Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalisasi jumlah guru BK dan membangun image guru BK yang lebih baik dengan mengembangkan aplikasi bimbingan konseling bernama Sapu Lidi yang memiliki fitur PEBI untuk konseling kelompok dan PERI untuk konseling mandiri secara anonim.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
naskah presentasi.pptx
1. Shireen: Disini, kami akan mempresentasikan hasil penelitian kami untuk
OPSI 2022 tentang Sarana Pemulihan Diri melalui aplikasi Sapu Lidi.
Shireen: Yang pertama, latar belakang masalah.
Shireen: Peran BK di sekolah antara lain membantu mengenali diri
sendiri, menentukan cita-cita dan tujuan hidup, membantu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi siswa.
Shireen: Namun kenyataannya guru BK disini memiliki Image yang
berbeda dari peran yang seharusnya. guru bk cenderung memiliki image
sebagai sosok yang mengerikan.
Image guru BK bagi para siswa terkesan menyeramkan (negatif), suka
mengatur kedisiplinan siswa, Serta masih banyaknya siswa siswi yang
beranggapan bahwa guru BK di sekolah hanya sebagai polisi yang
menangani siswa yang bermasalah saja.
Hal inilah yang membuat image guru BK negatif di mata para siswa dan
warga sekolah.
2. •Shaina: Berdasarkan permasalahan tersebut,
guru BK diharapkan dapat membangun
personal branding agar dapat menghilangkan
image negatif bagi siswa.
•Personal branding yang dimaksud di sini
adalah upaya untuk menciptakan persepsi
atau sudut pandang siswa yang baik terhadap
guru BK dengan tujuan untuk meningkatkan
kredibilitas (kepercayaan) siswa terhadap guru
BK.
3. • Shaina : Selain permasalahan image, jumlah guru BK juga
menjadi permasalahan yang membuat pelayanan menjadi
kurang maksimal. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara ketua
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah kota Samarinda
menunjukkan bahwa di setiap sekolah terdapat setidaknya 1
sampai 2 guru BK, bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali,
atau perannya digantikan oleh guru mata pelajaran lain. Data
tersebut menunjukan bahwa jumlah guru BK di Samarinda tidak
ideal. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan
Konseling yang berisi tentang tugas guru BK idealnya hanya
bisa menangani 150-160 siswa ekuivalen dengan 24 jam
pelajaran. Kesenjangan ini membuat tidak semua siswa
mendapatkan pelayanan yang maksimal dari guru BK.
4. • Shaina: Tentu hal ini menjadi masalah yang penting bagi
kami.
• Shaina: Hal tersebut membuat kami terinspirasi untuk
mengembangkan Aplikasi Bimbingan dan Konseling di
sekolah yang kami beri nama “Sarana Pemulihan Diri”
(Sapu Lidi).
• Hasil analisis kebutuhan terkait pengembangan Aplikasi
Sapu Lidi menunjukkan bahwa 83 dari 106 siswa di SMPN
1 Samarinda tertarik untuk menggunakan Aplikasi tersebut.
• Para siswa berpendapat bahwa kehadiran aplikasi ini dapat
memfasilitasi kegiatan konsultasi tanpa ada rasa keraguan
dan takut.
• Aplikasi ini juga diharapkan dapat mempermudah dan
mengoptimalkan jumlah guru BK yang ada, mengubah
image guru bk menjadi lebih baik, sehingga setiap siswa
mendapatkan pelayanan yang maksimal.
5. Tujuan Penelitian
•Shelly: Berdasarkan uraian diatas,
maka didapat tujuan dari penelitian
ini ialah:
• 1. Mengoptimalisasi jumlah guru BK
yang sedikit, dan
•2. Membangun image guru BK
menjadi lebih baik
6. •
Metode penelitian
• Shelly: Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode
pengembangan. Untuk alurnya dapat dilihat pada gambar 1 di sebelah kanan saya.
• Shelly: Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2022 bertempat pada
lingkungan SMP Negeri 1 Samarinda.
• Shelly: Metode pengumpulan data menggunakan penyebaran kuisoner, wawancara,
dan observasi.
• Shelly: Selanjutnya, untuk alat yang kami gunakan terdiri dari: komputer dekstop atau
laptop, Akses Internet, Akun Google, Instagram, NGL, dan Canva.
• Shelly: Sedangkan, untuk bahan yang kami gunakan, yaitu konten video dari Youtube
SPANSA One TV & Satu Persen Indonesia, konten audio dari Spotify, konten teks dari
Google, serta gambar bahan pembuatan ikon tombol dan banner.
• Shelly : berikut adalah langkah langkah pembuatan aplikasi
7.
8. • Program & Fitur
• Shaina: dari hasil tersebut yang menjadi dasar untuk mengembangkan
aplikasi sapu lidi
• Shaina: desain aplikasi yang kami rancang adalah sebagai berikut :
• Shaina: PEBI (Pemulihan Terbimbing) adalah program yang
dilakukan setiap akhir semester. Hal ini dilakukan untuk
mengoptimalkan jumlah guru bk yang sangat terbatas di SMP
Negeri 1.
• Guru BK akan membagikan angket permasalahan belajar yang akan
diisi oleh siswa dan akan dilakukan pengolahan data terkait hasil
angket serta pengelompokan masalah untuk dilakukan tindakan
konseling kelompok.
9. • Shaina: Sedangkan PERI (Pemulihan Mandiri) adalah program bagi siswa
yang ingin mencurahkan permasalahan umum yang dialami secara
anonym
• setelah itu guru BK akan melakukan pengelompokan permasalahan
berdasarkan kategorinya dan memberikan penguatan serta solusi terkait
permasalahan yang disampaikan melalui media sosial Instagram setiap
hari Minggu.
• menurut bapak sutoyo pengunaan user anonim membuat pengguna
tidak perlu berpura-pura, tidak ada perasaan terpaksa, dan tidak adanya
keterbatasan untuk menunjukkan jati diri yang sesungguhnya .
• Berdasarkan survei pendapat yang kami sebarkan, salah satu alasan
mengapa siswa menyarankan agar menambahkan fitur anonim karena
mereka ingin menjaga privasi diri namun tetap dapat mengeluarkan
keluh kesah tanpa diketahui.
• Untuk permasalahan yang paling banyak dialami siswa, guru BK akan
melakukan penguatan dengan memberikan konten-konten motivasi dan
tips untuk mengatasi permasalahan tersebut
10. • Shelly: Fitur selanjutnya yang terdapat pada aplikasi Sapu
Lidi yakni konten penguatan diri, yang terdiri dari konten
video, audio, dan teks.
Menurut (Mulyati & Istirahayu, 2016) berpendapat jenis-jenis
gaya belajar yaitu: (1) Gaya Belajar Visual (Belajar dengan
cara melihat);
(2) Gaya Belajar Auditorial (Belajar dengan cara mendengar).
Fitur ini kami sediakan untuk mencegah terjadinya
permasalahan belajar, psikologi, menumbuhkan motivasi
belajar, memenuhi kebiasaan belajar siswa yang berbeda–
beda, serta agar siswa dapat mengakses bentuk konten
yang bervariasi dan tidak membosankan.
Berikut adalah tampilan dari aplikasi yang kami kembangkan
11. •Selanjutnya saya akan menyampaikan
terkait hasil penilan yang dilakukan oleh
ahli materi dan media dapat dilihat pada
table berikut.
•Validator yang kami pilih adalah ibu Hanik
Atum Muzayanah, S.Psi, M.Psi selaku ahli
di bidang konseling dan psikologi dan ahli
media bapak Syamsudin, S.Pd, M.Psi
selaku ahli media.
12. • Implementasi
• Hasil implementasi program sapu lidi disini mendapatkan respon
yang cukup baik
• Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
responden yang menggunakan sapu lidi khususnya fitur peri
menyatakan bahwa aplikasi ini sangat membantu kami selaku siswa
untuk melakukan konseling tanpa adanya rasa tekanan, takut, dan
malu terkait masalah yang dimiliki.
• Hasil wawancara dari guru bk ibu ulfa juga menyatakan bahwa sapu
lidi ini khususnya fitur pebi sangat membantu beliau selaku guru bk
untuk melaksanakan pekerjaannya untuk mengidentifikasi
permasalahan siswa yang dialami siswa,
• sehingga dapat dilakukan penanganan lebih cepat.
13. • Kesimpulan
• Shelly: Berdasarkan hasil penelitian kami, dapat disimpulkan
sebagai bahwa:
• Shelly: Penggunaan aplikasi Sapu Lidi dengan fitur PEBI
(Pemulihan Terbimbing) dapat mengoptimalkan fungsi dari guru
BK untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki masalah yang
sama, khususnya motivasi belajar rendah agar guru BK dapat
segera memberikan layanan konseling secara berkelompok.
• Shelly: Dan juga, Penggunaan aplikasi Sapu Lidi dengan fitur
PERI (Pemulihan Mandiri) dapat membantu guru BK untuk
meningkatkan kepercayaan siswa dan menjadikan image guru
BK menjadi lebih baik.