahui mengenai Usaha Ekonomi Masjid.
1.3.4 Untuk mengetaui tujuan dari Usaha Ekonomi Masjid
1.3.5 Untuk mengetahui langkah – langkah mewujudkan Usaha Ekonomi
Masjid
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Usaha Ekonomi Masjid
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan Ummat
Ukuran kesejahteraan di Indonesia saat ini diukur oleh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Yang menjadi bidang kajiannya adalah
status kemampuan penduduk dengan indikator indeks pendidikan, indeks
peluang hidup, dan indeks daya beli. Persoalannya apakah angka-angka
indeks itu merupakan sesuatu gambaran tentang status kesejahteraan
manusia secara individu, ataukah standar yang menunjukan kesejahteraan
manusia secara keseluruhan (aggregate)?
Terkait dengan kesejahteraan manusia, Islam telah mengatur
kesejahteraan manusia, sebagai jaminan tercapainya pemenuhan kebutuhan
primer (basic needs) setiap orang secara menyeluruh. Serta membantu
mendorong setiap orang untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan
tersiernya sesuai kadar kemampuannya. Dengan memandang manusia :
1. Secara individu (bukan secara kolektif) sebagai komunitas yang hidup
dalam sebuah Negara
2. Terkait dengan sesamanya dengan interaksi tertentu, melalui
mekanisme tertentu, dan dengan gaya hidup tertentu pula
Dalam hal meningkatkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terdapat beberapa permasalahan diantaranya :
Pertama, rendahnya kualitas keterampilan tenaga kerja pada
umumnya dalam hal penguasaan bidang teknologi, berakibat pada
rendahnya produktivitas kerja, ini disebabkan oleh rendahnya kualitas hasil
pendidikan.
Kedua, rendahnya kemampuan usaha-usaha sector informal dalam
mengakses permodalan, disebabkan oleh rendahnya kemampuan menejerial
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
7. 4
Ketiga, masih adanya perusahaan yang memberikan upah dibawah
ketentuan perundang-undangan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian pada umumnya akibat dari krisis ekonomi yang
belum pulih.
Keempat, belum optimalnya pemberdayaan sumber dana umat yang
berasal dari zakat, infaq, dan shodaqoh yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, disebabkan oleh pengetahuan
umat Muslim terhadap kewajiban agamanya.
Disamping itu sifat kikir manusia pada umumnya, seperti yang
disinyalir dalam Al-Qur’an : kecenderungan untuk menghitung dan
menumpuk kekayaan. Bahkan ada yang berfikir bahwa kekayaan itu akan
bersifat kekal. Sulitnya mencari harta dan mengumpulkan kekayaan
menjadi alasan, yang tiba-tiba harus dikeluarkan orang lain yang bukan
kerabatnya.
2.2 Kedudukan Zakat dalam Islam
Berdasarkan sebuah hadist dan laporan para sahabat, diketahui bahwa
urutan rukun islam setelah sholat lima waktu (setelah Isra dan Mi’raj) adalah
puasa (diwajibkan pada tahun 2 H) yang bersamaan dengan zakat fitrah.
Baru kemudian perintah diwajibkannya zakat kekayaan. Namun demikian,
Yusuf Al-Qaradhawy menegaskan bahwa zakat adalah rukun islam ketiga
berdasarkan banyak hadist shahih, misalnya hadist peristiwa Jibril ketika
mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah SAW. Urutan ini tidak terlepas
dari perintahnya kewajiban zakat ( setelah shalat), dipuji orang yang
melaksanakannya dengan berbagai upaya dan cara. Peringatan keras
terhadap orang yang tidak membayar zakat tidak hanya berupa hukuman
yang sangat pedih di akhirat.
Firman Allah:
ُهَّل ٌَّرش َُوه ْلَب ۗ ْمُهَّل اًْريَخ َُوه ِٖهلْضَف ْنِم ُ ه
ّٰللا ُمُهىٰتٰا ٓاَمِب َن ْوُلَخْبَي َْنيِذَّلا َّنَبَسْحَي َ
َل َو
ا ْوُل ِخَب اَم َن ْوُق َّوَطُيَس ۗ ْم
ٖهِب
ࣖ ٌْريِبَخ َن ْوُلَمْعَت اَمِب ُ ه
ّٰللا َو ِۗ
ض ْرَ ْ
اَل َو ِت ٰ
و َّٰمسال ُاثَْريِم ِ ه ِ
ّلِل َو ۗ ِةَمٰيِقْال َم ْوَي
8. 5
“Sekali- kali janganlah orang – orang yang bakhil dengan harta yang
Allah berikan kepada mereka dari karunianya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk
bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak
dilehernya kelak di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (
yang ada ) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S.,Ali’ Imran : 180 )
Juga terdapat hukum di dunia, hadist sahih menjelaskan bahwa :
a. Orang yang tidak mengeluarkan zakat akan ditimpa kelaparan dan
kemarau panjang
b. Bila zakat bercampur dengan kekayaan lain, maka kekayaan itu akan
binas
c. Pembangkang zakat dapat dihukum dengan denda ahkan dapat
diperangi dan dibunuh. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar setelah
Rasulullah wafat dimana banyak suku arab yang membangkang tidak
mau membayar zakat dan hanya mau mengerjakan sholat.
Pernyataan Abu Bakar :“Demi Allah, saya akan memerangi siapapun
yang membeda-bedakan zakat dari sholat ……”
Bedasarkan pembasana diatas, dapat dimengerti bahwa zakat adalah
asasi sekali dalam islam. Dan dapat dikatakan bahwa orang yang
mengingkari zakat itu wajib adalah kafir dan sudah keluar dari islam
(murtad).
Zakat bukan bertujuan sekedar untuk memenuhi baitul mal dan
menolong orang yang lemah dari kejatuhan yang semakin parah. Tapi tujuan
utamanya adalah agar manusia lebih tinggi nilainya dari pada harta,
sehingga manusia menjadi tuannya harta bukan menjadi budaknya. Dengan
demikian kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi sama dengan
kepentingannya terhadap si penerima.
9. 6
• Beberapa Tujuan dan Dampak Zakat bagi si pemberi:
a. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir.
b. Zakat mendidik berinfak dan memberi.
c. Berakhlaq dengan Akhlaq Allah
d. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah
e. Zakat mengobati hati dari cinta dunia.
f. Zakat mengembangkan kekayaan bathin.
g. Zakat menarik rasa simpati/cinta.
h. Zakat mensucikan harta dari bercampurnya dengan hak orang lain
(tetapi zakat tidak dapat mensucikan harta yang didapat dari jalan
haram).
i. Zakat mengembangkan dan memberkahkan harta.
• Tujuan dan Dampak Zakat Bagi si penerima :
a. Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga
dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu
ibadah kepada Tuhan nya.
b. Sesungguhnya Islam membenci kefakiran dan menghendaki
manusia meningkat dari memikirkan kebutuhan materi saja
kepada sesuatu yang lebih besar dan lebih pantas akan nilai-nilai
kemanusiaan yang mulia sebagai khalifah Allah dimuka bumi.
c. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci
Keharusan Penguasa Memungut Zakat
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penguasa (Negara)
bekewajiban melayani ummat dengan menjamin kebutuhan pokok,
mendorong dan membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan sekunder
dan tersier menurut kadar kemampuan mereka serta membiayai berbagai
kewajiban Negara lainnya.
Syara’ memberikan wewenang kepada Negara untuk memungut harta
yang diwajibkan kepada seluruh Muslimin. Penegasan mengenai wewenang
ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Firman Allah :
10. 7
ُ ه
ّٰللا َو ْۗمُهَّل ٌنَكَس َكَتوٰلَص َِّنا ْۗمِهْيَلَع ِلَص َو اَهِب ْمِهْيِكَزُت َو ْمُهُرِهَطُت ًةَقَدَص ْمِهِلا َوْمَا ْنِم ْذُخ
ٌعْيِمَس
ٌمْيِلَع
“ Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengan lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah 103).”
Maksudnya : Zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta
yang berlebih-lebihan kepada harta benda.
2.3 Usaha Ekonomi Masjid (UEM)
Kalimat usaha Ekonomi Masjid menggambarkan adanya tiga suku
kata yang memiliki makna berbeda. Usaha adalah kegiatan manusia dalam
melakukan sesuatu, dan berharap mewujudkan sesuatu lainnya berubah
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Ekonomi adalah kehidupan manusia
dalam satu rupa dari satu keinginan unruk mendapatkan rezeki dan berusaha
untuk mendapatkannya. Masjid adalah tempat sholat/sujud umat muslim.
Keganjilan menyelaraskan masjid dan ekonomi akan terasa apabila kita
memahami bahwa sifat masjid yang menonjol dalam tanggapan Muslim
dewasa ini adalah kesucian, sedangkan ekonomi dianggap sekuler
(terpisahnya antara urusan dunia dan agama), sehingga tidak heran kalau
mendengar bahwa dalam perdagangan orang berbohong, dalam persaingan
orang melakukan kedzaliman, dalam perburuhan orang melakukan
penindasan, dalam dunia perusahaan orang melakukan rekayasa dan tipu
daya, dan sebagainya. sehingga dalam situasi ekonomi seperti inilah
Rasulullah SAW bersabda : “Bagian yang paling dicintai Allah dari sesuatu
kota ialah masjid-masjid dan yang paling dibenci-Nya ialah pasar-
pasarnya.”(HR. Muslim)
Sementara yang kita bicarakan disini adalah peranan masjid dalam hal
ruhnya/dasarnya/idil ekonomi, misalnya strategi mengenai hubungan modal
dan kerja, sikap majikan dan pekerja, hutang, piutang, dan kontrak,
pembagian kekayaan/hukum waris, cara jual beli yang dikehendaki syara’,
11. 8
hukum takaran atau menimbang,. Dasar dan prinsip-prinsip ekonomi yang
telah digariskan dalam Qur’an dan hadist. Walaupun dalam pernyataan dan
wujudnya tidak terdapat di dalamnya, karena kenyataan dan wujudnya
berbeda dan berubah-ubah sesuai dengan erubahan kebudayaan
(peradaban). Namun demikian memiliki dasar dan prinsipnya yang
bersamaan.
2.4 Tujuan Usaha Ekonomi Masjid
Sesuai dengan latar belakang awal munculnya konsep ini, maka
“Usaha Ekonomi Masjid” mempunyai maksud memecah masalah ekonomi
ummat Islam khususnya yang berada di sekitar masjid dengan
memanfaatkan potensi ummat Islam yang ada untuk bershodaqoh, dan
sekaligus memecah kecenderungan menurunnya akhli/jamaah masjid.
Adapun tujuannya ialah :
a. Menanamkan kebiasaan beshodaqoh bagi seluruh ummat Islam
b. Meningkatkan kesadaran ummat Islam khususnya bagi yang sudah
cukup secara materi untuk membantu mereka yang masi lemah atau
golongan ekonomi kecil, sehingga terjalin Ukhuwah Islamiyah
diantara keduanya.
c. Mengantisipasi berkembangnya rentenir dengan berbagai jenisnya,
khususnya rentenir dengan gaya modern
d. Meningkatkan kesejahteraan ummat islam terutama masyarakat yang
berada di sekitar masjid
e. Meningkatkan kemakmuran masjid, khusunya meningkatkan Jemaah
masjidnya
f. Memperluas pemerataan, kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha
2.5 Langkah-langkah Mewujudkan Usaha Ekonomi Masjid
Dalam mewujudkan usaha ekonomi masjid diperlukan adanya
lembaga dan susunan organisasi “Usaha Ekonomi Masjid”. Hal ini berkaitan
erat dengan tugas pokok, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari setiap
individu dalam organisasi untuk tercapainya tujuan yang diinginkan.
12. 9
Firman Allah:
نََٰيْنُب مُهَّنَأَك اًّفَص ۦ
ِهِليِبَس ىِف َونُلِتََٰقُي َِينذَّٱل ُّب ِحُي َ َّ
ٱَّلل َّنِإ
وصُص ْرَّم
“Sesungguhnya allah menyukai orang yang berperang dijalannya
dalam barisan yang teratur seakan – akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh” ( AshShaff :4 )
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Pembentukan Lembaga Usaha Ekonomi Masjid
Dengan berorientasi kepada suatu aktivitas ekonomi, sudah tentu
Usaha Ekonomi Masjid harus terorganisasi secara baik, karena harus
menggerakan/mendayagunakan berbagai unsur untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Selanjutnya mengingat usaha ekonomi masjid bukan merupakan
aktivitas/fungsi yang terpisah dari aktivitas/fungsi masjid yang telah ada,
maka dalam organisasinya harus mempunyai keterkaitan dengan
organisasi kepengurusan masjid yang ada yang dikenal dengan Dewan
Keluarga Masjid (DKM), pengertiannya sebagai berikut :
a. Usaha Ekonomi Masjid merupakan salah satu lembaga kegiatan
yang dilaksanakan oleh pengelola masjid dalam rangka
meningkatkan kemakmuran masjid dan ummatnya
b. Usaha Ekonomi Masjid dapat diartikan sebagai suatu lembaga
yang bergerak dalam kegiatan ekonomi (Khidmat/pelayanan
sosial masyarakat) yang dimiliki masjid dan atau berada dibawah
organisasi pengurus DKM.
2. Susunan Organisasi Usaha Ekonomi Masjid
Susunan organisasi tersebut diformulasikan dalam bagan
organisasi sebagai berikut :
13. 10
SUSUNAN ORGANISASI UEM
2.6 Teknik Pengelolaan Usaha Ekonomi Masjid
• Tahap pengajuan dan realisasi permohonan pinjaman
1. Pemohon datang ke masjid untuk menyampaikan kehendaknya.
2. Pemohon mengisi formulir permohonan pinjaman ( Formulir
permohonan disediakan oleh usaha ekonomi masjid )
SIE
PRODUKSI
SIE
KEUANGAN
SIE
PERSONALIA
SIE
GUDANG
DKM
(ORGANISASI PENGURUS MASJID)
USAHA EKONOMI MASJID
MANAJER
BAGIAN OPERASIONAL
BAGIAN ADMINISTRASI
& KEUANGAN
BAGIAN BIMBINGAN
& KONSULTASI
BAGIAN
PEMASARAN
SIE
PENGUMPUL
SHODAQOH
SIE
PENGUMPUL
CICILAN
KASIR
SIE
PEMBUKUAN
SIE
DESAIN
14. 11
3. Permohonan yang diterima oleh usaha ekonomi masjid
4. Formulir permohonan yang sudah disetujui tersebut disampaikan
kepada kasir usaha ekonomi masjid untuk dilaksanakan
pembayaran
5. Sebagai bukti bahwa uang tersebut telah diserahkan dan ditetima,
maka permohonan dari kasir membubuhkan tanda tangan nya
pada formulir tersebut ( Formulir permohonan )
6. Bersama dengan menyerahkan uang nya permohonan juga di beri
kartu untuk melaksanakan cicilannya (kartu cicilan )7. Pada saat
setelah di beri pinjaman kepada si pemohon di beri wejangan dan
penjelasan yang secukupnya baik mengenai kesanggupan
maupun kewajiban yang harus dilaksanakannya ( hal ini sesuai
dengan kondisi yang ada )
• Tahapan pengembalian pinjaman
Sesuai dengan perjanjian permojonan maka pengambilan
pinjaman sebaiknya ditampung pada saat akan - sesudah
melaksanakan shalat Pardu berjamaah dengan kata lain sipeminjam
diharapkan membawa uang cicilannya bersamaan dengan
keberangkatan untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah di
masjid. Bila hal tersebut dapat dilaksanakan, minimal ada dua
keuntungan yang dapat diperoleh yaitu: pertama Usaha ekonomi
masjid akan terjamin kelancarannya: kedua, kehidupan sholat
berjamaah akan nampak adanya walaupun demikian cita-cita tersebut
jangan terlalu diharapkan terwujudnya. Oleh karenanya usaha
ekonomi masjid diharapkan membuat alternatif lain yakni sistem
jemput bola :
1. Siapkan tugas penagih
2. Latih atau arahkan petugas tersebut dengan pemahaman
terhadap agama, keikhlasan, dan kesabaran dalam
melaksanakan tugasnya
3. Kelompokan para peminjam atas dasar jadwal waktu
kesediaan membayar cicilannya
15. 12
4. Usahakan waktu penagihan pada saat sipeminjam sudah
selesai istirahat, misalnya pada sore hari.
5. Petugas tagih mendatangi si peminjam dengan membawa
kartu cicilan sipinjaman
6. Apabila sipeminjam belum siap untuk mencicil maka jangan
melakukan pemaksaan dan datangi kembali sesuai dengan
waktu yang telah dijanjikan kemudian.
• Administrasi unit usaha ekonomi masjid
Mengingat pentingnya tertib administrasi dalam hal
pengelolaan usaha ekonomi masjid, dan perkembangan kemampuan
masyarakat yang berbeda beda di setiap masjid. maka diperlukan
adanya kegiatan sistem administrasi yang sederhana dalam mengelola
usaha ekonomi masjid. Administrasi sederhana ini dimulai dengan :
1. Penyiapan tenaga pengelolaan administrasi
2. Penyiapan buku - buku
▪ Penyiapan tenaga pengelola administrasi
1. Inventarisasi tenaga ahli masjid / jamaah yang memiliki
kemampuan pendidikan / pengalaman di dalam bidang
pembukuan
2. Jika tenaga tersebut tidak tersedia, cari tenaga yang minimal
berpendidikan sekolah dasar untuk bisa dibimbing
melaksanakan kegiatan ini.
3. Upayakan untuk tahap awal mereka itu sebagai tenaga
sukarela yang tidak mengharapkan imbalan atas
tanggungannya, tetapi semata mencari ridho Allah SWT.
▪ Penyiapan buku-buku dan cara mengerjakannya
Dalam kegiatan administrasi ini diusahakan hanya dipakai satu
buku harian yaitu buku kas dan beberapa buku/kartu pembantu.
Adapun buku atau kartu pembantu yang diperlukan yaitu :
1. Berita acara pengumpulan shodaqoh
2. Buku bank/simpanan sukarela pada koperasi sebagai buku
pembantu
16. 13
3. Formulir permohonan pinjaman dan keputusan pemberian
pinjaman
4. Kartu cicilan
5. Daftar hasil pemungutan uang dari para peminjam
6. Daftar rekapitulasi penerimaan dan pengembalian serta sisa
pinjaman para peminjam
7. Kwitansi
8. Laporan bulanan
17. 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat islam sudah dikenal oleh
masyarakat dari berbagai agama. Masjid sebagai pusat ibadah dapat
dimaksimalkan perannya untuk mensejahterakan umatnya melalui kegiatan
produktif dalam bidang ekonomi. Kalimat usaha Ekonomi Masjid
menggambarkan adanya tiga suku kata yang memiliki makna berbeda. Usaha
adalah kegiatan manusia dalam melakukan sesuatu, dan berharap mewujudkan
sesuatu lainnya berubah sesuai dengan apa yang diinginkannya. Ekonomi adalah
kehidupan manusia dalam satu rupa dari satu keinginan unruk mendapatkan
rezeki dan berusaha untuk mendapatkannya.
Masjid adalah tempat sholat/sujud umat muslim. maksud memecah
masalah ekonomi ummat Islam khususnya yang berada di sekitar masjid dengan
memanfaatkan potensi ummat Islam yang ada untuk bershodaqoh, dan sekaligus
memecah kecenderungan menurunnya akhli/jamaah masjid. Tujuan usaha
ekonomi masjid yaitu Menanamkan kebiasaan beshodaqoh bagi seluruh ummat
Islam, Meningkatkan kesadaran ummat Islam khususnya bagi yang sudah cukup
secara materi untuk membantu mereka yang masi lemah atau golongan ekonomi
kecil, sehingga terjalin Ukhuwah Islamiyah diantara keduanya, Mengantisipasi
berkembangnya rentenir dengan berbagai jenisnya, khususnya rentenir dengan
gaya modern, Meningkatkan kesejahteraan ummat islam terutama masyarakat
yang berada di sekitar masjid, Meningkatkan kemakmuran masjid, khusunya
meningkatkan Jemaah masjidnya, Memperluas pemerataan, kesempatan kerja,
dan kesempatan berusaha.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda muslim, kita diharuskan untuk senantiasa menjaga
dan merawat akan adanya keberadaan masjid. Masjid tidak hanya dijadikan
sebagai tempat ibadah saja, melainkan sebagai sarana pendidikan dan tempat
kegiatan sosial lainnya. Dengan adanya pengelolaan masjid dengan baik maka
akanmampu menciptakan lingkungan kehidupan yang baik disekitar masjid.
18. 15
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Wawan. 2007. Ekonomi Masjid. Sumedang : STIE Sebelas April
Sumedang.
http://digilib.uinsby.ac.id/44378/2/Aki%20Edi%20Susanto_F02418137.pdf
https://radarjember.jawapos.com/pendidikan/pascasarjana_iain/01/08/2019/ekono
mi-masjid/
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/lentera/article/download/245
6/1810/#:~:text=Masjid%20dalam%20sejarah%20peradaban%20Islam,y
ang%20ada%20di%20sekitar%20masjid.
19. 16
NOTULENSI PRESENTASI
1. Moderator : Happy Rosiyani
2. Penyaji 1 : Intan Mutiarasani
3. Penyaji 2 : Lela Rizqi Amaliah
4. Penyaji 3 : Rini Kurniasari
5. Tanya Jawab
a. Nama Penanya : Syamsudin
Pertanyaan : Apa solusi para pengurus dalam hal pengadaan modal?
Apa hanya berdasarkan infak yang didapat?
Jawaban : Dalam hal pengadaan modal selain dari hasil infaq dan
atau sedekah masyarakat, para pengelola UEM juga dapat
mengajukan proposal kepada pemerintah setempat, seperti
Desa ataupun Baznas, selain itu juga dapat mengajukan
proposal kepada masyarakat yang mampu dalam sisi
ekonomi (Agniya).
b. Nama Penanya : Amadda Rahmadini
Pertanyaan : Bagaimana cara agar masyarakat memberi kepercayaan
kepada UEM dan cara untuk meningkatkan kesadaran
terkait pendirian UEM?
Jawaban : Dalam hal ini sosialisasi sangatlah diperlukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
UEM, selain itu penjelasan mengenai lebih jelasnya
bagaimana pengelolaan UEM dapat menambah sedikit
kepercayaan masyarakat sebelum UEM benar-benar
direalisasikan. Diharapkan dengan adanya UEM dapat
membuat Masjid menjadi makmur dan menjadikan
masyarakat yang ada disekitar Masjid sejahtera.