SlideShare a Scribd company logo
1 of 160
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU
LECET TERHADAP NY.S UMUR 29 TAHUN P2A0 6 HARI
POST PARTUM DI BPS ROSBIATUL ADAWIYAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh gelar ahli madya kebidanan
Disusun Oleh :
NAMA : FEBRINA DIAH RAMADHANI
NIM : 201207147
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 08 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Puspita Dewi, S.ST., M.Kes Eka Ayu Septiana, S.ST
Mengesahakan,
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
ii
3
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.S UMUR
29 TAHUN P2AO 6 HARI POST PARTUM DENGAN PUTING
SUSU LECET DI BPS ROSBIATUL ADAWIYAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Febrina Diah Ramadhani, Dewi Puspita, S.ST,.M.Kes, Eka Ayu Septiana,S.ST
INTISARI
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun. Saat menyusui, puting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk
celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan
insiden sekitar 23% ibu primipara dan 31% ibu multipara. Tujuan di lakukan penelitian
ini di harapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manejemen
kebidanan varney.
Metode penelitian yang di gunakan adalah metode deskriftif, subjek penelitian Ny. S P2A0
6 hari post partum. Objek penelitian satu orang ibu nifas yaitu Ny. S umur 29 tahun P2A0
6 hari post partum dengan Puting Susu Lecet. Asuhan kebidanan diberik nan di rumah
pasien. Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam No.2 Kemiling, Bandar Lampung.
Kesimpulan, ibu telah mengerti tentang perawatan Puting Susu Lecet dan teknik
menyusui yang benar. Saran utama ditujukan untuk lahan, diharapkan tempat lahan
praktek dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan secara komprehensif berdasarkan
kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan asuhan kepada ibu nifas dan memerikan
pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar guna mencegah terjadinya
masalah dalam menyusui seperti puting susu lecet.
Kata kunci : Ibu Nifas
Kepustakaan : 2005-2014
Jumlah halaman : 151 halaman
iii
4
CURRICULLUM VITAE
Nama : FEBRINA DIAH RAMADHANI
NIM : 201207147
Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 16 Februari 1995
Alamat : Perum. Puri Asri Permai Blok J-3/4 Keteguhan, TBB.
Riwayat Pendidikakan
 TK Islamiyah 1999 - 2000
 SDN 02 Talang 2000 - 2006
 Smpn 1 Bandar Lampung 2006 - 2009
 Sman 3 Bandar Lampung 2009 - 2012
 Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2012 - Sekarang
iv
5
MOTTO
Sepahit apapun hidup yang kita jalanin, jangan menyerah! Terus melangkah
untuk hidup yang lebih baik karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi
kedepan setelah kita berusaha...
By.
(Febrina Diah Ramadhani)
v
6
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study Kasus ini, dan dibalik
penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Terima kasih buat Ayah tercinta dan Ibu tercinta yang selalu memberikan
semangat dan Do’a setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta
selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan.
3. Rekan - rekanku tercinta Akbid ADILA khususnya Angkatan VII yang selalu
mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini.
4. Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimah kasih atas
partisipasi dan dukunganya selama penulis menyelesaikan tugas akhir
Diploma Kebidanan ini.
vi
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul ”Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. S Umur 29 Tahun P2A0 6 Hari Post
Partum Dengan Puting Susu Lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar
Lampung Tahun 2015’’.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan, bimbingan serta dorongan dan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan Studi Kasus ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis
haturkan kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila
2. Hendrayani, S.ST.,M.Kes selaku Pembimbing I Akademik
3. Anggi Novita Dewi, S.ST selaku Pembimbing II Akademik
4. Seluruh dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Studi Kasus
ini yang tidak bisa disebut satu persatu.
6. Lahan Penelitian BPS Rosbiatul Adawiyah SKM.,M.Kes Bandar Lampung
yang telah memberikan izin melakukan penelitian
Penulis menyadari dalam penyusunan Studi Kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari semua pihak, guna kesempurnaan dalam penulisan Studi Kasus selanjutnya.
Penulis berharap semoga Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................... iii
CURRICULUM VITAE.................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan...................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 6
1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data .............................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis ...............................................................9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan............................................ 65
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ...................................... 81
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian................................................................................ 83
3.2 Matrik ...................................................................................... 93
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian................................................................................ 107
4.2 Interpretasi Data Dasar ............................................................. 127
4.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial.................................. 130
4.4 Tindakan Segera....................................................................... 130
viii
9
4.5 Perencanaan ............................................................................. 132
4.6 Pelaksanaan.............................................................................. 135
4.7 Evaluasi.................................................................................... 143
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 147
5.2 Saran ....................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Involusi uterus.........................................................................33
Tabel 3.1 Matrik .....................................................................................93
x
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur makroskopis........................................................... 22
Gambar 2.2 Posisi Menyusui..................................................................62
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Konsul
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Leafleat
Lampiran 5 : Dokumentasi
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI
dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI selama 6
bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti
ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara
(Dewi, 2011; h.25).
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan
sakit ini akan berku rang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang (Ambarwati,
2009; h.45).
Saat menyusui, puting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau
terbentuk celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama
setelah bayi lahir dengan insiden sekitar 23% ibu primipara dan 31% ibu
multipara (Astutik, 2014; h.114).
Kebanyakan puting nyeri atau lecet disebabkan oleh kesalahan dalam
tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak menghisap puting sampai ke areola
payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI
sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal
ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu. Puting lecet dapat
juga disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya
2
untuk mencuci puting susu ibu. Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi
dengan lidah pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai
areola payudara dan isapan hanya pada putingnya. Rasa nyeri ini juga
dapat timbul bila ibu menghentikan proses menyusu dengan kurang hati-
hati (Bahiyatun, 2013; h.79).
Posisi yang tepat adalah elemen kunci dalam kesuksesan proses menyusui.
Proses menyusui dapat ditingkatkan dengan menempelkan payudara ke
tengah-tengah bibir bayi. Hal ini akan menstimulasi bayi untuk membuka
mulutnya lebar-lebar. Dorong bayi lurus kedepan menuju puting susu dan
areola. Saat posisi bayi sudah tepat, puting susu dan sebagian besar dari
areola akan masuk di dalam mulut bayi (Saleha, 2009; h. 38).
Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
sebesar 42%, sedangkan cakupan pemberian susu botol pada bayi 0-6
bulan sebesar 29%. (Depkes 2012).
Pemberian air susu pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat
penting terutama menyangkut pemenuhan zat gizi dan zat lain pembentuk
kekebalan tubuh terhadap penyakit. pemberian ASI Eksklusif di usia 0-6
bulan di pandang sangat strategis, karena pada kondisi tersebut kondisi
bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai penyakit. cakupan
bayi mendapatkan ASI Eksklusif di provinsi lampung tahun 2012
sebanyak 29,24% dimana angka ini masih di bawah target yang di
harapkan yaitu 60%.
3
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di Provinsi
Lampung, tampak bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun
2008 sebesar 48,05% dengan target 60,5% dan menurun pada tahun 2009
yaitu 30,06% dengan target 80% dari data tersebut tampak bahwa cakupan
ASI Ekslusif di Provinsi Lampung belum mencapai target yang ditetapkan
provinsi (Profil Dinkes Kota Bandar Lampung, 2011).
Pencapaian ASI Ekslusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009
adalah 69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih
dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Dinkes Kota Bandar
Lampung, 2011).
Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang
’’Asuhan Kebidanan ibu nifas terhadap Ny. S usia 29 tahun P2A0 6 hari
post partum dengan puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar
Lampung tahun 2015.’’
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka di identifikasi rumusan studi
kasus ini sebagai berikut ’’Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ny. S
umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS
Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung?”
4
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
Terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan
Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung
tahun 2015.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian data pada ibu nifas
terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum
dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.2 Penulis mampu melakukan interpretasi data dasar pada
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. S umur 29
tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di
BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Penulis mampu menentukan diagnosa atau masalah
potensial terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post
partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul
Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Penulis mampu melakukan antisipasi masalah potensial
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. S umur 29
tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di
BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.
5
1.3.2.5 Penulis mampu menentukan rencana tindakan terhadap Ny.
S umur 29 tahun P2AO 6 hari post partum dengan Puting
susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung
tahun 2015.
1.3.2.6 Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu
nifas khususnya Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post
partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul
Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.7 Penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang
telah dilakukan terhadap Ny. S P2A0 umur 29 tahun 6 hari
post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul
Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.
1.4. Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Obyek penelitian dalam Studi kasus ini adalah ibu nifas terhadap
Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan puting susu
lecet.
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan di rumah pasien, Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam
no. 2 Kemiling, Bandar Lampung.
1.4.3 Waktu
Peneliti melakukan asuhan kebidanan terhadap Ny. S selama 7 hari
yaitu pada hari Jum’at, 3 April 2015 sampai dengan hari Jum’at, 10
April 2015.
6
1.5. Manfaat penulisan
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi pada
peneliti-peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan
masalah pada ibu nifas.
1.5.2 Bagi pasien
Diharapkan dengan asuhan kebidanan yang diberikan ibu dapat
mengetahui tehnik menyusui yang benar karena untuk mencegah
terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui.
1.5.3 Bagi penulis
Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan
dilakukannya penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang telah didapat.
1.6. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah:
1.6.1 Metode penulisan
Dalam penulisan studi kasus ini, menggunakan metode penelitian
deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas
tersebut.
7
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut
(Notoatmodjo, 2012; h. 35-36, 139).
Wawancara dilakukan dengan cara:
1. Auto Anamnesa
Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung,
jadi data yang diperoleh adalah data primer dan
langsung dari sumbernya (Sulistyawati, 2012; h.
180).
b. Pengkajian Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada
klien mulai dari kepala sampai kaki dengan tekhnik
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi serta ditunjang
dengan perawatan luka yang dialami oleh ibu post
operasi (Priharjo, 2006; h. 115).
8
1.6.2.2 Data Sekunder
a. Sumber Informasi Dokumenter
Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter
pada dasarnya adalah semua bentuk informasi yang
berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen
resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah
semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung
jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan
di dalam kartu klinik, dan sebagainya. Sedangkan
dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen
yang berada atau menjadi tanggug jawab dan wewenang
badan atau instansi tidak resmi ataupun perorangan,
seperti biografi, catatan harian dan sebagainya.
b. Sumber Kepustakaan
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu
penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di dalam
perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan
informasi dari berbagai disiplin ilmu (Notoatmodjo, 2005;
h. 86-87).
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 MASA NIFAS
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1).
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau peurpurium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi dan Sunarsih,
2013; h.1).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; h.2).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerpurium
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya,
10
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni et all, 2009; h.1).
2.1.1.2 Tujuan Asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya,
diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam jam pertama. Kematian BBL terjadi dalam waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan
pada ibu dan bayi pada masa nifas berdasarkan sumber
yaitu :
1. Tujuan asuhan masa nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas adalah
untuk menghindarkan atau mendeteksi adanya
kemungkinan adanya perdarahan post partum dan
infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan
sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu
jam post partum untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita
sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus
berlangsung lama.
11
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis harus diberikan oleh penolong
persalinan, ibu dianjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan
kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang dan baru membersihkan daerah sekitar
anus. Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari/ tidak
menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif.
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan
mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada
hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan
pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasn konsistensi rahim, dan pengawasan
keadaan umum ibu. Bila ditemukan permasalahan,
12
maka harus segera melakukan tindakan sesuai
dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan
pada masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang
perawatan diri, nurisi KB, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi
sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan
pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain
kebutuhan gizi ibu menyusui yaitu sebagai berikut :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui)
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan
perawatan payudara, yaitu sebagai berikut:
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Menggunakan bra yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum
atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu
setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
13
dilakukan mulai dari puting susu yang tidak
lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan
terjadinya bendungan ASI.
f. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan
konseling mengenai KB, antara lain seperti berikut
ini.
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah
persalinan. Pada umumnya metode KB dapat
dimulai 2 minggu setelah persalinan.
3) Sebelum menggunakn KB sebaiknya dijelaskan
efektivitasnya, efek samping, untung ruginya,
serta kapan metode tersebut dapat digunakan.
4) Jika ibu dan pasangan telah memilih metode
KB tertentu, dalam 2 minggu ibu dianjurkan
untuk kembali (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.2-
3).
2. Tujuan asuhan masa nifas
a. Memulihkan kesehatan umum penderita
1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
2) Mengatasi anemia
14
3) Mencegah infeksi dengan memperhatikan
kebersihan dan sterilisasi
4) Mengembalikan kesehatan umum dengan
pergerakkan otot untuk memperlancar peredaran
darah.
b. Mempertahankan kesehatan psikologis
c. Mencegah infeksi dan komplikasi
d. Memperlancar pembentukan ASI
e. mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan
mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara
bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal
(Bahiyatun, 2013; h.3).
2.1.1.3 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dari
berbagai macam sumber, antara lain:
1. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
adalah :
a. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa
nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu
agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama persalinan dan nifas.
b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan
bayi secara fisik dan psikologis.
15
c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan
cara meningkatkan rasa nyaman (Saleha, 2009; h.5).
2. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
adalah :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan
selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi,
serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan
yang berkaitan ibu dan anak, serta mampu
melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali
tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktikkan kebersihan yang aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan
rencana tindakan juga melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, serta mencegah
16
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h.4).
3. Peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu
nifas.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan
kebidanan pada masa nifas.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan
prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang
telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan
bersama klien (Bahiyatun, 2013; hal. 3).
2.1.1.4 Tahapan masa nifas
1. Tahapan masa nifas
a. Peurperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri
dan berjalan, seta menjalankan aktivitas layaknya
wanita normal lainnya.
17
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h.4).
2. Tahapan masa nifas
a. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,
tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
18
c. Periode late post partum (1 minggu-5minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan
dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB
(Saleha, 2009; h.5-6).
2.1.1.5 Kunjungan masa nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.
Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta
menangani masalah-masalah yang terjadi.
1. 6-8 jam setelah persalinan
a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
dan member rujukan bila pendarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
Catatan: Jika bidan menolong persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu
dan bayi dalam keadaan stabil.
19
2. Enam hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak adabau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, atau
kelainan, pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan
dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat.
3. Dua minggu setelah persalinan sama seperti diatas
(enam hari setelah persalinan)
4. Enam minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-prnyulit yang
dialami atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
2.1.1.6 Proses laktasi dan menyusui
1. Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder dari seseorang gadis dan merupakan salah satu
organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk
20
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya,
maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan
karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang
paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan bayi.
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak
dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara
adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat
menyusui 800 gram.
a. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan
meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini
terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada
yang disangga oleh ligamentum suspensorium.
b. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari
jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila.
c. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap
individu, juga tergantung pada stadium perkembangan
dan umur. Tidak jarang salah satu payudara
ukurannya agak lebih besar daripada yang lainnya.
2. Struktur makroskopis
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut:
21
a. Cauda aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila.
b. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-
masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm.
letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan
penimbunan pigmen pada kulitnya.
c. Papilla mammae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-
ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah
bening serat-serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus
akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi
sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik
kembali putting susu tersebut. Bentuk puting ada 4
macam yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang
dan terbenam.
22
Gambar 2.1 Struktur makroskopis
3. Struktur mikroskopis
a. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi
susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
b. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus.
c. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar,
merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla
terletak dibawah areola.
d. Lanjutan setiap duktus laktiferus
Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h.4-5, 7-9).
23
4. Fisiologi laktasi
Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi
menyusui dini, dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari
atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon
penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat
pembentukan ASI.
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi
bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang
dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam
pemberian ASI tidak lancar (Saleha, 2009; h.11).
5. Pembentukan air susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu yaitu sebagai berikut.
a. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin di hambat
oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang
tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang
berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan
progesteron sangat berkurang, di tambah dengan isapan
bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara
24
yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini di
lanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-
faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu
sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-
sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
b. Reflek let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
anterior , rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada
yang di lanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel
akan memeras air susu yang telah di produksi keluar dari
alveoli dan masuk ke dalam sistem duktus, selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah
sebagai berikut
25
1) Melihat bayi
2) Mendengar suara bayi
3) Mencium bayi
4) Memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi dan Sunarsih
2013; h.11-13).
6. Manfaat pemberian ASI
a. Bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai
usia enam bulan
3) ASI mengandung zat pelindung
4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
5) Menunjang perkembangan kognitif
6) Menunjang perkembangan penglihatan
7) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak
8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya
diri
b. Bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan
mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula
2) Mencegah anemia defisiensi zat besi
3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum
hamil
26
4) Menunda kesuburan
5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan
6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan
ovarium
c. Manfaat bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya
2) Mengurangi biaya rumah tangga
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya yang berobat
d. Manfaat bagi Negara
1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian
obat-obatan
2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula
dan perlengkapan menyusui
3) Mengurangi polusi
4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas (Saleha, 2009; h.31-33).
7. Komposisi ASI
a. Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI khusus
dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI
sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi.
27
1) Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari
rasio protein whey: kasein= 60:40, dibandingkan
dengan air susu sapi yang rasionya= 20:80. ASI
mengandung alfa-laktabumin, sedangkan air susu sapi
mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum
albumin. ASI mengandung asam amino esensial
taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih
rendah daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih
tinggi. Kadar tirosindan fenilalanin pada ASI rendah.
Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk
sisitesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan
air susu sapi.
2) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air
susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama
adalah laktosa.
3) Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh
dalam ASI 7 - 8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam
lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan
otak.Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi
susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi
dalam perkembangan pembentukan enzim.
28
4) Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral
selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil,
tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang
terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan
natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki
kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat
yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi.
Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima
pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan
sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah
kondisi-kondisi umum.
5) Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna
melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya
sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari
bayi.
6) Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap,
vitamin A, D, dan C cukup. Sementara itu, golongan
vitamin B kecuali riboflavin dan sam penthotenik
lebih kurang.
a) Vitamin A: air susu manusia sudah masak (dewasa
mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum
29
mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi
hanya mengandung 18 IU.
b) Vitamin D: vitamin D larut dalam air dan lemak,
terdalam air susu manusia.
c) Vitamin E: kolostrum manusia kaya akan vitamin
E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik
anemia, akan tetapi juga membantu melindungi
paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide.
d) Vitamin K: diperlukan untuk sintesis faktor-faktor
pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI
mendapat vitamin K lebih banyak.
e) Vitamin B kompleks: semua vitamin B ada pada
tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan
harian yang diperlukan.
f) Vitamin C: vitamin C sangat penting dalam sintesis
kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin
C dibandingkan dengan susu sapi.
8. Stadium ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut :
a. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolustrum, yang mengandung kaya akan protein,
mineral, dan antibody daripada ASI yang telah matang.
ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.
30
Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira
15 hari sesudah bayi lahir. Kolustrum merupakan cairan
dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna
kekuningan.
b. ASI transisi / peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4
sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu
bertambah banyak dan berubah warna, serta
komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI
matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur
relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air
susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta
mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa,
gula, protein, mineral dan air.
9. Tanda bayi cukup ASI
a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam
minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu
pertama
31
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah
lahir
c. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/ hari
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI
telah habis
f. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
g. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
h. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan
motoriknya sesuai dengan rentan usianya
i. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan
bangun dan tidur dengan cukup
j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian
mengantuk dan tertidur pulas (Dewi dan Sunarsih,
2013; h.19-21, 24).
2.1.1.7 Perubahan fisiologi masa nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna
berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi.
Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai
berikut:
32
1. Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilicus dan sympisis, atau sedikit
lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan
kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah
turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat
diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan
pengreorganisian dan pengguguran desidua serta
pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan
dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh
warna dan banyaknya lokhea, banyaknya lokhea
kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh
pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya
dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat
dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya
(Saleha, 2009 h.53-54).
Involusi uteri
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi
33
Tabel 2.1 Involusi uterus
Involusi TFU
Bayi baru lahir Setinggi pusat
Uri lahir 2 jari dibawah pusat
minggu Pertengahn pusat-simfisis
minggu Tidak teraba diatas simfisis
minggu Bertambah kecil
8 minggu Sebesar normal
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h.57)
2. Lokhea
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Lokhea terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu : lokhea rubra, sangulenta, dan
lokhea serosa atau alba.
a. Lokhea rubra (cruenta) berwarna merah karena
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-
set desisdua, verniks caseosa, lanugo, dan
mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah
lokhea yang akan keluar selama dua sampai tiga
hari post partum.
b. Lokhea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai
ke-7 pasca persalinan.
c. Lokhea serosa adalah lokhea berikutnya. Dimulai
dengan versi yang lebih pucat dari lokhea rubra.
Lokhea ini berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14
34
pasca persalinan. Lokhea alba mengandung
terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit,
dan eritrosit.
d. Lokhea alba adalah lokhea yang terakhir. Dimulai
dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua
minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih
berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.
3. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya
thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin.
Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta.
4. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TFU, serviks menjadi
sangat lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut
bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior.
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun
35
mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak
karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks
bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum
hamil pada saat empat minggu post partum.
5. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.
Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi
jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.
Rugae timbul kembali pada minggu ketiga (Saleha,
2009; h.55-56).
6. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut :
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan,
ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai
hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
36
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak, terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.
7. Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat
penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas,
dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion
kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada
ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk
proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa
laktasi.
Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar
mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi
usus akibat tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya
adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan
partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus,
serta bisa juga karena pengaruh psikis takut BAB
karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009; h.55-
58).
h. Perubahan sistem perkemihan
1) Mencapai hemostatis internal
a) Keseimbangan cairan dan elektrolit
37
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air
dan unsur-unsur yang terlarut didalamnya.
Sebanyak 70% dari air tubuh terletak didalam
sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler.
Kandungan air sisanya disebut cairan
ekstraseluler.
b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan
dalam tubuh.
c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume
air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan tidak diganti.
2) Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila
ph>7,4 disebut alkalosis dan jika ph < 7,35 disebut
asidosis.
3) Mengeluarkan sisa metabolism, racun, dan zat
toksin
Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme
protein yang mengandung nitrogen terutama: urea,
asam urat, dan kreatinin (Dewi dan Sunarsih, 2013;
h.62).
38
i. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat
naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan
maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post
partum, suhu badan akan naik lagi.
2) Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas
kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan
sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap
denyut nadi diatas 100x/menit selama masa nifas
adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi
atau haemoragik post partum. Pada minggu ke-8
sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi
kembali ke frekuensi sebelum hamil.
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah
pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
jantung keseluruh anggota tubuh manusia.Pasca
melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
39
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darh tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa
adalah 16-24 kali/ menit. Pada ibu post partum
umumnya pernafasan lambat dan normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post
partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.
j. Perubahan system endokrin
1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon
plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai
10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan
40
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
post partum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin,
FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat
dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu.
3) Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang
menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6
minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45%
setelah 12 minggu pasca melahirkan, sedangkan
pada wanita yang tidak menyusui, akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6
minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24
minggu.
4) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak
bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan
jaringan payudara. Isapan bayi dapat merangasang
produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu involusi uteri.
41
5) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan
meningkat. Hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon anti diuretik yang dapat
meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon
progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva serta vagina (Rukiyah et all,
2011; h.68, 73-74).
k. Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit, proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma, pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasr
panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
42
tertentu. Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi
(Sulistyawati, 2009; h.79).
l. Perubahan sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat
penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah
dan kadar hemoglobulin kembali normal pada hari ke 5.
Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar
300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan
persalinan seksio sesaria menjadi dua kali lipat.
Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio
sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.
m. Perubahan sistem hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan
kehilangan volume plasma daripada sel darah,
penurunan plasma di tambah peningkatan sel darah
pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan
hematoktir, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai
tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih
(leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya
berkisar antar 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan
darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang
43
bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis bisa
menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi
tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat
pengeluaran tempat pelepasan plasenta (Rukiyah et all,
2011; h.70-71).
2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1. Nutrisi dan cairan
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk
tumbuh kembang janin.
a) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional
dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan
lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan
selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI
yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70
kal/ 100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu
untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan
pertama dan 510 kal/ hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata
ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika
menyusui.
b) Ibu memerlukan tambahan 20 gram protein diatas
kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya
44
16 % dari tambahan 500 kalori yang dianjurkan
pada ibu nifas. Protein diperlukan untuk membawa
oksigen didalam sel darah merah serta pertumbuhan
dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati.
Sumber protein diperoleh dari protein hewani dan
nabati. Protein hewani antara lain: seperti telur,
danging, ikan, udang, kerang, susu dan keju.
Sementara itu protein nabati banyak terkandung
dalam tahu, tempe, kacang-kacangan.
c) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah
asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3
liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus
buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk
kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat
pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis
sayur dan buah-buahan segar.
d) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk
menambah zat besi selama 40 hari pascapersalinan.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2
kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam
setelahnya agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI (Dewi dan Sunarsih,
2013; hal. 71).
45
Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi
dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan
daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan
hidup anak. Pada bulan pertama kehidupan bayi
bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam
ASI (Suherni et all, 2009; h.101).
2. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat
mungkin membimbing ibu atau penderita keluar dari
tempat tidur dan membimbingnya secepat mungkin
untuk dapat berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya
ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke
kanan dan miring kekiriuntuk mencegah adanya
trombosit).
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu
sebagai berikut :
a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau
mencegah infeksi puerperium
b) Mempercepat involusi uterus
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat
kelamin
d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu
sehingga mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
46
3. Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4
jam. Bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini :
a) Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat
klien
b) Mengompres air hangat di atas simfisis
c) Saat site bath ( berendam air hangat ) klien disuruh
BAK. Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka
dilakukan kateterisasi. Karena dapat menimbulkan
resiko infeksi saluran kemih tinggi.
Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari
postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul
koprostase hingga skibala (feses mengeras)
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris.
Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma
atau laksa per os (melalui mulut). Biasanya 2-3 hari
post partum masih susah BAB, maka sebaiknya
diberikan laksa atau paraffin (1-2 hari post partum)
atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan
minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat
BAB dengan teratur :
a) Diet teratur
b) Pemberian cairan yang banyak
c) Ambulasi yang baik
47
d) Bila takut buang air besar secara episiotomi
maka diberikan laksa supposotria.
4. Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan.
Akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak
lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu
merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini
mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah
terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki,
atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah
dilakukan (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.72-76).
Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar
pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40
minggu kehamilan mengalami beberapa perubahan baik
anatomi maupun fungsinya. Tidur pada malam hari
selama 7-8 jam dan tidur pada siang hari sebaiknya
selama 1-2 jam (Rukiyah et all, 2011; h.127).
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa
hal, diantaranya adalah :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi atau
dihasilkan dan menyebabkan kelelahan sehingga
dapat timbul sering pusing
48
b) Memperlambat proses involusi uterus dan dapat
memperbanyak perdarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h.76).
5. Personal hygiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut:
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama
perineum.
b) Mengajarkan ibu bagaimana kebersihan daerah
kelamin dengan sabun dan air.
c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya 2 kali sehari.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut (Saleha, 2009; h.73-74)
6. Seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil
dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah
49
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri maka aman untuk
memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika
luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti.
Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat
mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena saat
itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h.77).
2.1.1.9 Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga
lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam
menjalani adaftasi setelah melahirkan ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang
berlangsung ada hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu selama proses
persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat
ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan sekitar.
Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu
yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi
50
ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan
pada fase ini.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada
fase ini adalah sebagai berikut:
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang
diinginkan tentang bayinya, misalkan: jenis kelamin
tertentu, warna kulit, dan sebagainya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik
yang dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari
kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka
jahitan dan sebagainya.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa
membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena
sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab
bersama.
2. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara
3-10 hari setelah melahirkan.pada fase ini ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan
yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi
51
dengan ibu berhati-hati dalam tindakan. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
timbul percaya diri.
3. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya
sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi
ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri
dan bayinya (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.65-66).
2.1.1.10 Tanda bahaya masa nifas
Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat
penting, yang harus disampaikan kepada ibu dan
keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih
keadaan berikut maka ia harus secepatnya datang ke
bidan atau dokter.
1.Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba
bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa
atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
52
2. Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk
(menyengat).
3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4. Rasa sakit kepala yang terus-menerus, nyeri
epigastrik, atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan di wajah atau di tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil,
atau jika merasa tidak enak badan.
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan
sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang
lama.
9. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
10.Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau
dirinya sendiri.
11.Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
(Sulistyawati, 2009; h.137-138).
2.1.1.11 Patologi menyusui
Masalah meyusui pada umumnya terjadi dalam dua
minggu pertama masa nifas. Pada masa ini, pengawasan
dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan agar
masalah menyusui dapat segera ditanggulangi, sehingga
tidak menjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan
menyusui.
53
Masalah dalam pemberian ASI yaitu salah satunya ialah
puting susu lecet. Sebanyak 57% ibu yang menyusui
dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting
(Saleha, 2009; h.102).
2.1.1.12 Masalah dalam menyusui
Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui,
bidan/perawat perlu mengetahui masalah-masalah yang
sering terjadi ini, agar dapat memberikan dukungan bagi
ibu untuk menyusui secara berhasil (Maryunani, 2009;
h.90).
Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi
antara lain :
1. Stress
Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak
sering kali merasa kurang percaya diri sehingga
timbul stress. Masalah yang dihadapi ibu yang kurang
percaya diri dalam menyusui ini antara lain :
a. Ibu masih takut untuk memegang, menggendong
maupun menyusui bayinya
b. Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang
tua atau saudara yang tinggal serumah tidak
memberi dukungan.
54
2. Puting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam
yaitu dengan cara menjepit areola antara ibu jari
telunjuk dibelakang puting susu. Bila puting susu
menonjol berarti puting tersebut normal, namun bila
putting tidak menonjol berarti puting susu datar/
terbenam (Maryunani, 2009; h.90-91).
3. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara
sering terasa penuh dan nyeri disebabkan
bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.
Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak
adalah:
a) Payudara penuh: rasa berat pada payudara, panas
dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada
demam.
b) Payudara bengkak: payudara oedema, sakit, puting
susu kencang, kulit mengkilapwalau tidak merah,
dan bila diperiksa/ dihisap ASI tidak keluar. Badan
biasa demam setelah 24 jam (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h.47).
55
4. Saluran susu tersumbat
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu
tersumbat adalah sebagai berikut:
a) Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu
menyusui
b) Pemakaian bra yang terlalu ketat
c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu
terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga
terbentuklah sumbatan (Saleha, 2009; h.107).
5. Mastitis / radang payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian
yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan
panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai
menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3
minggu setelah melahirkan akibat saluran susu
tersumbat dan tidak segera diatasi (Maryunani, 2009;
h.95).
Mastitis adalah radang pada payudara. Gejala yang
dirasakan adalah sebagai berikut :
a) Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/ nyeri lokal
b) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya
local
c) Payudara keras dan berbenjol-benjol
56
d) Panas badan dan rasa sakit umum (Saleha, 2009;
h.109).
6. Abses payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang
terlambat diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara
merah mengkilap dan benjolan yang teraba
mengandung cairan berupa nanah (Maryunani, 2009;
hal. 96).
7. Puting susu lecet / nyeri
Saat menyusui, puting susu dapat mengalami lecet-
lecet, retak, atau terbentuk celah. Biasanya keadaan
ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir
dengan insiden sekitar 23% ibu primipara dan 31%
ibu multipara (Astutik, 2014; hal. 114).
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan
benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan
menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan
darah.
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
trush (candidates) atau dermatitis.
57
Cara menangani:
1. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui
salah, candidiasis atau dermatitis.
2. Obati penyebab puting susu lecet terutama
perhatikan posisi menyusui.
3. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri
diatas tadi.
4. Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan
luka tidak begitu sakit.
5. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk),
jangan sekali-kali memberikan obat lain seperti
krim, salep, dan lain-lain.
6. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk
sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri akan sembuh sendiri
dalam waktu sekitar 2x24.
7. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI
tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
8. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak
dibenarkan untuk menggunakan sabun.
9. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada
payudara yang sakit untuk sementara untuk
memberi kesempatan lukanya menyembuh.
58
10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan
tangan (jangandengan pompa ASI) untuk tetap
mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas
jangan menggunakan dot
12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali
mula-mula dengan waktu yang lebih singkat.
13. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke
puskesmas (Ambarwati dan Wulandari, 2009; hal.
46-47).
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat
menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu
dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Hal ini biasanya disebabkan oleh :
a) Tehnik menyusui yang tidak benar
b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol,
ataupun zat iritan lain saat ibu membershkan
puting susu.
c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu.
d) Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue).
e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
59
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
puting susu lecet adalah sebagai berikut:
a) Cari penyebab puting susu lecet
b) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI
tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau
bayi disusukan lebih dulu pada puting susu yang
normal atau lecetnya sedikit.
c) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hindmilk),
tidak menggunakan sabun, krim, alkohol, ataupun
zat iritan lain saat membersihkan payudara.
d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk
sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar
2 x 24 jam.
f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan
untuk menggunakan sabun.
g) Posisi menyususi harus benar, bayi menyusu
sampai ke kalang payudara dan susukan secara
bergantian diantara kedua payudara.
h) Keluarkan ASI sedikit dan oleskan ke puting susu
yang lecet dan biarkan kering.
i) Pergunakan bra yang menyangga.
60
j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat
pengurang rasa sakit.
k) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan
dengan tablet nystatin (Dewi dan Sunarsih, 2013;
h.39-40).
Puting susu lecet ini sering terjadi saat minggu
pertama setelah bayi lahir.
Cara mengatasinya :
a) Oleskan puting susu dengan ASI setiap kali hendak
dan setelah menyusui. Hal ini untuk mempercepat
sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa nyeri /
perih.
b) Perhatikan tehnik menyusui termasuk posisi
menyusui yang baik dan benar.
c) Bila ditemukan gejala moniliasis pada bayi, segera
berikan anti jamur (sesuai petunjuk).
d) Jangan membersihkan puting susu dan areola
dengan sabun, alcohol dan zat iritan lainnya.
e) Lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan
cara benar.
f) Jangan mengenakan BH yang terlalu kuat.
g) Jika rasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat, ibu
dapat terus menyusui dengan memulai pada daerah
61
yang tidak nyeri terlebih dahulu untung
mengurangi rasa sakit.
h) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau lecet makin
berat, puting susu yang sakit diistirahatkan selama
24 jam. Bersamaan dengan itu, ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan dapat
diberikan pada bayi dengan sendok (Maryunani,
2009; h.92-93).
2.1.1.13 Tehnik menyusui
1. Pengertian tehnik menyusui
Tehnik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu
dan bayi dengan benar. (Dewi dan Sunarsih, 2013;
h.30).
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan
bayi menghisap air susu. Bidan/perawat perlu
memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu
pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara
menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan
masalah.
2. Tehnik menyusui yang benar
1) Cara menyusui dengan sikap duduk
Gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak
kaki menginjak lantai. Gunakan dingklik (bangku
62
kecil) sebagai pengganjal bila posisi kaki agak
menggantung.
Cara menyusui yang baik dan benar
a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan
dioleskan ke puting susu dan areola sekitarnya.
Hal ini bermanfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembutan puting susu.
b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a) Ibu duduk atau berbaring
b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu.
c) Bayi menempel pada ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
d) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus.
e) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih
sayang.
2) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan
jari yang lain menopang dibawah, jangan
menekan puting susu dan areolanya saja.
63
3) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
(rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi
bayi dengan putting susu atau menyentuh sisi
mulut bayi.
4) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan
puting susu serta areola dimasukkan kemulut
bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat
masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting
susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi
akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak dibawah
areola.
5) Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara
sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui
pada payudara yang lain. Cara melepas isapan
bayi, yaitu :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut
bayi melalui sudut mulut.
b) Dagu bawah bayi ditekan.
6) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang
belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).
7) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan
sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu
64
dan areolanya sekitarnya, biarkan kering dengan
sendirinya.
8) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan
dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah, dengan
cara:
a) Bayi digendong tegak dan bersandar pada
bahu ibu, lalu punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan
b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu,
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan (Maryunani, 2009; h.76-79).
Gambar 2.2 Posisi Menyusui
3. Waktu menyusui
Pada bayi yang baru lahir akan menyusui lebuh
sering, rata-rata adalah 10-12 kali menyusui tiap 24
jam, bahkan 18 kali, menyusui on demand adalah
65
menyusui kapan pun bayi meminta atau di butuhkan
oleh bayi (Astutik, 2014; h.60).
a. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka
akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi,
areola bawah lebih banyak yang masuk
6) Bayi nampak menghisap dengan ritme
perlahan-lahan
7) Puting susu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus
9) Kepala bayi tidak menengadah (Saleha, 2009;
h.37).
4. Tanda bayi cukup ASI
a. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam
minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3
minggu pertama
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi
sering dan warna menjadi lebih muda pada hari
kelima setelah lahir
66
c. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan
ASI
e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan
ASI telah habis
f. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
g. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan
TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan
h. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan
monotoriknya sesuai dengan rentang usianya
i. Bayi kelihatan puas sewaktu-waktu akan lapar
akan bangun dan tidur dengan cukup
j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian
mengantuk dan tertidur pulas (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h.24).
5. Ada Beberapa Tingkatan nyeri, antara lain:
1) Skala intensitas nyeri dan tipe nyeri
Skala keterangan
10 : Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh
klien.
9, 8, 7: Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol
oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.
6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
67
4 : Nyeri seperti kram atau kaku.
3 : Nyeri seperti perih atau mules.
2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul.
1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-
nyutan
0 : Tidak ada nyeri.
2) Tipe nyeri
Skala keterangan:
10 : Tipe nyeri sangat berat.
7-9 : Tipe nyeri berat.
4-6 : Tipe nyeri sedang.
1-3 : Tipe nyeri ringan.
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/tingk
atan-nyeri.html (di unggah Sabtu, 16 Mei 2015
Pukul 16.00 Wib).
2.2 Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang digunakan sebgaai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang
68
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap
klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s
Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses
manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang
berturut secara sistematis dan siklik.
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
Langkah I: Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan
klien.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi:
a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).
b. Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru
serta catatat sebelumnya).
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut di
69
interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik (Soepardan, 2007; h.96-99).
2.1.2.1 Data subjektif
1. Biodata
Yang mencakup identitas pasien :
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental psikisnya belum
siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c) Agama
Memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
70
e) Suku / bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang
berkaitan dengan masa nifas.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:
jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi pada masa hamil ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa hamil.
71
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
4. Riwayat obstetric
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat
ini.
5. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi
apa.
72
6. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan.
7. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas.
8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur,
misalnya membaca, mendengarkan music,
73
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur kebiasaan tidur,
siang, penggunaan waktu luang.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin
dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.132-
136).
2.1.2.2 Data obyektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data
kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan
secara berurutan.
74
Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut:
1. Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan.
b. lemah
Pasien dimasukan dalam criteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri.
c. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
keasdaran mulai dari keadaan compos mentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma
(sulistyawati, 2012; h.188-189).
d. Tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah normal sistole 110-130 mmHg,
diastole 70-90 mmHg (Saleha, 2009; h.130).
75
2) Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi
diatas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengidentifikasikan adanya infeksi, hal ini salah
satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan
sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan.
3) Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan
oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya
cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena istirahat dan tidur yang
diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada
umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai
>38ºC adalah mengarah ketanda-tanda infeksi.
4) Pernapasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30 kali/ menit
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.138-139).
76
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
d) Rambut
1) Warna
2) Kebersihan
3) Mudah rontok atau tidak
e) Telinga
1) Kebersihan
2) Gangguan pendengaran
f) Mata
1) Konjungtiva
2) Sklera
3) Kebersihan
4) Kelainan
5) Gangguan penglihatan (rabun jauh atau
dekat)
g) Hidung
1) Kebersihan
2) Polip
3) Alergi debu
h) Mulut
1) Bibir
a. Warna
77
b. Integritas jaringan (lembab, kering atau
pecah-pecah)
2) Lidah
a. Warna
b. Kebersihan
3) Gigi
a. Kebersihan
b. karies
c. gangguan pada mulut ( bau mulut)
i) Leher
1) pembesaran kelenjar limfe
2) parotitis
j) Dada
1) bentuk
2) simetris atau tidak
Payudara
1) bentuk
2) besar masing-masing payudara
3) hiperpigmentasi
4) teraba massa, nyeri atau tidak
5) pengeluaran kolostrum
6) keadaan putting
7) kebersihan
8) bentuk bra
78
Denyut jantung
Gangguan pernafasan
k) perut
1) bentuk
2) bekas luka operasi
3) striae
4) linea
5) TFU
6) Hasil pemeriksaan palpasi Leopold
7) Taksiran berat janin
8) Denyut jantung janin
l) Ekstremitas
Atas
1) Gangguan/kelainan
2) Bentuk
Bawah
1) Bentuk
2) Oedema
3) Varices
m)Genital
1) Kebersihan
2) Pengeluaran pervaginam
3) Tanda-tanda infeksi vagina
79
n) Anus
1) Hemoroid
2) Kebersihan
b) Data penunjang/ data laboratorium
1) Kadar HB
2) Hematokrit
3) Kadar leukosit
4) Golongan darah (Sulistyawati, 2012; h.189-
191).
Langkah II: Interpretasi data
Melakukan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan
diinterpretasikan menjadi dignosa kebidannan dan masalah kedua
digunakan karena beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan
seperti dignosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
Langkah III: Diagnosa potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin
terjadi pada langkah ini di identifikasikan masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan serangkaian masalah dan dignosa hal ini
80
membutuhkan antisipasi pencegahan bila memungkinkan menunggu,
mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi.
Langkah IV: Antisipasi masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau antisipasi rencana asuhan
menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang sudah di lihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yan berkaitan tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya.
Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien ini dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efisien dan aman.
Langkah VII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah di lakukan bidan mengevaluasi keefektifitasan dari asuhan yang
81
di berikan, ulangi kembali proses manejemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.141-147).
2.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Dalam
pasal 16 tentang praktik bidan yaitu:
1. Pelayanan kebidanan pada ibu meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1,
preeklamsi ringan dan anemia ringan
e. Pertolongan persalinan normal
f. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sungsang,
partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)
tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia
karena inersia uteri primer, post term dan pre term.
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan dan infeksi ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan gynekologi yang
meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
82
2. Pelayanan kebidanan pada anak meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemantauan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian penyuluhan (Sofyan et all, 2006; h.171).
83
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU LECET
TERHADAP Ny. S UMUR 29 TAHUN P2A0 6 HARI POST PARTUM
DI BPS ROSBIATUL ADAWIYAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 Data subjektif
Anamnesa oleh : Febrina Diah Ramadhani
Tanggal : 3 April 2015
Pukul : 12.00 WIB
Pengkajian
A. Identitas
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny.S : Tn. S
Umur : 29 Tahun : 30 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku : Jawa : Jawa
Pendidikan : SMA : S1
Pekerjaan : IRT : Wiraswasta
Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam No. 2 Kemiling,
Bandar Lampung
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan puting susu terasa nyeri pada saat
menyusui
84
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada hipertensi
DM : Tidak ada DM
Jantung :Tidak ada penyakit jantung
Asma : Tidak ada asma
Ginjal : Tidak ada penyakit ginjal
Hepatitis : Tidak ada hepatitis
TBC : Tidak ada TBC
b. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi : Tidak ada hipertensi
Asma : Tidak ada asma
TBC : Tidak ada TBC
c. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi : Tidak ada hipertensi
Jantung : Tidak ada penyakit
jantung
Asma : Tidak ada asma
TBC : Tidak ada TBC
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Syah
Lama pernikahan : ±5 tahun
85
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/ hari
Warna : Merah kehitaman
Disminorhea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tanggal
persalinan
Tempat
persalinan
Umur
kehamilan
Jenis persalinan Penolong Penyulit Keadaaan Ket.
Nifas Anak
-8-2010 BPS Rosbiatul
Adawiyah
38 minggu 4
hari
Spontan
pervaginam
Bidan Tidak ada Normal Sehat Sehat
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 28 Maret 2015
Jam : 15.05 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Panjang badan : 49 cm
Berat badan : 2800 gram
Keadaan bayi : Sehat
d. Riwayat KB : Tidak ada
86
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Selama hamil
Pola makan dalam sehari : Ibu mengatakan saat hamil ibu
makan dengan menu nasi, lauk
pauk, dan buah, jumlah 3 kali
sehari dengan frekuensi sedang,
dan tidak ada pantangan
Selama nifas : Ibu mengatakan saat ini ibu makan
dengan menu nasi, sayur bayam,
tempe, ayam goreng, buah pir,
dengan jumlah 3 kali sehari
dengan frekuensi sedang, minum
7-8 gelas/ hari, dan minum susu 1
gelas/ hari
2) Pola eliminasi
Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil BAK
sekitar ± 6–7 kali/ hari, warna
kekuningan jernih, bau yang khas
dan BAB 1 kali/ hari, warna
kuning konsistensi lunak
Selama nifas : Ibu mengatakan 4-6 x/ hari buang
air kecil dengan warna kekuningan
87
jernih dan buang air besar 1-2 x/
hari
3) Pola istirahat
Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil tidur
malamnya sekitar 7–8 jam/hari dan
tidur siang sekitar 1-2 jam/hari
Selama nifas : Ibu mengatakan saat ini hanya
tidur ± 4-6 jam pada malam hari
dan 1-2 jam pada siang hari
4) Personal hygiene
Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil Mandi
2 kali sehari, ganti celana dalam 2-
3 kali sehari atau tiap basah dan
lembab.
Selama nifas : Ibu mengatakan Mandi 2 kali
sehari, ganti celana dalam 2-3 kali
sehari atau tiap basah/ lembab,
cebok dari depan kebelakang, dan
di keringkan menggunakan tissue
setelah cebok.
5) Pola seksual
Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil ibu
melakukan hubungan seksual
sekali dalam seminggu.
88
Selama nifas : Ibu mengatakan saat ini belum
melakukan hubungan seksual.
6) Riwayat Psikososial
a) Status perkawinan : Syah, 5 tahun
b) Status emosional : Stabil
7) Riwayat spiritual
a) Selama hamil : Tidak ada
b) Selama nifas : Tidak ada
I. Data Objektif
A. Pemeriksaan umum
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda vital
TD : 110/ 70 MmHg Nadi : 80 x/ i
Pernafasan : 22 x/ i Suhu : 36,50
C
B. Pemeriksasan fisik
Kepala
1. Wajah
Pucat : Tidak pucat
Oedema : Tidak oedema
2. Mata
Simetris : Ya
Kelopak mata : Tidak oedema
89
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
3. Hidung
Simetris : Ya
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Ya
4. Mulut
Bibir : Tidak pecah-pecah
Lidah : Bersih
Gusi : Tidak ada luka
Gigi : Tidak caries
5. Telinga
Simetris : Ya
Gangguan pendengaran : Tidak ada
6. Leher
Tumor : Tidak ada
Pembesaran kel. Tiroid : Tidak ada
Pembesaran vena juguralis : Tidak ada
7. Ketiak, pembesaran kel. Limfe : Tidak ada
8. Dada
Retraksi : Normal
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
9. Payudara
Simetris : Ya
90
Pembesaran : Ada, normal
Puting susu : lecet kanan dan kiri / menonjol
Hiperpigmentasi : Ada
Benjolan : Tidak ada benjolan
Pengeluaran : ada, ASI transisi
10.Punggung dan pinggang
Simetris : Ya
Nyeri ketuk : Tidak ada
11.Abdomen
Benjolan : Tidak ada benjolan
Konsistensi : Keras
Kandungan kemih : Kosong
Uterus : TFU : Pertengahan pusat
dan sympisis
Kontraksi : Baik
12. Anogenital
Labia mayora/ minor : Ada
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran
Pengeluaran vagina
Jenis lokia : Sanguinolenta
Warna : Merah kekuningan
Bau : Khas
Perineum : Tidak ada laserasi
Anus : Tidak ada hemoroid
91
13.Ekstremitas
Oedema : Tidak oedema
Kemerahan : Tidak kemerahan
Varises : Tidak ada varices
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboraturium
a. Darah : Tidak dilakukan
b. HB : Tidak dilakukan
Golongan darah : Tidak dilakukan
c. Protein : Tidak dilakukan
Urine : Tidak dilakukan
Glukosa : Tidak dilakukan
D. Darah penunjang
Riwayat persalinan sekarang
1. Ibu
Tempat melahirkan : BPS Rosbiatul Adawiyah
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan, normal
Lama persalinan : 6 jam 55 menit
Catatan waktu
Kala I : 4 jam 15 menit
Kala II : 0 jam 30 menit
Kala III : 0 jam 10 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
92
Ketuban pecah pukul : 14.50 Wib
Plasenta
Lahir segera : Spontan
Ukuran : 18 cm
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Perineum : Tidak ada laserasi
2. Bayi
Lahir tanggal/ pukul : 28-3-2015/ 15.05 WIB
Nilai apgar : 9/ baik
Jenis kelamin : Perempuan
Cacat bawaan : Tidak ada cacat
Masa gestasi : 39 minggu
93
TABEL 3.1
MATRIKS
Tgl / jam Pengkajian
Interpretasi data
(diagnosa,
masalah,
kebutuhan)
Dx potensial/
masalah potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
3 April 2015,
pukul 13.00
WIB
DS :
- ibu mengatakan
puting susu
nyeri saat
menyusui
- ibu mengatakan
sudah berobat
di BPS
Rosbiatul pada
tanggal 3 April
2015, pukul:
08.30 WIB
- ibu mengatakan
tali pusat bayi
nya sudah
puput pada hari
ke 5
- Ibu mengatakan
bayi lahir
tanggal 28
Maret 2015
pukul 15.05
Wib
Dx : Ny. S
umur 29
tahun
P2A0 6
hari post
partum
dengan
puting
susu lecet.
DS:
- ibu
mengatakan
puting susu
nyeri saat
menyusui
- ibu
mengatakan
tali pusat
bayi nya
sudah puput
pada hari ke
5
Payudara
bengkak
Tehnikmeny
usui yang
baik dan
benar
1. Jelaskan kepada ibu
tentang keadaannya
saat ini
2. Lakukan pengkajian
tentang penyebab
puting susu lecet
1. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga tentang keadaannya
saat ini bahwa dalam keadaan
baik sesuai dengan hasil
pemeriksaan TD : 110/70
mmHg, Suhu : 36,5c, dan hasil
pemeriksaan fisik ibu juga
dalam keadaan baik dan ibu
tidak ada luka jahitan dan ibu
mengalami puting susu lecet
2. Melakukan pengkajian tentang
penyebab puting susu lecet
yaitu :
a) Tehnik menyusui yang salah
b) Puting susu terpapar oleh
sabun, krim, alkohol
ataupun zat iritan lain saat
ibu membersihkan puting
susu
c) Moniliasis pada mulut bayi
yang menular pada puting
1. Ibu dan keluarga mengerti
tentang keadaannya saat
ini
2. Setelah dilakukan
pengkajian penyebab dari
puting susu lecet ibu
dikarenakan tehnik
menyusuinya yang salah
94
DO :
- KU: baik
- Kesadaran :
compos mentis
- K. Emosional :
stabil
- TD: 110/70
mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 22x/menit
- T : 36,5 ºC
-puting susu ibu
menonjol dan
terasa nyeri saat
menyusui
- TFU
pertengahan
pusat dan
syimfisis
- pengeluaran
lokhea
sanguinolenta
- tidak ada tanda-
tanda infeksi
- Ibu
mengatakan
bayi lahir
tanggal 28
Maret 2015
pukul 15.05
Wib
DO:
- KU: baik
- Kesadaran :
compos
mentis
- K.
Emosional :
stabil
- TD: 110/70
mmHg
- N :
80x/menit
- RR :
22x/menit
- T : 36,5 ºC
-puting susu
ibu
menonjol
dan terasa
nyeri saat
menyusui
- TFU
pertengahan
pusat dan
syimfisis
- pengeluaran
lokhea
sanguinolent
a
Masalah :
Nyeri pada
3. Ajarkan ibu cara
perawatan puting
susu lecet
susu ibu
d) Bayi dengan lidah pendek
(frenulum lingue)
e) Cara menghentikan
menyusui yang kurang
tepat.
3. Memberitahu ibu cara
perawatan puting susu lecet:
- Cari penyebab puting susu
lecet
- Selama puting susu
diistirahatkan, sebaiknya ASI
tetap dikeluarkan dengan
tangan dan tidak dianjurkan
dengan alat pompa karena
nyeri atau bayi disusukan
lebih dulu pada puting susu
normal yang lecetnya sedikit
- Olesi puting susu dengan ASI
akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim,
alcohol, ataupun zat iritan lain
saat membersihkan payudara
- Menyusui lebih sering (8-12
kali dalam 24 jam)
- Puting susu yang sakit dapat
diistirahatkan untuk
sementara waktu kurang lebih
1 x 24 jam, dan biasanya akan
sembuh sendiri dalam waktu
sekitar 2 x 24 jam
- Cuci payudara sekali sehari
dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun
- Posisi menyusui harus benar,
bayi menyusu sampai ke
kalang payudara dan susukan
secara bergantian diantara
kedua payudara
3. Ibu sudah mengerti
tentang perawatan puting
susu lecet
95
payudara
bagian
kanan dan
kiri
Kebutuhan :
- ajarkan
tehnik
menyusui
yang benar
4. Ajarkan kepada ibu
tentang teknik
menyusui yang
benar
- Keluarkan sedikit ASI dan
oleskan ke puting yang lecet
dan biarkan kering
- Pergunakan bra yang
menyangga
4. Menjelaskan dan mengajarkan
kepada ibu tentang tehnik
menyusui yang benar yaitu :
a) Cara menyusui dengan
sikap duduk:
- Gunakan kursi yang
nyaman, upayakan kaki
menginjak lantai gunakan
dingklik sebagai
pengganjal bila posisi kaki
agak menggantung
b) Cara menyusui yang baik
dan benar :
- Sebelum menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
pada puting susu dan
areola sekitarnya
- Bayi diletakkan
menghadap perut ibu/
payudara
1) Ibu duduk atau
berbaring
2) Bayi dipegang
dengan satu lengan,
kepala bayi
diletakkan pada
lengkung siku ibu
dan bokong bayi
diletakkan pada
lengan. Kepala bayi
tidak boleh
tertengadah atau
bokong bayi ditahan
4. ibu mengerti tentang
tekhnik menyusui yang
benar dan manfaat dari
menyusui dengan tanda :
- Bayi tampak tenang
- Mulut bayi terbuka lebar
- Sebagian areola masuk
kedalam mulut bayi,
areola bawah lebih
banyak yang masuk
- Bayi tampak menghisap
kuat dengan ritme yang
perlahan
- Puting susu tidak terasa
nyeri
96
dengan telapak
tangan ibu
3) Satu tangan bayi
diletakkan
dibelakang badan ibu
dan yang satu
didepan
4) Perut bayi menempel
badan ibu, kepala
bayi menghadap
payudara
5) Telinga dan lengan
bayi terletak pada
satu garis lurus
6) Ibu menatap bayi
dengan kasih sayang
- Payudara dipegang dengan
ibu jari diatas dan jari-jari
lainnya menopang
dibawah, jangan menekan
puting susu atau areolanya
saja
- Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut
(rooting reflex) dengan
cara menyentuh pipi
dengan puting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi
- Setelah bayi membuka
mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan
putting serta areola
dimasukkan ke mulut
bayi, usahakn sebagian
besar areola dapat masuk
kedalam mulut bayi
- Setelah menyusui pada
satu payudara sampai
terasa kosong, sebaiknya
diganti menyusui pada
97
5. Pastikan involusi
uteri ibu berjalan
normal
payudara yang lain
- Melepaskan isapan bayi
dengan cara:
a) jari kelingking ibu
dimasukkan kemulut
bayi melalui sudut
mulut
b) dagu bayi ditekan
kebawah
- Setelah selesai menyusui,
ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada
putting susu dan areola
sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya
- Setelah selesai menyusui,
bayi disendawakan dengan
tujuan mengeluarkan
udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah,
dengan cara:
a) Bayi digendong tegak
dan bersandar pada
bahu ibu lalu,
punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan
b) Bayi tidur tengkurap
dipangkuan ibu,
kemudian
punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
5. Memastikan involusi uterus
berjalan normal TFU:
pertengahan pusat dan simfisis
,pengeluaran lokea:
sanguinolenta
5. Involusi uterus ibu
berjalan dengan normal
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani

More Related Content

What's hot (20)

Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Komprehensif helyana r. simbolon
Komprehensif  helyana r. simbolonKomprehensif  helyana r. simbolon
Komprehensif helyana r. simbolon
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti meldawati
Kti meldawatiKti meldawati
Kti meldawati
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti tati lindasari
Kti tati lindasariKti tati lindasari
Kti tati lindasari
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 

Viewers also liked

5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)
5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)
5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)Nick Reinsch
 
Resume_Prasanth
Resume_PrasanthResume_Prasanth
Resume_PrasanthPrasanth P
 
Paradigma baru rfa new
Paradigma baru rfa newParadigma baru rfa new
Paradigma baru rfa newnovitaopink
 
Summer ra.doc
Summer ra.docSummer ra.doc
Summer ra.docAalifa
 
SHELTREX - Smart City in Navi Mumbai
SHELTREX - Smart City in Navi MumbaiSHELTREX - Smart City in Navi Mumbai
SHELTREX - Smart City in Navi Mumbaivekaya
 
Anit No Need Foe Mistake Of Idenity.doc
Anit No Need Foe Mistake Of Idenity.docAnit No Need Foe Mistake Of Idenity.doc
Anit No Need Foe Mistake Of Idenity.docAalifa
 
Aztex Indian Army.Pt.2.pdf
Aztex Indian Army.Pt.2.pdfAztex Indian Army.Pt.2.pdf
Aztex Indian Army.Pt.2.pdfAalifa
 
Wto 3 .. Pal Accession to WTO
Wto 3 .. Pal  Accession to WTO Wto 3 .. Pal  Accession to WTO
Wto 3 .. Pal Accession to WTO Maram Al Farra
 
A otro nivel! La gamificacion en las bibliotecas
A otro nivel! La gamificacion en las bibliotecasA otro nivel! La gamificacion en las bibliotecas
A otro nivel! La gamificacion en las bibliotecasNCelpa
 
SPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 Year
SPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 YearSPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 Year
SPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 YearTrackMaven
 
A new look for the mind
A new look for the mindA new look for the mind
A new look for the mindDoha Momeanah
 

Viewers also liked (14)

5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)
5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)
5LINX United States of America Opportunity Presentation (Spanish)
 
Resume_Prasanth
Resume_PrasanthResume_Prasanth
Resume_Prasanth
 
Paradigma baru rfa new
Paradigma baru rfa newParadigma baru rfa new
Paradigma baru rfa new
 
Summer ra.doc
Summer ra.docSummer ra.doc
Summer ra.doc
 
Rss
RssRss
Rss
 
JAIME'S ERASMUS PROJECT
JAIME'S ERASMUS PROJECTJAIME'S ERASMUS PROJECT
JAIME'S ERASMUS PROJECT
 
SHELTREX - Smart City in Navi Mumbai
SHELTREX - Smart City in Navi MumbaiSHELTREX - Smart City in Navi Mumbai
SHELTREX - Smart City in Navi Mumbai
 
Anit No Need Foe Mistake Of Idenity.doc
Anit No Need Foe Mistake Of Idenity.docAnit No Need Foe Mistake Of Idenity.doc
Anit No Need Foe Mistake Of Idenity.doc
 
Aztex Indian Army.Pt.2.pdf
Aztex Indian Army.Pt.2.pdfAztex Indian Army.Pt.2.pdf
Aztex Indian Army.Pt.2.pdf
 
Wto 3 .. Pal Accession to WTO
Wto 3 .. Pal  Accession to WTO Wto 3 .. Pal  Accession to WTO
Wto 3 .. Pal Accession to WTO
 
A otro nivel! La gamificacion en las bibliotecas
A otro nivel! La gamificacion en las bibliotecasA otro nivel! La gamificacion en las bibliotecas
A otro nivel! La gamificacion en las bibliotecas
 
Globalization[1]
Globalization[1]Globalization[1]
Globalization[1]
 
SPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 Year
SPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 YearSPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 Year
SPARK 2016: How My Podcast Got Over 1.5M Downloads in 1 Year
 
A new look for the mind
A new look for the mindA new look for the mind
A new look for the mind
 

Similar to Kti febrina diah ramadhani

Similar to Kti febrina diah ramadhani (20)

Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti eka nilawati
Kti eka nilawatiKti eka nilawati
Kti eka nilawati
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti putri arum
Kti putri arumKti putri arum
Kti putri arum
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti yesi kartika
Kti yesi kartikaKti yesi kartika
Kti yesi kartika
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti setiya rahayu
Kti setiya rahayuKti setiya rahayu
Kti setiya rahayu
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti mera putri
Kti mera putriKti mera putri
Kti mera putri
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 

Recently uploaded

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

Kti febrina diah ramadhani

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU LECET TERHADAP NY.S UMUR 29 TAHUN P2A0 6 HARI POST PARTUM DI BPS ROSBIATUL ADAWIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar ahli madya kebidanan Disusun Oleh : NAMA : FEBRINA DIAH RAMADHANI NIM : 201207147 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 2. 2 LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Rabu Tanggal : 08 Juli 2015 Penguji I Penguji II Puspita Dewi, S.ST., M.Kes Eka Ayu Septiana, S.ST Mengesahakan, Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 ii
  • 3. 3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.S UMUR 29 TAHUN P2AO 6 HARI POST PARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET DI BPS ROSBIATUL ADAWIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Febrina Diah Ramadhani, Dewi Puspita, S.ST,.M.Kes, Eka Ayu Septiana,S.ST INTISARI ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Saat menyusui, puting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan insiden sekitar 23% ibu primipara dan 31% ibu multipara. Tujuan di lakukan penelitian ini di harapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manejemen kebidanan varney. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode deskriftif, subjek penelitian Ny. S P2A0 6 hari post partum. Objek penelitian satu orang ibu nifas yaitu Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting Susu Lecet. Asuhan kebidanan diberik nan di rumah pasien. Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam No.2 Kemiling, Bandar Lampung. Kesimpulan, ibu telah mengerti tentang perawatan Puting Susu Lecet dan teknik menyusui yang benar. Saran utama ditujukan untuk lahan, diharapkan tempat lahan praktek dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan secara komprehensif berdasarkan kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan asuhan kepada ibu nifas dan memerikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar guna mencegah terjadinya masalah dalam menyusui seperti puting susu lecet. Kata kunci : Ibu Nifas Kepustakaan : 2005-2014 Jumlah halaman : 151 halaman iii
  • 4. 4 CURRICULLUM VITAE Nama : FEBRINA DIAH RAMADHANI NIM : 201207147 Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 16 Februari 1995 Alamat : Perum. Puri Asri Permai Blok J-3/4 Keteguhan, TBB. Riwayat Pendidikakan  TK Islamiyah 1999 - 2000  SDN 02 Talang 2000 - 2006  Smpn 1 Bandar Lampung 2006 - 2009  Sman 3 Bandar Lampung 2009 - 2012  Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2012 - Sekarang iv
  • 5. 5 MOTTO Sepahit apapun hidup yang kita jalanin, jangan menyerah! Terus melangkah untuk hidup yang lebih baik karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan setelah kita berusaha... By. (Febrina Diah Ramadhani) v
  • 6. 6 PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study Kasus ini, dan dibalik penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang- orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Terima kasih buat Ayah tercinta dan Ibu tercinta yang selalu memberikan semangat dan Do’a setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan. 3. Rekan - rekanku tercinta Akbid ADILA khususnya Angkatan VII yang selalu mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini. 4. Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimah kasih atas partisipasi dan dukunganya selama penulis menyelesaikan tugas akhir Diploma Kebidanan ini. vi
  • 7. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. S Umur 29 Tahun P2A0 6 Hari Post Partum Dengan Puting Susu Lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung Tahun 2015’’. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya atas bantuan, bimbingan serta dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila 2. Hendrayani, S.ST.,M.Kes selaku Pembimbing I Akademik 3. Anggi Novita Dewi, S.ST selaku Pembimbing II Akademik 4. Seluruh dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Studi Kasus ini yang tidak bisa disebut satu persatu. 6. Lahan Penelitian BPS Rosbiatul Adawiyah SKM.,M.Kes Bandar Lampung yang telah memberikan izin melakukan penelitian Penulis menyadari dalam penyusunan Studi Kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan dalam penulisan Studi Kasus selanjutnya. Penulis berharap semoga Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis vii
  • 8. 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii ABSTRAK.......................................................................................... iii CURRICULUM VITAE.................................................................... iv MOTTO ............................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................. vi KATA PENGANTAR........................................................................ vii DAFTAR ISI...................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................. x DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3 1.3 Tujuan...................................................................................... 4 1.4 Ruang Lingkup......................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 6 1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data .............................. 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis ...............................................................9 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan............................................ 65 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ...................................... 81 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian................................................................................ 83 3.2 Matrik ...................................................................................... 93 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian................................................................................ 107 4.2 Interpretasi Data Dasar ............................................................. 127 4.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial.................................. 130 4.4 Tindakan Segera....................................................................... 130 viii
  • 9. 9 4.5 Perencanaan ............................................................................. 132 4.6 Pelaksanaan.............................................................................. 135 4.7 Evaluasi.................................................................................... 143 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 147 5.2 Saran ....................................................................................... 148 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
  • 10. 10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Involusi uterus.........................................................................33 Tabel 3.1 Matrik .....................................................................................93 x
  • 11. 11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur makroskopis........................................................... 22 Gambar 2.2 Posisi Menyusui..................................................................62 xi
  • 12. 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Lembar Konsul Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Leafleat Lampiran 5 : Dokumentasi xii
  • 13. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara (Dewi, 2011; h.25). Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan berku rang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang (Ambarwati, 2009; h.45). Saat menyusui, puting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan insiden sekitar 23% ibu primipara dan 31% ibu multipara (Astutik, 2014; h.114). Kebanyakan puting nyeri atau lecet disebabkan oleh kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak menghisap puting sampai ke areola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu. Puting lecet dapat juga disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya
  • 14. 2 untuk mencuci puting susu ibu. Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan lidah pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai areola payudara dan isapan hanya pada putingnya. Rasa nyeri ini juga dapat timbul bila ibu menghentikan proses menyusu dengan kurang hati- hati (Bahiyatun, 2013; h.79). Posisi yang tepat adalah elemen kunci dalam kesuksesan proses menyusui. Proses menyusui dapat ditingkatkan dengan menempelkan payudara ke tengah-tengah bibir bayi. Hal ini akan menstimulasi bayi untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Dorong bayi lurus kedepan menuju puting susu dan areola. Saat posisi bayi sudah tepat, puting susu dan sebagian besar dari areola akan masuk di dalam mulut bayi (Saleha, 2009; h. 38). Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 42%, sedangkan cakupan pemberian susu botol pada bayi 0-6 bulan sebesar 29%. (Depkes 2012). Pemberian air susu pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting terutama menyangkut pemenuhan zat gizi dan zat lain pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. pemberian ASI Eksklusif di usia 0-6 bulan di pandang sangat strategis, karena pada kondisi tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai penyakit. cakupan bayi mendapatkan ASI Eksklusif di provinsi lampung tahun 2012 sebanyak 29,24% dimana angka ini masih di bawah target yang di harapkan yaitu 60%.
  • 15. 3 Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di Provinsi Lampung, tampak bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2008 sebesar 48,05% dengan target 60,5% dan menurun pada tahun 2009 yaitu 30,06% dengan target 80% dari data tersebut tampak bahwa cakupan ASI Ekslusif di Provinsi Lampung belum mencapai target yang ditetapkan provinsi (Profil Dinkes Kota Bandar Lampung, 2011). Pencapaian ASI Ekslusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah 69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2011). Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang ’’Asuhan Kebidanan ibu nifas terhadap Ny. S usia 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.’’ 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka di identifikasi rumusan studi kasus ini sebagai berikut ’’Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung?”
  • 16. 4 1.3. Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian data pada ibu nifas terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.2 Penulis mampu melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.3 Penulis mampu menentukan diagnosa atau masalah potensial terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.4 Penulis mampu melakukan antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015.
  • 17. 5 1.3.2.5 Penulis mampu menentukan rencana tindakan terhadap Ny. S umur 29 tahun P2AO 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.6 Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas khususnya Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.7 Penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny. S P2A0 umur 29 tahun 6 hari post partum dengan Puting susu lecet di BPS Rosbiatul Adawiyah Bandar Lampung tahun 2015. 1.4. Ruang lingkup 1.4.1 Sasaran Obyek penelitian dalam Studi kasus ini adalah ibu nifas terhadap Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan puting susu lecet. 1.4.2 Tempat Dilaksanakan di rumah pasien, Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam no. 2 Kemiling, Bandar Lampung. 1.4.3 Waktu Peneliti melakukan asuhan kebidanan terhadap Ny. S selama 7 hari yaitu pada hari Jum’at, 3 April 2015 sampai dengan hari Jum’at, 10 April 2015.
  • 18. 6 1.5. Manfaat penulisan 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi pada peneliti-peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan masalah pada ibu nifas. 1.5.2 Bagi pasien Diharapkan dengan asuhan kebidanan yang diberikan ibu dapat mengetahui tehnik menyusui yang benar karena untuk mencegah terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui. 1.5.3 Bagi penulis Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat. 1.6. Metode penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah: 1.6.1 Metode penulisan Dalam penulisan studi kasus ini, menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tersebut.
  • 19. 7 1.6.2 Teknik memperoleh data Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut: 1.6.2.1 Data primer a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2012; h. 35-36, 139). Wawancara dilakukan dengan cara: 1. Auto Anamnesa Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung, jadi data yang diperoleh adalah data primer dan langsung dari sumbernya (Sulistyawati, 2012; h. 180). b. Pengkajian Fisik Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki dengan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi serta ditunjang dengan perawatan luka yang dialami oleh ibu post operasi (Priharjo, 2006; h. 115).
  • 20. 8 1.6.2.2 Data Sekunder a. Sumber Informasi Dokumenter Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter pada dasarnya adalah semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan di dalam kartu klinik, dan sebagainya. Sedangkan dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggug jawab dan wewenang badan atau instansi tidak resmi ataupun perorangan, seperti biografi, catatan harian dan sebagainya. b. Sumber Kepustakaan Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu (Notoatmodjo, 2005; h. 86-87).
  • 21. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 MASA NIFAS 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1). Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau peurpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.1). Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; h.2). Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya,
  • 22. 10 disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni et all, 2009; h.1). 2.1.1.2 Tujuan Asuhan masa nifas Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya, diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama. Kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas berdasarkan sumber yaitu : 1. Tujuan asuhan masa nifas a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas adalah untuk menghindarkan atau mendeteksi adanya kemungkinan adanya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
  • 23. 11 b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan, ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari/ tidak menyentuh daerah luka. c. Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasn konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila ditemukan permasalahan,
  • 24. 12 maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan pada masa nifas. d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nurisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui yaitu sebagai berikut : 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui) e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai berikut: 1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering. 2) Menggunakan bra yang menyokong payudara. 3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
  • 25. 13 dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet. 4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI. f. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling mengenai KB, antara lain seperti berikut ini. 1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang- kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. 2) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan. 3) Sebelum menggunakn KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya, efek samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat digunakan. 4) Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.2- 3). 2. Tujuan asuhan masa nifas a. Memulihkan kesehatan umum penderita 1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan 2) Mengatasi anemia
  • 26. 14 3) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi 4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakkan otot untuk memperlancar peredaran darah. b. Mempertahankan kesehatan psikologis c. Mencegah infeksi dan komplikasi d. Memperlancar pembentukan ASI e. mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Bahiyatun, 2013; h.3). 2.1.1.3 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dari berbagai macam sumber, antara lain: 1. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah : a. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas. b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
  • 27. 15 c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman (Saleha, 2009; h.5). 2. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah : a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga. c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi. e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman. g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta mencegah
  • 28. 16 komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. h. Memberikan asuhan secara professional (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.4). 3. Peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas: a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas. b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien (Bahiyatun, 2013; hal. 3). 2.1.1.4 Tahapan masa nifas 1. Tahapan masa nifas a. Peurperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, seta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
  • 29. 17 b. Puerperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Puerperium remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.4). 2. Tahapan masa nifas a. Periode immediate post partum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu. b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
  • 30. 18 c. Periode late post partum (1 minggu-5minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009; h.5-6). 2.1.1.5 Kunjungan masa nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi. 1. 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan member rujukan bila pendarahan berlanjut. c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Catatan: Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
  • 31. 19 2. Enam hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak adabau. b. Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, atau kelainan, pasca melahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat. 3. Dua minggu setelah persalinan sama seperti diatas (enam hari setelah persalinan) 4. Enam minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-prnyulit yang dialami atau bayinya. b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. 2.1.1.6 Proses laktasi dan menyusui 1. Anatomi payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk
  • 32. 20 mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. a. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium. b. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila. c. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lainnya. 2. Struktur makroskopis Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut:
  • 33. 21 a. Cauda aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila. b. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing- masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. c. Papilla mammae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung- ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam.
  • 34. 22 Gambar 2.1 Struktur makroskopis 3. Struktur mikroskopis a. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. b. Duktus laktiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus. c. Ampulla Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola. d. Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.4-5, 7-9).
  • 35. 23 4. Fisiologi laktasi Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI tidak lancar (Saleha, 2009; h.11). 5. Pembentukan air susu Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut. a. Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin di hambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan progesteron sangat berkurang, di tambah dengan isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara
  • 36. 24 yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor- faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel- sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. b. Reflek let down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior , rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang di lanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli dan masuk ke dalam sistem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut
  • 37. 25 1) Melihat bayi 2) Mendengar suara bayi 3) Mencium bayi 4) Memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi dan Sunarsih 2013; h.11-13). 6. Manfaat pemberian ASI a. Bagi bayi 1) Komposisi sesuai kebutuhan 2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan 3) ASI mengandung zat pelindung 4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat 5) Menunjang perkembangan kognitif 6) Menunjang perkembangan penglihatan 7) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak 8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat 9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri b. Bagi ibu 1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula 2) Mencegah anemia defisiensi zat besi 3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
  • 38. 26 4) Menunda kesuburan 5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan 6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium c. Manfaat bagi keluarga 1) Mudah dalam proses pemberiannya 2) Mengurangi biaya rumah tangga 3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya yang berobat d. Manfaat bagi Negara 1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan 2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui 3) Mengurangi polusi 4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Saleha, 2009; h.31-33). 7. Komposisi ASI a. Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
  • 39. 27 1) Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey: kasein= 60:40, dibandingkan dengan air susu sapi yang rasionya= 20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar tirosindan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. 2) Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa. 3) Lemak Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7 - 8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak.Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
  • 40. 28 4) Mineral ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum. 5) Air Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. 6) Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflavin dan sam penthotenik lebih kurang. a) Vitamin A: air susu manusia sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum
  • 41. 29 mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU. b) Vitamin D: vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia. c) Vitamin E: kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide. d) Vitamin K: diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak. e) Vitamin B kompleks: semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan. f) Vitamin C: vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibandingkan dengan susu sapi. 8. Stadium ASI ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut : a. Kolostrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.
  • 42. 30 Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan. b. ASI transisi / peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. c. ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. 9. Tanda bayi cukup ASI a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama
  • 43. 31 b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir c. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/ hari d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis f. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal g. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan h. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentan usianya i. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.19-21, 24). 2.1.1.7 Perubahan fisiologi masa nifas Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:
  • 44. 32 1. Uterus Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan sympisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokhea, banyaknya lokhea kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya (Saleha, 2009 h.53-54). Involusi uteri Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
  • 45. 33 Tabel 2.1 Involusi uterus Involusi TFU Bayi baru lahir Setinggi pusat Uri lahir 2 jari dibawah pusat minggu Pertengahn pusat-simfisis minggu Tidak teraba diatas simfisis minggu Bertambah kecil 8 minggu Sebesar normal (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.57) 2. Lokhea Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokhea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lokhea rubra, sangulenta, dan lokhea serosa atau alba. a. Lokhea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set- set desisdua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lokhea yang akan keluar selama dua sampai tiga hari post partum. b. Lokhea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. c. Lokhea serosa adalah lokhea berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokhea rubra. Lokhea ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14
  • 46. 34 pasca persalinan. Lokhea alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit. d. Lokhea alba adalah lokhea yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua. 3. Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. 4. Serviks Segera setelah berakhirnya kala TFU, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun
  • 47. 35 mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu post partum. 5. Vagina Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga (Saleha, 2009; h.55-56). 6. Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut : a) Produksi susu b) Sekresi susu atau let down Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
  • 48. 36 payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak, terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. 7. Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bisa juga karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009; h.55- 58). h. Perubahan sistem perkemihan 1) Mencapai hemostatis internal a) Keseimbangan cairan dan elektrolit
  • 49. 37 Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari air tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler. Kandungan air sisanya disebut cairan ekstraseluler. b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan tidak diganti. 2) Keseimbangan asam basa tubuh Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4 disebut alkalosis dan jika ph < 7,35 disebut asidosis. 3) Mengeluarkan sisa metabolism, racun, dan zat toksin Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama: urea, asam urat, dan kreatinin (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.62).
  • 50. 38 i. Perubahan tanda-tanda vital 1) Suhu badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. 2) Nadi Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi diatas 100x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi atau haemoragik post partum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. 3) Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia.Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
  • 51. 39 menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darh tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi. 4) Pernafasan Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali/ menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat dan normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. j. Perubahan system endokrin 1) Hormon plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan
  • 52. 40 sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. 2) Hormon pituitary Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. 3) Hipotalamik pituitary ovarium Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan, sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu. 4) Hormon oksitosin Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
  • 53. 41 5) Hormon estrogen dan progesteron Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina (Rukiyah et all, 2011; h.68, 73-74). k. Perubahan sistem muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma, pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasr panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
  • 54. 42 tertentu. Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi (Sulistyawati, 2009; h.79). l. Perubahan sistem kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali normal pada hari ke 5. Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. m. Perubahan sistem hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma di tambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya berkisar antar 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang
  • 55. 43 bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta (Rukiyah et all, 2011; h.70-71). 2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas 1. Nutrisi dan cairan Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin. a) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. b) Ibu memerlukan tambahan 20 gram protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya
  • 56. 44 16 % dari tambahan 500 kalori yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan untuk membawa oksigen didalam sel darah merah serta pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati. Sumber protein diperoleh dari protein hewani dan nabati. Protein hewani antara lain: seperti telur, danging, ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan. c) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. d) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat besi selama 40 hari pascapersalinan. e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Dewi dan Sunarsih, 2013; hal. 71).
  • 57. 45 Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam ASI (Suherni et all, 2009; h.101). 2. Ambulasi Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kanan dan miring kekiriuntuk mencegah adanya trombosit). Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut : a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah infeksi puerperium b) Mempercepat involusi uterus c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
  • 58. 46 3. Eliminasi Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini : a) Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien b) Mengompres air hangat di atas simfisis c) Saat site bath ( berendam air hangat ) klien disuruh BAK. Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi. Karena dapat menimbulkan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau laksa per os (melalui mulut). Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksa atau paraffin (1-2 hari post partum) atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur : a) Diet teratur b) Pemberian cairan yang banyak c) Ambulasi yang baik
  • 59. 47 d) Bila takut buang air besar secara episiotomi maka diberikan laksa supposotria. 4. Istirahat Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.72-76). Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya. Tidur pada malam hari selama 7-8 jam dan tidur pada siang hari sebaiknya selama 1-2 jam (Rukiyah et all, 2011; h.127). Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah : a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi atau dihasilkan dan menyebabkan kelelahan sehingga dapat timbul sering pusing
  • 60. 48 b) Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak perdarahan. c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.76). 5. Personal hygiene Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut: a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum. b) Mengajarkan ibu bagaimana kebersihan daerah kelamin dengan sabun dan air. c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saleha, 2009; h.73-74) 6. Seksual Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
  • 61. 49 berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.77). 2.1.1.9 Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaftasi setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 1. Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung ada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi
  • 62. 50 ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut: a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya, misalkan: jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan sebagainya. b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan dan sebagainya. c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya. d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab bersama. 2. Fase taking hold Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi
  • 63. 51 dengan ibu berhati-hati dalam tindakan. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. 3. Fase letting go Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.65-66). 2.1.1.10 Tanda bahaya masa nifas Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting, yang harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka ia harus secepatnya datang ke bidan atau dokter. 1.Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam).
  • 64. 52 2. Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk (menyengat). 3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. 4. Rasa sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan. 5. Pembengkakan di wajah atau di tangan. 6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan. 7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit. 8. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama. 9. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki. 10.Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau dirinya sendiri. 11.Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah (Sulistyawati, 2009; h.137-138). 2.1.1.11 Patologi menyusui Masalah meyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan agar masalah menyusui dapat segera ditanggulangi, sehingga tidak menjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan menyusui.
  • 65. 53 Masalah dalam pemberian ASI yaitu salah satunya ialah puting susu lecet. Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting (Saleha, 2009; h.102). 2.1.1.12 Masalah dalam menyusui Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil (Maryunani, 2009; h.90). Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain : 1. Stress Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali merasa kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang dihadapi ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara lain : a. Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun menyusui bayinya b. Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau saudara yang tinggal serumah tidak memberi dukungan.
  • 66. 54 2. Puting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam yaitu dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang puting susu. Bila puting susu menonjol berarti puting tersebut normal, namun bila putting tidak menonjol berarti puting susu datar/ terbenam (Maryunani, 2009; h.90-91). 3. Payudara bengkak Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah: a) Payudara penuh: rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. b) Payudara bengkak: payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilapwalau tidak merah, dan bila diperiksa/ dihisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.47).
  • 67. 55 4. Saluran susu tersumbat Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut: a) Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui b) Pemakaian bra yang terlalu ketat c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan (Saleha, 2009; h.107). 5. Mastitis / radang payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi (Maryunani, 2009; h.95). Mastitis adalah radang pada payudara. Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut : a) Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/ nyeri lokal b) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local c) Payudara keras dan berbenjol-benjol
  • 68. 56 d) Panas badan dan rasa sakit umum (Saleha, 2009; h.109). 6. Abses payudara Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah (Maryunani, 2009; hal. 96). 7. Puting susu lecet / nyeri Saat menyusui, puting susu dapat mengalami lecet- lecet, retak, atau terbentuk celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan insiden sekitar 23% ibu primipara dan 31% ibu multipara (Astutik, 2014; hal. 114). Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush (candidates) atau dermatitis.
  • 69. 57 Cara menangani: 1. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui salah, candidiasis atau dermatitis. 2. Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui. 3. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi. 4. Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit. 5. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain seperti krim, salep, dan lain-lain. 6. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24. 7. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri. 8. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun. 9. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh.
  • 70. 58 10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangandengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. 11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot 12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang lebih singkat. 13. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas (Ambarwati dan Wulandari, 2009; hal. 46-47). Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Hal ini biasanya disebabkan oleh : a) Tehnik menyusui yang tidak benar b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membershkan puting susu. c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. d) Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue). e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
  • 71. 59 Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah sebagai berikut: a) Cari penyebab puting susu lecet b) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada puting susu yang normal atau lecetnya sedikit. c) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hindmilk), tidak menggunakan sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara. d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam). e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam. f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun. g) Posisi menyususi harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara. h) Keluarkan ASI sedikit dan oleskan ke puting susu yang lecet dan biarkan kering. i) Pergunakan bra yang menyangga.
  • 72. 60 j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit. k) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet nystatin (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.39-40). Puting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir. Cara mengatasinya : a) Oleskan puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan setelah menyusui. Hal ini untuk mempercepat sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa nyeri / perih. b) Perhatikan tehnik menyusui termasuk posisi menyusui yang baik dan benar. c) Bila ditemukan gejala moniliasis pada bayi, segera berikan anti jamur (sesuai petunjuk). d) Jangan membersihkan puting susu dan areola dengan sabun, alcohol dan zat iritan lainnya. e) Lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan cara benar. f) Jangan mengenakan BH yang terlalu kuat. g) Jika rasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyusui dengan memulai pada daerah
  • 73. 61 yang tidak nyeri terlebih dahulu untung mengurangi rasa sakit. h) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau lecet makin berat, puting susu yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan dengan itu, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan dapat diberikan pada bayi dengan sendok (Maryunani, 2009; h.92-93). 2.1.1.13 Tehnik menyusui 1. Pengertian tehnik menyusui Tehnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.30). Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan/perawat perlu memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah. 2. Tehnik menyusui yang benar 1) Cara menyusui dengan sikap duduk Gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak kaki menginjak lantai. Gunakan dingklik (bangku
  • 74. 62 kecil) sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung. Cara menyusui yang baik dan benar a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan ke puting susu dan areola sekitarnya. Hal ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembutan puting susu. b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara a) Ibu duduk atau berbaring b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. c) Bayi menempel pada ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). d) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. e) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang. 2) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu dan areolanya saja.
  • 75. 63 3) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi bayi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. 4) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting susu serta areola dimasukkan kemulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. 5) Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi, yaitu : a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut. b) Dagu bawah bayi ditekan. 6) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). 7) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu
  • 76. 64 dan areolanya sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya. 8) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah, dengan cara: a) Bayi digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu, lalu punggung bayi ditepuk perlahan-lahan b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan- lahan (Maryunani, 2009; h.76-79). Gambar 2.2 Posisi Menyusui 3. Waktu menyusui Pada bayi yang baru lahir akan menyusui lebuh sering, rata-rata adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, bahkan 18 kali, menyusui on demand adalah
  • 77. 65 menyusui kapan pun bayi meminta atau di butuhkan oleh bayi (Astutik, 2014; h.60). a. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut: 1) Bayi tampak tenang 2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar 4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu 5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk 6) Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan 7) Puting susu tidak terasa nyeri 8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9) Kepala bayi tidak menengadah (Saleha, 2009; h.37). 4. Tanda bayi cukup ASI a. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
  • 78. 66 c. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis f. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal g. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan h. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan monotoriknya sesuai dengan rentang usianya i. Bayi kelihatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas (Dewi dan Sunarsih, 2013; h.24). 5. Ada Beberapa Tingkatan nyeri, antara lain: 1) Skala intensitas nyeri dan tipe nyeri Skala keterangan 10 : Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien. 9, 8, 7: Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan. 6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk 5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
  • 79. 67 4 : Nyeri seperti kram atau kaku. 3 : Nyeri seperti perih atau mules. 2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul. 1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut- nyutan 0 : Tidak ada nyeri. 2) Tipe nyeri Skala keterangan: 10 : Tipe nyeri sangat berat. 7-9 : Tipe nyeri berat. 4-6 : Tipe nyeri sedang. 1-3 : Tipe nyeri ringan. http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/tingk atan-nyeri.html (di unggah Sabtu, 16 Mei 2015 Pukul 16.00 Wib). 2.2 Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang
  • 80. 68 logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. 2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney Langkah I: Pengumpulan data dasar Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: 1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan klien. 2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi: a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi). b. Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatat sebelumnya). Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut di
  • 81. 69 interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan, 2007; h.96-99). 2.1.2.1 Data subjektif 1. Biodata Yang mencakup identitas pasien : a) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. c) Agama Memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan. d) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
  • 82. 70 e) Suku / bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. f) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 2. Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas. 3. Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa hamil ini. b) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa hamil.
  • 83. 71 c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. 4. Riwayat obstetric a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. b) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. 5. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
  • 84. 72 6. Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. 7. Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas. 8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. b) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. c) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, misalnya membaca, mendengarkan music,
  • 85. 73 kebiasaan mengkonsumsi obat tidur kebiasaan tidur, siang, penggunaan waktu luang. d) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. e) Aktivitas Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.132- 136). 2.1.2.2 Data obyektif Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan.
  • 86. 74 Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut: 1. Keadaan umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. a. Baik Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. b. lemah Pasien dimasukan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. c. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat keasdaran mulai dari keadaan compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (sulistyawati, 2012; h.188-189). d. Tanda vital 1) Tekanan darah Tekanan darah normal sistole 110-130 mmHg, diastole 70-90 mmHg (Saleha, 2009; h.130).
  • 87. 75 2) Nadi Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. 3) Suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38ºC adalah mengarah ketanda-tanda infeksi. 4) Pernapasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 kali/ menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.138-139).
  • 88. 76 e. Pemeriksaan fisik 1) Kepala d) Rambut 1) Warna 2) Kebersihan 3) Mudah rontok atau tidak e) Telinga 1) Kebersihan 2) Gangguan pendengaran f) Mata 1) Konjungtiva 2) Sklera 3) Kebersihan 4) Kelainan 5) Gangguan penglihatan (rabun jauh atau dekat) g) Hidung 1) Kebersihan 2) Polip 3) Alergi debu h) Mulut 1) Bibir a. Warna
  • 89. 77 b. Integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-pecah) 2) Lidah a. Warna b. Kebersihan 3) Gigi a. Kebersihan b. karies c. gangguan pada mulut ( bau mulut) i) Leher 1) pembesaran kelenjar limfe 2) parotitis j) Dada 1) bentuk 2) simetris atau tidak Payudara 1) bentuk 2) besar masing-masing payudara 3) hiperpigmentasi 4) teraba massa, nyeri atau tidak 5) pengeluaran kolostrum 6) keadaan putting 7) kebersihan 8) bentuk bra
  • 90. 78 Denyut jantung Gangguan pernafasan k) perut 1) bentuk 2) bekas luka operasi 3) striae 4) linea 5) TFU 6) Hasil pemeriksaan palpasi Leopold 7) Taksiran berat janin 8) Denyut jantung janin l) Ekstremitas Atas 1) Gangguan/kelainan 2) Bentuk Bawah 1) Bentuk 2) Oedema 3) Varices m)Genital 1) Kebersihan 2) Pengeluaran pervaginam 3) Tanda-tanda infeksi vagina
  • 91. 79 n) Anus 1) Hemoroid 2) Kebersihan b) Data penunjang/ data laboratorium 1) Kadar HB 2) Hematokrit 3) Kadar leukosit 4) Golongan darah (Sulistyawati, 2012; h.189- 191). Langkah II: Interpretasi data Melakukan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan diinterpretasikan menjadi dignosa kebidannan dan masalah kedua digunakan karena beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan seperti dignosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. Langkah III: Diagnosa potensial Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin terjadi pada langkah ini di identifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan serangkaian masalah dan dignosa hal ini
  • 92. 80 membutuhkan antisipasi pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi. Langkah IV: Antisipasi masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Langkah V : Perencanaan Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau antisipasi rencana asuhan menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang sudah di lihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yan berkaitan tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. Langkah VI: Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien ini dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. Langkah VII: Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah di lakukan bidan mengevaluasi keefektifitasan dari asuhan yang
  • 93. 81 di berikan, ulangi kembali proses manejemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.141-147). 2.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Dalam pasal 16 tentang praktik bidan yaitu: 1. Pelayanan kebidanan pada ibu meliputi: a. Penyuluhan dan konseling b. Pemeriksaan fisik c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi ringan dan anemia ringan e. Pertolongan persalinan normal f. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term. g. Pelayanan ibu nifas normal h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan gynekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
  • 94. 82 2. Pelayanan kebidanan pada anak meliputi: a. Pemeriksaan bayi baru lahir b. Perawatan tali pusat c. Perawatan bayi d. Resusitasi pada bayi baru lahir e. Pemantauan tumbuh kembang anak f. Pemberian imunisasi g. Pemberian penyuluhan (Sofyan et all, 2006; h.171).
  • 95. 83 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU LECET TERHADAP Ny. S UMUR 29 TAHUN P2A0 6 HARI POST PARTUM DI BPS ROSBIATUL ADAWIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 Data subjektif Anamnesa oleh : Febrina Diah Ramadhani Tanggal : 3 April 2015 Pukul : 12.00 WIB Pengkajian A. Identitas 1. Biodata Istri Suami Nama : Ny.S : Tn. S Umur : 29 Tahun : 30 Tahun Agama : Islam : Islam Suku : Jawa : Jawa Pendidikan : SMA : S1 Pekerjaan : IRT : Wiraswasta Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg. Batu Kalam No. 2 Kemiling, Bandar Lampung 2. Keluhan utama : Ibu mengatakan puting susu terasa nyeri pada saat menyusui
  • 96. 84 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada hipertensi DM : Tidak ada DM Jantung :Tidak ada penyakit jantung Asma : Tidak ada asma Ginjal : Tidak ada penyakit ginjal Hepatitis : Tidak ada hepatitis TBC : Tidak ada TBC b. Riwayat kesehatan dahulu Hipertensi : Tidak ada hipertensi Asma : Tidak ada asma TBC : Tidak ada TBC c. Riwayat kesehatan keluarga Hipertensi : Tidak ada hipertensi Jantung : Tidak ada penyakit jantung Asma : Tidak ada asma TBC : Tidak ada TBC 4. Riwayat perkawinan Status perkawinan : Syah Lama pernikahan : ±5 tahun
  • 97. 85 5. Riwayat obstetri a. Riwayat haid Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari Lamanya : 5 hari Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/ hari Warna : Merah kehitaman Disminorhea : Tidak ada b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu No Tanggal persalinan Tempat persalinan Umur kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit Keadaaan Ket. Nifas Anak -8-2010 BPS Rosbiatul Adawiyah 38 minggu 4 hari Spontan pervaginam Bidan Tidak ada Normal Sehat Sehat c. Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Spontan Tanggal : 28 Maret 2015 Jam : 15.05 WIB Jenis kelamin : Perempuan Panjang badan : 49 cm Berat badan : 2800 gram Keadaan bayi : Sehat d. Riwayat KB : Tidak ada
  • 98. 86 e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari 1) Nutrisi Selama hamil Pola makan dalam sehari : Ibu mengatakan saat hamil ibu makan dengan menu nasi, lauk pauk, dan buah, jumlah 3 kali sehari dengan frekuensi sedang, dan tidak ada pantangan Selama nifas : Ibu mengatakan saat ini ibu makan dengan menu nasi, sayur bayam, tempe, ayam goreng, buah pir, dengan jumlah 3 kali sehari dengan frekuensi sedang, minum 7-8 gelas/ hari, dan minum susu 1 gelas/ hari 2) Pola eliminasi Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil BAK sekitar ± 6–7 kali/ hari, warna kekuningan jernih, bau yang khas dan BAB 1 kali/ hari, warna kuning konsistensi lunak Selama nifas : Ibu mengatakan 4-6 x/ hari buang air kecil dengan warna kekuningan
  • 99. 87 jernih dan buang air besar 1-2 x/ hari 3) Pola istirahat Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil tidur malamnya sekitar 7–8 jam/hari dan tidur siang sekitar 1-2 jam/hari Selama nifas : Ibu mengatakan saat ini hanya tidur ± 4-6 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari 4) Personal hygiene Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2- 3 kali sehari atau tiap basah dan lembab. Selama nifas : Ibu mengatakan Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3 kali sehari atau tiap basah/ lembab, cebok dari depan kebelakang, dan di keringkan menggunakan tissue setelah cebok. 5) Pola seksual Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil ibu melakukan hubungan seksual sekali dalam seminggu.
  • 100. 88 Selama nifas : Ibu mengatakan saat ini belum melakukan hubungan seksual. 6) Riwayat Psikososial a) Status perkawinan : Syah, 5 tahun b) Status emosional : Stabil 7) Riwayat spiritual a) Selama hamil : Tidak ada b) Selama nifas : Tidak ada I. Data Objektif A. Pemeriksaan umum Keadaaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Keadaan emosional : Stabil Tanda vital TD : 110/ 70 MmHg Nadi : 80 x/ i Pernafasan : 22 x/ i Suhu : 36,50 C B. Pemeriksasan fisik Kepala 1. Wajah Pucat : Tidak pucat Oedema : Tidak oedema 2. Mata Simetris : Ya Kelopak mata : Tidak oedema
  • 101. 89 Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih 3. Hidung Simetris : Ya Polip : Tidak ada Kebersihan : Ya 4. Mulut Bibir : Tidak pecah-pecah Lidah : Bersih Gusi : Tidak ada luka Gigi : Tidak caries 5. Telinga Simetris : Ya Gangguan pendengaran : Tidak ada 6. Leher Tumor : Tidak ada Pembesaran kel. Tiroid : Tidak ada Pembesaran vena juguralis : Tidak ada 7. Ketiak, pembesaran kel. Limfe : Tidak ada 8. Dada Retraksi : Normal Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada 9. Payudara Simetris : Ya
  • 102. 90 Pembesaran : Ada, normal Puting susu : lecet kanan dan kiri / menonjol Hiperpigmentasi : Ada Benjolan : Tidak ada benjolan Pengeluaran : ada, ASI transisi 10.Punggung dan pinggang Simetris : Ya Nyeri ketuk : Tidak ada 11.Abdomen Benjolan : Tidak ada benjolan Konsistensi : Keras Kandungan kemih : Kosong Uterus : TFU : Pertengahan pusat dan sympisis Kontraksi : Baik 12. Anogenital Labia mayora/ minor : Ada Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran Pengeluaran vagina Jenis lokia : Sanguinolenta Warna : Merah kekuningan Bau : Khas Perineum : Tidak ada laserasi Anus : Tidak ada hemoroid
  • 103. 91 13.Ekstremitas Oedema : Tidak oedema Kemerahan : Tidak kemerahan Varises : Tidak ada varices C. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboraturium a. Darah : Tidak dilakukan b. HB : Tidak dilakukan Golongan darah : Tidak dilakukan c. Protein : Tidak dilakukan Urine : Tidak dilakukan Glukosa : Tidak dilakukan D. Darah penunjang Riwayat persalinan sekarang 1. Ibu Tempat melahirkan : BPS Rosbiatul Adawiyah Penolong : Bidan Jenis persalinan : Spontan, normal Lama persalinan : 6 jam 55 menit Catatan waktu Kala I : 4 jam 15 menit Kala II : 0 jam 30 menit Kala III : 0 jam 10 menit Kala IV : 2 jam 0 menit
  • 104. 92 Ketuban pecah pukul : 14.50 Wib Plasenta Lahir segera : Spontan Ukuran : 18 cm Berat : 500 gram Panjang tali pusat : 50 cm Perineum : Tidak ada laserasi 2. Bayi Lahir tanggal/ pukul : 28-3-2015/ 15.05 WIB Nilai apgar : 9/ baik Jenis kelamin : Perempuan Cacat bawaan : Tidak ada cacat Masa gestasi : 39 minggu
  • 105. 93 TABEL 3.1 MATRIKS Tgl / jam Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah, kebutuhan) Dx potensial/ masalah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 3 April 2015, pukul 13.00 WIB DS : - ibu mengatakan puting susu nyeri saat menyusui - ibu mengatakan sudah berobat di BPS Rosbiatul pada tanggal 3 April 2015, pukul: 08.30 WIB - ibu mengatakan tali pusat bayi nya sudah puput pada hari ke 5 - Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 28 Maret 2015 pukul 15.05 Wib Dx : Ny. S umur 29 tahun P2A0 6 hari post partum dengan puting susu lecet. DS: - ibu mengatakan puting susu nyeri saat menyusui - ibu mengatakan tali pusat bayi nya sudah puput pada hari ke 5 Payudara bengkak Tehnikmeny usui yang baik dan benar 1. Jelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini 2. Lakukan pengkajian tentang penyebab puting susu lecet 1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaannya saat ini bahwa dalam keadaan baik sesuai dengan hasil pemeriksaan TD : 110/70 mmHg, Suhu : 36,5c, dan hasil pemeriksaan fisik ibu juga dalam keadaan baik dan ibu tidak ada luka jahitan dan ibu mengalami puting susu lecet 2. Melakukan pengkajian tentang penyebab puting susu lecet yaitu : a) Tehnik menyusui yang salah b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting 1. Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya saat ini 2. Setelah dilakukan pengkajian penyebab dari puting susu lecet ibu dikarenakan tehnik menyusuinya yang salah
  • 106. 94 DO : - KU: baik - Kesadaran : compos mentis - K. Emosional : stabil - TD: 110/70 mmHg - N : 80x/menit - RR : 22x/menit - T : 36,5 ºC -puting susu ibu menonjol dan terasa nyeri saat menyusui - TFU pertengahan pusat dan syimfisis - pengeluaran lokhea sanguinolenta - tidak ada tanda- tanda infeksi - Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 28 Maret 2015 pukul 15.05 Wib DO: - KU: baik - Kesadaran : compos mentis - K. Emosional : stabil - TD: 110/70 mmHg - N : 80x/menit - RR : 22x/menit - T : 36,5 ºC -puting susu ibu menonjol dan terasa nyeri saat menyusui - TFU pertengahan pusat dan syimfisis - pengeluaran lokhea sanguinolent a Masalah : Nyeri pada 3. Ajarkan ibu cara perawatan puting susu lecet susu ibu d) Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue) e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat. 3. Memberitahu ibu cara perawatan puting susu lecet: - Cari penyebab puting susu lecet - Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada puting susu normal yang lecetnya sedikit - Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara - Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) - Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam - Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun - Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara 3. Ibu sudah mengerti tentang perawatan puting susu lecet
  • 107. 95 payudara bagian kanan dan kiri Kebutuhan : - ajarkan tehnik menyusui yang benar 4. Ajarkan kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar - Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering - Pergunakan bra yang menyangga 4. Menjelaskan dan mengajarkan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang benar yaitu : a) Cara menyusui dengan sikap duduk: - Gunakan kursi yang nyaman, upayakan kaki menginjak lantai gunakan dingklik sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung b) Cara menyusui yang baik dan benar : - Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya - Bayi diletakkan menghadap perut ibu/ payudara 1) Ibu duduk atau berbaring 2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan 4. ibu mengerti tentang tekhnik menyusui yang benar dan manfaat dari menyusui dengan tanda : - Bayi tampak tenang - Mulut bayi terbuka lebar - Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk - Bayi tampak menghisap kuat dengan ritme yang perlahan - Puting susu tidak terasa nyeri
  • 108. 96 dengan telapak tangan ibu 3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan 4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara 5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang - Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari-jari lainnya menopang dibawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja - Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi - Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi, usahakn sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi - Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada
  • 109. 97 5. Pastikan involusi uteri ibu berjalan normal payudara yang lain - Melepaskan isapan bayi dengan cara: a) jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut b) dagu bayi ditekan kebawah - Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya - Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah, dengan cara: a) Bayi digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu lalu, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. 5. Memastikan involusi uterus berjalan normal TFU: pertengahan pusat dan simfisis ,pengeluaran lokea: sanguinolenta 5. Involusi uterus ibu berjalan dengan normal