SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
BERPIKIR DAN MENULIS ILMIAH
RINGKASAN BUKU “BERPIKIR KRITIS : SEBUAH PENGANTAR”
BAB 1 – 5
OLEH : MOCHAMAD NURIS
NIM : C14160005
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
SEMESTER GENAP TAHUN 2017
Dalam beberapa tahun terakir ‘berpikir kritis’ telah menjadi istilah yang sangat populer
dalam dunia pendidikan. Berikut definisi klasik dari radisi berpikir kritis :
1. John Dewey
John Dewey mendefinisikan tentang berpikir reflektif sebagai berikut :
“pertimbangan yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti tentang sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang di terima begitu saja dipandang dari sudut
alasan – alasan yang mendukungnya dan kesimpulan - kesimpulan lanjutan yang
menjadi kecenderungannya (Dewey, 1909, hlm. 9).”
2. Edward Glaser
Edward Glaser mendefisinisikan tentang berpikir kritis sebagai berikut :
1. Suatu sikap berpikir secara mendalam tentang maasalah – masalah dan hal – hal
yang ada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
2. Pengetahuan tentang metode – metode pemeriksaan dan penalaran yang logis.
3. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode – metode tersebut.
Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan –
kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser, 1941, hlm. 5).
3. Robert Ennis
Salah satu kontributor terkenal bagi perkembangan tradisi berpikir kritis adalah
Robert Ennis, dia mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut :
“berpikir adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk
memutuskan apa yang mesti dipercaya atau atau di lakukan (lihat Norris and Ennis,
1989).”
4. Richard Paul
Richard Paul memberikan definisi tentang berpikir kritis yang kelihatan agak
berbeda dari definisi – definisi yang laen. Definisi itu sebagai berikut :
“berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, subtansi atau masalah apa saja
– di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur – struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar
– standar intelektual padanya (Paul , Fisher, and Nosich, 1993, hlm.4).”
Setelah menjelaskan poin – poin ini, kita mengenal “bahasa penalaran” yang lebih
luas (termasuk fakta, pendapat, inferensi,dukungan, bukti, sangkalan, kekeliruan, dan lain –
lain) dan memahami seorang pengarang juga termasuk menangkap alasan apa yang
disajikan untuk mendukung setiap kesimpulannya sehingga secara singkat buku ini
memperkenalkan beberapa gagasan mengenai struktur penalaran. Buku ini menuntut kita
supaya kita memahani pemakaian variasi kata – kata bahasa biasa sehari – hari, seperti
kesimpulan dan alasan. Tak bisa dielak beberapa kata menimbulkan masalah, seperti
“asumsi”.
Argumen – argumen memiliki struktur. Kadang – kadang pengarang menyajikan dua
atau leih alasan berdampingan untuk mendukung kesimpulan dan melihat masing – masing
alasan itu seperti memberi suatu dukungan terhadap kesimpulan itu sendirian bahkan tanpa
alasan – alasan yang lain. Sangat mudah sekali untuk keliru antara argumen dan penjelasan
sebab akibat, karena bahasa yang di gunakan mirip dan secara sistematis bisa menyesatkan,
ini sebuah contoh tes praktis untuk membedakan hal ini yang sering kali membantu :
“jika pengarang tampaknya berasumsi bahwa akibatnya benar maka anda mungkin
memperoleh penjelasan sebab akibat ; sebaliknya, jika pengarang bermaksud
memberikan akibatnya, maka itu barang kali sebuah argumen.
Bahwa satu argumen bisa mengarah ke beberapa kesimpulan, sehingga kita harus bisa
menyadari kemungkinan ini ketika memperhatikan struktur nukilan penalaran, dan ingat
kesimpulan – kesimpulan bisa terdapat di mana saja dalam argumen.
Ketika orang mengajukan argumen, penjelasan, atua jenis penalaran yang serupa,
sangat lazim baginya untuk membiarkan beberapa hal tidak di sebutkan, meskipun dia yakin
hal – hal itu benar (atau dapat di terima) dan relavan dari isinya, atau bahkan sangat penting
bagi isu tersebut.
Hampir semua argumen riil (argumen yang di gunakan atau sudah di gunakan dengan
maksud untuk meyakinkan orang lain akan suatu sudut pandang) membiarkan beberapa hal
tidak di sebutkan dalam arti tertentu diasumsikan. Biasanya, ketika kita menggunakan kata
“asumsi” , inilah pengertian yang akan kita maksudkan ; asumsi adalah keyakinan yang
secara jelas di terima atau dianggap benar oleh pembicara atau penulis tetapi mereka tidak
menyatakannya atau membuatnya eksplisit.
Konteks argumen dapat menyediakan banyak latar belakang informasi. Hal ini dapat
membantu kita memahami argumen termasuk apa yang (atau pengarang) diasumsikan atau
dimaksudkan secara implisit.
Jika kita menanggapi penalaran seseorang, kita tidak hanya terlibat dengan beberapa
komentar yang berlawanan, tetapi harus pertama – tama berusaha memahani dengan jelas
untuk apa mereka berargumentasi (kesimpilan mereka apa), penalaran mereka apa, asumsi
– asumsi mereka apa, dan lain – lain, menjalankan smua hal ini berarti melibatkan perhatian
mendetail berkenan dengan asumsi – asumsi yang implisit dan konteks, juga penalaran yang
eksplisit.
Agar lazim dalam konteks argumentatif bila terdapat ketidakjelasan mengenai apa
yang dimaksudkan. Dalam hal ini kita sudah menjelaskan berbagai cara dalam
mengklarifikasi unkapan untuk berbagai maksud dan kita berharap itu akan membuat kita
secara otomatis menggunakan metode – metode ini tatkala metode – metode itu dibutuhkan,
tetapi bukan sebaliknya. Pada saat klarifikasi diperlukan, penjelasan yang diberikan sering
kali tidak tetap dalam beberapa hal tetapi cukup memadai untuk maksud komunikasi ; tidak
semua hal dapat didefinisikan atau di jelaskan.

More Related Content

Viewers also liked

Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)
Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)
Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)
almabarajas057
 

Viewers also liked (8)

S 1.4 custos em soldagem
S 1.4   custos em soldagemS 1.4   custos em soldagem
S 1.4 custos em soldagem
 
Atelier content marketing - SMC Tunisia
Atelier content marketing - SMC TunisiaAtelier content marketing - SMC Tunisia
Atelier content marketing - SMC Tunisia
 
Посадова інструкція від Бога
Посадова інструкція від БогаПосадова інструкція від Бога
Посадова інструкція від Бога
 
Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)
Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)
Actividad 5 -alma_maité_barajas_cárdenas (1)
 
Mobilly ECAM
Mobilly ECAMMobilly ECAM
Mobilly ECAM
 
Introduction to Renjin, the alternative engine for R
Introduction to Renjin, the alternative engine for R Introduction to Renjin, the alternative engine for R
Introduction to Renjin, the alternative engine for R
 
Malign plevral mezotelyomada evreleme
Malign plevral mezotelyomada evrelemeMalign plevral mezotelyomada evreleme
Malign plevral mezotelyomada evreleme
 
Устав ЕСАМ
Устав ЕСАМУстав ЕСАМ
Устав ЕСАМ
 

Similar to Tugas berpikir kritis

karakteristik topik yang bagus (makalah)
karakteristik topik yang bagus (makalah)karakteristik topik yang bagus (makalah)
karakteristik topik yang bagus (makalah)
kamal turmudzi
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
Badrus Siroj
 
Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02
Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02
Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02
nurngaeni
 

Similar to Tugas berpikir kritis (20)

Berpikir kritis
Berpikir kritisBerpikir kritis
Berpikir kritis
 
Berpikir kritis sebuah pengantar (syahruddin)
Berpikir kritis  sebuah pengantar (syahruddin)Berpikir kritis  sebuah pengantar (syahruddin)
Berpikir kritis sebuah pengantar (syahruddin)
 
Critical Thinking
Critical ThinkingCritical Thinking
Critical Thinking
 
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
 
Rangkuman berpikir kritis
Rangkuman berpikir kritisRangkuman berpikir kritis
Rangkuman berpikir kritis
 
Rangkuman berpikir kritis
Rangkuman berpikir kritisRangkuman berpikir kritis
Rangkuman berpikir kritis
 
Berpikir kritis
Berpikir kritisBerpikir kritis
Berpikir kritis
 
Keterampiln Menulis_Argumentasi
Keterampiln Menulis_ArgumentasiKeterampiln Menulis_Argumentasi
Keterampiln Menulis_Argumentasi
 
BERNALAR KRITIS.pptx
BERNALAR KRITIS.pptxBERNALAR KRITIS.pptx
BERNALAR KRITIS.pptx
 
Tugasan p.kritis
Tugasan p.kritisTugasan p.kritis
Tugasan p.kritis
 
Rangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisRangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritis
 
Modul 6 pedoman praktikum essay kb 1. -
Modul 6 pedoman praktikum essay kb 1. -Modul 6 pedoman praktikum essay kb 1. -
Modul 6 pedoman praktikum essay kb 1. -
 
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
 
karakteristik topik yang bagus (makalah)
karakteristik topik yang bagus (makalah)karakteristik topik yang bagus (makalah)
karakteristik topik yang bagus (makalah)
 
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas sRangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
 
Makalah humas 1
Makalah humas 1Makalah humas 1
Makalah humas 1
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02
Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02
Teoripembaharuanpemmatrikulasi2013 130712025326-phpapp02
 
Argumentasi
ArgumentasiArgumentasi
Argumentasi
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 

Recently uploaded

aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

Tugas berpikir kritis

  • 1. BERPIKIR DAN MENULIS ILMIAH RINGKASAN BUKU “BERPIKIR KRITIS : SEBUAH PENGANTAR” BAB 1 – 5 OLEH : MOCHAMAD NURIS NIM : C14160005 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN 2017
  • 2. Dalam beberapa tahun terakir ‘berpikir kritis’ telah menjadi istilah yang sangat populer dalam dunia pendidikan. Berikut definisi klasik dari radisi berpikir kritis : 1. John Dewey John Dewey mendefinisikan tentang berpikir reflektif sebagai berikut : “pertimbangan yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti tentang sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang di terima begitu saja dipandang dari sudut alasan – alasan yang mendukungnya dan kesimpulan - kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya (Dewey, 1909, hlm. 9).” 2. Edward Glaser Edward Glaser mendefisinisikan tentang berpikir kritis sebagai berikut : 1. Suatu sikap berpikir secara mendalam tentang maasalah – masalah dan hal – hal yang ada dalam jangkauan pengalaman seseorang. 2. Pengetahuan tentang metode – metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. 3. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode – metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan – kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser, 1941, hlm. 5). 3. Robert Ennis Salah satu kontributor terkenal bagi perkembangan tradisi berpikir kritis adalah Robert Ennis, dia mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut : “berpikir adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau atau di lakukan (lihat Norris and Ennis, 1989).” 4. Richard Paul Richard Paul memberikan definisi tentang berpikir kritis yang kelihatan agak berbeda dari definisi – definisi yang laen. Definisi itu sebagai berikut : “berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, subtansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur – struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar – standar intelektual padanya (Paul , Fisher, and Nosich, 1993, hlm.4).” Setelah menjelaskan poin – poin ini, kita mengenal “bahasa penalaran” yang lebih luas (termasuk fakta, pendapat, inferensi,dukungan, bukti, sangkalan, kekeliruan, dan lain – lain) dan memahami seorang pengarang juga termasuk menangkap alasan apa yang
  • 3. disajikan untuk mendukung setiap kesimpulannya sehingga secara singkat buku ini memperkenalkan beberapa gagasan mengenai struktur penalaran. Buku ini menuntut kita supaya kita memahani pemakaian variasi kata – kata bahasa biasa sehari – hari, seperti kesimpulan dan alasan. Tak bisa dielak beberapa kata menimbulkan masalah, seperti “asumsi”. Argumen – argumen memiliki struktur. Kadang – kadang pengarang menyajikan dua atau leih alasan berdampingan untuk mendukung kesimpulan dan melihat masing – masing alasan itu seperti memberi suatu dukungan terhadap kesimpulan itu sendirian bahkan tanpa alasan – alasan yang lain. Sangat mudah sekali untuk keliru antara argumen dan penjelasan sebab akibat, karena bahasa yang di gunakan mirip dan secara sistematis bisa menyesatkan, ini sebuah contoh tes praktis untuk membedakan hal ini yang sering kali membantu : “jika pengarang tampaknya berasumsi bahwa akibatnya benar maka anda mungkin memperoleh penjelasan sebab akibat ; sebaliknya, jika pengarang bermaksud memberikan akibatnya, maka itu barang kali sebuah argumen. Bahwa satu argumen bisa mengarah ke beberapa kesimpulan, sehingga kita harus bisa menyadari kemungkinan ini ketika memperhatikan struktur nukilan penalaran, dan ingat kesimpulan – kesimpulan bisa terdapat di mana saja dalam argumen. Ketika orang mengajukan argumen, penjelasan, atua jenis penalaran yang serupa, sangat lazim baginya untuk membiarkan beberapa hal tidak di sebutkan, meskipun dia yakin hal – hal itu benar (atau dapat di terima) dan relavan dari isinya, atau bahkan sangat penting bagi isu tersebut. Hampir semua argumen riil (argumen yang di gunakan atau sudah di gunakan dengan maksud untuk meyakinkan orang lain akan suatu sudut pandang) membiarkan beberapa hal tidak di sebutkan dalam arti tertentu diasumsikan. Biasanya, ketika kita menggunakan kata “asumsi” , inilah pengertian yang akan kita maksudkan ; asumsi adalah keyakinan yang secara jelas di terima atau dianggap benar oleh pembicara atau penulis tetapi mereka tidak menyatakannya atau membuatnya eksplisit. Konteks argumen dapat menyediakan banyak latar belakang informasi. Hal ini dapat membantu kita memahami argumen termasuk apa yang (atau pengarang) diasumsikan atau dimaksudkan secara implisit.
  • 4. Jika kita menanggapi penalaran seseorang, kita tidak hanya terlibat dengan beberapa komentar yang berlawanan, tetapi harus pertama – tama berusaha memahani dengan jelas untuk apa mereka berargumentasi (kesimpilan mereka apa), penalaran mereka apa, asumsi – asumsi mereka apa, dan lain – lain, menjalankan smua hal ini berarti melibatkan perhatian mendetail berkenan dengan asumsi – asumsi yang implisit dan konteks, juga penalaran yang eksplisit. Agar lazim dalam konteks argumentatif bila terdapat ketidakjelasan mengenai apa yang dimaksudkan. Dalam hal ini kita sudah menjelaskan berbagai cara dalam mengklarifikasi unkapan untuk berbagai maksud dan kita berharap itu akan membuat kita secara otomatis menggunakan metode – metode ini tatkala metode – metode itu dibutuhkan, tetapi bukan sebaliknya. Pada saat klarifikasi diperlukan, penjelasan yang diberikan sering kali tidak tetap dalam beberapa hal tetapi cukup memadai untuk maksud komunikasi ; tidak semua hal dapat didefinisikan atau di jelaskan.