SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
PENGATURAN PRAPERADILAN
DALAM HUKUM ACARA PIDANA
DIRGA AGUNG, S.H.,M.H.
ISTILAHPRAPERADILAN
Praperadilan terdiri dari dua kata, yaitu pra dan peradilan, sedangkan apabilan
kita teliti menurut istilah KUHAP “praperadilan” maka maksud dan artinya yang
harfiah artinya yang harfiah berbeda. Pra artinya sebelum, atau mendahului,
berarti
“
”
Istilah praperadilan diambil dari kata pretrial, akan tetapi ruang lingkupnya
lebih sempit karena pretrial dapat meneliti apakah ada dasar hukum yang
cukup mengajukan suatu penuntutan terhadap perkara pidana didepan
pengadilan. Sementara ruang lingkup praperadilan terbatas sepanjang yang
diatur dalam Pasal
77 KUHAP dan Pasal 95 KUHAP. Sedangkan dalam pengertian secara umum
dicantumkan dalam Pasal 1 angka 10 KUHAP
Pasal 1 angka 10 KUHAP
Praperadilan adalah wewenang Pengadilan
Negeri untuk memeriksa dan memutus menurut
cara yang diatur dalam undang- undang ini,
tentang :
Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan
atau penahanan atas permintaan tersangka atau
keluarga atau pihak lain atas kuasa tersangka.
Sah atau tidaknya penghentian penyelidikan
atau penghentian penuntutan atas permintaan demi
tegaknya hukum dan keadilan ;
Permintaan ganti kerugian atau rehabilitas oleh
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas
kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan.
Pasal 95 sesungguhnya merupakan penjelasan lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 1
angka 10 KUHAP dan Pasal 77 KUHAP, dengan tambahan adanya unsur dikenakan
tindakan lain tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yan hukum yan diterapkan tindakan lain berupa :
Pasal 95 KUHAP
Pemasukan rumah,
Penggeledahan, dan
Penyitaan.
Menurut M. Yahya Harahap, ditinjau dari struktur dan susunan peradilan, praperadilan bukan lembaga yang berdiri
sendiri. Praperadilan hanya suatu lembaga yang ciri dan eksistensinya :
Berada dan merupakan kesatuan yang melekat pada
Pengadilan Negeri dan sebagai lembaga pengadilan
hanya dijumpai pada tingkat Pengadilan Negeri sebagai
satuan tugas yang tidak terpisah dari Pengadilan
Negeri.
Praperadilan bukan berada diluar atau disamping
maupun sejajar dengan Pengadilan Negeri tapi hanya
merupakan divisi dari Pengadilan Negeri.
Tata laksana fungsi yustisialnya merupakan
bagian dari fungsi yustisial Pengadilan Negeri itu
sendiri.
Administrasi yustisial, personil, peralatan dan finansial
bersatu dengan Pengadilan Negeri dan
berada dibawah pimpinan serta pengawasan dan
pembinaan Ketua Pengadilan Negeri.
PRAPERADILAN
WEWENANG
Wewenang
keabsahan
Praperadilan
penetapan
ditambah dalam pemeriksaan
tersangka yang sebelumnya
penetapan tersangka ini muncul dari Putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan Nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel .
Praperadilan disebutkan dapat pula dilakukan atas tindakan
kesalahan penyitaan yang tidak termasuk alat bukti, atau seseorang
yang dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang karena kekeliruran orang atau hukum yang
diterapkan.
keputusan Menkeh RI No. M.01.PW.07.03 tahun 1982,
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU/XII/2014
Kewenangan secara spesifik
Praperadilan sesuai dengan Pasal 77
sampai Pasal 88 KUHAP adalah
memeriksa sah atau tidaknya upaya
paksa yaitu penangkapan dan
penahanan serta memeriksa sah atau
tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan, akan tetapi
dikaitkan dengan Pasal 95 dan Pasal 97
KUHAP kewenangan Praperadilan
ditambah dengan kewenangan untuk
memeriksa dan memutus perihal ganti
rugi dan rehabilitasi.
Wewenang Pengadilan Negeri dalam
Praperadilan untuk Memeriksa dan Memutus Menurut
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Memeriksa sah atau tidaknya Penghentian Penyidikan atau Penghentian
Penuntutan Pada bagian penyidikan dan
penuntutan, baik penyidik maupun penuntut umum berwenang menghentikan pemeriksaan penyidikan
dan penuntutan.
Memeriksa Tuntutan Ganti Rugi (Pasal 95).
Tuntutan ganti kerugian diajukan tersangka berdasarkan alasan Karena penangkapan dan penahanan yang
tidak sah, Atau oleh karena penggeledahan atau penyitaan bertentangan dengan ketentuan hukum dan
undang-undang, Karena kekeliruan mengenai orang yang sebenarnya mesti ditangkap, ditahan atau
diperiksa.
M. Yahya Harahap (2013:5) membahas secara rinci ketentuan Pasal 1 butir 10
dan Pasal 77 KUHAP sebagai berikut:
Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penangkapan dan penahanan Wewenang pertama yang
diberikan undang- undang kepada Praperadilan, Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya Penangkapan dan
Penahahan.
Penahahan.
Memeriksa Permintaan Rehabilitasi Praperadilan berwenang memeriksa dan memutus permintaan
rehabilitasi yang diajukan tersangka, keluarganya atau Penasihat hukumnya atas penangkapan atau
penahanan tanpa dasar hukum yang ditentukan oleh undang-undang. Atau rehabilitasi atas kekeliruan
mengenai orang atau hukum yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan di sidang pengadilan.
Pihak Yang Berhak Mengajukan Praperadilan dan Alasanya
TERUSAN
1. Pemohon: pihak
mengajukan
Praperadilan
yan
g
yan
g
2. Termohon: Negara
diwakili pejabat spt
Polri,
Kejaksaan, atau instansi
lain.
Syarat-syaratPraperadilan
1. Pasal 20 KUHAP, menentukan bahwa penahanan hanya dapat dilakukan “untuk kepentingan
penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan”. suatu tindakan penahanan
dilakukan dalam rangka “mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya” (Pasal 1 angka
2 KUHAP). Berdasarkan hal ini, maka ketika “bukti yang membuat terang tindak pidana dapat
dikumpulkan tanpa penahanan” dan/atau “tersangka tindak pidana dapat ditemukan tanpa
penahanan”, maka penahanan tidak lagi diperlukan.
2. kewenangan melakukan penahanan hanya dapat timbul sepanjang telah diberikan oleh
undang-undang (Pasal 3 KUHAP). Pasal 6 ayat (1) huruf a jo Pasal 7 ayat (1) huruf d
KUHAP mengatur terkait penahanan merupakan kewenangan penyidik Polri sementara itu,
penyidik pegawai negeri sipil lainnya (Pasal 6 ayat (1) huruf b KUHAP) umumnya tidak
diberikan kewenangan penahanan. Namun demikian, dengan ketentuan yang bersifat khusus (lex
specialis), ketentuan umum ini disimpangi, sehingga penyidik kejaksaan yang terakhir berdasarkan
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 dan penyidik KPK berdasarkan Undang-Undang No. 30
Tahun 2002, mempunyai kewenangan melakukan penahanan.
Syarat-syaratPraperadilan
3. Alasan Subjektif : Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang
tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak
barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana (Pasal 21 ayat
(1) KUHAP).
Alasan Objektif : (Pasal 21 ayat (4) KUHAP)
4. dalam hal penahanan, surat perintah dari penyidik menjadi mutlak. Dalam surat perintah tersebut, harus
disebutkan identitas tersangka, alasan dilakukannya penahanan,uraian singkat tentang sangkaan tindak
pidananya, dan tempat dilakukannya penahanan (dalam hal dilakukan penahanan rumah tahanan negara).
Selain itu, sebenarnya surat perintah penahanan juga harus memuat jangka waktu dilakukannya penahanan
tersebut, yang masih dalam batas limitatif yang ditentukan undang-undang.
Pendaftaran Permohonan
Register perkara praperadilan dipisahkan dengan perkara pidana
biasa
Permohonan ditujukan kpd KPN dimana penangkapan,penahanan
penggeledahan/ penyitaan dilakukan. (Psl. 81 KUHAP)
Penunjukan hakim dan panitera harus dilakukan dlm jangka 3 hari,
setelah permohonan dIregister. [Psl.82 ayat (1) huruf a KUHAP]
Penetapan Hari Sidang dan Jangka
Waktu Persidangan Praperadilan
Penetapan hari sidang: max 3 hari setelah diterima permohonan [Psl.82 ayat
(1) huruf a KUHAP]
Jangka Waktu Persidangan: max 7 hari [Psl. 82 ayat (1) huruf c] praktiknya
dihitung
sejak para pihak lengkap [Buku teknis MA (Buku II)] hingga putusan.
Tata Cara Persidangan
Ketentuantata cara pemeriksaan sidang praperadilan telahdiatur secara tegas dalam Pasal 82 ayat
(1)KUHAP.
Dalam persidangan Praperadilan dikenal tahap pemeriksaan sebagai berikut :
1.Pemeriksaan surat kuasa dan ataupun pembacaan isi surat permohonannya.
2.Sidang berikutnya adalah jawaban dari termohon
3.Sidang berikutnya adalah replik dari pemohon
4.Sidang berikutnya adalah duplik dari termohon
5.Sidang pembuktian baik saksi-saksi maupun surat-surat dari kedua belah pihak
6.Sidang pembacaan putusan hakim.
Putusan Pengadilan Praperadilan
KUHAP tidak menentukan bagaimana bentuk putusan praperadilan
Sedangkan jika bertitik tolak dari ketentuan Pasal 83 ayat (3) huruf a dan Pasal 96 ayat
(1), yang dimaksud bentuk putusan praperadilan adalah berupa
pPeuntuestapnan.Praperadilan tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam berita
acara sebagaimana diatur dalam Pasal 203 ayat (3) huruf d.
Isi putusan atau penetapan praperadilan pada garis besarnya diatur dalam Pasal
82 ayat (2) dan ayat (3) oleh karena itu disamping penetapan praperadilan memuat alasan
dasar pertimbangan hukum juga harus memuat amar perintah.
Pasal 83 ayat (1) KUHAP, maka terhadap putusan praperadilan tidak dapat dimintakan
banding. Namun terdapat putusan praperadilan yang dapat diminta banding ke Pengadilan
Tinggi, diatur dalam Pasal 83 ayat (2).
Putusan praperadilan tidak dapat diajukan kasasi. (Surat Edaran Mahkamah Agung
(SEMA) No. 8 Tahun 2011 tentang perkara yang tidak memenuhi syarat kasasi dan
peninjauan kembali yang mana pada angka 2)
GugurnyaPraperadilan
dalam Pasal 82 ayat (1) huruf d yang berbunyi : dalam hal suatu
Hal ini diatur
perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri sedang pemeriksaan mengenai
permintaan kepada praperadilan belum selesai maka permintaan tersebut gugur.
Pasal 82 ayat (1) tidak mengurangi/ tidak dianggap mengurangi hak tersangka, sebab
semua permintaan itu dapat ditampung kembali oleh Pengadilan Negeri dalam
pemeriksaan pokok.
PenghentianPraperadilan
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah No. 5 Tahun 1985 tentang
Agung
Februari
(SEMA)
1985. Mahkamah Agung memberikan
penghentian praperadilan, tertanggal 1
petunjuk sebagai berikut:
praperadilan yang sedang
dapat dihentikan oleh
dasar permintaan
acara
berjalan
hakim
pihak
atas
yang semula mengajukan
keberatan;dan
penghentian
dilakukan
itu hendaknya
dengan sebuah
penetapan.
UPAYA HUKUM
BIASA
LUARBI
ASA
BANDING
dan
KASASI
KASASIDEMI KEPENTINGANHUKUM dan
PENINJAUANKEMBALI
Upaya Hukum Terhadap
PutusanPra-peradilan
Pemeriksaan
BANDING
Pasal 83 KUHAP menentukan putusan yang menyakut kasus mana
yang dapat dibanding, dan yang tidak dapat diajukan permintaan
banding.
Pasal 83 ayat (1) KUHAP : terhadap putusan praperadilan yang berisi
penetapan tentang sah atau tidak sahnya suatu tindakan penangkapan
dan penangkapan dan penahanan maka tidak dapat dimintakan
pemeriksaan pemeriksaan banding.
Pasal 67 KUHAP: terhadap putusan Pengadilan dalam acara
pemeriksaan cepat tidak dapat dimintakan banding, kecuali bagi
terdakwa yang dijatuhi pidana berupa perampasan kemerdekaan
(Pasal 205 ayat (3) KUHAP).
Pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP: pemeriksaan Praperadilan
dilakukan dengan cara pemeriksaan cepat.
Pemeriksaan
KASASI
Mengenai Kasasi terhadap putusan praperadilan, terdapat di Surat Edaran Mahkamah
Agung (SEMA) Nomor 8 Tahun 2011 tentang perkara yang tidak boleh diajukan kasasi
yang mana terdapat pada butir 2 yang menyebutkan putusan tentang praperadilan tidak
dapat diajukan kasasi.
KUHAP tidak mengatur mengenai pemeriksaan kasasi terhadap
putusan praperadilan. Dan kalau diperhatikan perumusan Pasal 83 ayat (2)
KUHAP, maka terhadap putusan praperadilan hanya dapat dimintakan “putusan
akhir” kepada Pengadilan Tinggi. Karena disebut putusan akhir (bukan putusan
pada tingkat akhir) dapat disimpulkan
dapat dimintakan pemeriksaan
bahwa putusan praperadilan tidak
kasasi, dengan alasan bahwa ada keharusan penyelesaian secara
cepat dari perkara-perkara praperadilan, sehingga jika masih
dimungkinkan kasasi maka hal itu tidak dapat dipenuhi.
Pemeriksaan
PENINJAUAN
KEMBALI
putusan peninjauan kembali terhadap putusan praperadilan atas nama pemohon Drs.
Lukito yang dalam amar putusannya menyatakan mengabulkan permohonan peninjauan
kembali dari pemohon, membatalkan putusan praperadilan di Pengadilan
NegeriNTebing Tinggi.
Seperti halnya pemeriksaan kasasi terhadap putusan praperadilan, maka
KUHAP juga tidak mengatur secara tegas tentang pemeriksaan Peninjauan
Kembali (PK) terhadap putusan Praperadilan. Akan tetapi dalam pratek
hukum sudah pernah terjadi pemeriksaan peninjauan kembali terhadap
putusan praperadilan yang didasarkan pada ketentuan Pasal 263 ayat (1)
KUHAP dan Pasal 21 UU No. 14 Tahun 1970
PutusanMA No. 32 PK/Pid/1989 Tanggal 7 Februari 1991.
CONTOH
Pelaksanaan Putusan Praperadilan
dalam Pasal 82 ayat (3) KUHAP, bahwa ada 3 (tiga) macam pelaksanaan putusan praperadil
Melakukan Perbuatan
Tertentu
Melakukan Pembayaran
Sejumlah Uang
putusan yang memerintahkan kepada penyidik atau penuntut yang
diajukan permintaan pemeriksaan praperadilan sebagai termohon
untuk melakukan perbuatan tertentu.
Apabila isi putusan paperadilan menetapkan bahwa tersangka
diberikan ganti rugi sebagaimana tersebut dalam Pasal 82 ayat (3
huruf c) KUHAP, maka tersangka selaku pemohon berhak untuk
mendapat sejumlah uang sebagaimana tersebut dalam putusan
praperadilan
Dalam hal pemberian rehabilitasi, menurut Pasal 15 PP No. 27 Tahun 1983 isi putusan
Pemberian
atau penetapan rehabilitasi diumumkan oleh panitera dengan menetapkannya pada
papan pengumuman pengadilan. Penetapan pemberian rehabilitasi hendaknya tidak saja
Rehabilitasi
dimuat dalam papan pengumuman pengadilan melainkan dimuat juga dalam media
masa, demi nama baik oang yang bersangkutan yang sudah tercemar dimata
masyarakat.
SEKIAN
TERIMA KASIH
dan

More Related Content

Similar to praperadilann.pptx

Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jamerdekacom
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilanDawat Christian
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi DELA ASFARINA
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxAFDAL20
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasinurul khaiva
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.pptSneekPeak
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 

Similar to praperadilann.pptx (20)

Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilan
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 

Recently uploaded

Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 

Recently uploaded (12)

Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 

praperadilann.pptx

  • 1. PENGATURAN PRAPERADILAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA DIRGA AGUNG, S.H.,M.H.
  • 2. ISTILAHPRAPERADILAN Praperadilan terdiri dari dua kata, yaitu pra dan peradilan, sedangkan apabilan kita teliti menurut istilah KUHAP “praperadilan” maka maksud dan artinya yang harfiah artinya yang harfiah berbeda. Pra artinya sebelum, atau mendahului, berarti “ ” Istilah praperadilan diambil dari kata pretrial, akan tetapi ruang lingkupnya lebih sempit karena pretrial dapat meneliti apakah ada dasar hukum yang cukup mengajukan suatu penuntutan terhadap perkara pidana didepan pengadilan. Sementara ruang lingkup praperadilan terbatas sepanjang yang diatur dalam Pasal 77 KUHAP dan Pasal 95 KUHAP. Sedangkan dalam pengertian secara umum dicantumkan dalam Pasal 1 angka 10 KUHAP
  • 3. Pasal 1 angka 10 KUHAP Praperadilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini, tentang : Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarga atau pihak lain atas kuasa tersangka. Sah atau tidaknya penghentian penyelidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan ; Permintaan ganti kerugian atau rehabilitas oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
  • 4. Pasal 95 sesungguhnya merupakan penjelasan lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 1 angka 10 KUHAP dan Pasal 77 KUHAP, dengan tambahan adanya unsur dikenakan tindakan lain tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yan hukum yan diterapkan tindakan lain berupa : Pasal 95 KUHAP Pemasukan rumah, Penggeledahan, dan Penyitaan.
  • 5. Menurut M. Yahya Harahap, ditinjau dari struktur dan susunan peradilan, praperadilan bukan lembaga yang berdiri sendiri. Praperadilan hanya suatu lembaga yang ciri dan eksistensinya : Berada dan merupakan kesatuan yang melekat pada Pengadilan Negeri dan sebagai lembaga pengadilan hanya dijumpai pada tingkat Pengadilan Negeri sebagai satuan tugas yang tidak terpisah dari Pengadilan Negeri. Praperadilan bukan berada diluar atau disamping maupun sejajar dengan Pengadilan Negeri tapi hanya merupakan divisi dari Pengadilan Negeri. Tata laksana fungsi yustisialnya merupakan bagian dari fungsi yustisial Pengadilan Negeri itu sendiri. Administrasi yustisial, personil, peralatan dan finansial bersatu dengan Pengadilan Negeri dan berada dibawah pimpinan serta pengawasan dan pembinaan Ketua Pengadilan Negeri.
  • 6. PRAPERADILAN WEWENANG Wewenang keabsahan Praperadilan penetapan ditambah dalam pemeriksaan tersangka yang sebelumnya penetapan tersangka ini muncul dari Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel . Praperadilan disebutkan dapat pula dilakukan atas tindakan kesalahan penyitaan yang tidak termasuk alat bukti, atau seseorang yang dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang karena kekeliruran orang atau hukum yang diterapkan. keputusan Menkeh RI No. M.01.PW.07.03 tahun 1982, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU/XII/2014 Kewenangan secara spesifik Praperadilan sesuai dengan Pasal 77 sampai Pasal 88 KUHAP adalah memeriksa sah atau tidaknya upaya paksa yaitu penangkapan dan penahanan serta memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, akan tetapi dikaitkan dengan Pasal 95 dan Pasal 97 KUHAP kewenangan Praperadilan ditambah dengan kewenangan untuk memeriksa dan memutus perihal ganti rugi dan rehabilitasi.
  • 7. Wewenang Pengadilan Negeri dalam Praperadilan untuk Memeriksa dan Memutus Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Memeriksa sah atau tidaknya Penghentian Penyidikan atau Penghentian Penuntutan Pada bagian penyidikan dan penuntutan, baik penyidik maupun penuntut umum berwenang menghentikan pemeriksaan penyidikan dan penuntutan. Memeriksa Tuntutan Ganti Rugi (Pasal 95). Tuntutan ganti kerugian diajukan tersangka berdasarkan alasan Karena penangkapan dan penahanan yang tidak sah, Atau oleh karena penggeledahan atau penyitaan bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang, Karena kekeliruan mengenai orang yang sebenarnya mesti ditangkap, ditahan atau diperiksa. M. Yahya Harahap (2013:5) membahas secara rinci ketentuan Pasal 1 butir 10 dan Pasal 77 KUHAP sebagai berikut: Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penangkapan dan penahanan Wewenang pertama yang diberikan undang- undang kepada Praperadilan, Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya Penangkapan dan Penahahan. Penahahan. Memeriksa Permintaan Rehabilitasi Praperadilan berwenang memeriksa dan memutus permintaan rehabilitasi yang diajukan tersangka, keluarganya atau Penasihat hukumnya atas penangkapan atau penahanan tanpa dasar hukum yang ditentukan oleh undang-undang. Atau rehabilitasi atas kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan di sidang pengadilan.
  • 8. Pihak Yang Berhak Mengajukan Praperadilan dan Alasanya
  • 9. TERUSAN 1. Pemohon: pihak mengajukan Praperadilan yan g yan g 2. Termohon: Negara diwakili pejabat spt Polri, Kejaksaan, atau instansi lain.
  • 10. Syarat-syaratPraperadilan 1. Pasal 20 KUHAP, menentukan bahwa penahanan hanya dapat dilakukan “untuk kepentingan penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan”. suatu tindakan penahanan dilakukan dalam rangka “mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya” (Pasal 1 angka 2 KUHAP). Berdasarkan hal ini, maka ketika “bukti yang membuat terang tindak pidana dapat dikumpulkan tanpa penahanan” dan/atau “tersangka tindak pidana dapat ditemukan tanpa penahanan”, maka penahanan tidak lagi diperlukan. 2. kewenangan melakukan penahanan hanya dapat timbul sepanjang telah diberikan oleh undang-undang (Pasal 3 KUHAP). Pasal 6 ayat (1) huruf a jo Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP mengatur terkait penahanan merupakan kewenangan penyidik Polri sementara itu, penyidik pegawai negeri sipil lainnya (Pasal 6 ayat (1) huruf b KUHAP) umumnya tidak diberikan kewenangan penahanan. Namun demikian, dengan ketentuan yang bersifat khusus (lex specialis), ketentuan umum ini disimpangi, sehingga penyidik kejaksaan yang terakhir berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 dan penyidik KPK berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002, mempunyai kewenangan melakukan penahanan.
  • 11. Syarat-syaratPraperadilan 3. Alasan Subjektif : Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana (Pasal 21 ayat (1) KUHAP). Alasan Objektif : (Pasal 21 ayat (4) KUHAP) 4. dalam hal penahanan, surat perintah dari penyidik menjadi mutlak. Dalam surat perintah tersebut, harus disebutkan identitas tersangka, alasan dilakukannya penahanan,uraian singkat tentang sangkaan tindak pidananya, dan tempat dilakukannya penahanan (dalam hal dilakukan penahanan rumah tahanan negara). Selain itu, sebenarnya surat perintah penahanan juga harus memuat jangka waktu dilakukannya penahanan tersebut, yang masih dalam batas limitatif yang ditentukan undang-undang.
  • 12. Pendaftaran Permohonan Register perkara praperadilan dipisahkan dengan perkara pidana biasa Permohonan ditujukan kpd KPN dimana penangkapan,penahanan penggeledahan/ penyitaan dilakukan. (Psl. 81 KUHAP) Penunjukan hakim dan panitera harus dilakukan dlm jangka 3 hari, setelah permohonan dIregister. [Psl.82 ayat (1) huruf a KUHAP]
  • 13. Penetapan Hari Sidang dan Jangka Waktu Persidangan Praperadilan Penetapan hari sidang: max 3 hari setelah diterima permohonan [Psl.82 ayat (1) huruf a KUHAP] Jangka Waktu Persidangan: max 7 hari [Psl. 82 ayat (1) huruf c] praktiknya dihitung sejak para pihak lengkap [Buku teknis MA (Buku II)] hingga putusan.
  • 14. Tata Cara Persidangan Ketentuantata cara pemeriksaan sidang praperadilan telahdiatur secara tegas dalam Pasal 82 ayat (1)KUHAP. Dalam persidangan Praperadilan dikenal tahap pemeriksaan sebagai berikut : 1.Pemeriksaan surat kuasa dan ataupun pembacaan isi surat permohonannya. 2.Sidang berikutnya adalah jawaban dari termohon 3.Sidang berikutnya adalah replik dari pemohon 4.Sidang berikutnya adalah duplik dari termohon 5.Sidang pembuktian baik saksi-saksi maupun surat-surat dari kedua belah pihak 6.Sidang pembacaan putusan hakim.
  • 15. Putusan Pengadilan Praperadilan KUHAP tidak menentukan bagaimana bentuk putusan praperadilan Sedangkan jika bertitik tolak dari ketentuan Pasal 83 ayat (3) huruf a dan Pasal 96 ayat (1), yang dimaksud bentuk putusan praperadilan adalah berupa pPeuntuestapnan.Praperadilan tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam berita acara sebagaimana diatur dalam Pasal 203 ayat (3) huruf d. Isi putusan atau penetapan praperadilan pada garis besarnya diatur dalam Pasal 82 ayat (2) dan ayat (3) oleh karena itu disamping penetapan praperadilan memuat alasan dasar pertimbangan hukum juga harus memuat amar perintah. Pasal 83 ayat (1) KUHAP, maka terhadap putusan praperadilan tidak dapat dimintakan banding. Namun terdapat putusan praperadilan yang dapat diminta banding ke Pengadilan Tinggi, diatur dalam Pasal 83 ayat (2). Putusan praperadilan tidak dapat diajukan kasasi. (Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 8 Tahun 2011 tentang perkara yang tidak memenuhi syarat kasasi dan peninjauan kembali yang mana pada angka 2)
  • 16. GugurnyaPraperadilan dalam Pasal 82 ayat (1) huruf d yang berbunyi : dalam hal suatu Hal ini diatur perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri sedang pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai maka permintaan tersebut gugur. Pasal 82 ayat (1) tidak mengurangi/ tidak dianggap mengurangi hak tersangka, sebab semua permintaan itu dapat ditampung kembali oleh Pengadilan Negeri dalam pemeriksaan pokok.
  • 17. PenghentianPraperadilan Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah No. 5 Tahun 1985 tentang Agung Februari (SEMA) 1985. Mahkamah Agung memberikan penghentian praperadilan, tertanggal 1 petunjuk sebagai berikut: praperadilan yang sedang dapat dihentikan oleh dasar permintaan acara berjalan hakim pihak atas yang semula mengajukan keberatan;dan penghentian dilakukan itu hendaknya dengan sebuah penetapan.
  • 18. UPAYA HUKUM BIASA LUARBI ASA BANDING dan KASASI KASASIDEMI KEPENTINGANHUKUM dan PENINJAUANKEMBALI Upaya Hukum Terhadap PutusanPra-peradilan
  • 19. Pemeriksaan BANDING Pasal 83 KUHAP menentukan putusan yang menyakut kasus mana yang dapat dibanding, dan yang tidak dapat diajukan permintaan banding. Pasal 83 ayat (1) KUHAP : terhadap putusan praperadilan yang berisi penetapan tentang sah atau tidak sahnya suatu tindakan penangkapan dan penangkapan dan penahanan maka tidak dapat dimintakan pemeriksaan pemeriksaan banding. Pasal 67 KUHAP: terhadap putusan Pengadilan dalam acara pemeriksaan cepat tidak dapat dimintakan banding, kecuali bagi terdakwa yang dijatuhi pidana berupa perampasan kemerdekaan (Pasal 205 ayat (3) KUHAP). Pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP: pemeriksaan Praperadilan dilakukan dengan cara pemeriksaan cepat.
  • 20. Pemeriksaan KASASI Mengenai Kasasi terhadap putusan praperadilan, terdapat di Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 8 Tahun 2011 tentang perkara yang tidak boleh diajukan kasasi yang mana terdapat pada butir 2 yang menyebutkan putusan tentang praperadilan tidak dapat diajukan kasasi. KUHAP tidak mengatur mengenai pemeriksaan kasasi terhadap putusan praperadilan. Dan kalau diperhatikan perumusan Pasal 83 ayat (2) KUHAP, maka terhadap putusan praperadilan hanya dapat dimintakan “putusan akhir” kepada Pengadilan Tinggi. Karena disebut putusan akhir (bukan putusan pada tingkat akhir) dapat disimpulkan dapat dimintakan pemeriksaan bahwa putusan praperadilan tidak kasasi, dengan alasan bahwa ada keharusan penyelesaian secara cepat dari perkara-perkara praperadilan, sehingga jika masih dimungkinkan kasasi maka hal itu tidak dapat dipenuhi.
  • 21. Pemeriksaan PENINJAUAN KEMBALI putusan peninjauan kembali terhadap putusan praperadilan atas nama pemohon Drs. Lukito yang dalam amar putusannya menyatakan mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari pemohon, membatalkan putusan praperadilan di Pengadilan NegeriNTebing Tinggi. Seperti halnya pemeriksaan kasasi terhadap putusan praperadilan, maka KUHAP juga tidak mengatur secara tegas tentang pemeriksaan Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan Praperadilan. Akan tetapi dalam pratek hukum sudah pernah terjadi pemeriksaan peninjauan kembali terhadap putusan praperadilan yang didasarkan pada ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP dan Pasal 21 UU No. 14 Tahun 1970 PutusanMA No. 32 PK/Pid/1989 Tanggal 7 Februari 1991. CONTOH
  • 22. Pelaksanaan Putusan Praperadilan dalam Pasal 82 ayat (3) KUHAP, bahwa ada 3 (tiga) macam pelaksanaan putusan praperadil Melakukan Perbuatan Tertentu Melakukan Pembayaran Sejumlah Uang putusan yang memerintahkan kepada penyidik atau penuntut yang diajukan permintaan pemeriksaan praperadilan sebagai termohon untuk melakukan perbuatan tertentu. Apabila isi putusan paperadilan menetapkan bahwa tersangka diberikan ganti rugi sebagaimana tersebut dalam Pasal 82 ayat (3 huruf c) KUHAP, maka tersangka selaku pemohon berhak untuk mendapat sejumlah uang sebagaimana tersebut dalam putusan praperadilan Dalam hal pemberian rehabilitasi, menurut Pasal 15 PP No. 27 Tahun 1983 isi putusan Pemberian atau penetapan rehabilitasi diumumkan oleh panitera dengan menetapkannya pada papan pengumuman pengadilan. Penetapan pemberian rehabilitasi hendaknya tidak saja Rehabilitasi dimuat dalam papan pengumuman pengadilan melainkan dimuat juga dalam media masa, demi nama baik oang yang bersangkutan yang sudah tercemar dimata masyarakat.