Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum berpikir yang benar. Terdapat 4 prinsip dasar logika yaitu identitas, nonkontradiksi, tiada jalan tengah, dan alasan yang mencukupi. Logika membedakan ilmu a priori yang bersumber pada akal dan ilmu a posteriori yang bersumber pada pengalaman.
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Logika Dasar
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti dan sejarah singkat logika
Logika adalah bahasa latin yang berasal dari kata ‘logos’ yang berarti perkataan atau
sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata arab yang diambil dari
kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Dalam bahasa sehari- hari sering mendegar
kata logis dan tidak logis. Yang dimaksud logis adalah masuk akal , dan tidak logis adalah
sebaliknya. dalam buku Logic and Language of Education, mantiq disebut sebagai
“penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar”. Sedangkan dalam kamus
Munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir”.
Prof. Thalib Thahir A. Mu’in membatasi dengan “ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada
jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irving M.Copi menyatakan,
“Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah”.
Kata logika rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis,
Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas
jasa Aristoteles ,Theoprostus dan kaum Stoa. Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang
oleh murid-muridnya diberi nama Organon. Buku tersebut diantaranya adalah :
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian
4. Analytica Priora tentang Silogisme
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir
Theoprostus mengembangkan logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan
bentuk-bentuk berfikir yang sistematis. Buku-buku inilah yang menjadi dasar logika
tradisional. Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani kedalam dunia Arab yang dimulai pada
abad II Hijriah logika merupakan bagian yang amat menarik minat kaum muslimin. Selanjutnya
2. logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas, menimbulkan berbagai pendapat dalam
hubungannya dalam masalah agama. Ibnu Sholeh dan Imam Nawawi menghukumi haram
mempelajari mantiq sampai mendalam. Al-Ghozali menganjurkan dan menganggap baik,
sedangkan menurut jumhur ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan
kokoh imannya. Filusuf Al-Kindi, mempelajari dan menyilidiki logika Yunani secara khusus
dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi. Ia mengadakan penyelidikan mendalam
atas lafal dan menguji kaidah-kaidah mantiq dalam proposisi-proposisi kehidupan sehari-hari
untuk membuktikan benar salahnya, merupakan suatu tindakan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensinya yang panjang. Logika menjadi sangat
dangkal dan sederhana sekali. Masa itu dipergunakan buku-buku logika seperti Isagoge, dari
Porphirius, Fons Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari Bothius,
buku sistematisasi logika dari Thomas Aquinas, kesemuanya mengembangkan logika
Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV tampillah Petros Hispanus, Roger Bacon,
Raindus Lullus dan Wilhelm Ocham mengetengahkan logika yang berbeda sekali dengan
metode Aristoteles yang kemudian kita kenal dengan logika modern. Raidus Lullus
mengemukakan metode baru logika yang disebut Ars Magna, semacam Aljabar pengertian
dengan maksud membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi. Penemuan-penemuan baru pada
abad XVII dan XVIII ketika Prancis Bacon mengembangkan metode induktif, ia menyusun
buku Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz menyusun logika Aljabar untuk membikin
sederhana pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan logika
transidental (logika yang menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas
pengalaman). Pada abad XIX logika dipandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan
metodis seperti yang diajarkan oleh W. Wund, J. Dewey dan M. Baldiwin. Nama-nama seperti
George Boole, Bertrand Rusel dan G. frege harus dicatat sebagai tokoh yang banyak berjasa
dalam kehidupan logika modern.
Jonh stuact miil (1806-1873) dengan karyanya system of logic berharap dan
berkeyakinan bahwa jasa metodehnya bagi logika induktif sama besarnya dengan aris toteles
bagi logika deduktif. Rumusan metode induktif J.S. Mill dimaksudkan untuk menemukan
3. hubungan kausal antara fenomena (gejala). Mill merumuskan sebab (kausal) suatu kejadian
sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negative Yang di perlukan. Metodenya adalah:
1. Method of agreement: metode mencocokkan
Sebab di simpulkan dari adanya kecocokan sumber kejadian. Misalnya semua anak yang
sakit perut membeli es sirup yang di jual di depan sekolah, maka es sirup itu yang menjadi sebab
sakit perut mereka.
2. Method of difference: metode membedakan
Sebab di simpulkan dari adanya kelainan dalam peristiwa yang terjadi. Misalnya: seorang
A yang sakit perut mengatakan telah makan sop buntut, nasi, rendang, dan buah dari kaleng.
Sedangkan B yang tidak sakit perut mengatakan telah makan sop buntut, nasi, dan rendang.
Maka di simpulkan bahwa buah dari kaleng yang menyebabkan sakit perut[16] .
3. Joint Method Of Agreement And Difference: Mitode ini mencocokkan dan membedakan.
Metode ini gabungan dari metode satu dan dua.
4. Method Of Concomitant Variations: Metode Perubahan Selang Saling Yang Seiring.
Metode ini merupakan pembaruan dari ketiga metode diawal dan dalam penggunaannya
luas. Apabila ketiga metode diatas bersifat kualitatif, sedangkan metode perubahan selang seling
yang seiring dapat disebut sebagai metode kuantitatif pertama dari penyimpulan induktif.
5. Method Of residues: Metode Menyisakan
Metode ini dibcarakan / dapat dikatakan deduktif karena bertumpu kuat pada hukum-
hukum kausal yang sudah terbukti sebelumnya. Namun demikian kendati terdapat premis-premis
yang berupa hukum-hukum kausal. Kesimpulannya metode ini sifatnya probable dan tidak dapat
di deduksikan secara sah dari premis-premisnya[17].
Hendry Newman juga memberikan jasa pada pemikiran tentang logika dalam karyanya
Essay In Aid Of Grammar Of Assent (1870) dalam bukunya tersebut terdapat tiga macam bentuk
pemikiran:
4. 1. Formal Inference (bentuk pemikiran ini kesimpulan diambil dari premis-premis yang
dirumuskan dengan tajam menurut peraturan logika).
2. Informal Inrference (bentuk pemikiran ini merupakan sarana untuk mengetahui benda-
benda individual konkret ).
3. Natural Inference (bentuk ini adalah bentuk pemikiran kita sehari-hari).
B. Prinsip-Prinsip Dasar Logika
Setiap ilmu pengetahuan didasarkan atas asas-asas atau prinsip-prinsip dasar tertentu,
asas atau prinsip dasar dalam ilmu adalah pernyataan-pernyataan atau kebenaran-kebenaran yang
sangat mendasar yang menjadi landasan bagi berbagai (teori atau hukum) yang akan
dikembangkan didalam ilmu yang bersangkutan. Karena sifatnya sebagai dasar seperti itu, maka
prinsip dasar harus merupakan suatu kebenaran yang sudah jelas dengan sendirinya dan tidak
perlu di buktikan kebenarannya[23].
Prinsip dasar dalam logika adalah semua kebenaran yang dianggap benar dalam
logika. Semua pikiran harus didasarkan atas kebenaran itu agar penalaran kita valid. Mehra dan
Burhan menyebutkan bahwa prinsip-prinsip atau hukum-hukum dalam logika dikemukakan oleh
para pakar pikir dengan istilah yang berbeda. Uberweg menyebutnya “Axioms of Inference”
sedangkan Mill menamainya “Universal Postulates of All Reasionings”[24].
Menurut Aristoteles, prinsip dasar dalam logika itu ada tiga jumlahnya, yaitu: (1) prinsip
identitas (law of identity); (2) prinsip kontradiksis (law of contradiction); dan (3) prinsip tiada
jalan tengah (law of ecluded middle). Tokoh filosofis modern Leibnitz menambahkan satu
hukum lagi yaitu (4) prinsip alasan yang mencukupi (law of suffient reason)[25]. Agar lebih
jelas, berikut ini paparannya secara singkat satu demi satu.
1. Prinsip Identitas (The principle of identity)
Aksioma pertama tersebut bunyi hukumnya adalah “suatu itu adalah suatu itu” atau
”sesuatu itu adalah dirinya sendiri” atau “A=A”. “A” adalah merupakan variabel yang dapat diisi
oleh sembarang konstanta. Turunan atau konstantadari variable “A” misalnya dapat berbunyi
“Aku” maka akan berlaku: “Aku” adalah “Aku” atau “Aku” adalah Diriku sendiri”[26].
5. Dari prinsip diatas dapat diambil contoh seperti Allah SWT sebagai tuhan sangat berbeda
dengan tuhan-tuhan lain selain dirinya. Jadi dari contoh ini kita dapat simpulkan bahwa bahwa
Allah sebagai tuhan ummat islam tidak sama dengan tuhan orang Hindu, Buda, Kristen dan lain-
lain.
2. Prinsip Nonkontradiksi (The Principle Of Noncontradiction)
Prinsip nonkontradiksi dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Tiap-tiap hal itu tidak dapat
positif dan negatif dalam waktu yang bersamaan” atau lebih tegas lagi: ”Pengakuan dan
pengingkaran suatu pernyataan tidak mungkin keduanya benar”. Ambillah contoh sederhana ,
tidak mungkin “Ahmad adalah mahasiswa” dan “Ahmad adalah bukan mahasiswa” benar pada
saat yang sama[27]. Kita contohkan lagi tidak mungkin orang yang mencuri dikatakan lagi
beriman kepada Allah SWT.
Jelas pula, bahwa prinsip nonkontradiksi merupakan lanjutan logis dari prinsip identitas
yang sudah diuraikan. Karena tiap hal itu sama dengan dirinya sendiri, maka pernyataan
kontradiktif tidak diizinkan karena justru mengaburkan identitas hal tertentu. Karena itu prinsip
yang kedua ini disebut prinsip nonkontradiksi.
Prinsip nonkontradiksi juga langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya sifatnya. Kita
tidak membutuhkan trem pembanding (terminus medius, term penengah) untuk membuktikannya
cukup hanya mengerti akan arti ada dan tiada, ada yang sebenarnya dan kemudian
membandingkannya. Asal seorang masih seorang manusia yang waras tentu (mau tidak mau)
akan melihat kebenaran mutlaknya[28]
3. Prinsip Tiada Jalan Tengah (The Principle Of Excluded Middle)
Prinsip ini berbunyi, “Sesuatu haruslah negatif atau positif”. Rumusnya A mestilah B
atau bukan B. Pada dasarnya, dari hukum ini dapat ditarik suatu makna bahwa suatu (benda)
tidak mungkin memiliki dua sifat yang berlawanan. Sesuatu (benda) hanya memiliki sifat salah
satu di antaranya. Jevons mengatakan bahwa dalam hukum ini tidak mungkin ada alternatif yang
ketiga atau jalan tengah. Jawabannya haruslah “ya” atau “tidak”[29].
4. Prinsip Alasan Yang Mencukupi (The Principle Of suffient Reason)
6. Prinsip keempat ini dapat dianggap sebagai penegasan dan pelengkap tehadap prinsip
pertama, menurut prinsip identitas setiap sesuatu itu identik dengan dirinya sendiri, nah dalam
realitas kita kadang melihat proses perubahan , contoh daun asalnya hijau berubah kuning
kemudian menjadi coklat, nah bagaimana penjelasan perubah tersebut ? maka prinsip alasan
yang mencukupi menyatakan bahwa jika sesuatu berubah maka harus ada alasan yang
mencukupi yang dapat menerangkan perubahan tersebut. Misalnya , sebuah benda jatuh kebumi
karena ditarik oleh gaya tarik bumi dan benda lain kebetulan tidak ada benda yang
menahannya[30]
C. Arti Ilmu dan Pikiran dalam logika
Dalam bahasa Indonesia ilmu seimbang artinya dengan Science dan dibedakan
pemakaiannya secara jelas dengan kata “pengetahuan”. Dengan kata lain ilmu dan pengetahuan
mempunyai pengertian yang berbeda secara mendasar. Pengetahuan adalah hasil dari aktifitas
mengetahui yakni tersingkapnya suatu kenyataan kedalam jiwa hingga tidak ada keraguan
terhadapnya. harus berhati-hati dalam menggunakan kata pengetahuan dan ilmu dari apa yang
kita tangkap dalam jiwa. Pengetahuan sudah puas dengan menangkap tanpa ragu kenyataan
sesuatu, sedangkan ilmu menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh
pengetahuan.
Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu A Pasteriori,
dasn kelompokilmu a Priori. Ilmu A Pasteriori adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari
pengalaman indrawi seperti ilmu kimia, alam, hayat, kesehatan dan semua ilmu yang bersumber
pada pengalaman. Sedang ilmu a Priori adalah ilmu-ilmu yang tidak kita peroleh dari
pengalaman dan percobaan, tetapi bersumber pada akal itu sendiri. Kebenaran ilmu ini tidak
dapat ditemukan dan dikembalika kepada data empiris sebagai mana ilmu-ilmu A Pasteriori,
melainkan kepada akal.semua ilmu yang tidak bergantung kepada pengalaman dan ekjusperimen
termasuk dalam kelompok ini termasuk juga logika.
Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar
salah. Sebaliknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokokdalam logika. Logika tidak
mempelajari cara berfikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling
sehar dan praktis. Banyak jalan pemikiran dipengaruhi oleh keyakinan, pola berfikir kelompok,
kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Ada juga pemikiran pemikiran yang diungkapkan
dengan argument yang secara selintas kelihatan benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan
7. tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan. Logika menyelidiki, menjaring dan
menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Ia merumuskan serta menerapkan
hokum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berfikir benar, efisien
dan teratur. Dengan demikian ada dua obyek penyelidikan logika, pertama, pemikiran sebagai
obyek material dan kedua, patokan-patokan atau hukum-hukum berfikir benar dengan sebagai
obyek formalnya.
D.Asas-asas pemikiran
Dalam aktivitas berpikir tidak boleh melalaikan patokan pokok yang oleh logika disebut
asas berpikir. Asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan di
mengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benarnya suatu
kebenaran suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asa-asas. Ia adalah dasar daripada
pengetahuan dan ilmu.Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi:
1. Asas identitas
Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak
mungkin dapat berpikir tanpa asas. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri
bukan lainnya. Jika kita mengetahui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A atau B.
bila kita beri rumusan akan berbunyi: “Bila proposisi itu benar maka akan membuat benarlah ia”.
2. Asas kontradiksi
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan
pengakuannya,. Jika ia mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu
ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut oleh asas identitas.
3. Asas penolakan kemungkinan ketiga
Asas ini mengatakan bahwa antara dua pengakuan dan pengingkaran kebenarannya
terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak,
karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Jika
dirumuskan akan berbunyi ”Suatu proposi selalu dalam keadaan benar atau salah”.
E. Cara mendapatkan kebenaran dan pembagian logika
8. Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan pengetahuan baru
yang benar, yaitu melalui metode induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir untuk
menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran
ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan
pertanyaan yang bersifat umum.
Contohnya: “Besi dipanaskan memuai”.
“Seng dipanaskan memuai”.
Cara penalaran ini mempunyai dua keuntungan. Pertama, kita dapat berpikir secara
ekonomis. Untuk mendapatkan pengetahuan bahwa: semua logam memuai bila dipanaskan, kita
tidak usah membuat penyelidikan terhadap setiap logam, tetapi cukup sebagian daripadanya.
Kedua, pernyataan yang dihasilkan melalui cara berpikir induksi tadi memungkinkan proses
penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif. Sedangkan deduksi adalah
kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Deduksi adalah cara berpikir dari
pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Dengan penalaran
deduktif kita mendapat pengetahuan yang terpercaya. Jadi antara penalaran induksi dan deduksi
mempunyai hubungan sangat erat.
Logika dapat disistematiskan menjadi beberapa golongan. Dilihat dari segi kualitasnya,
Mantiq/Logika dapat dibedakan menjadi Logika Naturalis yaitu kecakapan berlogika
berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara
spontan sesuai hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya inteligensi seorang ia
dapat membedakan bahwa sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa dua
kenyataan yang bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap
orang berbeda-beda tergantung tingkatan pengetahuannya.
Untuk mengatasi yang tidak dapat ditanggulangi oleh Mantiq al-Fitri, manusia menyusun
hukum-hukum patokan-patokan, rumus-rumus berpikir lurus. Logika ini disebut Logika
Artifisialis atau Logika Ilmiah (Mantiq As-Suri) yang bertugas membantu mantiq al-Fitri. Mantiq
ini memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih
teliti, efisien, mudah dan aman. Dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas Logika Tradisonal
(Mantiq al-Qadim) dan Logika Modern (Mantiq al-Hadis).
Logika tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika daripada Logikus yang lebih
kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Para logikus setelah Aristoteles
9. tidak membuat perbahan atau mencipta sistem baru dalam Logika kecuali hanya membuat
komentar yang menjadikan Logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan
perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari Logika Aristoteles. Logika
modern tumbuh dan dimulai pada abad XIII.
F. Manfaat Logika
Keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu
science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap Logika. Logika membantu
manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas
prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi
dan keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif tegas dan berani,
suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Secara singkat manfaat logika dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Logika dapat digunakan untuk menjelaskan atau menyatakan prinsip-prinsip abstrak yang
dapat dipakai dalam berbagai ilmu pengetahuan.
2. Logika dizaman sekarang dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan hal yang benar
dari yang palsu.
3. Logika dapat meningkatkan intelektual cara berpikir kita dalam menanggapi suatu
permasalahan.
4. Logika membuat kita terlepas dari hal-hal yang dapat membuat kita keliru entah itu emosi
atau prasangka.
5. Logika juga dapat membantu kita untuk berpikir lurus tentang suatu hal atau biasa disebut
dengan kritis.