Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Kti setiya rahayu
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. L UMUR 24 TAHUN P1A0
I HARI POST PARTUMDI BPS SULISTYANI, S. ST
WAY HALIMBANDARLAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
DI SUSUN OLEH:
NAMA : SETIYA RAHAYU
NIM : 201207119
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. L UMUR 24 TAHUN P1A0
I HARI POST PARTUM DI BPS SULISTYANI, S. ST
WAY HALIM BANDARLAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis dibuat sebagai salah syarat untuk mendapatkan
Gelar profesi ahli madya kebidanan pada prody D III
Kebidanan akbid adila Bandar lampung
SETIYA RAHAYU
Nim : 201207119
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
201
i
3. 3
PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 30 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Andestyana Septiyaningsih, S.ST.,M.Kes Sustiana Amd.Keb Skm
NIK. 0230099002 NIK. 196602121956032008
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK.2011041008
ii
4. 4
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFASTERHADAP NY.L UMUR 24TAHUN P1A0 1
HARI POSTPARTUM DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM
DI BPS SULISTIANI S.ST WAY HALIM
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
SetiyaRahayu, Andestyana Septiyaningsih, S.ST.,M.Kes,
Sustiana Amd.Keb Skm
INTISARI
Luka perineum adalah luka perineum yang diakibatkan oleh jaringan secara ilmia karena proses
desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.bentuk ruptur biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.Tujuan dari penelitian ini untuk
memahami, mempelajari serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang perawatan
luka perineum terhadap Ny.L umur 24 tahun P1 A0 I hari postpartum.Metode penelitian deskriftif.
Subyek penelitian, ibu nifas. Obyek penelitian, perawatan luka perineum. Tempat penelitian, BPS
SULISTIANI S.ST Way Halim Bandar Lampung. Kesimpulan hasil penelitian, penulis mampu
melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap Ny.L umur 24 tahun P1A0 dengan perawatan
luka perineum. Saran utama, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan ibu nifas khususnya tentang perawatan luka perineum.
Kata kunci : Perawatan Luka Perineum
Kepustakaan : 13 Refrensi( 2005-2014)
iii
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : Setiya Rahayu
Nim : 201207119
Tempat/tanggallahir : Watas, 14 Agustus 1994
Alamat : watas kecamatan balik bukit lampung barat
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII
Biografi :
1. SD LIWA LAMPUNG BARAT pada tahun
2001-2006
2. MTSN LIWA LAMPUNG BARAT pada
tahun 2006-2009
3. SMKN LIWA LAMPUNG BARAT pada
tahun 2009-2012
4. Penulis sekarang ADILA Bandar Lampung
Sejak Tahun 2015 hingga sekarang
iv
6. 6
MOTTO
BELAJAR DARI KESALAHAN YANG LALU
DAN JANGAN MENGULANGI KESALAHAN
YANG sama,TAPI JADIKAN semuanya
PELAJARAN untuk KEDEPANNYA .,
BY.
Setiya Rahayu
v
7. 7
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study kasus ini, dan dibalik
penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Teruntuk Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat dan nikmat
ilmu sehingga penulis bisa menyelesaikan Study Kasus ini..
2. Kupersembahkan teruntuk kedua orang tua saya tercinta,yangselalu
memberikan doa, cinta dan dukungan serta tidak henti memberikan
semangat kepada saya
dan untuk adik-adik saya tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
semangatnya serta untuk sahabat-sahabat yang selalu ada selama 3 tahun
diasrama.
3. Kupersembahkan untuk angkatan ke VII, untuk kebersamaan kita selama
ini danalmamaterku yang telahmemberikangelarahlimadyakebidanan.
.
vi
8. 8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus
ini dengan judul“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Terhadap Ny. L Umur 24 TahunP1A0 Di BPS SULISTYANI, S. ST
Bandar Lampung Tahun 2015”.
Studi Kasus ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak,maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akbid Adila Bandar Lampung
2. Bidan Sulistyani S,ST yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Bps Sulistyani S.ST bandar lampung
3. AndestyanaSeptiyaningsih, S.ST.,M.Kes dan SustianaAmd.KebSkm
selaku pembimbing karya tulis ilmiah
4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari penyusunan Studi Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Studi Kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
9. 9
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
SAMPUL......................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
INTISARI ....................................................................................................... iv
CURICULUM VITAE................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup............................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data.................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori medis ................................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan .............................................. 34
2.3 Landasan hukum kewenangan bidan ........................................... 54
BAB IIITINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data ........................................................................... 69
3.2 Matrik........................................................................................... 79
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian..................................................................................... 90
4.2 Interpretasi data dasar .................................................................. 104
4.3 Identifikasi diagnosa / masalah potensial .................................... 106
4.4 Tindakan segera ........................................................................... 107
4.5 Merencanakanasuhan................................................................... 108
4.6 Pelaksanaan.................................................................................. 109
4.7 Evaluasi........................................................................................ 113
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 116
5.2 Saran ............................................................................................ 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
10. 10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Kebijakan program nasional masa nifas ..................................11
Tabel 2.2Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus....................................12
Tabel 2.3 Involusi uterus........................................................................49
Matriks. ...................................................................................................79
ix
11. 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Lembar konsul
Lampiran 3 : Jadwal penelitian
Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan& Leaflet
Lampiran 5 : Jadwal Penelitian
x
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
rupture sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.( Siti
Saleha,2009;h.4-5).
Luka perineum adalah luka perineum yang diakibatkan oleh jaringan secara
ilmia karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan.bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan (Ai Yeyeh,2010;hal 361-362).
Dampak jika tidak diberikan asuhan pada perineum ibu akan terjadi infeksi
karena disebabkan masuknya kuman ke dalam organ maupun dari luar organ
ibu yang akan menyebabkan infeksi pada alat genetalia ibu (Kurnia,2014;hal
244-245).
Adapun infeksi yang terjadi pada masa nifas yaitu infeksi pada
vulva,vagina,dan serviks, endometitis, peritonitis, salpingitis dan suhu badan
naik(Sulistiawati;hal 181-185)
Menurut data World Health Organization ( WHO ) tahun 2012, sebanyak 99
% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-
negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang
merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran
bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara
maju dan 51 negara persemakmuran.
13. 2
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menargetkan angka kematian ibu
pada tahun 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang
pertahun. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%),
terutama perdarahan postpartum. Selain itu ada keracunan kehamilan (24%),
infeksi (11%),dan partus lama atau macet (7%). Komplikasi obstetrik
umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar
8 jam. Dalam mencapai upaya percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) maka salah satu upaya promotif dan salah satu prefentif yang nulai
gencar dilakukan adalah kelas ibu hamil.
Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di provinsi Lampung sampai
dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. Terjadi peningkatan
yang signifikan dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 152 kasus.
Penyumbang kematian terbanyak adalah Kota Bandar Lampung dengan
kasus perdarahan (23% ), infeksi ( 2% ) ( Profil Dinkes Provinsi Lampung,
2012)
Kasus kematian ibu yang terjadi di kota Bandar Lampung pada tahun 2008,
terjadi pada ibu hamil 6 kasus, (42,85%), ibu bersalin 4 kasus (28,57%), dan
ibu nifas 4 kasus (28,57%), sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan
kembali menjadi 19 kasus, dilihat dan penyebabnya tampak bahwa pada
tahun 2010 terjadi karena perdarahan, 7 kasus ekiamsi, dan sebab lain, 5
kasus (Profil dinas kesehatan Kota Bandar Lampung, 2012).
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ–
organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang
masuk melalui vagina yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan
14. 3
bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).(Rukiyah
dkk,2013;h.125-126).
Berdasarkan hasil pengkajian di BPS Sulistiani S.ST Way Halim Bandar
Lampung pada tanggal 4 Mei tahun 2015 dari hasil pengkajian terdapat 1
ibu yang melahirkan dan mengalami rupture perineum yaitu Ny.L 24 Tahun
P1A0 mengalami ruptur dan ibu belum mempunyai pengalaman tentang
perawatan perineum karna dilatar belakangi pendidikan ibu yang hanya
sekolah dasar dan pengetahuannya ibu kurang tentang cara perawatan
perineum sehingga perlu mengajarkan cara perawatan perineum agar tidak
terjadinya infeksi pada alat genetalia ibu.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengambil judul Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.l
umur 24 tahun P1A0 1 hari Post Partum di BPS Sulistiani S.ST Way Halim
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah study kasus yang
penulis ambil adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan
Perawatan Luka Perineum Pada Ny.L umur 24 tahun P1A0,1 hari Post Partum
di BPS Sulistiani S.ST Bandar Lampung 2015.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Perawatan Luka Perenium Terhadap Ny.L umur 24 tahun
15. 4
P1A0Ah1, 1 hari Post Partum di BPS Sulistiani S.ST Way Halim
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Penulis dapat melaksanakan pengkajian data pada Ibu Nifas
Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.L umur
24 tahun P1A0,1 hari Post Partum Di BPS Sulistiani S.ST
Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.2 Penulis dapat melaksanakan interpretasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.L
umur 24 tahun P1A0, 1 hari Post Partum Di BPS Sulistiani
S.ST Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.3 Penulis dapat melaksanakan identifikasi masalah potensial
dan mengantisipasi pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Terhadap Ny.L umur 24 tahun P1A0, 1 hari Post
Partum Di BPS Sulistiani S.ST Way Halim Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4 Penulis dapat melaksanakan tindakan segera pada Ibu Nifas
Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.L umur 24
tahun P1A0 , 1 hari Post Partum di BPS Sulistiani S.ST Way
Halim Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.5 Penulis dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap
16. 5
Ny.L umur 24 tahun P1A0,1 hari Post Partum Di BPS
Sulistiani S.ST Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.6 Penulis dapat melaksanakan asuhan yang efisien dan aman
pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap
Ny.L umur 24 tahun P1A0 , 1 hari Post Partum Di BPS
Sulistiani S.ST Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7 Penulis dapat mengevaluasi asuhan yang di berikan pada
Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap
Ny.L umur 24 tahun P1A0, 1 hari Post Partum Di Sulistiani
S.ST Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Ny.L umur 24 tahun P1A0 Ah1, 1 Hari Post Partum dengan luka
perineum.
1.4.2 Tempat
BPS Sulistiani S S.T Way Halim ,Bandar Lampung tahun 2015
1.4.3 Waktu
Dilakukan pengkajian selama 7 hari dari tanggal 04 Mei Sampai
09 Mei 2015
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai referensi bacaan di
17. 6
perpustakaan dan dapat di jadikan sebagai acuan penilitian
selanjutnya. khususnya yang menyangkut perawatan luka perineum
pada ibu postpartum.
1.5.2 Lahan Praktek
Dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk
meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang dapat diterapkan
dan hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan untuk meningkatkan
pelayanan kebidanan pada Ibu nifas dengan perawatan luka
perineum guna sebagai upaya untuk mencegah terjadinya infeksi
pada dan mencegah angka kematian ibu.
1.5.3 Pasien klien / masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien/klien khususnya ibu-ibu
post partum dengan Ruptur Perineum pada masa nifas mengenai
pentingnya perawatan luka perinium Serta dapat menambah
pengetahuan, wawasan dan pengalaman dan dapat memberikan
informasi pada ibu hamil agar dapat sedini mungkin mengetahui
penyakit yang akan menghambat kehamilannya. Dan agar ibu tidak
segan untuk memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan
ketenaga kesehatan terdekat agar mendapat penanganan lebih
lanjut.
1.6 Metode penelitian dan teknik memperoleh data
1.6.1 Metode yang digunakan oleh peneliti dalam study kasus ilmiah ini
adalah metode penelitian karya tulis ilmiah deskriptif. Notoadmojo
mengatakan metode penulisan deskriptif. metode penelitian yang
18. 7
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data, ada dua cara yang digunakan sebagai
berikut 1.5.2.1 Data primer
a. Wawancara
Suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data,dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliti
(responden). atau bercakap cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut(face to face). (Notoatmodjo,
2005;hal 139-140)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki,
menjelaskan pemeriksaan fisik. (Ambarwati, 2010).
1.5.2.2 Data Sekunder
a) Studi pustaka
Merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu penelitian.dari
buku,laporan penelitian,majalah ilmiah,jurnal,dan
sebagainya kita dapat memperoleh informasi yang
berupa konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai
ahli agar mempunyai dasar yang kuat dalam
melaksanakan penelitian.
19. 8
b) Studi dokumentasi
Adalah semua bentuk dokumen baiknya diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan yang ada dibawah
tanggung jawab inttansi resmi misalnya laporan
statistik, catatan didalam kartu
klinik.(Notoatmojodjo,2005;h.62-63).
20. 9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Ari Sulistyawati,2009; h.1-2).
Masa Nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Sitti Saleha, 2009; h.2-3).
Masa Nifas adalah dimulai setelah plesenta lahir dan berakhir ketika
alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.masa nifas
berlngsung selama kira kira 6 minggu.(Eni retna Ambarwat dan diah
wulandarii, 2009 hal 1-2)
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.
d. Mendukung dan memperkuat kayakinan ibu, serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalm situasi keluarga
dan budaya yang khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
21. 10
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak (Ari Sulistyawati, 2009; h.2-3).
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi:
a. Puerpurium Dini
Masa Kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genaetalia yang lamanya sekitar 6-
8 minggu.
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
bahkan tahunan (Ari Sulistyawati, 2009; h.5).
22. 11
2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Table 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas
Kunju
ngan
Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifaskarena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
2. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan
tanda-tanda penyulit.
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
persalinan
1. Sama seperti diatas
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau
bayinya alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(AriSulistyawati, 2009; h.6-7).
23. 12
2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.5.1 Perubahan system reproduksi
a. Uterus
1) pengerutan rahim(involusi)
involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil.dengan involusi uterus ini,lapisan
luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi neurotic.
Table 2.2 Perubahan uterus masa nifas
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500
2minggu Tak teraba diatas simfisis 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30
2) Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antaralain
a. Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uteri.enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
lima kali lebarnya dari sebelum hamil.sitoplasma sel
24. 13
yang berlebihan tercerna sendri sehingga tertinggal
jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti
kehamilan.
b. Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plesanta.selain perubahan atrofi
pada otot otot uterus,lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang
baru.
c. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir.hal tersebut diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine.
2) Lokhea
Lokhea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.lokhea
ini mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus (AriSulistyawati, 2009 hal 76-77)
Jenis-jenis lokia berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa–sisa selaput kebutuhan, sel – sel desidua
25. 14
verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari
pasca persalinan.
b. Lokia sanguilenta berwarna merah kunig darah bersih dan
lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan
versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk
serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pascapersalinan.
d. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Lokia alba
mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua,
leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai satu
atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan
putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel –
sel desidua(Sitti Saleha, 2009; h.55-56)
3) Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.Bentuk
inii disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks
berbentuk semacam cincin.
26. 15
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah.Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan
kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan
pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.Muara
serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi
lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2
jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6
postpatum, serviks sudah menutup kembali.
b. Vulva, dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadii lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka
pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh
secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali
apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan
sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.Segera
setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
27. 16
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil(Ari Sulistyawati,2009;h.77-
78)
c.perineum
segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju.pada post natal hari ke 5,perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya.
2.1.5.2 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon menjadi
kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan,
kurangnya asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas
tubuhSupaya BAB kembali normal dapat diatasi dengan diet
tinggi serat,peningkatan asupan cairan. Bila tidak berhasil dalam
waktu 2-3 hari dapatdiberikan obat laksania.
2.1.5.3 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema
leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi
28. 17
(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalm 12-36 jam
postpartum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi
dari uretra sehingga menjadi retensio urine.Kandung kemih
dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine
residual (normal kurang lebih 15 cc).Dalam hal ini, sisa urine
dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat
menyebabkan infeksi(Ari Sulistyawati,2009;h.78-79).
2.1.5.4 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh –
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor.Tidak jarang pula wanita
29. 18
mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi
kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu
hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk
sementara waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar
panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.
Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.
(Ari Sulistyawati,2009;h.79).
2.1.5.5 Perubahan Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-
7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum.
b. Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
30. 19
folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
c. Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
estrogen dan progresteron.
d. Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dan dapat memengaruhi kerja dar kelenjar
mamae dalam menghasilkan ASI(Ari
Sulistyawati,2009;h.80).
2.1.5.6 Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsia postpartum.
b. Suhu badan
Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal,
suhu badan menjadi biasa.Biasanya pada hari ke-3 suhu
31. 20
badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
Payudara menjadi bengkakdan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau
sistem lain)
c. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit
adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
d. Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan (Ari Sulistyawati,
2009;h.80-81)
2.1.5.7 Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan kembali estrogen
menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
32. 21
normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi.Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine.Hilangnya progresteron membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskkuler
pada jaringan tersebut selama keehamilan bersama-sama dengan
trauma masa persalinan.Pada persalinan vagina kehilangan
darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan
Secsio Caecaria, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haemotakrit).
Setelah persalinan, suhu akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjaadi pada 3-5 hari
postpartum(Ari Sulistyawati,2009;h.82).
2.1.5.8Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadarfibrinogen
dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin
meningkat. Pada hari pertama postpartum,kadarfibrinogen dan
plasma akan sedikit menurun, akan tetapi darah akan mengental
sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis
yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai
33. 22
15.000 selama proses persalinan akan tetapi tinggi dalam
beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat
naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama (Ari
Sulistyawati, 2009; h.82).
2.1.6 Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia
mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses
eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan
untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang
harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung
jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “ibu”. Tidak
mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan
sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka
untuk bimbingan dan pembelajaran (Ari Sulistyawati,2009;h.82).
Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :
2.1.6.1 Periode taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran terhadap tubuhnya.
b. Dia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan
pengalamannya waktu melahirkan.
34. 23
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan peyembuhan luka, serta persiapan proses
laktasi aktif.
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi
kebutuhan fisikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat
menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan
pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau
apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil
melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan
suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan
leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang
dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan
dalam pelaksaan perawatan yang dilakukan oleh pasien
terhadap dirinya dan bayinya hanya karna kurangnya jalinan
komunikasi yang baik antara pasien dan bidan (Ari
Sulistyawati, 2009; h.87-88).
2.1.6.2 Periode taking Hold
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi
orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung
jawab terhadap bayi
35. 24
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, BAB, BAK, serta kekuatan dan
pertahanan tubuhnya
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan
perwatan bayi, misalnya menggendong,
memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut
f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap
kemungkinan perubahan yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan
untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi,
namun harus selalu diperhatikan tehnik
bimbingannya, namun jangan sampai menyinggung
perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman
karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan
begitu” atau “kalau kayag gitu salah” pada ibu
karena hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan
akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti
bimbingan yang bidan berikan (Ari
Sulistyawati,2009;h.88-89).
36. 25
2.1.6.3 Periode Letting Go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah,
periode inipun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi
dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang
sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
c. Depresi post partum terjadi pada period ini
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisis
ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara
lain :
1) Respon dan dukungan keluarga dan teman
2) Hubungan dari pengalaman melahikan terhadap
harapan dan aspirasi
3) Pengalaman melahirkan dan mebesarkan anak yang
lalu
4) Pengaruh budaya
(Ari Sulistyawati, 2009; h.87-90)
37. 26
2.1.7 Tanda bahaya masa nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan
(memasuki masa nifas) karena itu sangat penting untuk mendidik para
ibu dan keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas
sehinggaa ibu dapat segera mencari pertolongan medis jika terdapat
tanda-tanda bahaya masa nifas yang disebutkan di bawah ini :
a. Perdarahan per vaginam yang luar biasa tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan biasa,) memerlukan penggantian pembalut 2-3 x
dalam setengah jam.
b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.
c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik.
e. Gangguan masalah penglihatan/penglihatan kabur.
f. Pembengkakan di wajah atau tangan.
g. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak
badan.
h. Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit.
i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.
j. Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkanan pada kaki.
k. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
dan diri sendiri.
l. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
(Suherni , 2008; h.128)
38. 27
2.1.8 Luka Perineum
2.1.8.1 Perineum
Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal
diafrgma pelvis.Perinium mengandung sejumlah otot
superfisial, saat persalinan, ototini sering mengalami kerusakan
ketika janin dilahirkan (Rohani, 2011; h.27-28).
2.1.8.2 Luka Perinium
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1) Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan
kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk
rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan.
2) Episiotomi
Ialah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan
dan mencegah ruptur perineum totalis.dimasa lalu
dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang
tujuannya untuk mencegah robekan berlebihan(Ari
sulistiawaty,2010 hal :124-125)
Keuntungan Episiotomi adalah sebagai berikut :
a. Mencegah robekan perinium derajat tiga, terutama sekali
dimana sebelumnya ada laserasi yang luas d idasar
panggul. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi
39. 28
yang benaar akan lebih cepaat sembuh dari pada robekan
yang tidak teratur.
b. Menjaga uretra dan klitoris dari trauma yang luas.
Kemungkinan mengurangi regangan otot penyangga
kandungan kemih atau rektum yang terlalu kuat dan
berkepanjangan, yang di kemudian hari menyebabkan
inkontinensia urine dan prolaps vagina.
c. Mengurangi lama kala II yang mungkin penting terhadap
kondisi ibu atau keadaan janin (fetal distress).
d. Memperbesar vagina jika diperlukan manipulasi untuk
melahirkan bayi, contohnya pada presentasi bokong atau
pada persalinan dengan forsep.
e. Mengurangi resiko luka intrakranial pada bayi prematu
(Rohani,2011; h.177-178).
2.1.9 Perawatan luka perineum
2.1.9.1 Pengertian
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus
pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti waktu sebelum hamil
(Rukiyah,Ayeyeh dan lia yulianti2010; h.124-125)
2.1.9.2 Tujuan Perawatan Luka Perinium
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002) dalam
Rukiyah adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
40. 29
dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya
infeksi didaerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus,
untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum), untuk
kebersihan perineum dan vulva.
2.1.9.3 Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan
infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang
terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut)
Sedangkan menurut Hamilton lingkup perawatan perineum
adalah:
a. Mencegah kontaminasi dari rectum.
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma
c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan
bau.
2.1.9.4 Waktu perawatan perineum
Menurut feerer (2002) perawatan perineum sebailknya dilakukan
saat:
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi
bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
41. 30
maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula
pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum
untuk itu diperlukan pembersihan perineum
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi
bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum
secara keseluruhan.
2.1.9.5Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak
adalah mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan,
mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan sesuai
dengan prosedur pelaksanaan.
a. Alat-alat
1) Sarung tangan DTT 1 pasang
2) Kapas dettol dalam tempatnya
3) Pispot(bawahnya dialasi)
4) Betadine Zalf
42. 31
5) Kasa kering pada tempatnya
6) Perlak dan pengalas (alas bokong)
7) Celana dalam dan pebalut
8) Bengkok
9) Ember sampah tertutup
10) Status pasien dan alat tulis
11) Larutan Chlorine dalam tempatnya
b. Persiapan ruangan
Penchayaan ruangan yang cukup dan jendela dan pintu ditutup
c. Persiapan pasien
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan beritahu ibu
tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan
1) Mencuci tangan
2) Berilah waktu apabila ibu ingin buang air kecil
3) Mempersilahkan pada pasien untuk melepaskan pakaian
bawah, badan bagian bawah ditutupi oleh selimut, kaji
lochea, buang pembalut kedalam ember sampah basah.
4) Perlak dan pengalas dipasang dibawah bokong pasien.
5) Pasang pispot dibawah bokong pasien
6) Siram vulva dan sekitarnya dengan air
7) Memakai sarung tangan
8) Melakukan vulva hygiene
9) Buang kapas kotor dalam ember sampah basah
43. 32
10) Amati keadaan luka jahitan (basah, kering, bengkak, tanda-
tanda infeksi).
11) Obati luka dengan Betadine Zalp
12) Biarkan sejenak sampai luka mengering, lalu tutup dengan
kasa steril.
13) Merapikan pasien.
14) Melepas sarung tangan, masukan dalam larutan chlorin
15) Membereskan alat
16) Mendokumentasikan tindakan dalam status pasien
17) Mengucapkan terima kasih kepada pasien atas
kerjasamanya dalam prosedur tindakan
18) Megucapkan salam penutup
(Ari Sulistiawati, 2009: hal.232-235)
2.1.9.6Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut smeltzer (2002; 490) adalah
sebagai berikut:
a. Fase inflamasiBerlangsung selama 1-4 hari.
Respon vascular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau
mengalami cedera.Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan
fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol
perdarahan.Reaksi ini berlangsung 5 menit sampai 10 menit dan
diikuti oleh vasodilatasi venula.Mikrosirkulasi kehilangan
kemampuan vasokonstriksinya karena norepinefrin dirusak oleh
44. 33
enzim intraselular. Juga, Histamin dilepaskan, yang
meningkatkan permeabilitas kapiler
Ketika mokrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah
seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air
menembus spasium vascular selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.Fase
proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblast memperbanyak diri dan membentuk jaringa-jaringan
untuk sel-sel yang bermigrasi.Sel-sel epitel membentuk kuncup
pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler,
yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari
kekuatan aslinya.Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59%
kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80%
kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C,
membantu dalam proses metabolisme yang terlibat dalam
penyembuhan luka.
b. Fase maturasi, berlangsung 21 sampai sebulan atau bahkan
tahunanSekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meniggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril
kolagen menyusun sampai keposisi yang lebih padat. Hal ini,
sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi
meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus
berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12
45. 34
minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari
jaringan sebelum luka.
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak
secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan,
agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan,
keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s
Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses
manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah
yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; h.
96).
46. 35
2.2.2 langkah dalam manajemen kebidanan menurut Helen
varney
a. Pengkajian
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitusebagai berikut:
2) Auto anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien
langsung.Jadi data yang diperoleh adalah data
primer, karena langsung dari sumbernya.
3) Allo anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga
pasien untuk memperoleh data pasien.Ini dilakukan
pada keadaan daruratketika pasien tidak
memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat. (Ari Sulistyawati, 2009 ;h. 156).
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi data pasien.Merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi
47. 36
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien.
a. Data Subyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a.Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan.
b.Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dan komplikasi dalam
masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk memimpin atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
48. 37
memberikan konseling sesuai
pendidikannya.
e. Suku/bangsa
Berpengauh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila di perlukan.
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi
yang berkaitan dengan masa nifas,misalnya
pasien merasa mules,sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut, kronis seperti : Jantung, DM,
Hipertensi, Asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini.
49. 38
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya pada
masa nifas dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit
kelurga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya.
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,
status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
5) Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu.Berapa kali ibu hamil, apakah
pernah abortus, jumlah anak, cara perslinan
yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu.
50. 39
b.Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputiPB,
BB, penolong persalinan. Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat
ini.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut
KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
7) Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan.
8) Data psikososil
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya. Wanita banyak mengalami
perubahan emosi/psikologis selama masa nifas
51. 40
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi
ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai post partum
blues. Post partum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis
yang dialami oleh wanita yang terpisah dari
keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi
sering diakibatkan oleh sejumlah factor.
1) penyebab paling menonjol adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa
puas dan takut yang dialami kebanyakan
wanita selama kehamilan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan selama kurang tidur selam
persalinan dan post partum.
d. Kecemasan pada kemampuannya untuk
merawat bayinya setelah meninggalkan
rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
suami.
2) Menjelaskan pengkajian psikologisnya
a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
b. Respon ibu terhadap bayinya.
52. 41
c. Respon ibu terhadap dirinya
9)Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
menggambarkan tentang pola makan dan
minum,frekuensi,banyaknya,jenis
makanan,pantangan
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi,jumlah,konsistensi,dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi
frejkuensi,warna,jumlah(Ambarwati,2009
hal 136)
c. Istirahat
Istirahat sangat di perlukan oleh ibu post
partum oleh karena itu bidan perlu
menggali informasi mengenai kebiasaan
istirahat pada ibu supaya bidan mengetahui
hambatan yang mungkin muncul untuk
istirahat malam 6-8 jam (Sulistyawati,2009
h;116).
d. Personal hygiene
Data ini perlu bidan kaji karena hal tersebut
mempengaruhi kesehatan pasien dan
53. 42
bayinya.jika pasian mempunyai kebiasaan
kurang baik dalam perawatan kebersihan
dirinya maka bidan harus memberi
bimbingan tentang perawatan kebersihan
diri.
e.Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien
sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji
pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan
ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri,
apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi (Ambarwati,2009 hal 137)
B.Data objektif
Setelah data subjectif kita dapatkan, untuk
melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosis,
maka kita harus melakukan pengkajian data objektif
melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi yang dilakukan secara berurutan.
54. 43
Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut:
1) Keadaan umum.
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta
secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungandalam berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia
kurang atau tidak memberikan respons yang
baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan
pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri(Sulistyawati,2009 h;122)
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan composmentis (
kesadaran maksimal ) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009;
h.122)
55. 44
3. Vital sign
a. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami
darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh
manusia.Tekanan darah normal manusia adalah
sistolik antara 90-120 mmHg.Pada masa
postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380
C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. n)
(Sulistyawati, 2009; h.80)
b. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit
setelah partus, dan dapat tejadi bradikardi.Bila
terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada
vitium kordis pada penderita. Pada ibu nifas
umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan dan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali keadaan semula (Saleha, 2009; h.61).
c. suhu
dalam 1 hari (24)jam post partum,suhu badan
akan naik sedikit (37,5-38,0 C) sebagai akibat
56. 45
kerja keras sewaktu melahirkan,kehilangan
cairan,dan kelelahan.(sulistiawati ,2009,hal 80)
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
pemeriksaan khusus ( terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan
penunjang yaitu laboratorium dan catatan terbaru
serta catatan sebelumnya ( Soepardan, 2008; h. 97-
98).
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai
berikut:
a. Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui
bentuk dan fungsi kepala.Pengkajian diawali
dengan inspeksi kemudian palpasi.Lakukan
inspeksi yaitu denagn memperhatikan
kesimetrisan wajah, tengkorak, warna dan
distribusi rambut, serta kulit kepala.Wajah
normalnya simetris antara kanan dan
kiri.Ketidaksimetrisan wajah dapat menjadi
suatu petunjuk adanya kelumpuhan/paresis saraf
ketujuh. Bentuk tengkorak yang normal adalah
simetris dengan bagian frontal menghadap ke
57. 46
depan dan bagian parietal menghadap
kebelakang. Distribusi rambut sangat bervariasi
pada setiap orang dan kulit kepala normalnya
tidak menglami peradangan, tumor, maupun
bekas luka/sikatriks.
b. Mata
Secara umum tujuan pengkajian mata adalah
mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam
inspeksi bagian-bagian mata yang perlu diamati
adalah kelopak mata, konjungtiva, sclera, Amati
konjungtiva dan sklera mata dengan cara, amati
keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva
bagian bawah, catat bila didapatkan infeksi atau
pus atau bila warnanya tidak normal, misalnya
anemic.
b. Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat
pendengaran dan menjaga kesimbangan. Mulai
amati telinga luar, periksa ukuran bentuk,
warna, lesi dan adanya massa. Lanjutkan
pengakajian telinga bagian dalam amati pintu
masuk lubang telinga dan perhatikan ada atau
tidaknya peradangan atau perdarahan atau
kotoran. Pemeriksaan pendengaran dilakukan
58. 47
untuk mengetahui fungsi telinga pemeriksaan
yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan garpu tala.
d. Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan bentuk dan fungsi dari hidung
Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar,
bagian dalam, kemudian sinus-sinus. Cara
inspeksi, palpasi, hidung bagian luar yaitu,
amati kesimetrisan lubang hidung, palpasi sinus
maksilaris, frontalisdan etmoidalis, perhatikan
adanya nyeri tekan.
e.Mulut
Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir,
gigi, gusi, lidah. Amati bibir untuk mengetahui
adanya kelainan congenital, bibir sumbing,
warna bibir, ulkus, lesi, dan massa. Lanjutkan
pengamatan pada gigi dan dan anjurkan pasien
membuka mulut.Perhatikan pula cirri-ciri umum
sewaktu melakukan pengkajian antara laian
kebersihan mulut dan bau mulut.
f. leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah
mengetahui bentuk leher serta organ-organ
59. 48
penting yang berkaitan.Inspeksi tiroid dan
limfe.Palpasi kelenjar tiroid dilakukan untuk
mengetahui adanya pembesaran tiroid (gondok)
yang biasanya disebabkan oleh kekurangan
garam beryodium, Cara palpasi kelenjar
tiroid.Minta pasien menelan atau minum untuk
memudahkan palpasi, palpasi dapat dilakukan
dengan berdiri dibelakang pasien, tangan
diletakkan mengelililngi leher dan palpasi
dilakukan dengan jari kedua atau ketiga, bila
teraba kelenjar tiroid tentukan menurut bentuk,
ukuran konsistensi dan permukaaannya.
g. Payudara
1) Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk
mengetahui adanya rabas,bila ditemukan rabas
identifikasi sumber,warna,konsistensi rabas
tersebut dan kaji adanya nyeri.
2) Lakukan palpasi setiap payudara dengan tehnik
bimanual terutama untuk payudara yang
berukuran besar caranya tekan telapak tangan
anda tiga jari tengah kepermukaan payudara
pada kuadran samping atas.lakukan palpasi
dinding dada dengan gerakan memutar dari tepi
menuju areola dan searah jarum jam.
60. 49
i. Abdomen
Bekas operasi, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri
ketuk, bising usus ekstermitas
Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi fundus uteri yang berada kurang
lebih pertengahan umbilicus, atau sedikit lebih
tinggi. Involusi uterus melibatkan pengguguran
desidua serta pengelupasan plasenta((Priharjo,
2006 h;123)
Involusi Uterus
Tabel 2.3
Bayi lahir Setinggi pusat
Uri lahir 2 jari dibawah pusat
Minggu Pertengahan pusat-simfisis
Dua
minggu
Tak teraba diatas simfisis
Enam
minggu
Bertambah kecil
Delapan
minggu
Sebesar normal
(Vivian nanny dan sunarsih,2011;hal55-557)
61. 50
Uterus normal
1) Kokoh, berkontraksi baik
2) Tidak berada di atas ketinggian fundas saat
masa nifas seger
Uterus abnormal
1) lembek
2) Di atas ketinggian fundal saat masa
postpartum segera
3) Kandung kemih: bias buang air/tak bisa
buang air
4) Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir,
mungkin ibu mengalami kram / mulas pada
abdomen yang berlangsung sebentar, mirip
sekali dengan kram waktu periode
menstruasi, keadaan ini desebut afterpains,
yang ditimbulka oleh karena kontraksi
uterus pada waktu mendorong gumpalan
darah dan jaringan yang terkumpul didalam
uterus. Sementara itu, kram / mules dimana
terjadi relaksasi dan kontraksi yang periodik
lebih sering dialami oleh multipara ( ibu yang
melahirkan anak kedua, ketiga dan
seterusnya ) dimana bisa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal nifas.
62. 51
Rasa nyeri / kram setelah melahirkan ini,
lebih nyata setelahibu melahirkan di tempat
uterus yang telalu teregang ( misalnya pada
bayi besar atau bayi kembar) Genetalia
Kebersihan, pengeluaran, massa, bau
Pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data
tentang status kesehatan sekarang keluhan utam
dapat digali dengan pola BAK seperti adanya
luka,bengkak,nyeri saat kencing, atau perubahan
warna (Priharjo, 2006; h.143))
a. Lochea :
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari
covum uteri dan vagina selama masa nifas.
a. Lokia rubra berwarna merah karena
berisi darah segar dan sisa sisa selaput
ketuban.biasanya terjadi selama 2
sampai 3 hari.
b. Lokia sangulenta berwarna merah
kuning berisi darah dan lendir yang
keluar pada hari ke- 3 sampai ke-7.
c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya
biasanya lebih pucat dari lokia rubra
berwarna merah jambu kemudian
63. 52
menjadi kuning.biasanya terjadi dari hari
ke-7 sampai ke-14.
d. Lokia albaadalah lokia terahir dimulai
dari hari ke-14 kemudian makin lama
makin sedikit .bentuknya seperti cairan
putih berbentuk krim dan sel sel desidual
1) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang yaitu suatu pemeriksaan
medis yang dilakukan atas indikasi medis tertentu
guna memperoleh keterangan-keterangan yang
lebih lengkap. Tujuan Pemeriksaan ini bertujuan
a. Terapeutik yaitu untuk pengobatan tertentu
atau
b. Diagnostik yaitu untuk membantu
menegakan diagnosis tertentu)
b. Interprestasi data dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap
diangnosis atau masalah berdasarkan interprestasi
yang benar atas data data yang telah di kumpulkan
.kemudian data tersebut diinterprestasikan
sehungga dapat di rumuskan diagnosisdan masalh
spesifik(Soepardan, 2008; h. 99)
64. 53
c. Identifikasi diagnosa / masalah potensial
Ketiga ini mengidentifikasikan masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi
bila memungkinkan dilakukan pencegahan
(Soepardan, 2008; h. 99)
d. Tindakan segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan
proses manajemen kebidanan ,dalam melakukan
tindakan harus disesuaikan dengan prioritas atau
kondisi keseluruhan yang dihadapi oleh
klien(Soepardan, 2008;hal 101)
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan
untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa
antara kelahiran plasenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil (Rukiyah,2011;h.125)..
e. Merencanakan asuhan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi
(Ambarwati, 2009; h. 143).
65. 54
f. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan penyuluhan
pada klien dan keluarga mengarahkan atau
melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan
aman (Ambarwati, 2009; h. 145).
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan
mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan
asuhan yang diberikan( Soepardan, 2008; h. 99)
2.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomer
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan,kewenangan
yang dimiliki bidan dalam pasal 16 ayat 1 meliputi :
a). Penyulahan dan konseling
b). Pemeriksaan fisik
c). Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d). Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus imminens,hiperemesis gravidarum tingkat 1,preeklampsi
ringan dan anemia ringan
e). Pertolongan persalinan normal
f). Pertolongan persalinan normal ,yang mencakup letat sungsang ,partus
macet kepala didasar panggul,ketuban pecah dini tanpa infeksi,
66. 55
perdarahan post partum,laserasi jalan lahir,distosia karena insersi uteri
primer, postrem, pretrem.
g). Pelayanaa ibu nifas normal
h). Ppelayanan ibu nifas abnormal mencakup retensio plasenta,renjatan
dan infeksi ringan
i). Pelayanan dan pengobatan paada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid(Sofyan et all;hal
172).
67. 56
BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. L UMUR 24 TAHUN
P1 A0 16 JAM POST PARTUM DI BPS
SULISTIANI S.ST WAY HALIM
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 04 Mei 2015
Jam : 10.00 WIB
Nama Mahasiswa : Setiya Rahayu
1. Pengkajian
a. Data subyektif
Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. L Tn. R
Umur : 24 Tahun 35 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl.Urip Gg.permata Way Halim Bandar Lampung
68. 57
Keluhan utama : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan
nyeri pada luka jahitan.
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
69. 58
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
2. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : Syah
Usia nikah : 24 tahun
Lamanya pernikahan : Kurang lebih 4 tahun
3. Riwayat obstetric
a. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut / hari
Sifat : Encer, sedikit gumpalan
Disminorea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No
Tahun
persalinan
Tempat
persalinan
Umur
kehamilan
Jenis
persalinan
Penolong Penyulit
Keadaan
Ket
Nifas Anak
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : spontan
70. 59
Tahun : 03 Mei 2015
Jam : 18.00 Wib
JK : perempuan
PB : 49 cm
BB : 3200 gram
Keadaan bayi : Sehat, tanpa cacat
d. Riwayat KB : tidak ada
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Makan 3-4 kali sehari dan
minum 7 gelas/hari
Selama nifas : Ibu baru saja makan 1 centong
nasi,1 potong tempe ,telor dan
sayur sayuran hijau seperti
bayam,ibu mengatakan kurang
mengetahui mengenai jenis
makanan yang harus dikonsumsi
setiap hari agar bisa mempercepat
penyembuhan luka perineum.
Minum :8 gelas sehari air putih
71. 60
b. Pola Eliminasi
Selama hamil
BAB : 1x sehari
BAK : 6-7 x sehari
Selama nifas
BAB : 2 hari setelah nifas
BAK : 3 jam setelah nifas
c. Pola Istirahat
Selama hamil : Ibu tidur 1 jam siang hari dan 8-9 jam
malam hari
Selama nifas : Ibu sudah tidur 6-8 jam
Siang :2 jam
d. Personal Hygiene
Selama hamil :Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali
dalam seminggu, ganti celana dalam 3
kali sehari atau bila celana dalam lembab.
Selama nifas : Ibu baru mandi sekali, belum keramas
dan telah mengganti celana dalam dan
softek.
e. Pola Sexual
Selama hamil : 2 kali dalam seminggu
Selama nifas : Ibu belum melakukan hubungan seksual
f. Riwayat Psikososial
72. 61
Tanggapan ibu terhadap bayinya : Baik
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Baik
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Baik
Pengambil keputusan : Bersama
Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
b. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV
TD : 100 / 80mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 37,20
C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala:
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
b. Wajah
Hiperpigmenta : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Edema : Tidak ada
73. 62
c. Mata
Simetris : Ya, kanan kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Merah muda
Skelera : Putih
d. Hidung
Simetris : Ya, kanan kiri
Polip : Tidak ada pembesara
Kebersihan : Bersih
e. Mulut
Bibir : Merah muda
Lidah : Bersih
Gusi berdarah : Tidak
Gigi : Bersih
f. Telinga
Simetris : Ya, kaanan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak
g. Leher
Simetris : Ya, kanan kiri
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Ketiak, pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
h. Dada
Retraksi : Tidak ada
74. 63
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
Payudara
Simertris : Ya, kanan kiri
Pembesaran : Ada
Putting susu : tidak menonjol
Hiperpigmentasi : Ada disekitar areola
Benjolan : Tidak ada
Konsisitensi : Keras
Pengeluaran : belum ada
i. Abdomen
Pembesaran : Ada
Konsistensi : Keras saat kontraksi
TFU : 2 jari dibawah pusat
j. Genitalia
Vulva : Merah kehitaman
Perineum :Ada luka jahitan
Pengeluaran pervaginam : Lochea Rubra
k. Anus : Tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium
a. Darah
HB : tidak dilakukan
Golongan darah : tidak dilakukan
75. 64
b. Urine
Protein : tidak dilakukan
Glukosa : tidak dilakukan
4. Riwayat persalinan sekarang
a. Ibu
Tempat melahirkan : BPS
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 12 jam
Catatan waktu
Kala I : 7 jam
Kala II : 5 jam
Kala III : 30 menit
Kala IV : 2 jam
Ketuban pecah pukul :17.00 WIB
Plasenta
Lahir secara : spontan
tebal : 2 cm
Berat : 500 gram
Panjang tali pusar : 49 cm
Perineum : Ada luka jahitan perineum
b. Bayi
Lahir tanggal / pukul : 03 Mei 2015/18.00 wib
Nilai apgar : 9/5
76. 65
Jenis kelamin : perempuan
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 39 minggu 3 hari
77. 66
3.1 MATRIK
Tgl/
jam
Pengkajian Interpretasi
data (diagnosa,
masalah, kebutuhan)
Dx
potensial/
masalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
04-05-
2015/
10.00
WIB
DS :
1. Ibu mengatakan
lelah setelah
melahirkan.
2. Ibu mengatakan
nyeri pada luka
jahitan
3. Ibu mengatakan
anaknya lahir
tanggal 03-05-2015
pikul 18.00wib
DO :
KU: baik
Kesadaran: compos
mentis
TTV:
TD: 90/70 mmhg
N: 84x/menit
Dx :
Ny L umur 24 tahun
P1A0 1 hari post partum
Ds :
1. Ibu mengatakn
ini kehamilan
yang pertama
belum pernah
melahirkan dan
belum pernah
mengalami
keguguran
2. ibu mengatakan
anak nya lahir
tanggal 03-05-
2015
pukul18.00wib
Do :
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kondisi
ibu saat ini
2. Beritahu ibu
tentang keluhan
yang di rasakan
ibu yaitu mulas
dan nyeri luka
jahitan perineum
yang dialami ibu
1. Memberitahu kondisi
ibu saat ini :
Px :TD :100/70 mmHg
N :80 kali/menit
S :37,O’C
R :20 kali/menit
2. Memberitahu ibu
tentang keluhan yang
dirasakan ibu yaitu rasa
mulas merupakan hal
yang normal kaerna
proses pengembalian
rahim kebentuk semula
atau involusi uterus
serta rasa nyeri yang
dialami ibu itu
disebabkan oleh bekas
1. Ibu mengerti
tentang
kondisinya saat
ini dalam
keadaan baik
2. Ibu mengerti
tentang keluhan
yang dialami ibu
adalah hal yang
normal dan ibu
merasa tenang.
78. 67
R: 22x/menit
S: 37,00
c
TFU: 2 jari dibawah
pusat
Terdapat luka jahitan
Pengeluaran lokia
rubra.
1. Lokea Rubra
2. Tfu : 2 jari
diatas pusat
Masalah :
nyeri pada luka jahitan
Kebutuhan
perawatan luka
perineum
3. Lakukan dan
ajarkan ibu
perawatan pada
luka jahitan
perineum
luka pada jalan lahir ibu
setelah persalinan.
3. Melakukan dan
mengajarkan ibu
perawatan pada luka
jahitan dengan cara:
a. mencuci tangan
terlebih dahulu,
b. buang pembalut
yang telah penuh
dengan gerakan ke
bawah mengarah ke
rektum dan letakkan
pembalut tersebut ke
dalam kantong
plastik,
c. bersihkan perineum
ibu dengan
menggunakan air
hangat,
d. keringkan perineum
dari depan
3. Perawatan pada
luka jahitan
perineum telah
dilakukan
79. 68
4. anjurkan ibu
untuk menjaga
kebersihan diri
kebelakang dengan
cara di dep dengan
menggunakan tissue,
e. menggunakan
pembalut baru yang
bersih dan nyaman,
dan celana dalam
yang bersih, lalu
cuci tangan kembali
4. Menganjurkan ibu
untuk menjaga
kebersihan diri terutama
alat genetalianya yaitu
dengan cara Segera
mengganti pembalut
jika terasa darah penuh,
semakin bersih luka
jahitan maka akan
semakin cepat sembuh
dan kering. Lakukan
perawatan yang benar
setiap kali ibu buang air
kecil atau saat mandi
4. Ibu mengatakan
akan menjaga
kebersihan
dirinya.
80. 69
5. Anjurkan ibu
mengkonsumsi
makanan yang
bergizi dan
berprotein tinggi
dan bila mengganti
pembalut,cebok dengan
air bersih dari depan
kebelakang dan
keringkan dengan
handuk bersih/tissue
5. Menganjurkan ibu
mengkonsumsi
makanan seperti
sayuran hijau dan
makanan yang
mengandung protein
tinggi agar luka jahitan
cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa
diperoleh dari telur,
ikan, ayam dan daging,
tahu, tempe,kacang-
kacangan Jangan
pantang makanan, ibu
boleh makan semua
makanan kecuali bila
ada riwayat alergi.
5. Ibu mengatakan
akan
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung
banyak
karbohidrat dan
sayuran hijau
81. 70
6. Anjurkan ibu
untuk sesering
mungkin
menyusui bayi
7. Beritahu ibu cara
perawatan tali
pusat.
6. menganjurkan untuk
memberikan asi awal
pada bayinya sesering
mungkin tanpa
tambahan apapun
sampai bayi berusia 6
bulan.
7. memberitahu ibu cara
perawatan tali pusat
bayi baru lahir seperti:
cuci tangan sebelum
menyentuh tali
pusat,jika plasenta kotor
bersihkan dengan
alkohol 70% bisa juga
menggunakan sabun
dan air,kemudian jangan
meletakan benda
apapun diatas tali
pusat,sedangkan untuk
menjaga agar bayi tetap
hangat.
6. telah dilakukan
pemberian asi
awal
7. ibu mengerti cara
perawatan tali
pusat.
82. 71
8. Beritahu ibu
tanda bahaya
masa nifas
8. Memberitahu ibu
tentang tanda bahaya
pada masa nifas seperti
perdarahan yang bisa
disebabkan oleh atonia
uteri yang dapat
mengakibatkan ibu
menjadi syok yang
terjadi pada jam
pertama postpartum.de
mam tinggi yang
disebabkan karena
infeksi.
8. Ibu mengerti
tentang tanda
bahaya nifas
83. 72
Tgl/
Waktu
Pengkajian Interpretasi data
(Diagnosa,masalah,
Kebutuhan)
Dx
Potensial/
masalah
Potensial
Antisipasi/
Tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
06-05-
2015
16.00
wib
Ds :
1. Ibu
mengatakan
masih nyeri
pada luka
perineum
2. Ibu
mengatakan
mulas pada
perutnya
Do :
1. Keadaan
umum ibu
baik
2. TTV
TD
:110/80mmhg
N :84x/i
T:37,0 c
R :22xi
3. Pada luka
Dx :
Ny Lumur 24 tahun
P1A0 3 hari post partum
Ds :
1. Ibu mengatakan
ini kehamilan
yang pertama
dan belum
pernah
melahirkan dan
belum pernah
mengalami
keguguran
2. Ibu mengatakan
anaknya lahir
tanggal 03-05-
2015 pukul
18.00 wib
Do : Lokchea rubra
Tfu :3 jari dibawah pusat
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu
hasil
pemeriksaan
2. Tanyakan pada
ibu masih
mengalami
keluhan apa
tidak
3. Kaji kembali
perawatan pada
luka jahit
1. Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadan sehat dan
baik berdasarkan
pemeriksaan head to toe
2. Menanyakan kembali
kepada ibu masih
mengalami keluhan atau
tidak
3. Mengkaji kembali
apakah ibu tetap
melakukan perawatan
pada luka jahitan ,
sesuai yang di ajarkan
kepadanya
1. Ibu mengerti dari
hasil pemeriksaan
dalam keadaan
baik
2. Ibu mengatakan
keluhan yang
dirasakan sudah
sedikit berkurang
yang normal dan
ibu merasa
tenang.
3. Ibu mengatakan
tetap melakukan
perawatan pada
luka jahitan
mulai kering
84. 73
perineum ibu
masih terlihat
basah
4. Pengeluaran
lochea rubra
berwarna
merah segar.
5. Tfu 3 jari di
bwah pusat
Masalah :
nyeri pada luka jahitan
Kebutuhan :
perawatan luka perineum
4. Tanyakan pada
ibu apakah ibu
tetap menjaga
kebersihan
dirinya dan
genetaliannya
5. Tanyakan kepada
ibu apakah tetap
menjaga
kebutuhan
nutrisinya selama
masa nifas
4. Menanyakan kepada ibu
apakah tetap menjaga
kebersihan diri dan alat
genatalianya ibu
mengatakan tetap
menjaga kebersihan
dirinya dan
genetaliannya
5. Menanyakan kepada ibu
apakah tetap menjaga
nutrisinya,ibu
mengatakan tetap
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung
karbohidrat,vitamin dan
protein serta sayuran
hijau.
.
4. Ibu tetap menjaga
kebersihan
dirinya dan alat
genetalianya
5. Ibu tetap menjaga
kebutuhan
nutrisinya selama
masa nifas
85. 74
6. Tanyakan
kembali pada
ibu apakah ada
tanda bahaya
pada massa nifas
6. Menanyakan kembali
kepada ibu apakah ada
tanda bahaya pada masa
nifas seperti perdarahan
yang bisa disebabkan
oleh atonia uteri yang
dapat mengakibatkan
ibu menjadi syok yang
terjadi pada jam
pertama postpartum.de
mam tinggi yang
disebabkan karena
infeksi.
6. ibu mengatakan
tidak ada tanda
tanda infeksi
pada masa nifas
86. 75
Tgl/
waktu
Pengkajian Interpretasi
data (diagnosa,
masalah, kebutuhan)
Dx
potensial/masalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
09-05-
2015/
15.00wib
Ds :
1. Ibu
mengatak
an luka
jahitan
mulai
kering
Do :
KU: baik
Kesadaran: compos
mentis
TTV:
TD: 100/80 mmhg
N: 80x/menit
R: 20x/menit
S: 37,50
c
luka jahitan mulai
kering
Pengeluaran lokia
Dx :
Ny umur 24 tahun
P1A0 6 hari post
partum
Ds :
1. Ibu
mengatakan
ini kehamilan
yang pertama
belum pernah
mengalami
keguguran
2. Ibu
mengatakan
anaknya lahir
tanggal 03-
02-2015
pukul 18.00
wib
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu
hasil
pemeriksaan
2. Evaluasin
kembali
apakah ada
tanda-tanda
infeksi masa
nifas.
3. Evaluasi
kembali
apakah ibu
tetap
melakukan
perawatan
pada luka
jahitan
1. Memberitahu ibu
dari hasil
pemeriksaan
dalam keadaan
sehat berdasarkan
pemeriksaan head
to toe
2. Mengevaluasi
apakah ada tanda-
tanda
infeksi pada ibu
atau tidak yaitu
seperti demam,
dan keluar cairan
yang berbau dari
kemalua suhu lebih
dari 3800
c
3. Mengevaluasi
kembali luka
jahitan pada ibu a
ternyata luka
1. Ibu
mengerti
dari hasil
pemeriksaa
n dalam
keadaan
baik
2. Ibu
mengataka
n tidak ada
tanda tanda
infeksi
pada masa
nifas
3. Ibu
mengataka
n luka
jahitan
sudah
mulai
87. 76
sanguinulenta
TFU :pertengahan
pusat dan simfisis
DO :
Lokcea :Sangolenta
Tfu :pertengahan
pusat dan simfisis
Masalah
tidak ada
Kebutuhan
konseling
4. Evaluasi
kembali
kepada ibu
apakah tetap
memenuhi
kebutuhan
nutrisi selama
masa nifas
5. Anjurkan ibu
untuk
kunjungan
ulaang jika
mengalami
keluhan
jahitan sudah
mulai kering
4. Mengevaluasi
kembali apakah
ibu tetap
mengkonsumsi
makanan yang
bernutri tinggi,ibu
tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi
selama masa nifas
yang telah
dijelaskan kemarin
5. Menganjurkan ibu
untuk melakukan
kunjungan ulang
jika ibu
mengalami
keluhan atau
mengalami tanda
tanda baahaya
pada masa nifas.
kering
4. Ibu
mrngatakan
tetap
mengkonsu
msi
makanan
yang
mengandun
g nutrisi
dan
karbohidrat
5. Ibu akan
kunjungan
ulang jika
ada
keluhan
88. 77
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.L umur
24 tahun P1A0 dengan perawatan luka perineum ditemukan kesamaan dan
kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus yaitu sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data subjektif
Pada pengkajian data dasar yang dilakukan untuk melakukan data
dasar tentang keadaan pasien Ny.L umur 24 tahun P1A0 dengan
perawatan luka perineum yaitu didapatkan hasil sebagai berikut
4.1.1.1 Nama
a. Tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap ,bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati,2009;131)
b. Tijauan kasus
Pada kasus ini ibu bernama Ny.L
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan tijauan kasus
karena ibu bernama Ny.L
89. 78
4.1.1.2 Umur
a. Tinjauan teori :
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dan komplikasi dalam masa nifas (Ambarwati
dan wulandari 2009; h.131)
b. Tinjauan kasus :
Pada kasus ini Ny.L berumur 24 tahun
c. Pembahasan :
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus karna Ny.L berumur
24 tahun, adanya resiko seperti alat- alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap untuk
merawat bayinya.
4.1.1.3 Agama
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
memimpin atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny.L beragama islam
90. 79
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.L
memiliki keyakinan sehingga lebih mudah mengarahkan
pasien dalam berdoa.
4.1.1.4 Suku
a. Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari ( Ambarwati, 2009; h, 132).
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny.L berasal dari suku jawa
c. Pembahasan
Berdasarkan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terjadi kesenjangan karena dikeluarga Ny.L tidak ada
adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum
4.1.1.5 Pendidikan
a. Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikanya (Ambarwati, 2009; 132)
Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan
tinggi
91. 80
Dibagi dalam 3 kategori yaitu :
-SD atau SMP sederajat adalah rendah
- SMA sederajat adalah sedang atau menengah
- Perguruan tinggi adalah tinggi
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny. L berpendidikan terakhir SD
c. Pembahasan
Dari pembahasan di atas terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus karenaNy.L Memiliki
pendidikan SD dimana tingkat pengetahuannya kurang
dan ibu sulit memahami informasi yang kita berikan.
4.1.1.6 Pekerjaan
a. Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny.L bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
c. Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny.L
bekerja sebagai rumah tangga
92. 81
4.1.1.7 Alamat
a. Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Tinjauan kasus
Ny.L tinggal Jl. Gg,Permata Way Halim Bandar
Lampung
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena alamat rumah ibu di Jl. Gg, Bandar
Lampung dan memepermudah untuk melakukan
kunjungan ulang
4.1.1.8 Keluhan Utama
a. Tinjauan teori
Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu
persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda.
Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi,
seorang wanita akan merasakan mules. Inilah yang
disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan
berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan ( Ai
Yeyeh, 2009;h.141).
b. Tinjauan Kasus
Berdasarkan hasil tinjauan kasus, Ny.L masih merasakan
mules pada perutnya dan nyeri pada luka jahitan
93. 82
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dimana
Ny.L merasakan mules pada perutnya yang disebabkan
adanya kontraksi oleh proses involusi uterus
4.1.1.9 Data pengetahuan
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas.( Ambarwati ,2009; h,
136)
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny L mengatakan ini anak yang pertama
c. Pembahasan
terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena Ny.L baru melahirkan anak pertama dan
mengalami luka perineum jadi pengetahuan untuk masa
nifas terutama perawatan luka perineum masih kurang.
4.1.1.10 Pola kehidupan sehari-hari
1. Nutrisi dan cairan
a. Tinjauan teori
Pada masa nifas nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik
dapat mempercepat proses penyembuhan ibu dan
sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang
94. 83
diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,
tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan
gizi sebagai berikut :
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI. ( Siti Saleha:h 71 )
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini ibu sudah makan 1 centong nasi dan 1
potong tempe,dan telur dan sayuran hijau seperti
bayam,Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat, sayuran
hijau, dan protein.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus,
dimana Ny.L sudah makan nasi 1 centong,1 potong
tempe dan telur dan sayuran hijau seperti bayam.
95. 84
2. Pola eliminasi
a. Tinjauan teori
BAB
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan
colon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih
pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan
makanan serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya BAB (Buang Air Besar) kembali normal
dapat diatasi dengan diet tinggi serat,peningkatan
asupan cairan. Bila tidak berhasil dalam waktu 2-3
hari dapat diberikan obat laksania (Sulistyawati, 2009;
78-79).
BAK
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post
partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100,
maka dilakukan kateterisas. Akan tetapi, kalau
ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu
8 jam untuk keteterisasi.
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan hasil tinjauan kasus Pada Ny.L 1 hari
96. 85
post partum mengatakan ia sudah BAK namun belum
BAB.dan ibu mulai BAB pada hari ke-2 post partum.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus,
pada kasus ini Ny.L sudah BAK namun belum BAB
pada 6 jam post partum dan ibu mulai BAB pada 2
hari post partum,
3. Personal hygiene
a. Tinjauan teori
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengelurkan lokia.
(Ambarwati,2009;h, 137).
b. Tinjauan kasus
Dari hasil pengkajian Ny.L telah menganti softeknya
setelah 3 jam post partum, Ny. L terlihat bersih pada
tubuh dan lukanya, serta ibu sering mengganti
pembalut saat penuh, membersihkan kemaluan dari
depan ke arah belakang.
c. Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak terdapatnya
kesenjangan antara teori dengan hasil tinjauan kasus
yang didapatkan karena Ny. L menjaga kebersihan
dirinya.
97. 86
4.1.2 Data obyektif
1. Tekanan darah
a. Tinjauan teori
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati,,
2009; h 139).
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini tekanan darah ibu pada tangal 15 -02-2015
TD: 90/70 mmhg,tanggal 17-04-2015 TD: 100/80 mmhg,
tanggal 04-05-2015 TD: 100/80 mmhg.
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus
karena tekanan darah ibu 100/80 mmHg dimana ibu tidak
mempunyai penyakit yang menyertai yang bisa
menyebabkan hipertensi/tekanan darah tinggi.
2. Suhu
a. Tinjauan teori
Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal,
suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan
98. 87
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Payudara menjadi bengkakdan berwarna
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, (mastitis,
traktus genetalis, atau sistem lain) (Sulistyawati, 2009;
h.80)
b. Tinjauan kasus
Suhu ibu tangal 15-02-2015 S:37,00
C ,tanggal 17-04-2015
S:37,00
C, tanggal 04-05-2015 S: 37,50
C.
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena kenaikan suhu dalam batas normal karena
adanya pembentukan asi dan payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI
3. Nadi dan pernafasan
a. Tinjauan teori
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah
partus, dan dapat tejadi bradikardi. Bila terdapat takikardia
dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada ibu
nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan
suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat
setelah partus kemudian kembali keadaan semula (Saleha,
2009; h.61).
99. 88
b. Tinjauan kasus
Nadi dan pernafasn ibu tangal 15-02-2015 N: 84x/i,RR:
22x/i ,tanggal 17-04-2015 N:80x/i,RR: 20X/i tanggal 04-
05-2015 N:80x/i,RR: 20X/i.
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena nadi dan pernafasan dalam batas normal
4.1.3 Pemeriksaan fisik
Keadaan payudara dan puting susu
a. Tinjauan teori
1) Simetris/tidak
2) Konsistensi, ada pembengkakan/tidak
3) Putting menonjol/tidak, lecet/tidak
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan hasil pengkajian Ny L payudara ibu simetris,
keras, puting menonjol, dan tidak lecet.
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus
karena payudara ibu tidak lecet dan puting menonjol.
Keadaan abdomen
Bekas operasi, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri ketuk, bising usus
ekstermitas
Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi fundus
uteri yang berada kurang lebih pertengahan umbilicus, atau sedikit
100. 89
lebih tinggi. Involusi uterus melibatkan pengguguran desidua serta
pengelupasan plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan
pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya
lochea.
Uterus
a. Tinjauan teori
Uterus normal :
1) Kokoh, berkontraksi baik
2) Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas
segera
Uterus Abnormal :
1) Lembek
2) Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum segera
3) Kandung kemih : bias buang air/tak bisa buang air
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan dari pengkajian Ny L uterusnya berkontraksi
dengan baik,TFU : pada 1 hari post partum 2 jari dibawah pusat
3 hari post partum 3 jari dibawah pusat, 7 hari post partum
pertengahan pusat dan simpisis dan kandung kemih ibu kosong.
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
karena Ny L uterusnya berkontraksi dengan baik,TFU : pada 1
hari post partum 2 jari dibawah pusat, 3 jari dibawah pusat, 7
101. 90
hari post partum pertengahan pusat dan simpisis. Serta kandung
kemih ibu kosong. Sesuai dengan teori yang ada.
Keadaan genitalia
Kebersihan, pengeluaran, massa, bau (Priharjo, 2007; h. 50-
154)
Lochea
a. Tinjauan teori
Normal : Merah ( lokia rubra), Bau biasa tidak ada bekuan
darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil )
Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu
mengganti pembalut setiap 3-5 jam )
Abnormal :Merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah
beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut
setiap 0-2 jam)
(Ambarwati,2009;h,140)
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan dari pengkajian Ny L pengeluaran lokia
berwarna merah yaitu lokia rubra dan ibu mengganti
pembalut bila penuh.
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena antara teori
dan kasus sesuai dimana Ny L pengeluarannya lokia
berwarna merah yaitu lokia rubra dan ibu mengganti
pembalut bila penuh
102. 91
Keadaan perineum
hematoma, bekas luka episiotomy / robekan ,hecting
a. Tinjauan teori
Oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, hecting.
(ambarwati dan wulandari,2009;h,141)
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan dari pengkajian Ny L terdapat laserasi dan di
hecting
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena antara teori dan
kasus karena terdapat laserasi pada perineum ibu.
4.2 Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar tersebut kemudian diinterpretaskan sehingga dapat dirumuskan
masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun
rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa
dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan (Suryani,
2008;h.99)
a. Tinjauan teori
1) Diagnosa kebidanan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretaskan sehingga
103. 92
dapat dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan (Suryani, 2008;h.99).
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
(Ambarwati, 2009; h.141-142)
Data dasar meliputi:
a) Data subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
b) Data obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Retna dan Wulandari,
2009; h.141-142).
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya
(Sulistyawati, 2009; h.192).
b. Tinjauan kasus
a. Diagnosa kebidanan
Ny L umur 24 tahun P1A0 1 hari post partum normal
b. Masalah
Tidak ada
104. 93
c. Kebutuhan
Beritahu ibu kondisi saat ini
Lakukan perawatan luka perineum
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena data
yang didapatkan berdasarkan pernyataan ibu dan pengkajian.
4.3 Identifikasi diagnosa / masalah potensial
a. Tinjauan teori
Ketiga ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008; h.
99).
Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi dan
penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum yang
masih lemah. Menurut Suwiyoga (2009) dalam (Rukiyah,2010).
b. Tinjauan kasus
Tidak terdapat masalah potensial Pada kasus Ny.L
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena tidak terdapat
infeksi sehingga tidak ditegakkan diagnosa potensial.
105. 94
4.4 Tindakan segera
a. Tinjauan teori
Tindakan segera yang di lakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi dan melakukan rujukan (Moh. Wildan, 2008;34-39 )
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam
masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil (Rukiyah et.all,2011;h.125).
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002) adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, untuk
mencegah terjadinya infeksi didaeraah vulva, perinium, maupun di dalam
uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perinium), untuk
kebersihan perinium dan vulva.
b. Tinjauan kasus
Pada Ny.L tidak dilakukan tindakan segera.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, tidak dilakukan
tindakan segera pada Ny.L karena pada Ny.L tidak timbul masalah
potensial.
106. 95
4.5 Merencanakan asuhan
a. Tinjauan teori
Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah di identifikasi atau
antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi
bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya.(Ambarwati, 2009; h. 143).
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini penulis telah merencanakan asuhan sesuai dengan teori yang
ada yaitu:
Tanggal 04-05-2015/10.00 WIB
9. Beritahu kondisi ibu saat ini
10. Beritahu ibu tentang keluhan yang di rasakan ibu yaitu mulas
dan nyeri luka jahitan yang dialami ibu
11. Lakukan dan ajarkan ibu cara perawatan luka perineum
12. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
13. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
protein
14. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
15. Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
16. Beritahu ibu tanda bahaya masa nifas
Tanggal 06-05-2015/15.30 WIB
1. beritahu tentang hasil pemeriksaan fisik
107. 96
2. tanyakan kembali kepada ibu masih mengalami keluhan atau
tidak
3. Kaji kembali perawatan pada luka jahitan
4. Tanyakan kembali pada ibunya apakah tetap menjaga
kebersihan dirinya dan genetalianya
5. Tanyakan kembali pada ibunya apakah tetap menjaga
kebutuhan nutrisinya selama masa nifas
6. Tanyakan kembali pada ibu apakah mengalami tanda tanda
bahaya pada masa nifas
Tanggal 09-05-2015/16.00 WIB
6. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
7. Evaluasi kembali involusi apakah ada tanda tanda infeksi masa
nifas
8. evaluasi kembali perawatan pada luka jahitan
9. evaluasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa
nifas
10. anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika mengalami keluhan
c. Pembahasan
Terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena asuhan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan ibu
4.6 Pelaksanaan
a. Tinjauan teori
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
108. 97
secara efisien dan aman baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis
yang di tegakkan (Ambarwati, 2009; h. 5).
b. Tinjauan kasus
Tanggal 04-05-2015/10.00 WIB
9. Memberitahu kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik berdasarkan
pemeriksaan head to toe
10. Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan ibu yaitu rasa
mulas merupakan hal yang normal kaerna proses pengembalian
rahim kebentuk semula atau involusi uterus serta rasa nyeri yang
dialami ibu itu disebabkan oleh bekas luka pada jalan lahir ibu
setelah persalinan.
11. Melakukan dan mengajarkan ibu perawatan pada luka jahitan dengan
cara:
f. mencuci tangan terlebih dahulu,
g. buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah
mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam
kantong plastik,
h. bersihkan perineum ibu dengan menggunakan air hangat,
i. keringkan perineum dari depan kebelakang dengan cara di dep
dengan menggunakan tissue,
j. menggunakan pembalut baru yang bersih dan nyaman, dan celana
dalam yang bersih, lalu cuci tangan kembali
12. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama dengan
cara Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin
109. 98
bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering.
Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil atau
saat mandi dan bila mengganti pembalut,cebok dengan air bersih
dari depan kebelakang dan keringkan dengan handuk bersih/tissue
13. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan seperti sayuran hijau dan
makanan yang mengandung protein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam
dan daging, tahu, tempe,kacang-kacangan Jangan pantang makanan,
ibu boleh makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi
14. Menganjurkan ibu tentang mobilisasi dini dengan cara miring kanan
miring kiri dan berjalan perlahan lahan
15. menganjurkan untuk memberikan asi awal pada bayinya sesering
mungkin tanpa tambahan apapun sampai bayi berusia 6 bulan
16. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas seperti
perdarahan yang bisa disebabkan oleh atonia uteri yang dapat
mengakibatkan ibu menjadi syok yang terjadi pada jam
pertama postpartum.demam tinggi yang disebabkan karena infeksi.
Tanggal 06-05-2015/15.30 WIB
1. Memberitahu kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik berdasarkan
pemeriksaan head to toe
2. Menanyakan kembali kepada ibu masih mengalami keluhan atau
tidak
3. Mengkaji kembali apakah ibu tetap melakukan perawatan pada luka
jahitan , sesuai yang di ajarkan kepadanya