SlideShare a Scribd company logo
1 of 124
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN
P2 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS
MAPALDA, S.ST WAY KANDIS
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
STUDI KASUS
N a m a : SRI MARIA ULVA
NIM : 201207057
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN
P2 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS
MAPALDA, S.ST WAY KANDIS
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
STUDI KASUS
Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Pada
PRODI D III Kebidanan
N a m a : SRI MARIA ULVA
NIM : 201207057
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Penguji I
Andhesty Novita Xanda,
NIK. 11402052
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 29 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Andhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes Vionita Gustianto, S.ST
NIK. 2015021054
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
ii
3
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
, S.ST
4
CURRICULUM VITAE
NAMA : Sri Maria Ulva
NIM : 201207057
Tempat/Tanggal Lahir : Rata Agung 11 februari 1994
Alamat : Desa Rata agung Kec.Lemong Pesisir Barat
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (2014/2015)
Biografi :
1. SDN 01 Rata Agung Tahun 2006
2. MTSN Rata Agung Tahun 2007
3. MAN 2 Bandar Lampung Tahun 2009
4. Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan
di Akademi kebidanan adila bandar lampung tahun
2015
iii
5
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGANPERAWATAN
LUKA PERINIUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN P2A0
6 JAM Di BPS MAPALDA, S. ST BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Sri Maria Ulva, Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes, Vionita Gustianto, S.ST
Intisari
KTI ini membahas tentang asuhan kebidanan Pada Masa Nifas dengan perawatan luka
perineum 6 jam post partum. Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma
pelvis. Perinium mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, otot ini sering
mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan. Pada masa nifas 6 jam pertama rentan terjadi
pendarahan postpartum yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi masih
menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas, jika tidak ditangani akan menimbulkan
komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi dari jalan lahir, infeksi ini
tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50%. Mengingat
masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu (42
hari) setelah itu. Pelayanan pascaa persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini. Dengan
tujuan mampu melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
perencanaan, plaksanaan, evaluasi dan menganalisis kesenjangan serta memecahkan masalah
jika terdapat kesenjangan antara praktek dan teori pada Ny. R dengan perawatan luka
perineum 6 jam post partum. KTI ini menggunakan metodologi study kasus dengan metode
deskriptif. Lokasi studi kasus di BPS Mafalda way kandis, Bandar Lampung, Waktu pada
tanggal 10 april 2015. Subjek adalah Ny. R dengan perawatan luka perineum 6 jam post
partum. Instrument yang digunakan adalah format asuhan kebidanan menurut varney. Teknik
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Dari pengkajian pada Ny. R
dengan perawatan luka perineum 6 jam post partum diketahui perut Ny. R masih terasa mulas
dan nyeri pada luka jahitan. Asuhan yang diberikan yaitu sesuai dengan teori dan kebutuhan
ibu. Kesimpulannya yaitu asuhan kebidanan pada Ny. R dengan perawatan luka perineum 6
jam post partum dapat teratasi dan kondisi Ny. R normal yang apabila tidak ditangani
perawatan luka perineum selama masa nifas dapat menyebabkan infeksi pada masa nifas.
Kata kunci : Masa Nifas
Kepustakaan : 10 Referensi (tahun 2005-2013)
Jumlah Halaman : 109 Halaman
iv
6
MOTTO
“Don't be afraid to move because the distance
of 1000 miles starts by a single step”
(Jangan takut untuk bergerak karena jarak
1000 mil dimulai dengan satu langkah)
By : Sri Maria Ulva
v
7
PERSEMBAHAN
Terima kasih kepada ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang atas
segala nikmat dan cinta kasih yang diberikan untuk penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah :
Karya Tulis Ilmiah ini, ku persembahkan kepada :
1. Terima kasih kepada kedua orang tua ku karena telah membesarkan dan mendidik
ku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, mendoakan dan memberikan
dukungan sepenuhnya kepada anakmu, serta kakak-kakak ku tersayang yang selalu
memberikan support dan motivasi yang besar untuk ku.
2. Sahabat dan teman-temanku angkatan ke-VII AKBID ADILA Bandar Lampung,
terimakasih untuk hari-hari yang kita lalui bersama yang penuh dengan
kebersamaan, canda tawa, sedih, senang, bahkan rasa manis pahit, selama kurang
lebih 3 tahun ini, semoga sukses
3. Almamater ku tercinta, AKBID ADILA Bandar Lampung yang telah
mengantarkan ke gerbang masa depan.
vi
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat penulis Allah SWT atas berkat rahmat, ridho dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul“Asuhan
Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi NY. Y Segera Setelah
Lahir di BPS Ketut Dani,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015” dalam
menyelesaikan penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur AKBID ADILA Bandar Lampung
2. Adhesty, Novita Xanda, S.ST, M.Kes Selaku Penguji I
3. Vionita Gustianto, S.ST Selaku Penguji II
4. BPS Mafalda, S.ST Selaku tempat mengambil penelitian
5. Segenap dosen dan staff Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
guna perbaikan berikutnya. Semoga penulis Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca umumnya.
Bandar Lampung, April 2015
Penulis
vii
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
INTISARI .............................................................................................. iii
CURRICULLUM VITAE .................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN.................................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup..................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5
1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data.......................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis........................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ...................................... 35
2.3 Landasan Hukum Dan Kewenangan Bidan ......................... 55
2.4 Kompetensi bidan dalam masa nifas.................................... 56
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ............................................................................ 59
3.2 Matriks ................................................................................. 68
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................ 78
4.2 Interpretasi Data................................................................... 92
4.3 Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial ............................. 95
4.4 Tindakan segera.................................................................... 96
4.5 Perencanaan.......................................................................... 97
4.6 Pelaksanaan .......................................................................... 99
4.7 Evaluasi................................................................................ 104
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 107
5.2 Saran ................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
1
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Program Masa Nifas ...............................................................11
Table 2.2 Perubahan uterus masa nifas ..................................................12
Tabel 3.1 Matriks ....................................................................................68
ix
2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan
Lampiran 3 : Lembar Konsul
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan
asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini
(Dewi, 2011; h. 3).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka kematian ibu
(AKI) hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 40% kematian masa nifas. Penyebab utama kematian ibu
disebabkan karena perdarahan (24%), infeksi (15%),aborsi tidak aman (13%),
tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan lama (8 %).
Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan
bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus terjadi peningkatan yang
signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Penyumbang kematian
terbanyak adalah Kota Bandar Lampung, dengan kasus terbanyak adalah
eklampsia dan perdarahan, rata-rata penyebab kematian ibu adalah penyakit-
2
penyakit lain 42%, eklampsi 33%, perdarahan (23%) dan infeksi 2% (Profil
Dinkes Lampung 2012).
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta , serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha,2009:.4).
Pada masa nifas 6 jam pertama rentan terjadi pendarahan postpartum yang dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi pada saat masa nifas dapat disebabkan
oleh masuknya kuman kedalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang
menyebabkan infeksi (Kurnia dkk 2014; h, 244).
Sehingga perlu dilakukan perawatan perineum, yang ditunjukan untuk
pencegahan infeksi organ-organ reproduksi karena masukknya mikroorganisme
melalui vagina yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut) (Rukiyah dkk,2013;h.125).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar
Lampung pada tanggal 10 april tahun 2015 terdapat 1 ibu yang melahirkan dan
mengalami rupture perineum yaitu Ny. R 28 Tahun P2A0 Ah2, dan Oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan dan mengajarkan pada ibu untuk perawatan
luka perineum.
Sehingga penulis tertarik mengambil judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2 6
3
jam Post Partum pada tanggal 10 April tahun 2015 di BPS Mafalda S.ST Way
kandis Bandar Lampung Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah studi kasus yang
penulis ambil adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Perawatan
Luka Perineum Pada Ny. R umur 28 tahun P2A0Ah2, 6 jam Post Partum di BPS
Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung ”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan
Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0Ah2, 6 jam
Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun
2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melaksanakan pengkajian data pada Ibu Nifas Dengan
Perawatan Luka Perenium Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0
Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.2 Mampu melaksanakan interpretasi data untuk mengidentifikasi
diagnosa, masalah dan kebutuhan Ibu Nifas Dengan Perawatan
Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam
4
Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung
Tahun 2015.
1.3.2.3 Mampu melaksanakan identifikasi masalah potensial dan
mengantisipasi pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum
Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di
BPS Mafalda Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4 Mampu melaksanakan tindakan segera pada Ibu Nifas Dengan
Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28 tahun P2A0
Ah2, 6 jam Post Partum Di Mafalda S.ST Way kandis Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.5 Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28
tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di Mafalda S.ST Way kandis
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.6 Mampu melaksanakan asuhan yang efisien dan aman pada Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28
tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mapalda S.ST Way
kandis Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7 Mampu mengevaluasi asuhan yang di berikan pada Ibu Nifas
Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28 tahun
P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis
Bandar Lampung Tahun 2015.
5
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objektif dalam Studi kasus ini adalah satu orang Ibu Nifas Dengan
Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam
Post Partum.
1.4.2 Tempat
Dalam penelitian ini penulis mengambil di BPS Mafalda SS.T Way kandis
,Bandar Lampung
1.4.3 Waktu
Penelitian dilakukan mulai tanggal 10 April - 16 April 2015
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
Dapat menjadi referensi bacaan di perpustakaan dan dapat di jadikan
sebagai acuan penilitian selanjutnya. khususnya yang menyangkut
perawatan luka perineum pada ibu postpartum.
1.5.2 Lahan Praktek
Dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen asuhan kebidanan yang dapat diterapkan dan hasil penilitian
ini dapat di jadikan acuan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan pada
Ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
6
1.5.3 Penulis
Menerapkan secara langsung Ilmu yang didapat selama bangku kuliah
mengenai menejemen asuhan kebidanan pada Ibu nifas dengan luka
perineum sesuai dengan prosedur dan penanganan yang tepat. Serta dapat
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman.
1.5.4 Bagi Masyarakat
Agar dapat memberikan informasi pada ibu hamil agar dapat sedini
mungkin mengetahui penyakit yang akan menghambat kehamilannya. Dan
agar ibu tidak segan untuk memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan
ketenaga kesehatan terdekat agar mendapat penanganan lebih lanjut,
khususnya ibu-ibu post partum dengan (rupture perineum) pada masa
nifas mengenai pentingnya perawatan luka perineum.
1.6 Metode Penulisan dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam Karya Studi kasus ini adalah metode
penelitian survei deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarakan suatu
fenomena yang terjadi dan untuk menggambarkan atau memotret masalah
kesehatan serta yang terkait dengan sekelompok penduduk atau orang yang
tinggal dalam komunitas tertentu. (Notoatmodjo, 2005; h. 35-36)
7
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
1.6.2.1 Data Primer
1. Wawancara
Salah satu metode yang digunakan penulis untuk
mendapatkan data adalah dengan wawancara, dimana
penulis mendapat keterangan atau informasi secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian (responden), dan bercakap-
cakap dengan berhadapan muka dengan orang tersebut (face
to face). Jadi data diperoleh langsung dari responden melalui
suatu pertemuan atau percakapan. (Notoatmodjo, 2012; h.
139). Wawancara dilakukan dengan cara :
a. Auto anamnesa
Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien
mengenai penyakitnya.
b. Allo anamnesa
Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang
lain mengenai penyakit klien (Sulistyawati, 2012; h.
166 )
2. Pengkajian Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien
mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) dengan tekhnik
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (Soepardan, 2007).
8
1.6.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga
kita tinggal mencari dan mengumpulkan data
1. Studi Pustaka
Dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan
informasi dan berbagai disiplin ilmu.dari buku-
buku,laporan laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan
sebagainya.
2. Studi Dokumentasi
Studi yang dilakukan dengan mempelajari status kesehatan
klien bersumber dari catatan dokter, bidan, maupun sumber
lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnosis
(Notoatmodjo, 2005, h. 61-64).
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009; h.1).
Masa Nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; h.2).
Masa Nifas disebut juga masa post partum adalah masa atau waktusejak
bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu, disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan alat
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan yang berkaitan
saat melahirkan.
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah plasenta
lahir sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelaayanan pascaa persalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini (Prawiharjo,2008; h.356).
10
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi
(Prawirohardjo Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi
ibu dan bayi.
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.
d. Mendukung dan memperkuat kayakinan ibu, serta memungkinkan ibu
untuk mampu melaksanakan perannya dalm situasi keluarga dan budaya
yang khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan
anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak.
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi:
a. Puerpurium Dini
Masa Kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
11
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan
(Sulistyawati, 2009; h.2-5).
2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Table 2.1. Kebijakan program nasional masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang
baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk
2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
2. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan
dan istirahat.
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperhatikan tanda-tanda penyulit.
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
persalinan
1. Sama seperti diatas
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
yang ia atau bayinya alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Ari Sulistyawati, 2009; h.6-7).
12
2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.5.1 Perubahan system reproduksi
a. Uterus
1) Involusi uterus (pengerutan rahim)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neurotic (layu/mati) (Ari Sulistyawati, 2009; h. 73).
Table 2.2 Perubahan uterus masa nifas
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500
2minggu Tak teraba diatas simfisis 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30
Proses Involusi uterus adalah sebagai berikut:
a) Iskmia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
13
b) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur 10 kali panjangnya dari semula dan lima
kali lebarnya dari sebelum hamil, atau dapat juga
dikatakan sebagai perusakan.secara langsung jaringan
hifertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormone estrogen dan progesterone.
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplay darah
keuterus.
(Dewi dan Sunarsih,2011;56)
b. Lokhea
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. (Saleha, 2009; h.55).
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada vagina normal
14
Jenis-jenis lokia berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
1. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa–sisa selaput kebutuhan, sel – sel desidua
verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca
persalinan.
2. Lokia sanguilenta berwarna merah kunig darah bersih dan
lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
3. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi
yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk
serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pascapersalinan.
4. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Lokia alba
mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua,
leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai satu
atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih
berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel – sel
desidua (Saleha, 2009; h.56).
5. Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
dan berbau busuk (Suherni dkk, 2008; h.79).
6. Lochiostatis, pengeluaran lochea yang tidak lancer.
15
2.1.5.2 Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk agak menganga
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk inii disebabkan
oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi
selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke
keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir,
tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 postpatum, serviks
sudah menutup kembali.
2.1.5.3 Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadii
lebih menonjol.
16
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada
vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara
perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat
infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat
menjalar sampai terjadi sepsis.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil. (Ari sulistyawati, 2009; h.76-77).
2.1.5.4 Perubahan payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme yang
fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let
down.Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga
setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini
yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
17
menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior
pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan
ejeksi ASI melalui sinus laktifirus payudara ke duktus yang
terdapat pada putting. Ketika ASI dikeluarkan karena isapan bayi
atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan
ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut dalam waktu yang
lama (Saleha, 2009; h.58).
2.1.5.5 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya
asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya BAB kembali normal dapat diatasi dengan diet tinggi
serat,peningkatan asupan cairan. Bila tidak berhasil dalam waktu 2-
3 hari dapat diberikan obat laksania .
2.1.5.6 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
18
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalm 12-36 jam
postpartum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam
masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah
sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual
(normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma
pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan
infeksi.
2.1.5.7 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh –
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
19
rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil,
dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara
waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang
alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari
post partum, sudah dapat fisioterapi.
2.1.5.8 Perubahan Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-
3 postpartum.
b. Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
20
folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
c. Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen
dan progresteron.
d. Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dan dapat memengaruhi kerja dar kelenjar mamae
dalam menghasilkan ASI.
2.1.5.9 Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan
terjadinya preeklamsia postpartum.
b. Suhu badan
Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan
menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi
21
karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI. Payudara menjadi
bengkakdan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
(mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain)
c. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap
denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal
dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran pencernaan.
2.1.5.10 Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran
ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
22
progresteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya vaskkuler pada jaringan tersebut selama
keehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada
persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan
pada persalinan dengan Secsio Caecaria, pengeluaran dua kali
lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar
(haemotakrit).
Setelah persalinan, suhu akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan
beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis
pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini
terjaadi pada 3-5 hari post partum.
2.1.5.11 Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat.
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun, akan tetapi darah akan mengental sehingga
meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama proses persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari
23
post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi
sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan yang lama.
2.1.6 Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami
stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan
asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa
sekarang untuk menjadi seorang “ibu”. Tidak mengherankan bila ibu
mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa
ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :
a. Periode taking in
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran terhadap tubuhnya.
2) Ia mungkin akan mengulang–ulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat
24
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
peyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
b. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
fisikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik
ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental
atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil
melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang
nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukakan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini,
sering terjadi kesalahan dalam pelaksaan perawatan yang dilakukan oleh
pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karna kurangnya jalinan
komunikasi yang baik antara pasien dan bidan.
c. Periode taking Hold
1. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
2. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi
3. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK,
serta kekuatan dan pertahanan tubuhnya
4. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perwatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
5. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut
25
6. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.
d. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan tehnik
bimbingannya, namun jangan sampai menyinggung perasaan atau
membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari
kata “jangan begitu” atau “kalau kayag gitu salah” pada ibu karena hal
itu akan sangat menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa
untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan
e. Periode Letting Go
1. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah, periode
inipun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.
2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung
padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan
hubungan sosial.
3. Depresi post partum umumnya terjadi pada period ini
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisis ke masa
menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain :
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman
2. Hubungan dari pengalaman melahikan terhadap harapan dan aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan mebesarkan anak yang lalu
26
4. Pengaruh budaya
(Sulistyawati, 2009; h.78-90).
2.1.7 Tanda bahaya masa nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan
(memasuki masa nifas) karena itu sangat penting untuk mendidik para ibu
dan keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sehinggaa ibu
dapat segera mencari pertolongan medis jika terdapat tanda-tanda bahaya
masa nifas yang disebutkan di bawah ini :
a. Perdarahan per vaginam yang luar biasa tiba-tiba bertambah banyak (lebih
dari perdarahan biasa,) memerlukan penggantian pembalut 2-3 x dalam
setengah jam.
b.Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.
c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.
d.Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik.
e. Gangguan masalah penglihatan/penglihatan kabur.
f. Pembengkakan di wajah atau tangan.
g.Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak badan.
h.Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit.
i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.
j. Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkanan pada kaki.
k.Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri
sendiri.
27
l. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
Perawatan yang harus dilakukan pada ibu nifas:
a. Pemeriksaan plasenta, agar tidak ada bagian-bagian plasenta yang
tertinggal.
b. Pengawasan tinggi fundus uteri.
c. Pengawasan pendarahan dan vagina.
d. Pengawasan konsistensi rahim.
e. Pengawasan keadaan umum ibu.
f. Perawatan payudara.
g. Perawatan vulva seperti vulva hygiene
(Dewi, 2011; h.108).
Cara untuk merawat perineum adalah :
a. Mencuci tangan
b. Kaji lochea,buang pembalut kedalam ember sampah basah
c. Siram vulva dan sekitarnya dengan air
d. Melakukan vulva hygiene
e. Buan sampah kotor kedalam ember sampah basah
f. Amati keadaan luka jahitan (basah, kering, bengkak, tanda-tanda
infeksi).
g. Obati luka dengan Betadine Zalf
h. Biarkan sejenak sampai luka mengering, lalu tutup dengan kassa steril
(Sulistyawati,2009;h.234).
28
2.1.8 Luka Perineum
a. Perinium
Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma pelvis.
Perinium mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, ototini
sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan.
Perinium terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
b. Luka Perinium
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1.Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu
pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
2.Episiotomi ialah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan
dan mencegah ruptur perineum totalis (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010; h.124).
a) Penyebab robekan perineum
1) Kepala janin terlalu cepat lahir
2) Persalinan tidak dipimpin sebagai mana mestinya
3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4) Pada persalinan dengan distosia bahu (Prawirohardjo, 2008;
h.117-175).
29
b) Derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :
Derajat 1: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum.
Derajat 2: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum,otot perineum.
Derajat 3: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani.
Derajat 4: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani, dinding
depan rectum
(Sulistyawati, 2010; h.181).
2.1.9 Perawatan luka perineum
2.1.9.1 Pengertian
Perawatan perinium adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada
ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti waktu sebelum hamil (Rukiyah
2011; h.125).
2.1.9.2 Tujuan Perawatan Luka Perinium
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002) dalam
Rukiyah adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi
30
didaerah vulva, perinium, maupun di dalam uterus, untuk
penyembuhan luka perinium (jahitan perinium), untuk kebersihan
perinium dan vulva.
2.1.9.3 Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau
akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung
lochea (pembalut) (Rukiyah 2011;h.125).
Sedangkan menurut Hamilton lingkup perawatan perineum adalah:
a. Mencegah kontaminasi dari rectum.
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan
bau.
2.1.9.4 Waktu perawatan perineum
perawatan perineum sebailknya dilakukan saat :
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi
bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula
pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
31
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum
untuk itu diperlukan pembersihan perineum
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi
bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
2.1.9.5 Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak
adalah mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah
infeksi, dan meningkatkan penyembuhan sesuai dengan prosedur
pelaksanaan.
a. Alat-alat
1. Sarung tangan DTT 1 pasang
2. Kapas dettol dalam tempatnya
3. Pispot(bawahnya dialasi)
4. Betadine Zalf
5. Kasa kering pada tempatnya
6. Perlak dan pengalas (alas bokong)
32
7. Celana dalam dan pebalut
8. Bengkok
9. Ember sampah tertutup
10.Status pasien dan alat tulis
11.Larutan Chlorine dalam tempatnya
b.Persiapan ruangan
Penchayaan ruangan yang cukup dan jendela dan pintu ditutup
c. Persiapan pasien
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan beritahu ibu
tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
d.Tindakan
1) Mencuci tangan
2) Berilah waktu apabila ibu ingin buang air kecil
3) Mempersilahkan pada pasien untuk melepaskan pakaian
bawah, badan bagian bawah ditutupi oleh selimut, kaji
lochea, buang pembalut kedalam ember sampah basah.
4) Perlak dan pengalas dipasang dibawah bokong pasien.
5) Pasang pispot dibawah bokong pasien
6) Siram vulva dan sekitarnya dengan air
7) Memakai sarung tangan
8) Melakukan vulva hygiene
9) Buang kapas kotor dalam ember sampah basah
33
10) Amati keadaan luka jahitan (basah, kering, bengkak, tanda-
tanda infeksi).
11) Obati luka dengan Betadine Zalp
12) Biarkan sejenak sampai luka mengering, lalu tutup dengan
kasa steril.
13) Merapikan pasien.
14) Melepas sarung tangan, masukan dalam larutan chlorin
15) Membereskan alat
16) Mendokumentasikan tindakan dalam status pasien
17) Mengucapkan terima kasih kepada pasien atas kerjasamanya
dalam prosedur tindakan
18) Megucapkan salam penutup
(Sulistiawati, 2009: hal.232-234).
2.1.9.6 Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut smeltzer (2002; 490) adalah
sebagai berikut:
a. Fase inflamasi: Berlangsung selama 1-4 hari.
Respon vascular dan selular terjadi ketika jaringan teropong
atau mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan
bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol
perdarahan. Reaksi ini berlangsung 5 menit sampai 10 menit
dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan
kemampuan vasokonstriksinya karena norepinefrin dirusak oleh
34
enzim intraselular. Juga, Histamin dilepaskan, yang
meningkatkan permeabilitas kapiler
Ketika mokrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah
seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air
menembus spasium vascular selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.
b. Fase proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblast memperbanyak diri dan membentuk jaringa-jaringan
untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup
pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler,
yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang
baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari
kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59%
kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80%
kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C,
membantu dalam proses metabolisme yang terlibat dalam
penyembuhan luka.
c. Fase maturasi, berlangsung 21 sampai sebulan atau bahkan
tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meniggalkan
luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen
35
menyusun sampai keposisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan
dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi
meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus
berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12
minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari
jaringan sebelum luka.
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebgai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian
tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun
1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri
dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan,
2008; h. 96).
36
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney
I. Pengkajian
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Anamesa
Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
1. Auto anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi
data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari
sumbernya.
2. Allo anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga pasien untuk
memperoleh data pasien. Ini dilakukan pada keadaan
daruratketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan
data yang akurat. (Sulistyawati, 2009 ;h. 156).
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi data pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien.
37
A. Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari
35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dan komplikasi
dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk memimpin
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Suku/bangsa
Berpengauh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai pendidikannya.
Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi
38
Dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1) SD atau SMP sederajat adalah rendah
2) SMA sederajat adalah sedang atau menengah
3) Perguruan tinggi adalah tinggi
b. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut
c. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2. Keluhan utama
Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu persalinan,
hanya saja sekarang tujuannya berbeda. Sebagaimana diketahui,
ketika uterus berkontraksi, seorang wanita akan merasakan mules.
Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan
berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan (Rukiyah,
2009;h.141).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,
39
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas
ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya pada masa nifas dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit kelurga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
4. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah
atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi
proses nifas
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara perslinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu. Untuk mengetahui apakah pda saat hamil, bersalin
dan nifas ibu mengalami komplikasi atau tidak.
40
b. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputiPB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
7. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan.
8. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari
setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post
partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan
41
perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering
diakibatkan oleh sejumlah faktor.
a. Penyebab paling menonjol adalah :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan
takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan.
2) Rasa sakit masa nifas awal.
3) Kelelahan selama kurang tidur selam persalinan dan post
partum.
4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggalkan rumah sakit
5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
b. Menjelaskan pengkajian psikologisnya
1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
2) Respon ibu terhadap bayinya.
3) Respon ibu terhadap dirinya
9. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
42
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik
dapat mempercepat proses penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut :
1) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan.
4) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
(Siti Saleha:h 71).
b. Eliminasi
BAB dan BAK
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan
43
colon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada
waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan
serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya BAB (Buang Air Besar) kembali normal dapat
diatasi dengan diet tinggi serat,peningkatan asupan cairan.
Bila tidak berhasil dalam waktu 2-3 hari dapat diberikan
obat laksania. (Sulistyawati, 2009; 78-79).
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post
partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100, maka
dilakukan kateterisas. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk
keteterisasi.
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang, istirahat
sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
44
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas masih mengelurkan lokia
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing
ketika melakukan ambulasi (Ambarwati, 2009; h.131-137).
B. Data objektif
Yang termasuk dalam komponen komponen pengkajian data objektif
ini adalah :
1. Keadaan umum.
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan
dengan kriteria sebagai berikut :
45
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri.
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis ( kesadaran maksimal ) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009;
h.175).
3. Vital sign
a. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati, 2009;
h.137-139)
46
b. Temperatur/suhu
Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal,
suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
Payudara menjadi bengkakdan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau
sistem lain) (Sulistyawati, 2009; h.80)
c. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus,
dan dapat tejadi bradikardi. Bila terdapat takikardia dan suhu
tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita. Pada ibu nifas umumnya
denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan
pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali keadaan semula (Saleha, 2009; h.61).
4. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk simetris atau tidak, keadaan rambut
kebersihan kepala, terdapat rasa nyeri atau tidak
47
Muka :Terdapat udema atau tidak, kebersihan muka dan
nyeri tekan atau tidak
Mata : Konjungtiva, pupil, sklera, dan kebersihan mata
Telinga : Bentuk, kebersihan telinga dan nyeri tekan pada
telinga
Hidung : Kebersihan hidung, dan terdapat pembesaran
polip atau tidak
Mulut : Bibir, gusi dan gigi, bau mulut, lidah
Leher : Bentuk kulit, pembesaran kelenjar
48
Dada : Bentuk dada, suara jantung, suara paru- paru,
bentuk payudara, benjolan, nyeri tekan
Payudara : Payudara
Menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan
jaringan lemak.
Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi
putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh
kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis,
sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat
inilah mulai terjadi sekresi ASI. (Ambarwati, 2009;h.7).
Perut : Bekas operasi, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri ketuk,
bising usus ekstermitas
Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
fundus uteri yang berada kurang lebih pertengahan umbilicus,
atau sedikit lebih tinggi. Involusi uterus melibatkan
pengguguran desidua serta pengelupasan plasenta,
49
sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran
dan berat serta warna dan banyaknya lochea.
Involusi uterus
Bayi lahir : Setinggi pusat
Uri lahir : 2 jari dibawah pusat
Minggu : Pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu : Tak teraba diatas simfisis
Enam minggu : Bertambah kecil
Delapan minggu : Sebesar normal
(Dewi, 2011;h.55-57).
Uterus normal :
a. Kokoh, berkontraksi baik
b. Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas
segera
Uterus Abnormal :
a. Lembek
b. Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum segera
c. Kandung kemih : bias buang air/tak bisa buang air
Punggung :Nyeri tekan, nyeri ketuk
Genetalia : Kebersihan, pengeluaran, massa, bau (Priharjo,
2008; h. 50-154)
50
Lochea :
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokhea rubra muncul pada hari 1
sampai hari ke 4 masa postpartum.
Normal :
a. Merah hitam (lochia rubra)
b. Bau biasa
c. Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil)
d. Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu
mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal :
a. Merah terang
b. Bau busuk
c. Mengeluarkan darah beku
d. Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut
setiap 0-2 jam)
Perineum : Oedema, hematoma, bekas luka episiotomy /
robekan ,hecting
Keadaan anus : Hemorrhoid
Keadaan ekstermitas : Varices, Oedema, Reflex patella
51
(Ambarwati, 2009. h. 78-141).
II.Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretaskan sehingga
dapat dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan.
1. Diagnosa kebidanan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretaskan
sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik
rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus
ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis
tetapi harus mendapatkan penanganan.
2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi:
a. Data subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
52
b. Data obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati, 2009;
h.141-142).
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosinya
(Ari Sulistyawati,2009;h.192)
III. Identifikasi diagnosa / masalah potensial
Ketiga ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan
(Soepardan, 2007; h. 99).
Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi dan penanganan komplikasi yang lambat dapat
menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat
kondisi ibu post partum yang masih lemah. Menurut Suwiyoga (2009)
dalam (Rukiyah,2010).
53
IV. Tindakan segera
Tindakan segera yang di lakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi dan melakukan rujukan
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam
masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ
genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Rukiyah et.all,2011;h.125).
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002) adalah
mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan
jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi didaeraah vulva,
perinium, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium
(jahitan perinium), untuk kebersihan perinium dan vulva.
V. Merencanakan asuhan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
antisipasi.
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6-8 jam
1. Mencegah perdarahan masa nifa karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk perdarahan
berlanjut
54
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian Asi awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi (Dewi,
2011; h. 4-5)
VI. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman baik tehadap masalah pasien ataupun
diagnosis yang di tegakkan (Ambarwati, 2009; h. 5).
VII.Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan yang kita berikan kepada pasien dengan mengacu kepada
beberapa pertimbangan. Dalam melkukan evaluasi seberapa efektif
tindakan dan asuhan yang diberikan, kita perlu mengkaji respon pasien
dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada penyusunan rencana
(Sulistyawati,2011;h.166-167).
55
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor 1464/
Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu.
a. Ruang lingkup;
Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
b. Kewenangan:Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pelayanan persalinan normal.
e. Pelayanan ibu nifas normal.
f. Pelayanan ibu menyusui.
2. Kewenangan:
a. Episiotomi.
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
56
2.4 Kompetensi bidan dalam masa nifas
Kompetensi ke-5: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada ibu nifas
dan menyusui dan tanggap terhadap budaya setempat
2.4.1 Pengetahuan dasar
1. Fisiologi masa nifas
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan /abortus
3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi,termasuk pembengkakan payudara,
abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk
4. Nutrisi masa nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan
fisiologi lainnya seperti pengosongan kandung kemih
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus
7. Bonding dan attachement orang tua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif
8. Indikator subinvolusi, misalnya perdarahan yang terus, infeksi
9. Indikator masalah-masalah laktasi
10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan
pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan, dan preeklamsia
postpartum
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum, seperti
anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan inkontinensia fekal
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus
57
2.4.2 Keterampilan dasar
1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk
keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan, dan kelahiran
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu
3. Pengakajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/ luka
jahitan
4. Merumuskan diagnosis masa nifas
5. Menyusun perencanaan
6. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif Melaksanakan
pendidikan kesehatan pada ibu yang meliputi perawatn diri sendiri,
istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir
7. Mengidentifikasikan hematoma vulva dan melaksanakan rujukan,
jika perlu
8. Mengidintifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan, atau
merujuk untuk tindakan yang sesuai
9. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal : sisa plasenta, rejatan, dan
infeksi ringan
10. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca
persalinan
11. Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita
pascapersalinan
12. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu
13. Memberikan antibiotic yang sesuai
58
14. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan serta intervensi
yang dilakukan
15. Keterampilan tambahan
Melakukan insisi pada hematoma
(Soepardan, 2005;hal. 65-67)
59
BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN LUKA
PERINEUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN
P2 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS
MAPALDA S.ST WAY KANDIS
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 10 April 2015
Jam : 09.00 WIB
Nama Mahasiswa : Sri Maria Ulva
3.1 Pengkajian
a. Data subyektif
Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. R Tn. A
Umur : 28 Tahun 30 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl. Airan 2, Gg Andalas 1,Way Kandis. Bandar Lampung
60
Keluhan utama : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan nyeri pada
luka jahitan.
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
61
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
2. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : Sah,
Usia nikah : 24 tahun
Lamanya pernikahan : Kurang lebih 4 tahun
3. Riwayat obstetric
a. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut / hari
Sifat : Encer, sedikit gumpalan
Disminorea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N
o
Tahun
persalin
an
Tempat
persalina
n
Umur
kehamil
an
Jenis
persalina
n
Penolo
ng
Penyul
it
Keadaan
KetNifas Anak
1
2
2011
2015
BPS
BPS
39 mgg
39 mgg
3 hari
Spontan
Spontan
Bidan
Bidan
Tidak
ada
Tidak
ada
Norm
al
Norm
al
Norm
al
Norm
al
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : spontan
62
Tahun : 10 april 2015
Jam : 03.00 Wib
JK : Laki
PB : 49 cm
BB : 3800 gram
Keadaan bayi : Sehat, tanpa cacat
d. Riwayat KB : Implan
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
a. Pola Nutrisi
Saat hamil : 3 kali sehari
Jenis : 1 centong nasi, 1 mangkok sayur, 1
potong tempe dan tahu, 1 buah jeruk
Minum : 5-6 gelas/hari
Saat nifas
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : 1 centong nasi, 1 mangkok sayur, 1 potong
temped an tahu, 1 buah jeruk
Minum : 5-6 gelas/hari
b. Pola Eliminasi
Saat hamil
BAB : 1x sehari
BAK : 6-7 x sehari
Saat nifas
63
BAK : Ibu belum BAB
BAK : Ibu sudah BAK 1x
c. Pola Istirahat
Saat hamil
Siang : 1-2 jam
Malam : 6-8 jam
Saat nias
Siang : 1-2 jam
Malam : 4-5 jam
d. Personal Hygiene
Saat hamil : ibu ganti celana dalam 2 kali/hari
Selama nifas
Gamti celana dalam : ibu ganti celana dalam danpembalut 3-4x
sehari
Mandi : 2x sehari
Keramas : 1x sehari
e. Pola Sexual
Saat hamil
Frekuensi : 2 kali dalam seminggu
Gangguan : tidak ada
Saat nifas : selama nifas Ibu belum melakukan hubungan
seksual
64
5. Riwayat Psikososial
Tanggapan ibu terhadap bayinya : Baik
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Baik
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Baik
Pengambil keputusan : Bersama
Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
b. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV
TD : 90 / 70 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 37,70
C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala:
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
65
b. Wajah
Hiperpigmenta : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Edema : Tidak ada
c. Mata
Simetris : Ya, kanan kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Merah muda
Skelera : Putih
d. Hidung
Simetris : Ya, kanan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
e. Mulut
Bibir : Merah muda
Lidah : Bersih
Gusi berdarah : Tidak
Gigi : Bersih
f. Telinga
Simetris : Ya, kaanan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak
g. Leher
Simetris : Ya, kanan kiri
66
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Ketiak, pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
h. Dada
Retraksi : Tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
Payudara
Simertris : Ya, kanan kiri
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Hiperpigmentasi : Ada disekitar areola
Benjolan : Tidak ada
Konsisitensi : Keras
Pengeluaran : Kolustrum
i. Abdomen
Pembesaran : Ada
Konsistensi : Keras saat kontraksi
TFU : 2 jari dibawah pusat
j. Genitalia
Vulva : Merah kehitaman
Perineum : Ada luka jahitan
Pengeluaran pervaginam : Lochea Rubra
k. Anus : Tidak ada hemoroid
67
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium
a. Darah
Hb : tidak dilakukan
Golongan darah : tidak dilakukan
b. Urine
Protein : Tidak dilakukan
Glukosa : Tidak dilakukan
4. Riwayat persalinan sekarang
a. Ibu
Tempat melahirkan : BPS
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 12 jam
Catatan waktu
Kala I : 9 jam
Kala II : 15 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
Ketuban pecah pukul : 02.00 WIB
Plasenta
Lahir secara : spontan
Ukuran : 3 cm
68
Berat : ± 500 gram
Panjang tali pusar : 50 cm
Perineum : Ada luka jahitan perineum
b. Bayi
Lahir tanggal / pukul : 10 April 2015/03.00 wib
Nilai apgar : 9/10 menit
Jenis kelamin : Laki-laki
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 39 minggu 3 hari
69
Tabel 3.1 MATRIKS
Tgl/
jam
Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/
masalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
10-04-
2015/
09.00
WIB
DS :
Ibu mengatakan
perutnya masih terasa
mulas,dan terasa nyeri
pada luka jahitannya.
DO :
1.KU: baik
Kesadaran: compos
mentis
TTV:
TD: 90/70 mmhg
N: 84x/menit
R: 22x/menit
S: 37,00
c
2. Payudara,
putting susu :menonjol
pengeluaran : kolostrum
3.Abdomen
TFU : 2 jari dibawah
pusat
4.Kontrakasi: baik
Anogenital.
Lochea:rubra
Perineum: adalaserasi
drajat 2
Dx :
Ny R umur 28 tahun
P2A0 6 jam post partum
dengan luka perineum
Dasar:
Ds:ibu mengatakan
nyeri pada luka
jahitan dan perut
terasa mulas
Do:Tfu 2 jari dibawah
pusat,
Lochea:rubra,kontra
ksi : baik
Masalah : mulas pada
perut dan nyeri luka
jahitan
Kebutuhan:
1. Jelaskan mengenai
rasa mulas dan nyeri
luka jahitan yang ibu
alami
2. Perawatan luka
perineum
Tidak ada Tidak ada 1.Beritahu kondisi
ibu saat ini
2.Beritahu ibu
tentang keluhan
yang di rasakan ibu
yaitu mulas dan
nyeri luka jahitan
yang dialami ibu
1.Memberitahu kondisi ibu
saat ini dalam keadaan
baik dengan hasil
pemeriksaan
TTV:
TD:90/70 mmhg
S:37,7O
C,
N:84x/i,
R:22X/i
Payudara:
Putting susu: menonjol
Pengeluaran: kolustrum
TFU 2 jari dibawah
pusat Kontrakasi: baik
Anogenital.
Lochea:rubra
Perineum ada laserasi
drajat 2
2.Memberitahu ibu tentang
keluhan yang dirasakan
ibu yaitu rasa mulas
merupakan hal yang
normal karna proses
pengembalian rahim
kebentuk semula atau
involusi uterus serta rasa
nyeri yang dialami ibu itu
disebabkan oleh bekas
luka pada jalan lahir ibu
setelah persalinan.
1. Ibu mengerti
kondisinya saat
ini.
2. Ibu mengerti
tentang keluhan
yang dialami ibu
adalah hal yang
normal dan ibu
merasa tenang.
70
3.Anjurkan ibu untuk
mobilisasi dini
4.Anjurkan ibu untuk
memberikan asi
awal
5.Lakukan
pencegahan
perdarahan nifas
6.Beritahu ibu tanda
bahaya masa nifas
7.anjurkan ibu untuk
menjaga
kebersihan diri
3.Menganjurkan ibu untuk
mobilisasi dini, seperti
miring kiri atau kanan,
atau duduk berfungsi
untuk menegembalikan
kepulihan ibu setelah
persalinan serta
mempelancar peredaran
darah
4.menganjurkan ibu untuk
memberikan asi awal
kepada bayinya yang
dapat memberikan zat anti
bodi pada bayi
5.melakukan pencegahan
perdarahan nifas yaitu
ajarkan ibu masase
perutnya agar uterus
berkontraksi dengan baik
sehingga tidak terjadi
perdarahan
6.Memberitahu ibu tentang
tanda bahaya pada masa
nifas seperti perdarahan
yang bisa disebabkan oleh
atonia uteri yang dapat
mengakibatkan ibu
menjadi syok yang terjadi
pada jam pertama
postpartum.demam tinggi
yang disebabkan karena
infeksi.
7.Menganjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan diri
terutama alat genetalianya
3. Ibu mengerti
tentang cara
mobilisasi
4. Ibu bersedia
memberikan ASI
awal pada
bayinya
5. Masase perut
sudah dilakukan
6. Ibu mengerti
tentang tanda
bahaya nifas
7. Ibu mengatakan
akan menjaga
kebersihan
71
terutama alat
genetalianya
8.anjurkan ibu
mengkonsumsi
makanan yang
bergizi dan
berprotein tinggi
9.Lakukan dan
ajarkan ibu
perawatan pada
luka jahitan
yaitu dengan cara Segera
mengganti pembalut jika
terasa darah penuh,
semakin bersih luka
jahitan maka akan
semakin cepat sembuh dan
kering. Lakukan
perawatan yang benar
setiap kali ibu buang air
kecil atau saat mandi dan
bila mengganti
pembalut,cebok dengan
air bersih dari depan
kebelakang dan keringkan
dengan handuk
bersih/tissue
8.Menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan
bergizi dan berprotein
tinggi agar luka jahitan
cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa
diperoleh dari telur, ikan,
ayam dan daging, tahu,
tempe,kacang-kacangan
Jangan pantang makanan,
ibu boleh makan semua
makanan kecuali bila ada
riwayat alergi.
9.Melakukan dan
mengajarkan ibu
perawatan pada luka
jahitan dengan cara:
a. mencuci tangan
terlebih dahulu,
b. buang pembalut yang
telah penuh dengan
genetalianya.
8. Ibu mengatakan
akan
mengkonsumsi
makan yang
mengandung
protein
9. Perawatan pada
luka jahitan telah
dilakukan namun
perlu evaluasi
kembali
72
gerakan ke bawah
mengarah ke rektum
dan letakkan pembalut
tersebut ke dalam
kantong plastik,
c. bersihkan perineum
ibu dengan
menggunakan air
hangat,
d. keringkan perineum
dari depan kebelakang
dengan cara di dep
dengan menggunakan
tissue,
e. menggunakan
pembalut baru yang
bersih dan nyaman,
dan celana dalam yang
bersih,
f. lalu cuci tangan
kembali
73
Tgl/
jam
Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/mas
alah potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
13-04-
2015/
16.30
WIB
DS :
Ibu mengatakan
perutnya masih terasa
mulas,dan terasa
nyeri pada luka
jahitannya.
Ibu mengatakan nyeri
pada saat BAK
DO :
1.KU: baik
Kesadaran: compos
mentis
TTV:
TD: 100/80 mmhg
N: 80x/menit
R: 20x/menit
S: 37,00
c
2.Payudara,
Putting
susu:menonjol
pengeluaran :
colustrum
3.Abdomen, TFU :3
jari dibawah pusat
4.Kontraksi : baik
Anogenital, Lochea :
rubra, Perineum : ada
laserasi derajat 2
Dx :
Ny R umur 28 tahun P2A0
3 hari post partum dengan
luka perineum
Dasar:
Ds:ibu mengatakan nyeri
pada luka jahitan dan
perut terasa mulas
Do:Tfu 3 jari dibawah
pusat,
Lochea:rubra,kontraksi
: baik
Masalah : mulas pada perut
dan nyeri luka jahitan
Kebutuhan:
1.Jelaskan mengenai
rasa mulas dan nyeri
luka jahitan yang ibu
alami
2.Perawatan luka
perineum
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu tentang
kondisi ibu saat
ini
2. Pastikan involusi
uterus ibu
berjalan normal
3. Menilai apakah
ada tanda-tanda
infeksi atau
Tidak
4. Kaji kembali
perawatan pada
luka jahitan
1. Memberitahu kondisi
ibu saat ini dalam
keadaan baik dengan
hasil pemeriksaan
TTV: TD:100/80
mmhg, S:37,0O
C,
N:80x/i, R:20X/i
2. Memastikan involusi
uterus ibu berjalan
dengan normal, fundus
3 jari dibawah pusat,
terus berkontraksi,
tidak ada perdarahan
dan tidak bau
3. Menilai apakah ada
tanda-tanda infeksi
pada ibu atau tidak
yaitu seperti demam,
keluar cairan yang
berbau dari kemaluan
suhu lebih dari 380
c
4. Mengkaji kembali
perawatan pada luka
jahitam ibu yang telah
diajarkan kemarin.
Dengan cara:
a. mencuci tangan
terlebih dahulu,
b. buang pembalut
yang telah penuh
dengan gerakan ke
bawah mengarah
ke rektum dan
1. Ibu mengerti dari
hasil pemeriksaan
dalam batas
normal
2. Involusi uterus
ibu berjalan
dengan lancar
3. Tidak ada tanda-
tanda infeksi
4. Ibu sudah
melakukan
perawatan luka
perineum sesuai
yang diajarkan
74
5. Anjurkan kembali
ibu untuk
memberikan ASI
saja pada bayinya
selama 6 bulan
6. Ajarkan kembali
ibu untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
selama masa
nifas
letakkan pembalut
tersebut ke dalam
kantong plastik,
c. bersihkan perineum
ibu dengan
menggunakan air
hangat,
d. keringkan
perineum dari
depan kebelakang
dengan cara di dep
dengan
menggunakan
tissue,
e. menggunakan
pembalut baru yang
bersih dan nyaman,
dan celana dalam
yang bersih,
f. lalu cuci tangan
kembali
5. menganjurkan
kembali pada ibu
untuk meberikaan ASI
pada bayinya tanpa
diberi makanan
tambahan apapun
selama 6 bulan karena
ASI sudah cukup
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan bayi
6. Mengajarkan kembali
pada ibu untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi selama masa
nifas yang telah
dijelaskan kemarin
5. Ibu mau
memberikan ASI
secara ekslusif
selama 6 bulan
6. Ibu sekarang
sudah tahu jenis
makanan yang
bisa dikonsumsi
saat masa nifas
75
Tgl/
waktu
Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/masalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
16-04-
2015/
16.00wib
Ds :
Ibu mengatakan
luka jahitan mulai
kering dan tidak
nyeri lagi
Do :
KU: baik
Kesadaran:
compos mentis
TTV:
TD: 100/80 mmhg
N: 80x/menit
R: 20x/menit
S: 37,50
c
1. Payudara,
Putting
susu:menonjol
pengeluaran :
colustrum
2. Abdomen,
pertengahan
pusat simpisis
3. Kontraksi : baik
Anogenital,
Lochea :
sanguilenta
Perineum : ada
laserasi derajat 2
Dx :
Ny R umur 28 tahun
P2A0 6 hari post
partum dengan luka
perineum
Ds:ibu mengatakan
luka jahitannya
masih nyeri dan
mulas pada
perutnya
Do:Tfu pertengahan
pusat simpisis
Kontraksi:baik
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan:
konseling ibu cara
perawatan luka
perineum dan teknik
menyusui.
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu dari
hasil pemeriksaan
2. Evaluasi kembali
involusi uterus
,berjalan lancar
3. Evaluasi kembali
apakah ada tanda-
tanda infeksi atau
tidak
4. Evaluasi kembali
perawatan pada
luka jahitan
5. Evaluasi ibu untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
selama masa nifas
1. Memberitahu ibu dari
hasil pemeriksaan
dalam keadaan sehat
TTV
TD: 100/80 mmhg
N: 80x/menit
R: 20x/menit
S: 37,00
c
2. Mengevaluasi kembali
involusi uterus berjalan
lancar dengan normal,
fundus dibawah
pusat,uterus
berkontraksi
3. Mengevaluasi apakah
ada tanda-tanda infeksi
pada ibu atau tidak
yaitu seperti demam,
dan keluar cairan
yang berbau dari
kemalua suhu lebih dari
3800
c
4. Mengevaluasi kembali
perawatan pada luka
jahitam ibu yang telah
diajarkan kemarin.
5. Mengevaluasi ibu untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi selama masa
nifas yang telah
dijelaskan kemarin
1. Ibu sudah tahu
dari hasil
pemeriksaan
dalam batas
normal
2. Involusi uterus
ibu berjalan lanca
3. Tidak ada tanda-
tanda infeksi
pada ibu
4. Ibu sudah mampu
melakukan
perawatan lika
perineum
5. Ibu sekarang
sudah tahu jenis
makanan yang
bisa dikonsumsi
saat nifas
76
6. Evaluasi kembali
pada ibu tentang
teknik menyusui
dengan baik
6. Mengevaluasi kembali
pada ibu teknik
menyusui dengan baik,
yaitu dengan melihat
apakah putting susu ibu
lecet atau tidak, dan
melihat tehnik
menyusui ibu.
Mengajarkan kepada ibu
tehnik menyusui yang
benar yaitu dengan cara:
Ibu duduk dengan posisi
kaki tidak menggantung,
kemudian keluarkan ASI
sedikit dan oleskan pada
areola dan putting
Kemudian Bayi
diletakkan menghadap ke
ibu dengan posisi
menyangga seluruh
badan bayi, jangan hanya
leher dan bahunya saja,
kepala tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada
ibusehingga hidung bayi
berhadapan dengan
putting susu ibu.
Dekatkan tubuh bayi ke
tubuh ibu,
menyentuhkan bibir
bayi ke putting susu ibu
dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka
lebar.
Segera dekatkan bayi
ke payudara sedemikian
rupa, sehingga bibir
bawah bayi terletak di
bawah putting susu ibu.
6. Ibu menyusui
dengan benar
77
7. Berikan konseling
pada ibu mengenai
asuhan pada bayi
Cara melekatkan mulut
bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi
terbuka lebar, dan bibir
bawah bayi terbuka lebar
Kemudian susui bayi
sampai ibu merasa
payudara ibu sudah
kosong, kemudian
pindahkan kepayudara
yang sebelah.
Kemudian jika sudah
selesai menyusui
keluarkan ASI sedikit
dan oleskan pada areola
dan putting ibu dan
diamkan jangan dikering
kan
Sendawakan bayi
dengan caradisandarkan
di pundak ibu kemudian
tepuk secara lembut pada
punggung bayi.
7. Memberikan konseling
pada ibu mengenai
asuhan pada bayi yaitu
jaga kehangatan bayi,
jangan letakkan bayi
didekat kipas angin,
dekat jendela, amdikan
bayi dengan air hangat,
ganti pakaian bayi
setiap kali bayi
BAB/BAK, atau jika
pakaian lembab.
7. Ibu mengerti dari
konseling yang
diberikan
78
8. Anjurkan ibu untuk
kunjugan ulang
8. Menganjurkan ibu
untuk melakukan
kunjungan ulang
tanggal 23-04-2015
8. Ibu bersedia
melakukan
kunjungan ulang
79
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.R umur 28
tahun P2A0 dengan luka perineum ditemukan ketidak senjangan antara teori dengan
tinjauan kasus yaitu sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data subjektif
Pada pengkajian data dasar yang dilakukan untuk melakukan data dasar
tentang keadaan pasien Ny.R umur 28 tahun P2A0 dengan perawatan
luka perineum yaitu didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Nama
a. Tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap ,bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati,2009;131)
b. Tijauan kasus
Pada kasus ini ibu bernama Ny.R
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus dengan menganamnesa nama lengkap
pasien,bidan dalam memberikan penanganan pada pasien tidak
80
mengalami keliruan pada penulisan study kasus ini nama lengkap
pasien diberi inisial Ny. R
2. Umur
a. Tinjauan teori :
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dan komplikasi dalam masa
nifas (Ambarwati dan wulandari 2009; h.131)
b. Tinjauan kasus :
Pada kasus ini Ny.R berumur 28 tahun
c. Pembahasan :
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus karena Ny.R berumur 28 tahun dan tidak
termasuk dalam resiko tinggi, alat-alat reproduksi, mental dan
psikis siap dalam menerima perubahan-perubahan baik itu
perubahn fisik maupun psikologis pada masa nifas.
3. Agama
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk memimpin
atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan
Wulandari, 2009 ;h.132).
b. Tinjauan kasus
81
Pada kasus ini Ny.R beragama islam
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjanagan karena dengan menganamnesa agama/keyakinan
pasien, bidan dapat mengetahui bahwa Ny.R beragama islam
sehingga dalam membimbing/ mengarahkan asuhan sesuai
dengan agama Ny.R
4. Suku
a. Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (
ambarwati dan wulandari, 2009; h, 132).
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny.R berasal dari suku jawa
c. Pembahasan
Berdasarkan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi
kesenjangan karena dikeluarga Ny.R tidak ada adat-istiadat atau
kebiasaan sehari-hari yang mempengaruhi proses penyembuhan
luka perineum.
5. Pendidikan
a. Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
82
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Makin
tinggi pendidikan seseorang makamakin mudah menerima
informasi, sedangkan sebaliknya semakin seseorang
pendidikannya kurang, maka semakin sulit menerima informasi
(Ambarwati,dkk, 2009;hal 132).
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny. R berpendidikan terakhir SMA
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus, karena ditinjauan teori mengatakan makin
tinggi pendididkan seseorang maka makin mudah menerima
informasi ,sedangkan tinjauan kasus Ny. R mempunyai
pendidikan yang tinggi sehingga penyampaian informasi dapat
lebih mudah diterima
6. Pekerjaan
a. Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.132).
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny.R bekerja sebagai ibu rumah
tangga,pekerjaan suami swasta
c. Pembahasan
83
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan, karena Ny. R bekerja sebagai guru sedangkan
suami swasta sehingga dapat diketahui status gizi Ny.R tercukupi
karena Ny.R bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suami
bekerja swasta
7. Keluhan Utama
a. Menurut Teori.
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dkk,
2009;h,132).
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang
(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara, selama tahap ketiga persalinan, oksitosin
menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya
bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah pedarahan, sehingga menimbulkan rasa
mulas (Ambarwati dkk, 2009; h. 83).
b. Menurut Tinjauan Kasus.
Berdasarkan hasil tinjauan kasus, Ny. R masih merasakan mulas
pada perutnya dan nyeri luka jahitan
c. Pembahasan.
84
Dari kasus diatas, tidak adanya kesenjangan antara tinjauan teori
dengan kasus yang didapati, karena Ny. R masih mengalami
mules pada perutnya yang menandakan bahwa kontraksi uterus
ibu baik dan terjadinya involusi uteri yaitu proses kembalinya
rahim ibu kebentuk semula seperti sebelum hamil.
8. Pola kehidupan sehari-hari
a. Nutrisi dan cairan
1) Tinjauan teori
Pada masa nifas nifas masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat proses penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut :
a) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
b) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan.
85
d) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (
Saleha,2008:h. 71 ).
2) Tinjauan kasus
Pada saat dilakukan pengkajian Ibu sudah mengkonsumsi
makan– makanan yang bergizi, yaitu makanan yang
mengandung karbohidrat pada nasi, mineral pada air putih,
vitamin pada buah dan sayur, dan protein yang terdapat pada
telur, yang semua itu sangat bermanfaat untuk mempercepat
pulihnya keadaan ibu, serta mempercepat proses
penyembuhan pada luka perineum ibu. Dan saat ini ibu sudah
mengkonsumsi vitamin A sebanyak yaitu 200.000 Unit, dan
meminum tablet fe 1 kali sehari.
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas, tidak adanya kesenjangan antara
teori dengan kasus yang didapat, karena ibu sudah
mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi dengan diet
berimbang, Minum air putih, meminum pil zat besi dan
sudah minum kapsul vitamin A 200.000 unit sesuai dengan
teori yang ada.
b. Pola eliminasi
1) Tinjauan teori
BAB
86
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)
setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga juga belum
defekasi, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per
rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum
bisa BAB, maka dilakukan klisma atau huknah
(Saleha, 2008; h. 73).
2) Tinjauan Kasus.
Dari hasil pengkajian study kasus Ny. R belum BAB pada
saat 6 jam postpartum. Pada saat 3 hari post partum ibu
sudah BAB 1 kali sehari, dan pada saat 6 hari post partum
ibu BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak.
3) Pembahasan.
Dari hasil pembahasan diatas, tidak adanya kesenjangan
antara teori dengan kasus yang didapat karena pada tinjauan
kasus saat pengkajian 6 jam postpartum ibu belum
mengalami BAB. Akan tetapi pada saat 3 hari postpartum ibu
sudah BAB. Ini sesuai dengan teori yang ada yaitu Ibu post
partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua post partum.
BAK
1) Tinjauan Teori.
Ibu diminta untuk buang air kecil ( miksi ) 6 jam post
partum, jika dalam 8 jam post partum belum bisa berkemih,
87
atau sekali berkemih belum melebihi 100 CC, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih ibu penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk
kateterisasi
(Saleha, 2008; h. 73 ).
2) Tinjauan Kasus.
Pada saat pengkajian 6 jam post partum Ny. R telah
berkemih. Pada saat 3 hari postpartum ibu BAK 2-3 kali
sehari, dan pada saat 6 hari postpartum ibu sudah BAK 4-5
kali sehari.
3) Pembahasan.
Dari hasil pembahasan diatas, tidak adanya kesenjangan
antara teori dengan hasil studi kasus yang didapat, karena
ditinjauan kasus ibu sudah buang air kecil pada saat
dilakukan pengkajian 6 jam post partum sesuai dengan teori
yang menyatakan ibu di minta ntuk buang air kecil 6 jam
post partum.
9. Personal hygiene
a. Tinjauan teori
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas
masih mengelurkan lokia.
88
(ambarwati dan wulandari,2009;h, 137).
b. Tinjauan kasus
Dari hasil pengkajian Ny.R telah menganti softeknya setelah 3
jam post partum, Ny. R terlihat bersih pada tubuh dan lukanya,
serta ibu sering mengganti pembalut saat penuh, membersihkan
kemaluan dari depan ke arah belakang.
c. Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak terdapatnya kesenjangan antara
teori dengan hasil tinjauan kasus yang didapatkan karena Ny. R
menjaga kebersihan dirinya.
4.1.1 Data obyektif
1. Tekanan darah
a. Tinjauan teori
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan
wulandari, 2009; h 139).
b. Tinjauan kasus
89
Pada kasus ini tekanan darah ibu pada tangal 10-02-2015 TD:
90/70 mmhg,tanggal 13-04-2015 TD: 100/80 mmhg, tanggal
16-04-2015 TD: 100/80 mmhg.
c. Pembahasan
Pada kasus ini terdapat akesenjangan antara teori dan kasus
karena ditinjauan kasus pada saat pemeriksaan tekanan darah
100/80 mmHg dimana ibu tidak mengalami kenaikan pada saat
post partum.
2. Suhu
a. Tinjauan teori
Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal,
suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
Payudara menjadi bengkakdan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau
sistem lain) (Sulistyawati, 2009; h.80)
b. Tinjauan kasus
Suhu ibu tangal 10-02-2015 S:37,00
C ,tanggal 13-04-2015
S:37,00
C, tanggal 16-04-2015 S: 37,50
C.
90
c. Pembahasan
Terdapat kesenjangan anatara tinjauan teori dan tinjauan kasus
karena suhu Ny.R tidak mengalami peningkatan pada saat
post partum
3. Nadi dan pernafasan
a. Tinjauan teori
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus,
dan dapat tejadi bradikardi. Bila terdapat takikardia dan suhu
tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita. Pada ibu nifas umumnya
denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan
pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali keadaan semula (Saleha, 2009; h.61).
b. Tinjauan kasus
Nadi dan pernafasn ibu tangal 10-02-2015 N: 84x/i,RR: 22x/i
,tanggal 13-04-2015 N:80x/i,RR: 20X/i tanggal 16-04-2015
N:80x/i,RR: 20X/i.
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus
karena nadi dan pernafasan dalam batas normal
91
4.1.2 Pemeriksaan fisik
Keadaan payudara dan puting susu
a. Tinjauan teori
Bagian payudara dilakukan pemeriksaan yaitu : adanya
pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan
lecet pada puting), ASI/kolostrum sudah keluar, adakah
pembengkakan, radang atau benjolan abnormal (Suherni dkk, 2009
: 120).
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan hasil pengkajian Ny R payudara ibu simetris, keras,
puting menonjol, dan tidak lecet.
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena
payudara ibu tidak lecet dan puting menonjol.
Keadaan abdomen
pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan
payudara dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut,
pembesaran pada perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba (
palpasi ) yakni : periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus ( Rukiyah, 2011 :
99).
1. Bayi Lahir : Setinggi pusat
2. Uri Lahir : 2 jari dibawah pusat
92
3. 1 minggu : Pertengahan sympisis pusat
4. 2 minggu : Tidak teraba diatas sympisis
5. 6 minggu : Bertambah kecil
6. 8 minggu : Sebesar normal
Involusi Uterus ( Dewi dkk, 2011; h. 57).
a. Tinjauan Kasus
Berdasarkan hasil tinjauan kasus terhadap Ny. R pada saat
pengkajian 6 jam post partum TFU ibu 2 jari dibawah pusat.
b. Pembahasan
Dari kasus diatas tidak terjadi kesenjangan antara teori dan hasil
studi kasus yang telah dilakukan dan kontraksi uterus ibu baik,
TFU 2 jari dibawah pusat. Berdasarkan teori setelah plasenta lahir
TFU 2 jari dibawah pusat.
Keadaan genitalia
Lochea
a. Tinjauan teori
Normal : Merah ( lokia rubra), Bau biasa tidak ada bekuan darah
atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil ) Jumlah perdarahan
yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-
5 jam )
Abnormal :Merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku,
perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2
jam) (ambarwati dan wulandari,2009;h,140)
93
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan dari pengkajian Ny R pengeluaran lokia berwarna
merah yaitu lokia rubra dan ibu mengganti pembalut bila penuh,
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena antara teori dan
kasus sesuai dimana Ny R pengeluarannya lokia berwarna merah
yaitu lokia rubra dan ibu mengganti pembalut bila penuh.
Keadaan perineum
a. Tinjauan teori
Keadaan perineum
oedema, hematoma,bekas luka episiotomi/robek hecting.
Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan
anak pertama.pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut,
robekan ini amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat
(Oxom, dkk, 2010; h. 415).
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan dari pengkajian Ny R terdapat laserasi dan di hecting
c. Pembahasan
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena antara teori dan
kasus karena terdapat laserasi pada perineum ibu.
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti

More Related Content

What's hot (20)

Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti meldawati
Kti meldawatiKti meldawati
Kti meldawati
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
Kti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramataKti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramata
 
Kti rani permayana
Kti rani permayanaKti rani permayana
Kti rani permayana
 
Kti yesi kartika
Kti yesi kartikaKti yesi kartika
Kti yesi kartika
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti yenni kurniati
Kti yenni kurniatiKti yenni kurniati
Kti yenni kurniati
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 
Kti nurul amalia
Kti nurul amaliaKti nurul amalia
Kti nurul amalia
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 

Similar to Kti (20)

Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 

Kti

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN P2 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS MAPALDA, S.ST WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 STUDI KASUS N a m a : SRI MARIA ULVA NIM : 201207057 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN P2 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS MAPALDA, S.ST WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 STUDI KASUS Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Pada PRODI D III Kebidanan N a m a : SRI MARIA ULVA NIM : 201207057 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 3. Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Penguji I Andhesty Novita Xanda, NIK. 11402052 Direktur Akademi Kebidanan ADILA PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Kamis Tanggal : 29 Juli 2015 Penguji I Penguji II Andhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes Vionita Gustianto, S.ST NIK. 2015021054 Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 ii 3 Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan , S.ST
  • 4. 4 CURRICULUM VITAE NAMA : Sri Maria Ulva NIM : 201207057 Tempat/Tanggal Lahir : Rata Agung 11 februari 1994 Alamat : Desa Rata agung Kec.Lemong Pesisir Barat Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : VII (2014/2015) Biografi : 1. SDN 01 Rata Agung Tahun 2006 2. MTSN Rata Agung Tahun 2007 3. MAN 2 Bandar Lampung Tahun 2009 4. Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan di Akademi kebidanan adila bandar lampung tahun 2015 iii
  • 5. 5 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGANPERAWATAN LUKA PERINIUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN P2A0 6 JAM Di BPS MAPALDA, S. ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Sri Maria Ulva, Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes, Vionita Gustianto, S.ST Intisari KTI ini membahas tentang asuhan kebidanan Pada Masa Nifas dengan perawatan luka perineum 6 jam post partum. Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma pelvis. Perinium mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, otot ini sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan. Pada masa nifas 6 jam pertama rentan terjadi pendarahan postpartum yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas, jika tidak ditangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi dari jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50%. Mengingat masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascaa persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini. Dengan tujuan mampu melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, plaksanaan, evaluasi dan menganalisis kesenjangan serta memecahkan masalah jika terdapat kesenjangan antara praktek dan teori pada Ny. R dengan perawatan luka perineum 6 jam post partum. KTI ini menggunakan metodologi study kasus dengan metode deskriptif. Lokasi studi kasus di BPS Mafalda way kandis, Bandar Lampung, Waktu pada tanggal 10 april 2015. Subjek adalah Ny. R dengan perawatan luka perineum 6 jam post partum. Instrument yang digunakan adalah format asuhan kebidanan menurut varney. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Dari pengkajian pada Ny. R dengan perawatan luka perineum 6 jam post partum diketahui perut Ny. R masih terasa mulas dan nyeri pada luka jahitan. Asuhan yang diberikan yaitu sesuai dengan teori dan kebutuhan ibu. Kesimpulannya yaitu asuhan kebidanan pada Ny. R dengan perawatan luka perineum 6 jam post partum dapat teratasi dan kondisi Ny. R normal yang apabila tidak ditangani perawatan luka perineum selama masa nifas dapat menyebabkan infeksi pada masa nifas. Kata kunci : Masa Nifas Kepustakaan : 10 Referensi (tahun 2005-2013) Jumlah Halaman : 109 Halaman iv
  • 6. 6 MOTTO “Don't be afraid to move because the distance of 1000 miles starts by a single step” (Jangan takut untuk bergerak karena jarak 1000 mil dimulai dengan satu langkah) By : Sri Maria Ulva v
  • 7. 7 PERSEMBAHAN Terima kasih kepada ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala nikmat dan cinta kasih yang diberikan untuk penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah : Karya Tulis Ilmiah ini, ku persembahkan kepada : 1. Terima kasih kepada kedua orang tua ku karena telah membesarkan dan mendidik ku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, mendoakan dan memberikan dukungan sepenuhnya kepada anakmu, serta kakak-kakak ku tersayang yang selalu memberikan support dan motivasi yang besar untuk ku. 2. Sahabat dan teman-temanku angkatan ke-VII AKBID ADILA Bandar Lampung, terimakasih untuk hari-hari yang kita lalui bersama yang penuh dengan kebersamaan, canda tawa, sedih, senang, bahkan rasa manis pahit, selama kurang lebih 3 tahun ini, semoga sukses 3. Almamater ku tercinta, AKBID ADILA Bandar Lampung yang telah mengantarkan ke gerbang masa depan. vi
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat penulis Allah SWT atas berkat rahmat, ridho dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul“Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi NY. Y Segera Setelah Lahir di BPS Ketut Dani,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015” dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur AKBID ADILA Bandar Lampung 2. Adhesty, Novita Xanda, S.ST, M.Kes Selaku Penguji I 3. Vionita Gustianto, S.ST Selaku Penguji II 4. BPS Mafalda, S.ST Selaku tempat mengambil penelitian 5. Segenap dosen dan staff Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan berikutnya. Semoga penulis Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Bandar Lampung, April 2015 Penulis vii
  • 9. 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii INTISARI .............................................................................................. iii CURRICULLUM VITAE .................................................................... iv MOTTO ................................................................................................. v PERSEMBAHAN.................................................................................. vi KATA PENGANTAR........................................................................... vii DAFTAR ISI.......................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3 1.3 Tujuan .................................................................................. 3 1.4 Ruang Lingkup..................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5 1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data.......................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis........................................................... 9 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ...................................... 35 2.3 Landasan Hukum Dan Kewenangan Bidan ......................... 55 2.4 Kompetensi bidan dalam masa nifas.................................... 56 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ............................................................................ 59 3.2 Matriks ................................................................................. 68 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ............................................................................ 78 4.2 Interpretasi Data................................................................... 92 4.3 Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial ............................. 95 4.4 Tindakan segera.................................................................... 96 4.5 Perencanaan.......................................................................... 97 4.6 Pelaksanaan .......................................................................... 99 4.7 Evaluasi................................................................................ 104 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 107 5.2 Saran ................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii
  • 10. 1 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Program Masa Nifas ...............................................................11 Table 2.2 Perubahan uterus masa nifas ..................................................12 Tabel 3.1 Matriks ....................................................................................68 ix
  • 11. 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Balasan Lampiran 3 : Lembar Konsul x
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini (Dewi, 2011; h. 3). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka kematian ibu (AKI) hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas. Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (24%), infeksi (15%),aborsi tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan lama (8 %). Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Penyumbang kematian terbanyak adalah Kota Bandar Lampung, dengan kasus terbanyak adalah eklampsia dan perdarahan, rata-rata penyebab kematian ibu adalah penyakit-
  • 13. 2 penyakit lain 42%, eklampsi 33%, perdarahan (23%) dan infeksi 2% (Profil Dinkes Lampung 2012). Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta , serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha,2009:.4). Pada masa nifas 6 jam pertama rentan terjadi pendarahan postpartum yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi pada saat masa nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman kedalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang menyebabkan infeksi (Kurnia dkk 2014; h, 244). Sehingga perlu dilakukan perawatan perineum, yang ditunjukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi karena masukknya mikroorganisme melalui vagina yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Rukiyah dkk,2013;h.125). Berdasarkan hasil pra survey di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung pada tanggal 10 april tahun 2015 terdapat 1 ibu yang melahirkan dan mengalami rupture perineum yaitu Ny. R 28 Tahun P2A0 Ah2, dan Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan dan mengajarkan pada ibu untuk perawatan luka perineum. Sehingga penulis tertarik mengambil judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2 6
  • 14. 3 jam Post Partum pada tanggal 10 April tahun 2015 di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah studi kasus yang penulis ambil adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Perawatan Luka Perineum Pada Ny. R umur 28 tahun P2A0Ah2, 6 jam Post Partum di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung ” 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Penulis dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mampu melaksanakan pengkajian data pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perenium Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.2 Mampu melaksanakan interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam
  • 15. 4 Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.3 Mampu melaksanakan identifikasi masalah potensial dan mengantisipasi pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mafalda Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.4 Mampu melaksanakan tindakan segera pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.5 Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.6 Mampu melaksanakan asuhan yang efisien dan aman pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mapalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.7 Mampu mengevaluasi asuhan yang di berikan pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny.R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum Di BPS Mafalda S.ST Way kandis Bandar Lampung Tahun 2015.
  • 16. 5 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objektif dalam Studi kasus ini adalah satu orang Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 Ah2, 6 jam Post Partum. 1.4.2 Tempat Dalam penelitian ini penulis mengambil di BPS Mafalda SS.T Way kandis ,Bandar Lampung 1.4.3 Waktu Penelitian dilakukan mulai tanggal 10 April - 16 April 2015 1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Institusi Pendidikan Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Dapat menjadi referensi bacaan di perpustakaan dan dapat di jadikan sebagai acuan penilitian selanjutnya. khususnya yang menyangkut perawatan luka perineum pada ibu postpartum. 1.5.2 Lahan Praktek Dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang dapat diterapkan dan hasil penilitian ini dapat di jadikan acuan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan pada Ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
  • 17. 6 1.5.3 Penulis Menerapkan secara langsung Ilmu yang didapat selama bangku kuliah mengenai menejemen asuhan kebidanan pada Ibu nifas dengan luka perineum sesuai dengan prosedur dan penanganan yang tepat. Serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman. 1.5.4 Bagi Masyarakat Agar dapat memberikan informasi pada ibu hamil agar dapat sedini mungkin mengetahui penyakit yang akan menghambat kehamilannya. Dan agar ibu tidak segan untuk memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan ketenaga kesehatan terdekat agar mendapat penanganan lebih lanjut, khususnya ibu-ibu post partum dengan (rupture perineum) pada masa nifas mengenai pentingnya perawatan luka perineum. 1.6 Metode Penulisan dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam Karya Studi kasus ini adalah metode penelitian survei deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarakan suatu fenomena yang terjadi dan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. (Notoatmodjo, 2005; h. 35-36)
  • 18. 7 1.6.2 Teknik Memperoleh Data 1.6.2.1 Data Primer 1. Wawancara Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan wawancara, dimana penulis mendapat keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), dan bercakap- cakap dengan berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. (Notoatmodjo, 2012; h. 139). Wawancara dilakukan dengan cara : a. Auto anamnesa Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien mengenai penyakitnya. b. Allo anamnesa Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai penyakit klien (Sulistyawati, 2012; h. 166 ) 2. Pengkajian Fisik Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) dengan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (Soepardan, 2007).
  • 19. 8 1.6.2.2 Data Sekunder Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data 1. Studi Pustaka Dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu.dari buku- buku,laporan laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya. 2. Studi Dokumentasi Studi yang dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien bersumber dari catatan dokter, bidan, maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnosis (Notoatmodjo, 2005, h. 61-64).
  • 20. 9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h.1). Masa Nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; h.2). Masa Nifas disebut juga masa post partum adalah masa atau waktusejak bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan alat kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan yang berkaitan saat melahirkan. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelaayanan pascaa persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini (Prawiharjo,2008; h.356).
  • 21. 10 2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi (Prawirohardjo Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi. b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu. c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu. d. Mendukung dan memperkuat kayakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalm situasi keluarga dan budaya yang khusus. e. Imunisasi ibu terhadap tetanus. f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak. 2.1.3 Tahapan Masa Nifas Tahapan masa nifas dibagi menjadi: a. Puerpurium Dini Masa Kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerpurium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
  • 22. 11 c. Remote puerpurium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan (Sulistyawati, 2009; h.2-5). 2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Table 2.1. Kebijakan program nasional masa nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal. 5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir. 6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi. 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 2. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat. 3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda penyulit. 4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3 2 minggu setelah persalinan 1. Sama seperti diatas 4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami. 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Ari Sulistyawati, 2009; h.6-7).
  • 23. 12 2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas 2.1.5.1 Perubahan system reproduksi a. Uterus 1) Involusi uterus (pengerutan rahim) Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati) (Ari Sulistyawati, 2009; h. 73). Table 2.2 Perubahan uterus masa nifas Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 2minggu Tak teraba diatas simfisis 350 6 minggu Bertambah kecil 50 8 minggu Sebesar normal 30 Proses Involusi uterus adalah sebagai berikut: a) Iskmia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
  • 24. 13 b) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil, atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan.secara langsung jaringan hifertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormone estrogen dan progesterone. c) Efek oksitosin (kontraksi) Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplay darah keuterus. (Dewi dan Sunarsih,2011;56) b. Lokhea Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. (Saleha, 2009; h.55). Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada vagina normal
  • 25. 14 Jenis-jenis lokia berdasarkan warna dan waktu keluarnya : 1. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa–sisa selaput kebutuhan, sel – sel desidua verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. 2. Lokia sanguilenta berwarna merah kunig darah bersih dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan. 3. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. 4. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel – sel desidua (Saleha, 2009; h.56). 5. Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk (Suherni dkk, 2008; h.79). 6. Lochiostatis, pengeluaran lochea yang tidak lancer.
  • 26. 15 2.1.5.2 Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk inii disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 postpatum, serviks sudah menutup kembali. 2.1.5.3 Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perinium Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadii lebih menonjol.
  • 27. 16 Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil. (Ari sulistyawati, 2009; h.76-77). 2.1.5.4 Perubahan payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme yang fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down.Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
  • 28. 17 menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktifirus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dikeluarkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut dalam waktu yang lama (Saleha, 2009; h.58). 2.1.5.5 Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya BAB kembali normal dapat diatasi dengan diet tinggi serat,peningkatan asupan cairan. Bila tidak berhasil dalam waktu 2- 3 hari dapat diberikan obat laksania . 2.1.5.6 Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
  • 29. 18 antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalm 12-36 jam postpartum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi. 2.1.5.7 Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
  • 30. 19 rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi. 2.1.5.8 Perubahan Sistem Endokrin a. Hormon Plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke- 3 postpartum. b. Hormon Pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
  • 31. 20 folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. c. Hypotalamik Pituitary Ovarium Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progresteron. d. Kadar Estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dan dapat memengaruhi kerja dar kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. 2.1.5.9 Perubahan Tanda-Tanda Vital a. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum. b. Suhu badan Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5- 380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi
  • 32. 21 karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Payudara menjadi bengkakdan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain) c. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan. 2.1.5.10 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
  • 33. 22 progresteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskkuler pada jaringan tersebut selama keehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan Secsio Caecaria, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar (haemotakrit). Setelah persalinan, suhu akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjaadi pada 3-5 hari post partum. 2.1.5.11 Perubahan Sistem Hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, akan tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari
  • 34. 23 post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama. 2.1.6 Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “ibu”. Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain : a. Periode taking in 1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran terhadap tubuhnya. 2) Ia mungkin akan mengulang–ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan 3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat
  • 35. 24 4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan peyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif. b. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan fisikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan. c. Periode taking Hold 1. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum 2. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi 3. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta kekuatan dan pertahanan tubuhnya 4. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perwatan bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya. 5. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut
  • 36. 25 6. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. d. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan tehnik bimbingannya, namun jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kalau kayag gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan e. Periode Letting Go 1. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah, periode inipun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. 2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial. 3. Depresi post partum umumnya terjadi pada period ini Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisis ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain : 1. Respon dan dukungan keluarga dan teman 2. Hubungan dari pengalaman melahikan terhadap harapan dan aspirasi 3. Pengalaman melahirkan dan mebesarkan anak yang lalu
  • 37. 26 4. Pengaruh budaya (Sulistyawati, 2009; h.78-90). 2.1.7 Tanda bahaya masa nifas Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan (memasuki masa nifas) karena itu sangat penting untuk mendidik para ibu dan keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sehinggaa ibu dapat segera mencari pertolongan medis jika terdapat tanda-tanda bahaya masa nifas yang disebutkan di bawah ini : a. Perdarahan per vaginam yang luar biasa tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan biasa,) memerlukan penggantian pembalut 2-3 x dalam setengah jam. b.Pengeluaran vagina yang baunya menusuk. c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung. d.Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik. e. Gangguan masalah penglihatan/penglihatan kabur. f. Pembengkakan di wajah atau tangan. g.Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak badan. h.Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit. i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama. j. Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkanan pada kaki. k.Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri.
  • 38. 27 l. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah. Perawatan yang harus dilakukan pada ibu nifas: a. Pemeriksaan plasenta, agar tidak ada bagian-bagian plasenta yang tertinggal. b. Pengawasan tinggi fundus uteri. c. Pengawasan pendarahan dan vagina. d. Pengawasan konsistensi rahim. e. Pengawasan keadaan umum ibu. f. Perawatan payudara. g. Perawatan vulva seperti vulva hygiene (Dewi, 2011; h.108). Cara untuk merawat perineum adalah : a. Mencuci tangan b. Kaji lochea,buang pembalut kedalam ember sampah basah c. Siram vulva dan sekitarnya dengan air d. Melakukan vulva hygiene e. Buan sampah kotor kedalam ember sampah basah f. Amati keadaan luka jahitan (basah, kering, bengkak, tanda-tanda infeksi). g. Obati luka dengan Betadine Zalf h. Biarkan sejenak sampai luka mengering, lalu tutup dengan kassa steril (Sulistyawati,2009;h.234).
  • 39. 28 2.1.8 Luka Perineum a. Perinium Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma pelvis. Perinium mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, ototini sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan. Perinium terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. b. Luka Perinium Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : 1.Rupture Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. 2.Episiotomi ialah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.124). a) Penyebab robekan perineum 1) Kepala janin terlalu cepat lahir 2) Persalinan tidak dipimpin sebagai mana mestinya 3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut 4) Pada persalinan dengan distosia bahu (Prawirohardjo, 2008; h.117-175).
  • 40. 29 b) Derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut : Derajat 1: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum. Derajat 2: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,otot perineum. Derajat 3: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani. Derajat 4: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani, dinding depan rectum (Sulistyawati, 2010; h.181). 2.1.9 Perawatan luka perineum 2.1.9.1 Pengertian Perawatan perinium adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti waktu sebelum hamil (Rukiyah 2011; h.125). 2.1.9.2 Tujuan Perawatan Luka Perinium Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002) dalam Rukiyah adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi
  • 41. 30 didaerah vulva, perinium, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perinium), untuk kebersihan perinium dan vulva. 2.1.9.3 Lingkup Perawatan Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Rukiyah 2011;h.125). Sedangkan menurut Hamilton lingkup perawatan perineum adalah: a. Mencegah kontaminasi dari rectum. b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. 2.1.9.4 Waktu perawatan perineum perawatan perineum sebailknya dilakukan saat : a. Saat mandi Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
  • 42. 31 b. Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum c. Setelah buang air besar. Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan. 2.1.9.5 Penatalaksanaan Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak adalah mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan sesuai dengan prosedur pelaksanaan. a. Alat-alat 1. Sarung tangan DTT 1 pasang 2. Kapas dettol dalam tempatnya 3. Pispot(bawahnya dialasi) 4. Betadine Zalf 5. Kasa kering pada tempatnya 6. Perlak dan pengalas (alas bokong)
  • 43. 32 7. Celana dalam dan pebalut 8. Bengkok 9. Ember sampah tertutup 10.Status pasien dan alat tulis 11.Larutan Chlorine dalam tempatnya b.Persiapan ruangan Penchayaan ruangan yang cukup dan jendela dan pintu ditutup c. Persiapan pasien Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan beritahu ibu tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan. d.Tindakan 1) Mencuci tangan 2) Berilah waktu apabila ibu ingin buang air kecil 3) Mempersilahkan pada pasien untuk melepaskan pakaian bawah, badan bagian bawah ditutupi oleh selimut, kaji lochea, buang pembalut kedalam ember sampah basah. 4) Perlak dan pengalas dipasang dibawah bokong pasien. 5) Pasang pispot dibawah bokong pasien 6) Siram vulva dan sekitarnya dengan air 7) Memakai sarung tangan 8) Melakukan vulva hygiene 9) Buang kapas kotor dalam ember sampah basah
  • 44. 33 10) Amati keadaan luka jahitan (basah, kering, bengkak, tanda- tanda infeksi). 11) Obati luka dengan Betadine Zalp 12) Biarkan sejenak sampai luka mengering, lalu tutup dengan kasa steril. 13) Merapikan pasien. 14) Melepas sarung tangan, masukan dalam larutan chlorin 15) Membereskan alat 16) Mendokumentasikan tindakan dalam status pasien 17) Mengucapkan terima kasih kepada pasien atas kerjasamanya dalam prosedur tindakan 18) Megucapkan salam penutup (Sulistiawati, 2009: hal.232-234). 2.1.9.6 Fase-fase penyembuhan luka Fase-fase penyembuhan luka menurut smeltzer (2002; 490) adalah sebagai berikut: a. Fase inflamasi: Berlangsung selama 1-4 hari. Respon vascular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karena norepinefrin dirusak oleh
  • 45. 34 enzim intraselular. Juga, Histamin dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler Ketika mokrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vascular selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. b. Fase proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari. Fibroblast memperbanyak diri dan membentuk jaringa-jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka. c. Fase maturasi, berlangsung 21 sampai sebulan atau bahkan tahunan. Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meniggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen
  • 46. 35 menyusun sampai keposisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebgai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; h. 96).
  • 47. 36 2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney I. Pengkajian Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: a. Anamesa Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut: 1. Auto anamnesa Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya. 2. Allo anamnesa Adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga pasien untuk memperoleh data pasien. Ini dilakukan pada keadaan daruratketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat. (Sulistyawati, 2009 ;h. 156). Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi data pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
  • 48. 37 A. Data Subyektif 1. Biodata yang mencakup identitas pasien a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dan komplikasi dalam masa nifas. c. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk memimpin atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Suku/bangsa Berpengauh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. e. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai pendidikannya. Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi
  • 49. 38 Dibagi dalam 3 kategori yaitu : 1) SD atau SMP sederajat adalah rendah 2) SMA sederajat adalah sedang atau menengah 3) Perguruan tinggi adalah tinggi b. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut c. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 2. Keluhan utama Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda. Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang wanita akan merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan (Rukiyah, 2009;h.141). 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,
  • 50. 39 Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. b. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya pada masa nifas dan bayinya. c. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. 4. Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas 5. Riwayat obstetric a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara perslinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. Untuk mengetahui apakah pda saat hamil, bersalin dan nifas ibu mengalami komplikasi atau tidak.
  • 51. 40 b. Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputiPB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. 6. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. 7. Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. 8. Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan
  • 52. 41 perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. a. Penyebab paling menonjol adalah : 1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan. 2) Rasa sakit masa nifas awal. 3) Kelelahan selama kurang tidur selam persalinan dan post partum. 4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit 5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya. b. Menjelaskan pengkajian psikologisnya 1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya. 2) Respon ibu terhadap bayinya. 3) Respon ibu terhadap dirinya 9. Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
  • 53. 42 10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi dan cairan Pada masa nifas nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut : 1) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan. 4) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Siti Saleha:h 71). b. Eliminasi BAB dan BAK Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan
  • 54. 43 colon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya BAB (Buang Air Besar) kembali normal dapat diatasi dengan diet tinggi serat,peningkatan asupan cairan. Bila tidak berhasil dalam waktu 2-3 hari dapat diberikan obat laksania. (Sulistyawati, 2009; 78-79). Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100, maka dilakukan kateterisas. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk keteterisasi. c. Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang, istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
  • 55. 44 d. Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengelurkan lokia e. Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati, 2009; h.131-137). B. Data objektif Yang termasuk dalam komponen komponen pengkajian data objektif ini adalah : 1. Keadaan umum. Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria sebagai berikut :
  • 56. 45 a. Baik Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. b. Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. 2. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis ( kesadaran maksimal ) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009; h.175). 3. Vital sign a. Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati, 2009; h.137-139)
  • 57. 46 b. Temperatur/suhu Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5- 380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Payudara menjadi bengkakdan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain) (Sulistyawati, 2009; h.80) c. Nadi dan pernafasan Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat tejadi bradikardi. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada ibu nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali keadaan semula (Saleha, 2009; h.61). 4. Pemeriksaan fisik Kepala : Bentuk simetris atau tidak, keadaan rambut kebersihan kepala, terdapat rasa nyeri atau tidak
  • 58. 47 Muka :Terdapat udema atau tidak, kebersihan muka dan nyeri tekan atau tidak Mata : Konjungtiva, pupil, sklera, dan kebersihan mata Telinga : Bentuk, kebersihan telinga dan nyeri tekan pada telinga Hidung : Kebersihan hidung, dan terdapat pembesaran polip atau tidak Mulut : Bibir, gusi dan gigi, bau mulut, lidah Leher : Bentuk kulit, pembesaran kelenjar
  • 59. 48 Dada : Bentuk dada, suara jantung, suara paru- paru, bentuk payudara, benjolan, nyeri tekan Payudara : Payudara Menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. (Ambarwati, 2009;h.7). Perut : Bekas operasi, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri ketuk, bising usus ekstermitas Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi fundus uteri yang berada kurang lebih pertengahan umbilicus, atau sedikit lebih tinggi. Involusi uterus melibatkan pengguguran desidua serta pengelupasan plasenta,
  • 60. 49 sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lochea. Involusi uterus Bayi lahir : Setinggi pusat Uri lahir : 2 jari dibawah pusat Minggu : Pertengahan pusat-simfisis Dua minggu : Tak teraba diatas simfisis Enam minggu : Bertambah kecil Delapan minggu : Sebesar normal (Dewi, 2011;h.55-57). Uterus normal : a. Kokoh, berkontraksi baik b. Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera Uterus Abnormal : a. Lembek b. Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum segera c. Kandung kemih : bias buang air/tak bisa buang air Punggung :Nyeri tekan, nyeri ketuk Genetalia : Kebersihan, pengeluaran, massa, bau (Priharjo, 2008; h. 50-154)
  • 61. 50 Lochea : Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Normal : a. Merah hitam (lochia rubra) b. Bau biasa c. Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil) d. Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal : a. Merah terang b. Bau busuk c. Mengeluarkan darah beku d. Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) Perineum : Oedema, hematoma, bekas luka episiotomy / robekan ,hecting Keadaan anus : Hemorrhoid Keadaan ekstermitas : Varices, Oedema, Reflex patella
  • 62. 51 (Ambarwati, 2009. h. 78-141). II.Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretaskan sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan. 1. Diagnosa kebidanan Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretaskan sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan. 2. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi: a. Data subyektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
  • 63. 52 b. Data obyektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati, 2009; h.141-142). 3. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosinya (Ari Sulistyawati,2009;h.192) III. Identifikasi diagnosa / masalah potensial Ketiga ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2007; h. 99). Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi dan penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum yang masih lemah. Menurut Suwiyoga (2009) dalam (Rukiyah,2010).
  • 64. 53 IV. Tindakan segera Tindakan segera yang di lakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Rukiyah et.all,2011;h.125). Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002) adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi didaeraah vulva, perinium, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perinium), untuk kebersihan perinium dan vulva. V. Merencanakan asuhan Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifa karena atonia uteri 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk perdarahan berlanjut
  • 65. 54 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian Asi awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi (Dewi, 2011; h. 4-5) VI. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis yang di tegakkan (Ambarwati, 2009; h. 5). VII.Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien dengan mengacu kepada beberapa pertimbangan. Dalam melkukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang diberikan, kita perlu mengkaji respon pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada penyusunan rencana (Sulistyawati,2011;h.166-167).
  • 66. 55 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor 1464/ Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 2.3.1 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan ibu. a. Ruang lingkup; Pelayanan konseling pada masa pra hamil. b. Kewenangan:Pelayanan konseling pada masa pra hamil. c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pelayanan persalinan normal. e. Pelayanan ibu nifas normal. f. Pelayanan ibu menyusui. 2. Kewenangan: a. Episiotomi. b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil. e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
  • 67. 56 2.4 Kompetensi bidan dalam masa nifas Kompetensi ke-5: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya setempat 2.4.1 Pengetahuan dasar 1. Fisiologi masa nifas 2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan /abortus 3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi,termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk 4. Nutrisi masa nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologi lainnya seperti pengosongan kandung kemih 5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir 6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus 7. Bonding dan attachement orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif 8. Indikator subinvolusi, misalnya perdarahan yang terus, infeksi 9. Indikator masalah-masalah laktasi 10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan, dan preeklamsia postpartum 11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan inkontinensia fekal 12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus
  • 68. 57 2.4.2 Keterampilan dasar 1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan, dan kelahiran 2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu 3. Pengakajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/ luka jahitan 4. Merumuskan diagnosis masa nifas 5. Menyusun perencanaan 6. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu yang meliputi perawatn diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir 7. Mengidentifikasikan hematoma vulva dan melaksanakan rujukan, jika perlu 8. Mengidintifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan, atau merujuk untuk tindakan yang sesuai 9. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal : sisa plasenta, rejatan, dan infeksi ringan 10. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan 11. Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pascapersalinan 12. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu 13. Memberikan antibiotic yang sesuai
  • 69. 58 14. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan serta intervensi yang dilakukan 15. Keterampilan tambahan Melakukan insisi pada hematoma (Soepardan, 2005;hal. 65-67)
  • 70. 59 BAB III STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. R UMUR 28 TAHUN P2 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS MAPALDA S.ST WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Tanggal : 10 April 2015 Jam : 09.00 WIB Nama Mahasiswa : Sri Maria Ulva 3.1 Pengkajian a. Data subyektif Identitas Istri Suami Nama : Ny. R Tn. A Umur : 28 Tahun 30 Tahun Agama : Islam Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : IRT Swasta Alamat : Jl. Airan 2, Gg Andalas 1,Way Kandis. Bandar Lampung
  • 71. 60 Keluhan utama : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan nyeri pada luka jahitan. 1. Riwayat kesehatan a. Riwayat Sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada b. Riwayat kesehatan yang lalu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada c. Riwayat kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada
  • 72. 61 DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada 2. Riwayat perkawinan Status pernikahan : Sah, Usia nikah : 24 tahun Lamanya pernikahan : Kurang lebih 4 tahun 3. Riwayat obstetric a. Riwayat haid Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari Lama : 7 hari Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut / hari Sifat : Encer, sedikit gumpalan Disminorea : Tidak ada b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu N o Tahun persalin an Tempat persalina n Umur kehamil an Jenis persalina n Penolo ng Penyul it Keadaan KetNifas Anak 1 2 2011 2015 BPS BPS 39 mgg 39 mgg 3 hari Spontan Spontan Bidan Bidan Tidak ada Tidak ada Norm al Norm al Norm al Norm al c. Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : spontan
  • 73. 62 Tahun : 10 april 2015 Jam : 03.00 Wib JK : Laki PB : 49 cm BB : 3800 gram Keadaan bayi : Sehat, tanpa cacat d. Riwayat KB : Implan 4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari a. Pola Nutrisi Saat hamil : 3 kali sehari Jenis : 1 centong nasi, 1 mangkok sayur, 1 potong tempe dan tahu, 1 buah jeruk Minum : 5-6 gelas/hari Saat nifas Frekuensi : 3 kali sehari Jenis : 1 centong nasi, 1 mangkok sayur, 1 potong temped an tahu, 1 buah jeruk Minum : 5-6 gelas/hari b. Pola Eliminasi Saat hamil BAB : 1x sehari BAK : 6-7 x sehari Saat nifas
  • 74. 63 BAK : Ibu belum BAB BAK : Ibu sudah BAK 1x c. Pola Istirahat Saat hamil Siang : 1-2 jam Malam : 6-8 jam Saat nias Siang : 1-2 jam Malam : 4-5 jam d. Personal Hygiene Saat hamil : ibu ganti celana dalam 2 kali/hari Selama nifas Gamti celana dalam : ibu ganti celana dalam danpembalut 3-4x sehari Mandi : 2x sehari Keramas : 1x sehari e. Pola Sexual Saat hamil Frekuensi : 2 kali dalam seminggu Gangguan : tidak ada Saat nifas : selama nifas Ibu belum melakukan hubungan seksual
  • 75. 64 5. Riwayat Psikososial Tanggapan ibu terhadap bayinya : Baik Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Baik Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Baik Pengambil keputusan : Bersama Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada b. Data objektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Keadaan emosional : Stabil TTV TD : 90 / 70 mmHg N : 84 x/menit RR : 22 x/menit T : 37,70 C 2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala: Warna rambut : Hitam Ketombe : Tidak ada Benjolan : Tidak ada
  • 76. 65 b. Wajah Hiperpigmenta : Tidak ada Pucat : Tidak ada Edema : Tidak ada c. Mata Simetris : Ya, kanan kiri Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Merah muda Skelera : Putih d. Hidung Simetris : Ya, kanan kiri Polip : Tidak ada pembesaran Kebersihan : Bersih e. Mulut Bibir : Merah muda Lidah : Bersih Gusi berdarah : Tidak Gigi : Bersih f. Telinga Simetris : Ya, kaanan kiri Gangguan pendengaran : Tidak g. Leher Simetris : Ya, kanan kiri
  • 77. 66 Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada Pembesaran vena jugularis : Tidak ada Ketiak, pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada h. Dada Retraksi : Tidak ada Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada Payudara Simertris : Ya, kanan kiri Pembesaran : Ada Putting susu : Menonjol Hiperpigmentasi : Ada disekitar areola Benjolan : Tidak ada Konsisitensi : Keras Pengeluaran : Kolustrum i. Abdomen Pembesaran : Ada Konsistensi : Keras saat kontraksi TFU : 2 jari dibawah pusat j. Genitalia Vulva : Merah kehitaman Perineum : Ada luka jahitan Pengeluaran pervaginam : Lochea Rubra k. Anus : Tidak ada hemoroid
  • 78. 67 3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan labolatorium a. Darah Hb : tidak dilakukan Golongan darah : tidak dilakukan b. Urine Protein : Tidak dilakukan Glukosa : Tidak dilakukan 4. Riwayat persalinan sekarang a. Ibu Tempat melahirkan : BPS Penolong : Bidan Jenis persalinan : Spontan Lama persalinan : 12 jam Catatan waktu Kala I : 9 jam Kala II : 15 menit Kala III : 15 menit Kala IV : 2 jam Ketuban pecah pukul : 02.00 WIB Plasenta Lahir secara : spontan Ukuran : 3 cm
  • 79. 68 Berat : ± 500 gram Panjang tali pusar : 50 cm Perineum : Ada luka jahitan perineum b. Bayi Lahir tanggal / pukul : 10 April 2015/03.00 wib Nilai apgar : 9/10 menit Jenis kelamin : Laki-laki Cacat bawaan : Tidak ada Masa gestasi : 39 minggu 3 hari
  • 80. 69 Tabel 3.1 MATRIKS Tgl/ jam Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah, kebutuhan) Dx potensial/ masalah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 10-04- 2015/ 09.00 WIB DS : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas,dan terasa nyeri pada luka jahitannya. DO : 1.KU: baik Kesadaran: compos mentis TTV: TD: 90/70 mmhg N: 84x/menit R: 22x/menit S: 37,00 c 2. Payudara, putting susu :menonjol pengeluaran : kolostrum 3.Abdomen TFU : 2 jari dibawah pusat 4.Kontrakasi: baik Anogenital. Lochea:rubra Perineum: adalaserasi drajat 2 Dx : Ny R umur 28 tahun P2A0 6 jam post partum dengan luka perineum Dasar: Ds:ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan dan perut terasa mulas Do:Tfu 2 jari dibawah pusat, Lochea:rubra,kontra ksi : baik Masalah : mulas pada perut dan nyeri luka jahitan Kebutuhan: 1. Jelaskan mengenai rasa mulas dan nyeri luka jahitan yang ibu alami 2. Perawatan luka perineum Tidak ada Tidak ada 1.Beritahu kondisi ibu saat ini 2.Beritahu ibu tentang keluhan yang di rasakan ibu yaitu mulas dan nyeri luka jahitan yang dialami ibu 1.Memberitahu kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik dengan hasil pemeriksaan TTV: TD:90/70 mmhg S:37,7O C, N:84x/i, R:22X/i Payudara: Putting susu: menonjol Pengeluaran: kolustrum TFU 2 jari dibawah pusat Kontrakasi: baik Anogenital. Lochea:rubra Perineum ada laserasi drajat 2 2.Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan ibu yaitu rasa mulas merupakan hal yang normal karna proses pengembalian rahim kebentuk semula atau involusi uterus serta rasa nyeri yang dialami ibu itu disebabkan oleh bekas luka pada jalan lahir ibu setelah persalinan. 1. Ibu mengerti kondisinya saat ini. 2. Ibu mengerti tentang keluhan yang dialami ibu adalah hal yang normal dan ibu merasa tenang.
  • 81. 70 3.Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini 4.Anjurkan ibu untuk memberikan asi awal 5.Lakukan pencegahan perdarahan nifas 6.Beritahu ibu tanda bahaya masa nifas 7.anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri 3.Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, seperti miring kiri atau kanan, atau duduk berfungsi untuk menegembalikan kepulihan ibu setelah persalinan serta mempelancar peredaran darah 4.menganjurkan ibu untuk memberikan asi awal kepada bayinya yang dapat memberikan zat anti bodi pada bayi 5.melakukan pencegahan perdarahan nifas yaitu ajarkan ibu masase perutnya agar uterus berkontraksi dengan baik sehingga tidak terjadi perdarahan 6.Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas seperti perdarahan yang bisa disebabkan oleh atonia uteri yang dapat mengakibatkan ibu menjadi syok yang terjadi pada jam pertama postpartum.demam tinggi yang disebabkan karena infeksi. 7.Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama alat genetalianya 3. Ibu mengerti tentang cara mobilisasi 4. Ibu bersedia memberikan ASI awal pada bayinya 5. Masase perut sudah dilakukan 6. Ibu mengerti tentang tanda bahaya nifas 7. Ibu mengatakan akan menjaga kebersihan
  • 82. 71 terutama alat genetalianya 8.anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berprotein tinggi 9.Lakukan dan ajarkan ibu perawatan pada luka jahitan yaitu dengan cara Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut,cebok dengan air bersih dari depan kebelakang dan keringkan dengan handuk bersih/tissue 8.Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe,kacang-kacangan Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi. 9.Melakukan dan mengajarkan ibu perawatan pada luka jahitan dengan cara: a. mencuci tangan terlebih dahulu, b. buang pembalut yang telah penuh dengan genetalianya. 8. Ibu mengatakan akan mengkonsumsi makan yang mengandung protein 9. Perawatan pada luka jahitan telah dilakukan namun perlu evaluasi kembali
  • 83. 72 gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantong plastik, c. bersihkan perineum ibu dengan menggunakan air hangat, d. keringkan perineum dari depan kebelakang dengan cara di dep dengan menggunakan tissue, e. menggunakan pembalut baru yang bersih dan nyaman, dan celana dalam yang bersih, f. lalu cuci tangan kembali
  • 84. 73 Tgl/ jam Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah, kebutuhan) Dx potensial/mas alah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 13-04- 2015/ 16.30 WIB DS : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas,dan terasa nyeri pada luka jahitannya. Ibu mengatakan nyeri pada saat BAK DO : 1.KU: baik Kesadaran: compos mentis TTV: TD: 100/80 mmhg N: 80x/menit R: 20x/menit S: 37,00 c 2.Payudara, Putting susu:menonjol pengeluaran : colustrum 3.Abdomen, TFU :3 jari dibawah pusat 4.Kontraksi : baik Anogenital, Lochea : rubra, Perineum : ada laserasi derajat 2 Dx : Ny R umur 28 tahun P2A0 3 hari post partum dengan luka perineum Dasar: Ds:ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan dan perut terasa mulas Do:Tfu 3 jari dibawah pusat, Lochea:rubra,kontraksi : baik Masalah : mulas pada perut dan nyeri luka jahitan Kebutuhan: 1.Jelaskan mengenai rasa mulas dan nyeri luka jahitan yang ibu alami 2.Perawatan luka perineum Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu tentang kondisi ibu saat ini 2. Pastikan involusi uterus ibu berjalan normal 3. Menilai apakah ada tanda-tanda infeksi atau Tidak 4. Kaji kembali perawatan pada luka jahitan 1. Memberitahu kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik dengan hasil pemeriksaan TTV: TD:100/80 mmhg, S:37,0O C, N:80x/i, R:20X/i 2. Memastikan involusi uterus ibu berjalan dengan normal, fundus 3 jari dibawah pusat, terus berkontraksi, tidak ada perdarahan dan tidak bau 3. Menilai apakah ada tanda-tanda infeksi pada ibu atau tidak yaitu seperti demam, keluar cairan yang berbau dari kemaluan suhu lebih dari 380 c 4. Mengkaji kembali perawatan pada luka jahitam ibu yang telah diajarkan kemarin. Dengan cara: a. mencuci tangan terlebih dahulu, b. buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan 1. Ibu mengerti dari hasil pemeriksaan dalam batas normal 2. Involusi uterus ibu berjalan dengan lancar 3. Tidak ada tanda- tanda infeksi 4. Ibu sudah melakukan perawatan luka perineum sesuai yang diajarkan
  • 85. 74 5. Anjurkan kembali ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan 6. Ajarkan kembali ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas letakkan pembalut tersebut ke dalam kantong plastik, c. bersihkan perineum ibu dengan menggunakan air hangat, d. keringkan perineum dari depan kebelakang dengan cara di dep dengan menggunakan tissue, e. menggunakan pembalut baru yang bersih dan nyaman, dan celana dalam yang bersih, f. lalu cuci tangan kembali 5. menganjurkan kembali pada ibu untuk meberikaan ASI pada bayinya tanpa diberi makanan tambahan apapun selama 6 bulan karena ASI sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan bayi 6. Mengajarkan kembali pada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas yang telah dijelaskan kemarin 5. Ibu mau memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan 6. Ibu sekarang sudah tahu jenis makanan yang bisa dikonsumsi saat masa nifas
  • 86. 75 Tgl/ waktu Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah, kebutuhan) Dx potensial/masalah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 16-04- 2015/ 16.00wib Ds : Ibu mengatakan luka jahitan mulai kering dan tidak nyeri lagi Do : KU: baik Kesadaran: compos mentis TTV: TD: 100/80 mmhg N: 80x/menit R: 20x/menit S: 37,50 c 1. Payudara, Putting susu:menonjol pengeluaran : colustrum 2. Abdomen, pertengahan pusat simpisis 3. Kontraksi : baik Anogenital, Lochea : sanguilenta Perineum : ada laserasi derajat 2 Dx : Ny R umur 28 tahun P2A0 6 hari post partum dengan luka perineum Ds:ibu mengatakan luka jahitannya masih nyeri dan mulas pada perutnya Do:Tfu pertengahan pusat simpisis Kontraksi:baik Masalah : Tidak ada Kebutuhan: konseling ibu cara perawatan luka perineum dan teknik menyusui. Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu dari hasil pemeriksaan 2. Evaluasi kembali involusi uterus ,berjalan lancar 3. Evaluasi kembali apakah ada tanda- tanda infeksi atau tidak 4. Evaluasi kembali perawatan pada luka jahitan 5. Evaluasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas 1. Memberitahu ibu dari hasil pemeriksaan dalam keadaan sehat TTV TD: 100/80 mmhg N: 80x/menit R: 20x/menit S: 37,00 c 2. Mengevaluasi kembali involusi uterus berjalan lancar dengan normal, fundus dibawah pusat,uterus berkontraksi 3. Mengevaluasi apakah ada tanda-tanda infeksi pada ibu atau tidak yaitu seperti demam, dan keluar cairan yang berbau dari kemalua suhu lebih dari 3800 c 4. Mengevaluasi kembali perawatan pada luka jahitam ibu yang telah diajarkan kemarin. 5. Mengevaluasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas yang telah dijelaskan kemarin 1. Ibu sudah tahu dari hasil pemeriksaan dalam batas normal 2. Involusi uterus ibu berjalan lanca 3. Tidak ada tanda- tanda infeksi pada ibu 4. Ibu sudah mampu melakukan perawatan lika perineum 5. Ibu sekarang sudah tahu jenis makanan yang bisa dikonsumsi saat nifas
  • 87. 76 6. Evaluasi kembali pada ibu tentang teknik menyusui dengan baik 6. Mengevaluasi kembali pada ibu teknik menyusui dengan baik, yaitu dengan melihat apakah putting susu ibu lecet atau tidak, dan melihat tehnik menyusui ibu. Mengajarkan kepada ibu tehnik menyusui yang benar yaitu dengan cara: Ibu duduk dengan posisi kaki tidak menggantung, kemudian keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada areola dan putting Kemudian Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyangga seluruh badan bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibusehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu ibu. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, menyentuhkan bibir bayi ke putting susu ibu dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah putting susu ibu. 6. Ibu menyusui dengan benar
  • 88. 77 7. Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi terbuka lebar Kemudian susui bayi sampai ibu merasa payudara ibu sudah kosong, kemudian pindahkan kepayudara yang sebelah. Kemudian jika sudah selesai menyusui keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada areola dan putting ibu dan diamkan jangan dikering kan Sendawakan bayi dengan caradisandarkan di pundak ibu kemudian tepuk secara lembut pada punggung bayi. 7. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu jaga kehangatan bayi, jangan letakkan bayi didekat kipas angin, dekat jendela, amdikan bayi dengan air hangat, ganti pakaian bayi setiap kali bayi BAB/BAK, atau jika pakaian lembab. 7. Ibu mengerti dari konseling yang diberikan
  • 89. 78 8. Anjurkan ibu untuk kunjugan ulang 8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 23-04-2015 8. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
  • 90. 79 BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.R umur 28 tahun P2A0 dengan luka perineum ditemukan ketidak senjangan antara teori dengan tinjauan kasus yaitu sebagai berikut : 4.1 Pengkajian 4.1.1 Data subjektif Pada pengkajian data dasar yang dilakukan untuk melakukan data dasar tentang keadaan pasien Ny.R umur 28 tahun P2A0 dengan perawatan luka perineum yaitu didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Nama a. Tinjauan teori Nama jelas dan lengkap ,bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati,2009;131) b. Tijauan kasus Pada kasus ini ibu bernama Ny.R c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dengan menganamnesa nama lengkap pasien,bidan dalam memberikan penanganan pada pasien tidak
  • 91. 80 mengalami keliruan pada penulisan study kasus ini nama lengkap pasien diberi inisial Ny. R 2. Umur a. Tinjauan teori : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dan komplikasi dalam masa nifas (Ambarwati dan wulandari 2009; h.131) b. Tinjauan kasus : Pada kasus ini Ny.R berumur 28 tahun c. Pembahasan : Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.R berumur 28 tahun dan tidak termasuk dalam resiko tinggi, alat-alat reproduksi, mental dan psikis siap dalam menerima perubahan-perubahan baik itu perubahn fisik maupun psikologis pada masa nifas. 3. Agama a. Tinjauan teori Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk memimpin atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2009 ;h.132). b. Tinjauan kasus
  • 92. 81 Pada kasus ini Ny.R beragama islam c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada kesenjanagan karena dengan menganamnesa agama/keyakinan pasien, bidan dapat mengetahui bahwa Ny.R beragama islam sehingga dalam membimbing/ mengarahkan asuhan sesuai dengan agama Ny.R 4. Suku a. Tinjauan teori Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari ( ambarwati dan wulandari, 2009; h, 132). b. Tinjauan kasus Dalam kasus ini Ny.R berasal dari suku jawa c. Pembahasan Berdasarkan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena dikeluarga Ny.R tidak ada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari yang mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum. 5. Pendidikan a. Tinjauan teori Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
  • 93. 82 memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Makin tinggi pendidikan seseorang makamakin mudah menerima informasi, sedangkan sebaliknya semakin seseorang pendidikannya kurang, maka semakin sulit menerima informasi (Ambarwati,dkk, 2009;hal 132). b. Tinjauan kasus Dalam kasus ini Ny. R berpendidikan terakhir SMA c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena ditinjauan teori mengatakan makin tinggi pendididkan seseorang maka makin mudah menerima informasi ,sedangkan tinjauan kasus Ny. R mempunyai pendidikan yang tinggi sehingga penyampaian informasi dapat lebih mudah diterima 6. Pekerjaan a. Tinjauan teori Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.132). b. Tinjauan kasus Dalam kasus ini Ny.R bekerja sebagai ibu rumah tangga,pekerjaan suami swasta c. Pembahasan
  • 94. 83 Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena Ny. R bekerja sebagai guru sedangkan suami swasta sehingga dapat diketahui status gizi Ny.R tercukupi karena Ny.R bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suami bekerja swasta 7. Keluhan Utama a. Menurut Teori. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dkk, 2009;h,132). Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara, selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah pedarahan, sehingga menimbulkan rasa mulas (Ambarwati dkk, 2009; h. 83). b. Menurut Tinjauan Kasus. Berdasarkan hasil tinjauan kasus, Ny. R masih merasakan mulas pada perutnya dan nyeri luka jahitan c. Pembahasan.
  • 95. 84 Dari kasus diatas, tidak adanya kesenjangan antara tinjauan teori dengan kasus yang didapati, karena Ny. R masih mengalami mules pada perutnya yang menandakan bahwa kontraksi uterus ibu baik dan terjadinya involusi uteri yaitu proses kembalinya rahim ibu kebentuk semula seperti sebelum hamil. 8. Pola kehidupan sehari-hari a. Nutrisi dan cairan 1) Tinjauan teori Pada masa nifas nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut : a) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. b) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan.
  • 96. 85 d) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. ( Saleha,2008:h. 71 ). 2) Tinjauan kasus Pada saat dilakukan pengkajian Ibu sudah mengkonsumsi makan– makanan yang bergizi, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat pada nasi, mineral pada air putih, vitamin pada buah dan sayur, dan protein yang terdapat pada telur, yang semua itu sangat bermanfaat untuk mempercepat pulihnya keadaan ibu, serta mempercepat proses penyembuhan pada luka perineum ibu. Dan saat ini ibu sudah mengkonsumsi vitamin A sebanyak yaitu 200.000 Unit, dan meminum tablet fe 1 kali sehari. 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas, tidak adanya kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapat, karena ibu sudah mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi dengan diet berimbang, Minum air putih, meminum pil zat besi dan sudah minum kapsul vitamin A 200.000 unit sesuai dengan teori yang ada. b. Pola eliminasi 1) Tinjauan teori BAB
  • 97. 86 Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga juga belum defekasi, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma atau huknah (Saleha, 2008; h. 73). 2) Tinjauan Kasus. Dari hasil pengkajian study kasus Ny. R belum BAB pada saat 6 jam postpartum. Pada saat 3 hari post partum ibu sudah BAB 1 kali sehari, dan pada saat 6 hari post partum ibu BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak. 3) Pembahasan. Dari hasil pembahasan diatas, tidak adanya kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapat karena pada tinjauan kasus saat pengkajian 6 jam postpartum ibu belum mengalami BAB. Akan tetapi pada saat 3 hari postpartum ibu sudah BAB. Ini sesuai dengan teori yang ada yaitu Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua post partum. BAK 1) Tinjauan Teori. Ibu diminta untuk buang air kecil ( miksi ) 6 jam post partum, jika dalam 8 jam post partum belum bisa berkemih,
  • 98. 87 atau sekali berkemih belum melebihi 100 CC, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih ibu penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi (Saleha, 2008; h. 73 ). 2) Tinjauan Kasus. Pada saat pengkajian 6 jam post partum Ny. R telah berkemih. Pada saat 3 hari postpartum ibu BAK 2-3 kali sehari, dan pada saat 6 hari postpartum ibu sudah BAK 4-5 kali sehari. 3) Pembahasan. Dari hasil pembahasan diatas, tidak adanya kesenjangan antara teori dengan hasil studi kasus yang didapat, karena ditinjauan kasus ibu sudah buang air kecil pada saat dilakukan pengkajian 6 jam post partum sesuai dengan teori yang menyatakan ibu di minta ntuk buang air kecil 6 jam post partum. 9. Personal hygiene a. Tinjauan teori Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengelurkan lokia.
  • 99. 88 (ambarwati dan wulandari,2009;h, 137). b. Tinjauan kasus Dari hasil pengkajian Ny.R telah menganti softeknya setelah 3 jam post partum, Ny. R terlihat bersih pada tubuh dan lukanya, serta ibu sering mengganti pembalut saat penuh, membersihkan kemaluan dari depan ke arah belakang. c. Pembahasan Dari pembahasan di atas tidak terdapatnya kesenjangan antara teori dengan hasil tinjauan kasus yang didapatkan karena Ny. R menjaga kebersihan dirinya. 4.1.1 Data obyektif 1. Tekanan darah a. Tinjauan teori Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan wulandari, 2009; h 139). b. Tinjauan kasus
  • 100. 89 Pada kasus ini tekanan darah ibu pada tangal 10-02-2015 TD: 90/70 mmhg,tanggal 13-04-2015 TD: 100/80 mmhg, tanggal 16-04-2015 TD: 100/80 mmhg. c. Pembahasan Pada kasus ini terdapat akesenjangan antara teori dan kasus karena ditinjauan kasus pada saat pemeriksaan tekanan darah 100/80 mmHg dimana ibu tidak mengalami kenaikan pada saat post partum. 2. Suhu a. Tinjauan teori Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5- 380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Payudara menjadi bengkakdan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain) (Sulistyawati, 2009; h.80) b. Tinjauan kasus Suhu ibu tangal 10-02-2015 S:37,00 C ,tanggal 13-04-2015 S:37,00 C, tanggal 16-04-2015 S: 37,50 C.
  • 101. 90 c. Pembahasan Terdapat kesenjangan anatara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena suhu Ny.R tidak mengalami peningkatan pada saat post partum 3. Nadi dan pernafasan a. Tinjauan teori Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat tejadi bradikardi. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada ibu nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali keadaan semula (Saleha, 2009; h.61). b. Tinjauan kasus Nadi dan pernafasn ibu tangal 10-02-2015 N: 84x/i,RR: 22x/i ,tanggal 13-04-2015 N:80x/i,RR: 20X/i tanggal 16-04-2015 N:80x/i,RR: 20X/i. c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena nadi dan pernafasan dalam batas normal
  • 102. 91 4.1.2 Pemeriksaan fisik Keadaan payudara dan puting susu a. Tinjauan teori Bagian payudara dilakukan pemeriksaan yaitu : adanya pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI/kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal (Suherni dkk, 2009 : 120). b. Tinjauan kasus Berdasarkan hasil pengkajian Ny R payudara ibu simetris, keras, puting menonjol, dan tidak lecet. c. Pembahasan Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena payudara ibu tidak lecet dan puting menonjol. Keadaan abdomen pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba ( palpasi ) yakni : periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus ( Rukiyah, 2011 : 99). 1. Bayi Lahir : Setinggi pusat 2. Uri Lahir : 2 jari dibawah pusat
  • 103. 92 3. 1 minggu : Pertengahan sympisis pusat 4. 2 minggu : Tidak teraba diatas sympisis 5. 6 minggu : Bertambah kecil 6. 8 minggu : Sebesar normal Involusi Uterus ( Dewi dkk, 2011; h. 57). a. Tinjauan Kasus Berdasarkan hasil tinjauan kasus terhadap Ny. R pada saat pengkajian 6 jam post partum TFU ibu 2 jari dibawah pusat. b. Pembahasan Dari kasus diatas tidak terjadi kesenjangan antara teori dan hasil studi kasus yang telah dilakukan dan kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari dibawah pusat. Berdasarkan teori setelah plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat. Keadaan genitalia Lochea a. Tinjauan teori Normal : Merah ( lokia rubra), Bau biasa tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil ) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3- 5 jam ) Abnormal :Merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) (ambarwati dan wulandari,2009;h,140)
  • 104. 93 b. Tinjauan kasus Berdasarkan dari pengkajian Ny R pengeluaran lokia berwarna merah yaitu lokia rubra dan ibu mengganti pembalut bila penuh, c. Pembahasan Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena antara teori dan kasus sesuai dimana Ny R pengeluarannya lokia berwarna merah yaitu lokia rubra dan ibu mengganti pembalut bila penuh. Keadaan perineum a. Tinjauan teori Keadaan perineum oedema, hematoma,bekas luka episiotomi/robek hecting. Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama.pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat (Oxom, dkk, 2010; h. 415). b. Tinjauan kasus Berdasarkan dari pengkajian Ny R terdapat laserasi dan di hecting c. Pembahasan Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan karena antara teori dan kasus karena terdapat laserasi pada perineum ibu.