SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
EKSISTENSI TEORI SOSIOLOGI DALAM PEMIKIRAN MAX WEBER BAGI
KEWARGANEGARAAN INDONESIA
Englin Sianturi
Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Negeri Medan
englinsianturi312@gmail.com
Siti Almunawaroh
Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Negeri Semarang
sitialmunawaroh2002@students.unnes.ac.id
ABSTRAK
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu
yang mana dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. seseorang
dengan keanggotaan yang demikian disebut dengan warga negara. jadi kewarganegaraan ini
menunjukkan adanya hubungan atau keterikatan antara negara dengan warga negara. seperti
halnya dengan antara Pemerintah dengan yang diperintah. dimana yang di warga negara (rakyat)
harus menaati dan melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, begitu juga pemerintah
harus memenuhi hak-hak yang diperintahnya. salah satunya dengan memberikan kebebasan bagi
rakyat atau warga yang di perintahnya. kebebasan yang dimaksud disini bukan kebebasan tanpa
batas melainkan kebebasan yang harus sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.selain itu
(citizenship) merupakan suatu bentuk dari identitas sosial politik seseorang yang keberadaannya
beraitan dengan waktu yang berkembang (Derek Heater, 2004). jurnal ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang perkembangan kewargaan dari zaman ke zaman menurut Max Weber,
dan menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai bagaimana eksistensi dan
implmentasi Eksistensi Teori Sosiologi Dalam Pemikiran Max Weber Bagi Kewarganegaraan
Indonesia.
Kata Kunci : Kewarganegaran Zaman Antik, Zaman Abad Pertengahan, Zaman Modern, Kesetaraan
dalam Hak Pilih
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewarganegaraan merupakan
keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan
politik tertentu yang mana dengannya
membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. seseorang dengan
keanggotaan yang demikian disebut dengan
warga negara(Winarno, 2015).
Prinsip kewarganegaraan merupakan hal
yang penting dimiliki oleh setiap negara demi
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara, banyaknya tokoh ahli yang
mengemukakan teori mengenai
kewarganegaraan sejak dahulu, menjadi
inspirasi bagi negara lain didunia untuk
menerapkan teori yang sudah digagas oleh
para tokoh tersebut, tidak terkecuali
Indonesia.
Perkembangan kewarganegaraan di
Indonesia selalu dinamis dari waktu kewaktu
dan tidak luput dari kota Yunani yang
menjadi awal dari sejarah kewarganegaraan
Indonesia. Perkembangan kewarganegaraan
Indonesia yang ada dari masa kemasa tidak
luput dari adanya eksistensi salah satu teori
sosiologi kewarganegaraan yang
dikemukakan oleh Max Weber.
Dalam mengemukaan pemikirannya,
Weber jauh lebih teliti dalam melakukan
pengamatan terhadap perkembangan
terbentuknya kewarganegaraan
dibandingkan dengan Karl Marx, melalui
sejarah tumbuhnya kota dan pasar dari era
masa klasik, pertengahan dan modern. Status
kewarganegaraan pertama muncul seiring
dengan adanya kota yang berfungsi sebagai
benteng pertahanan dan pasar sebagai areana
pertukaran. Melalui konteks ini, masyarakat
yang berperan dalam mendirikan dan
membela benteng menjadi warga negara
yang memiliki kedudukan penting di
masyarakat, hal tersebut uang menjadikan
militer dijadikan Weber sebagai unsur
penting kota dan dasar kewarganegaraan.
Pemikiran dari Max Weber memiliki
keterkaitan dengan kewargananegaraan di
Indonesia, dimana dalam perkembangan
kewarganegaraan di Indonesia juga
mengalami perubahan dari masa kemasa, dari
Yunani Kuno hingga di era modern seperti
sekarang ini. Pembagian pemikiran Max
Weber yang mengelompokkan
perkembangan kewarganegaraan menjadi
Zaman Antik, Abad Pertengahan dan Zaman
Modern masing masing masih memiliki
eksistensi terhadap kewarganegaraan yang
ada di Indonesia. Pemikiran Weber yang
menyatakan bahwa militer dan warga yang
memiliki peran dalam memajukan negara
menduduki posisi penting dalam negara,
diterapkan di Indonesia didalam bentuk
pejabat negara yang duduk dipemerintahan
maupun menjadi tokoh penting yang ikut
memantau berjalannya pemerintahan.
Banyak teori sosiologi kewarganegaraan
Max Weber yang masih memiliki eksistensi
tinggi ditengah masyarakat Indonesia dan
berkaitan dengan kewarganegaraan
Indonesia. Oleh karena itu, dalam tulisan ini
akan membahas seberapa jauh dan
bagaimana eksistensi teori Max Weber dalam
perkembangan kewarganegaraan Indonesia.
KERANGKA TEORETIS
Tiga pengertian kewarganegaraan: Pertama,
kewarganegaraan sebagai bagian dari
demokrasi yang dinyatakan dalam bidang
politik bahwa semua warga negara setara di
hadapan negara. Kedua, kewarganegaraan
dimengerti sebagai subjek hukum yang
memiliki hak dan kewajiban. Ketiga,
kewarganegaraan sebagai keberanggotaan
dari komunitas yang khas dan hubungan-
hubungan sosialnya yang khas pula.
Ditinjau dari teori-teori sosiologi,
kewarganegaraan disebutkan Brian S. Tunner
sebagai gejala yang beciri sosiologis. Dari
teori-teori sosiologi klasik, dua pemikir
sosiologi awal, yakni Karl Marx dan Max
Weber, secara tersirat sudah membahas
kewarganegaraan melalui tulisan-tulisan
mereka. Marx misalnya, seperti yang
dikemukakan dalam buku ini, memunculkan
konsep kewarganegaraan yang khas melalui
pemikirannya setelah sebelumnya
mengajukan kritik terhadap Bauer yang
mengulas peristiwa orang-orang Yahudi
Jerman yang berjuang mendapatkan status
kewarganegaraan di negara Jerman.
Kritik Marx terhadap tulisan Bauer
menyangkut dua hal, yang pertama, berkaitan
dengan agama sebagai sumber masalah
alienasi manusia yang dilihat melalui relasi
agama dan negara, dan yang kedua kritik
fondasionalnya terhadap kapitalisme yang
dinyatakannya sebagai sumber dari
keterasingan manusia yang sebenarnya.
Menurut Marx, berbeda dengan
Bauer, agama bukanlah sebab utama
keterasingan, toh jika disebut agama yang
menjadi dasar keterasingan dalam negara,
Marx mengambil contoh Amerika yang
mengambil bentuk negara yang tidak
memihak kepada satu agama sebagai fondasi
kenegaraannya adalah negara yang
dinyatakan “baik” walaupun masyarakatnya
banyak menganut agama tertentu. Berbeda
dari Jerman atau Prussia waktu itu di mana
kristen menjadi “agama resmi” negara,
sehingga dinyatakan Bauer sebagai sumber
keterasingan rakyat Jerman.
Dengan menunjukkan kelemahan
analisa Bauer, Marx mengemukakan
pemilahan dua konsep masyarakat
berdasarkan apa yang ia sebut political
community dan civil society dalam konteks
masyarakat kapitalis. Menurut Marx dalam
dimensi political community, manusia dilihat
dan menyatakan diri sebagai mahluk
komunal. Dalam dimensi ini, manusia
memperlakukan manusia yang lain dengan
cara yang sederajat dalam negara.
Sementara dalam civil society,
manusia dimaknai sebagai mahluk privat.
Akibatnya, dalam civil society, manusia
melihat manusia lainnya sebagai alat. Dalam
civil society, menurut Marx, kaum borjuasi
memiliki keleluasan untuk menguasai
segelintir orang demi mencapai kepentingan
mereka. Artinya, tidak ada kesetaraan dalam
konteks civil society diakibatkan munculnya
manusia satu yang memperlakukan manusia
lainnya sebagai alat pemenuhan kepentingan
pribadi.
Singkatnya, menurut Marx,
kesetaraan yang ada dalam political
community hanyalah semu semata akibat
adanya penjajahan manusia atas manusia
lainnya di wilayah civil society. Bagi Marx,
kewarganegaraan yang sebenarnya harus
diperjuangkan dalam wilayah civil society
dengan mengusulkan suatu model
masyarakat baru yang dikenal sebagai
masyarakat komunis.
Menurut pendakuannya, Weber
melihat status kewarganegaraan pertama-
tama muncul seiring dengan fungsi kota
sebagai benteng pertahanan dan pasar
sebagai arena pertukaran. Kota-kota di masa
peradaban klasik dibangun dengan maksud
mempertahankan diri dari serangan bangsa
lain berupa didirikannya tembok-tembok
tinggi hingga disebut benteng. Melalui
konteks ini, masyarakat yang ikut mendirikan
dan mempertahankan benteng dari serangan
bangsa luar menjadi warga negara yang
memiliki kedudukan penting dimasyarakat.
Itulah sebabnya menurut Weber, di kemudian
hari militer menjadi unsur penting dari
sebuah kota yang sekaligus menjadi dasar
kewarganegaraan.
Di sisi lain, Weber juga menyoroti
perkembangan selanjutnya yang ditandai
dengan kehadiran gilda-gilda yang lahir dan
berkembang dari bengkel-bengkel kerja dan
para tuan-tuan tanah. Dua unsur baru
masyarakat ini memiliki posisi penting di
kemudian hari, setelah melalui pertentangan
di antara mereka ketika memperebutkan
tenaga-tenaga kerja yang dipekerjakan.
Melalui aktivitas perekonomian, dua jenis
kelas masyarakat ini juga turut memberikan
dasar pengertian kewarganegaraan yang
dikemukakan Weber (prajurit dan pedagang).
Melalui khazanah sosiologi
kontemporer, kewarganegaraan sedikit
banyak dapat diterangkan dari perspektif
Antony Giddens dalam memandang posisi
subjek yang mengandaikan kebersatuan
lokus struktur dan tindakan. Dengan kata
lain, kewarganegaraan berarti pengukuhan
individu melalui tindakannya tanpa
meninggalkan konteks sosial tempatnya
terbentuk dan bertindak. Artinya,
kewarganegaraan menghilangkan dualisme
tindakan aktor dan determinasi struktur yang
selama ini menjadi masalah dalam teori ilmu-
ilmu sosiologi.
Diri sebagai konsep dari proyek yang
berkelanjutan Giddens juga menjadi
sumbangsih bagi teori kewarganegaraan.
Menurutnya, identitas dalam diri adalah
suatu proses kemampuan untuk
mempertahankan narasi mengenai diri.
Dengan pengertian yang lebih sederhana, diri
adalah identitas yang bukan final. Diri
bukanlah tujuan akhir, melainkan gerak yang
dinamis dan terbuka terhadap segala
kemungkinan yang dihadapinya.
Sementara di sisi lain, Turner
berpendapat teori sosiologi masa kini sudah
mengembangkan konsep yang lebih maju
yang melampaui dikotomi antara alam-
kebudayaan, pikiran-tubuh, dan individu-
masyarakat. Upaya memahami relasi di
antara keduanya yang dalam kajian teori
sosiologi mutakhir, menurut Turner dapat
diajukan melalui konsep yang ia sebut
“emboided personhood”. Artinya, menurut
Turner setiap kali kewarganegaraan
dibincangkan maka itu berarti ikut
membicarakan suatu model subjek yang
terikat dengan relasi-relasi sosial yang
menjadi dasar kenyataannya.
Turner sendiri mendefenisikan
kewarganegaraan sebagai seperangkat
tindakan baik itu yuridis, politis, ekonomi,
maupun kebudayaan, yang darinya sesorang
diartikan sebagai anggota kompeten dari
suatu masyarakat yang berakibat kepada
mengalirnya sumber daya ke individu ke
kelompok-kelompok sosial.
Dua hal yang patut diperhatikan dari
defenisi kewarganegaraan Turner di atas
adalah pertama, kewarganegaraan adalah
seperangkat tindakan, bukan sekadar
kumpulan hak dan kewajiban yang pasif.
Dengan pemahaman demikian,
kewarganegaraan adalah rangkaian proses
yang dibentuk dan bergerak melalui
kontruksi sosial dan sejarah. Kedua, dengan
melihat implikasi aliran sumber daya
individu ke kelompok, maka
kewarganegaraan juga mesti memerhatikan
soal-soal mengenai dsitribusi kekuasaan,
ketaksetaraan, dan perbedaan dalam kelas-
kelas sosial di masyarakat(Robertus Robert,
2014).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati
secara holistik atau utuh (Bogdan dan Taylor
dalam Moleong 2004: 4). Kekualitatifan
penelitian ini berkaitan dengan data
penelitian yang disajikan dalam bentuk kata
verbal, bukan dalam bentuk angka. Melalui
metode ini, semua hasil penelitian akan
dideskripsikan dalam hubungannya dengan
kaidah bahasa indonesia yang berlaku.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Weber, secara umum ada tiga
kategori kewarga an. Pertama, kewargaan
sebagai kategori ekonomi. Dalam kate gori
pertama ini, kewargaan dilihat dari
kepentingan ekonomi dari masing-masing
kelas. Kedua, kewargaan sebagai kategori
politik. Kewargaan menggolongkan
seseorang dalam suatu ne gara. Ketiga,
kewargaan sebagai kategori sosial.
Kewarganegaraan di Zaman Antik
Pada zaman antik, kota-kota di Yunani
Kuno, terutama Sparta dan Athena, terancam
oleh bangsa Persia yang dipimpin oleh raja
Xerxes. Ancaman tersebut menyebabkan
kota-kota itu harus mempersiapkan diri agar
tidak dihancurkan oleh bangsa Persia. Sejak
usia dini semua warga kota dilatih dalam
keteram pilan militer.
Menurut Weber, kewargaan pada masa
antik berpusat pada urusan warga kota di
Yunani Kuno dalam melatih diri dan
berperang untuk mempertahankan kota dari
ancaman luar. Karena pentingnya pertahanan
kota, maka otomatis para pahlawan perang
mempunyai status kewargaan yang terhormat
di masyarakat.
selain itu Pada masa antik, perekonomian
terpusat pada ekonomi rumah tangga (oikos)
dan pasar Di pasar, pedagang adalah kelas
terpenting dalam
menghubungkan proses produksi dan
konsumsi. Selain perdagangan dan oikos,
pada zaman antik berkembang cikal bakal
industri yaitu bengkel-bengkel kerja.
Meski telah berdiri sejumlah bengkel
kerja, tetapi kedu dukan para pengrajin dalam
kewargaan belum mendapat tempat yang
tinggi karena bengkel pada zaman antik
bukanlah suatu organisasi kerja yang
otonom, tetapi dimiliki oleh para bangsawan.
Skala kerja mereka yang masih kecil dan
terbatas menjadi hambatan bagi para
pengrajin bengkel untuk menaik kan posisi
tawar mereka di masyarakat.
Seiring dengan makin majunya
perekonomian, kebanyak an warga jadi lebih
konsentrasi dalam bidang ekonomi dan
mengurangi kehadiran mereka di forum-
forum politik. Mereka yang terlibat dalam
politik perwakilan adalah mereka yang punya
banyak waktu luang dari aktivitas ekonomi
mereka.15 Warga dari kelas bangsawan
merupakan pihak yang paling aktif terlibat
dalam kegiatan-kegiatan di parlámento
karena mereka tidak terjun langsung dalam
aktivitas perekonomian, dan mendapatkan
penghasilannya dari pajak yang dibayarkan
oleh kelas-kelas lain yang terlibat aktif dalam
perekonomian kota. Meski kehidupan politik
lebih didominasi oleh suara kaum
bangsawan, tetapi kaum miskin Roma punya
tribun yang menjadi wadah aspirasi mereka
berhadapan dengan kaum bang sawan. Selain
itu, ada popolo yang mewadahi aspirasi war
ga biasa, khususnya para pedagang dan
pelaku ekonomi lainnya.
Kewarganegaraan di Abad
Pertengahan
Yang khas dari masa ini adalah tidak
adanya suatu pasukan militer yang terpusat.
Ada banyak penguasa wilayah di suatu
kerajaan yang mempunyai pasukannya
masing-masing. Hal ini bisa terjadi karena
situasi keamanan pada masa itu menuntut
biaya perang yang besar.
Menurut Weber, organisasi pertahanan
diri pada Abad Pertengahan punya makna
penting dalam menjaga properti se perti tanah
(estate) dan keseluruhan perekonomian kota
yang sedang menggeliat pada masa itu.
Aktivitas perekonomian masyarakat
berkembang pesat pada Abad Pertengahan.
Bengkel-bengkel kerja yang telah muncul
sejak zaman antik kini berkembang menjadi
gilda. Gilda adalah organisasi kerja dari
kelompok pengrajin tertentu sesuai
bidangnya.Semakin majunya perekonomian
membuat gilda bertumbuh di kota-kota.
Naiknya permintaan barang dagangan
mendorong para pemilik untuk
meningkatkan intensitas kerja.
Menjelang akhir Abad Pertengahan,
peran gilda yang se belumnya begitu
dominan mulai menurun seiring dengan
kompetisi yang begitu hebat antara gilda
yang satu dengan gilda yang lain. Harga
bahan-bahan mentah makin meroket
menyebabkan tingkat keuntungan gilda juga
menurun.
Pesatnya perkembangan ekonomi
akhirnya menimbulkan gesekan kepentingan
antar kelas, khususnya antara para pedagang
dan industriawan (yang mulai berpengaruh
pada masa akhir feodalisme) melawan para
bangsawan dan pemimpin Gereja.
Kewarganegaraan Modern
Pada masa modern, ketika negara-bangsa
berdiri, fungsi pertahanan diri diambil oleh
negara. Berbeda dengan organisasi
pertahanan pada Abad Pertengahan yang
terdesentralisasi, organi sasi pertahanan pada
masa modern tersentralisasi di tangan negara.
Menurut Weber, monopoli pertahanan diri
atau mono poli penggunaan kekerasan adalah
hal yang esensial dalam politik. Tanpa
monopoli penggunaan kekerasan, maka suatu
negara akan terancam lenyap oleh anarki.
Perihal monopoli kekerasan ini juga
berkait dengan pandangan Weber mengenai
otoritas. Menurut Weber, ada tiga bentuk
otoritas, yaitu otoritas rasional, tradisional,
dan karismatik.otoritas rasional bersumber
pada aturan legal formal. otoritas tradisional
ber sumber pada kebenaran tradisi yang
sudah lampau. Sedangkan otoritas karismatik
bersumber pada faktor karakter yang “luar
biasa” dari seorang pemimpin. Warga
percaya pada seorang pemimpin yang
mempesona mereka karena sang pemimpin
mempu nyai kelebihan-kelebihan khusus.
Menurut Weber, kewarganegaraan pada
zaman modern tidak punya ikatan kelas yang
sekuat seperti kewarganegaraan pada masa
antik dan Abad Pertengahan. Peran politik
seorang warga tidak terikat pada afiliasi
kelasnya. Misalnya, seseorang yang berasal
dari kelas buruh tidak serta merta harus
memainkan peran politik kelas buruh.
Weber secara khusus menyoroti hak pilih
sebagai salah satu contoh adanya kebebasan
politik bagi setiap warga. Setiap warga punya
hak yang sama untuk memilih, tanpa terikat
pada afiliasi kerja atau latar belakang
keluarganya. Tidak juga terikat pada
perbedaan situasi-situasi material dan
sosialnya, tetapi secara murni dan sederhana
sebagai warga.
Padangan Weber mengenai kesetaraan
hak pilih yang melampaui ketidaksetaraan
sosial berlatar belakang dari pemikirannya
mengenai apa itu politik. Bagi Weber, politik
adalah usaha untuk mencapai
ketidakmungkinan. Dengan berpolitik,
seseorang bisa keluar dari rutinitas yang
memperbudak kehidupan mereka. Karena
itu, bagi Weber, lewat kesetaraan hak pilih,
setiap warga negara bisa menentang otoritas
yang ada, yang mereka rasakan tidak
memenuhi keinginan mereka.
Berdasarkan pemaparan diatas dalam hal
ini penulis memfokuskan teori yang
dikemukakan oleh Max Weber, yaitu
kewarganegaraan modern yang mana
membahas mengenai Kesetaraan dalam Hak
Pilih. sebagaimana seperti yang kita ketahui
bahwasannya negara indonesia merupakan
negara yang dengan bentuk Pemerintahan
Republik yang menganut sistem Demokrasi.
dimana Menurut Abraham Lincoln
Demokrasi merupakan pemerintahan yang
berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat(Silaban Jane Thresia, 2013).
demokrasi adalah bentuk pemerintahan di
mana semua warga negaranya memiliki hak
yang sama pengambilan keputusan yang
dapat mengubah hidup mereka.artinya
kedaulatan sepenuhnya merupakan milik
rakyat, dalam sistem demokrasi rakyat bebas
dan memiliki hak penuh untuk memilih dan
menentukan siapa sosok yang akan
memimpinnya. Demokrasi merupakan salah
salah yang dianggab paling terbaik dalam
sistem pemerintahan di Indonesia, karena
memberikan kedaulatan sepenuhnya kepada
Rakyat (warga negara), maka dari itu sebagai
wujud dari sistem demokrasi ini adalah
Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat
dengan PEMILU. tentu PEMILU sudah
menjadi hal yang tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia, dimana PEMILU
merupakan proses memilih seseorang untuk
mengisi posisi jabatan tertentu. jabatan
tersebut beranekaragam, misalnya Presiden/
Eksekutif, Wakil Rakyat/ Legislatif dan
diberbagai tingkat pemerintahan sampai
dengan Kepala Desa.
Dalam melaksanaan pemilu ini rakyat
diberikan kebebasan penuh untuk
menentukan siapa pilihannya tanpa dibawah
tekanan dan tanpa unsur paksaan dari pihak-
pihak tertentu. jika kita perhatian defenisi
Demokrasi samapai pada defenisi Pemilu, hal
ini memiliki kaitan dengan Teori yang di
Kemukakan oleh seorang Pemikir / Ahli
Politik yang bernama MaxWeber yaitu
adanya kebebasan politik bagi setiap warga
artinya Setiap warga Negara ( Rakyat) punya
hak yang sama untuk memilih, tanpa terikat
pada afiliasi kerja atau latar belakang
keluarganya. Tidak juga terikat pada
perbedaan situasi-situasi material dan
sosialnya, tetapi secara murni dan sederhana
sebagai warga.
Lalu bagaimana Esistensi Teori yang Di
Kemukakan oleh Max Weber khususnya
mengenai Kesetaraan dalam Hak Pilih ? sejak
awal kemunculan konsep kewarganegaraan
di Indonesia hingga saat ini,
kewarganegaraan Indonesia memiliki tiga
poin utama yaitu politik, ekonomi , dan
sosial, seperti yang diungkapkan oleh Max
Weber pada masa lampau. Kepentingan
politik, ekonomi dan sosial warga negara
yang ada pada zaman dulu masih sama dan
teori yang diungkapkan oleh Weber masih
relevan dan eksis hingga masa kini, hal ini
dibuktikan dengan adanya undang undang
khusus di Indonesia yang memang mengatur
mengenai hak hak dan kewajiban warga
negara berkaitan politik, ekonomi dan sosial.
Dengan adanya undang undang yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban
warga negara terutama dalam bidang
politik,muncullah sebuah hak dan kewajiban
mengenai hak pilih. Dimasa
kewarganegaraan modern, kesetaraan hak
pilih dijunjung tinggi oleh Weber dan kini
benar diterapkan di Indonesia, menurut
Weber kewarganegaraan dimasa modern
tidak memiliki ikatan sekuat
kewarganegaraan dimasa antic dan
pertengahan, prinsip ini masih eksis di masa
sekarang dengan adanya kesetaraan hak
politik yang tidak lagi memandang status
sosial dari warga negara, semua memiliki hak
pilih yang sama dalam pemilu. Kebebasan
politik yang membawa pada warga negara
yang bebas memilih tanpa terikat pada
afiliasi, latar belakang, status sosial ekonomi
juga menjadi bukti bahwa teori Weber
mengenai kewarganegaraan di masa modern
masih memiliki eksistensi tinggi di Indonesia
saat ini.
Berangkat dari teori Max Weber dalam
kewarganegaraan modern memicu
munculnya prinsip demokrasi yang hingga
saat ini menjadi dasar dalam kehidupan
politik di Indonesia, dalam demokrasi negara
memberikan kepercayaan penuh keada
rakyat untuk mengelola pemerintahan
dengan prinsip “ dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat “ yang dibarengi dengan praktik
praktik pemilihan umum dalam setiap
periode untuk menentukan wakil takyat yang
akan duduk di pemerintahan. Dengan begitu
kewarganegaraan mdern menurut Max
Weber yang menjunjung tingggi kesetaraan
politik, menjadi dasar dalam proses
kewarganegaraan di Indonesia dan memiliki
eksistensi tinggi di Indonesia terutama dalam
hal kesetaraan hak pilih.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kewarganegaraan adalah control
keanggotaan seseoran dalam control satual
politik tertentu dimana dengan membawa hak
untuk berpartisispasi dalam kegiatan politik,
seseorang dengan keanggotaan yang
demikian disebut dengan warga negara.
Perkembangan kewarganegaraan di
Indonesia dinamis dari masa kemasa, seperti
halnya dengan teori Max Weber yang
menggolongkan kewarganegaraan sesuai
dengan perkembangan zamannya yaitu masa
antic, abad pertengahan hingga
kewarganegaraan modern.
Kewarganegaraan modern dalam
pemikiran Weber hingga saat ini masih
diterapkan dan eksis di kalangan masyarakat
Indonesia, terutama dalam bidang
politik.kewarganegaraan modern yang sudah
tidak lagi membeda bedakan status sosial
ekonomi dalam memberikan hak pilih
terhada[ warga negaranya membua t
munculnya sebuah kesetaraan hak pilih.
Kesetaraan hak tersebut, diwujudkan di
Indonesia dengan adanya pemilu yang
berasas kan LUBER, dan JURDIL
Demikian tulisan yang kami buat,
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritk yang ingin
disampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami.
DAFTAR PUSTAKA
Demokrasi. (n.d.).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/demokrasi
Robertus Robert. (2014). Pengantar Sosiologi
Kewarganegaraan.
Silaban Jane Thresia, D. (2013). Persespsi
Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap
Demokratisasi Di Indonesia. Jurnal Ilmu
Pemerintahan.
Winarno. (2015). Pemikiran Aristoteles Tentang
Kewarganegaraan Dan Konstitusi.
Humanika, 21.

More Related Content

Similar to EKSISTENSI TEORI SOSIOLOGI DALAM PEMIKIRAN MAX WEBER BAGI KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Filsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxFilsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marx
La Meza
 
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modernSejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
diah dianta
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
Jan Purba
 

Similar to EKSISTENSI TEORI SOSIOLOGI DALAM PEMIKIRAN MAX WEBER BAGI KEWARGANEGARAAN INDONESIA (20)

Masyarakat sipil
Masyarakat sipilMasyarakat sipil
Masyarakat sipil
 
Demokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modernDemokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modern
 
Filsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxFilsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Teori konflik
Teori konflikTeori konflik
Teori konflik
 
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modernSejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
 
Sejarah Konstitusi: Yunani - Modern
Sejarah Konstitusi: Yunani - ModernSejarah Konstitusi: Yunani - Modern
Sejarah Konstitusi: Yunani - Modern
 
Prb+sosial
Prb+sosialPrb+sosial
Prb+sosial
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
 
8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial
 
Bab v kewajiban dan hak hasil
Bab v kewajiban dan hak hasilBab v kewajiban dan hak hasil
Bab v kewajiban dan hak hasil
 
Perubahan Sosial
Perubahan SosialPerubahan Sosial
Perubahan Sosial
 
My presentation
My presentationMy presentation
My presentation
 
materi poin 3.docx
materi poin 3.docxmateri poin 3.docx
materi poin 3.docx
 
Bab v harmoni kewajiban dan hak negara ddan warga negara
Bab v harmoni kewajiban dan hak negara ddan warga negaraBab v harmoni kewajiban dan hak negara ddan warga negara
Bab v harmoni kewajiban dan hak negara ddan warga negara
 
Analisis teori karl max dan max weber(2)
Analisis teori karl max dan max weber(2)Analisis teori karl max dan max weber(2)
Analisis teori karl max dan max weber(2)
 
Auguste comte
Auguste comteAuguste comte
Auguste comte
 
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi NegaraPancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi Negara
 
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 

Recently uploaded

1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf
1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf
1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf
indahningsih541
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
SusBiantoro1
 
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptxLokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Hermawati Dwi Susari
 
PPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptx
PPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptxPPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptx
PPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptx
hikmah331650
 
MODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptx
MODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptxMODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptx
MODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptx
bubblegaming431
 
7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx
7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx
7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx
ahmadirhamni
 

Recently uploaded (20)

Laporan observasi sri handayani lubis.pdf
Laporan observasi sri handayani lubis.pdfLaporan observasi sri handayani lubis.pdf
Laporan observasi sri handayani lubis.pdf
 
1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf
1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf
1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas tuga mandiri calon guru penggerak.pdf
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptxLokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
 
PPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptx
PPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptxPPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptx
PPT MODUL 6 PENDIDIKAN SENI DI ESDE.pptx
 
SOALAN UJIAN PENDIDIKAN SENI VISUAL TAHUN 1 SEKOLAH RENDAH
SOALAN UJIAN PENDIDIKAN SENI VISUAL TAHUN 1 SEKOLAH RENDAHSOALAN UJIAN PENDIDIKAN SENI VISUAL TAHUN 1 SEKOLAH RENDAH
SOALAN UJIAN PENDIDIKAN SENI VISUAL TAHUN 1 SEKOLAH RENDAH
 
LAPORAN PARTISIPAN OBSERVER sdn 211.docx
LAPORAN PARTISIPAN OBSERVER sdn 211.docxLAPORAN PARTISIPAN OBSERVER sdn 211.docx
LAPORAN PARTISIPAN OBSERVER sdn 211.docx
 
SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2
SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2
SOALAN PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN MATEMATIK TAHUN 2
 
MODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptx
MODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptxMODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptx
MODUL 7 MANAJEMEN KUALITAS (11) (2).pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
LAPORAN SATUAN PENDIDIKAN 211 sabadolok.docx
LAPORAN SATUAN PENDIDIKAN 211 sabadolok.docxLAPORAN SATUAN PENDIDIKAN 211 sabadolok.docx
LAPORAN SATUAN PENDIDIKAN 211 sabadolok.docx
 
Master 2_Modul 4_Percakapan Coaching.pdf
Master 2_Modul 4_Percakapan Coaching.pdfMaster 2_Modul 4_Percakapan Coaching.pdf
Master 2_Modul 4_Percakapan Coaching.pdf
 
Modul Ajar Sosiologi - Lembaga Sosial - Fase E.pdf
Modul Ajar Sosiologi - Lembaga Sosial - Fase E.pdfModul Ajar Sosiologi - Lembaga Sosial - Fase E.pdf
Modul Ajar Sosiologi - Lembaga Sosial - Fase E.pdf
 
PPT TUGAS DISKUSI KELOMPOK 3 KELAS 224 MODUL 1.4.pdf
PPT TUGAS DISKUSI KELOMPOK 3 KELAS 224 MODUL 1.4.pdfPPT TUGAS DISKUSI KELOMPOK 3 KELAS 224 MODUL 1.4.pdf
PPT TUGAS DISKUSI KELOMPOK 3 KELAS 224 MODUL 1.4.pdf
 
7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx
7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx
7._MODUL_8_MATEMATIKA sdisudssasasa 1.pptx
 
Laporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdf
Laporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdfLaporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdf
Laporan_Rekan_Sejawat Sri Lubis, S.Pd (1).pdf
 
Jaringan Internet dan Komputer dasar-dasar
Jaringan Internet dan Komputer dasar-dasarJaringan Internet dan Komputer dasar-dasar
Jaringan Internet dan Komputer dasar-dasar
 

EKSISTENSI TEORI SOSIOLOGI DALAM PEMIKIRAN MAX WEBER BAGI KEWARGANEGARAAN INDONESIA

  • 1. EKSISTENSI TEORI SOSIOLOGI DALAM PEMIKIRAN MAX WEBER BAGI KEWARGANEGARAAN INDONESIA Englin Sianturi Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Negeri Medan englinsianturi312@gmail.com Siti Almunawaroh Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Negeri Semarang sitialmunawaroh2002@students.unnes.ac.id ABSTRAK Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu yang mana dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut dengan warga negara. jadi kewarganegaraan ini menunjukkan adanya hubungan atau keterikatan antara negara dengan warga negara. seperti halnya dengan antara Pemerintah dengan yang diperintah. dimana yang di warga negara (rakyat) harus menaati dan melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, begitu juga pemerintah harus memenuhi hak-hak yang diperintahnya. salah satunya dengan memberikan kebebasan bagi rakyat atau warga yang di perintahnya. kebebasan yang dimaksud disini bukan kebebasan tanpa batas melainkan kebebasan yang harus sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.selain itu (citizenship) merupakan suatu bentuk dari identitas sosial politik seseorang yang keberadaannya beraitan dengan waktu yang berkembang (Derek Heater, 2004). jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang perkembangan kewargaan dari zaman ke zaman menurut Max Weber, dan menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai bagaimana eksistensi dan implmentasi Eksistensi Teori Sosiologi Dalam Pemikiran Max Weber Bagi Kewarganegaraan Indonesia. Kata Kunci : Kewarganegaran Zaman Antik, Zaman Abad Pertengahan, Zaman Modern, Kesetaraan dalam Hak Pilih
  • 2. PENDAHULUAN Latar Belakang Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu yang mana dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut dengan warga negara(Winarno, 2015). Prinsip kewarganegaraan merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap negara demi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, banyaknya tokoh ahli yang mengemukakan teori mengenai kewarganegaraan sejak dahulu, menjadi inspirasi bagi negara lain didunia untuk menerapkan teori yang sudah digagas oleh para tokoh tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Perkembangan kewarganegaraan di Indonesia selalu dinamis dari waktu kewaktu dan tidak luput dari kota Yunani yang menjadi awal dari sejarah kewarganegaraan Indonesia. Perkembangan kewarganegaraan Indonesia yang ada dari masa kemasa tidak luput dari adanya eksistensi salah satu teori sosiologi kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Max Weber. Dalam mengemukaan pemikirannya, Weber jauh lebih teliti dalam melakukan pengamatan terhadap perkembangan terbentuknya kewarganegaraan dibandingkan dengan Karl Marx, melalui sejarah tumbuhnya kota dan pasar dari era masa klasik, pertengahan dan modern. Status kewarganegaraan pertama muncul seiring dengan adanya kota yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan pasar sebagai areana pertukaran. Melalui konteks ini, masyarakat yang berperan dalam mendirikan dan membela benteng menjadi warga negara yang memiliki kedudukan penting di masyarakat, hal tersebut uang menjadikan militer dijadikan Weber sebagai unsur penting kota dan dasar kewarganegaraan. Pemikiran dari Max Weber memiliki keterkaitan dengan kewargananegaraan di Indonesia, dimana dalam perkembangan kewarganegaraan di Indonesia juga mengalami perubahan dari masa kemasa, dari Yunani Kuno hingga di era modern seperti sekarang ini. Pembagian pemikiran Max Weber yang mengelompokkan perkembangan kewarganegaraan menjadi Zaman Antik, Abad Pertengahan dan Zaman Modern masing masing masih memiliki eksistensi terhadap kewarganegaraan yang ada di Indonesia. Pemikiran Weber yang menyatakan bahwa militer dan warga yang memiliki peran dalam memajukan negara menduduki posisi penting dalam negara, diterapkan di Indonesia didalam bentuk pejabat negara yang duduk dipemerintahan maupun menjadi tokoh penting yang ikut memantau berjalannya pemerintahan. Banyak teori sosiologi kewarganegaraan Max Weber yang masih memiliki eksistensi tinggi ditengah masyarakat Indonesia dan berkaitan dengan kewarganegaraan Indonesia. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan membahas seberapa jauh dan bagaimana eksistensi teori Max Weber dalam perkembangan kewarganegaraan Indonesia. KERANGKA TEORETIS
  • 3. Tiga pengertian kewarganegaraan: Pertama, kewarganegaraan sebagai bagian dari demokrasi yang dinyatakan dalam bidang politik bahwa semua warga negara setara di hadapan negara. Kedua, kewarganegaraan dimengerti sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Ketiga, kewarganegaraan sebagai keberanggotaan dari komunitas yang khas dan hubungan- hubungan sosialnya yang khas pula. Ditinjau dari teori-teori sosiologi, kewarganegaraan disebutkan Brian S. Tunner sebagai gejala yang beciri sosiologis. Dari teori-teori sosiologi klasik, dua pemikir sosiologi awal, yakni Karl Marx dan Max Weber, secara tersirat sudah membahas kewarganegaraan melalui tulisan-tulisan mereka. Marx misalnya, seperti yang dikemukakan dalam buku ini, memunculkan konsep kewarganegaraan yang khas melalui pemikirannya setelah sebelumnya mengajukan kritik terhadap Bauer yang mengulas peristiwa orang-orang Yahudi Jerman yang berjuang mendapatkan status kewarganegaraan di negara Jerman. Kritik Marx terhadap tulisan Bauer menyangkut dua hal, yang pertama, berkaitan dengan agama sebagai sumber masalah alienasi manusia yang dilihat melalui relasi agama dan negara, dan yang kedua kritik fondasionalnya terhadap kapitalisme yang dinyatakannya sebagai sumber dari keterasingan manusia yang sebenarnya. Menurut Marx, berbeda dengan Bauer, agama bukanlah sebab utama keterasingan, toh jika disebut agama yang menjadi dasar keterasingan dalam negara, Marx mengambil contoh Amerika yang mengambil bentuk negara yang tidak memihak kepada satu agama sebagai fondasi kenegaraannya adalah negara yang dinyatakan “baik” walaupun masyarakatnya banyak menganut agama tertentu. Berbeda dari Jerman atau Prussia waktu itu di mana kristen menjadi “agama resmi” negara, sehingga dinyatakan Bauer sebagai sumber keterasingan rakyat Jerman. Dengan menunjukkan kelemahan analisa Bauer, Marx mengemukakan pemilahan dua konsep masyarakat berdasarkan apa yang ia sebut political community dan civil society dalam konteks masyarakat kapitalis. Menurut Marx dalam dimensi political community, manusia dilihat dan menyatakan diri sebagai mahluk komunal. Dalam dimensi ini, manusia memperlakukan manusia yang lain dengan cara yang sederajat dalam negara. Sementara dalam civil society, manusia dimaknai sebagai mahluk privat. Akibatnya, dalam civil society, manusia melihat manusia lainnya sebagai alat. Dalam civil society, menurut Marx, kaum borjuasi memiliki keleluasan untuk menguasai segelintir orang demi mencapai kepentingan mereka. Artinya, tidak ada kesetaraan dalam konteks civil society diakibatkan munculnya manusia satu yang memperlakukan manusia lainnya sebagai alat pemenuhan kepentingan pribadi. Singkatnya, menurut Marx, kesetaraan yang ada dalam political community hanyalah semu semata akibat adanya penjajahan manusia atas manusia lainnya di wilayah civil society. Bagi Marx, kewarganegaraan yang sebenarnya harus diperjuangkan dalam wilayah civil society dengan mengusulkan suatu model
  • 4. masyarakat baru yang dikenal sebagai masyarakat komunis. Menurut pendakuannya, Weber melihat status kewarganegaraan pertama- tama muncul seiring dengan fungsi kota sebagai benteng pertahanan dan pasar sebagai arena pertukaran. Kota-kota di masa peradaban klasik dibangun dengan maksud mempertahankan diri dari serangan bangsa lain berupa didirikannya tembok-tembok tinggi hingga disebut benteng. Melalui konteks ini, masyarakat yang ikut mendirikan dan mempertahankan benteng dari serangan bangsa luar menjadi warga negara yang memiliki kedudukan penting dimasyarakat. Itulah sebabnya menurut Weber, di kemudian hari militer menjadi unsur penting dari sebuah kota yang sekaligus menjadi dasar kewarganegaraan. Di sisi lain, Weber juga menyoroti perkembangan selanjutnya yang ditandai dengan kehadiran gilda-gilda yang lahir dan berkembang dari bengkel-bengkel kerja dan para tuan-tuan tanah. Dua unsur baru masyarakat ini memiliki posisi penting di kemudian hari, setelah melalui pertentangan di antara mereka ketika memperebutkan tenaga-tenaga kerja yang dipekerjakan. Melalui aktivitas perekonomian, dua jenis kelas masyarakat ini juga turut memberikan dasar pengertian kewarganegaraan yang dikemukakan Weber (prajurit dan pedagang). Melalui khazanah sosiologi kontemporer, kewarganegaraan sedikit banyak dapat diterangkan dari perspektif Antony Giddens dalam memandang posisi subjek yang mengandaikan kebersatuan lokus struktur dan tindakan. Dengan kata lain, kewarganegaraan berarti pengukuhan individu melalui tindakannya tanpa meninggalkan konteks sosial tempatnya terbentuk dan bertindak. Artinya, kewarganegaraan menghilangkan dualisme tindakan aktor dan determinasi struktur yang selama ini menjadi masalah dalam teori ilmu- ilmu sosiologi. Diri sebagai konsep dari proyek yang berkelanjutan Giddens juga menjadi sumbangsih bagi teori kewarganegaraan. Menurutnya, identitas dalam diri adalah suatu proses kemampuan untuk mempertahankan narasi mengenai diri. Dengan pengertian yang lebih sederhana, diri adalah identitas yang bukan final. Diri bukanlah tujuan akhir, melainkan gerak yang dinamis dan terbuka terhadap segala kemungkinan yang dihadapinya. Sementara di sisi lain, Turner berpendapat teori sosiologi masa kini sudah mengembangkan konsep yang lebih maju yang melampaui dikotomi antara alam- kebudayaan, pikiran-tubuh, dan individu- masyarakat. Upaya memahami relasi di antara keduanya yang dalam kajian teori sosiologi mutakhir, menurut Turner dapat diajukan melalui konsep yang ia sebut “emboided personhood”. Artinya, menurut Turner setiap kali kewarganegaraan dibincangkan maka itu berarti ikut membicarakan suatu model subjek yang terikat dengan relasi-relasi sosial yang menjadi dasar kenyataannya. Turner sendiri mendefenisikan kewarganegaraan sebagai seperangkat tindakan baik itu yuridis, politis, ekonomi, maupun kebudayaan, yang darinya sesorang diartikan sebagai anggota kompeten dari suatu masyarakat yang berakibat kepada
  • 5. mengalirnya sumber daya ke individu ke kelompok-kelompok sosial. Dua hal yang patut diperhatikan dari defenisi kewarganegaraan Turner di atas adalah pertama, kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan, bukan sekadar kumpulan hak dan kewajiban yang pasif. Dengan pemahaman demikian, kewarganegaraan adalah rangkaian proses yang dibentuk dan bergerak melalui kontruksi sosial dan sejarah. Kedua, dengan melihat implikasi aliran sumber daya individu ke kelompok, maka kewarganegaraan juga mesti memerhatikan soal-soal mengenai dsitribusi kekuasaan, ketaksetaraan, dan perbedaan dalam kelas- kelas sosial di masyarakat(Robertus Robert, 2014). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati secara holistik atau utuh (Bogdan dan Taylor dalam Moleong 2004: 4). Kekualitatifan penelitian ini berkaitan dengan data penelitian yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Melalui metode ini, semua hasil penelitian akan dideskripsikan dalam hubungannya dengan kaidah bahasa indonesia yang berlaku. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Weber, secara umum ada tiga kategori kewarga an. Pertama, kewargaan sebagai kategori ekonomi. Dalam kate gori pertama ini, kewargaan dilihat dari kepentingan ekonomi dari masing-masing kelas. Kedua, kewargaan sebagai kategori politik. Kewargaan menggolongkan seseorang dalam suatu ne gara. Ketiga, kewargaan sebagai kategori sosial. Kewarganegaraan di Zaman Antik Pada zaman antik, kota-kota di Yunani Kuno, terutama Sparta dan Athena, terancam oleh bangsa Persia yang dipimpin oleh raja Xerxes. Ancaman tersebut menyebabkan kota-kota itu harus mempersiapkan diri agar tidak dihancurkan oleh bangsa Persia. Sejak usia dini semua warga kota dilatih dalam keteram pilan militer. Menurut Weber, kewargaan pada masa antik berpusat pada urusan warga kota di Yunani Kuno dalam melatih diri dan berperang untuk mempertahankan kota dari ancaman luar. Karena pentingnya pertahanan kota, maka otomatis para pahlawan perang mempunyai status kewargaan yang terhormat di masyarakat. selain itu Pada masa antik, perekonomian terpusat pada ekonomi rumah tangga (oikos) dan pasar Di pasar, pedagang adalah kelas terpenting dalam menghubungkan proses produksi dan konsumsi. Selain perdagangan dan oikos, pada zaman antik berkembang cikal bakal industri yaitu bengkel-bengkel kerja. Meski telah berdiri sejumlah bengkel kerja, tetapi kedu dukan para pengrajin dalam kewargaan belum mendapat tempat yang tinggi karena bengkel pada zaman antik bukanlah suatu organisasi kerja yang otonom, tetapi dimiliki oleh para bangsawan. Skala kerja mereka yang masih kecil dan
  • 6. terbatas menjadi hambatan bagi para pengrajin bengkel untuk menaik kan posisi tawar mereka di masyarakat. Seiring dengan makin majunya perekonomian, kebanyak an warga jadi lebih konsentrasi dalam bidang ekonomi dan mengurangi kehadiran mereka di forum- forum politik. Mereka yang terlibat dalam politik perwakilan adalah mereka yang punya banyak waktu luang dari aktivitas ekonomi mereka.15 Warga dari kelas bangsawan merupakan pihak yang paling aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan di parlámento karena mereka tidak terjun langsung dalam aktivitas perekonomian, dan mendapatkan penghasilannya dari pajak yang dibayarkan oleh kelas-kelas lain yang terlibat aktif dalam perekonomian kota. Meski kehidupan politik lebih didominasi oleh suara kaum bangsawan, tetapi kaum miskin Roma punya tribun yang menjadi wadah aspirasi mereka berhadapan dengan kaum bang sawan. Selain itu, ada popolo yang mewadahi aspirasi war ga biasa, khususnya para pedagang dan pelaku ekonomi lainnya. Kewarganegaraan di Abad Pertengahan Yang khas dari masa ini adalah tidak adanya suatu pasukan militer yang terpusat. Ada banyak penguasa wilayah di suatu kerajaan yang mempunyai pasukannya masing-masing. Hal ini bisa terjadi karena situasi keamanan pada masa itu menuntut biaya perang yang besar. Menurut Weber, organisasi pertahanan diri pada Abad Pertengahan punya makna penting dalam menjaga properti se perti tanah (estate) dan keseluruhan perekonomian kota yang sedang menggeliat pada masa itu. Aktivitas perekonomian masyarakat berkembang pesat pada Abad Pertengahan. Bengkel-bengkel kerja yang telah muncul sejak zaman antik kini berkembang menjadi gilda. Gilda adalah organisasi kerja dari kelompok pengrajin tertentu sesuai bidangnya.Semakin majunya perekonomian membuat gilda bertumbuh di kota-kota. Naiknya permintaan barang dagangan mendorong para pemilik untuk meningkatkan intensitas kerja. Menjelang akhir Abad Pertengahan, peran gilda yang se belumnya begitu dominan mulai menurun seiring dengan kompetisi yang begitu hebat antara gilda yang satu dengan gilda yang lain. Harga bahan-bahan mentah makin meroket menyebabkan tingkat keuntungan gilda juga menurun. Pesatnya perkembangan ekonomi akhirnya menimbulkan gesekan kepentingan antar kelas, khususnya antara para pedagang dan industriawan (yang mulai berpengaruh pada masa akhir feodalisme) melawan para bangsawan dan pemimpin Gereja. Kewarganegaraan Modern Pada masa modern, ketika negara-bangsa berdiri, fungsi pertahanan diri diambil oleh negara. Berbeda dengan organisasi pertahanan pada Abad Pertengahan yang terdesentralisasi, organi sasi pertahanan pada masa modern tersentralisasi di tangan negara. Menurut Weber, monopoli pertahanan diri atau mono poli penggunaan kekerasan adalah hal yang esensial dalam politik. Tanpa
  • 7. monopoli penggunaan kekerasan, maka suatu negara akan terancam lenyap oleh anarki. Perihal monopoli kekerasan ini juga berkait dengan pandangan Weber mengenai otoritas. Menurut Weber, ada tiga bentuk otoritas, yaitu otoritas rasional, tradisional, dan karismatik.otoritas rasional bersumber pada aturan legal formal. otoritas tradisional ber sumber pada kebenaran tradisi yang sudah lampau. Sedangkan otoritas karismatik bersumber pada faktor karakter yang “luar biasa” dari seorang pemimpin. Warga percaya pada seorang pemimpin yang mempesona mereka karena sang pemimpin mempu nyai kelebihan-kelebihan khusus. Menurut Weber, kewarganegaraan pada zaman modern tidak punya ikatan kelas yang sekuat seperti kewarganegaraan pada masa antik dan Abad Pertengahan. Peran politik seorang warga tidak terikat pada afiliasi kelasnya. Misalnya, seseorang yang berasal dari kelas buruh tidak serta merta harus memainkan peran politik kelas buruh. Weber secara khusus menyoroti hak pilih sebagai salah satu contoh adanya kebebasan politik bagi setiap warga. Setiap warga punya hak yang sama untuk memilih, tanpa terikat pada afiliasi kerja atau latar belakang keluarganya. Tidak juga terikat pada perbedaan situasi-situasi material dan sosialnya, tetapi secara murni dan sederhana sebagai warga. Padangan Weber mengenai kesetaraan hak pilih yang melampaui ketidaksetaraan sosial berlatar belakang dari pemikirannya mengenai apa itu politik. Bagi Weber, politik adalah usaha untuk mencapai ketidakmungkinan. Dengan berpolitik, seseorang bisa keluar dari rutinitas yang memperbudak kehidupan mereka. Karena itu, bagi Weber, lewat kesetaraan hak pilih, setiap warga negara bisa menentang otoritas yang ada, yang mereka rasakan tidak memenuhi keinginan mereka. Berdasarkan pemaparan diatas dalam hal ini penulis memfokuskan teori yang dikemukakan oleh Max Weber, yaitu kewarganegaraan modern yang mana membahas mengenai Kesetaraan dalam Hak Pilih. sebagaimana seperti yang kita ketahui bahwasannya negara indonesia merupakan negara yang dengan bentuk Pemerintahan Republik yang menganut sistem Demokrasi. dimana Menurut Abraham Lincoln Demokrasi merupakan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat(Silaban Jane Thresia, 2013). demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.artinya kedaulatan sepenuhnya merupakan milik rakyat, dalam sistem demokrasi rakyat bebas dan memiliki hak penuh untuk memilih dan menentukan siapa sosok yang akan memimpinnya. Demokrasi merupakan salah salah yang dianggab paling terbaik dalam sistem pemerintahan di Indonesia, karena memberikan kedaulatan sepenuhnya kepada Rakyat (warga negara), maka dari itu sebagai wujud dari sistem demokrasi ini adalah Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat dengan PEMILU. tentu PEMILU sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dimana PEMILU merupakan proses memilih seseorang untuk mengisi posisi jabatan tertentu. jabatan tersebut beranekaragam, misalnya Presiden/
  • 8. Eksekutif, Wakil Rakyat/ Legislatif dan diberbagai tingkat pemerintahan sampai dengan Kepala Desa. Dalam melaksanaan pemilu ini rakyat diberikan kebebasan penuh untuk menentukan siapa pilihannya tanpa dibawah tekanan dan tanpa unsur paksaan dari pihak- pihak tertentu. jika kita perhatian defenisi Demokrasi samapai pada defenisi Pemilu, hal ini memiliki kaitan dengan Teori yang di Kemukakan oleh seorang Pemikir / Ahli Politik yang bernama MaxWeber yaitu adanya kebebasan politik bagi setiap warga artinya Setiap warga Negara ( Rakyat) punya hak yang sama untuk memilih, tanpa terikat pada afiliasi kerja atau latar belakang keluarganya. Tidak juga terikat pada perbedaan situasi-situasi material dan sosialnya, tetapi secara murni dan sederhana sebagai warga. Lalu bagaimana Esistensi Teori yang Di Kemukakan oleh Max Weber khususnya mengenai Kesetaraan dalam Hak Pilih ? sejak awal kemunculan konsep kewarganegaraan di Indonesia hingga saat ini, kewarganegaraan Indonesia memiliki tiga poin utama yaitu politik, ekonomi , dan sosial, seperti yang diungkapkan oleh Max Weber pada masa lampau. Kepentingan politik, ekonomi dan sosial warga negara yang ada pada zaman dulu masih sama dan teori yang diungkapkan oleh Weber masih relevan dan eksis hingga masa kini, hal ini dibuktikan dengan adanya undang undang khusus di Indonesia yang memang mengatur mengenai hak hak dan kewajiban warga negara berkaitan politik, ekonomi dan sosial. Dengan adanya undang undang yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga negara terutama dalam bidang politik,muncullah sebuah hak dan kewajiban mengenai hak pilih. Dimasa kewarganegaraan modern, kesetaraan hak pilih dijunjung tinggi oleh Weber dan kini benar diterapkan di Indonesia, menurut Weber kewarganegaraan dimasa modern tidak memiliki ikatan sekuat kewarganegaraan dimasa antic dan pertengahan, prinsip ini masih eksis di masa sekarang dengan adanya kesetaraan hak politik yang tidak lagi memandang status sosial dari warga negara, semua memiliki hak pilih yang sama dalam pemilu. Kebebasan politik yang membawa pada warga negara yang bebas memilih tanpa terikat pada afiliasi, latar belakang, status sosial ekonomi juga menjadi bukti bahwa teori Weber mengenai kewarganegaraan di masa modern masih memiliki eksistensi tinggi di Indonesia saat ini. Berangkat dari teori Max Weber dalam kewarganegaraan modern memicu munculnya prinsip demokrasi yang hingga saat ini menjadi dasar dalam kehidupan politik di Indonesia, dalam demokrasi negara memberikan kepercayaan penuh keada rakyat untuk mengelola pemerintahan dengan prinsip “ dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat “ yang dibarengi dengan praktik praktik pemilihan umum dalam setiap periode untuk menentukan wakil takyat yang akan duduk di pemerintahan. Dengan begitu kewarganegaraan mdern menurut Max Weber yang menjunjung tingggi kesetaraan politik, menjadi dasar dalam proses kewarganegaraan di Indonesia dan memiliki eksistensi tinggi di Indonesia terutama dalam hal kesetaraan hak pilih.
  • 9. KESIMPULAN DAN SARAN Kewarganegaraan adalah control keanggotaan seseoran dalam control satual politik tertentu dimana dengan membawa hak untuk berpartisispasi dalam kegiatan politik, seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut dengan warga negara. Perkembangan kewarganegaraan di Indonesia dinamis dari masa kemasa, seperti halnya dengan teori Max Weber yang menggolongkan kewarganegaraan sesuai dengan perkembangan zamannya yaitu masa antic, abad pertengahan hingga kewarganegaraan modern. Kewarganegaraan modern dalam pemikiran Weber hingga saat ini masih diterapkan dan eksis di kalangan masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang politik.kewarganegaraan modern yang sudah tidak lagi membeda bedakan status sosial ekonomi dalam memberikan hak pilih terhada[ warga negaranya membua t munculnya sebuah kesetaraan hak pilih. Kesetaraan hak tersebut, diwujudkan di Indonesia dengan adanya pemilu yang berasas kan LUBER, dan JURDIL Demikian tulisan yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritk yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. DAFTAR PUSTAKA Demokrasi. (n.d.). https://id.m.wikipedia.org/wiki/demokrasi Robertus Robert. (2014). Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan. Silaban Jane Thresia, D. (2013). Persespsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Demokratisasi Di Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Winarno. (2015). Pemikiran Aristoteles Tentang Kewarganegaraan Dan Konstitusi. Humanika, 21.