Dokumen tersebut membahas tentang berpikir kritis, yang didefinisikan oleh beberapa tokoh seperti John Dewey, Edward Gleser, Robert Ennis, Richard Paul, dan Michael Scriven. Dokumen ini juga membahas tentang mengidentifikasi alasan dan kesimpulan dalam bahasa penalaran, pola-pola penalaran, asumsi, konteks, dan peta berpikir dalam memahami dan mengevaluasi pemikiran orang lain. Selain itu, dibahas pula
1. UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
FAKULTAS EKONOMI
PROGAM STUDI MANAJEMEN
http://www.unusida.ac.id
Berpikir dan Menulis Ilmiah
2. Critical Thinking
Rabu 15 Februari 2017
d.maghfiro@gmail.com
Oleh :
Dwi Sahrul Maghfiroh
C14160027
2. 1. Apakah berpikir kritis itu dan bagaimana ikta mengasahnya?
Dalam dunia pendidikan saat ini proses mengajar berpikir kritis sangat populer.
Berpkir kritis ini diajarkan dan penerapannya secara langsung emplisit. Hal ini
dilakukan untuk meumbuhkan kesadaran siswa tentang berpikir kritis bukan
hanya dalam penerapan tidak langsung implisit seperti sistem belajar yang
lampau. Beberapa tokoh juga mendefinisikan pendapat mereka yang berbeda-
beda mengenai berpikir kritis.
John Dewey : Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus) dan teliti
mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja
dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan yang menjadi kecenderungannya.
Edward Gleser : Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-
masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan
semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Robert Ennis : Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif
untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.
Richard Paul : Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansiatau
masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan
menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan
menerapkan standar-standar inteektual padanya.
Michael Scriven : Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil
dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumantasi.
Berpikir kritis biasanya merujuk pada pemikiran rasional. Semua permasalahan
tidak langsung ditujukan kemudian menjadi kesimpulan. Untuk menentukan
kesimpulan, seharusnya cari dahulu pokok permasalahan, kemudian merujuk ke
suatu analisis. Dalam berpikir kritis ini jelas menuntut interpretasi dan evaluasi
terhadap komunikasi, observasi dan sumber-sumber lainnya. Perlu juga adanya
ketrampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, manganalisa arguman dan
gagasan dalam mengajukan pertanyaan dan medebatkan isu-isu secara terus-
menerus.
3. 2. Mengidentifikasi alasan dan kesimpulan: bahasa penalaran
Dalam sebuah kasus yang akan anda atau orang lain sampaikan, ada kalanya jika
argumen yang akan disampaikan duberi alasa untuk diterima dan ini dinamakan
mengargumatasikan sebuah kasus atau menyajikan sebuah argumen. Namun,
dalam penyampaian arguman ini tidaklah semua oarang bisa paham akan maksud
yang akan anda bicarakan dan sebaliknya adapula yang akan mengerti dan paham
mengenai argumen anda.
Bahasa Penalaran I
Ada kata-kata dan frase –frase tertentu yang orang pakai secara khusus untuk
menunjukkan bahwa mereka mengemukakan alasan-alasan untuk sebuah
kesimpulan kata yang begitu jelas orang pakai dalam konteks ini adalah kata
‘oleh karena itu’. adapula contoh kata-kata sebagai berikut : sehingga...,
karenanya..., jadi..., sebagai konsekuensinya..., yang membuktikan /
memperlihatkan bahwa...., sayamenyimpulkan bahwa..., berdasarkan hal itu...,
dan banyak frase lainnya. Kata-kata ini semuanya digunakan untuk
memperlihatkan pendapat yang ditunjukkan lewat tanda titik-titik merupakan
kesimpulan untuk alasan-alasan yang dikemukakan. Pemakaian frasae ini
disebut juga indikator-indikator alasan dan indikator-indikator itu mencakup
kata-kata seperti: karena...., berdasarkan fakta bahwa..., alasan-alasannya
adalah..., pertama..., kedua..., dan banyak frasae lain seperti itu (di mana titik-
titik menujukkan tempat terdapatnya alasan yang diberikan) ketika ingin
merujuk ke indikatro-indikator kesimpulan.
Bahasa Penalaran II
Setelah menyadari peran penting ‘oleh karena itu’, ‘sehingga’ dan ‘karena’
memiliki peran khusus untuk memberi petunjuk terhadap apa yang ingin kita
sampaikan mengenai argumentasi sebuah kasus. Maka, ada hal lain yang juga
memerankan fungsi penting dalam penalaran. Contoh:
a. Kadang-kadang anda mengakui anda membuat asumsi-asumsi dengan
mengatakan ‘saya berasumsi bahwa....dikatakan / diandaikan bahwa....
b. Ketika penalaran anda berbicara tentang penjelasan sebab-akibat
dengan mengatakan ‘.....menjelaskan mengapa...’ ‘itulah sebabnya...’
Dan sebagainnya.
Dengan menyisipkan kata-kata diatas dapat membantu supaya tulisan atau
pembicaraan kita masuk akal.
4. 3. Memahami penalaran : berbagai pola penalaran
Kasus yang paling sederhana
Contoh: kerusakanpada lapisanozon merupakanmasalahinternasional1
sehingga2
masalah itu hanya bisa diselesaikan melalui persetujuan
internasioanl.
Ada satualasan yang diajukan untuk mendukung sebuah kesimpulan
<alasan>1 dan <kesimpulan>2
Memberi alasan berdampingan
Contoh: tentu saja jarang sekali orang beriman mendasarkan imannya pada
pertimbangan rasional mengenai pandangan-pandangan dunia alternatif.
Hampir semua penganut agama mengikuti agama dari orang-orang yang hidup
diantara mereka, apakah itu Kristen, Hindu, Muslim atau apa saja. Dan
tambah lagi, hanya ada sedikitbutki yang meyainkanuntuk mendukung
keyakinanmereka mendukung hal-hal gaib.1&2
Ada dua alasan untuk sebuah kesimpulan
<alasan>1 dan <kesimpulan>2 saling berdampingan
Rantai Penalaran
Contoh: menanam tanaman pangan yang dimodifikasi secara genetis akan
memampukan para petani untuk memakai bahan pembasmi rumput liar yang
lebih kuat, sehingga1 akan terjadi pengurangan yang cukup besar padajumlah
dan kepadatan benih rumput liar di ladang pertanian. Jadi2
, mungkin
kebanyakan burung di daerah pertanian yang bergantung pada benih-behin ini
untuk bertahan selama musim dingin akan smakin berkurang lagi.
Ada dua kesimpulan
<alasan 1> sehingga [kesimpulan 1] jadi [kesimpulan 2]
Hipotesis dan Kalimat Lain yang Kompleks
Contoh: entah kepala sekolah A atau sekretaris B yang mencuri uang itu.
Kalimat seperti ini ‘entah’, kadang-kadang dikatakan sebagai kalimat
disjungsi atau pemisahan, dan hal penting yang perlu diingat ketika
menganallisa sebuah argumen ke dalam alasan-alasan dan kesimpulan-
kesimpulan ialah bahwa pemisahan-pemisahan itu tidak boleh dipisahkan
ketika mneganalisis argumen, hal penting yang harus dilakukan adalah
5. hipotesis-hipotesis tidak boleh dipisahkan seolah-olah mereka meyajikan
alasan dan kesimpulan
4. Memahami penalaran: asumsi, konteks, dan peta berpikir.
a. Asumsi
Dalam erpendapat atau berargumen ada beberapa hal yang anda anggap benar
dan bisa diterima atau bisa meyakinkan tentang pendapat anda. Namu, anda
tidak dapat menyampaikannya dan dalam arti tertentu disebut diasumsikan.
Biasanya, dalam hal ini anda menggunakan kata ‘asumsi’ inilah yang
dimaksud asumsi adalah keyakinan yang secara jelas diterima atau ‘dianggap
benar’ oelh pembicara atau penulis teteapi mereka tidak menyatakannya.
b. Konteks
Argumen, penjelasan, dan sebagainya selalu dikemukakan dalam suatu
konteks dan konteks itu mengandung segala macam asumsi, pra anggapan,
latar belakang keyakinan, fakta yang relevan untuk menafsir apa yang
dimaksudkan, aturan, tingkah laku dan lain-lain. Konteks klaim dan argumen
sangat mempengaruhi besarnya kredibillitas dan bobot yang anda berikan
dalam argumen. Konteks klaim dapat membantu menafsir makna. Konteks
historis membantu dalam mengintrepretasi dan mengevaluasi. Secara singkat,
konteks argumen dapat mempengaruhi interpretasi dan evaluasinya, terutama
karena konteks tersebut menyediakan asumsi, pra-asumsi, dan latar belakang
infromasi lain.
c. Peta Berpikir untuk Memahami dan Mengevaluasi Pemikiran
Peta berpikir memerlukan perhatian seperti apa kesimpulan utamanya?
Meskipun dalam hal ini memahani dan mengambil kesimpulan utama
bukanlah hal yang diharuskan tetapi hal ini yang membantu anda utnuk
mengenali apa yang akan disampaikan. Hal kedua yang diperhatikan adalah
apakah adapertimbangan atau argumen lain? Berpikir kritis juga mengajarkan
kita dan menuntut anda mempertimbangkan setiap gagasan yang relevan lain
yang dapat membantu anda menuju pemikiran sampai pada penilaian yang
baik terhadap hal itu sepenuhnya. Oleh sebab itu, ketika mempertimbangan
setiap isu di mana penilaian kita bermakna, kita mesti memperhatikan semua
gagasan yang relevan semampu kita. Hal ini menyatakan secara tidak
langsung bahwa seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tentang isu-isu
terkait, dan begitu imajinatif tentang kemungkinan-kemungkinan, cenderung
mengambil keputusan berdasarkan alasan yang baik dan logis ketimbang
seorang yang memiliki sedikit pengetahuan dan imajinatif.
6. 5. Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan dan gagasan
Berbagai isu , berita dan konflik sehari-hari tentu harus mempunyai bukti yang
jelas dan sebagai proses nerpikir kritis hal ini sangat diperlukan. Ada perlunya
proses penalaran dalam menagnggapi hal ini. Proses penaaran sering kali
memerlukan klarifikasi. Mungkin, makna istilah-istilah yang digunakan, atau
klaim-klaim yang dibuat, tidak jelas, kabur, tidak tepat dan bermakna ganda. Agar
dapat menilai argumen secara kritis pertama-tama kita harus memahaminya. Hal
ini berarti bahwa tidak hanya memahami dengan jelas alasa-alasan, kesimpulan-
kesimpulan, dan asumsi-asumsi yang dipresentasikan, tetapi juga memahami
dengan jelas maksud semuanya ini. Pahamilah dahulu frase yang digunakan bila
perlu gunakan kamus besar bahasa indonesia sebagai acuan untuk mengetahui
kata apa yang belum anda mengerti dan pahamilah artinya utnuk petunjuk anda
memahami sebuah isu atau berita dan lainnya. Hal lain yang diperhatikan adalah:
Apa masalahnya (kekaburan, ambiguitas, kebutuhan akan
contoh, atau apa)
Pahamilah audiensnya (latar belakang pengetahuan dan
keyakinan audiens yang dapat diasumsikan)
Berdasarkan audiensnya, apakah yang akan memberikan
cukup klarifikasi untuk tujuan terkini
Berapa banyak detail yang dibutuhkan audiens dalam situasi
ini
Masalah yang menuntut klarifikasi dalam penalaran
Maksud
6. Akseptabilitas alasan: termasuk kreadibilitasnya
Sebelumnya telah dibahas mengenai hal penalaran dan sekarang pembahasan
mengenai evaluasi penalaran. Kalau seseorang memberi alasan-alasan yang
bertujuan untuk meyakinkan anda akan suatu titik pandanh (kesimpulan,
penjelasan, rekomendasi, interpretasi, atau apa saja), anda tidak hanya akan
memahami saja, tetapi juga mengmbil posisimengevaluasi utnuk menentukan
apaka itu penalaran yang baik, apakah kita seharusnya diyakinakan oleh
penalaran itu.
a. Akseptabilitas pertanyaan disesuaikan konteks
Jika terjadi komunikasi dan perdebatan mengenai suatu isu dan ada beberapa
orang yang mengatakan kesimpulannya seperti ini. Kebanyakan pendengar
7. hanya akan mengikutinya tanpa menganalisis terlebih dahulu. Hal ini biasanya
terjadi ketika dalam konteks percakapan informal. Namun, jika anda ingin
memperoleh kebenaran mengenai isu-isu penting, anda harus lebih sistematik.
Proses yang lebih sistematik dan pendekatan yang lebih terampil dalam
mengevaluasi argumen.
b. Akseptabilitas Klaim
Pertanyaan tentang akseptabilitas sering kali merupakan pertanyaan tentang
kreadibilitas, di mana kita akan segera kembali ke pertanyaan. Maksudnya,
alasan-alasan yang diberikan utnuk beberapa kesimpulan dituntut
pengetahuan dan menganalisis pertanyaan. Dalam menganalisis akseptabilitas
klaim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Seberapa pastikah klaim itu
Apakah konteks klaim itu mempengaruhi
akseptabilitasnya
Apakah kalim itu membutuhkan keahlian/penelitian
untuk menentukan
Apakah kalim itu secara luas dikenal atau diyakini
Seberapa baiknya klaim itu cocok dengan keyakinan
kita lainnya
Apakah klaim itu dari sumber yang dapat dipercaya