Makalah ini membahas tentang antonim atau lawan kata (al-Tadhad) dalam bahasa Arab. Terdapat beberapa poin pembahasan utama yaitu: (1) pengertian al-Tadhad, (2) macam-macamnya yang terdiri dari perlawanan biner, bertingkat, timbal balik, dan berkaitan dengan arah, (3) pendapat ulama yang pro dan kontra, (4) sebab-sebab munculnya lafadz al-Tadhad, dan (
1. Antonim / Antitesis Polisemi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keunikan sistem semantik dalam bahasa Arab sangat menarik untuk dikaji,
terutama mengenai relasional makna. Karena ada beberapa bagian sistem
semantik Arab yang konsepnya berbeda dengan sistem semantik bahasa yang lain.
Selain itu dalam bahasa Arab, banyak sekali ditemukan fenomena khusus
kebahasaan yang telah mendorong para ahli bahasa melakukan kajian untuk
mengungkap rahasia dibaliknya, terutama mengenai kajian leksikal.
Dalam fenomena kebahasaan, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang
paling unik. Hal ini dikarenakan bahasa Arab mempunyai karakter dalam sistem
kebahasaannya sendiri yang berbeda dengan sistem bahasa yang lain.
Namun dengan minimnya referensi yang ada, akan mempersulit pelajar
maupun mahasiswa untuk mengkaji hal tersebut. Sehingga kami ingin
menyumbangkan karya kami yaitu sebuah makalah yang berjudul “ Al-Tadhad “
yang artinya antonim atau lawan kata ini untuk memberikan sumbangsi tersendiri
dalam memberikan sedikit referensi sebagai media untuk mengkaji antonym
tersebut. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan kemudahan untuk para
pembacanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami dapat merumuskan berbagai
permasalahan yaitu :
1) Apa yang dimaksud dengan Al-Tadhad?
2) Ada berapa macam Al-Tadhad?
3) Bagaimana pendapat Ulama mengenai Al-Tadhad?
4) Apa sebab adanya lafadz Al-Tadhad?
5) Bagaimana lafadz al-Tadhad dalam Al-qur’an?
1
2. Antonim / Antitesis Polisemi
C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini sesuai dengan rumusan permasalahan diatas,
yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian Al-Tadhad
2) Untuk mengetahui macam-macam Al-Tadhad
3) Untuk mengetahui pendapat Ulama mengenai Al-Tadhad
4) Untuk mengetahui sebab adanya lafadz Al-Tadhad
5) Untuk mengetahui lafadz al-Tadhad dalam Al-qur’an
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode deskritif yang
pada intiya “bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal apa adanya”
(Tn,2006:85). Hal ini juga mengindikasikan bahwa dalam penyusunan makalah
ini, kami menggunakan teknik studi kepustakaan. Adapun yang dimaksud dengan
studi kepustakaan itu sendiri adalah “mengumpulkan keterangan-keterangan dan
berbagai literatur sebagai bahan perbandingan atau acuan yang relevan degan
peristiwa yang dikaji”. (Usep, 2006:12).
2
3. Antonim / Antitesis Polisemi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Tadhad
Menurut bahasa idhdhad ( Antonim ) berasal dari kata
yang berarti
menolak, berlawanan, atau kontradiksi. Sedangkan menurut istilah idhdhad (
Antonim ) adalah sebuah lapadz yang menghendaki makna dan lwan katanya, ada
dua kata yang berlawanan maknanya. Antonymy berasal dari bahasa yunani kuno,
onoma “ nama” dan anti “melawan” secara harfiah adalah nama lain untuk benda
yang lain. Ada yang mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam
pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan (kridalaksana, 1982). Antonimi
merupakan hubungan diantara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan
makna.
Dalam bahasa arab, taufiqurrochman menyebutkan dalam bukunya, bahwa
antonim disebut dengan
atau
yaitu
Antonimi ( Al-tadhad ) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya
“dianggap” berlawanan.
Disebut “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini
sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan
mati, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh
dengan dekat, kata kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum tentu
miskin, begitu juga sesuatu yang tidak tinggi belum tentu rendah.
Al-Tadhad adalah lafadz yang mempunyai makna ganda tetapi berlawanan
atau lapadz yang menunjukkan makna lawan katanya. Seperti kata
putih dan berarti hitam, lafadz
berarti
berarti agung dan berarti hina. Contoh dalam
kalimat berikut:
Dalam kalimat yang pertama lafadz
kedua lafadz
berarti agung, sedangkan kalimat yang
berarti hina. Lafadz
3
berarti menyembunyikan dan
4. Antonim / Antitesis Polisemi
memperlihatkan, lafadz
berarti berpisah dan menyambungkan, lafadz
berarti halal dan haram, lafadz
berarti harapan dan takut, lafadz
air dingin dan air panas, lafadz
Berarti hamba sahaya dan tuan, lafadz
berarti berkumpul dan berpisah, lafadz
lafadz
berarti memperbaiki dan merusak,
berarti pemberani dan penakut, lafadz
tanah yang rendah,
berarti
( kuat dan lemah ),
berarti tanah tinggi dan
( halal dan haram ),
membuka keseluruhan dan menguncinya dengan cepat ),
(
( tinggi dan rendah ),
( air yang dingin dan panas ). Al-Tadhad merupakan bagian dari Musytarak
al-Lafdzi tetapi Musytarak al-Lafdzi tidak bisa disebut Al-Tadhad.
B. Macam-Macam Al-Tadhad
Idhdhad ( Antonim ) terdiri dari :
1) Perlawanan makna binary ( pasangan )
Contoh :
a.
( kematian ) yang berlawanan makna dengan
( kehidupan )
b.
( laki-laki ) yang berlawanan makna dengan
( wanita )
c.
( gelap ) yang berlawanan makna dengan
( cahaya )
2) Perlawanan makna bertingkat ( gradable )
a.
( besar ),
( sedang ),
b.
( musim kemarau ),
( musim gugur),
( kecil )
( musim hujan ),
( musim dingin ),
( musim semi ),
( musim panas )
3) Perlawanan makna timbal balik ( converse )
a.
( suami ) berlawanan makna timbal balik dengan
b.
( dokter ) berlawanan makna timbal balik dengan
c.
( guru ) berlawanan makna timbal balik dengan
( istri )
( pasien )
( murid )
4) Perlawanan makna berhubungan dengan gerak dan arah ( reverse )
a.
( atas ) berlawanan makna dengan
b.
( kanan ) berlawanan makna dengan
c.
( keluar ) berlawanan makna dengan
C. Pendapat Ulama Tentang Al-Tadhad
4
( bawah )
( kiri )
( masuk )
5. Antonim / Antitesis Polisemi
Al-Tadhad merupakan bentuk khusus dari bentuk-bentuk Isytirok al-lafdzi
yang telah disebutkan sebelumnya, dengan demikian para peneliti berbeda
pendapat sebagaimana mereka berbeda pendapat tentang adanya lafadz
musytarak. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad tidak ada. Diantara
yang berpendapat seperti itu adalah Ibnu Darastawih, Ibnu Darastawih menentang
Al-Tadhad dengan segala bentuknya. Dia menulis kitab yang judulnya ”
”. Ibnu Sidah dalam kitabnya “
” meriwayatkan bahwa salah satu
gurunya mengingkari adanya Al-Tadhad sebagaimana diberitakan oleh ahli
bahasa.
Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad itu ada, mereka pun
memberikan contoh-contoh yang banyak. Diantara yang berpendapat seperti ini
adalah al-khalil, Sibaweih, Abu Ubaidah, Abu Zaid Al-Anshari, Ibnu Faris, Ibnu
Sidah, Ibnu Juraji, Tsa’labi, Mubarrad dan Suyuthi. Suyuthi dan Dured telah
menghitung Al-Tadhad mencapai 100 kata. Ulama kelompok ini banyak
menyusun kitab yang terkenal diantaranya: “
” susunan Ibnu al-Anbari
yang didalamnya terhitung lafadz Al-Tadhad kurang lebih 400 kata.
Kedua kelompok ini terkadang menyimpang dari apa yang mereka sampaikan.
Dan yang disesalkan adalah mengingkari adanya Al-Tadhad dan mereka
menta’wil contoh-contoh dengan ta’wilan yang keluar dari bab ini sebagaimana
telah dilakukan oleh kelompok pertama yakni kelompok yang mengingkari
adanya Al-Tadhad.
D. Sebab-Sebab Adanya Lafadz Al-Tadhad
Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai
berikut:
1) Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan,
sebagian orang lupa pada penggunaan makna tersebut sehingga menduga
bahwa itu bagian dari lafadz yang mempunyai dua makna yang berlawanan.
Contoh seperti lafadz (
) digunakan dalam ungkapan (
) padahal makna asal dari (
) adalah
) dan (
(putus), penggunaan makna
tersebut karena melihat kenyataan bahwa apabila siang datang malam pun
5
6. Antonim / Antitesis Polisemi
menghilang, tidak ada dan begitu pun sebaliknya apabila malam dating siang
tidak ada. Begitu juga lafadz (
(
) aasalnya adalah
) berarti gelap dan terang padahal makna
(tertutup).
2) Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi karena
alasan tafa’ul (berharap kebaikan), seperti contoh lafadz (
orang buta dan lafadz (
) sebutan bagi
) bagi orang yang digigit ular, dan karena alasan
(mengejek), seperti lafadz (
) sebutan bagi orang yang berkulit
hitam, atau perubahan makna tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan
yang kurang disukai, seperti penyebutan (
) dan (
) bagi (
)
3) Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan
kata), seperti lafadz (
) bisa berarti (
), adapun isim fa’il dari lafadz (
adalah (
)dan berarti pula (
) adalah (
) dan isim maf’ulnya
) lalu berkembang kesesuaian antara dua lafadz baik isim fa’il dan
isim maf’ul karena alasan idgham. Contoh lain seperti lafadz (
) yang
berarti (
) dan
) dan (
) dan lafadz (
) yang berarti (
4) Perbedaan kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz, seperti
lafadz (
) yang digunakan oleh kabilah Himyar dengan arti (
Mudlar dengan arti (
arti (
(
) lafadz (
) dan kabilah
) digunakan oleh kabilah Tamim dengan
) dan menurut kabilah Qais berarti (
), menurut kabilah Thai dan berarti (
), dan lafadz (
) berarti
) menurut kabilah-kabilah lain.
E. Al-Tadhad Dalam Al-Qur’an
Salah satu fenomena kebahasaan yang menarik dalam bahasa Arab, terutama
mengenai relasi makna terhadap kata adalah konsep Al-Addad. Konsep ini, tidak
ditemukan dalam semantik bahasa manapun termasuk dalam kajian lingustik
modern saat ini. Kata Al-Addad (
(
) adalah bentuk jamak dari kata al-didd
). Konsep al-Addad berbeda dengan konsep Taddad (
semantik modern disebut antonimi. Sebenarnya konsep tadad
menjadi sama dengan konsep antonimi
) yang dalam
pengertiannya
itu karena didasarkan pada pandangan
6
7. Antonim / Antitesis Polisemi
para fakar bahasa saat ini, yang mengartikannya sebagai dua kata yang berbeda
dan mempunyai makna yang bertentangan.
Dalam kontek mengenai dua makna yang bertentangan, sebenarnya ada teori
lain dalam relasional makna yang telah dikemukakan oleh para ulama lughah
terdahulu, terutama linguistik Arab yaitu istilah Al-Addad. Al-Addad adalah satu
kata yang memiliki dua makna yang bertentangan (huwa al-Lafdzul al-Wahid adDallu ‘ala ma’nayain mutadaddain) (Umar, 1992: 191).
Seperti contoh kata
dapat memiliki makna
tersebut adalah bertentangan. Contoh lain adalah kata
atau makna
dan
dan
. Kedua makna
yang memiliki arti
. Sepintas konsep al-Addad ini mirip dengan konsep
polisemi atau musytarak lafdzy akan tetapi sebenarnya berbeda.
Musytarak ladfzi adalah kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda
akan tetapi makna tersebut tidak bertentangan. Sementara dalam Al-Tadhad
masing-masing maknanya bertentangan.
Mengenai konsep al-Adhaah dan musytarak lafdzi ini telah menimbulkan pro
dan kontra dikalangan para ahli bahasa itu sendiri. Ada kelompok ulama lughah
yang mengukukuhkan bahwa konsep al-Addad itu berbeda dengan al-Mustrak
Lafdzi, sementara ahli bahasa yang lain berpendapat bahwa konsep al-Addad
dapat dimasukan pada katagori al-Musytarak Lafdzi, terlepas dalam al-Addad
pengertian maknanya bertentangan atau tidak.
Sekalipun ada penolakan mengenai adanya al-Addad tidak sedikit juga ahli
yang tetap berpendirian bahwa bagaimana pun juga konsep al-Addad dengan
musytarik lafdzi adalah tidak sama. Ketidak samaan itu jelas terletak pada sisi
makna yang “bertentangan”.
Para ahli lughah yang tetap berpandangan bahwa al-Addad merupakan konsep
relasi makna tersendiri, sedikit besarnya dikarenakan al-Qur’an sendiri memuat
banyak bentuk-bentuk kata berpola al-Addad. Dan mereka menganggap bahwa
konsep al-Addad ini adalah salah satu bukti, bahwa konsep linguistik dalam alQur’an jauh lebih komplek dan lengkap dibandingkan dengan konsep linguistik
yang lain.
7
8. Antonim / Antitesis Polisemi
Berikut ini ada beberapa contoh kata yang berbentuk al-Addad dalam alQuran, di antaranya adalah;
1) Kata
. Kata ini memiliki dua arti yang bertentangan yaitu arti yang
pertama adalah “membeli” (
).
Pengertian ini dapat dilihat dalam surat at-Taubah: 111. Perhatikan ayat
berikut ini :
Artinya: Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri
dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan AlQuran. dan siapakah yang
lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar (QS.
at-Taubah: 111).
Arti
yang kedua adalah “ menjual” (
surat al-Baqarah: 90.
8
). Pengertian ini terdapat dalam
9. Antonim / Antitesis Polisemi
Artinya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya
sendiri dengan kekafiran kepada apa yang Telah diturunkan Allah, Karena
dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki
Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah
(mendapat) kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan
(QS. al-Baqarah: 90).
2) Kata
. Dalam al-Qur’an kata ini memiliki dua makna yang bertentangan,
yaitu makna “menampakan” (
) dan “menyembunyikan” (
).
Pengertian yang pertama dapat dilihat dalam surat as-Saba: 33.
Artinya : kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat
azab. dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak
dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Saba’: 33).
Sementara itu ada juga kata
yang berarti
seperti yang ditemukan
dalam surat Yunus: 54, ar-Ra’du: 10, dan at-Tahrim: 3.
9
10. Antonim / Antitesis Polisemi
Artinya: Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala
apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka
menyembunyikan penyesalannya ketika mereka Telah menyaksikan azab itu. dan
Telah diberi Keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak
dianiaya (QS. Yunus: 54).
Artinya: Dan ingatlah ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada
salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah)
menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu
(pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan
sebagian
(yang
menyembunyikan
sebagian
yang
diberitakan
lain
(kepada
Allah
kepadanya)
Hafsah).
Maka
dan
tatkala
(Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu
(Hafsah) bertanya: "Siapakah yang Telah memberitahukan hal Ini kepadamu?"
nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. at-Tahriim: 3).
10
11. Antonim / Antitesis Polisemi
Artinya: Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan
ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang
bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari
(QS. ar-Ra’d: 10).
3) Kata
, kata ini juga memiliki arti yang berlawanan yaitu “yakin” (
“kira-kira: atau “ragu” (
) dan
).
Pengertian yang pertama dapat dilihat dalam surat al-Baqarah: 45-46 dan al
Haaqah: 20
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang
khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (QS. al-Baqarah: 45-46).
Pada ayat yang lain disebutkan
Artinya: Sesungguhnya Aku yakin, bahwa Sesungguhnya Aku akan menemui
hisab terhadap diriku (QS. al-Haaqqah: 20).
Sementara kata
juga bisa berarti ragu (
) seperti yang terdapat dalam
surat al-Jasyiyah berikut ini
11
12. Antonim / Antitesis Polisemi
Artinya: Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu
adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu
menjawab: "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain
hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)" (QS. AlJatsiyah: 32).
4) Kata
(
. Menurut Abu Ubaidah kata ini memiliki arti “menjelang malam”
) dan “lewat malam” (
). (Ahmad Mukhtar Umar, 1992: 203)
Pengertian ini terdapat dalam surat at-Takwir :17.
Artinya: Demi malam apabila Telah hampir meninggalkan gelapnya, (QS. At
Takwiir: 17).
5) Kata
. Kata ini disebutkan hanya satu kali dalam al-Qur’an yaitu pada
surat al-Qari’ah: 73. Dalam al-Qur’an kata ini diartikan sebagai “musafir di
padang pasir”.
Artinya: Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi
musafir di padang pasir (QS. al-Waqi’ah: 73).
Menurut al-Asma’i, kata
harta (
adalah orang yang yang tidak punya bekal dan
). Akan tetapi dalam masyarakat Arab kata
dimaksudkan untuk orang yang mempunyai banyak harta (
yang mempunyai hewan yang kuat (
).
12
juga
) yaitu orang
13. Antonim / Antitesis Polisemi
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Al-Tadhad adalah lafadz yang mempunyai makna ganda tetapi berlawanan
atau lapadz yang menunjukkan makna lawan katanya. Seperti kata
berarti putih dan berarti hitam, lafadz
berarti agung dan berarti hina.
2. Idhdhad ( Antonim ) terdiri dari :
a. Perlawanan makna binary ( pasangan )
b. Perlawanan makna bertingkat ( gradable )
c. Perlawanan makna timbal balik ( converse )
d. Perlawanan makna berhubungan dengan gerak dan arah ( reverse )
3. Banyak pendapat para ulama mengenai Al-Tadhad ini, sebagian dari mereka
ada yang menyetujui maupun mengingkari adanya Al-Tadhad tersebut dengan
berbagai dalil yang mereka gunakan.
4. Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai
berikut:
1) Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan.
2) Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi
karena alasan tafa’ul (berharap kebaikan).
3) Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk
perubahan kata).
4) Perbedaan kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz,
5. Aplikasi Al-Tadhad ini dapat kita temukan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
13
14. Antonim / Antitesis Polisemi
DAFTAR PUSTAKA
Nandang S, Ade. 2012. Fiqh Lughah, Bandung: CV. Insan Mandiri
Badi Ya’kub, Email. Fiqh Lughah Wa Khasaisuha. Daru Tsaqofah AlIslamiyah : Beirut
Qarur, Ahmad Muhammad. 1991. Fiqhu Lughah Al-A’rabiyah. BeirutLibanon : Darul Fikri Al-Ma’asir
Jaeni, Ahmad. Al-Addad : Pola Unik Bahasa Al-Qur’an
14