SlideShare a Scribd company logo
1 of 144
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32
TAHUN P2A0 3 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS HALIMAH KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
STUDI KASUS
Disusun Oleh :
N a m a : Eka Nila Wati
NIM : 2012 07077
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32
TAHUN P2A0 3 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS HALIMAH KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
STUDI KASUS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh :
N a m a : Eka Nila Wati
NIM : 2012 07077
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 28 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes Ratnawati, S.ST
NIK. 0114028902 NIK. 11210042
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, MPH
NIK.2011041008
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32
TAHUN P2A0 3 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS HALIMAH KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Eka Nila Wati, Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes, Sustiana, Amd.Keb.,SKM
INTISARI
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Menurut Word Health Organization (WHO), secara gobal hanya 38% bayi di
dunia yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan pertama seperti yang
dianjurkan.
Penulis melakukan survey di BPS Halimah, Amd.Keb Bandar Lampung pada
tanggal 28 April 2015, terdapat ibu nifas 3 hari postpartum dengan putting susu
lecet, berdasarkan asuhan kebidanan pada ibu nifas serta besarnya peran bidan
dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas, sehingga penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.S P2A0 3 Hari
Postpartum Dengan Putting SusuLecet Di BPS Halimah, Amd.Keb Bandar
Lampung Tahun 2015”.
Tujuan dilakukannya penelitian adalah diharapkan penulis mampu memberikan
asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan varney. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif dan tehnik memperoleh data, yaitu ibu
nifas dengan asuhan yang diberikan di BPS Halimah, Amd.Keb. Setelah
diaplikasikan manajemen varney diatas, diharapkan untuk kedepannya melakukan
asuhan kebidanan pada ibu nifas yang lebih baik lagi.
Kesimpulan dari studi kasus ini adalah penulis mampu memberikan Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny S Umur 32 Tahun P2A0 3 Hari Postpartum
Dengan Putting Susu Lecet Di BPS Halimah, Amd.Keb. Bandar Lampung Tahun
2015 dengan tujuh langkah varney.
Saran yaitu diharapkan pada ibu nifas lebih baik lagi, melakukan perawatan
payudara dan tekhnik menyusui yang benar terutama pada ibu yang belum
mengetahui bagaimana cara perawatan payudara dan tekhnik menyusui yang
benar.
Kata kunci : Ibu Nifas, Putting Susu Lecet
Perpustakaan : (14 Kepustakaan) 2008-2013
Halaman : 139
CURRICULUM VITAE
Nama : Eka Nila Wati
Nim : 201207077
Tempat/Tanggal Lahir : Sidorejo, 02 juni 1993
Alamat : Sidorejo, Kabupaten Lampung Timur,
Kecamatan Sekampung udik.
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : VII (2012/2013)
Biografi :
- SDN 1 Sidorejo tahun 2000- 2006
- SMP YPS Sidorejo tahun 2006- 2009
- SMA YPS Sidorejo tahun 2009- 2012
- Mahasiswa Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Pada
Tahun 2012 Hingga Sekarang
MOTTO
Untuk mendapatkan kesuksean, keberanian
harus lebih besar dari pada ketakutan.
Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan
sekarang dari pada rasa pahitnya kebodohan
kelak.
By.
Eka Nila Wati
*******************
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study Kasus ini, dan dibalik
penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada
orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
1. Terima kasih buat Ayah Dasuki tercinta dan Ibu Sulastri tercinta yang selalu
memberikan semangat dan Do’a setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi
penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan.
2. Ibu Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes dan Ibu Sustiana,Amd.Keb, SKM.
terima kasih atas bimbingannya selama ini, yang selalu sabar membimbing
penulis yang penuh kekurangan hingga terselesaikan tugas akhir ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan study kasus yang berjudul :
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.S Umur 32 Tahun P2A0 3
Hari Postpartum Dengan puting susu lecet di BPS Halimah, Amd.Keb Bandar
Lampung Tahun 2015”
Dalam penulisan study kasus ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr.Wasni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ibu Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing satu
3. Ibu Sustiana, Amd.Keb.,SKM. selaku pembimbing dua
4. Bidan Halimah, Amd.Keb Selaku Tempat pengambilan kasus
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan study kasus ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari dalam penyusunan study kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya
penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
bagi pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
INTISARI........................................................................................... iii
CURICULUM VITAE....................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 4
1.3 Tujuan...................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup......................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data .............................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis............................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ........................................... 14
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ...................................... 60
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian................................................................................... 73
3.2 .Matrik.............................................................................. ........... 82
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian................................................................................ 97
4.2 Interpretasi Data Dasar............................................................. 116
4.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial ................................. 117
4.4 Tindakan Segera....................................................................... 118
4.5 Perencanaan ............................................................................. 119
4.6 Pelaksanaan.............................................................................. 121
4.7 Evaluasi ................................................................................... 133
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 137
5.2 Saran ....................................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi ..........11
Tabel 2.2 Perubahan Involusi Uteri...............................................................70
Tabel 3.1 Matriks..........................................................................................82
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Lembar konsul
Lampiran 3 : Lembar perbaikan
Lampiran 4 : SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
Lampiran 5 : Leaflet
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran 7 : Jadwal penelitian
DAFTAR GA MBAR
Gambar 2.1 Struktur Makroskopis ................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju dan
Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru
merupakan kebalikan nya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu dan
bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan
(Sarwono, 2010).
Puting susu lecet disebabkan oleh kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu
bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara. Bila bayi hanya
menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi
bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan
nyeri atau lecet pada puting ibu
(Bahiyatun, 2009).
Menurut Word Health Organization (WHO), secara global hanya 38% bayi di
dunia yang mendapatkan ASI ekslusif hingga 6 bulan pertama seperti yang
dianjurkan (UNICEF, 2014).
Berdasarkan laporan dari survey demografi dan kesalah indonesia (SDKI)
tahun 2012, hanya 27,1 % bayi yang mendapat Asi Eksklusif selama 6 bulan
sedangkan pemberian asi pada bayi usia 0-1 bulan sebesar 50,85% antara
usia 2-3 bulan sebesar 48,9% dan usia 7-9 bulan sebesar 4,5% pemberian asi
eklusif tahun 2012 lebih besar dari pada SDKI tahun 2007 (SDKI, 2012).
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di Provinsi
Lampung, tampak bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2008
sebesar 48,05% dengan target 60,5% tetapi target tersebut menurun pada
tahun 2009 yaitu hanya 30,06%. Dari data tersebut tampak bahwa cakupan
ASI Eksklusif di Provinsi Lampung belum mencapai target yang ditetapkan
yaitu dengan target 80%.
Pencapaian ASI Ekslusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah
69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah
dari target yang di inginkan (80%).
Sedangkan Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012
adalah 69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih
dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Dinkes Kota Bandar Lampung,
2012).
Pemberian air susu ibu yang benar merupakan praktik yang tepat serta sesuai
dengan perkembangan, fisiologi bayi selama masa prolaktin dan tahun
pertama kehidupan. Menyusu ketepatan waktu saja tidak cukup, tidak jarang
kegagalan dalam menyusui salah satu di antara nya adalah karena kurang atau
sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang
bagaimana cara menyusui yang benar. Akibat dari tekhnik menyusui yang
salah menyebabkan nyeri dan lecet pada putting susu karena bayi tidak
menyusui sampai areola payudara, bila ia hanya menyusui pada putting susu,
maka bayi akan mendapat Asi sedikit karena gusi tidak menekan laktiferus
dan ibunya akan merasa nyeri karena adanya lecet pada putting susu (Reni
Yuli Astutik 2014).
Masalah dalam pemberian ASI yang biasanya terjadi adalah putting susu
lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada putting (Saleha, 2009 ).
Saat menyusui putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk
cela, biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir
dengan insiden 23% ibu pada primipara dan 31% ibu pada multipara
(Reni Yuli Astutik, 2014).
Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu,
dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting
susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Beberapa penyebab putting
susu lecet antara lain tekhnik menyusui yang tidak benar, putting susu
terpapar oleh sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan putting, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting
susu ibu, bayi dengan lidak pendek, dampak pada bayi kekurangan nutrisi
karena ibu malas untuk menyusui bayinya di karenakan putting susu ibu lecet
(Vivian, 2011 hal 39).
Berdasarkan prasurvey pada tanggal 28 April 2015 di BPS Halimah Kemiling
terdapat 3 orang yang mengalami puting susu lecet sehingga penulis tertarik
untuk mengambil kasus tersebut untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu
nifas yang mengalami puting susu lecet.
Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang asuhan
kebidanan ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan
putting susu lecet di BPS Halima Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung Tahun
2015.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka di identifikasi rumusan masalah
kasus ini sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ny S usia
32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah
Amd,Keb Kemiling Bandar LampungTahun 2015
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
Terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting
susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung Tahun
2015.
1.3.2 Tujuan khusus
Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian data pada ibu nifas
terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting
susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung Tahun
2015.
1.3.1.1 Penulis dapat melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3
hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah
Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.1.2 Penulis dapat menentukan diagnosa atau masalah potensial
terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan
putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.1.3 Penulis dapat melakukan antisipasi masalah potensial Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3
hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah
Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.1.4 Penulis dapat menentukan rencana tindakan terhadap Ny S
usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu
lecet di BPS HalimahAmd,Keb Kemiling Bandar Lampung
tahun.
1.3.1.5 Penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada nifas
khususnya Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan
putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.1.6 Penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang telah
dilakukan terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post
partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb
KemilingBandar Lampung tahun 2015.
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Obyek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah ibu nifas
terhadap Ny S umur 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting
susu lecet
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan di rumah pasien
1.4.3 Waktu
Pada tanggal 28 April sampai tanggal 4 Mei tahun 2015.
1.5 Manfaat penulisan
1.5.1 Institusi pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.
1.5.2 Praktek
Dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen asuhan yang diterapkan.
1.5.3 Bagi pasien
Diharapkan dengan dilakukan penelitian tersebut ibu menyusui yang
mempunyai bayi mengetahui bahwa menyusui bayinya dengan tekhnik
menyusui yang benar sangat dianjurkan karena untuk mencegah
terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui.
1.5.4 Bagi penulis
Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya
penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang telah didapat.
1.6 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.1 Metode penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode penelitian
deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Metode penelitian
deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah
kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk
atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu
(Notoatmodjo,2012,hal:35-37).
1.6.2 Tekhnik memperoleh data
Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data primer
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan
atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,
2012).
2. Pengkajian Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai
dari kepala sampai kaki (head to toe) dengan tekhnik inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi serta ditunjang dengan perawatan
luka yang dialami oleh ibu postoperasi (Priharjo, 2006).
BAB II
LANDASAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hami. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009hal :2).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun 2013,hal :2)
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sulistiawati 2009,hal : 1).
Masa nifas di sebut juga masa post partum atau peurperium
adalah masa atau waktu sejak bayi di lahirkan dan plsenta
keluar lepas dari rahim, sampai enak minggu berikutnya, di
sertai dengan pulih nya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain nya berkaitan saat melahirkan (Suherni
2009,hal : 1).
2.1.2 Perubahan fisiologi masa nifas
2.1.2.1 Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna
berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi.
Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :
1. Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut,
sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam
rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi
uterus melibatkan pengreorganisian dan pengguguran
desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana
diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat
serta oleh warna dan banyaknya lokea, banyaknya lokea
kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian
sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses
persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila
ibu menyusui bayinya (saleha, 2009, hal :54).
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat
uterus
Bayi baru lahir Setinggi pusat 2 jari di bawah
pusat
1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram
2. Lokia
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu : lokia rubra, sangulenta, dan lokia serosa atau
alba.
a. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set
desisdua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama
2 hari pascapersalinan. Inilah lokia yang akan keluar
selama dua sampai tiga hari postpartum.
b. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan
versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini
berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian
menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-
7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. Lokia alba
mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua,
luekosit, dan eritrosit.
d. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari
ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama
sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya
.bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta
terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua (saleha, 2009 hal
: 56).
3. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta.
4. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat
lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh
dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat
padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah
persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan.
Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu
postpartum.
5. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga (saleha, 2009, hal 56-57).
6. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut :
a. Produksi susu
b. Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormone yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan.Pembuluh darah payudara
2.2 Tinjauan Teori Medis
2.2.1 Masa Nifas
2.2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hami. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009hal :2).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun 2013,hal :2)
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sulistiawati 2009,hal : 1).
Menjadi bengkak, terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan rasa sakit (saleha, 2009, hal 58).
2.2.1.2 Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting
untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa
ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena
meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi
yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada
ibu dalam masa laktasi.
Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah
terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat
tidak adanya peristaltic usus.Penyebabnya adalah penekanan
buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga
membatasi gerak peristaltic usus, serta bisa juga karena
pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum
(Saleha, 2009, hal 58).
2.2.1.3 Perubahan system perkemihan
1. Mencapai hemostatis internal
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan
unsur-unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70%
dari air tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal
sebagai cairan intraseluler. Kandungan air sisanya
disebut cairan ekstraseluler.
b. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan
akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
c. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air
yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan
tidak diganti.
2. Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila
ph>7,4 disebut alkalosis dan jika ph<7,35 disebut asidosis.
3. Mengeluarkan sisa metabolisme, racun, dan zat toksin
Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan
kreatinin (Dewi, 2011, h. 62).
2.2.1.4 Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu badan
Dalam satu hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50
C- 380
C) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada
hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
Asi. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena
banyaknya Asi. Bila suhu tidak turun, kemingkinan adanya
infeksi pada endometrium (Ambarwati, 2008; h.138 ).
2. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/ menit. Denyut nadi diatas
100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan (Ambarwati, 2008; h.138).
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya pre eklampsi post partum (Ambarwati, 2008;
h.85).
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan. Pernafasan
harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30x/menit (Ambarwati, 2008; h.138).
2.2.1.5 Perubahan system endokrin
1. Hormone plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone
yang diproduksi oleh plasenta.Hormone plasenta menurun
dengan cepat pasca persalinan. HCG menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae
pada hari ke-3 post partum.
2. Hormone pituitary
Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH
dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan
cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu.
3. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang
menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita
menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca
melahirkan, sedangkan pada wanita yang tidak menyusui,
akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6
minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4. Hormone oksitosin
Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara.Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan
sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
5. Hormone estrogen dan progesterone
Volume darah normal selama kehamilan , akan meningkat.
Hormone estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti
diuretic yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot
halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah.Hal ini mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan
vulva serta vagina (Rukiyah, 2011, hal: 72).
2.2.1.6 Perubahan system musculoskletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang
sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali
ke sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur,
sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan alat genetalia
yang mengendur dapat diatasi latihan-latihan tertentu.
Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara
perlahan-lahan (Saleha, 2009, hal 59).
2.2.1.7 Perubahan system kardiovaskuler
Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali
normal pada hari ke 5. Kehilangan darah pada persalinan
pervaginan sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah
dengan persalinan seksio sesaria menjadi dua kali lipat.
Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaria,
hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah
4-6 minggu (Rukiyah, 2011, hal :70).
2.2.1.8 Perubahan system hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma di
tambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan
diasosikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin
pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. Jumlah
sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan
umumnya berkisar antar 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan
darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama
dengan pergerakan, trauma atau sepsis bisa menyebabkan
trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan
fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta
(Rukiah, 2011, hal :71).
2.2.1.9 Tahapan Masa Nifas
1. Tahapan masa nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Peurperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitasnya layaknya
wanita normal lainnya.
b. Peurperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Peurperium remote
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama waktu hamil
atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi, 2011,
hal :4).
2.2.2 Dasar Ibu Kebutuhan Masa Nifas
2.2.2.1 Nutrisi dan cairan
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi
air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin.
1. Makanan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.
2. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/ hari
pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan
tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah
tambahan dari kebutuhan per hari 1800 kalori artinya saat
nifas pada 6 bulan pertama dibutuhkan 1800 kalori plus
tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan
sebanyak 2600 kalori. Demikian pula pada 6 bulan
selanjutnya dibutuhkan rata- rata 2300 kalori dan tahun
kedua 2200 kalori. Asupan cairan 3 liter/ hari, 2 liter
didapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada
kuah sayur, buah dan makanan yang lain. Mengkonsumsi
tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.
3. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A
dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas
ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak. Pada bulan- bulan pertama
kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang
terkandung dalam ASI. (Suhernik, 2009, hal 101)
Pemberian vitamin A dalam bentuk suplemen dapat
meningkatkan kualitas asi, meningkatkan daya tahan tubuh
dan maningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-
bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A
yang terkandung dalam asi (Suherni, 2009, hal: 101).
2.2.2.2 Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan
membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam
(ibu boleh miring kekanan dan miring kekiriuntuk mencegah
adanya trombosit).
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu
sebagai berikut :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Kesempatan yang baik untuk mengajarkan ibu bagaimana
merawat/memelihara anaknya.
4. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
5. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka perut.
6. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retrofleksi
(Dewi, 2011, hal: 72).
2.2.2.3 Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam.
Bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini :
1. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien
2. Mengompres air hangat di atas simfisis
3. Saat site bath ( berendam air hangat ) klien disuruh
BAK.Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan
kateterisasi.karena dapat menimbulkan resiko infeksi saluran
kemih tinggi.
Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari
postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga
skibala (feses mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan
terjadi febris.Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan
klisma atau laksa per os (melalui mulut). Biasanya 2-3 hari
post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan
laksa atau paraffin (1-2 hari postpartum) atau pada hari ke-3
diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur :
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takit buang air besar secara episiotomi maka
diberikan laksa supposotria ( Dewi, 2011, h.73 ).
Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post
partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat
berkemih maka ibu hendaknya dilakukan katerisasi. Untuk
pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah
dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat
buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perrektal
(Saleha, 2009, hal :73).
2.2.2.4 Istirahat
Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar
pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu
kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi
maupun fungsinya.Tidur pada malam hari selama 7-8 jam dan
tidur pada siang hari sebaiknya selama 1-2 jam ( Rukiyah,
2011, h.127 ).
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya adalah :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi atau dihasilkan
dan menyebabkan kelelahan sehingga dapat timbul sering
pusing
2. Memperlambat proses involusi uterus dan dapat
memperbanyak perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri ( Dewi, 2011, h.76 ).
2.2.2.5 Personal hygiene
1. Putting susu
Harus di perhatikan kebersihan dan luka peacah harus
segera di obati karena kerusakan putting susu merupakan
port de entrée dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu
yag menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat
merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh karena itu,
sebaiknya putting susu di bersihkan dengan air yang telah
di masak.
2. Patrum lokia
Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa
nifas yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka
plasenta (Dewi, 2011, hal. 75).
3. Kebersihan alat genetalia.
a. Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi,
BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya
ganti pembalut.
b. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum menyentuh daerah kelamin.
c. Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi
dan laserasi.
d. Pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap dijaga agar
tetap bersih dan kering, tiap hari diganti balutan
(Suherni,2009,hal:103)
2.2.2.6 Perineum
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus
di bersihkan secara rutin. Caranya di bersihkan dengan sabun
yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut
akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum
tidak di bersihkan atau tidak di cuci (Dewi, 2011, hal. 75).
2.2.2.7 Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri maka aman untuk memulai
hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan seksual
dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah
sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual
dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah
persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah
pulih kembali ( Dewi, 2011, h.77 ).
2.2.3 Proses laktasi dan menyusui
2.2.3.1 Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ
yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi.
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram
(Dewi, 2011,hal :7).
1. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas
setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada
fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh
ligamentum suspensorium.
2. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan
yang meluas ke ketiak atau aksila.
3. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu,
juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur.
Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih
besar daripada yang lainnya (Dewi, 2011, hal :7).
2.2.3.2 Struktur makroskopis
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut :
1. Cauda aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila.
2. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing
payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya
mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya (Dewi, 2011, hal :8).
3. Papilla mammae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-
serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila
ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
menyebabkan putting susu ereksi sedangkan otot-otot yang
longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Bentuk putting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal,
pendek/datar, panjang dan terbenam (Dewi, 2011, hal :9).
Gambar 2.1 Struktur Makroskopis
2.2.3.3 Struktur mikroskopis
1. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
2. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus.
3. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar,
merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak
dibawah areola.
4. Lanjutan setiap duktus laktiferus
Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae (Dewi,
2011, hal :9).
2.2.3.4 Fisiologi laktasi
Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui
dini, dimanan ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta
lepas. Plasenta mengandung hormone penghambat prolaktin
(hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI
(Saleha, 2009 hal :11).
2.2.3.5 Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada
kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI
tidak lancar (saleha, 2009 hal :11).
2.2.3.6 Pembentukan air susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu yaitu sebagai berikut.
1. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormone prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin di hambat oleh
estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya
korpus luteum membuat estrogen dan progesterone sangat
berkurang, di tambah dengan isapan bayi yang merangsang
putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus
melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan
pengeluaran factor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin . faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
2. Reflek let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang
di lanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang
kemudian di kelurakan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini di angkat menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli
dan masuk ke dalam system duktus, selanjutnya mengalir
melaluiduktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah
sebagai berikut :
a. Melihat bayi
b. Mendengar suara bayi
c. Mencium bayi
d. Memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi, 2011,hal.12-13).
2.2.3.7 Manfaat pemberian ASI
1. Bagi bayi
b. Komposisi sesuai kebutuhan
c. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia
enam bulan
d. ASI mengandung zat pelindung
e. Perkembangan psikomotorik lebih cepat
f. Menunjang perkembangan kognitif
g. Menunjang perkembangan penglihatan
h. Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak
i. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
j. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya
diri
2. Bagi ibu
a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula
b. Mencegah anemia defisiensi zat besi
c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
d. Menunda kesuburan
e. Menimbulakan perasaan dibutuhkan
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
g. Manfaat bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya
2) Mengurangi biaya rumah tangga
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya yang berobat
4) Manfaat bagi Negara
5) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian
obat-obatan
6) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula
dan perlengkapan menyusui
7) Mengurangi polusi
8) Mendapatkan sumber daya manusia
2.2.3.8 Komposisi ASI
Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat
untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus
dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi (Dewi, 2011, h:19).
1. Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio
protein whey:kasein=60:40, dibandingkan dengan air susu
sapi yang rasionya=20:80. ASI mengandung alfa-
laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta-
laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung
asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin
dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan
sisitin lebih tinggi. Kadar tirosindan fenilalanin pada ASI
rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk
sisitesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu
sapi.
2. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi
(6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
3. Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh
dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak
rantai panjang berperan dalam perkembangan
otak.Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan
saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam
perkembangan pembentukan ensim.
4. Mineral
ASI mengandungmengandung mineral lengkap. Total
mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling
stabil, tidak terpengaruh diet ibu.Garam organic yang
terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium
dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor,
sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak
akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang
berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di
bawah kondisi-kondisi umum.
5. Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan
zat-zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat
meredakan rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A,
D, dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan sam penthotenik lebih kurang.
a. Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa
mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum
mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya
mengandung 18 IU.
b. Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak,
terdalam air susu manusia.
c. Vitamin E : kolustrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia,
akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan
retina dari cedera akibat oxide.
d. Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor
pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI
mendapat vitamin K lebih banyak.
e. Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat
yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang
diperlukan.
f. Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis
kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C
dibandingkan dengan susu sapi (Dewi, 2011, hal 19-20).
2.2.3.9 Stadium ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut :
1. Kolustrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral,
dan antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai
ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.Kolustrum
berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah
bayi lahir.Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas
kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
2. ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai
hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak
dan laktosa meningkat.
3. ASI matrur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI
matur tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif
konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang
mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut
foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai
kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein,
mineral ,dan air (Dewi, 2011, h: 20).
2.2.3.10Tanda bayi cukup ASI
1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal
mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah
habis
6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
8. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan
monotoriknya sesuai dengan rentan usianya
9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan
bangun dan tidur dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk
dan tertidur pulas (Dewi, 2011, hal :24).
2.2.3.11 Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya, di perkirakan
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama.
Kematian BBL terjadi pada 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan yang melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas berdasaran sumber yaitu :
1. Tujuan asuhan masa nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas adalah
untuk menghindarkan atau mendeteksi adanya
kemungkinan ada nya perdarahan post partum dan
infeksi. Oleh karna itu penolong sebaikanya tetap
waspada, sekurang-kurangnya 1 jam postpartum untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah
melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan
ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di
berikan oleh penolong persalinan. Ibu di anjurkan untuk
menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan
kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah
kemaluan dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia
mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru
membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk
mecuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu
mempunyai luka episitomi atau laserasi sarankan ibu
untuk menghindari atau tidak menyentuh daerah luka.
c. Melakukan skrining secara komprehensif.
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan
mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal
ini seorang bidan bertugas untuk melakukan
pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV,
pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan
keadaan umum ibu. Bila di temukan permasalahan,
maka harus segera melakukan tindakan tidakan sesuai
dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa
nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan
pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisai kepada bayinya, dan
perawatan bayi sehat. Ibu-ibu post partum harus di
berikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara
lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut.
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap (anjurkan ibu
untuk minum sebelum menyusui).
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan
perawatan payudara, yaitu sebagai berikut.
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan bra yang menyokong payudara
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau
asi yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali
selesai menyusui. Menyusui tetap di mulai dari
putting susu yang tidak lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi
bendungan asi.
f. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling
mengenai KB (Dewi,2011 hal:2).
2.2.3.12 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dari
berbagai macam sember :
1. Peran dan tanggung jawab bidan adalah :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan
selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya,
serta kelurga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
d. Mendorong kebijakan, perencanaan program kesehatan
yang berkaitan ibu dan anak serta mampy melakukan
kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan kelurga mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda
bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan
kebersihan yang aman.
g. Melakukan menajemen asuhan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana
tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat
proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional (Dewi, 2011,
hal : 4).
2.2.3.13 Kunjungan masa nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat
kali.Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani
masalah-masalah yang terjadi.
1. 6-8 jam setelah persalinan
a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
member rujukabila pendarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2. Enam hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, atau
kelainan, pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat.
3. Dua minggu setelah persalinan sama seperti diatas (enam
hari setelah persalinan)
4. Enam minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-prnyulit yang
dialami atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Dewi,
2011, hal :4-5).
2.2.4 Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaftasi
setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung ada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada sat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu
selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini
membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan
sekitar.Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang
cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.Kehadiran
suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
2. Fase taking hold
Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan.pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi
dengan ibu berhati-hati dalam tindakan. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang
baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Dewi,
2011, h. 65-66).
2.2.5 Masalah dalam menyusui
Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat
perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat
memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil
(Maryunani, 2009, h: 90).
Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain :
1. Stress
Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali merasa
kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang dihadapi
ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara lain :
a. Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun
menyusui bayinya
b. Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau
saudara yang tinggal serumah tidak memberi dukungan
Cara mengatasinya :
Bidan/perawat dapat memberikan nasihat pada ibu dan keluarga
agar ibu berhasil menyusui dengan penuh rasa percaya diri dengan :
a. Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui dan ibu harus yakin
bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya dan produksi
ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara
b. Menganjurkan suami dan keluarga terdekat untuk memberikan
dukungan dengan cara antara lain menenangkan atau membantu
perawatan sederhana seperti mengganti popok, menidurkan, dan
sebagainya (Maryunani, 2009 hal 90).
2. Putting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan
cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang putting
susu. Bila putting susu menonjol berarti putting tersebut normal,
namun bila putting tidak menonjol berarti putting susu
datar/terbenam.
Cara mengatasinya :
Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar dan
terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap oleh mulut
bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3 dan biasanya hanya
perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari.
Putting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga putting akan
sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting akan
lebih menonjol lagi (Maryunani, 2009, hal: 91).
3. Putting susu lecet/nyeri
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui kan menyakitkan dan kadang-
kadang meneluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan
oleeh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
thrush (candidates) atau dermatitis ( Ambarwati, 2008, h: 46).
Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.
Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48
jam (Dewi, 2011, h: 39).
Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah
bayi lahir, hal ini biasanya disebabkan oleh :
a. Tehnik menyusui yang kurang benar.
b. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohool, ataupun zat
iritan lain saat ibu membersihkan puting susu.
c. Moniliasis pada puting susu ibu yang menular pada puting susu
ibu.
d. Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue)
Cara mengatasinya :
f. Oleskan putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan setelah
menyusui. Hal ini untuk mempercepat sembuhnya lecet dan
menghilangkan rasa nyeri/perih.
g. Perhatikan tekhnik menyusui termasuk posisi menyusui yang
baik dan benar.
h. Bila ditemukan gejala moniliasis pada bayi, segera berikan anti
jamur (sesuai petunjuk).
i. Jangan membersihkan putting susu dan areola dengan sabun,
alcohol dan zat iritan lainnya.
j. Lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan cara benar.
k. Jangan mengenakan BH yang terlalu kuat.
l. Jika rasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat, ibu dapat terus
menyusui dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri
terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit.
m. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau lecet makin berat, putting
susu yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan
dengan itu, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan
dapat diberikan pada bayi dengan sendok (Maryunani, 2009, hal
:92).
Cara mengatasinya:
a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal
yang lecet nya lebih sedikit untuk menghindari tekanan lokal
pada puting, maka posisi menyusu harus sering diubah. Untuk
puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui disamping itu benar, yaitu harus menyusu sampai ke
kalang payudara untuk menghindari payudara yang bengkak. Asi
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian dengan sendok,
gelas, dan pipet.
b. Setiap kali selesai menyusu bekas Asi tidak perlu dibersihkan,
tetapi diangin- anginankan sebentar agar melembutkan puting
sekaligus sebagai anti- infeksi.
c. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan payudara.
d. Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak
kepala yang telah dimasak terlebih dahulu
e. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga
payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar
juga tidak menyusu terlalu rakus.
f. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting ibu susu. Jika ditemukan gejala
moniliasis dapat diberikan nistatin ( Saleha, 2009, hal:104).
Cara mengatasinya:
a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal
atau yang lecetnya lebih sedikit.
b. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, posisi menyusui
harus sering diubah. Dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui bayi telah benar, yaitu bayi harus menyusui
sampai areola payudara
c. Setiap selesai menyusui, sisa ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi
diangin- anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Sisa
ASI berfungsi sebagai anti- infeksi. Hindari menggunakan sabun,
alkohol, atau zat iritan lain untuk membersihkan puting susu.
Puting susu dapat diolesi minyak. Lanolin atau minyak kelapa
yang telah dimasak terlebih dahulu. Ibu harus menyusui bayi
lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak
menjadi penuh dan bayi perlu menyusu secara”rakus” karena
terlalu lapar
d. Periksa apakah bayi menderita moniliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Bila ditemukan gejala
moniliasis, segera berikan pengobatan nistatin (Bahiyatun, 2013,
hal 30).
Pencegahan :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim,
atau zat-zat iritan lainnya.
b. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat
bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting,
tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari
kelingking yang bersih ke mulut bayi.
c. Posisi menyusui harus benar yaitu bayi harus menyusu sampai
ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara (Saleha,
2009, h: 105).
4. Payudara bengkak
Pada payudara bengkak tampak payudara udema, sakit, putting
kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
diperiksa/dihisap ASI tidak keluar.Badan bisa demam setelah 24
jam, Hal ini terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan.
Penyebab bengkak :
a. Menyusui yang tidak kontinu
b. Perlekatan saat menyusui kurang baik
c. Waktu menyusui yang terbatas
d. Terlambat menyusui
Cara mengatasinya :
a. Menyusui segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan
yang benar.
b. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand).
c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
d. Jangan memberikan minuman lain pada bayi
e. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara
bengkak adalah sebagai berikut:
a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara
dengan lap bersih atau dengan daun pepaya basah.
b. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan
dingin (Dewi, 2011 hal :40).
5. Saluran susu tersumbat
Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala,
penatalaksanaannya, dan pencegahan saluran susu yang tersumbat.
Penyebab :
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah
sebagai berikut :
a. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui
b. Pemakaian bra yang terlalu ketat
c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak
segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan.
Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :
a. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan
lunak pada perabaan
b. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa
nyeri dan bengkak yang terlokalisir
Penatalaksanaan :
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar-
benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara
(mastitis).
a. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan
masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian
b. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap
kali selesai menyusui
c. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI
(Saleha, 2009, h:107).
Pencegahan :
Pencegahan yang dapat dilakukan agar payudara tidak tersumbat
adalah sebagai berikut :
a. Perawatan payudara pascapersalinan secara teratur, untuk
menghindari terjadinya statis aliran asi.
b. Posisi menyusui yang di ubah-ubah.
c. Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.
6. Mastitis/radang payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas.Ibu bisa mengalami
demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada
masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat
dan tidak segera diatasi (Maryunani, 2009, hal :95).
Penyebab :
a. Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut:
1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat,
akhirnya terjadi mastitis.
2) Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak.
3) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan
mudah terkena infeksi (Saleha, 2009, hal 109).
Gejala :
Gejala-gejala dirasakan adalah sebagai berikut
1) Bengkak, nyeri pada payudara /nyeri lokal.
2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
3) Payudara keras.
4) Demam dan ras.a sakit umum (Saleha, 2009, h: 109).
Caramengatasinya :
1) Kompres hangat/panas dan pemijatan
2) Rangsang oksitosin : dimulai pada payudara yang tidak
sakit, yaitu stimulasi putting, pijat leher-punggung, dan
lain-lain
3) Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromycin
selama 7-10 hari
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri
5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit
tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan
tindakan bedah (Dewi, 2011 hal :41).
7. Abses payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat
diobati.Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan
benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah.
Cara mengatasinya :
a. Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang
sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan
dan kebersihan yang sebaik mungkin
b. Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase
pus/nanah
c. Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik
oleh dokter
d. Ibu harus cukup istirahat (Maryunani, 2009 hal :96)
2.2.6 Tekhnik menyusui
2.2.6.1 Pengertian tekhnik menyusui
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan cara
memberikan ASI kepada bayi dengan benar (Dewi,2011, hal : 30).
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi
menghisap air susu. Bidan/perawat perlu memberikan
bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan
(nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak
menimbulkan masalah. (Maryunani, 2009, h: 76).
a. Tekhnik menyusui yang benar
1) Cara menyusui dengan sikap duduk
Gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak kaki
menginjak lantai. Gunakan dingklik (bangku kecil)
sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung
(Maryunani, 2009, h: 80).
2) Cara menyusui yang baik dan benar
a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan
dioleskan ke putting susu dan areola sekitarnya. Hal
ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembutan putting susu (Maryunani, 2009 hal :77).
b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
(1) Ibu duduk atau berbaring.
(2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
(3) Bayi menempel pada ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala
bayi).
(4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
(5) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
c) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah, jangan menekan
putting susu dan areolanya saja.
d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
(rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi bayi
dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting susu
serta areola dimasukkan kemulut bayi. Usahakan
sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut
bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit-
langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
areola.
f) Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara
sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada
payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi, yaitu :
(1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut.
(2) Dagu bawah bayi ditekan.
g) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang
belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).
h) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit,
kemudian dioleskan pada putting susu dan areolanya
sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya.
i) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan
tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah (Maryunani, 2009, hal :77-78).
b. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat
bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat akan mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2 jam. Untuk menjaga
keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara (Dewi,
2011, hal 36).
c. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola
bawah lebih banyak yang masuk
6) Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan
7) Putting susu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9) Kepala bayi tidak menengadah (Saleha, 2009, hal 37).
2.3 Teori Asuhan Kebidanan
2.3.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode pemikiran
dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komprehensif dan aman dapat tercapai (Ambarwati,2008 hal: 130).
2.3.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
Langkah I: Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan
kondisi pasien:
A. Data subjektif
1. Biodata
Yang mencakup identitas pasien :
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalampemberian penanganan
(Ambarwati, 2008, hal: 131).
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas (Ambarwati, 2008, hal: 131).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam doa (Ambarwati, 2008, hal:
132).
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya (Ambarwati,
2008, hal: 132).
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Ambarwati, 2008, hal: 132).
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut (Ambarwati, 2008, hal: 132).
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati, 2008, hal: 132).
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas (Ambarwati, 2008, hal: 132).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas
ini (Ambarwati, 2008, hal: 132).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas (Ambarwati, 2008, hal:
133).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Ambarwati, 2008, h.133).
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu (Ambarwati, 2008, hal: 133).
b. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini (Ambarwati, 2008, h. 134).
5. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2008, hal:134).
6. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologi selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu (Ambarwati, 2008, hal:135).
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan
(Ambarwati, 2008, hal: 136).
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
pascapersalinan (Saleha, 2008, hal: 88).
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena
dengan istirahat yang cukup dapat mempecepat
penyembuhan (Ambarwati, 2008, hal: 136).
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati,
2008, hal: 137).
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari.Pada pola
ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan
bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi (Ambarwati, 2008, hal: 137).
B. Data obyektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan insfeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi yang bidan lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan ini
akan bidan laporkan dengan kriteria: baik atau lemah
(sulistyawati, 2009, hal : 122)
b. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya (Ambarwati, 2008;h.137).
1) Temperatut/suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi,
yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan, selain itu juga bisa disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang
mencapai > 380
C adalah mengarah ketanda-tanda infeksi
(Ambarwati, 2008, h.138).
2) Nadi dan pernafasan
a) Nadi berkisar antara 60-80x/m. denyut nadi diatas
100x/m pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan.
b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan
disebabkan karena adanya vitium kordis.
c) Beberapa ibu post partum kadang-kadang
mengalami bradikardi puerperal, yang denyut
nadinya mencapai serendah rendahnya 40 sampai
50x/m, beberapa alasan telah diberikan sebagai
penyebab yang mungkin, tetapi belum ada
penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
d) Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/m (Ambarwati, 2008,
h.138-139).
3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati,
2008; h.139).
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Tujuan pengkajian kepala dilakukan untuk
mengetahui keadaan rambut, massa,
pembengkakan, nyeri tekan, dan kulit kepala
(Tambunan, 2011, h: 67).
Wajah : Pada daerah muka/wajah dilihat keadaan
normalnya kesimetrisan antara kanan dan kiri
dan tidak ada edema (Tambunan, 2011, h: 66).
Mata : Tujuan pengkajian mata adalah untuk
mengetahui bentuk dan fungsi mata dilihat
kelopak mata (edema/tidak), konjungtiva
(pucat/tidak), sklera kuning/tidak dan apakah
dalam keadaan normal (Tambunan, 2011, h:
67).
Hidung : Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk dan
fungsi hidung apakah dalam keadaan normal
(simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran
polip). Dimulai dari bagian luar hidung, bagian
dalam, lalu sinus-sinus (Tambunan, 2011, h:
79).
Mulut : Pemeriksaan mulut dilakukan dengan
pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat
semua bagian dalam mulut. Tujuan dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui bentuk dan
kelainan pada mulut yang dapat diketahui
inspeksi yaitu mengkaji bagian bibir, gigi, gusi,
dan lidah (Tambunan, 2011, h: 81).
Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. Teknik yang digunakan adalah
inspeksi dan palapasi (Tambunan,2011; h.73).
Leher : Tujuan pengkajian leher adalah untuk
mengetahui bentuk leher, pemeriksaan palpasi
ditujukan untuk melihat apakah ada masa yang
teraba pada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid
(Tambunan, 2011, h: 83)
Dada : Menjelaskan pemeriksaan fisik, buah dada dan
keadaan putting.
a) Simetris/tidak
b) Konsistensi, ada pembengkakan/tidak
c) Putting menonjol/tidak,lecet/tidak
d) Pengeluaran ada/tidak (Ambarwati, 2008, hal
:139).
Abdomen : Proses involusi adalah proses kembalinya uterus
kedalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan; proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus (Dewi, 2011, h: 55).
Tabel 2.2 Perubahan Infolusi Uteri
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi baru
lahir
Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram
(Vivian, 2011, h: 55).
Genetalia : Mengkaji kebersihan, pengeluaran, massa, bau
a) Lochea
Normal (Merah hitam (lochea rubra), berbau
biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir
darah beku (ukuran jeruk kecil, jumlah
perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya
perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal (Merah terang, berbau busuk,
mengeluarkan darah beku, dan perdarahan
berat)
b) Keadaan perineum : oedema, hematoma,
bekas luka episiotomy/robekan, hecting.
c) Keadaan anus : hemoroid (Ambarwati, 2008,
h: 140-141).
Langkah II: Interpretasi data
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan intepretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data
yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnose kebidanan dan
masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan
(Ambarwati, 2008; h.141).
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para,abortus,anak
hidup,umur ibu,dan keadaan nifas (Ambarwati, 2009 h.141).
2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati,2009 h.141).
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009; hal.180).
Langkah III: Diagnosa potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan. Bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan
yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2008; h.14).
Langkah IV: Antisipasi masalah/tindakan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2008;h.143).
Langkah V : Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang didapat, bidan dapat merencanakan asuhan
pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya (Dewi, 2011, hal: 88).
Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman (Ambarwati, 2008, hal: 145).
Langkah VII: Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi
kembali proses menejemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan
yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali
asuhan yang belum terlaksana (Dewi, 2011, hal: 125).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32 TAHUN
P2A03 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET
DI BPS HALIMAH BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 Pengkajian
Nama Mahasiswa: Eka Nila Wati
Nim : 201207077
Tanggal : 28 April 2015
Jam : 15.30 wib
Tempat : BPS Halimah Bandar Lampung
3.1.1 Data subjektif
a. Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny S Tn H
Umur : 32 tahun 33 tahun
Agama : Islam Islam
Suku bangsa : Sunda Sunda
Pendidikan : SMP STM
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat : Jl.Sepakat No.1 Kemiling Bandar Lampung Kemiling
Bandar Lampung.
b. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisinya
c. Keluhan utama
Ibu mengatakan putingnya terasa nyeri bagian kiri dan lecet pada
bagian puting sebelah kiri
d. Riwayat kesehatan
1. Sekarang
Ibu sedang tidak mengalami penyakit apapun seperti penyakit
menular maupun penyakit keturunan
2. Yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit
menurun
3. Keluarga
Dalam keluarganya tidak ada/pernah menderita penyakit seperti
penyakit menular maupun keturunan
4. Riwayat obstetrik
1) Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : tidak teratur
Lama : 5-7 hari
Volume : 100cc
Warna : merah kental
Disminore : tidak ada
Bau : anyir
Flour albus : tidak ada
2) Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT : 05-08-2014
b) Taksiran persalinan : 12-05-2015
c) Tanggal bersalin : 25-04-2015
d) Frekuensi ANC : 6 kali selama kehamilan
e) Penyuluhan yang sudah didapatkan : gizi, KB, tanda-
tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, ASI eksklusif,
inisiasi menyusui dini.
3) Riwayat persalinan sekarang
a) IBU
Tempat melahirkan : Rumah Sakit Bayangkara
Penolong : Dokter
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 9 jam 50 menit
Catatan waktu
Kala I : 7 jam 10 menit
Kala II : 0 jam 35 menit
Kala III : 0 jam 5 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Jumlah : 9 jam 50 menit
Ketuban pecah pukul 21.00 wib, spontan.
Plasenta
Lahir secara : spontan, lengkap
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 45 cm
Perineum : Ada luka perineum derajat 2
b) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 25-04-2015/22.05 wib
Berat badan : 2900 gram
Nilai apgar : 9/10
Jenis kelamin : Laki- laki
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 37 minggu 6 hari
c) Riwayat KB
Ibu sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi suntik 3
bulan selama 2.5 tahun.
d) Pola kebutuhan sehari-hari
(1) Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan dengan nasi, ikan,tempe,
dan sayur tumis kangkung porsi
sedang 3x/hari.
Selama nifas : Ibu makan dengan nasi, ayam goreng,
tahu bacem, sayur daun katuk dengan
porsi 1 piring 3x/hari, setiap harinya
ibu makan dengan menu yang
berbeda dan tidak ada pantangan
dalam makanan.
(2) Pola eliminasi
Selama hamil : Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas,
warna kuning jernih, BAB 1-2
kali/hari konsistensi lunak warna
kekuningan.
Selama nifas : Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas
warna kuning jernih, pertama kali
BAB yaitu hari ke 2 dan BAB 1x per
hari konsistensi lunak warna
kekuningan
(3) Pola istirahat
Selama hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam, siang jarang
tidur.
Selama nifas : Ibu tidur malam5-6 jam, sering
terbangun pada malam hari karena
anak nya rewel siang 1-2 jam.
(4) Personal hygiene
Selama hamil : Ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari.
Selama nifas : Ibu ganti pembalut 4-5 kali/hari.
(5) Pola seksual
Selama hamil : Ibu melakukannya 2 kali/minggu.
Selama nifas : Ibu belum melakukannya
e) Riwayat psikososial
(1) Status perkawinan : Syah, 1 kali
(2) Status emosional : Stabil
f) Riwayat spiritual
(1) Selama hamil : Tidak ada
(2) Selama nifas : Tidak ada
3.1.2 Data obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan emosional : Stabil
d. Tanda vital
1. TD : 120/70 mmHg
2. Pernafasan : 20x/i
3. Nadi : 80x/i
4. Suhu : 36,5ºc
e. Pemeriksaan fisik
1. Kepala :
Warna rambut : hitam
Ketombe : bersih, tidak ada ketombe
Benjolan : tidak ada
2. Wajah :
Simetris : Simetris
Edema : Tidak edema
3. Mata :
Simetris : Ya, kanan kiri
Kelopak mata : Tidak edema
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih
4. Hidung
Simetris : ya, kanan dan kiri
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
5. Mulut :
Warna bibir : Merah muda
Sariawan : Tidak ada
Gusi berdarah : Tidak ada
Gigi : Bersih
6. Telinga :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
7. Leher :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembesaran limfe : Tidak ada
8. Payudara :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Putting susu : Lecet bagian kir
Konsistensi : Lunak
Pengeluaran : Kolostrum
9. Abdomen
Pembesaran : Tidak ada
Konsistensi : Kuat
Kandung kemih : Kosong
Uterus : TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : keras
10. Anogenital
Vulva : Warna merah kehitaman.
Perineum : Terdapat luka jahitan derajat 2
Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra
Anus : Tidak ada hemoroid
11. Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak oedema
Kemerahan : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflex patella : Positif, kanan dan kiri
12. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboraturium
HB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Protein urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
Glukosa urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
TGL/JAM Pengkajian
Interpretasi
data
Dx
potensial
Antisipasia
Potensial/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
28/04/15
16.00 wib
Subjektif :
Keluhan :
- Ibu
mengatakan
nyeri pada
putting susu
bagian kiri.
- Ibu melahirkan
pada tlg 25-
04-2015.
- Ibu mengatakan
pernah
melahirkan
2x ini dan
belum pernah
Keguguran.
Objektif :
K/U:baik
TTV:
Td : 120/70
N:80x/M
S:36,50
c
RR:20X/M
Payudara :
putting terlihat
lecet terjadi
retak dan
pembentukan
Dx : Ny S
P2AO 3 hari
post partum
dengan putting
susu lecet
Ds :
- Ibu
melahirkan
pada tgl 25-
04-2015
- Ibu
mengatakan
pernah
melahirkan
2x ini dan
belum
pernah
Keguguran
-Ibu
mengtakan
nyeri pada
putting susu
bagian kiri.
DO :
Tampak pada
bagian putting
susu ibu lecet
dibagian kiri.
Bendungan
ASI
Tekhnik
menyusui
yang benar
1.Beritahu kepada ibu
tentang keadaannya
saat ini
2.Beritahu kepada ibu
penyebab dari puting
susu lecet.
3.Beritahu ibu cara
perawatan puting
susu lecet.
1. Memberitahu kepada ibu
hasil pemeriksaannya yang
di lakukan secara head to
toe, keadaan umum
baik,normal.
2. Memberitahu kepada ibu
penyebab dari puting susu
lecet;yaitu:
a. Tehnik menyusui yang
kurang benar.
b. Putting susu terpapar
oleh sabun krim,
alkohol, ataupun, jat,
iritan, lain, saat, ibu
membersihkan putting
susu.
c. Moniliasis pada putting
susu ibu yang menular
pada putting susu ibu.
3. Memberitahu ibu cara
perawatan putting susu
lecet;
a. Selama putting susu
diistirahatkan, sebaiknya
ASI tetap dikeluarkan
1. ibu mengetahui tentang
keadaannya saat ini yaitu
keadaan ibu dalam batas
normal TFU 3 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, dan
terdapat lecet pada putting
susu kiri.
2. Ibu mengetahui penyebab dari
puting susu lecet.
3.ibu mengetahui cara
melakukan perawatan putting
susu lecet
Table 3.1 matriks
celah-celah
Pengeluaran :
ada, kolustrum
TFU :3 jari
dibawah pusat
Kontraksi : baik
Lokhea rubra
Terdapat bekas
jahitan perinium
derajat 2.
Masalah :
Gangguan rasa
nyaman
terkiait dengan
nyeri pada
puting susu
sebelah kiri.
Kebutuhan
- Penjelasan
tentang
tekhnik
menyusui
dengan tangan dan tidak
dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri atau
bayi disusukan lebih
dulu pada putting susu
normal yang lecetnya
sedikit
b. Olesi putting susu
dengan ASI akhir (hind
milk), tidak
menggunakan sabun,
krim, alcohol, ataupun
zat iritan lain saat
membersihkan payudara
c. Menyusui lebih sering
(8-12 kali dalam 24 jam)
d. Putting susu yang sakit
dapat diistirahatkan
untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam,
dan biasanya akan
sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2x24 jam
e. Cuci payudara sekali
sehari dan tidak
dibenarkan untuk
menggunakan sabun
f. Posisi menyusui harus
benar, bayi menyusu
sampai ke kalang
payudara dan susukan
secara bergantian
diantara kedua payudara
g. Keluarkan sedikit ASI
4.Beritahu dan ajarkan
kepada ibu tentang
tekhnik menyusui
yang benar
dan oleskan ke putting
yang lecet dan biarkan
kering
h. Pergunakan bra yang
menyangga.
4. Memberitahu dan
mengajarkan kepada ibu
tentang tekhnik menyusui
yang benar yaitu :
a. Duduk dengan posisi
santai dan tegak
b. Sebelum menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
pada putting susu dan
areola sekitarnya
c. Bayi dipegang dengan
satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada
lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan
pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh
tertengadah atau bokong
bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu
d. Satu tangan bayi
diletakkan dibelakang
badan ibu dan yang satu
didepan
e. Perut bayi menempel
badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara
4. ibu mengetahui dan mampu
melakukan dengan bantuan
tekhnik menyusui yang benar.
f. Telinga dan lengan bayi
terletak pada satu garis
lurus
g. Ibu menatap bayi dengan
kasih sayang
h. Tangan kanan
menyangga payudara
kiri dan keempat jari dan
ibu jari menekan
payudara bagian atas
areola
i. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut
(rooting reflex) dengan
cara menyentuh pipi
dengan putting susu atau
menyentuh sisi mulut
bayi
j. Setelah bayi membuka
mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dengan
putting serta areola
dimasukkan ke mulut
bayi, usahakan sebagian
besar areola dapat masuk
kedalam mulut bayi
k. Setelah menyusui pada
satu payudara sampai
terasa kosong, sebaiknya
diganti menyusui pada
payudara yang lain
l. Melepaskan isapan bayi
dengan cara jari
5.Beritahukan ibu
masalah menyusui.
kelingking ibu
dimasukkan kemulut
bayi melalui sudut mulut
dan dagu bayi ditekan
kebawah
m.Setelah selesai
menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
pada putting susu dan
areola sekitarnya.
Biarkan kering dengan
sendirinya
5. Memberitahu ibu masalah
dalam menyusui.
a. Kelainan Payudara
a.Mastitis/ radang
payudara
Mastitis adalah
peradangan pada
payudara bagian yang
terkena menjadi
merah, bengkak, dan
panas. Ibu bisa
mengalami demam
bahkan disertai
menggigil. Mastitis
biasanya terjadi pada
pada masa 1-3 minggu
setelah melahirkan
akibat saluran susu
tersumbat dan tidak
segera diatasi.
5. Ibu mengetahui masalah
menyusui diatas dan akan
segera memeriksakan ke
tenaga kesehatan jika terjadi
salah satu masalah diatas.
6.Memberitaukan pada
ibu tentang personal
hygiene.
b. Abses payudara
Abses payudara dapat
terjadi akibat mastitis
yang terlambat diobati.
Ibu tampak kesakitan,
payudara merah
mengkilat dan
benjolan yang teraba
mengandung cairan
berupa nanah. Jika ada
tanda- tanda bahaya
masa nifas diatas
segera lakukan
pemeriksaan ke tenaga
kesehatan.
6. Memberitahukan pada ibu
tentang personal hygiene:
a. Puting susu.
Harus diperhatikan
kebersihan dan luka
pecah harus segera di
obati karena
kerusakan puting susu
merupakan port de
entree dan dapat
menimbulkan
mastitis. Air susu
yang menjadi kering
akan menjadi kerak
dan dapat merangsang
kulit sehingga timbul
enjema.Oleh karena
itu, sebaiknya puting
6. Ibu mengerti tentang
perawatan personal hygiene.
susu di bersihkan
dengan air yang telah
di masak.
b. Kebersihan alat
genetalia.
1) Menyarankan
ibu mengganti
pembalut setiap
kali mandi,
BAB/BAK,
paling tidak
dalam waktu 3-4
jam supaya ganti
pembalut.
2) Menyarankan ibu
untuk mencuci
tangan dengan
sabun dan air
sebelum
menyentuh
daerah kelamin.
3) Ajurkan ibu tidak
sering menyentuh
luka episiotomi
dan laserasi.
4) Pada ibu post
sectio caesaria
(SC), luka tetap
dijaga agar tetap
bersih dan kering,
tiap hari diganti
balutan.
7.Beritahu ibu
kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan oleh
ibu nifas dan
menyusui
8.Beritahu kepada ibu
tentang kebutuhan
istirahat yang cukup
7. Memberitahu pada ibu
bahwa ibu nifas dan
menyusui membutuhkan
nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, seperti :
- Karbohirat, misalnya:
nasi, roti, kentang, dan
singkong yang berguna
untuk melakukan
aktivitas, dan
metabolisme.
- Protein, misalnya : ikan,
daging, telur, susu, dan
tempe yang berguna
untuk pertumbuhan dan
penggantian sel-sel yang
rusak dan mati.
- Asupan cairan yang di
anjurkan mengkonsumsi
3 liter per hari, 2 liter
didapat dari air minum
dan 1 liter dari cairan
yang ada pada kuah
sayur, buah dan
makanan yang lain.
8. Memberitahu kepada ibu
tentang kebutuhan
istirahat yang cukup yaitu
tidur siang 1-2 jam dan
tidur malam 7-8 jam
dalam sehari karena
istirahat sangat diperlukan
bagi ibu di masa nifas agar
7. Ibu telah mengetahui tentang
kebutuhan nutrisi yang di
butuhkan oleh ibu nifas dan
menyusui.
8. Ibu mengerti tentang kebutuhan
istirahat yang cukup
pengembalian fungsi
organ-organ tubuh setelah
40 minggu kehamilan
mengalami beberapa
perubahan baik anatomi
maupun fungsinya.
01/05/15
12.00 wib
Subjektif:
Keluhan :
ibu mengatakan
nyeri pada
puting susu
sebelah kiri
sudah mulai
berkurang
merasakan.
Objektif :
TD :120/70
mmhg
N :80x/i
Rr :21x/i
T : 37,2ºc
Payudara :
puting susu
tampak lecet
pada puting
susu sebelah
kiri mulai
berkurang.
Pengeluaran :
ada,ASI transisi
TFU
:pertengahan
Dx: Ny S
P2AO 6 hari
post partum
dengan putting
susu lecet.
Ds :
Ibu
mengatakan
nyeri pada
putting susu
sebelah kiri
sudah mulai
berkurang.
Do :
Tampak lecet
pada putting
susu sebelah
kiri mulai
membaik
Masalah :
nyeri pada
putting susu
Kebutuhan :
Bendungan
ASI
Teknik
menyusui
yang benar
1.Beritahu pada ibu
tentang keadaannya
saat ini
2.Kaji ulang ibu
tentang perawatan
puting susu lecet.
3.Kaji ulang kembali
kepada ibu apakah
sudah melakukan
tekhnik menyusui
dengan benar.
4.Kaji ulang apakah
ibu mengalami
masalah dalam
menyusui.
5.Kaji ulang personal
hygiene.
1. Memberitahukan pada ibu
tentang keadaaannya saat
ini bahwa dalam keadaan
baik sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan normal
2. Mengkaji ulang ibu
apakah tentang perawatan
putting susu lecet sudah
dilakukan.
3. Mengkaji ulang ibu
apakah sudah melakukan
tekhnik menyusui dengan
benar.
4. Mengkaji ulang apakah
ibu mengalami masalah
dalam menyusui.
5. Mengkaji ulang tentang
personal hygiene.
1.Ibu mengetahui tentang
keadaannya saat ini bahwa ibu
dalam keadaan sehat
2.Ibu mengatakan sudah
melakukan perawatan putting
susu lecet pagi dan sore hari
dan lecet dan nyeri pada putting
sebelah kiri sudah berkurang.
3. Ibu sudah melakukan tekhnik
menyusui yang benar.
4.Ibu mengatakan bahwa ia tidak
mengalami masalah dalam
menyusui.
5.Ibu telah mengetahui tentang
personal hygiene.
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati
Kti eka nilawati

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti setiya rahayu
Kti setiya rahayuKti setiya rahayu
Kti setiya rahayu
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Komprehensif helyana r. simbolon
Komprehensif  helyana r. simbolonKomprehensif  helyana r. simbolon
Komprehensif helyana r. simbolon
 
Kti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitriKti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitri
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti dwi
Kti dwiKti dwi
Kti dwi
 
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyaniKti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
 

Similar to Kti eka nilawati (20)

Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Kti iif sarifah
Kti iif sarifahKti iif sarifah
Kti iif sarifah
 
Kti shely merina
Kti  shely merinaKti  shely merina
Kti shely merina
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti mera putri
Kti mera putriKti mera putri
Kti mera putri
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina rianti
 
Kti lulu ilma wiani
Kti lulu ilma wianiKti lulu ilma wiani
Kti lulu ilma wiani
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti dian eka putri
Kti  dian eka putriKti  dian eka putri
Kti dian eka putri
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Husnul
HusnulHusnul
Husnul
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 

Kti eka nilawati

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32 TAHUN P2A0 3 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS HALIMAH KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 STUDI KASUS Disusun Oleh : N a m a : Eka Nila Wati NIM : 2012 07077 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32 TAHUN P2A0 3 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS HALIMAH KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 STUDI KASUS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Disusun Oleh : N a m a : Eka Nila Wati NIM : 2012 07077 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 3. LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Pada : Hari : Selasa Tanggal : 28 Juli 2015 Penguji I Penguji II Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes Ratnawati, S.ST NIK. 0114028902 NIK. 11210042 Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr.Wazni Adila, MPH NIK.2011041008
  • 4. ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32 TAHUN P2A0 3 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS HALIMAH KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Eka Nila Wati, Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes, Sustiana, Amd.Keb.,SKM INTISARI Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Menurut Word Health Organization (WHO), secara gobal hanya 38% bayi di dunia yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan pertama seperti yang dianjurkan. Penulis melakukan survey di BPS Halimah, Amd.Keb Bandar Lampung pada tanggal 28 April 2015, terdapat ibu nifas 3 hari postpartum dengan putting susu lecet, berdasarkan asuhan kebidanan pada ibu nifas serta besarnya peran bidan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas, sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.S P2A0 3 Hari Postpartum Dengan Putting SusuLecet Di BPS Halimah, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015”. Tujuan dilakukannya penelitian adalah diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan varney. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan tehnik memperoleh data, yaitu ibu nifas dengan asuhan yang diberikan di BPS Halimah, Amd.Keb. Setelah diaplikasikan manajemen varney diatas, diharapkan untuk kedepannya melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yang lebih baik lagi. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny S Umur 32 Tahun P2A0 3 Hari Postpartum Dengan Putting Susu Lecet Di BPS Halimah, Amd.Keb. Bandar Lampung Tahun 2015 dengan tujuh langkah varney. Saran yaitu diharapkan pada ibu nifas lebih baik lagi, melakukan perawatan payudara dan tekhnik menyusui yang benar terutama pada ibu yang belum mengetahui bagaimana cara perawatan payudara dan tekhnik menyusui yang benar. Kata kunci : Ibu Nifas, Putting Susu Lecet Perpustakaan : (14 Kepustakaan) 2008-2013 Halaman : 139
  • 5. CURRICULUM VITAE Nama : Eka Nila Wati Nim : 201207077 Tempat/Tanggal Lahir : Sidorejo, 02 juni 1993 Alamat : Sidorejo, Kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Sekampung udik. Institusi : Akademi Kebidanan Adila Angkatan : VII (2012/2013) Biografi : - SDN 1 Sidorejo tahun 2000- 2006 - SMP YPS Sidorejo tahun 2006- 2009 - SMA YPS Sidorejo tahun 2009- 2012 - Mahasiswa Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Pada Tahun 2012 Hingga Sekarang
  • 6. MOTTO Untuk mendapatkan kesuksean, keberanian harus lebih besar dari pada ketakutan. Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang dari pada rasa pahitnya kebodohan kelak. By. Eka Nila Wati *******************
  • 7. PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study Kasus ini, dan dibalik penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Terima kasih buat Ayah Dasuki tercinta dan Ibu Sulastri tercinta yang selalu memberikan semangat dan Do’a setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan. 2. Ibu Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes dan Ibu Sustiana,Amd.Keb, SKM. terima kasih atas bimbingannya selama ini, yang selalu sabar membimbing penulis yang penuh kekurangan hingga terselesaikan tugas akhir ini.
  • 8. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan study kasus yang berjudul : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.S Umur 32 Tahun P2A0 3 Hari Postpartum Dengan puting susu lecet di BPS Halimah, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015” Dalam penulisan study kasus ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. dr.Wasni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. Ibu Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing satu 3. Ibu Sustiana, Amd.Keb.,SKM. selaku pembimbing dua 4. Bidan Halimah, Amd.Keb Selaku Tempat pengambilan kasus 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan study kasus ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari dalam penyusunan study kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis.
  • 9. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii INTISARI........................................................................................... iii CURICULUM VITAE....................................................................... iv MOTTO ............................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................. vi KATA PENGANTAR........................................................................ vii DAFTAR ISI...................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xi DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 4 1.3 Tujuan...................................................................................... 4 1.4 Ruang Lingkup......................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 6 1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data .............................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis............................................................... 9 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ........................................... 14 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ...................................... 60 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Pengkajian................................................................................... 73 3.2 .Matrik.............................................................................. ........... 82 BAB IV PEMBAHASAN
  • 10. 4.1 Pengkajian................................................................................ 97 4.2 Interpretasi Data Dasar............................................................. 116 4.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial ................................. 117 4.4 Tindakan Segera....................................................................... 118 4.5 Perencanaan ............................................................................. 119 4.6 Pelaksanaan.............................................................................. 121 4.7 Evaluasi ................................................................................... 133 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan.............................................................................. 137 5.2 Saran ....................................................................................... 138 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 11. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi ..........11 Tabel 2.2 Perubahan Involusi Uteri...............................................................70 Tabel 3.1 Matriks..........................................................................................82
  • 12. LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat izin penelitian Lampiran 2 : Lembar konsul Lampiran 3 : Lembar perbaikan Lampiran 4 : SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Lampiran 5 : Leaflet Lampiran 6 : Dokumentasi Lampiran 7 : Jadwal penelitian
  • 13. DAFTAR GA MBAR Gambar 2.1 Struktur Makroskopis ................................................................30
  • 14. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju dan Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru merupakan kebalikan nya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan (Sarwono, 2010). Puting susu lecet disebabkan oleh kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara. Bila bayi hanya menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu (Bahiyatun, 2009). Menurut Word Health Organization (WHO), secara global hanya 38% bayi di dunia yang mendapatkan ASI ekslusif hingga 6 bulan pertama seperti yang dianjurkan (UNICEF, 2014). Berdasarkan laporan dari survey demografi dan kesalah indonesia (SDKI) tahun 2012, hanya 27,1 % bayi yang mendapat Asi Eksklusif selama 6 bulan sedangkan pemberian asi pada bayi usia 0-1 bulan sebesar 50,85% antara
  • 15. usia 2-3 bulan sebesar 48,9% dan usia 7-9 bulan sebesar 4,5% pemberian asi eklusif tahun 2012 lebih besar dari pada SDKI tahun 2007 (SDKI, 2012). Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di Provinsi Lampung, tampak bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2008 sebesar 48,05% dengan target 60,5% tetapi target tersebut menurun pada tahun 2009 yaitu hanya 30,06%. Dari data tersebut tampak bahwa cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Lampung belum mencapai target yang ditetapkan yaitu dengan target 80%. Pencapaian ASI Ekslusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah 69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%). Sedangkan Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 adalah 69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2012). Pemberian air susu ibu yang benar merupakan praktik yang tepat serta sesuai dengan perkembangan, fisiologi bayi selama masa prolaktin dan tahun pertama kehidupan. Menyusu ketepatan waktu saja tidak cukup, tidak jarang kegagalan dalam menyusui salah satu di antara nya adalah karena kurang atau sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara menyusui yang benar. Akibat dari tekhnik menyusui yang salah menyebabkan nyeri dan lecet pada putting susu karena bayi tidak menyusui sampai areola payudara, bila ia hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapat Asi sedikit karena gusi tidak menekan laktiferus
  • 16. dan ibunya akan merasa nyeri karena adanya lecet pada putting susu (Reni Yuli Astutik 2014). Masalah dalam pemberian ASI yang biasanya terjadi adalah putting susu lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting (Saleha, 2009 ). Saat menyusui putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk cela, biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan insiden 23% ibu pada primipara dan 31% ibu pada multipara (Reni Yuli Astutik, 2014). Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Beberapa penyebab putting susu lecet antara lain tekhnik menyusui yang tidak benar, putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan putting, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu, bayi dengan lidak pendek, dampak pada bayi kekurangan nutrisi karena ibu malas untuk menyusui bayinya di karenakan putting susu ibu lecet (Vivian, 2011 hal 39). Berdasarkan prasurvey pada tanggal 28 April 2015 di BPS Halimah Kemiling terdapat 3 orang yang mengalami puting susu lecet sehingga penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu nifas yang mengalami puting susu lecet.
  • 17. Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halima Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka di identifikasi rumusan masalah kasus ini sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar LampungTahun 2015 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan khusus Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian data pada ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.1.1 Penulis dapat melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3
  • 18. hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.1.2 Penulis dapat menentukan diagnosa atau masalah potensial terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.1.3 Penulis dapat melakukan antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.1.4 Penulis dapat menentukan rencana tindakan terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS HalimahAmd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun. 1.3.1.5 Penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada nifas khususnya Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.1.6 Penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny S usia 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Halimah Amd,Keb KemilingBandar Lampung tahun 2015. 1.4 Ruang lingkup 1.4.1 Sasaran
  • 19. Obyek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah ibu nifas terhadap Ny S umur 32 tahun P2A0 3 hari post partum dengan putting susu lecet 1.4.2 Tempat Dilaksanakan di rumah pasien 1.4.3 Waktu Pada tanggal 28 April sampai tanggal 4 Mei tahun 2015. 1.5 Manfaat penulisan 1.5.1 Institusi pendidikan Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2 Praktek Dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan yang diterapkan. 1.5.3 Bagi pasien Diharapkan dengan dilakukan penelitian tersebut ibu menyusui yang mempunyai bayi mengetahui bahwa menyusui bayinya dengan tekhnik menyusui yang benar sangat dianjurkan karena untuk mencegah terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui. 1.5.4 Bagi penulis Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat.
  • 20. 1.6 Metode penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1.6.1 Metode penulisan Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo,2012,hal:35-37). 1.6.2 Tekhnik memperoleh data Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut: 1.6.2.1 Data primer 1. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012). 2. Pengkajian Fisik Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) dengan tekhnik inspeksi,
  • 21. palpasi, perkusi, auskultasi serta ditunjang dengan perawatan luka yang dialami oleh ibu postoperasi (Priharjo, 2006).
  • 22. BAB II LANDASAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Masa Nifas 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009hal :2). Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun 2013,hal :2) Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistiawati 2009,hal : 1). Masa nifas di sebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi di lahirkan dan plsenta keluar lepas dari rahim, sampai enak minggu berikutnya, di sertai dengan pulih nya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
  • 23. perlukaan dan lain nya berkaitan saat melahirkan (Suherni 2009,hal : 1). 2.1.2 Perubahan fisiologi masa nifas 2.1.2.1 Perubahan sistem reproduksi Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut : 1. Uterus Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokea, banyaknya lokea kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya (saleha, 2009, hal :54).
  • 24. Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi Involusi TFU Berat uterus Bayi baru lahir Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat 1000 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram 6 minggu Normal 50 gram 8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram 2. Lokia Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lokia rubra, sangulenta, dan lokia serosa atau alba. a. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desisdua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pascapersalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari postpartum. b. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan. c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-
  • 25. 7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, luekosit, dan eritrosit. d. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya .bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua (saleha, 2009 hal : 56). 3. Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. 4. Serviks Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
  • 26. lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum. 5. Vagina Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali pada minggu ketiga (saleha, 2009, hal 56-57). 6. Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut : a. Produksi susu b. Sekresi susu atau let down Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
  • 27. melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara 2.2 Tinjauan Teori Medis 2.2.1 Masa Nifas 2.2.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009hal :2). Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun 2013,hal :2) Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistiawati 2009,hal : 1). Menjadi bengkak, terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit (saleha, 2009, hal 58). 2.2.1.2 Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa
  • 28. ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus.Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bisa juga karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009, hal 58). 2.2.1.3 Perubahan system perkemihan 1. Mencapai hemostatis internal a. Keseimbangan cairan dan elektrolit Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari air tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler. Kandungan air sisanya disebut cairan ekstraseluler.
  • 29. b. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. c. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan tidak diganti. 2. Keseimbangan asam basa tubuh Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4 disebut alkalosis dan jika ph<7,35 disebut asidosis. 3. Mengeluarkan sisa metabolisme, racun, dan zat toksin Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin (Dewi, 2011, h. 62). 2.2.1.4 Perubahan tanda-tanda vital 1. Suhu badan Dalam satu hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 C- 380 C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan Asi. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena
  • 30. banyaknya Asi. Bila suhu tidak turun, kemingkinan adanya infeksi pada endometrium (Ambarwati, 2008; h.138 ). 2. Nadi Nadi berkisar antara 60-80x/ menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Ambarwati, 2008; h.138). 3. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum (Ambarwati, 2008; h.85). 4. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan. Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20- 30x/menit (Ambarwati, 2008; h.138). 2.2.1.5 Perubahan system endokrin 1. Hormone plasenta
  • 31. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang diproduksi oleh plasenta.Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. 2. Hormone pituitary Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. 3. Hipotalamik pituitary ovarium Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan, sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu. 4. Hormone oksitosin Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
  • 32. 5. Hormone estrogen dan progesterone Volume darah normal selama kehamilan , akan meningkat. Hormone estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretic yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina (Rukiyah, 2011, hal: 72). 2.2.1.6 Perubahan system musculoskletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali ke sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan alat genetalia yang mengendur dapat diatasi latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009, hal 59). 2.2.1.7 Perubahan system kardiovaskuler Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali normal pada hari ke 5. Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria menjadi dua kali lipat.
  • 33. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Rukiyah, 2011, hal :70). 2.2.1.8 Perubahan system hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma di tambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya berkisar antar 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta (Rukiah, 2011, hal :71). 2.2.1.9 Tahapan Masa Nifas 1. Tahapan masa nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut : a. Peurperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitasnya layaknya wanita normal lainnya.
  • 34. b. Peurperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Peurperium remote Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama waktu hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi, 2011, hal :4). 2.2.2 Dasar Ibu Kebutuhan Masa Nifas 2.2.2.1 Nutrisi dan cairan Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin. 1. Makanan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. 2. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/ hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kebutuhan per hari 1800 kalori artinya saat nifas pada 6 bulan pertama dibutuhkan 1800 kalori plus tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan sebanyak 2600 kalori. Demikian pula pada 6 bulan
  • 35. selanjutnya dibutuhkan rata- rata 2300 kalori dan tahun kedua 2200 kalori. Asupan cairan 3 liter/ hari, 2 liter didapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain. Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari. 3. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan- bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam ASI. (Suhernik, 2009, hal 101) Pemberian vitamin A dalam bentuk suplemen dapat meningkatkan kualitas asi, meningkatkan daya tahan tubuh dan maningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan- bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam asi (Suherni, 2009, hal: 101). 2.2.2.2 Ambulasi Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring kekanan dan miring kekiriuntuk mencegah adanya trombosit).
  • 36. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut : 1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat. 2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik. 3. Kesempatan yang baik untuk mengajarkan ibu bagaimana merawat/memelihara anaknya. 4. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. 5. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka perut. 6. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retrofleksi (Dewi, 2011, hal: 72). 2.2.2.3 Eliminasi Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini : 1. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien 2. Mengompres air hangat di atas simfisis 3. Saat site bath ( berendam air hangat ) klien disuruh BAK.Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi.karena dapat menimbulkan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris.Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan
  • 37. klisma atau laksa per os (melalui mulut). Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksa atau paraffin (1-2 hari postpartum) atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur : a. Diet teratur b. Pemberian cairan yang banyak c. Ambulasi yang baik d. Bila takit buang air besar secara episiotomi maka diberikan laksa supposotria ( Dewi, 2011, h.73 ). Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan katerisasi. Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perrektal (Saleha, 2009, hal :73). 2.2.2.4 Istirahat Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya.Tidur pada malam hari selama 7-8 jam dan tidur pada siang hari sebaiknya selama 1-2 jam ( Rukiyah, 2011, h.127 ).
  • 38. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah : 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi atau dihasilkan dan menyebabkan kelelahan sehingga dapat timbul sering pusing 2. Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak perdarahan. 3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri ( Dewi, 2011, h.76 ). 2.2.2.5 Personal hygiene 1. Putting susu Harus di perhatikan kebersihan dan luka peacah harus segera di obati karena kerusakan putting susu merupakan port de entrée dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yag menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh karena itu, sebaiknya putting susu di bersihkan dengan air yang telah di masak. 2. Patrum lokia Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka plasenta (Dewi, 2011, hal. 75). 3. Kebersihan alat genetalia.
  • 39. a. Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut. b. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin. c. Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi. d. Pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari diganti balutan (Suherni,2009,hal:103) 2.2.2.6 Perineum Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus di bersihkan secara rutin. Caranya di bersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di bersihkan atau tidak di cuci (Dewi, 2011, hal. 75). 2.2.2.7 Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah
  • 40. persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali ( Dewi, 2011, h.77 ). 2.2.3 Proses laktasi dan menyusui 2.2.3.1 Anatomi payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram (Dewi, 2011,hal :7). 1. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium. 2. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila.
  • 41. 3. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lainnya (Dewi, 2011, hal :7). 2.2.3.2 Struktur makroskopis Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut : 1. Cauda aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila. 2. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya (Dewi, 2011, hal :8). 3. Papilla mammae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat- serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
  • 42. menyebabkan putting susu ereksi sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk putting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (Dewi, 2011, hal :9). Gambar 2.1 Struktur Makroskopis 2.2.3.3 Struktur mikroskopis 1. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. 2. Duktus laktiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus. 3. Ampulla Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
  • 43. 4. Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae (Dewi, 2011, hal :9). 2.2.3.4 Fisiologi laktasi Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimanan ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormone penghambat prolaktin (hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI (Saleha, 2009 hal :11). 2.2.3.5 Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI tidak lancar (saleha, 2009 hal :11). 2.2.3.6 Pembentukan air susu Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut. 1. Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan, hormone prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin di hambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya
  • 44. korpus luteum membuat estrogen dan progesterone sangat berkurang, di tambah dengan isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran factor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor- faktor yang memacu sekresi prolaktin . faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. 2. Reflek let down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang di lanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian di kelurakan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini di angkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli dan masuk ke dalam system duktus, selanjutnya mengalir melaluiduktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
  • 45. Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut : a. Melihat bayi b. Mendengar suara bayi c. Mencium bayi d. Memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi, 2011,hal.12-13). 2.2.3.7 Manfaat pemberian ASI 1. Bagi bayi b. Komposisi sesuai kebutuhan c. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan d. ASI mengandung zat pelindung e. Perkembangan psikomotorik lebih cepat f. Menunjang perkembangan kognitif g. Menunjang perkembangan penglihatan h. Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak i. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat j. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri 2. Bagi ibu a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula b. Mencegah anemia defisiensi zat besi c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
  • 46. d. Menunda kesuburan e. Menimbulakan perasaan dibutuhkan f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium g. Manfaat bagi keluarga 1) Mudah dalam proses pemberiannya 2) Mengurangi biaya rumah tangga 3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya yang berobat 4) Manfaat bagi Negara 5) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan 6) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui 7) Mengurangi polusi 8) Mendapatkan sumber daya manusia 2.2.3.8 Komposisi ASI Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi (Dewi, 2011, h:19). 1. Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey:kasein=60:40, dibandingkan dengan air susu
  • 47. sapi yang rasionya=20:80. ASI mengandung alfa- laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta- laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar tirosindan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. 2. Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa. 3. Lemak Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak.Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan ensim. 4. Mineral ASI mengandungmengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu.Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium
  • 48. dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum. 5. Air Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. 6. Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflavin dan sam penthotenik lebih kurang. a. Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU. b. Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia. c. Vitamin E : kolustrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide.
  • 49. d. Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak. e. Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan. f. Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibandingkan dengan susu sapi (Dewi, 2011, hal 19-20). 2.2.3.9 Stadium ASI ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut : 1. Kolustrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.Kolustrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan. 2. ASI transisi/peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai
  • 50. hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. 3. ASI matrur ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI matur tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral ,dan air (Dewi, 2011, h: 20). 2.2.3.10Tanda bayi cukup ASI 1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama 2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir 3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari 4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI 5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis 6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal 7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan
  • 51. 8. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan monotoriknya sesuai dengan rentan usianya 9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup 10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas (Dewi, 2011, hal :24). 2.2.3.11 Tujuan asuhan masa nifas Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya, di perkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama. Kematian BBL terjadi pada 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas berdasaran sumber yaitu : 1. Tujuan asuhan masa nifas a. Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas adalah untuk menghindarkan atau mendeteksi adanya kemungkinan ada nya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karna itu penolong sebaikanya tetap waspada, sekurang-kurangnya 1 jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
  • 52. b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan oleh penolong persalinan. Ibu di anjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mecuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episitomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari atau tidak menyentuh daerah luka. c. Melakukan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV, pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila di temukan permasalahan, maka harus segera melakukan tindakan tidakan sesuai
  • 53. dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas. d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisai kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu post partum harus di berikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut. 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui). e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai berikut. 1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering 2) Menggunakan bra yang menyokong payudara 3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau asi yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di mulai dari putting susu yang tidak lecet. 4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan asi.
  • 54. f. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling mengenai KB (Dewi,2011 hal:2). 2.2.3.12 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dari berbagai macam sember : 1. Peran dan tanggung jawab bidan adalah : a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya, serta kelurga. c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. d. Mendorong kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak serta mampy melakukan kegiatan administrasi. e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. f. Memberikan konseling untuk ibu dan kelurga mengenai cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman. g. Melakukan menajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat
  • 55. proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. h. Memberikan asuhan secara professional (Dewi, 2011, hal : 4). 2.2.3.13 Kunjungan masa nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi. 1. 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan member rujukabila pendarahan berlanjut. c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
  • 56. 2. Enam hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, atau kelainan, pasca melahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat. 3. Dua minggu setelah persalinan sama seperti diatas (enam hari setelah persalinan) 4. Enam minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-prnyulit yang dialami atau bayinya. b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Dewi, 2011, hal :4-5). 2.2.4 Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaftasi setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
  • 57. 1. Fase taking in Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung ada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada sat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan sekitar.Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. 2. Fase taking hold Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu berhati-hati dalam tindakan. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. 3. Fase letting go Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang
  • 58. kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Dewi, 2011, h. 65-66). 2.2.5 Masalah dalam menyusui Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil (Maryunani, 2009, h: 90). Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain : 1. Stress Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali merasa kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang dihadapi ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara lain : a. Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun menyusui bayinya b. Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau saudara yang tinggal serumah tidak memberi dukungan Cara mengatasinya : Bidan/perawat dapat memberikan nasihat pada ibu dan keluarga agar ibu berhasil menyusui dengan penuh rasa percaya diri dengan : a. Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui dan ibu harus yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya dan produksi ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara
  • 59. b. Menganjurkan suami dan keluarga terdekat untuk memberikan dukungan dengan cara antara lain menenangkan atau membantu perawatan sederhana seperti mengganti popok, menidurkan, dan sebagainya (Maryunani, 2009 hal 90). 2. Putting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu. Bila putting susu menonjol berarti putting tersebut normal, namun bila putting tidak menonjol berarti putting susu datar/terbenam. Cara mengatasinya : Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar dan terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3 dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Putting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga putting akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting akan lebih menonjol lagi (Maryunani, 2009, hal: 91). 3. Putting susu lecet/nyeri Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui kan menyakitkan dan kadang- kadang meneluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleeh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis ( Ambarwati, 2008, h: 46).
  • 60. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Dewi, 2011, h: 39). Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir, hal ini biasanya disebabkan oleh : a. Tehnik menyusui yang kurang benar. b. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohool, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu. c. Moniliasis pada puting susu ibu yang menular pada puting susu ibu. d. Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue) Cara mengatasinya : f. Oleskan putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan setelah menyusui. Hal ini untuk mempercepat sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa nyeri/perih. g. Perhatikan tekhnik menyusui termasuk posisi menyusui yang baik dan benar. h. Bila ditemukan gejala moniliasis pada bayi, segera berikan anti jamur (sesuai petunjuk). i. Jangan membersihkan putting susu dan areola dengan sabun, alcohol dan zat iritan lainnya. j. Lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan cara benar. k. Jangan mengenakan BH yang terlalu kuat.
  • 61. l. Jika rasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyusui dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit. m. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau lecet makin berat, putting susu yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan dengan itu, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan dapat diberikan pada bayi dengan sendok (Maryunani, 2009, hal :92). Cara mengatasinya: a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecet nya lebih sedikit untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusu harus sering diubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui disamping itu benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara untuk menghindari payudara yang bengkak. Asi dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian dengan sendok, gelas, dan pipet. b. Setiap kali selesai menyusu bekas Asi tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin- anginankan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti- infeksi.
  • 62. c. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara. d. Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kepala yang telah dimasak terlebih dahulu e. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus. f. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada puting ibu susu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin ( Saleha, 2009, hal:104). Cara mengatasinya: a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal atau yang lecetnya lebih sedikit. b. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, posisi menyusui harus sering diubah. Dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui bayi telah benar, yaitu bayi harus menyusui sampai areola payudara c. Setiap selesai menyusui, sisa ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin- anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Sisa ASI berfungsi sebagai anti- infeksi. Hindari menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lain untuk membersihkan puting susu. Puting susu dapat diolesi minyak. Lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu. Ibu harus menyusui bayi
  • 63. lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak menjadi penuh dan bayi perlu menyusu secara”rakus” karena terlalu lapar d. Periksa apakah bayi menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Bila ditemukan gejala moniliasis, segera berikan pengobatan nistatin (Bahiyatun, 2013, hal 30). Pencegahan : a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya. b. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi. c. Posisi menyusui harus benar yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara (Saleha, 2009, h: 105). 4. Payudara bengkak Pada payudara bengkak tampak payudara udema, sakit, putting kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/dihisap ASI tidak keluar.Badan bisa demam setelah 24 jam, Hal ini terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Penyebab bengkak : a. Menyusui yang tidak kontinu
  • 64. b. Perlekatan saat menyusui kurang baik c. Waktu menyusui yang terbatas d. Terlambat menyusui Cara mengatasinya : a. Menyusui segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar. b. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand). c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. d. Jangan memberikan minuman lain pada bayi e. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak adalah sebagai berikut: a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap bersih atau dengan daun pepaya basah. b. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin (Dewi, 2011 hal :40). 5. Saluran susu tersumbat Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaannya, dan pencegahan saluran susu yang tersumbat. Penyebab : Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut : a. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui
  • 65. b. Pemakaian bra yang terlalu ketat c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan. Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut : a. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan b. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir Penatalaksanaan : Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar- benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara (mastitis). a. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian b. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui c. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI (Saleha, 2009, h:107). Pencegahan : Pencegahan yang dapat dilakukan agar payudara tidak tersumbat adalah sebagai berikut : a. Perawatan payudara pascapersalinan secara teratur, untuk menghindari terjadinya statis aliran asi.
  • 66. b. Posisi menyusui yang di ubah-ubah. c. Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan. 6. Mastitis/radang payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas.Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi (Maryunani, 2009, hal :95). Penyebab : a. Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut: 1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. 2) Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. 3) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi (Saleha, 2009, hal 109). Gejala : Gejala-gejala dirasakan adalah sebagai berikut 1) Bengkak, nyeri pada payudara /nyeri lokal. 2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal. 3) Payudara keras. 4) Demam dan ras.a sakit umum (Saleha, 2009, h: 109). Caramengatasinya : 1) Kompres hangat/panas dan pemijatan
  • 67. 2) Rangsang oksitosin : dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain 3) Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari 4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri 5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah (Dewi, 2011 hal :41). 7. Abses payudara Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati.Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Cara mengatasinya : a. Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh disusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin b. Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus/nanah c. Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik oleh dokter d. Ibu harus cukup istirahat (Maryunani, 2009 hal :96)
  • 68. 2.2.6 Tekhnik menyusui 2.2.6.1 Pengertian tekhnik menyusui Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan cara memberikan ASI kepada bayi dengan benar (Dewi,2011, hal : 30). Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan/perawat perlu memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah. (Maryunani, 2009, h: 76). a. Tekhnik menyusui yang benar 1) Cara menyusui dengan sikap duduk Gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak kaki menginjak lantai. Gunakan dingklik (bangku kecil) sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung (Maryunani, 2009, h: 80). 2) Cara menyusui yang baik dan benar a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan ke putting susu dan areola sekitarnya. Hal ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembutan putting susu (Maryunani, 2009 hal :77). b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara (1) Ibu duduk atau berbaring. (2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
  • 69. terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. (3) Bayi menempel pada ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). (4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. (5) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang. c) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu dan areolanya saja. d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi bayi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting susu serta areola dimasukkan kemulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit- langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
  • 70. f) Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi, yaitu : (1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut. (2) Dagu bawah bayi ditekan. g) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). h) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting susu dan areolanya sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya. i) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (Maryunani, 2009, hal :77-78). b. Lama dan frekuensi menyusui Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat akan mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara (Dewi, 2011, hal 36).
  • 71. c. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Bayi tampak tenang 2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar 4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu 5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk 6) Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan 7) Putting susu tidak terasa nyeri 8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9) Kepala bayi tidak menengadah (Saleha, 2009, hal 37). 2.3 Teori Asuhan Kebidanan 2.3.1 Pengertian Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai (Ambarwati,2008 hal: 130). 2.3.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney Langkah I: Pengumpulan data dasar
  • 72. Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien: A. Data subjektif 1. Biodata Yang mencakup identitas pasien : a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalampemberian penanganan (Ambarwati, 2008, hal: 131). b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati, 2008, hal: 131). c. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa (Ambarwati, 2008, hal: 132).
  • 73. d. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya (Ambarwati, 2008, hal: 132). e. Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2008, hal: 132). f. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2008, hal: 132). g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2008, hal: 132). 2. Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas (Ambarwati, 2008, hal: 132). 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati, 2008, hal: 132).
  • 74. b. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas (Ambarwati, 2008, hal: 133). c. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2008, h.133). 4. Riwayat obstetric a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati, 2008, hal: 133). b. Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2008, h. 134). 5. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
  • 75. menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2008, hal:134). 6. Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2008, hal:135). 7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008, hal: 136). b. Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pascapersalinan (Saleha, 2008, hal: 88). c. Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena
  • 76. dengan istirahat yang cukup dapat mempecepat penyembuhan (Ambarwati, 2008, hal: 136). d. Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati, 2008, hal: 137). e. Aktivitas Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati, 2008, hal: 137). B. Data obyektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan insfeksi, palpasi, perkusi, auskultasi yang bidan lakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan ini
  • 77. akan bidan laporkan dengan kriteria: baik atau lemah (sulistyawati, 2009, hal : 122) b. Vital sign Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya (Ambarwati, 2008;h.137). 1) Temperatut/suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu juga bisa disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 380 C adalah mengarah ketanda-tanda infeksi (Ambarwati, 2008, h.138). 2) Nadi dan pernafasan a) Nadi berkisar antara 60-80x/m. denyut nadi diatas 100x/m pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.
  • 78. c) Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah rendahnya 40 sampai 50x/m, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan. d) Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/m (Ambarwati, 2008, h.138-139). 3) Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati, 2008; h.139). 2. Pemeriksaan fisik Kepala : Tujuan pengkajian kepala dilakukan untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembengkakan, nyeri tekan, dan kulit kepala (Tambunan, 2011, h: 67). Wajah : Pada daerah muka/wajah dilihat keadaan normalnya kesimetrisan antara kanan dan kiri dan tidak ada edema (Tambunan, 2011, h: 66).
  • 79. Mata : Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata dilihat kelopak mata (edema/tidak), konjungtiva (pucat/tidak), sklera kuning/tidak dan apakah dalam keadaan normal (Tambunan, 2011, h: 67). Hidung : Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung apakah dalam keadaan normal (simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran polip). Dimulai dari bagian luar hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus (Tambunan, 2011, h: 79). Mulut : Pemeriksaan mulut dilakukan dengan pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua bagian dalam mulut. Tujuan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat diketahui inspeksi yaitu mengkaji bagian bibir, gigi, gusi, dan lidah (Tambunan, 2011, h: 81). Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palapasi (Tambunan,2011; h.73).
  • 80. Leher : Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk leher, pemeriksaan palpasi ditujukan untuk melihat apakah ada masa yang teraba pada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid (Tambunan, 2011, h: 83) Dada : Menjelaskan pemeriksaan fisik, buah dada dan keadaan putting. a) Simetris/tidak b) Konsistensi, ada pembengkakan/tidak c) Putting menonjol/tidak,lecet/tidak d) Pengeluaran ada/tidak (Ambarwati, 2008, hal :139). Abdomen : Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan; proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Dewi, 2011, h: 55). Tabel 2.2 Perubahan Infolusi Uteri Involusi TFU Berat Uterus Bayi baru lahir Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat 1000 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram 6 minggu Normal 50 gram 8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram (Vivian, 2011, h: 55).
  • 81. Genetalia : Mengkaji kebersihan, pengeluaran, massa, bau a) Lochea Normal (Merah hitam (lochea rubra), berbau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil, jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal (Merah terang, berbau busuk, mengeluarkan darah beku, dan perdarahan berat) b) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, hecting. c) Keadaan anus : hemoroid (Ambarwati, 2008, h: 140-141). Langkah II: Interpretasi data Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan (Ambarwati, 2008; h.141).
  • 82. 1. Diagnosa Kebidanan Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas (Ambarwati, 2009 h.141). 2. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati,2009 h.141). 3. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009; hal.180). Langkah III: Diagnosa potensial Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan. Bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2008; h.14). Langkah IV: Antisipasi masalah/tindakan segera Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2008;h.143). Langkah V : Perencanaan
  • 83. Berdasarkan diagnosa yang didapat, bidan dapat merencanakan asuhan pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya (Dewi, 2011, hal: 88). Langkah VI: Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati, 2008, hal: 145). Langkah VII: Evaluasi Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses menejemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana (Dewi, 2011, hal: 125).
  • 84. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 32 TAHUN P2A03 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS HALIMAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 Pengkajian Nama Mahasiswa: Eka Nila Wati Nim : 201207077 Tanggal : 28 April 2015 Jam : 15.30 wib Tempat : BPS Halimah Bandar Lampung 3.1.1 Data subjektif a. Identitas Pasien Penanggung Jawab Nama : Ny S Tn H Umur : 32 tahun 33 tahun Agama : Islam Islam Suku bangsa : Sunda Sunda Pendidikan : SMP STM Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta Alamat : Jl.Sepakat No.1 Kemiling Bandar Lampung Kemiling Bandar Lampung. b. Alasan datang
  • 85. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisinya c. Keluhan utama Ibu mengatakan putingnya terasa nyeri bagian kiri dan lecet pada bagian puting sebelah kiri d. Riwayat kesehatan 1. Sekarang Ibu sedang tidak mengalami penyakit apapun seperti penyakit menular maupun penyakit keturunan 2. Yang lalu Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit menurun 3. Keluarga Dalam keluarganya tidak ada/pernah menderita penyakit seperti penyakit menular maupun keturunan 4. Riwayat obstetrik 1) Riwayat haid Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari Teratur/tidak : tidak teratur Lama : 5-7 hari Volume : 100cc Warna : merah kental Disminore : tidak ada Bau : anyir
  • 86. Flour albus : tidak ada 2) Riwayat kehamilan sekarang a) HPHT : 05-08-2014 b) Taksiran persalinan : 12-05-2015 c) Tanggal bersalin : 25-04-2015 d) Frekuensi ANC : 6 kali selama kehamilan e) Penyuluhan yang sudah didapatkan : gizi, KB, tanda- tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini. 3) Riwayat persalinan sekarang a) IBU Tempat melahirkan : Rumah Sakit Bayangkara Penolong : Dokter Jenis persalinan : Spontan Lama persalinan : 9 jam 50 menit Catatan waktu Kala I : 7 jam 10 menit Kala II : 0 jam 35 menit Kala III : 0 jam 5 menit Kala IV : 2 jam 0 menit Jumlah : 9 jam 50 menit Ketuban pecah pukul 21.00 wib, spontan. Plasenta Lahir secara : spontan, lengkap
  • 87. Berat : 500 gram Panjang tali pusat : 45 cm Perineum : Ada luka perineum derajat 2 b) Bayi Lahir tanggal/pukul : 25-04-2015/22.05 wib Berat badan : 2900 gram Nilai apgar : 9/10 Jenis kelamin : Laki- laki Cacat bawaan : Tidak ada Masa gestasi : 37 minggu 6 hari c) Riwayat KB Ibu sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan selama 2.5 tahun. d) Pola kebutuhan sehari-hari (1) Nutrisi Selama hamil : Ibu makan dengan nasi, ikan,tempe, dan sayur tumis kangkung porsi sedang 3x/hari. Selama nifas : Ibu makan dengan nasi, ayam goreng, tahu bacem, sayur daun katuk dengan porsi 1 piring 3x/hari, setiap harinya ibu makan dengan menu yang berbeda dan tidak ada pantangan dalam makanan.
  • 88. (2) Pola eliminasi Selama hamil : Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas, warna kuning jernih, BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak warna kekuningan. Selama nifas : Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas warna kuning jernih, pertama kali BAB yaitu hari ke 2 dan BAB 1x per hari konsistensi lunak warna kekuningan (3) Pola istirahat Selama hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam, siang jarang tidur. Selama nifas : Ibu tidur malam5-6 jam, sering terbangun pada malam hari karena anak nya rewel siang 1-2 jam. (4) Personal hygiene Selama hamil : Ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari. Selama nifas : Ibu ganti pembalut 4-5 kali/hari. (5) Pola seksual Selama hamil : Ibu melakukannya 2 kali/minggu. Selama nifas : Ibu belum melakukannya e) Riwayat psikososial (1) Status perkawinan : Syah, 1 kali
  • 89. (2) Status emosional : Stabil f) Riwayat spiritual (1) Selama hamil : Tidak ada (2) Selama nifas : Tidak ada 3.1.2 Data obyektif a. Keadaan umum : Baik b. Kesadaran : Compos mentis c. Keadaan emosional : Stabil d. Tanda vital 1. TD : 120/70 mmHg 2. Pernafasan : 20x/i 3. Nadi : 80x/i 4. Suhu : 36,5ºc e. Pemeriksaan fisik 1. Kepala : Warna rambut : hitam Ketombe : bersih, tidak ada ketombe Benjolan : tidak ada 2. Wajah : Simetris : Simetris Edema : Tidak edema 3. Mata : Simetris : Ya, kanan kiri Kelopak mata : Tidak edema
  • 90. Konjungtiva : Merah muda Sclera : Putih 4. Hidung Simetris : ya, kanan dan kiri Polip : Tidak ada Kebersihan : Bersih 5. Mulut : Warna bibir : Merah muda Sariawan : Tidak ada Gusi berdarah : Tidak ada Gigi : Bersih 6. Telinga : Simetris : Ya, kanan dan kiri Gangguan pendengaran : Tidak ada 7. Leher : Simetris : Ya, kanan dan kiri Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada Pembesaran limfe : Tidak ada 8. Payudara : Simetris : Ya, kanan dan kiri Putting susu : Lecet bagian kir Konsistensi : Lunak Pengeluaran : Kolostrum 9. Abdomen
  • 91. Pembesaran : Tidak ada Konsistensi : Kuat Kandung kemih : Kosong Uterus : TFU : 3 jari dibawah pusat Kontraksi : keras 10. Anogenital Vulva : Warna merah kehitaman. Perineum : Terdapat luka jahitan derajat 2 Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra Anus : Tidak ada hemoroid 11. Ekstremitas bawah Oedema : Tidak oedema Kemerahan : Tidak ada Varices : Tidak ada Reflex patella : Positif, kanan dan kiri 12. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboraturium HB : Tidak dilakukan pemeriksaan Protein urine : Tidak dilakukan pemeriksaan Glukosa urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
  • 92. TGL/JAM Pengkajian Interpretasi data Dx potensial Antisipasia Potensial/ Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi 28/04/15 16.00 wib Subjektif : Keluhan : - Ibu mengatakan nyeri pada putting susu bagian kiri. - Ibu melahirkan pada tlg 25- 04-2015. - Ibu mengatakan pernah melahirkan 2x ini dan belum pernah Keguguran. Objektif : K/U:baik TTV: Td : 120/70 N:80x/M S:36,50 c RR:20X/M Payudara : putting terlihat lecet terjadi retak dan pembentukan Dx : Ny S P2AO 3 hari post partum dengan putting susu lecet Ds : - Ibu melahirkan pada tgl 25- 04-2015 - Ibu mengatakan pernah melahirkan 2x ini dan belum pernah Keguguran -Ibu mengtakan nyeri pada putting susu bagian kiri. DO : Tampak pada bagian putting susu ibu lecet dibagian kiri. Bendungan ASI Tekhnik menyusui yang benar 1.Beritahu kepada ibu tentang keadaannya saat ini 2.Beritahu kepada ibu penyebab dari puting susu lecet. 3.Beritahu ibu cara perawatan puting susu lecet. 1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaannya yang di lakukan secara head to toe, keadaan umum baik,normal. 2. Memberitahu kepada ibu penyebab dari puting susu lecet;yaitu: a. Tehnik menyusui yang kurang benar. b. Putting susu terpapar oleh sabun krim, alkohol, ataupun, jat, iritan, lain, saat, ibu membersihkan putting susu. c. Moniliasis pada putting susu ibu yang menular pada putting susu ibu. 3. Memberitahu ibu cara perawatan putting susu lecet; a. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan 1. ibu mengetahui tentang keadaannya saat ini yaitu keadaan ibu dalam batas normal TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, dan terdapat lecet pada putting susu kiri. 2. Ibu mengetahui penyebab dari puting susu lecet. 3.ibu mengetahui cara melakukan perawatan putting susu lecet Table 3.1 matriks
  • 93. celah-celah Pengeluaran : ada, kolustrum TFU :3 jari dibawah pusat Kontraksi : baik Lokhea rubra Terdapat bekas jahitan perinium derajat 2. Masalah : Gangguan rasa nyaman terkiait dengan nyeri pada puting susu sebelah kiri. Kebutuhan - Penjelasan tentang tekhnik menyusui dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu normal yang lecetnya sedikit b. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara c. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) d. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam e. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun f. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara g. Keluarkan sedikit ASI
  • 94. 4.Beritahu dan ajarkan kepada ibu tentang tekhnik menyusui yang benar dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering h. Pergunakan bra yang menyangga. 4. Memberitahu dan mengajarkan kepada ibu tentang tekhnik menyusui yang benar yaitu : a. Duduk dengan posisi santai dan tegak b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan e. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara 4. ibu mengetahui dan mampu melakukan dengan bantuan tekhnik menyusui yang benar.
  • 95. f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola i. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi j. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi, usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi k. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain l. Melepaskan isapan bayi dengan cara jari
  • 96. 5.Beritahukan ibu masalah menyusui. kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut dan dagu bayi ditekan kebawah m.Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya 5. Memberitahu ibu masalah dalam menyusui. a. Kelainan Payudara a.Mastitis/ radang payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, dan panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. 5. Ibu mengetahui masalah menyusui diatas dan akan segera memeriksakan ke tenaga kesehatan jika terjadi salah satu masalah diatas.
  • 97. 6.Memberitaukan pada ibu tentang personal hygiene. b. Abses payudara Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilat dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Jika ada tanda- tanda bahaya masa nifas diatas segera lakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan. 6. Memberitahukan pada ibu tentang personal hygiene: a. Puting susu. Harus diperhatikan kebersihan dan luka pecah harus segera di obati karena kerusakan puting susu merupakan port de entree dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul enjema.Oleh karena itu, sebaiknya puting 6. Ibu mengerti tentang perawatan personal hygiene.
  • 98. susu di bersihkan dengan air yang telah di masak. b. Kebersihan alat genetalia. 1) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut. 2) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin. 3) Ajurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi. 4) Pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari diganti balutan.
  • 99. 7.Beritahu ibu kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu nifas dan menyusui 8.Beritahu kepada ibu tentang kebutuhan istirahat yang cukup 7. Memberitahu pada ibu bahwa ibu nifas dan menyusui membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, seperti : - Karbohirat, misalnya: nasi, roti, kentang, dan singkong yang berguna untuk melakukan aktivitas, dan metabolisme. - Protein, misalnya : ikan, daging, telur, susu, dan tempe yang berguna untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati. - Asupan cairan yang di anjurkan mengkonsumsi 3 liter per hari, 2 liter didapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain. 8. Memberitahu kepada ibu tentang kebutuhan istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 7-8 jam dalam sehari karena istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar 7. Ibu telah mengetahui tentang kebutuhan nutrisi yang di butuhkan oleh ibu nifas dan menyusui. 8. Ibu mengerti tentang kebutuhan istirahat yang cukup
  • 100. pengembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya. 01/05/15 12.00 wib Subjektif: Keluhan : ibu mengatakan nyeri pada puting susu sebelah kiri sudah mulai berkurang merasakan. Objektif : TD :120/70 mmhg N :80x/i Rr :21x/i T : 37,2ºc Payudara : puting susu tampak lecet pada puting susu sebelah kiri mulai berkurang. Pengeluaran : ada,ASI transisi TFU :pertengahan Dx: Ny S P2AO 6 hari post partum dengan putting susu lecet. Ds : Ibu mengatakan nyeri pada putting susu sebelah kiri sudah mulai berkurang. Do : Tampak lecet pada putting susu sebelah kiri mulai membaik Masalah : nyeri pada putting susu Kebutuhan : Bendungan ASI Teknik menyusui yang benar 1.Beritahu pada ibu tentang keadaannya saat ini 2.Kaji ulang ibu tentang perawatan puting susu lecet. 3.Kaji ulang kembali kepada ibu apakah sudah melakukan tekhnik menyusui dengan benar. 4.Kaji ulang apakah ibu mengalami masalah dalam menyusui. 5.Kaji ulang personal hygiene. 1. Memberitahukan pada ibu tentang keadaaannya saat ini bahwa dalam keadaan baik sesuai dengan hasil pemeriksaan dan normal 2. Mengkaji ulang ibu apakah tentang perawatan putting susu lecet sudah dilakukan. 3. Mengkaji ulang ibu apakah sudah melakukan tekhnik menyusui dengan benar. 4. Mengkaji ulang apakah ibu mengalami masalah dalam menyusui. 5. Mengkaji ulang tentang personal hygiene. 1.Ibu mengetahui tentang keadaannya saat ini bahwa ibu dalam keadaan sehat 2.Ibu mengatakan sudah melakukan perawatan putting susu lecet pagi dan sore hari dan lecet dan nyeri pada putting sebelah kiri sudah berkurang. 3. Ibu sudah melakukan tekhnik menyusui yang benar. 4.Ibu mengatakan bahwa ia tidak mengalami masalah dalam menyusui. 5.Ibu telah mengetahui tentang personal hygiene.