Dokumen tersebut merangkum berbagai konsep berpikir kritis, termasuk definisi berpikir kritis dari beberapa tokoh, pola penalaran, identifikasi alasan dan kesimpulan, asumsi, konteks, dan evaluasi penalaran. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pengantar tentang berpikir kritis secara umum.
1. UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
FAKULTAS EKONOMI
PROGAM STUDI MANAJEMEN
http://www.unusida.ac.id
Berfikir dan Menulis Ilmiah
BERPIKIR KRITIS:SEBUAH PENGANTAR
Senin 20 Maret 2017
syahrudinm888@gmail.com
Oleh:
M. Syahruddin
2. 1. Apa itu berpikir kritis? Bagaimana kita mengasahnya
Berpkir kritis ini diajarkan dan penerapannya secara langsung emplisit. Hal ini
dilakukan untuk meumbuhkan kesadaran siswa tentang berpikir kritis bukan hanya
dalam penerapan tidak langsung implisit seperti sistem belajar yang lampau.
Beberapa tokoh juga mendefinisikan pendapat mereka yang berbeda-beda
mengenai berpikir kritis seperti John Dewey,Edward Gleser,Robert Ennis,Richard
Paul,Michael Scriven .
Menurut John Dewey:
Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus) dan teliti mengenai sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut
alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi
kecenderungannya.
Menurut Edward Gleser:
Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal
yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Pengetahuan tentang
metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan semacam suatu
keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut
upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.
Menurut Robert Ennis:
Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa
yang mesti dipercaya atau dilakukan.
Menurut Richard Paul:
Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja
dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-
standar inteektual padanya.
Menurut Michael Scriven:
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
observasi dan komunikasi, informasi dan argumantasi.
Dalam berpikir kritis ini jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap komunikasi,
observasi dan sumber-sumber lainnya. Perlu juga adanya ketrampilan dalam
memikirkan asumsi-asumsi, manganalisa arguman dan gagasan dalam mengajukan
pertanyaan dan medebatkan isu-isu secara terus-menerus.
2. Mengidentifikasi Alasan dan Kesimpulan:Bahasa Penalaran
3. Dalam sebuah kasus yang akan disampaikan atau orang lain
sampaikan, ada kalanya jika argumen yang akan disampaikan duberi
alasa untuk diterima dan ini dinamakan mengargumatasikan sebuah
kasus atau menyajikan sebuah argumen. Namun, dalam penyampaian
arguman ini tidaklah semua oarang bisa paham akan maksud yang
akan anda bicarakan dan sebaliknya adapula yang akan mengerti dan
paham mengenai argumen yang telah dikemukakan.
Bahasa Penalaran I Ada kata-kata dan frase –frase tertentu yang
orang pakai secara khusus untuk menunjukkan bahwa mereka
mengemukakan alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan kata yang
begitu jelas orang pakai dalam konteks ini adalah kata ‘oleh karena
itu’. adapula contoh kata-kata sebagai berikut : sehingga...,
karenanya..., jadi..., sebagaikonsekuensinya..., yang membuktikan
/ memperlihatkan bahwa...., saya menyimpulkan bahwa...,
berdasarkan hal itu..., dan banyak frase lainnya. Kata-kata ini
semuanya digunakan untuk memperlihatkan pendapat yang
ditunjukkan lewat tanda titik-titik merupakan kesimpulan untuk
alasan-alasan yang dikemukakan. Pemakaian frasae ini disebut
juga indikator-indikator alasan dan indikator-indikator itu mencakup
kata-kata seperti: karena...., berdasarkan fakta bahwa..., alasan-
alasannya adalah..., pertama..., kedua..., dan banyak frasae lain
sepertiitu (di mana titik-titik menujukkan tempatterdapatnya alasan
yang diberikan) ketika ingin merujuk ke indikatro-indikator
kesimpulan.
Bahasa Penalaran II Setelah menyadari peran penting ‘oleh
karena itu’, ‘sehingga’ dan ‘karena’ memiliki peran khusus untuk
memberi petunjuk terhadap apa yang ingin kita sampaikan
mengenai argumentasi sebuah kasus. Maka, ada hal lain yang juga
memerankan fungsi penting dalam penalaran. Contoh:
a. Kadang-kadang kita mengakui kita membuat asumsi-asumsi
dengan mengatakan ‘saya berasumsi bahwa....dikatakan /
diandaikan bahwa....
b. Ketika penalaran kita berbicara tentang penjelasan sebab-akibat
dengan mengatakan ‘.....menjelaskan mengapa...’ ‘itulah
sebabnya...’
Dan sebagainnya.
Dengan menyisipkan kata-kata diatas dapat membantu supaya tulisan
atau pembicaraan kita masuk akal.
4. 3. Berbagai Pola Penalaran
Kasus yang paling sederhana
Contoh: kerusakan pada lapisan ozon merupakan masalah
internasional1
sehingga2
masalah itu hanya bisa diselesaikan melalui persetujuan
internasioanl.
Ada satu alasan yang diajukan untuk mendukung sebuah
kesimpulan
<alasan>1
dan <kesimpulan>2
Memberi alasan berdampingan
Contoh: tentu saja jarang sekali orang beriman mendasarkan imannya
pada pertimbangan rasional mengenai pandangan-pandangan dunia
alternatif. Hampir semua penganut agama mengikuti agama dari
orang-orang yang hidup diantara mereka, apakah itu Kristen, Hindu,
Muslim atau apa saja. Dan tambah lagi, hanya ada sedikit butki
yang meyainkan untuk mendukung keyakinan mereka
mendukung hal-halgaib.1&2
Ada dua alasan untuk sebuah kesimpulan
<alasan>1
dan <kesimpulan>2
saling berdampingan
Rantai Penalaran
Contoh: menanam tanaman pangan yang dimodifikasi secara genetis
akan memampukan para petani untuk memakai bahan pembasmi
rumput liar yang lebih kuat, sehingga1
akan terjadi pengurangan yang
cukup besar pada jumlah dan kepadatan benih rumput liar di ladang
pertanian. Jadi2
, mungkin kebanyakan burung di daerah pertanian
yang bergantung pada benih-behin ini untuk bertahan selama musim
dingin akan smakin berkurang lagi.
Ada dua kesimpulan
<alasan 1> sehingga [kesimpulan 1] jadi [kesimpulan 2]
Hipotesis dan Kalimat Lain yang Kompleks
5. Contoh: entah kepala sekolah A atau sekretaris B yang mencuri uang
itu.
Kalimat seperti ini ‘entah’, kadang-kadang dikatakan sebagai kalimat
disjungsi atau pemisahan, dan hal penting yang perlu diingat ketika
menganallisa sebuah argumen ke dalam alasan-alasan dan
kesimpulan-kesimpulan ialah bahwa pemisahan-pemisahan itu tidak
bolehdipisahkan ketika mneganalisis argumen, hal penting yang harus
dilakukan adalah hipotesis-hipotesis tidak boleh dipisahkan seolah-
olah mereka meyajikan alasan dan kesimpulan
4. Penalaran Mengenai : asumsi, konteks, dan peta berpikir.
a. Asumsi
Dalam erpendapat atau berargumen ada beberapahal yang dianggap
benar dan bisa diterima atau bisa meyakinkan tentang pendapat.
Namu, bebrapadari kita tidak dapat menyampaikannya dan dalam arti
tertentu disebut diasumsikan. Biasanya, dalam hal ini menggunakan
kata ‘asumsi’ inilah yang dimaksud asumsi adalah keyakinan yang
secara jelas diterima oleh pembicara atau penulis tetapi mereka tidak
menyatakannya.
b. Konteks
Argumen, penjelasan, dan sebagainya selalu dikemukakan dalam
suatu konteks dan konteks itu mengandung segalamacam asumsi,pra
anggapan, latar belakang keyakinan, fakta yang relevan untuk
menafsir apa yang dimaksudkan, aturan, tingkah laku dan lain-lain.
Konteks klaim dapat membantu menafsir makna. Konteks historis
membantudalam mengintrepretasidan mengevaluasi.Secara singkat,
konteks argumen dapat mempengaruhi interpretasi dan evaluasinya,
terutama karena konteks tersebut menyediakan asumsi, pra-asumsi,
dan latar belakang infromasi lain.
c. Peta Berpikir untuk Memahami dan Mengevaluasi Pemikiran
Meskipun dalam hal ini memahani dan mengambil kesimpulan utama
bukanlah hal yang diharuskan tetapi hal ini yang membantu utnuk
mengenali apa yang akan disampaikan. Berpikir kritis juga
mengajarkan kita dan menuntut untuk mempertimbangkan setiap
gagasan yang relevan lain yang dapat membantu untuk menuju
pemikiran sampai pada penilaian yang baik terhadap hal itu
sepenuhnya. Oleh sebab itu, ketika mempertimbangan setiap isu di
mana penilaian kita bermakna, kita mesti memperhatikan semua
6. gagasan yang relevan semampukita. Hal ini menyatakan secara tidak
langsung bahwa seseorang yang memiliki banyak pengetahuan
tentang isu-isu terkait, dan begitu imajinatif tentang kemungkinan-
kemungkinan, cenderung mengambil keputusan berdasarkan alasan
yang baik dan logis ketimbang seorang yang memiliki sedikit
pengetahuan dan imajinatif.
5. Mengklarifikasi & menginterpretasi pernyataan dan gagasan
Berbagai isu , berita dan konflik sehari-hari tentu harus mempunyai bukti
yang jelas dan sebagaiproses nerpikirkritis hal ini sangat diperlukan. Ada
perlunya proses penalaran dalam menagnggapi hal ini. Proses penaaran
sering kali memerlukan klarifikasi. Makna istilah-istilah yang digunakan,
atau klaim-klaim yang dibuat, tidak jelas, kabur, tidak tepat dan bermakna
ganda. Agar dapat menilai argumen secarakritis pertama-tama kita harus
memahaminya. Hal ini berarti bahwa tidak hanya memahamidengan jelas
alasa-alasan, kesimpulan-kesimpulan, dan asumsi-asumsi yang
dipresentasikan, tetapi juga memahami dengan jelas maksud semuanya
ini. Pahami dahulu frasee yang digunakan bila perlu gunakan kamus
besar bahasa indonesia sebagaiacuan untuk mengetahui kata apa yang
belum dimengertidan pahamilah artinya utnuk petunjuk untuk memahami
sebuah isu atau berita dan lainnya. Hal lain yang diperhatikan adalah:
o Apa masalahnya (kekaburan, ambiguitas, kebutuhan akan
contoh, atau apa)
o Pahamilah audiensnya (latar belakang pengetahuan dan
keyakinan audiens yang dapat diasumsikan)
o Berdasarkan audiensnya, apakah yang akan memberikan
cukup klarifikasi untuk tujuan terkini
o Berapa banyak detail yang dibutuhkan audiens dalam
situasi ini
o Masalah yang menuntut klarifikasi dalam penalaran
o Maksud
6. Akseptabilitas alasan: termasuk kreadibilitasnya
Sebelumnya telah dibahas mengenai hal penalaran dan sekarang
pembahasanmengenaievaluasi penalaran. Kalau seseorang memberi
alasan-alasan yang bertujuan untuk meyakinkan akan suatu titik
pandang (kesimpulan, penjelasan, rekomendasi,interpretasi, atau apa
7. saja), tidak hanya akan memahami saja, tetapi juga mengmbil posisi
mengevaluasi utnuk menentukan apaka itu penalaran yang baik,
apakah kita seharusnya diyakinakan oleh penalaran itu.
a. Akseptabilitas pertanyaan disesuaikan konteks
Jika terjadi komunikasi dan perdebatan mengenai suatu isu dan ada
beberapa orang yang mengatakan kesimpulannya seperti ini.
Kebanyakan pendengarhanya akan mengikutinya tanpa menganalisis
terlebih dahulu. Hal ini biasanya terjadi ketika dalam konteks
percakapan informal. Namun, jika ingin memperoleh kebenaran
mengenai isu-isu penting, maka harus lebih sistematik. Proses yang
lebih sistematik dan pendekatan yang lebih terampil dalam
mengevaluasi argumen.
b. Akseptabilitas Klaim
Pertanyaan tentang akseptabilitas sering kali merupakan pertanyaan
tentang kreadibilitas, di mana kita akan segerakembali ke pertanyaan.
Maksudnya, alasan-alasan yang diberikan utnuk beberapakesimpulan
dituntut pengetahuan dan menganalisis pertanyaan. Dalam
menganalisis akseptabilitas klaim ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
Seberapapastikah klaim itu
Apakah konteks klaim itu mempengaruhiakseptabilitasnya
Apakah kalim itu membutuhkan keahlian/penelitian untuk
menentukan
Apakah kalim itu secara luas dikenal atau diyakini
Seberapa baiknya klaim itu cocok dengan keyakinan kita
lainnya
Apakah klaim itu dari sumberyang dapat dipercaya