Teks ini membahas tentang teori permintaan dalam perspektif Islam. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu: (1) pengertian permintaan menurut Islam, (2) batasan-batasan dalam memilih barang yang dipermintakan sesuai syariat Islam, dan (3) perbedaan konsep permintaan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Teks ini juga membahas tentang konsumsi intertemporal dalam perspektif konvensional dan Islam.
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
TEORI PERMINTAAN
1. JundiHizrian. Perbankan Syari’ah.UMT.SMT1
TEORI PERMINTAAN ISLAMI
A.PengertianPermintaan
Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu,
yang digambarkan dengan istilah raghbahfil al-syai. Diartikan juga sebagai
jumlah barang yang diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam
sama dengan ekonomi konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang
harus diperhatikan oleh individu muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib.
Aturan islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali
dalam keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan
berpengaruh terhadap nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim
dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya.
Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta
merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan
dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain)
belum cukup dalam membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan
adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan
kebaikan (maslahah).
Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan
kemegahan, kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi
yang sudah mencapai nisab, untuk menyisihkan dari anggarannya untuk membayar
zakat, infak dan shadaqah.
B.PermintaanTerhadap Barang Halal
Ketika seorang muslim dihadapkan pada kondisi ini, maka sesungguhnya
pola pemilihan permintaannya sama saja dengan teori ekonomi konvensional.
Pembeli akan memaksimalkan permintaannya terhadap dua barang yang sesuai
dengan budgetConstruin-nya.
Semakin tinggi tingkat harga, maka permintaan konsumen terhadap barang
tersebut semakin rendah. Begitu juga sebaiknya. Kurva permintaan yang dapat
dibentuk adalah sebagai berikut:
C.PermintaanBarang Halal dalam Pilihan Halal-Haram
Ketika seorang muslim dihadapkan pada dua pilihan barang yang halal (X)
dan yang haram (Y), maka optimal solutionnya adalah dengan menggunakan
“Corner Solution”.
Corner Solution berusaha menuju titik nol barang haram dan menuju titik
maksimal permintaan terhadap barang halal. Hal ini senafas dengan ajaran islam
2. JundiHizrian. Perbankan Syari’ah.UMT.SMT1
tentang pelanggarran untuk mencampuradukkan barang halal dengan barang yang
haram.
GAMBAR KURVA HALAL & HARAM
Ibnu Taimiyyah (1263-1328 M) dalam kitab Majmu’Fatawa menjelaskan, bahwa
hal-hal yang mempengaruhi terhadap permintaan suatu barang antara lain:
1. Keinginan atau selera masyarakat (Raghbah)terhadap berbagai jenis barang
yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Di mana ketika masyarakat telah memiliki
selera terhadap suatu barang maka hal ini akan mempengaruhi jumlah permintaan
terhadap barang tersebut.
2. Jumlah para peminat (Tullab)terhadap suatu barang. Jika jumlah masyarakat
yang menginginkan suatu barang semakin banyak, maka harga barang tersebut
akan semakin meningkat. Dalam hal ini dapat disamakan dengan jumlah
penduduk, di mana semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak
jumlah para peminat terhadap suatu barang.
3. Kualitas pembeli (Al-Mu’awid). Di mana tingkat pendapatan merupakan
salah satu ciri kualitas pembeli yang baik. Semakin besar tingkat pendapatan
masyarakat, maka kualitas masyarakat untuk membeli suatu barang akan naik.
4. Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang. Apabila kebutuhan
terhadap suatu barang tinggi, maka permintaan terhadap barang tersebut tinggi.
5. Cara pembayaran yang dilakukan, tunai atau angsuran. Apabila pembayaran
dilakukan dengan tunai, maka permintaan tinggi.
6. Besarnya biaya transaksi. Apabila biaya transaksi dari suatu barang rendah,
maka besar permintaan meningkat.
D. KEADAAN DARURAT TIDAK OPTIMAL
Dalam konsep Islam, yang haram telah jelas dan begitu pula yang halal telah jelas.
Secara logika ekonomi kita telah menjelaskan bahwa bila kita dihadapkan kepada
dua pilihan, yaitu barang halal dan barang haram, optimal
solutionnya adalah “corner solution”, yaitu mengalokasikan seluruh pendapatan
kita untuk mengonsumsi barang yang halal.
Sekarang bayangkanlah keadaan hipotesis yang diambil dari kisah nyata di tahun
1970 an. Sebuah pesawat terbang yang penuh dengan penumpang jatuh di tengah
gunung salju. Setelah bertahan beberapa hari tanpa persediaan yang cukup, tidak
adanya hewan atau tumbuhan yang dapat dimakan, dan dinginnya cuaca, beberapa
diantara penumpang meninggal. Bagi mereka yang hidup pilihannya banyak, yaitu
terus bertahan sambil mengharapkan agar tim penyelamat segera tiba di tempat,
3. JundiHizrian. Perbankan Syari’ah.UMT.SMT1
atau memakan daging penumpang yang meninggal untuk bertahan hidup.
Memakan bangkai manusia jelas haram, namun bila pilihannya anatara memakan
yang haram atau kita akan binasa, maka islam memberikan kelonggaran untuk
dapat mengonsumsi barang haram sekadarnya untuk bertahan hidup.
Maka setiap keadaan darurat, yaitu keadaan yang secara terpaksa harus
mengonsumsi barang haram, pastilah bukan corner solution oleh karenanya bukan
optimal solution. Keadaan darurat selalu bukan keadaan optimal,
GAMBAR KURVA TIDAK OPTIMAL
E. KONSUMSIINTER-TEMPORALKONVENSIONAL
Konsumsi intertemporal (dua periode) merupakan konsumsi yang dilakukan dalam
dua waktu yakni masa sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang
(periode kedua).
Teori konsumsi pada ekonomi konvensional bahwa pendapatan merupakan
penjumlah konsumsi dan tabungan, dapat di rumuskan sebagai berikut :
“ Y = C + S”
Y = Pendapatan
C = Konsumsi
S = Tabungan
Maka dapat dirumuskan
- Pendapatan periode pertama adalah
Y1 = C1 + S1
- Pendapatan periode kedua adalah
Y2 = C2 + S2
Apabila konsumsi diperiode pertama lebih kecil daripada pendapatan, maka
tabungan dan konsumsi di periode kedua semakin besar, hal tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y1 = C1 + S1, dan C1 < Y1
Y2 = C2 + S2
= ( C2 + S1) + S2
Dari persamaan diatas dapat diketahui semakin besar konsumsi pada
periode pertama, akan semakin kecil tabungan dan konsumsi diperiode kedua.
E. KONSUMSIINTER-TEMPORALDALAM ISLAM
Monzer Kahf (1981) berusaha mengembangkan pemikiran konsumsi intertemporal
islami, dengan memulai membuat asumsi sebagai berikut :
1. Islam dilaksanakan oleh masyarakat.
4. JundiHizrian. Perbankan Syari’ah.UMT.SMT1
2. Zakat hukumnya wajib
3. Tidak ada riba dalam perekonomian
4. Mudharabah merupakan wujub perekonomian
5. Pelaku ekonomi mempunyai perilaku memaksimalkan.
Konsep konsumsi intertemporal dijelaskan oleh hadits Nabi Muhammad SAW
yakni :
“Tidakada sedikit pun diantara yang kamipunyai( yakni harta dan penghasilan)
benar-benar jadi milikmu kecuali yang kamu makan dan gunakan habis, yang
kamu pakaidan kamu tanggalkan, dan yang kamu belanjakan untuk kepentingan
bersedekah, yang imbalan pahalanya kamu simpan untukmu”. (H.R. Muslim dan
Ahmad)
Sehingga persamaan pendapatnya sebagai berikut :
Y = ( C+ Infak) + S
Secara grafis sebenarnya digambar secara tiga dimensi, namum memudahkan
penyajian akan digambarkan menjadi dua dimensi sehingga persamaan
disederhanakan sebagai berikut:
Y = FS + S
Dimana FS = C + Infak
FS adalah final spending (Konsumsi akhir) di jalan Allah SWT.
Penyederhanaan ini memungkinkan kita untuk menggunakan alat analisis
grafis yang bisa digunakan dalam teori konsumsi, yakni memaksimalkan fungsi
utilitas dengan garis anggaran tertentu, atau meminimalkan garis anggaran dengan
fungsi utilitas tertentu.
Pola konsumsi satu periode, sumbu X dan Y menunjukan jumlah barang X
dan barang Y, dalam pola konsumsi intertemporal(dua periode), sumbu X
menunjukkan jumlah pendapatan, konsumsi dan tabungan pada periode
pertama dan secara matematis dinotasikan Yt, Ct dan St. dan Konsumsi dalam
Islam dikenal dengan C + infak maka symbol digunakan adalah FSt. Sumbu Y
menunjukkan jumlah tabungan periode pertama (St) yang digunakan sebagai
konsumsi periode kedua (Ct-1). Atau dengan kata lain St = Ct+1. Dalam konsep
Islam, symbol yang digunakan FSt-1 atau persamaannya menjadi St = FSt-1.
Konsumsi intertemporal dibatasi hanya pada dua periode saja yakni periode
t dan periode t+1. Oleh kerena digunakan pola konsumsi dua periode saja, maka
5. JundiHizrian. Perbankan Syari’ah.UMT.SMT1
pendapatan diasumsikan hanya muncul pada periode pertama, dan tidak muncul
pada periode kedua, karena pada sumbu Y tidak ditemui Y.
F.Hubungan terbalik Riba dengan Sedekah
Diasumsikan keadaan sebagai berikut :
1. Orang tidak mau bekerja untuk mencari pendapatan.
2. Praktek Riba nmenjadi tradisi di masyarakat.
3. Zakat wajib dilaksanakan
Dalam keadaan ini berarti sumber pendapatan masyarakat hanya dari riba saja, dan
tidak ada sumber pendapatan lain.
Dari keadaan ini dapat digambarkan tiga kombinasi utility function (dalam hal ini
disebut indifference curve atau IC) dengan budget line.
E. Kesimpulan
Perbedaan yang menjadi asumsi dasar konsep permintaan baik konvensional
maupun Islami memiliki keterkaitan langsung terhadap implementasi konsep
permintaan tersebut. Perbedaan yang perlu diperhatikan terutama pada permintaan
dalam islam adalah sumber hukum dan adanya batasan syariah, sudut pandang
barangnya, motif dari permintaan dan tujuannya.
Dengan asumsi bahwa tidak ada hubungan keterkaitan antara permintaan dalam
ekonomi konvensional dengan permintaan dalam ekonomi islam, maka kita harus
memilih salah satu dari keduanya. Oleh karenanya kita mengharapkan bahwa
permintaan dalam eonomi islam ini benar-benar bisa diaplikasikan oleh kita
sehingga tercipta perekonomian masyarakat yang islami.