SlideShare a Scribd company logo
1 of 130
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR
24 TAHUN P1AO 6 JAM POST PARTUM
DI BPS IDA KENCANA WATI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
N a m a : FEBRIYANTI EKAPUTRI
NIM : 201207019
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
i
2
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR
24 TAHUN P1AO 6 JAM POST PARTUM
DI BPS IDA KENCANA WATI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan
N a m a : FEBRIYANTI EKAPUTRI
NIM : 201207019
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
ii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disetujui untuk dijadikan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari : Kamis
Tanggal : 9 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes Vivin Supinah, S.ST
NIK.0114028902 NIK.111011048
Direktur Akbid Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
iii
4
CURICULUM VITAE
Nama : FEBRIYANTI EKAPUTRI
NIM : 201207019
Tempat/Tanggal lahir : Sukabumi, 23 Februari 1995
Alamat : Sukabumi, Liwa. Lampung Barat
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : VII (2012/2015)
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 1 Sukabumi Lampung Barat lulus Tahun 2006
2. SMPN 1 Batu Brak Lampung Barat lulus Tahun 2009
3. SMAN 1 Liwa Lampung Barat lulus Tahun 2012
4. Saat ini Penulis Sedang Menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan
Adila Bandar Lampung
iv
5
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR
24 TAHUN P1AO 6 JAM POST PARTUM
DI BPS IDA KENCANA WATI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Febriyanti Ekaputri, Nesia Catur H, S.ST, M.Kes, Vivin Supinah, S.ST
INTI SARI
Masa nifas yaitu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu. Bila dilihat
berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan
laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil,
saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus. Penyebab kasus kematian ibu
di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan (40,23%), eklamsi
(59,33%), infeksi (4,2%) dan lain-lain (75,42%). Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah
untuk dapat memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas Normal 6 jam post partum
terhadap Ny. A Umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati, S.ST Bandar Lampung
Tahun 2015. Dalam penyusunan studi kasus dilakukan secara deskritif. Objek pada penelitian
ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.A umur 24 tahun. Kesimpulan hasil study
kasus ini ibu dalam keadaan sehat, rasa mulas pada perut ibu tidak dirasakan lagi dan
tidak ada penyulit yang berhubungan dengan masa nifas. Saran utama diharapkan asuhan
yang telah diberikan dapat menambah pengetahuan bagi ibu dan masyarakat tentang
perawatan selama masa nifas
Kata kunci : Masa nifas, 6 jam post partum
Kepustakaan : 13 Referensi (2005-2012)
Jumlah halaman: 112 Halaman, 2 daftar table, 5 daftar lampiran
v
6
MOTTO
JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK MENGAMBIL LANGKAH
APAPUN DALAM HIDUP, JANGAN PIKIRKAN APA KATA
ORANG KARENA YANG TAHU KITA DAN KITA AKAN
MEMBUAT MEREKA TERCENGANG
By.FebriyantiEkaputri
vi
7
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT, sebagai rasa
syukur yang tidak bisa diuntaikan dengan segala sesuatu, akhirnya dengan
segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Kupersembahkan Karya Tulis ku ini untuk orang-orang yang selalu
mengiringi langkah saya dengan doanya dan kasih sayang yang tidak ada
putusnya.
1. Terima kasih buat Ayah, ibu, adik dan keluarga besar saya yang tiada
henti-hentinya memberikan semangat dan doanya bagi saya dalam
menggapai cita-cita
2. Kepada pembimbing akademik ibu Puspita Dewi, S.ST. M.Kes dan ibu
Oktaria Safitri, S.ST
3. Kepada penguji saya ibu Nesia Catur Hutami, S.ST. M.Kes dan ibu Vivin
Supinah, S.ST
4. Teman-teman Tercinta angkatan VII Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung tempat penulis menuntut ilmu selama 3 tahun
5. Almamater ku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah
vii
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dalam bentuk study
kasus kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.A Umur
24 Tahun P1A0 6 Jam Post Partum Di Bps Ida Kencana Wati S.ST Bandar
Lampung Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akbid Adila Bandar Lampung.
2. Puspita Dewi, S.ST. M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah dan
Oktaria Safitri, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
3. Nesia Catur Hutami, S.ST. M.Kes selaku penguji I dan Vivin Supinah,
S.ST selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
4. BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar lampung sebagai tempat mengambil
penelitian.
5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALAMAN JUDUL...................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................iii
CURICULUM VITAE................................................................................iv
INTISARI....................................................................................................v
MOTTO ......................................................................................................vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................3
1.4 Ruang Lingkup..........................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................4
1.6 Metodelogi Dan Teknik Memperoleh Data................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis…………………………………………. 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan............................................36
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.......................................52
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.................................................................................54
3.2 Matriks ......................................................................................64
ix
10
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Data ........................................................................70
4.2 Interpretasi Data.........................................................................99
4.3 Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi
Penanganannya ..........................................................................101
4.4 Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera
Dengan Tenaga kesehatan lain ...................................................102
4.5 Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh ...................................102
4.6 Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien danAman...........105
4.7 Evaluasi .....................................................................................108
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................110
5.2 Saran.........................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Involusi Uterus………………………………………………………15
Tabel 3.2 Matriks………………………………………………………………64
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar Konsul
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna
menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai
pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi dibanyak Negara,
para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada
periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari
separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses
persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak
semua intervensi yang sesuai bagi suatu Negara dapat dengan serta merta
dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di Negara
lain ( Saleha, 2009; h.2)
Masa nifas (puerperium) yaitu dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi &Sunarsih, 2011; h.1).
Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi
Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa
kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas)
seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%)
terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20–34 tahun. Kasus
2
kematian ibu tertinggi ada dikota Bandar Lampung. Penyebab kasus
kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan
(40,23), eklamsi (59,33%), infeksi (4,2%) dan lain-lain (75,42%) (Profil
Dinas kesehatan Provinsi dan kota Bandar Lampung, 2012).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk
memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah
beberapa kematian ini (Dewi & Sunarsih, 2011; h.3).
Berdasarkan pra survey di BPS Ida Kencana Wati, S.ST diperoleh
data ibu yang melahirkan pada bulan Maret 2015 sebanyak 10 orang. Dan
pada tanggal 2 April 2015 terdapat 1 ibu 6 jam post partum yaitu Ny. A, dan
perlu di beri penjelasan tentang bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri, pemberian ASI awal, kebutuhan nutrisi, istirahat dan
personal hygiene. Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas,
peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang “Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas
Terhadap Ny.A Umur 24 Tahun P1A0 6 jam post partum di BPS Ida Kencana
Wati,S.ST Tahun 2015
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas
3
terhadap Ny. A umur 24 tahun P1A0 6 Jam post partum normal di BPS Ida
Kencana Wati, S.ST Bandar Lampung Tahun 2015.?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas Normal 6 jam
post partum terhadap Ny.A Umur 24 Tahun P1A0 di BPS. Ida Kencana
Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada kasus
ibu nifas 6 jam normal khususnya pada Ny.Aumur 24 Tahun
P1A0 diBPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun
2015
1.3.2.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu
menyusun diagnosa kebidanan , masalah dan kebutuhan pada
ibu nifas normal khususnya pada Ny. A umur 24 Tahun P1A0
di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas normal
khususnya pada Ny.A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida
Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.4 Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu nifas normal
4
khususnya pada Ny.A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida
Kencana Wati.S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal
khususnya pada Ny.A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana
Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.6 Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu nifas normal
khususnya pada Ny.Aumur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana
Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.7 Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas normal
khususnya pada Ny.A Umur 24 tahun P1A0 di BPS Ida Kencana
Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu
Ny.A umur 24 tahun.
1.4.2 Tempat
Penelitian dilakukan di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Korpri, Bandar
Lampung
1.4.3 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015
5
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa studi Akademi Kebidanan
Adila Bandar Lampung dalam penatalaksanaan 6 jam postpartum
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang
berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti
penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE
1.5.3 Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan masukan pada masyarakatagar lebih mengerti tentang
perawatan ibu selama masa nifas
1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data
1. 6.1 Metodologi Penelitian Survey Deskriptif
Survey deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena ( termasuk kesehatan ) yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survey deskriptif
digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya di
gunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
Survey deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
6
didalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat survey
deskriftif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah
kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau
orang yang tinggal dalam komunitas tertentu
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
Untuk memperoleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data Primer
a. Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi
data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui
suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai
pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala yang
tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat
digali dari wawancara (Natoatmodjo, 2012; h.35-36, 139).
Anamnesa dapat dilakukan melalui 2 cara, antara lain :
A). Auto Anamnesa
Auto ananmesa merupakan anamnesa yang dilakukan
kepada pasien secara langsung. Jadi, data yang
7
diperoleh adalah data primer karena langsung dari
sumbernya
B). Allo Anamnesa
Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan
kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang
pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika
pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan
data yang akurat (Sulistyawati, 2009 ; h.111).
1.6.2.2 Data Sekunder
A .Sumber Informasi Dokumenter
Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter
pada dasarnya adalah semua bentuk sumber informasi
yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-
dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi,
adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan, yang ada di bawah tanggung
jawab instansi resmi misalnya laporan, statistik, catatan-
catatan di dalam kartu klinik, dan sebagainya. Sedangkan
dokumen tidak resmi ialah segala bentuk dokumen yang
berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang
badan atau instansi tidak resmi atau perorangan, seperti
biografi, catatan harian, dan semacamnya
8
B . Sumber Kepustakaan
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari
suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di
dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan
dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku-
buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal,
dan sebagainya kita dapat memperoleh berbagai
informasi, baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun
konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli
(Notoadmodjo, 2005; h.62-64)
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau
puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan dengan saat melahirkan
(Suherni, et all, 2009; h.1).
Masa Nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
10
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara
f. Konseling mengenai KB
2.1.1.3 TahapanMasa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Puerperium dini
kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate
yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu
c. Puerperium remote
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi (Dewi & Sunarsih, 2011; h.1-4).
2.1.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a.Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b.Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
11
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI
(Ambarwati & Wulandari, 2010; h.3).
2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai
berikut.
1. 6-8 Jam Setelah Persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
Catatan : jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
12
2. 6 Hari Setelah Persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
3. 2 Minggu Setelah Persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian rahim
4. 6 Minggu Setelah Persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini
13
2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.2.1 Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap
ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2cm
di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira
sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-
kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian,
perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum
keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada
abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
14
panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi
50-60 gram.
Peningkatan kadar esterogen dan progesterone bertanggung
jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia,
peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang
telah terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi
penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan untuk kembali pada keadaan
tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi
2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
15
panjangnya 10 kali dari semula dan lebar 5 kali dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan
sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
hormon estrogen dan progesteron
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Penurunan ukuran uterus yang cepat dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen
dan kembali menjadi organ pelvis
Tabel 2.1 Involusi Uterus
Involusi
Tinggi
Fundus Uteri
Berat
Uterus (gr)
Diameter
bekas
melekat
plasenta(cm)
Keadaan
Serviks
Bayi
Lahir
Setinggi
pusat
1000
Uri lahir
2 jari di
bawah pusat
750 12,5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat-
simfisis
500 7,5
Beberapa
hari setelah
postpartum
dapat dilalui
2 jari. Akhir
minggu
pertama
dapat
Dua
minggu
Tak teraba
diatas
simfisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertambah
kecil
50-60 1-2
16
Delapan
minggu
Sebesar
normal
30
dimasuki 1
jari
Sumber : ( Dewi & Sunarsih, 2011; h. 4-5, 55-57).
b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak
sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya:
a) Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi lanugo (rambut bayi ), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum
17
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.
Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14
d) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput Lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum
(Sulistiyawati, 2009; h.76).
2.1.2.2 Perubahan Pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk
serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna
serviks sendiri merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh
darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan
dengan bagian atas dari kanalis servikalis
18
2.1.2.3 Perubahan Pada Vagina dan Perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum
hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol
pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara
permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui
sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.
Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium (Dewi & Sunarsih, 2011; h.58-59).
2.1.2.4 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan hal
ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan
mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya
asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan
diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.
Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia.
19
2.1.2.5 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot–otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang pada waktu persalinan, serta berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “
kandunganya turun” setelah melahirkan karena ligament, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan
2.1.2.6 Perubahan Sistem Endokrin
a). Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari
ke-3 postpartum
b).Hormon pituitary
prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
20
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler ( minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi
c).Hypotalamik pituitary ovarium
lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
esterogen dan progesterone
d).Kadar estrogen
setelah persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat
dapat memengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI
2.1.2.7 Perubahan Tanda Vital
a. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50
-380
C) sebagi akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada
hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus
genitalis, atau sistem lain).
21
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post
partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post
partum.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan.
2.1.2.8 Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin
meningkat. Pada hari pertama post partum kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah, leokositosis
22
yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai
15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih
dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi
patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama
(Sulistyawati, 2009; h.78-82).
2.1.2.9 Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan sebagai respon terhadap penurunan esterogen.
Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher
buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Protein
dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di
dalam uterus.
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang
bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan
cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah, et all.
2011; h.65).
23
2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah
selalu merupakan hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau
pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu
setelah melahirkan bayi sering kali menimbulkan konflik dalam diri
seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan
emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita. Beberapa
penyesuaian dibutukan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan
peran barunya sebagai seorang ibu. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis
dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para peneliti dan klinisi
disebut post-partum blues. Banyak faktor yang diduga berperan pada
sindrom ini, salah satu yang penting adalah kecukupan dukungan sosial
dari lingkungannya (terutama suami). Kurangnya dukungan sosial dari
keluarga dan teman khususnya dukungan suami selama periode pasca-
salin (nifas) diduga kuat merupakan faktor penting dalam terjadinya post
partum blues. Ada banyak perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan
yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu
nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari
lingkungannya. Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang
wanita merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah
melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran
24
seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut
2.1.3.1 Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung
pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada
saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif
terhadap lingkungannya
2.1.3.2 Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-
10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita
perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu
2.1.3.3 Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya,
25
serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan
kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat
berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
diri dan bayinya
(Dewi & Sunarsih, 2011; h.65-66).
2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
2.1.4.1 Nutrisi Dan Cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu.
Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,
tinggi protein dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi sebagai
berikut:
1. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009; h.71-72)
26
2.1.4.2 Ambulasi
Pada masa lampau, perawatan puerpurium sangat konservatif,
dimana puerperal harus tidur terlentang selam 40 hari. Kini
perawatan puerpurium lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini.
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu
sebagai berikut
1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi
puerperium
2. Mempercepat involusi uterus
3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
(Dewi& Sunarsih, 2011; h.72).
2.1.4.3 Eliminasi
1. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
27
Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih
(retensio urine) pada ibu postpartum.
a. Berkurangnya tekanan intraabdominal
b. Otot-otot perut masih lemah
c. Edema dan uretra
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009; h.73).
2. Buang Air Besar (BAB)
Defekasi (Buang Air Besar) harus ada dalam 3 hari postpartum.
Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses
yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi
febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau
diberi laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih
banyak pada waktu persalinan sehingga dapat memengaruhi
terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai
2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit
gliserine/diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post partum
masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau
paraffin (1-2 hari postpartum), atau pada hari ke-3 diberi laksan
supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat
BAB dengan teratur.
 Diet teratur
 Pemberian cairan yang banyak
 Ambulasi yang baik
28
 Bila takut buang air besar secara episiotomi , maka
diberikan laksan supposotria
(Dewi & Sunarsih, 2011; h.73-74).
2.1.4.4 Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil atau besar
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang
setelah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari
dan disetrika
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
29
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
(Saleha, 2009;h.73-74).
2.1.4.5 Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa
lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru
akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak
setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan
lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau
mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu
a. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak
berat
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri (Dewi & Sunarsih, 2011; h.76).
30
2.1.4.6 Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini.
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,
maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami
istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Saleha,2009; h.75).
2.1.4.7 Latihan Dan Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. senam
nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-
otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Pada saat
hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang
dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu
mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah
31
terjadinya nyeri punggung di kemudian hari dan terjadinya
kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu
tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan
dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit.
Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus
(kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan
tingkatkan setiap hari sampai 10 kali (Dewi & Sunarsih, 2011;
h.81).
2.1.5 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
2.1.5.1 Perdarahan Pervaginam Postpartum
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak
lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera
begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama. Kalau
terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik,
tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat.
1. Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab : atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab : robekan jalan lahir
dan sisa plasenta atau membran.
32
2. Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab perdarahan pasca salin ada beberapa sebab antara
lain :
a. Atonia uteri (>75%), atau tidak berkontraksi dalam 15
menit setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta
telah lahir). (JNPKR, Asuhan persalinan normal, Depkes
Jakarta ; 2002).
b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang
terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan
spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomy,
robekan jalan lahir dapat terjadi ditempat : robekan
serviks, perlukaan vagina, robekan perinium.
c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan
didalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).
d. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim).
e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
Penanganan umum
a. Hentikan perdarahan
b. Cegah/atasi syok
c. Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan
garam fisiologis, plasma ekspander, dextran-L, dan
sebagainya), transfusi darah, kalau perlu oksigen.
33
2.1.5.2 Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 38
derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi aklibat
persalinan adalah.
Kuman anaerob : kokus gram positif (peptostreptokok,
peptokok, bakteriodes dan klostridium).
Kuman aerob : gram positif dan E.coli.
Faktor Predisposisi
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
2. Partus lama dengan ketuban pecah lama
3. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan
darah
4. Teknik aseptik yang tidak baik dan benar
5. Pemeriksaan vagina selama persalinan
6. Manipulasi intrauterus
7. Trauma/luka terbuka
8. Hematom dan hemoragi (darah hilang lebih dari 1000 ml)
9. Perawatan perineum yang tidak tepat
34
10. Infeksi vagina/servik atau penyakit menular seksual yang
tidak ditangani
2.1.5.3 Septikemia Dan Piemia
Pada septicemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai 3
hari post partum suhu meningkat dengan cepat, biasanya
disertai menggil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-400
C,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160
kali/atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh
hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
piemia. Pada piemia, penderita tidak lama setelah postpartum
sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat.
Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus
memasuki peredaran darah umum. Suatu cirri khusus pada
piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
2.1.5.4 Peritonitis
Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi
cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense
musculaire. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi
pucet, mata cekung kulit muka dingin, terdapat fasies
35
hippoceratica. Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis,
gejala tidak seberat peritonitis umum.
2.1.5.5 Selulitis Pelvik
Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang
meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari 1
minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap
kemungkinan selulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini
yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke
berbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan bisa tumbuh abses.
2.1.5.6 Salpingitis Dan Ooforitis
Gejala salpingitis dan oofaritis tidak dapat dipisahkan dari
pevio peritonitis. Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Kadang-kadang jaringan infeksi menjalar ketuba falopii dan
ovarium disini terjadi salpingitis dan/abfritis yang sukar
dipisahkan dari polvio peritonitis.
36
2.1.5.7 Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Trombofebitis,
dikelompokkan sebagai barikut :
Pelvio tromboflebitis
1) Nyeri pada perut bawah atau samping pada hari ke 2-3
masa nifas dengan atau tanpa panas
2) Tampak sakit berat, menggil berulang kali, suhu badan naik
turun secara tajam, dapat berlangsung selama 1-3 bulan
3) Terdapat leukositosis
4) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa
karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika
yang sukar pada pemeriksaan dalam (Rukiyah et all, 2011;
h.116-120).
2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1 Proses Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien (Varney, 1997). Manajemen kebidanan terdiri dari
7 langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data
37
sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat siklik (dapat berulang),
dengan tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus berikutnya
( Sulistyawati, 2009; h. 109).
2.2.2 7 Langkah Manajemen Menurut Helen Varney
2.2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar )
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
1. Data Subyektif
a). Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b). Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam masa nifas.
38
c). Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d). Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
e). Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
f). Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
g). Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
di perlukan
h). Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
39
i). Riwayat Kesehatan
1). Riwayat kesehatan yang lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti
Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi, Asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini
2). Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
3). Riwayat kesehatan Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit
keluarga yang menyertainya
j). Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
40
k). Riwayat Obstetrik
1. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu.
2. Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini
l). Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan
selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
m). Kehidupan Sosial Budaya
untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan.
41
n). Data Psikososial
untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah
kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal
ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan
takut yang dialami kebanyakan wanita selama
kehamilan dan persalinan.
2. Rasa sakit masa nifas awal.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan
postpartum.
4. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat untuk
merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
42
Menjelaskan pengkajian psikologis :
1. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
2. Respon ibu terhadap bayinya
3. Respon ibu terhadap dirinya
o). Data Pengetahuan
untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas.
p). Pola pemenuhan kebutuhan Sehari-hari
1). Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan
2). Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah.
3). Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur
misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
43
penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting
bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan.
4). Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
5). Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing
ketika melakukan ambulasi. (Ambarwati & Wulandari,
2010; h.131-137).
2.Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan
secara berurutan.
44
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan
laporkan dengan kriteria:
 Baik
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan
 Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
coma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
45
3) Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan
fungsi kepala. Pengkajian diawali dengan inspeksi
kemudian palpasi (Priharjo, 2006; h. 50)
 Mata
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk
dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu
bandingkan antara mata kanan dan kiri. Teknik yang
digunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi
merupakan teknik yang paling penting dilakukan sebelum
palpasi
 Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan
menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga secara umum
bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga/membran timpani, dan
pendengaran. Teknik pengkajian yang digunakan
umumnya adalah inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan
pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga.
Secara sederhana pendengaran dapat dikaji dengan
menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan
dengan mudah dapat mengetahui adanya bisikan. Bila
46
dicurigai pendengaran tidak berfungsi baik, maka
pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan garpu tala.
 Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung. Dimulai dari bagian luar hidung, bagian
dalam, lalu sinus- sinus. Bila memungkinkan, selama
pemeriksaan klien dalam posisi duduk.
 Mulut dan faring
Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan
pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua bagian
dalam mulut. Pengkajian mulut dan faring sebaiknya
dilakukan dengan posisi klien duduk. Pengkajian diawali
dengan mengkaji keadaan bibir, gigi, gusi, lidah, selaput
lendir, pipi bagian bagian dalam, palatum/langit-langit mulut,
tonsil, kemudian faring. Umumnya teknik yang digunakan
dalam mengkaji adalah inspeksi. Namun bila secara inspeksi
belum didapatkan data yang akurat, maka dilakukan
pengkajian secara palpasi. Tujuan dilakukan palpasi adalah
untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat
diketahui dengan palpasi. Palpasi mulut meliputi pipi,
palatum, dan lidah.
( Tambunan& Kasim, 2011; h.67, 73, 79, 81,)
47
 Leher
Leher dikaji setelah pengkajian kepala selesai dikerjakan.
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ- organ penting yang berkaitan.
Dalam pengkajian, baju pasien sebaiknya dilepas sehingga
leher dapat dikaji dengan mudah. Pengkajian dimulai
dengan inspeksi kemudian palpasi yang dilanjutkan
dengan pengkajian gerakan leher ( Priharjo, 2006; h. 72)
 Payudara
Pembesaran, puting susu ( menonjol/mendatar, adakah
nyeri dan lecet pada puting), ASI/kolostrum sudah keluar,
adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal
(Suherni, et all. 2009; h.120)
 Abdomen
a) Uterus
Normal :
 Kokoh, berkontraksi baik
 Tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa
nifas segera
Abnormal :
 Lembek
 Diatas ketinggian fundal saat masa post partum
segera ( Ambarwati& Wulandari, 2010; h. 139-140)
48
b) Uterus
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu
periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut,
kemudian lakukan pemeriksaan raba (palpasi) yakni :
periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus
( Rukiyah, et all. 2011 ; h. 99)
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU- Nya (
Tinggi Fundus Uteri)
1. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat
dengan berat 1000 gram
2. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat
3. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan
pusat simfisis dengan berat 500 gram
4. Pada 2 minggu post partum, TFU tteraba diatas
simpisis dengan berat 350 gram
5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak
teraba) dengan berat 50 gram ( Sulistyawati, 2009; h.74)
49
 Keadaan genetalia
Lochea
Normal :
 Merah hitam (lochia rubra)
Bau biasa
 Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil)
 Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya
perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal
 Merah Terang
 Bau Busuk
 Mengeluarkan Darah Beku
 Perdarahan Berat (Memerlukan Penggantian Pembalut
0-2 Jam)
.2.2.2 Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.
Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
50
yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasikan oleh bidan
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para,
abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas
Data dasar meliputi:
1. Data subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur,
keterangan ibu tentang keluhannya
2. Data obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
Data dasar meliputi :
 Data subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
 Data obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
( Ambarwati& Wulandari, 2010; h.141-142).
51
2.2.2.3 Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi
Penanganannya
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah
potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak
terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis
2.2.2.4 Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera
dengan Tenaga Kesehatan Lain
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu,
seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis
52
bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan
2.2.2.5 Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk
masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi
2.2.2.6 Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan yang lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi
ketika bidan berkonsultasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang
menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan
berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya
53
2.2.2.7 Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor
mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan
yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi
keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi
evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah benar-
benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam
diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya
(Soepardan, 2007; h.99-102).
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan
Pasal 16
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1,
preeklamsi ringan dan anemia ringan
e. Pertolongan persalinan normal
54
f. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sungsang ,
partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini( KPD)
tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir,distosia
karena inersia uteri primer, post term dan preterm
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio
plasenta,renjatan dan infeksi ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid
(Sofyan, et all. 2009; h. 166,172)
55
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. A UMUR
24 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS IDA KENCANA WATI,S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 2 April 2015
Jam : 16.00 WIB
Tempat : BPS Ida Kencana Wati,S.ST
Nama Mahasiswa : Febriyanti Ekaputri
NIM : 201207019
A. Data Subjektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. A : Tn.H
Umur : 24 tahun : 28 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku : Lampung/Indonesia : Lampung/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga : Wiraswasta
Alamat : Perum Pemda Blok A No.158 Bandar Lampung
2. Keluhan Utama: Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mules.
56
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
57
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Usia nikah pertama : 23 Tahun
Lamanya pernikahan : 1 tahun
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 13 Tahun
2) Siklus : 28 Hari
3) Lama : 4-6 Hari
4) Volume : 3-4 kali ganti pembalut/hari
5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6) Disminorhea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
No Tahun
Persalinan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penolong Penyulit Keadaan
nifas anak
- -
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 2 April 2015
Jam : 16.00 Wib
Jenis kelamin : Perempuan
Panjang badan : 48 cm
58
Berat badan : 3000 gram
Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
d. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan
lauk pauk, serta minum susu 1 gelas per hari
Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan,
dengan menu nasi, sayur sop, lauk pauk 1
potong ayam dan 1 potong tempe dan air putih
b. Pola eliminasi
Selama hamil
BAK : Ibu mengatakan BAK 5-7 kali per hari, dengan
warna jernih.
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum
melahirkan
Selama nifas
BAK : Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 3 jam post
partum.
BAB : Ibu mengatakan belum BAB selama
pemantauan 6 jam post partum
59
c. Pola aktivitas
Selama hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci.
Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke
kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum
d. Pola istirahat
Selama hamil : Ibu tidur malam selama 6-8 jam dan tidur siang
selama 1-2 jam
Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu istirahatditempat tidur
e. Pola personal hygine
Selama hami : Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali dalam
seminggu ganti pakaian setiap mandi dan
mengganti celana dalam 3x sehari atau jika
lembab.
Selama nifas :Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah
melahirkan
f. Pola seksual
Selama hamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual,
yaitu 3x seminggu.
Selama nifas : Ibu tidak melakukan hubungan seksual
7. Psikososial
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya
Ibu bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal
60
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya
Ibu tidak tahu bahwa rasa mules yang masih ia rasakan adalah hal
yang normal
c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny.A
d. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah dalam
keluarga
e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
B. Data objektif
Tanggal/ waktu: 2-4-2015/ 18.00 WIB
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Pernafasan : 24 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37,00
c
61
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Oedema : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
c. Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan
Lidah : Bersih
e. Payudara
Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri
Puting Susu : Menonjol, bersih
Simetris : Ya antara kanan dan kiri
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, kolostrum
62
Rasa Nyeri : Tidak ada
f. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas
Konsistensi : Keras
Benjolan : Tidak ada
Pembesaran lien dan liver : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
g. Anogenital
Vulva : Warna merah kehitaman
Perenium : Tidak Ada luka hacting
Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
Pemeriksaan Dalam : Tidak di lakukan
h. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek patela : Positif Kanan dan Kiri
63
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. Riwayat Persalinan sekarang
1) Tempat Melahirkan : BPS Ida kencana wati,S.ST
2) Penolong : Bidan ida
3) Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam
4) Tanggal Persalinan : 2 April 2015
5) Komplikasi : Tidak ada
6) Lamanya persalinan
Kala I : 9 Jam 00 Menit
Kala II : 0 Jam 30 Menit
Kala III : 0 Jam 10 Menit
Kala IV : 2 Jam 0 Menit +
Lama : 11 Jam 40 Menit
7) Ketuban pecah pukul : 15.50 WIB
8) Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 225cc / 100cc
9) Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin
10) Plasenta
Lahir : Spontan
Insersi : Sentralis
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
64
Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
Kelainan : Tidak ada
11) Perenium : Tidak ada laserasi
b. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 2-4-2015/16.00 WIB
Nilai APGAR : 9/10
Jenis kelamin : Perempuan
Masa gestasi : 40 minggu
65
TABEL 3.2
MATRIKS
Tgl / jam Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah
dan kebutuhan)
Dx
masalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
02 April
2015
pukul
18.00
wib
DS :
1. Ibu mengatakan
perutnya mulas
DO :
1. Ibu terlihat
sedikit cemas
2. Dari hasil
pemeriksaan
diperoleh hasil
TD : 120/70
RR : 24 x/i
N : 80 x/i
T : 36,5 C
3. TFU 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi baik
Lochea rubra
DX :
Ny. A umur 24 tahun
P1A0 2 Jam
postpartum
DO :
1. Ibu mengatakan
baru pertama kali
melahirkan dan
belum pernah
keguguran
DO :
1. Ibu melahirkan
pukul 16.00 wib
2. Hasil pemeriksaan
TD : 120/70
RR : 24x/i
N : 80 x/i
T : 36,5 C
Masalah : tidak
ada
Kebutuhan : tidak
ada
Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang
kondisi ibu saat ini
2. Jelaskan tentang
keluhan yang
dialami ibu
3. Ajarkan pada ibu
atau salah satu
keluarga untuk
mencegah
perdarahan karena
atonia uteri
4. Anjurkan ibu untuk
mobilisasi dini
1. Menjelaskan keadaan ibu saat
ini dalam keadaan baik sesuai
dengan pemeriksaan fisik
yaitu keadaan ibu baik
TD : 120/70
RR : 24 x/i
N : 80 x/i
T : 36,5 C
2. Menjelaskan kepada ibu
bahwa rasa mulas yang
dialami adalah hal yang
normal, hal ini dikarenakan
proses pengembalian rahim
kebentuk semula
3. Mengajarkan ibu atau salah
satu keluarga untuk mencegah
perdarahan karena atonia uteri
dengan cara memassase perut
ibu menggunakan telapak
tangan dengan meletakkan
diperut dan sedikit ditekan
dan diputar agar tidak terjadi
perdarahan
4. Menganjurkan ibu untuk
melakukan mobilisasi dini
yaitu belajar miring kiri,
kanan, duduk, kemudian jalan
kekamar mandi secara
1. Ibu mengerti
keadaaannya
saat ini dalam
keadaan baik
2. Ibu mengerti
bahwa keluhan
yang dialami
adalah normal
3. Suami ibu
telah
memassase
uterus ibu
4. Ibu sudah
miring ke
kanan dan ke
kiri
66
5. Anjurkan ibu untuk
memberikan ASI
awal
6. Lakukan rawat
gabung ibu dan bayi
7. Lakukan
pencegahan
hipotermi
8. Anjurkan ibu tetap
memenuhi
kebutuhan
nutrisinya
perlahan-lahan untuk
membantu menguatkan otot-
otot perut sehingga ibu cepat
pulih
5. Menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI awal pada
bayinya karena cairan
pertama yang diperoleh bayi
dari ibunya adalah
koloustrum yang mengandung
kadar protein yang tinggi dan
mengandung zat antibody
sehingga mampu melindungi
tubuh bayi dari berbagai
penyakit infeksi untuk jangka
waktu s/d 6 bulan
6. Melakukan rawat gabung
antara ibu dan bayi yaitu
menempatkan bayi dan ibu
dalam satu ruangan agar
hubungan bayi dan ibulebih
dekat dan ibu dapat
memberikan ASI secara dini
dan sesering mungkin
7. Melakukan pencegahan
hipotemi dengan meletakkan
bayi pada ruangan yang
bersuhu > 25 dan
memakaikan bedong bayi dan
pakaian yang kering
8. Menganjurkan ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisi
selama masa nifas ini,
makanan yang dikonsumsi
ibu haruslah makanan yang
memiliki nilai gizi tinggi
seperti karbohidrat pada nasi,
5. Ibu bersedia
menyusui
bayinya seawal
mungkin
6. Ibu bersedia
dan mengerti
tentang rawat
gabung
7. Bayi dalam
keadaan
hangat
8. Ibu mengerti
tentang
kebutuhan
nutrisinya
67
9. Jelaskan pada ibu
tentang kebutuhan
istirahat
10. Ajarkan pada ibu
tentang personal
hygiene
jagung dan kentang, protein
pada tahu, tempe, telor, ikan,
daging, vitamin pada buah
dan sayur serta mineral. Agar
kondisi ibu cepat pulih
9. Menjelaskan kepada ibu
tentang kebutuhan istirahat
pada ibu nifas yaitu
memerlukan istirahat yang
cukup, sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada
siang hari untuk member
pengertian pada ibu apabila
kurang istirahat dapat
menyebabkan produksi ASI
berkurang, proses involusi
berjalan lambat sehingga
dapat menyebabkan
perdarahan
10.Mengajarkan pada ibu tentang
personal hygiene yaitu :
a. Anjurkan kebersihan
seluruh tubuh
b. Ajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah
kelamin dengan air bersih
pastikan bahwa ia
mengerti untuk
membersihkan daerah
sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke
belakang, baru kemudian
dibersihkan daerah anus
c. Sarankan ibu untuk
mengganti pembalut
setidaknya 2 kali sehari
d. Sarankan ibu untuk
mencucui tangan dengan
9. Ibu bersedia
untuk istirahat
10.Ibu mengerti
tentang
personal
hygiene yang
baik
68
sabun dan air bersih
sebelum dan sesudah
membersihkan daerah
kelaminnya
02 April
2015
pukul
22.00
wib
DS :
1. Ibu
mengatakan
perutnya mulas
DO :
1. Ibu terlihat
sedikit cemas
2. Dari hasil
pemeriksaan
diperoleh
TD : 120/70
RR : 24 x/i
N : 80 x/i
T : 36,5 C
3. TFU 2 jari
dibawah
pusat,
kontraksi
baik, lochea
rubra
DX :
Ny. A umur 24 tahun
P1A0 6 jam post
partum
DO :
1. Ibu mengtakan
baru pertama kali
melahirkan dan
belum pernah
keguguran
2. Hasil pemeriksaan
TD : 120/70
RR : 24 x/i
N : 80 x/i
T : 36,5 C
Masalah : tidak
ada
Kebutuhan : tidak
ada
Tidak ada Tidak ada 1. Pantau kondisi ibu
saat ini
2. Evaluasi kembali
bahwa ibu masih
terasa mulas
3. Evaluasi pencegahan
perdarahan yang
telah diajarkan
kepada keluarga
4. Evaluasi ibu tentang
mobilisasi dini
5. Evaluasi kepada ibu
tentang pemberian
1. Memantau kondisi ibu saat
ini dalam keadaan baik sesuai
dengan pemeriksaan fisik
keadaan ibu baik yaitu
TD : 120/70
RR : 24x/i
N : 80x/i
T : 36,5 C
2. Mengevaluasikan pada ibu
bahwa rasa mulas yang
dialami adalah hal yang
normal
3. Mengevaluasi pencegahan
perdarahan yang telah
diajarkan dengan melakukan
masasse pada uterus ibu
4. Mengevaluasi pada ibu
tentang mobilisasi dini
5. Mengevaluasi ibu tentang
pemberian ASI awal
1. Ibu sudah
mengetahui
kondisnya saat
ini
2. Ibu mengerti
rasa mulas
yang
dialaminya
adalah hal yang
normal, hal ini
dikarenakan
proses
pengembalian
rahim kebentuk
semula
3. Ibu dan
keluarga telah
melakukan
massase perut
ibu dan
kontraksi baik,
tidak terjadi
perdrahan
4. Ibu telah
mampu miring
kanan dan kiri
5. ibu telah
menyusui
69
ASI awal
6. Evaluasi pencegahan
hipotermi
6. Mengevaluasi pencegahan
hipotermi
bayinya 3 kali
dan bayi telah
mendapatkan
cairan yang
pertama kali
keluar yaitu
kolostrum yang
mengandung
antibody
sehingga
mampu
melindungi
bayi dari
infeksi
6. bayi dalam
keadaan baik
dan telah
dibedong
dengan
menggunakan
pakaian yang
kering
70
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.A umur 24
tahun P1A0 6 Jam post partum normal didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
1. Data Subjektif
a). Nama
1. Menurut tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
2. Menurut tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, ibu bernama Ny. A
3. Pembahasan
pasien dikaji agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
Tidak ada kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus. Karena
identitas pasien sudah jelas
b). Umur
1. Tinjauan teori
Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
71
kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum matang, mental
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas
2. Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, Ny. A saat ini berusia 24 tahun.
3. Pembahasan
Tidak terjadi kesenjangan karena Ny. A berusia 24 tahun hal ini
sejalan dengan teori dimana usia yang rentan terjadi resiko yaitu
pada usia kurang dari 20 tahun dan usia lebih dari 35 tahun
c). Agama
1. Tinjauan Teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa
2. Tinjauan Kasus
Setelah dikaji agama Ny. A Islam
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan karena penulis melihat Ny.A menyebut asma Allah
dan berdoa pada saat proses melahirkan.
d). Pendidikan
1. Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tijndakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektual klien, sehingga bidan dapat
72
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
2. Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, Ny. A pendidikan terakhir nya
yaitu SMA
3. Pembahasan
Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada kesenjangan karena
tingkat pendidikan ibu adalah tingkat SMA, maka
dalam memberikan konseling pada klien gunakan bahasa yang
baik dan mudah dimengerti sehingga klien dapat mengerti dan
mampu melaksanakan konseling yang telah diberikan
e). Suku/bangsa
1. Tinjauan Teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
2. Tinjauan Kasus
Suku ibu Lampung dan ibu berkebangsaan Indonesia
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena di dalam keluarga tidak menganut
kepercayaan yang berhubungan dengan adat istiadat dalam suatu
Suku di dalam keluarga tersebut.
f). Pekerjaan
1. Tinjauan Teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
73
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut
2. Tinjauan Kasus
Ny.A bekerja sebagai ibu rumah tangga
3. Pembahasan
Berdasarkan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena meskipun Ny. A hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi
nutrisi dan kebutuhan sehari-hari terpenuhi sebab hal ini
didukung oleh pekerjaan suami sebagai wiraswasta.
g). Alamat
1. Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
2. Tinjauan kasus
Ny. A beralamatkan di Perum pemda blok A No.158
3. Pembahasan
Setelah dilakukan pengkajian Ny.A beralamatkan di Perum pemda
Blok A No.158 Bandar Lampung. Menurut Ambarwati alamat
dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
h). Keluhan Utama
1. Menurut tinjauan teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
74
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum
2. Menurut tinjauan kasus
Ny. A mengeluh terasa mulas pada perutnya.
3. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjaun teori dan tinjauan
kasus karena Ny.A mengalami suatu hal yang fisiologis yaitu
mulas pada perutnya.
i). Riwayat kesehatan yang lalu
1. Tinjauan teori
Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti Jantung, Diabetes Militus,
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini
2. Tinjauan kasus
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
seperti penyakit menular maupun penyakit keturunan
3. Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
karena dengan menganamnesa riwayat kesehatan yang lalu,
bidan dapat mengetahui bahwa Ny. A tidak memiliki riwayat
penyakit yang mempengaruhi masa nifasnya
75
j). Riwayat Kesehatan sekarang
1. Tinjauan Teori
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya
dengan masa nifas dan bayinya.
2. Tinjauan Kasus
Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit penyulit baik penyakit
keturunan seperti Diabetes, Hipertensi, jantung dan asma.
Ataupun penyakit menular seperti hepatitis, PMS/HIV AIDS. Di
keluarga ibu juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
menular ataupun keturunan
3. Pembahasan
Berdasarkan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena Ny.A tidak memiliki riwayat penyakit baik dari ibu maupun
dari keluarga
k). Riwayat kesehatan keluarga
1. Tinjauan teori
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya
76
2. Tinjauan kasus
Ibu mengatakan keluarganya tidak sedang/pernah menderita
penyakit seperti penyakit menular maupun penyakit keturunan
3. Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
kasus karena denagn menganamnesa riwayat kesehatan keluarga
Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun
keturunan yang mempengaruhi masa nifasnya
l). Riwayat Perkawinan
1. Tinjauan Teori
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
2. Tinjauan Kasus
Setelah dilakukan pengkajian Ny. A baru pertam kali menikah
dan status pernikahan nya syah
3. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena status
pernikahan Ny. A syah
77
m). Riwayat Obstetrik
1. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Tinjauan Teori
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu.
b) Tinjauan Kasus
Setelah dilakukan pengkajian Ny.A baru pertama kali
melahirkan dan tidak pernah abortus
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.A
baru pertama kali melahirkan dan tidak pernah abortus
2. Riwayat Persalinan sekarang
a) Tinjauan Teori
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpengaruh pada
masa nifas saat ini
b) Tinjauan kasus
Dalam riwayat obstetri Ny. A pada persalinan sekarang
Ny.A melahirkan pada tanggal 2 April 2015. Jenis
persalinan spontan, jenis kelamin anak perempuan dengan
78
Berat badan 3000 gram, panjang badan 48 cm dan ditolong
oleh bidan
c) Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara teori dan
kasus karena Ny. A melahirkan secara spontan pervaginam,
dan proses persalinan tidak mengalami kelainan yang
berpengaruh pada masa nifas saat ini.
n). Riwayat KB
1. Tinjauan Teori
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati & Wulandari, 2010; h.134).
2. Tinjauan Kasus
Ny. A belum pernah menggunakan KB
3. Pembahasan
Hasil pembahasan didapatkan tidak terdapat kesenjangan karena
Ny.A belum menggunakan KB
o). Kehidupan Sosial Budaya
1. Tinjauan Teori
untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
79
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan.
2. Tinjauan Kasus
Setelah dilakukan pengkajian keluarga Ny.A tidak menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan Ny.A
3. Pembahasan
Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena keluarga
Ny.A tidak menganut adat istiadat yang akan berpengaruh pada
masa nifasnya
p). Data Psikososial
1. Tinjauan Kasus
untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari
setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan
perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering
diakibatkan oleh sejumlah faktor.
2. Tinjauan Kasus
Setelah dilakukan pengkajian ibu mengatakan sangat senang
dengan kellahiran bayinya, dan ibu secara perlahan mulai
80
merawat bayinya dengan senang hati. Status emosional ibu
stabil, dan respon keluarga terhadap bayinya baik
3. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
karena status emosional ibu stabil, ibu dapat menerima bayinya
serta merawatnya dengan penuh kasih sayang, dan respon
keluarga juga baik terhadap bayinya
q). Data Pengetahuan
1. Tinjauan Teori
untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.131-136).
2. Tinjauan Kasus
Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan penjelasan ibu
mengerti tentang perawatan setelah melahirkan
3. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
karena Ny.A telah melakukan perawatan masa nifas sesuai
dengan teori yang telah diajarkan
r). Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
a. Tinjauan Teori
81
Menggambarkan pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan
(Ambarwati & Wulandari, 2010; h. 136)
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi
sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya 40 hari pasca persalinan.
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Saleha, 2009; h.71-72)
82
b. Tinjauan Kasus
Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan
menu nasi, sayur soup, lauk pauk 1 potong ayam dan 1
potong tempe serta air putih
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan karena Ny.A segera memenuhi kebutuhan
nutrisi
2. Eliminasi
a. Tinjauan Teori
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah , konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati &Wulandari, 2010;h. 136)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi jika kandung kemih penuh, tidak
perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih
(retensio urine) pada ibu postpartum.
a.Berkurangnya tekanan intra abdominal
b.Otot-otot perut masih lemah
83
c.Edema dan uretra
d.Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009;
h.71-73)
Defekasi (Buang Air Besar) harus ada 3 hari postpartum.
Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala
(feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan
terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan
klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan
sehingga dapat memengaruhi terjadinya konstipasi.
Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah
persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit
gliserine/diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post
partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan
atau paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3
diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
 Diet teratur
 Pemberian cairan yang banyak
 Ambulasi yang baik
 Bila takut buang air besar secara episiotomi , maka
diberikan laksan supposotria (Dewi & Sunarsih, 2011;
h.73-74).
84
b. Tinjauan Kasus
Ny.A sudah BAK 3 jam setelah persalinan dengan warna
jernih dan bau khas urin. Ibu belum BAB karena ibu baru
saja 6 jam post partum
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan karena Ny.A telah BAK setelah 3 jam
postpatum yaitu pada pukul 19 :15 WIB dan ibu dalam
keadaan fisiologis dimana ibu dalam keadaan 6 jam post
partum berdasarkan teori normal ibu nifas mengalami
defekasi pada hari ke 3-4 setelah persalinan
3. Pola istirahat
a. Tinjauan Teori
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapajam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat
sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati
& Wulandari, 2010; h. 136)
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan
terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama.
Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merwat
85
anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini
mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi
gangguan pola tidur kareana beban kerja bertambah, ibu
harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok
yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah
hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu
1. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
2. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang
tidak berat
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Dewi & Sunarsih,
2011; h.76).
b. Tinjauan Kasus
Dari setelah melahirkan ibu istirahat di tempat tidur
86
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak
terdapat kesenjangan karena ibu saat ini dalam keadaan
istirahat di tempat tidur setelah melahirkan.
4. Personal hygiene
a. Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati &
Wulandari, 2010; h. 136)
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai
berikut.
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk
87
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil
atau besar
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang setelah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut (Saleha, 2009; h.73-74).
b. Tinjauan Kasus
Ibu mengganti pembalut 2 kali dari setelah melahirkan
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny. A selalu menjaga kebersihan diri
nya dengan baik.
5.Aktivitas
a. Tinjauan Teori
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola
ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
88
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi
(Ambarwati & Wulandari, 2010; h.137)
b. Tinjauan Kasus
Setelah dilakukan pengkajian Ny.A sudah mampu ke kamar
mandi sendiri pada 6 jam postpartum
c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus karena ibu sudah melakukan ambulasi
dengan baik
2. Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut
1). Keadaan umum
a) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan
dengan kriteria:
 Baik
89
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan
 Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri
b) Tinjauan Kasus
Keadaan umum : baik
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena keadaan
umum ibu baik, respon ibu terhadapa lingkungan dan orang lain
secara fisik dalam keadaan baik
2). Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,kita dapat
melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (psien tidak
dalam keadaan sadar)
(Sulistyawati, 2009; h.121-122).
a. Tinjauan Kasus
Kesadaran : composmentis
90
b. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena
keadaan umum,dan kesadaran ibu dalam keadaan baik
3). Tanda-tanda vital:
1. Suhu badan
a) Tinjauan teori
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50
-380
C) sebagi akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu
badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak
dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus
genitalis, atau sistem lain).
b) Tinjauan kasus
Suhu : 37,0 ºc
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karna perubahan yang terjadi merupakan hal yang
fisiologis yang terjadi pada masa nifas
91
2. Nadi
a) Tinjauan teori
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per
menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah
abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
b) Tinjauan kasus
Nadi : 80 x/menit
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena nadi Ny. A dalam keadaan normal
3. Tekanan Darah
(1) Tinjauan teori
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.
(2) Tinjauan kasus
Tekanan darah : 120/70 mmhg
(3) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena ibu tidak mengalami peningkatan atau
penurunan tekanan darah
92
4. Pernapasan
a) Tinjauan teori
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran
pencernaan (Sulistyawati, 2009; h. 80)
b) Tinjauan kasus
Pernafasan: 24 x/menit
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny. A pernafasan dalam keadaan normal
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1. Menurut teori
Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
Pengkajian diawali dengan inspeksi kemudian palpasi (Priharjo, 2006; h. 50)
2. Tinjauan kasus
Dari hasil pemeriksaan kepala Ny. A tidak ada masalah
3. Pembahasan
Berdasarkan Tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan
dimana setelah dilakukan pemeriksaan kepala Ny.A tidak ada masalah
93
b.Mata
1. Menurut teori
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara mata kanan
dan kiri. Teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi. Inspeksi
merupakan teknik yang paling penting dilakukan sebelum palpasi
2. Tinjauan kasus
Hasil pemeriksaan pada Ny. A tidak terdapat kelainan
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena Ny. A tidak terdapat kelainan pada matanya
c. Telinga
1. Menurut teori
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga
keseimbangan. Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga/membran timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan
adalah inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk
mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana pendengaran dapat dikaji
dengan menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan
dengan mudah dapat mengetahui adanya bisikan. Bila dicurigai
pendengaran tidak berfungsi baik, maka pemeriksaan yang lebih teliti
dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan garpu tala.
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri

More Related Content

What's hot

Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hataliaDESIHATALIA
 
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah NilawatiLaporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah Nilawatirobin2dompas
 
Komprehensif helyana r. simbolon
Komprehensif  helyana r. simbolonKomprehensif  helyana r. simbolon
Komprehensif helyana r. simbolonYondy Arion
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHdesy putri
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyLIAMAIASTUTI
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKTIADEKURNIA
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiYondy Arion
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyKTISUFIYANI
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina riantiDINARIANTI
 

What's hot (20)

Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah NilawatiLaporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
 
Kti dwi fransiska
Kti dwi fransiskaKti dwi fransiska
Kti dwi fransiska
 
Kti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitriKti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitri
 
Komprehensif helyana r. simbolon
Komprehensif  helyana r. simbolonKomprehensif  helyana r. simbolon
Komprehensif helyana r. simbolon
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti nailul khoiriyah
Kti nailul khoiriyahKti nailul khoiriyah
Kti nailul khoiriyah
 
Kti rika agustina
Kti rika agustinaKti rika agustina
Kti rika agustina
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina rianti
 

Viewers also liked

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...Warnet Raha
 
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Ichal Ichal
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHdesy putri
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nalaSuciNala
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...Warnet Raha
 
Depresi postpartuM
Depresi postpartuMDepresi postpartuM
Depresi postpartuMBuddifm
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...Warnet Raha
 
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap nyAsuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap nyOperator Warnet Vast Raha
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamilpjj_kemenkes
 
KTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologis
KTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologisKTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologis
KTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologiswarjoyo susilo
 
KTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Normal
KTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas NormalKTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Normal
KTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Normalwarjoyo susilo
 

Viewers also liked (20)

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
 
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologiAsuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putriKti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti komariah
Kti komariahKti komariah
Kti komariah
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN A...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”W” DENGAN P...
 
Word eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifasWord eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifas
 
Depresi postpartuM
Depresi postpartuMDepresi postpartuM
Depresi postpartuM
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
 
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
 
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap nyAsuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap ny
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
 
KTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologis
KTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologisKTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologis
KTI Asuhan Kebidanan Kehamilan fisiologis
 
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyaniKti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
 
KTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Normal
KTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas NormalKTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Normal
KTI Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Normal
 

Similar to Kti febriyanti ekaputri (20)

Kti shely merina
Kti  shely merinaKti  shely merina
Kti shely merina
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti propyta sedayu
Kti propyta sedayuKti propyta sedayu
Kti propyta sedayu
 
Kti tiodora tiarlin marince
Kti tiodora tiarlin marinceKti tiodora tiarlin marince
Kti tiodora tiarlin marince
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti viona martin
Kti viona martinKti viona martin
Kti viona martin
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti dinita yulis nurinayati
Kti dinita yulis nurinayatiKti dinita yulis nurinayati
Kti dinita yulis nurinayati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti fika
Kti fikaKti fika
Kti fika
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Shinta pramita sari
Shinta pramita sariShinta pramita sari
Shinta pramita sari
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti tuty agustiya bayusman
Kti tuty agustiya bayusmanKti tuty agustiya bayusman
Kti tuty agustiya bayusman
 

Recently uploaded

Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 

Kti febriyanti ekaputri

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR 24 TAHUN P1AO 6 JAM POST PARTUM DI BPS IDA KENCANA WATI, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH N a m a : FEBRIYANTI EKAPUTRI NIM : 201207019 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2015 i
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR 24 TAHUN P1AO 6 JAM POST PARTUM DI BPS IDA KENCANA WATI, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan N a m a : FEBRIYANTI EKAPUTRI NIM : 201207019 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2015 ii
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disetujui untuk dijadikan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Hari : Kamis Tanggal : 9 Juli 2015 Penguji I Penguji II Nesia Catur Hutami, S.ST.,M.Kes Vivin Supinah, S.ST NIK.0114028902 NIK.111011048 Direktur Akbid Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 iii
  • 4. 4 CURICULUM VITAE Nama : FEBRIYANTI EKAPUTRI NIM : 201207019 Tempat/Tanggal lahir : Sukabumi, 23 Februari 1995 Alamat : Sukabumi, Liwa. Lampung Barat Institusi : Akademi Kebidanan Adila Angkatan : VII (2012/2015) RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SDN 1 Sukabumi Lampung Barat lulus Tahun 2006 2. SMPN 1 Batu Brak Lampung Barat lulus Tahun 2009 3. SMAN 1 Liwa Lampung Barat lulus Tahun 2012 4. Saat ini Penulis Sedang Menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung iv
  • 5. 5 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR 24 TAHUN P1AO 6 JAM POST PARTUM DI BPS IDA KENCANA WATI, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Febriyanti Ekaputri, Nesia Catur H, S.ST, M.Kes, Vivin Supinah, S.ST INTI SARI Masa nifas yaitu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu. Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan (40,23%), eklamsi (59,33%), infeksi (4,2%) dan lain-lain (75,42%). Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk dapat memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas Normal 6 jam post partum terhadap Ny. A Umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati, S.ST Bandar Lampung Tahun 2015. Dalam penyusunan studi kasus dilakukan secara deskritif. Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.A umur 24 tahun. Kesimpulan hasil study kasus ini ibu dalam keadaan sehat, rasa mulas pada perut ibu tidak dirasakan lagi dan tidak ada penyulit yang berhubungan dengan masa nifas. Saran utama diharapkan asuhan yang telah diberikan dapat menambah pengetahuan bagi ibu dan masyarakat tentang perawatan selama masa nifas Kata kunci : Masa nifas, 6 jam post partum Kepustakaan : 13 Referensi (2005-2012) Jumlah halaman: 112 Halaman, 2 daftar table, 5 daftar lampiran v
  • 6. 6 MOTTO JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK MENGAMBIL LANGKAH APAPUN DALAM HIDUP, JANGAN PIKIRKAN APA KATA ORANG KARENA YANG TAHU KITA DAN KITA AKAN MEMBUAT MEREKA TERCENGANG By.FebriyantiEkaputri vi
  • 7. 7 PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT, sebagai rasa syukur yang tidak bisa diuntaikan dengan segala sesuatu, akhirnya dengan segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Kupersembahkan Karya Tulis ku ini untuk orang-orang yang selalu mengiringi langkah saya dengan doanya dan kasih sayang yang tidak ada putusnya. 1. Terima kasih buat Ayah, ibu, adik dan keluarga besar saya yang tiada henti-hentinya memberikan semangat dan doanya bagi saya dalam menggapai cita-cita 2. Kepada pembimbing akademik ibu Puspita Dewi, S.ST. M.Kes dan ibu Oktaria Safitri, S.ST 3. Kepada penguji saya ibu Nesia Catur Hutami, S.ST. M.Kes dan ibu Vivin Supinah, S.ST 4. Teman-teman Tercinta angkatan VII Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung tempat penulis menuntut ilmu selama 3 tahun 5. Almamater ku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah vii
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dalam bentuk study kasus kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.A Umur 24 Tahun P1A0 6 Jam Post Partum Di Bps Ida Kencana Wati S.ST Bandar Lampung Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akbid Adila Bandar Lampung. 2. Puspita Dewi, S.ST. M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah dan Oktaria Safitri, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah 3. Nesia Catur Hutami, S.ST. M.Kes selaku penguji I dan Vivin Supinah, S.ST selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 4. BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar lampung sebagai tempat mengambil penelitian. 5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis viii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL................................................................................ i HALAMAN JUDUL...................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................iii CURICULUM VITAE................................................................................iv INTISARI....................................................................................................v MOTTO ......................................................................................................vi PERSEMBAHAN .......................................................................................vii KATA PENGANTAR.................................................................................viii DAFTAR ISI...............................................................................................ix DAFTAR TABEL .......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .....................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................3 1.4 Ruang Lingkup..........................................................................4 1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................4 1.6 Metodelogi Dan Teknik Memperoleh Data................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis…………………………………………. 9 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan............................................36 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.......................................52 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian.................................................................................54 3.2 Matriks ......................................................................................64 ix
  • 10. 10 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian Data ........................................................................70 4.2 Interpretasi Data.........................................................................99 4.3 Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya ..........................................................................101 4.4 Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera Dengan Tenaga kesehatan lain ...................................................102 4.5 Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh ...................................102 4.6 Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien danAman...........105 4.7 Evaluasi .....................................................................................108 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...............................................................................110 5.2 Saran.........................................................................................111 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Involusi Uterus………………………………………………………15 Tabel 3.2 Matriks………………………………………………………………64 xi
  • 12. 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Balasan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Dokumentasi Lampiran 5 : Lembar Konsul xii
  • 13. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi dibanyak Negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu Negara dapat dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di Negara lain ( Saleha, 2009; h.2) Masa nifas (puerperium) yaitu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi &Sunarsih, 2011; h.1). Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20–34 tahun. Kasus
  • 14. 2 kematian ibu tertinggi ada dikota Bandar Lampung. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan (40,23), eklamsi (59,33%), infeksi (4,2%) dan lain-lain (75,42%) (Profil Dinas kesehatan Provinsi dan kota Bandar Lampung, 2012). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini (Dewi & Sunarsih, 2011; h.3). Berdasarkan pra survey di BPS Ida Kencana Wati, S.ST diperoleh data ibu yang melahirkan pada bulan Maret 2015 sebanyak 10 orang. Dan pada tanggal 2 April 2015 terdapat 1 ibu 6 jam post partum yaitu Ny. A, dan perlu di beri penjelasan tentang bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, kebutuhan nutrisi, istirahat dan personal hygiene. Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang “Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas Terhadap Ny.A Umur 24 Tahun P1A0 6 jam post partum di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Tahun 2015 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas
  • 15. 3 terhadap Ny. A umur 24 tahun P1A0 6 Jam post partum normal di BPS Ida Kencana Wati, S.ST Bandar Lampung Tahun 2015.? 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mampu memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas Normal 6 jam post partum terhadap Ny.A Umur 24 Tahun P1A0 di BPS. Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas 6 jam normal khususnya pada Ny.Aumur 24 Tahun P1A0 diBPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu menyusun diagnosa kebidanan , masalah dan kebutuhan pada ibu nifas normal khususnya pada Ny. A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas normal khususnya pada Ny.A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2.4 Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu nifas normal
  • 16. 4 khususnya pada Ny.A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati.S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal khususnya pada Ny.A umur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2.6 Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu nifas normal khususnya pada Ny.Aumur 24 Tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.3.2.7 Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas normal khususnya pada Ny.A Umur 24 tahun P1A0 di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Bandar Lampung Tahun 2015 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.A umur 24 tahun. 1.4.2 Tempat Penelitian dilakukan di BPS Ida Kencana Wati,S.ST Korpri, Bandar Lampung 1.4.3 Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015
  • 17. 5 1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa studi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam penatalaksanaan 6 jam postpartum 1.5.2 Bagi Lahan Praktek Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE 1.5.3 Bagi Masyarakat Dapat dijadikan masukan pada masyarakatagar lebih mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas 1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data 1. 6.1 Metodologi Penelitian Survey Deskriptif Survey deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena ( termasuk kesehatan ) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survey deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya di gunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Survey deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
  • 18. 6 didalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat survey deskriftif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu 1.6.2 Teknik Memperoleh Data Untuk memperoleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut: 1.6.2.1 Data Primer a. Wawancara Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara (Natoatmodjo, 2012; h.35-36, 139). Anamnesa dapat dilakukan melalui 2 cara, antara lain : A). Auto Anamnesa Auto ananmesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. Jadi, data yang
  • 19. 7 diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya B). Allo Anamnesa Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat (Sulistyawati, 2009 ; h.111). 1.6.2.2 Data Sekunder A .Sumber Informasi Dokumenter Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter pada dasarnya adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen- dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi, adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada di bawah tanggung jawab instansi resmi misalnya laporan, statistik, catatan- catatan di dalam kartu klinik, dan sebagainya. Sedangkan dokumen tidak resmi ialah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan atau instansi tidak resmi atau perorangan, seperti biografi, catatan harian, dan semacamnya
  • 20. 8 B . Sumber Kepustakaan Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku- buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya kita dapat memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli (Notoadmodjo, 2005; h.62-64)
  • 21. 9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 Masa Nifas 2.1.1.1 Pengertian Nifas Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan dengan saat melahirkan (Suherni, et all, 2009; h.1). Masa Nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu 2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya c. Melaksanakan skrining secara komprehensif d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
  • 22. 10 e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara f. Konseling mengenai KB 2.1.1.3 TahapanMasa Nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut. a. Puerperium dini kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. b. Puerperium intermediate yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu c. Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi & Sunarsih, 2011; h.1-4). 2.1.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah: a.Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan b.Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
  • 23. 11 c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.3). 2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut. 1. 6-8 Jam Setelah Persalinan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri d. Pemberian ASI awal e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi Catatan : jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
  • 24. 12 2. 6 Hari Setelah Persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari 3. 2 Minggu Setelah Persalinan Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim 4. 6 Minggu Setelah Persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami b. Memberikan konseling untuk KB secara dini
  • 25. 13 2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas 2.1.2.1 Perubahan Sistem Reproduksi a. Uterus Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira- kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
  • 26. 14 panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gram. Peningkatan kadar esterogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Subinvolusi adalah kegagalan untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: 1) Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi 2) Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
  • 27. 15 panjangnya 10 kali dari semula dan lebar 5 kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron 3) Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis Tabel 2.1 Involusi Uterus Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat plasenta(cm) Keadaan Serviks Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat- simfisis 500 7,5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat Dua minggu Tak teraba diatas simfisis 350 3-4 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2
  • 28. 16 Delapan minggu Sebesar normal 30 dimasuki 1 jari Sumber : ( Dewi & Sunarsih, 2011; h. 4-5, 55-57). b. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya: a) Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi lanugo (rambut bayi ), dan mekonium. b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum
  • 29. 17 c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14 d) Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput Lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum (Sulistiyawati, 2009; h.76). 2.1.2.2 Perubahan Pada Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan- perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis
  • 30. 18 2.1.2.3 Perubahan Pada Vagina dan Perineum Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium (Dewi & Sunarsih, 2011; h.58-59). 2.1.2.4 Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
  • 31. 19 2.1.2.5 Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot–otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, serta berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandunganya turun” setelah melahirkan karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan 2.1.2.6 Perubahan Sistem Endokrin a). Hormon plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum b).Hormon pituitary prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
  • 32. 20 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi c).Hypotalamik pituitary ovarium lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar esterogen dan progesterone d).Kadar estrogen setelah persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat dapat memengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI 2.1.2.7 Perubahan Tanda Vital a. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 -380 C) sebagi akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain).
  • 33. 21 b. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. c. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum. d. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan. 2.1.2.8 Sistem Hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah, leokositosis
  • 34. 22 yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama (Sulistyawati, 2009; h.78-82). 2.1.2.9 Sistem Perkemihan Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan esterogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus. Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah, et all. 2011; h.65).
  • 35. 23 2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu setelah melahirkan bayi sering kali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita. Beberapa penyesuaian dibutukan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues. Banyak faktor yang diduga berperan pada sindrom ini, salah satu yang penting adalah kecukupan dukungan sosial dari lingkungannya (terutama suami). Kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan teman khususnya dukungan suami selama periode pasca- salin (nifas) diduga kuat merupakan faktor penting dalam terjadinya post partum blues. Ada banyak perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari lingkungannya. Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran
  • 36. 24 seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut 2.1.3.1 Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya 2.1.3.2 Fase taking hold Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu 2.1.3.3 Fase letting go Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya,
  • 37. 25 serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Dewi & Sunarsih, 2011; h.65-66). 2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas 2.1.4.1 Nutrisi Dan Cairan Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi sebagai berikut: 1. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. 5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009; h.71-72)
  • 38. 26 2.1.4.2 Ambulasi Pada masa lampau, perawatan puerpurium sangat konservatif, dimana puerperal harus tidur terlentang selam 40 hari. Kini perawatan puerpurium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai berikut 1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium 2. Mempercepat involusi uterus 3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin 4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Dewi& Sunarsih, 2011; h.72). 2.1.4.3 Eliminasi 1. Buang Air Kecil Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
  • 39. 27 Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum. a. Berkurangnya tekanan intraabdominal b. Otot-otot perut masih lemah c. Edema dan uretra d. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009; h.73). 2. Buang Air Besar (BAB) Defekasi (Buang Air Besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat memengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine/diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum), atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.  Diet teratur  Pemberian cairan yang banyak  Ambulasi yang baik
  • 40. 28  Bila takut buang air besar secara episiotomi , maka diberikan laksan supposotria (Dewi & Sunarsih, 2011; h.73-74). 2.1.4.4 Personal Hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut. 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum 2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar 3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang setelah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika 4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
  • 41. 29 5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saleha, 2009;h.73-74). 2.1.4.5 Istirahat Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu a. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan 3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Dewi & Sunarsih, 2011; h.76).
  • 42. 30 2.1.4.6 Aktifitas Seksual Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini. a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Saleha,2009; h.75). 2.1.4.7 Latihan Dan Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot- otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah
  • 43. 31 terjadinya nyeri punggung di kemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10 kali (Dewi & Sunarsih, 2011; h.81). 2.1.5 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas 2.1.5.1 Perdarahan Pervaginam Postpartum Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat. 1. Klasifikasi klinis Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab : robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
  • 44. 32 2. Etiologi dan faktor predisposisi Penyebab perdarahan pasca salin ada beberapa sebab antara lain : a. Atonia uteri (>75%), atau tidak berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan persalinan normal, Depkes Jakarta ; 2002). b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomy, robekan jalan lahir dapat terjadi ditempat : robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perinium. c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan didalam rahim baik sebagian atau seluruhnya). d. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim). e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati) Penanganan umum a. Hentikan perdarahan b. Cegah/atasi syok c. Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan garam fisiologis, plasma ekspander, dextran-L, dan sebagainya), transfusi darah, kalau perlu oksigen.
  • 45. 33 2.1.5.2 Infeksi Masa Nifas Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Etiologi Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi aklibat persalinan adalah. Kuman anaerob : kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan klostridium). Kuman aerob : gram positif dan E.coli. Faktor Predisposisi 1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh 2. Partus lama dengan ketuban pecah lama 3. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah 4. Teknik aseptik yang tidak baik dan benar 5. Pemeriksaan vagina selama persalinan 6. Manipulasi intrauterus 7. Trauma/luka terbuka 8. Hematom dan hemoragi (darah hilang lebih dari 1000 ml) 9. Perawatan perineum yang tidak tepat
  • 46. 34 10. Infeksi vagina/servik atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani 2.1.5.3 Septikemia Dan Piemia Pada septicemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai 3 hari post partum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-400 C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160 kali/atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi piemia. Pada piemia, penderita tidak lama setelah postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu cirri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. 2.1.5.4 Peritonitis Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucet, mata cekung kulit muka dingin, terdapat fasies
  • 47. 35 hippoceratica. Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum. 2.1.5.5 Selulitis Pelvik Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari 1 minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan selulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan bisa tumbuh abses. 2.1.5.6 Salpingitis Dan Ooforitis Gejala salpingitis dan oofaritis tidak dapat dipisahkan dari pevio peritonitis. Penyebaran melalui permukaan endometrium. Kadang-kadang jaringan infeksi menjalar ketuba falopii dan ovarium disini terjadi salpingitis dan/abfritis yang sukar dipisahkan dari polvio peritonitis.
  • 48. 36 2.1.5.7 Tromboflebitis Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Trombofebitis, dikelompokkan sebagai barikut : Pelvio tromboflebitis 1) Nyeri pada perut bawah atau samping pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas 2) Tampak sakit berat, menggil berulang kali, suhu badan naik turun secara tajam, dapat berlangsung selama 1-3 bulan 3) Terdapat leukositosis 4) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan dalam (Rukiyah et all, 2011; h.116-120). 2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 2.2.1 Proses Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Varney, 1997). Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data
  • 49. 37 sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat siklik (dapat berulang), dengan tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus berikutnya ( Sulistyawati, 2009; h. 109). 2.2.2 7 Langkah Manajemen Menurut Helen Varney 2.2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar ) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien 1. Data Subyektif a). Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b). Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
  • 50. 38 c). Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d). Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. e). Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. f). Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g). Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila di perlukan h). Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
  • 51. 39 i). Riwayat Kesehatan 1). Riwayat kesehatan yang lalu Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini 2). Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya 3). Riwayat kesehatan Keluarga Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya j). Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
  • 52. 40 k). Riwayat Obstetrik 1. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. 2. Riwayat Persalinan Sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini l). Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa m). Kehidupan Sosial Budaya untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
  • 53. 41 n). Data Psikososial untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol adalah : 1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. 2. Rasa sakit masa nifas awal. 3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum. 4. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. 5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
  • 54. 42 Menjelaskan pengkajian psikologis : 1. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya 2. Respon ibu terhadap bayinya 3. Respon ibu terhadap dirinya o). Data Pengetahuan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas. p). Pola pemenuhan kebutuhan Sehari-hari 1). Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan 2). Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. 3). Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
  • 55. 43 penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. 4). Personal Hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. 5). Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.131-137). 2.Data Objektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
  • 56. 44 Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut : 1) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:  Baik Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan  Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
  • 57. 45 3) Pemeriksaan Fisik  Kepala Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Pengkajian diawali dengan inspeksi kemudian palpasi (Priharjo, 2006; h. 50)  Mata Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu bandingkan antara mata kanan dan kiri. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi merupakan teknik yang paling penting dilakukan sebelum palpasi  Telinga Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran. Teknik pengkajian yang digunakan umumnya adalah inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana pendengaran dapat dikaji dengan menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan dengan mudah dapat mengetahui adanya bisikan. Bila
  • 58. 46 dicurigai pendengaran tidak berfungsi baik, maka pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan garpu tala.  Hidung Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Dimulai dari bagian luar hidung, bagian dalam, lalu sinus- sinus. Bila memungkinkan, selama pemeriksaan klien dalam posisi duduk.  Mulut dan faring Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua bagian dalam mulut. Pengkajian mulut dan faring sebaiknya dilakukan dengan posisi klien duduk. Pengkajian diawali dengan mengkaji keadaan bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian bagian dalam, palatum/langit-langit mulut, tonsil, kemudian faring. Umumnya teknik yang digunakan dalam mengkaji adalah inspeksi. Namun bila secara inspeksi belum didapatkan data yang akurat, maka dilakukan pengkajian secara palpasi. Tujuan dilakukan palpasi adalah untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat diketahui dengan palpasi. Palpasi mulut meliputi pipi, palatum, dan lidah. ( Tambunan& Kasim, 2011; h.67, 73, 79, 81,)
  • 59. 47  Leher Leher dikaji setelah pengkajian kepala selesai dikerjakan. Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui bentuk leher serta organ- organ penting yang berkaitan. Dalam pengkajian, baju pasien sebaiknya dilepas sehingga leher dapat dikaji dengan mudah. Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi yang dilanjutkan dengan pengkajian gerakan leher ( Priharjo, 2006; h. 72)  Payudara Pembesaran, puting susu ( menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI/kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal (Suherni, et all. 2009; h.120)  Abdomen a) Uterus Normal :  Kokoh, berkontraksi baik  Tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera Abnormal :  Lembek  Diatas ketinggian fundal saat masa post partum segera ( Ambarwati& Wulandari, 2010; h. 139-140)
  • 60. 48 b) Uterus Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba (palpasi) yakni : periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus ( Rukiyah, et all. 2011 ; h. 99) Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU- Nya ( Tinggi Fundus Uteri) 1. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram 2. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat 3. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simfisis dengan berat 500 gram 4. Pada 2 minggu post partum, TFU tteraba diatas simpisis dengan berat 350 gram 5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram ( Sulistyawati, 2009; h.74)
  • 61. 49  Keadaan genetalia Lochea Normal :  Merah hitam (lochia rubra) Bau biasa  Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil)  Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal  Merah Terang  Bau Busuk  Mengeluarkan Darah Beku  Perdarahan Berat (Memerlukan Penggantian Pembalut 0-2 Jam) .2.2.2 Interpretasi Data Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
  • 62. 50 yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan a. Diagnosa kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas Data dasar meliputi: 1. Data subyektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya 2. Data obyektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien Data dasar meliputi :  Data subyektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien  Data obyektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan ( Ambarwati& Wulandari, 2010; h.141-142).
  • 63. 51 2.2.2.3 Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis 2.2.2.4 Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis
  • 64. 52 bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan 2.2.2.5 Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi 2.2.2.6 Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ketika bidan berkonsultasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya
  • 65. 53 2.2.2.7 Evaluasi Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Soepardan, 2007; h.99-102). 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan Pasal 16 1. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi: a. Penyuluhan dan konseling b. Pemeriksaan fisik c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi ringan dan anemia ringan e. Pertolongan persalinan normal
  • 66. 54 f. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sungsang , partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini( KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir,distosia karena inersia uteri primer, post term dan preterm g. Pelayanan ibu nifas normal h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,renjatan dan infeksi ringan i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid (Sofyan, et all. 2009; h. 166,172)
  • 67. 55 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. A UMUR 24 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS IDA KENCANA WATI,S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 PENGKAJIAN Tanggal : 2 April 2015 Jam : 16.00 WIB Tempat : BPS Ida Kencana Wati,S.ST Nama Mahasiswa : Febriyanti Ekaputri NIM : 201207019 A. Data Subjektif 1. Biodata Istri Suami Nama : Ny. A : Tn.H Umur : 24 tahun : 28 tahun Agama : Islam : Islam Suku : Lampung/Indonesia : Lampung/Indonesia Pendidikan : SMA : SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga : Wiraswasta Alamat : Perum Pemda Blok A No.158 Bandar Lampung 2. Keluhan Utama: Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mules.
  • 68. 56 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada
  • 69. 57 Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 4. Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Syah Usia nikah pertama : 23 Tahun Lamanya pernikahan : 1 tahun 5. Riwayat obstetri a. Riwayat haid 1) Menarche : 13 Tahun 2) Siklus : 28 Hari 3) Lama : 4-6 Hari 4) Volume : 3-4 kali ganti pembalut/hari 5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal 6) Disminorhea : Tidak ada b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. No Tahun Persalinan Tempat Persalinan Umur Kehamilan Jenis Persalinan Penolong Penyulit Keadaan nifas anak - - c. Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Spontan Tanggal : 2 April 2015 Jam : 16.00 Wib Jenis kelamin : Perempuan Panjang badan : 48 cm
  • 70. 58 Berat badan : 3000 gram Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat d. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi 6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari a. Pola Nutrisi Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk, serta minum susu 1 gelas per hari Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan menu nasi, sayur sop, lauk pauk 1 potong ayam dan 1 potong tempe dan air putih b. Pola eliminasi Selama hamil BAK : Ibu mengatakan BAK 5-7 kali per hari, dengan warna jernih. BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum melahirkan Selama nifas BAK : Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 3 jam post partum. BAB : Ibu mengatakan belum BAB selama pemantauan 6 jam post partum
  • 71. 59 c. Pola aktivitas Selama hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci. Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum d. Pola istirahat Selama hamil : Ibu tidur malam selama 6-8 jam dan tidur siang selama 1-2 jam Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu istirahatditempat tidur e. Pola personal hygine Selama hami : Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali dalam seminggu ganti pakaian setiap mandi dan mengganti celana dalam 3x sehari atau jika lembab. Selama nifas :Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah melahirkan f. Pola seksual Selama hamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual, yaitu 3x seminggu. Selama nifas : Ibu tidak melakukan hubungan seksual 7. Psikososial a. Tanggapan ibu terhadap dirinya Ibu bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal
  • 72. 60 b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya Ibu tidak tahu bahwa rasa mules yang masih ia rasakan adalah hal yang normal c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny.A d. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah dalam keluarga e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada B. Data objektif Tanggal/ waktu: 2-4-2015/ 18.00 WIB 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Keadaan emosional : Stabil Tanda-tanda vital TD : 120/70 mmHg Pernafasan : 24 kali/menit Nadi : 80 kali/menit Suhu : 37,00 c
  • 73. 61 2. Pemeriksaan fisik Kepala a. Wajah Oedema : Tidak ada Pucat : Tidak ada b. Mata Simetris : Ya kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak odema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih c. Hidung Simetris : Ya kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembesaran Kebersihan : Bersih d. Mulut Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan Lidah : Bersih e. Payudara Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri Puting Susu : Menonjol, bersih Simetris : Ya antara kanan dan kiri Benjolan : Tidak ada Pengeluaran : Ada, kolostrum
  • 74. 62 Rasa Nyeri : Tidak ada f. Abdomen Bekas luka operasi : Tidak ada Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas Konsistensi : Keras Benjolan : Tidak ada Pembesaran lien dan liver : Tidak ada Kandung Kemih : Kosong Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat g. Anogenital Vulva : Warna merah kehitaman Perenium : Tidak Ada luka hacting Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan Anus : Tidak ada hemoroid Pemeriksaan Dalam : Tidak di lakukan h. Ekstremitas Bawah Oedema : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada Varises : Tidak ada Reflek patela : Positif Kanan dan Kiri
  • 75. 63 3. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan 4. Data penunjang a. Riwayat Persalinan sekarang 1) Tempat Melahirkan : BPS Ida kencana wati,S.ST 2) Penolong : Bidan ida 3) Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam 4) Tanggal Persalinan : 2 April 2015 5) Komplikasi : Tidak ada 6) Lamanya persalinan Kala I : 9 Jam 00 Menit Kala II : 0 Jam 30 Menit Kala III : 0 Jam 10 Menit Kala IV : 2 Jam 0 Menit + Lama : 11 Jam 40 Menit 7) Ketuban pecah pukul : 15.50 WIB 8) Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 225cc / 100cc 9) Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin 10) Plasenta Lahir : Spontan Insersi : Sentralis Panjang Tali Pusat : ± 50 cm Diameter : 20 cm
  • 76. 64 Selaput Dan Kotiledon : Lengkap Kelainan : Tidak ada 11) Perenium : Tidak ada laserasi b. Bayi Lahir tanggal/pukul : 2-4-2015/16.00 WIB Nilai APGAR : 9/10 Jenis kelamin : Perempuan Masa gestasi : 40 minggu
  • 77. 65 TABEL 3.2 MATRIKS Tgl / jam Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah dan kebutuhan) Dx masalah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 02 April 2015 pukul 18.00 wib DS : 1. Ibu mengatakan perutnya mulas DO : 1. Ibu terlihat sedikit cemas 2. Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil TD : 120/70 RR : 24 x/i N : 80 x/i T : 36,5 C 3. TFU 2 jari dibawah pusat Kontraksi baik Lochea rubra DX : Ny. A umur 24 tahun P1A0 2 Jam postpartum DO : 1. Ibu mengatakan baru pertama kali melahirkan dan belum pernah keguguran DO : 1. Ibu melahirkan pukul 16.00 wib 2. Hasil pemeriksaan TD : 120/70 RR : 24x/i N : 80 x/i T : 36,5 C Masalah : tidak ada Kebutuhan : tidak ada Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini 2. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu 3. Ajarkan pada ibu atau salah satu keluarga untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri 4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini 1. Menjelaskan keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu keadaan ibu baik TD : 120/70 RR : 24 x/i N : 80 x/i T : 36,5 C 2. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mulas yang dialami adalah hal yang normal, hal ini dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk semula 3. Mengajarkan ibu atau salah satu keluarga untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri dengan cara memassase perut ibu menggunakan telapak tangan dengan meletakkan diperut dan sedikit ditekan dan diputar agar tidak terjadi perdarahan 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu belajar miring kiri, kanan, duduk, kemudian jalan kekamar mandi secara 1. Ibu mengerti keadaaannya saat ini dalam keadaan baik 2. Ibu mengerti bahwa keluhan yang dialami adalah normal 3. Suami ibu telah memassase uterus ibu 4. Ibu sudah miring ke kanan dan ke kiri
  • 78. 66 5. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI awal 6. Lakukan rawat gabung ibu dan bayi 7. Lakukan pencegahan hipotermi 8. Anjurkan ibu tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya perlahan-lahan untuk membantu menguatkan otot- otot perut sehingga ibu cepat pulih 5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya karena cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya adalah koloustrum yang mengandung kadar protein yang tinggi dan mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan 6. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi yaitu menempatkan bayi dan ibu dalam satu ruangan agar hubungan bayi dan ibulebih dekat dan ibu dapat memberikan ASI secara dini dan sesering mungkin 7. Melakukan pencegahan hipotemi dengan meletakkan bayi pada ruangan yang bersuhu > 25 dan memakaikan bedong bayi dan pakaian yang kering 8. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas ini, makanan yang dikonsumsi ibu haruslah makanan yang memiliki nilai gizi tinggi seperti karbohidrat pada nasi, 5. Ibu bersedia menyusui bayinya seawal mungkin 6. Ibu bersedia dan mengerti tentang rawat gabung 7. Bayi dalam keadaan hangat 8. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisinya
  • 79. 67 9. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat 10. Ajarkan pada ibu tentang personal hygiene jagung dan kentang, protein pada tahu, tempe, telor, ikan, daging, vitamin pada buah dan sayur serta mineral. Agar kondisi ibu cepat pulih 9. Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan istirahat pada ibu nifas yaitu memerlukan istirahat yang cukup, sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari untuk member pengertian pada ibu apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan 10.Mengajarkan pada ibu tentang personal hygiene yaitu : a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh b. Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan air bersih pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan daerah anus c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari d. Sarankan ibu untuk mencucui tangan dengan 9. Ibu bersedia untuk istirahat 10.Ibu mengerti tentang personal hygiene yang baik
  • 80. 68 sabun dan air bersih sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya 02 April 2015 pukul 22.00 wib DS : 1. Ibu mengatakan perutnya mulas DO : 1. Ibu terlihat sedikit cemas 2. Dari hasil pemeriksaan diperoleh TD : 120/70 RR : 24 x/i N : 80 x/i T : 36,5 C 3. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, lochea rubra DX : Ny. A umur 24 tahun P1A0 6 jam post partum DO : 1. Ibu mengtakan baru pertama kali melahirkan dan belum pernah keguguran 2. Hasil pemeriksaan TD : 120/70 RR : 24 x/i N : 80 x/i T : 36,5 C Masalah : tidak ada Kebutuhan : tidak ada Tidak ada Tidak ada 1. Pantau kondisi ibu saat ini 2. Evaluasi kembali bahwa ibu masih terasa mulas 3. Evaluasi pencegahan perdarahan yang telah diajarkan kepada keluarga 4. Evaluasi ibu tentang mobilisasi dini 5. Evaluasi kepada ibu tentang pemberian 1. Memantau kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan fisik keadaan ibu baik yaitu TD : 120/70 RR : 24x/i N : 80x/i T : 36,5 C 2. Mengevaluasikan pada ibu bahwa rasa mulas yang dialami adalah hal yang normal 3. Mengevaluasi pencegahan perdarahan yang telah diajarkan dengan melakukan masasse pada uterus ibu 4. Mengevaluasi pada ibu tentang mobilisasi dini 5. Mengevaluasi ibu tentang pemberian ASI awal 1. Ibu sudah mengetahui kondisnya saat ini 2. Ibu mengerti rasa mulas yang dialaminya adalah hal yang normal, hal ini dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk semula 3. Ibu dan keluarga telah melakukan massase perut ibu dan kontraksi baik, tidak terjadi perdrahan 4. Ibu telah mampu miring kanan dan kiri 5. ibu telah menyusui
  • 81. 69 ASI awal 6. Evaluasi pencegahan hipotermi 6. Mengevaluasi pencegahan hipotermi bayinya 3 kali dan bayi telah mendapatkan cairan yang pertama kali keluar yaitu kolostrum yang mengandung antibody sehingga mampu melindungi bayi dari infeksi 6. bayi dalam keadaan baik dan telah dibedong dengan menggunakan pakaian yang kering
  • 82. 70 BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.A umur 24 tahun P1A0 6 Jam post partum normal didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien 1. Data Subjektif a). Nama 1. Menurut tinjauan teori Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan 2. Menurut tinjauan kasus Setelah dilakukan pengkajian, ibu bernama Ny. A 3. Pembahasan pasien dikaji agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus. Karena identitas pasien sudah jelas b). Umur 1. Tinjauan teori Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
  • 83. 71 kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas 2. Tinjauan kasus Setelah dilakukan pengkajian, Ny. A saat ini berusia 24 tahun. 3. Pembahasan Tidak terjadi kesenjangan karena Ny. A berusia 24 tahun hal ini sejalan dengan teori dimana usia yang rentan terjadi resiko yaitu pada usia kurang dari 20 tahun dan usia lebih dari 35 tahun c). Agama 1. Tinjauan Teori Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa 2. Tinjauan Kasus Setelah dikaji agama Ny. A Islam 3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan karena penulis melihat Ny.A menyebut asma Allah dan berdoa pada saat proses melahirkan. d). Pendidikan 1. Tinjauan teori Berpengaruh dalam tijndakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual klien, sehingga bidan dapat
  • 84. 72 memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya 2. Tinjauan kasus Setelah dilakukan pengkajian, Ny. A pendidikan terakhir nya yaitu SMA 3. Pembahasan Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada kesenjangan karena tingkat pendidikan ibu adalah tingkat SMA, maka dalam memberikan konseling pada klien gunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti sehingga klien dapat mengerti dan mampu melaksanakan konseling yang telah diberikan e). Suku/bangsa 1. Tinjauan Teori Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari 2. Tinjauan Kasus Suku ibu Lampung dan ibu berkebangsaan Indonesia 3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena di dalam keluarga tidak menganut kepercayaan yang berhubungan dengan adat istiadat dalam suatu Suku di dalam keluarga tersebut. f). Pekerjaan 1. Tinjauan Teori Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
  • 85. 73 ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut 2. Tinjauan Kasus Ny.A bekerja sebagai ibu rumah tangga 3. Pembahasan Berdasarkan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena meskipun Ny. A hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi nutrisi dan kebutuhan sehari-hari terpenuhi sebab hal ini didukung oleh pekerjaan suami sebagai wiraswasta. g). Alamat 1. Tinjauan teori Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan 2. Tinjauan kasus Ny. A beralamatkan di Perum pemda blok A No.158 3. Pembahasan Setelah dilakukan pengkajian Ny.A beralamatkan di Perum pemda Blok A No.158 Bandar Lampung. Menurut Ambarwati alamat dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. h). Keluhan Utama 1. Menurut tinjauan teori Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
  • 86. 74 masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum 2. Menurut tinjauan kasus Ny. A mengeluh terasa mulas pada perutnya. 3. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjaun teori dan tinjauan kasus karena Ny.A mengalami suatu hal yang fisiologis yaitu mulas pada perutnya. i). Riwayat kesehatan yang lalu 1. Tinjauan teori Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini 2. Tinjauan kasus Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti penyakit menular maupun penyakit keturunan 3. Pembahasan Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena dengan menganamnesa riwayat kesehatan yang lalu, bidan dapat mengetahui bahwa Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit yang mempengaruhi masa nifasnya
  • 87. 75 j). Riwayat Kesehatan sekarang 1. Tinjauan Teori Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. 2. Tinjauan Kasus Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit penyulit baik penyakit keturunan seperti Diabetes, Hipertensi, jantung dan asma. Ataupun penyakit menular seperti hepatitis, PMS/HIV AIDS. Di keluarga ibu juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular ataupun keturunan 3. Pembahasan Berdasarkan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny.A tidak memiliki riwayat penyakit baik dari ibu maupun dari keluarga k). Riwayat kesehatan keluarga 1. Tinjauan teori Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya
  • 88. 76 2. Tinjauan kasus Ibu mengatakan keluarganya tidak sedang/pernah menderita penyakit seperti penyakit menular maupun penyakit keturunan 3. Pembahasan Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena denagn menganamnesa riwayat kesehatan keluarga Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun keturunan yang mempengaruhi masa nifasnya l). Riwayat Perkawinan 1. Tinjauan Teori Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. 2. Tinjauan Kasus Setelah dilakukan pengkajian Ny. A baru pertam kali menikah dan status pernikahan nya syah 3. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena status pernikahan Ny. A syah
  • 89. 77 m). Riwayat Obstetrik 1. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu a) Tinjauan Teori Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. b) Tinjauan Kasus Setelah dilakukan pengkajian Ny.A baru pertama kali melahirkan dan tidak pernah abortus c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.A baru pertama kali melahirkan dan tidak pernah abortus 2. Riwayat Persalinan sekarang a) Tinjauan Teori Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini b) Tinjauan kasus Dalam riwayat obstetri Ny. A pada persalinan sekarang Ny.A melahirkan pada tanggal 2 April 2015. Jenis persalinan spontan, jenis kelamin anak perempuan dengan
  • 90. 78 Berat badan 3000 gram, panjang badan 48 cm dan ditolong oleh bidan c) Pembahasan Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny. A melahirkan secara spontan pervaginam, dan proses persalinan tidak mengalami kelainan yang berpengaruh pada masa nifas saat ini. n). Riwayat KB 1. Tinjauan Teori Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.134). 2. Tinjauan Kasus Ny. A belum pernah menggunakan KB 3. Pembahasan Hasil pembahasan didapatkan tidak terdapat kesenjangan karena Ny.A belum menggunakan KB o). Kehidupan Sosial Budaya 1. Tinjauan Teori untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
  • 91. 79 khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. 2. Tinjauan Kasus Setelah dilakukan pengkajian keluarga Ny.A tidak menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan Ny.A 3. Pembahasan Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena keluarga Ny.A tidak menganut adat istiadat yang akan berpengaruh pada masa nifasnya p). Data Psikososial 1. Tinjauan Kasus untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. 2. Tinjauan Kasus Setelah dilakukan pengkajian ibu mengatakan sangat senang dengan kellahiran bayinya, dan ibu secara perlahan mulai
  • 92. 80 merawat bayinya dengan senang hati. Status emosional ibu stabil, dan respon keluarga terhadap bayinya baik 3. Pembahasan Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena status emosional ibu stabil, ibu dapat menerima bayinya serta merawatnya dengan penuh kasih sayang, dan respon keluarga juga baik terhadap bayinya q). Data Pengetahuan 1. Tinjauan Teori untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.131-136). 2. Tinjauan Kasus Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan penjelasan ibu mengerti tentang perawatan setelah melahirkan 3. Pembahasan Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.A telah melakukan perawatan masa nifas sesuai dengan teori yang telah diajarkan r). Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari 1. Nutrisi a. Tinjauan Teori
  • 93. 81 Menggambarkan pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati & Wulandari, 2010; h. 136) Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi sebagai berikut: 1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya 40 hari pasca persalinan. 5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009; h.71-72)
  • 94. 82 b. Tinjauan Kasus Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan menu nasi, sayur soup, lauk pauk 1 potong ayam dan 1 potong tempe serta air putih c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena Ny.A segera memenuhi kebutuhan nutrisi 2. Eliminasi a. Tinjauan Teori Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah , konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati &Wulandari, 2010;h. 136) Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi jika kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum. a.Berkurangnya tekanan intra abdominal b.Otot-otot perut masih lemah
  • 95. 83 c.Edema dan uretra d.Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009; h.71-73) Defekasi (Buang Air Besar) harus ada 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat memengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine/diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.  Diet teratur  Pemberian cairan yang banyak  Ambulasi yang baik  Bila takut buang air besar secara episiotomi , maka diberikan laksan supposotria (Dewi & Sunarsih, 2011; h.73-74).
  • 96. 84 b. Tinjauan Kasus Ny.A sudah BAK 3 jam setelah persalinan dengan warna jernih dan bau khas urin. Ibu belum BAB karena ibu baru saja 6 jam post partum c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan karena Ny.A telah BAK setelah 3 jam postpatum yaitu pada pukul 19 :15 WIB dan ibu dalam keadaan fisiologis dimana ibu dalam keadaan 6 jam post partum berdasarkan teori normal ibu nifas mengalami defekasi pada hari ke 3-4 setelah persalinan 3. Pola istirahat a. Tinjauan Teori Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapajam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati & Wulandari, 2010; h. 136) Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merwat
  • 97. 85 anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur kareana beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu 1. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 2. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan 3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Dewi & Sunarsih, 2011; h.76). b. Tinjauan Kasus Dari setelah melahirkan ibu istirahat di tempat tidur
  • 98. 86 c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena ibu saat ini dalam keadaan istirahat di tempat tidur setelah melahirkan. 4. Personal hygiene a. Tinjauan Teori Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati & Wulandari, 2010; h. 136) Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut. 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum 2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk
  • 99. 87 membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar 3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang setelah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika 4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. 5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saleha, 2009; h.73-74). b. Tinjauan Kasus Ibu mengganti pembalut 2 kali dari setelah melahirkan c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. A selalu menjaga kebersihan diri nya dengan baik. 5.Aktivitas a. Tinjauan Teori Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
  • 100. 88 pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.137) b. Tinjauan Kasus Setelah dilakukan pengkajian Ny.A sudah mampu ke kamar mandi sendiri pada 6 jam postpartum c. Pembahasan Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena ibu sudah melakukan ambulasi dengan baik 2. Data Objektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut 1). Keadaan umum a) Tinjauan Teori Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:  Baik
  • 101. 89 Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan  Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri b) Tinjauan Kasus Keadaan umum : baik c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena keadaan umum ibu baik, respon ibu terhadapa lingkungan dan orang lain secara fisik dalam keadaan baik 2). Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (psien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009; h.121-122). a. Tinjauan Kasus Kesadaran : composmentis
  • 102. 90 b. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena keadaan umum,dan kesadaran ibu dalam keadaan baik 3). Tanda-tanda vital: 1. Suhu badan a) Tinjauan teori Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 -380 C) sebagi akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain). b) Tinjauan kasus Suhu : 37,0 ºc c) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karna perubahan yang terjadi merupakan hal yang fisiologis yang terjadi pada masa nifas
  • 103. 91 2. Nadi a) Tinjauan teori Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. b) Tinjauan kasus Nadi : 80 x/menit c) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena nadi Ny. A dalam keadaan normal 3. Tekanan Darah (1) Tinjauan teori Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum. (2) Tinjauan kasus Tekanan darah : 120/70 mmhg (3) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena ibu tidak mengalami peningkatan atau penurunan tekanan darah
  • 104. 92 4. Pernapasan a) Tinjauan teori Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan (Sulistyawati, 2009; h. 80) b) Tinjauan kasus Pernafasan: 24 x/menit c) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. A pernafasan dalam keadaan normal 2. Pemeriksaan fisik a. Kepala 1. Menurut teori Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Pengkajian diawali dengan inspeksi kemudian palpasi (Priharjo, 2006; h. 50) 2. Tinjauan kasus Dari hasil pemeriksaan kepala Ny. A tidak ada masalah 3. Pembahasan Berdasarkan Tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan dimana setelah dilakukan pemeriksaan kepala Ny.A tidak ada masalah
  • 105. 93 b.Mata 1. Menurut teori Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara mata kanan dan kiri. Teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi. Inspeksi merupakan teknik yang paling penting dilakukan sebelum palpasi 2. Tinjauan kasus Hasil pemeriksaan pada Ny. A tidak terdapat kelainan 3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. A tidak terdapat kelainan pada matanya c. Telinga 1. Menurut teori Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana pendengaran dapat dikaji dengan menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan dengan mudah dapat mengetahui adanya bisikan. Bila dicurigai pendengaran tidak berfungsi baik, maka pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan garpu tala.