Buku ini membahas berpikir kritis dan merangkum beberapa definisi klasik tentang berpikir kritis, keterampilan penting dalam berpikir kritis seperti mengidentifikasi alasan dan kesimpulan, memahami berbagai pola penalaran, menganalisis asumsi, konteks, dan peta berpikir, serta mengevaluasi klaim dan kredibilitasnya.
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Berpikir kritis 1
1. TUGAS MERANGKUM
BUKU BERPIKIR KRITIS
Disusun oleh :
Fitri Feby Sekar Gayatri
C14160007
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
2017
2. BERPIKIR KRITIS
Dalam dunia pendidikan beberapa tahun terakhir, “berpikir kritis” menjadi istilah yang sangat
popular. Karena banyak alsan para pendidik menjadi lebih tertarik mengajarkan “keterampilan-
keterampilan berpikir. Oleh sebab itu mari kita mulai dengan menjelaskan gagasan tentang
berpikir kritis.
BAB 1. Beberapa definisi klasik dari tradisi berpikir kritis
█Menurut John Dewey
“ pertimbangan yang aktif persistent (terus-menerus) dan teliti mengenai sebuah keyakinan
atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dioandang dari sudut alas an-alasan
yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecenderungannya (Dewey, 1909, hlm. 9) “
Dengan mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang persistent (terus menerus) dan teliti,
Dewey ingin mengontraskannya dengan cara berpikir yang tidak direfleksikan di mana kita
kadang-kadang menggunakannya, misalnya ketika kita buru-buru menuju kesimpulan atau
membuat suatu keputusan yang cepat tanpa memikirkannya. Tentu saja sesekali kita harus
melakukan hal ini karena kita harus memutuskannya dengan segera atau isu tidak cukup penting
untuk dipikirkan secara lebih mendalam, tetapi sering kali kita melakukannya
█Menurut Robert Ennis
“berppikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk
memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (lihat Norris dan Ennis, 1989)
Pada kata „masuk akal dan reflektif‟ yang terungkap dalam definisi-definisi sebelumnya tapi
perhatikan juga bahwa Ennis berbicara tentang „memutuskan apa …. yang mesti dilakukan‟ ,
yang dilakukan tidak disebutkan secara eksplisit dalam definisi-definisi sebelumnya; jadi
pengambilan keputusan adalah bagian dari berpikir kritis dalam konsepsi Ennis. Tidak seperti
definisi Dewey, definisi itu sudah akrab di telinga kita. Kemudian kita akan melihat mungkin ada
pertanyaan-pertanyaan tentang seberapa baiknya sebuah definisi, tetapi agaknya apa yang Ennis
maksudkan sudah cukup jelas.
Keterampilan Penting dalam Pemikiran Kritis
Saya membayangkan satu pertaanyaan yang akan anda tanyakan ialah „apakah keterampilan-
keterampilan berfikir” yang menjadi landasan pemikiran kritis dan yang analog dengan
keterampilan-keterampilan.dalam buku berpikir kritis yang sangat penting, khususnya
bagaimana.
Mengindetifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan
kesimpulan-kesimpilan;
Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi;
3. Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan;
Menilai eksabilitas, khususnya kredinbilitas, klaim-klaim;
Mengevaluasi argument-argumen yang beragam jenisnya;
Menganalisis, mengeluasi dan membuat keputusan-keputusan;
Menarik inferensi-inferensi;
Menghasilkan argument-argumen
Tentu saja, ada keterampilan-keterampilan berpikir kritis lainnya yang mungkin anda ingin
kembangkan tetapi keterampilan-keterampilan ini sudah merupakan awal yang baik.
BAB 2. Mengidentikasi alasan dan kesimpulan : bahasa penalaran
Kita sering kali berhadapan dengan situasi-situasi dimana seseorang berusaha meyakinkan kita
akan satu titik pandang dengan menyajikan kepada kita alas an-alasan untuk menerimannya. Hal
ini acapkali dinamakan „mengargumentasikan sebuah kasus‟ atau „menyajikan sebuah
argaumen‟. Kadang cukup mudah untuk melihat penalaran apa yang sedang disajikan, tetapi
kadang pulla tidak mudah.
Menentukan Keberadaan Penalaran
Pertama-tama harus dipahami kita memakai bahasa untuk banyak maksud disamping mencoba
untuk meyakinkan orang lain akan satu titik pandang disamping mencoba untuk menyakinkan
orang lain akan satu titik pandang. Misalnya, kita melaporkan peristiwa, kita mendeskripsikan
sesuatu, kita bercerita, kita bersenda gurau dan lain-lain.
BAB 3. Memahami penalaran: berbagai pola penalaran
Kasus yang paling sederhana ;
Ini merupakan contoh nukilan penalaran yang memiliki struktur sangat sederhana :
Kerusakan pada lapisan ozon merupakan masalah internasional sehinga masalah itu hanya
bisa diselesaikan melalui persetujuan internasional.
Jelas sekali hanya ada satu alas an yang diajukan untuk mendukung sebuah kesimpulan-nya
ialah masalah itu hanya bisa diselesaikan melalui persetujuan internasional.
Member Alas an ‘Berdampingan’
Tentu saja jarang sekali orang beragama mendasarkan imamnya pada pertimbangan rasional
mengenai pandangan-pandangan dunia alternative. Hanya sedikit bukti yang meyakinkan untuk
mendukung keyakinan mereka tentang hal-hal yang gaib.
Dapat dikatakan nukilan penalaran ini menyajikan dua alas an untuk kesimpulan yang diambil
pengarang. Untuk kesimpulan dan pengarang menyajikan secara „berdampingan‟ untuk
mendukung kesimpulan. Maka kita bisa menggambarkan struktur penalaran ini sebagai berikut :
<alas an 1> dan <alas an 2> sehingga [kesimpulan]
4. ‘Rantai’ Penalaran
perhatikan contoh berikut :
Dalam contoh ini, jelas sekali struktur yang kita miliki adalah :
<Aalasan 1> sehingga ]kesimpulan 1] oleh karena itu [kesimpulan 2]
Dimana kesimpulan 1 juga menjadi alas an untuk kesimpulan kesimpulan 2.
Alas an yang Harus Dipakai Bersama-sama: Alasan’Bersama’
Umumnya ketika pengarang menyajikan dua atau lebih alas an berdampingan untuk mendukung
kesimpulan, dia melihat masing-masing alasan seperti memberi suatu dukungan terhadap
kesimpulan sendirian-bahkan tanpa alas an lain.
Terkadang anda mengerjakan semua latihan dalam buku ini dengan teliti itu dudah cukup
bagi anda untuk mendapat hasil yang baik dalam kuliah ini. Anda mengerjakan semua latihan
dengan itu dengan teliti. Sehingga anda akan memperoleh hasil yang baik dalam kuliah ini.
Dalam kasus ini kalimat pertama dan kedua member dua alas an „berdampingan‟ untuk
kesimpulan „anda akan memperoleh hasil yang baik dlam kuliah ini‟. Namun perhatikan alsan
pertama sendirian tidak member dukungan terhadap kesimpulan. Perhatikan argument:
Jika anda mengerjakan semua latihan dengan teliti itu sudah cukup bagi anda untuk
mendapatkan hasil yang baik dalam kuliah ini.. sehingga anda akan memperoleh hasil yang baik
dalam kuliah ini.
Jelas sekali alas an ini tidak mendukung kesimpulannya kecuali jika kita mengetahui
„anda mengerjakan semua latihan dengan teliti‟.
BAB 4. Memahami Penalaran: asumsi, lonteks, dan peta berpikir
Asumsi
Ketika seseorang mengajukan argument, penjelasan, atau jenis penalaran yang serupa, sangat
lazim baginya untuk membiarkan beberapa hal tidak disebutkan, emskipun dia yakin akan hal-hal
itu benar dan relevan dengan isunya, atau bahkan sangat penting bagi isu tersebut.
Peta Berpikir untuk Memahami dan Mengevaluasi Pemikiran
5. Ringkasan
Hampir semua argument riil membiarkan banyak hal tidak dikatakan banyak hal yang
tersembunyi tetapi tetap secara implisit diasumsikan. Kita menggunakan kata asumsi dalam
beberapa car, yang dijelaskan, tetapi perhatian utama kita disini adalah asumsi yang tidak
dinyatakan secara eksplisit asumsi asumsi yang implisit.
Konteks argument dapat menyediakan banyak latar belakang informasi. Hal ini dapat membantu
kita memahami argument, termasuk apa yang diasumsikan.
Implikasi dari apa yang telah kita diskusikan sejauh ini ialah ada banyak cara yang lebih efektif
untuk memikirkan isu-isu secara utuh daripada yang kebanyakan kita biasanya gunakan.
BAB 5. Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan dan gagasan.
Siapa Audiensnya (apa latar belakang pengetahuan dan keyakinan audiens yang dapat
diasumsikan)
Ketika anda berhadapan dengan situasi dimana anda merasa tidak jelas dengan apa yang
dimaksud seseorang, hal pertama yang mesti dilakukan adalah memahami semaampu anda sifat
masalah dan tujuan menyediakan klarifikasi. Lihat kembali contoh-contoh yang kita angkat
ketika memulai bab ini; contoh contoh itu mengemukakan masalah-masalah yang agak berbeda.
Jika anda tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan frase „makanan organik‟ bagaimana anda
menelusurinya? Barangkali konteks akan membantu konteks itu mungkin menyatakan bahwa
„makanan organik‟ adalah makanan-makanan yang diproduksi tanpa menggunakan pestisida
kimiawi dan pupuk buatan dan hal ini mungkin cukup untuk tujuan anda. Seandainya konteks
tidak membantu atau jika menginginkan banyak detail, bagaimana anda bisa mendapatnya ? kecil
kemungkinan kamus akan membantu anda.
Masalah yang Menuntut Klarifikasi dalam Penalaran
Kadang kala sebuah ungkapan bisa digunakan dalam konteks penalaran menurut cara yang
mengaburkan makna ungkapan yang sesungguhnya dan hal ini dapat menyesatkan para pimikir.
Ini merupakan contoh yang menggambarkan salah satu cara menyesatkan orang.
Satu satunya bukti yang dapat diberikan bahwa objek itu kelihatan ialah orang benar-
benar melihatnya. Satu-satunya bukti bahwa bunyi itu kedengaran ialah orang benar-benar
mendengarnya: dan memikirkan pula dengan sumber-sumber lain dari pengalaman.
Dengan cara yang sama, saya melihat, satu-satunya, bukti yang mungkin untuk
menunjukkan sesuatu diinginkan, ialah orang benar-benar mengininkannya.
BAB 6. Akseptabilitas alasan: termasuk kredibilitasnya
Akseptabilitas Klaim
Pertanyaan tentang aksepbilitas sering kali merupakan pertanyaan tentang kredibilitas, dimana
kita akan segera kembali ke pertanyaan itu kemudian. Namun demikian pertimbangan nilai dan
efisiensi bisa diterima atau ditolak tanpa menjadikan kredibilitas sebagai pokok persoalan.
6. Seberapa Pastikah Klaim ItuKadang kala, dalam menggungkapkan klaim, kita menggunakan
bahasa seperti berikut. „intuisi/keyakinan/opini/pandangan/tesis saya adalah . . . „ , saya
yakin/saya tidak bisa membuktikannya tetapi saya percaya . . . „ , faktanya ialah/menunjukkan . . .
„ , „saya mengamati/melihat . . . „ , „(dan lain-lain).