SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Prodi Hati Nurani
Fakultas Keikhlasan
Universitas Kehidupan
Juni 2021
Macam-Macam Upaya Paksa
KUHAP membagi UPAYA PAKSA ini menjadi 4
bagian, yaitu :
1. PENANGKAPAN
2. PENAHANAN
3. PENGGELEDAHAN
4. PENYITAAN
Dasar Hukum : Pasal 1 angka 20 KUHAP
Suatu tindakan Penyidik berupa
pengekangan sementara waktu, kebebasan
tersangka atau terdakwa apabila terdapat
cukup bukti guna kepentingan penyidikan
atau penuntutan dan atau peradilan dalam
hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini.
Tujuan penangkapan adalah untuk
mengamankan tersangka sebagai “tindakan
permulaan” proses penyelidikan untuk
memperoleh bukti awal untuk proses
selanjutnya penyidikan dan penahanan.
Alasan & Dasar Hukum Penangkapan
Pasal 17 KUHAP, bahwa seseorang dapat ditangkap
atau dilakukan perintah penangkapan, apabila
terhadap seorang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan “bukti permulaan yang
cukup”
Pasal 19 ayat (2) KUHAP, menyatakan bahwa
“Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak
diadakan penangkapan, kecuali dalam hal ia telah
dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak
memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah
Bukti Permulaan
Versi Kapolri :
Bukti permulaan yang cukup itu adalah bukti yang
merupakan keterangan dan data yang terkandung di
dalam dua di antara:
1. Laporan Polisi;
2. Berita acara pemeriksaan di TKP;
3. Laporan hasil penyelidikan;
4. Keterangan saksi/saksi ahli; dan
5. Barang bukti.
Yang setelah disimpulkan menunjukkan telah terjadi
tindak pidana kejahatan.
Versi P.A.F. Lamintang :
Bukti permulaan yang cukup itu harus diartikan
sebagai “bukti-bukti minimal”, berupa alat-alat
bukti seperti dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1)
KUHAP, yang dapat menjamin bahwa penyidik
tidak akan menjadi terpaksa untuk
menghentikan penyidikannya terhadap
seseorang yang disangka melakukan tindak
pidana setelah terhadap orang tersebut
dilakukan penangkapan
Menurut Rapat kerja MAKEHJAPOL I
(Mahkamah Agung- Kehakiman-Kejaksaan-Polisi,
tanggal 21 Maret 1984)
“ menyimpulkan bahwa bukti permulaan yang
cukup sebaiknya minimal: Laporan polisi
ditambah salah satu alat bukti lainnya”
Pejabat yang Berwewenang
Melakukan Penangkapan
Menurut Pasal 16 KUHAP, bahwa yang
berwenang melakukan penangkapan, adalah:
(1) Untuk kepentingan penyelidikan, Penyelidik
atas perintah penyidik berwenang melakukan
penangkapan.
(2) Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik dan
Penyidik Pembantu berwenang melakukan
penangkapan
Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan
Penangkapan
Menurut Pasal 18 KUHAP :
(1) Pelaksanaan tugas penangkapan, dilakukan oleh
petugas POLRI dengan memperlihatkan surat tugas
serta memberikan kepada tersangka surat perintah
penangkapan yang mencantumkan identitas
tersangka (nama lengkap, umur, pekerjaan, agama
dan alamat/ tinggal) dan menyebutkan alasan
penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan
yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa
Prosedur..........
(2) Dalam hal tertangkap tangan
penangkapan dilakukan tanpa surat
perintah, dengan ketentuan bahwa
penangkap harus segera menyerahkan
si tertangkap beserta barang bukti
yang ada kepada penyidik atau
penyidik pembantu yang terdekat.
Prosedur..........
(3) Tembusan surat perintah
penangkapan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus diberikan kepada
keluarganya segera setelah
penangkapan dilakukan.
(4) Penangkapan hanya dapat
dilakukan paling lama satu hari (24
jam).
Menurut Pasal 1 angka 21 KUHAP, bahwa yang
dimaksud dengan Penahanan adalah :
“Penempatan tersangka atau terdakwa di
tempat tertentu oleh Penyidik, atau Penuntut
Umum atau Hakim dengan penetapannya,
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini”.
Tujuan penahanan (Pasal 20 KUHAP) :
”Penyidik/penyidik pembantu berwenang
melakukan penahanan untuk pemeriksaan
penyelidikan/ penyidikan kepada tersangka
secara objektif dan benar-benar mencapai hasil
penyelidikan/penyidikan yang cukup memadai
untuk diteruskan kepada penuntut umum, dan
selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan
pemeriksaan di depan persidangan
Alasan & Dasar Hukum Penahanan
Prolog
Dalam pembahasan tentang penangkapan, telah
dibahas bahwa seseorang yang diduga melakukan
suatu perbuatan sebagai tindak pidana, maka
penyelidik/penyidik berwenang untuk menangkap
orang tersebut, dan berdasarkan bukti permulaan
yang cukup (Pasal 17 KUHAP), maka proses
selanjutnya tersangka dapat dilakukan Penahanan
Syarat-syarat Penahanan
Dalam proses penahanan terhadap tersangka,
maka harus memenuhi 2 syarat, atau alasan
yaitu syarat-syarat subjektif dan syarat objektif,
sebagai berikut:
1. Syarat Subjektif
Disebut syarat subjektif yaitu hanya karena
tergantung pada orang yang memerintahkan
penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau tidak
ada.
Dasar Hukum Syarat Subyektif
Pasal 20 ayat (3) KUHP, yaitu:
a. Tersangka/terdakwa dikhawatirkan melarikan
diri;
b. Tersangka/terdakwa dikhawatirkan akan
merusak/ menghilangkan barang bukti; dan
c. Tersangka/terdakwa dikhawatirkan akan
melakukan lagi tindak pidana
Pasal 21 ayat (1) KUHAP,
bahwa alasan penahanan dan penahanan lanjutan
yaitu ”Perintah penahanan atau penahanan
lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau
terdakwa yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran
bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri,
merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau
mengulangi tindak pidana”
2. Syarat Objektif
Adapun dimaksud syarat objektif yaitu syarat
tersebut dapat diuji ada atau tidak oleh orang lain.
Syarat objektif sebagaimana diatur di dalam Pasal
21 ayat (4) KUHAP, bahwa penahanan tersebut
hanya dapat dikenakan, apabila: ”Terhadap
tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak
pidana dan atau percobaan maupun pemberian
bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal
tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara
lima tahun atau lebih
Prosedur Pelaksanaan Penahanan
Untuk melaksanakan penahanan terhadap
tersangka /terdakwa, maka petugas harus
melengkapi dengan:
a. Surat perintah penahanan dari penyidik;
atau
b. Surat perintah penahanan dari penuntut
umum; atau
c. Surat penetapan dari Hakim yang
memerintahkan penahanan itu
Jenis Penahanan
a. Penahanan rumah tahanan
negara; yaitu tersangka/terdakwa
ditahan dan ditempatkan di rumah
tahanan negara (Rutan)
b. Penahanan rumah
c. Penahanan kota.
Pejabat yang Berwewenang
Melakukan Penahanan
Menurut Pasal 20 KUHAP, bahwa yang berwenang untuk
melakukan penahanan, adalah:
(1) untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik
pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 berwenang melakukan penahanan.
(2) Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum
berwenang melakukan penahanan atau penahanan
lanjutan.
(3) Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang
pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan
penahanan
Lamanya & Perpanjangan Penahanan
1. Tingkat Penyidikan
Menurut Pasal 24 KUHAP, bahwa untuk perintah
penahanan pada tingkat Penyidikan, dapat
dilakukan atas perintah Penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling
lama 20 hari. Penahanan ini dapat
diperpanjangan selama 40 hari jika masih
dibutuhkan pemeriksaan
2. Tingkat Penuntutan
Menurut Pasal 25 KUHAP, bahwa perintah
penahanan pada tingkat Penuntutan, dapat
dilakukan atas perintah Penuntut Umum
berlaku paling lama 20 hari. Dan dapat
diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri
paling lama 40 hari. Setelah waktu enam puluh
hari (60 hari) tersebut, penuntut umum harus
sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan
demi hukum
3. Tingkat Pengadilan Negeri ( Tingkat I )
Menurut Pasal 26 KUHAP, perintah penahanan
pada tingkat pemeriksaan perkara di Pengadilan
Negeri, dapat dilakukan atas perintah Hakim
pengadilan negeri yang mengadili perkara dan
hakim berwenang mengeluarkan surat perintah
penahanan untuk paling lama 30 hari. dan bisa
diperpanjang selama 60 hari. Setelah waktu 90
hari, walaupun perkara tersebut belum diputus,
terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan
demi hukum
4. Tingkat Banding ( Pegadilan Tinggi/Tingkat II )
Menurut Pasal 27 KUHAP, bahwa perintah
penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di
tingkat Banding (Pengadilan Tinggi), dilakukan oleh
Hakim pengadilan tinggi yang mengadili perkara
dan hakim berwenang mengeluarkan surat perintah
penahanan untuk paling lama 30 hari, dan bisa
diperpanjang selama 60 hari. Setelah waktu 90 hari,
walaupun perkara tersebut belum diputus,
terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan
demi hukum
5. Tingkat Kasasi (Mahkamah Agung)
Menurut Pasal 28 KUHAP, bahwa perintah penahanan
pada tahap pemeriksaan perkara di tingkat Kasasi
(Mahkamah Agung), dapat dilakukan atas perintah
Hakim Mahkamah Agung yang mengadili perkara dan
Hakim berwenang mengeluarkan surat perintah
penahanan untuk paling lama 50 hari. Dan bisa
diperpanjang selama 60 hari. Setelah waktu 110 hari,
walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa
harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum
3. PENGGELEDAHAN
Menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP, bahwa yang
dimaksud dengan Penggeledahan rumah adalah
Tindakan Penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya
untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan
atau penyitaan dan atau penangkapan dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini
Menurut Pasal 1 angka 18 KUHAP, bahwa
yang dimaksud dengan Penggeledahan
badan adalah :
Tindakan Penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan atau pakaian
tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya atau
dibawanya serta, untuk disita.
Tujuan Penggeledahan
Tujuan Penggeledahan adalah tindakan
penyelidik/ penyidik untuk mendapatkan
barang bukti untuk penyelidikan/ penyidikan
sebagai bukti permulaan yang cukup, agar
tersangka dapat ditangkap/ ditahan dan
prosesnya dapat dilanjutkan ke tingkat
penuntutan dan tingkat pemeriksaan
persidangan pengadilan.
Pejabat yang Berwenang
Pasal 32 KUHAP, bahwa untuk kepentingan
penyidikan, maka ”Penyidik” dapat melakukan
Penggeledahan rumah atau Penggeledahan
pakaian atau penggeledahan badan menurut
tata cara yang ditentukan dalam undang-
undang.
Tata Cara & Prosedur Penggeledahan
Menurut Pasal 33 KUHAP, yaitu :
a. Dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri
setempat, Penyidik dalam melakukan
penyidikan dapat mengadakan penggeledahan
yang diperlukan.
b. Dalam hal yang diperlukan atas perintah
tertulis dari Penyidik, Petugas Kepolisian negara
Republik Indonesia dapat memasuki rumah
seseorang untuk proses penyidikan.
c. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan
oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau
penghuni menyetujuinya.
d. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan
oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan
dua orang saksi, dalam hal tersangka atau
penghuni menolak atau tidak hadir.
e. Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan
atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu
Berita Acara dan turunannya disampaikan
kepada pemilik atau penghuni rumah yang
bersangkutan
4. PENYITAAN
Menurut Pasal 1 angka 16 KUHAP, bahwa yang
dimaksud dengan Penyitaan adalah :
Serangkaian tindakan Penyidik untuk mengambil alih
dan atau menyimpan di bawah penguasaannya,
benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam
Penyidikan, Penuntutan dan Peradilan.
Tujuan Penyitaan
Tujuan Penyitaan adalah untuk kepentingan
”Pembuktian” terutama ditujukan sebagai barang
bukti di muka persidangan, sebab tanpa adanya
barang bukti tersebut, maka perkaranya tidak dapat
diajukan ke pengadilan. Jadi Penyitaan bertujuan agar
untuk dipergunakan sebagai barang bukti dalam
Penyelidikan/ penyidikan, tingkat Penuntutan dan
tingkat Pemeriksaan persidangan di pengadilan.
Pejabat yang Berwenang
Menurut Pasal 38 KUHAP, bahwa Penyitaan hanya
dapat dilakukan oleh Penyidik dengan surat izin Ketua
Pengadilan Negeri setempat. Dalam keadaan yang
sangat perlu dan mendesak serta tidak mungkin
untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu,
Penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas
Benda Bergerak dan harus segera melapor ke Ketua
Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh
persetujuannya.
Menurut Pasal 40 KUHAP, bahwa dalam
hal tertangkap tangan penyidik dapat
menyita benda dan alat yang ternyata atau
yang patut diduga telah dipergunakan
untuk melakukan tindak pidana atau
benda lain yang dapat dipakai sebagai
barang bukti.
Menurut Pasal 42 KUHAP, bahwa:
Penyidik berwenang memerintahkan
kepada orang yang menguasai benda
yang dapat disita, menyerahkan benda
tersebut kepadanya untuk kepentingan
pemeriksaan dan kepada yang
menyerahkan benda itu harus
diberikan surat tanda penerimaan.
Menurut Pasal 43 KUHAP, bahwa ”Penyitaan
surat atau tulisan lain dari mereka yang
berkewajiban menurut undang-undang untuk
merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut
rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas
persetujuan mereka atau atas izin khusus ketua
pengadilan negeri setempat kecuali undang-
undang menentukan lain
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);

More Related Content

What's hot

Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Idik Saeful Bahri
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidanaPertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidanayudikrismen1
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaBagus Edi Prayogo
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaRatri nia
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Hansel Kalama
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Fenti Anita Sari
 
Tindak pidana ekonomi_perpajakan
Tindak pidana ekonomi_perpajakanTindak pidana ekonomi_perpajakan
Tindak pidana ekonomi_perpajakanIndri renitayani
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
 
Keputusan Tata Usaha Negara
Keputusan Tata Usaha NegaraKeputusan Tata Usaha Negara
Keputusan Tata Usaha Negara
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
9 penggeledahan
9 penggeledahan9 penggeledahan
9 penggeledahan
 
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidanaPertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di Indonesia
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak PidanaPerka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
 
Tindak pidana pemerasan
Tindak pidana pemerasanTindak pidana pemerasan
Tindak pidana pemerasan
 
aliran kriminologi
aliran kriminologialiran kriminologi
aliran kriminologi
 
Tindak pidana ekonomi_perpajakan
Tindak pidana ekonomi_perpajakanTindak pidana ekonomi_perpajakan
Tindak pidana ekonomi_perpajakan
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 

Similar to 7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);

8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahananRonalto_Tan
 
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilanGradeAlfonso
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptxDirgaGunk
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.pptSneekPeak
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020CIkumparan
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jamerdekacom
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
 

Similar to 7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan); (20)

Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
 
HUKUM ACARA PIDANA.ppt
HUKUM ACARA PIDANA.pptHUKUM ACARA PIDANA.ppt
HUKUM ACARA PIDANA.ppt
 
KUHAP.ppt
KUHAP.pptKUHAP.ppt
KUHAP.ppt
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
 

More from GradeAlfonso

13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hapGradeAlfonso
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapidGradeAlfonso
 
2 awal proses hukum acara pidana
2  awal proses hukum acara pidana2  awal proses hukum acara pidana
2 awal proses hukum acara pidanaGradeAlfonso
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidanaGradeAlfonso
 
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan genderGradeAlfonso
 

More from GradeAlfonso (7)

13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap
 
10 surat dakwaan
10 surat dakwaan10 surat dakwaan
10 surat dakwaan
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapid
 
2 awal proses hukum acara pidana
2  awal proses hukum acara pidana2  awal proses hukum acara pidana
2 awal proses hukum acara pidana
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
 
Qaidah Fiqhiyyah
Qaidah FiqhiyyahQaidah Fiqhiyyah
Qaidah Fiqhiyyah
 
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
 

7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);

  • 1. Prodi Hati Nurani Fakultas Keikhlasan Universitas Kehidupan Juni 2021
  • 2. Macam-Macam Upaya Paksa KUHAP membagi UPAYA PAKSA ini menjadi 4 bagian, yaitu : 1. PENANGKAPAN 2. PENAHANAN 3. PENGGELEDAHAN 4. PENYITAAN
  • 3. Dasar Hukum : Pasal 1 angka 20 KUHAP Suatu tindakan Penyidik berupa pengekangan sementara waktu, kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
  • 4. Tujuan penangkapan adalah untuk mengamankan tersangka sebagai “tindakan permulaan” proses penyelidikan untuk memperoleh bukti awal untuk proses selanjutnya penyidikan dan penahanan.
  • 5. Alasan & Dasar Hukum Penangkapan Pasal 17 KUHAP, bahwa seseorang dapat ditangkap atau dilakukan perintah penangkapan, apabila terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan “bukti permulaan yang cukup” Pasal 19 ayat (2) KUHAP, menyatakan bahwa “Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan, kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah
  • 6. Bukti Permulaan Versi Kapolri : Bukti permulaan yang cukup itu adalah bukti yang merupakan keterangan dan data yang terkandung di dalam dua di antara: 1. Laporan Polisi; 2. Berita acara pemeriksaan di TKP; 3. Laporan hasil penyelidikan; 4. Keterangan saksi/saksi ahli; dan 5. Barang bukti. Yang setelah disimpulkan menunjukkan telah terjadi tindak pidana kejahatan.
  • 7. Versi P.A.F. Lamintang : Bukti permulaan yang cukup itu harus diartikan sebagai “bukti-bukti minimal”, berupa alat-alat bukti seperti dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yang dapat menjamin bahwa penyidik tidak akan menjadi terpaksa untuk menghentikan penyidikannya terhadap seseorang yang disangka melakukan tindak pidana setelah terhadap orang tersebut dilakukan penangkapan
  • 8. Menurut Rapat kerja MAKEHJAPOL I (Mahkamah Agung- Kehakiman-Kejaksaan-Polisi, tanggal 21 Maret 1984) “ menyimpulkan bahwa bukti permulaan yang cukup sebaiknya minimal: Laporan polisi ditambah salah satu alat bukti lainnya”
  • 9. Pejabat yang Berwewenang Melakukan Penangkapan Menurut Pasal 16 KUHAP, bahwa yang berwenang melakukan penangkapan, adalah: (1) Untuk kepentingan penyelidikan, Penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan. (2) Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik dan Penyidik Pembantu berwenang melakukan penangkapan
  • 10. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Penangkapan Menurut Pasal 18 KUHAP : (1) Pelaksanaan tugas penangkapan, dilakukan oleh petugas POLRI dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka (nama lengkap, umur, pekerjaan, agama dan alamat/ tinggal) dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa
  • 11. Prosedur.......... (2) Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan si tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.
  • 12. Prosedur.......... (3) Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan kepada keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan. (4) Penangkapan hanya dapat dilakukan paling lama satu hari (24 jam).
  • 13. Menurut Pasal 1 angka 21 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan Penahanan adalah : “Penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh Penyidik, atau Penuntut Umum atau Hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
  • 14. Tujuan penahanan (Pasal 20 KUHAP) : ”Penyidik/penyidik pembantu berwenang melakukan penahanan untuk pemeriksaan penyelidikan/ penyidikan kepada tersangka secara objektif dan benar-benar mencapai hasil penyelidikan/penyidikan yang cukup memadai untuk diteruskan kepada penuntut umum, dan selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan pemeriksaan di depan persidangan
  • 15. Alasan & Dasar Hukum Penahanan Prolog Dalam pembahasan tentang penangkapan, telah dibahas bahwa seseorang yang diduga melakukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana, maka penyelidik/penyidik berwenang untuk menangkap orang tersebut, dan berdasarkan bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP), maka proses selanjutnya tersangka dapat dilakukan Penahanan
  • 16. Syarat-syarat Penahanan Dalam proses penahanan terhadap tersangka, maka harus memenuhi 2 syarat, atau alasan yaitu syarat-syarat subjektif dan syarat objektif, sebagai berikut: 1. Syarat Subjektif Disebut syarat subjektif yaitu hanya karena tergantung pada orang yang memerintahkan penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau tidak ada.
  • 17. Dasar Hukum Syarat Subyektif Pasal 20 ayat (3) KUHP, yaitu: a. Tersangka/terdakwa dikhawatirkan melarikan diri; b. Tersangka/terdakwa dikhawatirkan akan merusak/ menghilangkan barang bukti; dan c. Tersangka/terdakwa dikhawatirkan akan melakukan lagi tindak pidana
  • 18. Pasal 21 ayat (1) KUHAP, bahwa alasan penahanan dan penahanan lanjutan yaitu ”Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana”
  • 19. 2. Syarat Objektif Adapun dimaksud syarat objektif yaitu syarat tersebut dapat diuji ada atau tidak oleh orang lain. Syarat objektif sebagaimana diatur di dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP, bahwa penahanan tersebut hanya dapat dikenakan, apabila: ”Terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih
  • 20. Prosedur Pelaksanaan Penahanan Untuk melaksanakan penahanan terhadap tersangka /terdakwa, maka petugas harus melengkapi dengan: a. Surat perintah penahanan dari penyidik; atau b. Surat perintah penahanan dari penuntut umum; atau c. Surat penetapan dari Hakim yang memerintahkan penahanan itu
  • 21. Jenis Penahanan a. Penahanan rumah tahanan negara; yaitu tersangka/terdakwa ditahan dan ditempatkan di rumah tahanan negara (Rutan) b. Penahanan rumah c. Penahanan kota.
  • 22. Pejabat yang Berwewenang Melakukan Penahanan Menurut Pasal 20 KUHAP, bahwa yang berwenang untuk melakukan penahanan, adalah: (1) untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang melakukan penahanan. (2) Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan. (3) Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan
  • 23. Lamanya & Perpanjangan Penahanan 1. Tingkat Penyidikan Menurut Pasal 24 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat Penyidikan, dapat dilakukan atas perintah Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama 20 hari. Penahanan ini dapat diperpanjangan selama 40 hari jika masih dibutuhkan pemeriksaan
  • 24. 2. Tingkat Penuntutan Menurut Pasal 25 KUHAP, bahwa perintah penahanan pada tingkat Penuntutan, dapat dilakukan atas perintah Penuntut Umum berlaku paling lama 20 hari. Dan dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri paling lama 40 hari. Setelah waktu enam puluh hari (60 hari) tersebut, penuntut umum harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum
  • 25. 3. Tingkat Pengadilan Negeri ( Tingkat I ) Menurut Pasal 26 KUHAP, perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri, dapat dilakukan atas perintah Hakim pengadilan negeri yang mengadili perkara dan hakim berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 30 hari. dan bisa diperpanjang selama 60 hari. Setelah waktu 90 hari, walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum
  • 26. 4. Tingkat Banding ( Pegadilan Tinggi/Tingkat II ) Menurut Pasal 27 KUHAP, bahwa perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di tingkat Banding (Pengadilan Tinggi), dilakukan oleh Hakim pengadilan tinggi yang mengadili perkara dan hakim berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 30 hari, dan bisa diperpanjang selama 60 hari. Setelah waktu 90 hari, walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum
  • 27. 5. Tingkat Kasasi (Mahkamah Agung) Menurut Pasal 28 KUHAP, bahwa perintah penahanan pada tahap pemeriksaan perkara di tingkat Kasasi (Mahkamah Agung), dapat dilakukan atas perintah Hakim Mahkamah Agung yang mengadili perkara dan Hakim berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 50 hari. Dan bisa diperpanjang selama 60 hari. Setelah waktu 110 hari, walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum
  • 28. 3. PENGGELEDAHAN Menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan Penggeledahan rumah adalah Tindakan Penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
  • 29. Menurut Pasal 1 angka 18 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan Penggeledahan badan adalah : Tindakan Penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk disita.
  • 30. Tujuan Penggeledahan Tujuan Penggeledahan adalah tindakan penyelidik/ penyidik untuk mendapatkan barang bukti untuk penyelidikan/ penyidikan sebagai bukti permulaan yang cukup, agar tersangka dapat ditangkap/ ditahan dan prosesnya dapat dilanjutkan ke tingkat penuntutan dan tingkat pemeriksaan persidangan pengadilan.
  • 31. Pejabat yang Berwenang Pasal 32 KUHAP, bahwa untuk kepentingan penyidikan, maka ”Penyidik” dapat melakukan Penggeledahan rumah atau Penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang- undang.
  • 32. Tata Cara & Prosedur Penggeledahan Menurut Pasal 33 KUHAP, yaitu : a. Dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat, Penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan yang diperlukan. b. Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari Penyidik, Petugas Kepolisian negara Republik Indonesia dapat memasuki rumah seseorang untuk proses penyidikan.
  • 33. c. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya. d. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi, dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir. e. Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu Berita Acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan
  • 34. 4. PENYITAAN Menurut Pasal 1 angka 16 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan Penyitaan adalah : Serangkaian tindakan Penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya, benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam Penyidikan, Penuntutan dan Peradilan.
  • 35. Tujuan Penyitaan Tujuan Penyitaan adalah untuk kepentingan ”Pembuktian” terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka persidangan, sebab tanpa adanya barang bukti tersebut, maka perkaranya tidak dapat diajukan ke pengadilan. Jadi Penyitaan bertujuan agar untuk dipergunakan sebagai barang bukti dalam Penyelidikan/ penyidikan, tingkat Penuntutan dan tingkat Pemeriksaan persidangan di pengadilan.
  • 36. Pejabat yang Berwenang Menurut Pasal 38 KUHAP, bahwa Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Penyidik dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat. Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak serta tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, Penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas Benda Bergerak dan harus segera melapor ke Ketua Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh persetujuannya.
  • 37. Menurut Pasal 40 KUHAP, bahwa dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukti.
  • 38. Menurut Pasal 42 KUHAP, bahwa: Penyidik berwenang memerintahkan kepada orang yang menguasai benda yang dapat disita, menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada yang menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan.
  • 39. Menurut Pasal 43 KUHAP, bahwa ”Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut undang-undang untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau atas izin khusus ketua pengadilan negeri setempat kecuali undang- undang menentukan lain