Struktur pasar beras di Kabupaten Malang cenderung oligopsoni, di mana empat pedagang terbesar memiliki pangsa pasar sebesar 68,37%. Struktur ini menempatkan petani pada posisi lemah sebagai price taker, sehingga harga ditentukan oleh pedagang.
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malang
1. ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN MARGIN PEMASARAN
PADA KOMODITI BERAS (Oryza Sativa L.) DI KABUPATEN MALANG
(Studi Kasus di Pasar Gadang, Pasar Tumpang dan Pasar Lawang Kabupaten Malang)
Dwita Indrarosa
ABSTRAK
Sistem pemasaran komoditi pertanian, tidak terkecuali beras sangat kompleks, sehingga pemasarannya menjadi sulit (rumit) dan mahal, karena komoditi pertanian dihasilkan dalam jumlah kecil dan beragam jenisnya, kualitas komoditi pertanian yang tidak seragam, komoditi pertanian dihasilkan secara musiman dan di daerah yang jauh dari konsumen. Diperlukan perhatian yang serius terhadap pemasaran, namun kenyataannya fungsi-fungsi pemasaran tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, sehingga efisiensi pemasaran menjadi rendah. Oleh karena itu perlu adanya kajian tentang struktur pasar dan margin yang terjadi di pasar.
Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran beras di kecamatan Tumpang adalah persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada pasar oligopsoni. Struktur pasar tersebut juga ditunjukkan dengan informasi pasar yang tidak menyebar secara merata dan tingkat konsentrasi berada diantara 40%- 80%, yakni sebesar 68,37%. Struktur pasar tersebut memposisikan petani pada pihak yang lemah sebagai price taker, sehingga penentuan harga didominasi oleh pedagang pengumpul.
Kata Kunci : Beras, Pemasaran, Struktur Pasar, Malang
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar oleh konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga. (Mubyarto ,1989).
Salah satu komoditi pertanian yang selalu mendapat perhatian pemerintah adalah beras, karena beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Berbagai daerah telah mengalami
2. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
2
perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok ke beras. Perubahan kebutuhan bahan makanan ini disamping karena kemajuan teknologi di bidang pertanian, juga karena alasan lain misalnya kelezatan, kandungan nilai energi dan lain sebagainya dari beras (AAK, 1990). Selain sebagai bahan makan pokok yang bernilai ekonomi, beras juga mempunyai nilai politik (komoditi politik), yang dapat mempengaruhi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika terjadi kelangkaan beras akan menyebabkan instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian beras di Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi, sehingga masalah perberasan di Indonesia telah menyita banyak perhatian berbagai kalangan, terutama pemerintah.
Kecamatan Tumpang merupakan daerah penghasil beras di Kabupaten Malang Jawa Timur. Dari data yang diperoleh dari BPS, bahwa pada tahun 2010 berhasil diproduksi sebanyak 5-6 ton per hektar. Permintaan beras semakin meningkat namun demikian kondisi harga di masyarakat petani masih rendah sehingga menyebabkan pendapatan petani yang rendah. Hal ini disinyalir oleh adanya permainan harga yang dilakukan oleh para pedagang atau tengkulak dan hal inilah yang menyebabkan harga ditingkat konsumen menjadi tinggi.
Diperlukan perhatian yang serius terhadap pemasaran, namun kenyataannya fungsi-fungsi pemasaran tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, sehingga efisiensi pemasaran menjadi rendah. Ini diperparah lagi dengan ketrampilan dari para pelaku pasar untuk melakukan pemasaran secara efisien masih terbatas (Soekartawi (1993). Pemasaran beras tidak berpihak kepada petani, dimana petani menerima harga yang rendah, sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Hal ini sebagai konsekuensi dari struktur pasar oligopsoni yang terjadi di tingkat petani produsen dan struktur pasar oligopoli di tingkat konsumen.
3. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
3
1.2. Perumusan Masalah
Menurut Irawan (2006), ada dua struktur pasar yang mengatur mekanisme distribusi beras, mulai dari produsen sampai ke konsumen. Struktur pasar yang dimaksudkan adalah pasar oligopsoni dan pasar oligopoli. Selanjutnya, Irawan (2006) mengatakan bahwa dalam struktur pasar oligopsoni posisi penjual (petani) amat lemah dimana secara institusional tengkulak adalah price maker yang bisa menekan harga di tingkat petani, sedangkan dalam struktur pasar oligopoli posisi konsumen lemah, karena lagi-lagi pedagang besar sebagai price maker dan konsumen hanya berposisi sebagai penerima harga (price taker). Dari pernyataan Irawan (2006) tersebut, dapat dikatakan bahwa sebagai penerima harga (price takker), baik petani maupun konsumen tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga. Harga yang terbentuk ditetapkan oleh pedagang. Konsekuensinya adalah petani dan konsumen dieksploitasi oleh para pedagang. Dimana petani selalu menerima harga jual rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Pembagian margin tidak adil dan share harga yang diterima oleh petani rendah, sedangkan para pedagang memperoleh keuntungan yang besar. Walaupun demikian, kehadiran para pedagang perantara tidak dapat dihindarkan, karena peranan mereka sebagai penghubung antara petani produsen dengan konsumen.
Pemasaran beras di kecamatan Tumpang didominasi oleh para pedagang perantara. Hal ini disebabkan oleh ciri khas dari komoditas beras, yaitu bersifat musiman, diusahakan dalam skala kecil, dan di tempat yang jauh dari konsumen. Arifin (2006) mengatakan bahwa distribusi beras sangat tidak efisien dan menyisahkan fenomena asimetri pasar yang menjadi kendala serius pembangunan ekonomi. Lanjutnya, ini disebabkan oleh struktur pasar beras
4. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
4
sangat tidak sehat dan sangat tidak simetris, karena perbedaan informasi yang dimiliki para pelaku ekonomi perdagangan beras.
II. METODE DAN BAHAN PENGKAJIAN
2.1 Tempat dan Waktu Pengkajian
Pengkajian ini dilaksanakan di Kecamatan Tumpang Kab Malang, Propinsi Jawa Timur. Selain itu juga dipilih dua pasar, yaitu pasar Lawang dan pasar Gadang, dengan pertimbangan kedua pasar tersebut menjual beras produksi Kecamatan Tumpang. Pengkajian lapangan dilakukan selama bulan September-Oktober 2010.
2.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam pengkajian ini adalah petani beras (padi) dan lembaga pemasaran. Penentuan sampel petani beras dilakukan secara probability sampling dengan teknik stratified random sampling berdasarkan luas lahan sawah yang diolah. Ukuran sampel petani beras diambil secara proposional, yaitu sebesar 20% dari populasi petani beras. Oleh karena itu ukuran sampel petani beras sebanyak 120 orang, dengan distribusi sebagai berikut:
Luas lahan ≤ 0,25 ha sebanyak 67 orang (jumlah populasi 335 orang).
Luas lahan 0,26–0,50 ha sebanyak 37 orang (jumlah populasi 183 orang).
Luas lahan 0,51-0,75 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 29 orang).
Luas lahan 0,76–1 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 30 orang).
Luas lahan > 1 ha sebanyak 4 orang (jumlah populasi 18 orang).
5. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
5
2.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian ini diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Data yang akan dijaring meliputi data struktur pasar (seperti volume beras yang diperdagangkan, hambatan masuk keluar pasar, akses informasi pasar), saluran dan lembaga-lembaga pemasaran, margin pemasaran (seperti harga jual, harga beli, biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran), berbagai informasi tentang sarana dan prasarana pemasaran beras (seperti jalan raya, alat transportasi, dan peralatan komunikasi).
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instasi terkait, seperti dari Kantor Camat, BKP3 Malang, Biro Pusat Statistik TTU, serta berbagai pustaka yang bertalian dengan pengkajian ini. Data sekunder berupa data harga beras secara deret waktu (time series) bulan/tahun selama kurun waktu 5 tahun mulai dari tahun 2005–2010.
2.4 Metode Analisa Data
Data yang telah terkumpul, ditabulasi kemudian dianalisis struktur pasar, saluran pemasaran, marjin pemasaran, dan integrasi pasar horisontal dan integrasi pasar vertikal.
1.Struktur Pasar
Analisis struktur pasar pada pemasaran beras di Kecamatan Tumpang meliputi deskriptif kualitatif dari hambatan masuk-keluar pasar (barriers to entry) dan pengetahuan atau informasi pasar dan analisis kuantitatif yang dilakukan melalui Market Share, dan CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four).
6. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
6
a. Analisis Market Share dan Konsentrasi rasio
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajad konsentrasi pembeli dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar petani produsen terhadap pembeli.
Kriterianya:
Monopoli murni, bila 1 perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.
Perusahaan dominan, bila memiliki 50-100% dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat.
Oligopoli ketat, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 60-100% dari pangsa pasar.
Oligopoli longgar, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 40% atau kurang dari 60% pangsa pasar.
Persaingan monopolistik, bila banyak pesaing yang efektif tidak satupun yang memiliki > 0% pangsa pasar.
Persaingan murni, lebih dari 50 pesaing, tapi tidak satupun yang memiliki pangsa pasar berarti.
b. Indeks Herfindahl
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar petani (penjual) terhadap pedagang (pembeli). Secara matematis Indeks Herfindahl dirumuskan sebagai berikut:
IH = (S1)2 + (S2)2 + .... + (Sn)2
Dimana :
IH = Indeks Hefindahl
S1,S1....Sn= Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-1, ke-2.....ke-n
7. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
7
n = Jumlah pelaku perdagangan beras, dalam pengkajian ini untuk
pedagang pengumpul sebanyak 8 dan n untuk pedagang penecer
sebanyak 10.
Kriterianya :
Jika IH = 1, maka pasar mengarah pada monopsonistik.
Jika IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna.
Jika 0 < IH < 1, maka pasar mengarah oligopsonistik
c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four)
CR4 digunakan untuk mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli
terbesar dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum
gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar penjual terhadap pembeli,
dengan rumus:
total MS
4
......... MS
1
MS
CR4 =
Dimana:
CR4 = Concentration Ratio for Biggest Four
MS1......MS4 = Market share dari pedagang ke-1 sampai ke-4
Kriterianya:
Jika CR4 < 20%, maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna.
Jika 20% ≤ CR4 < 40%, maka struktur pasar bersifat monopolistik.
Jika 40% ≤ CR4 < 80%, maka struktur pasar bersifat oligopsoni.
Jika CR4 > 80%, struktur pasar cenderung monopsoni.
Dalam pengkajian ini, formula perhitungan CR4 tersebut berlaku untuk
setiap lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang
pengecer.
8. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
8
Analisis struktur pasar secara kualitatif, meliputi analisis hambatan masuk keluar pasar (barriers to entry) dan tingkat pengetahuan atau informasi pasar. Bentuk pasar yang terjadi berdasarkan hambatan masuk keluar pasar dapat dikategorikan atas:
1 Pasar persaingan sempurna, jika lembaga pemasaran mudah masuk keluar pasar.
2 Pasar monopoli, jika tertutup kemungkinan padagang lain untuk memasuki pasar.
3 Pasar oligopoli, jika padagang sulit untuk masuk pasar.
Kriterianya:
Jika tidak ada ikatan antara petani dengan pedagang, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna.
Jika ada ikatan yang sangat kuat antara petani dengan pedagang, maka pasar mengarah pada monopoli.
Jika ikatan antara petani dengan pedagang tidak terlalu kuat, dimana petani masih mempunyai kesempatan untuk menjual ke pedagang- pedagang lain, maka pasar mengarah pada oligopoli.
Saluran pemasaran adalah aliran atau arus mengalirnya beras dari produsen ke konsumen. Dalam pengkajian ini akan dideskripsikan saluran pemasaran, sejak beras berada di tangan produsen sampai ke tangan konsumen. Adapun data yang digunakan adalah data primer, baik yang berasal dari petani beras maupun lembaga pemasaran beras.
2.Analisis Margin Pemasaran
Margin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh
9. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
9
produsen untuk produknya. Margin pemasaran dapat pula merupakan biaya dari
jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran
dari jasa-jasa pemasaran. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai
berikut:
1. Marjin Pemasaran
M = Pr – Pf atau M = Σ(ΣC + ΣΠ)
Dimana :
M = Margin pemasaran merupakan marjin total
Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp/Kg)
Pf = Harga di tingkat petani produsen (Rp/kg)
C = Biaya-biaya pemasaran
Π = Keuntungan lembaga pemasaran
2. Share Harga yang Diterima oleh Petani
x100%
He
Hp
Lp =
Dimana :
Lp = Bagian (%) harga yang diterima petani
He = Harga pada tingkat pengecer
Hp = Harga pada tingkat petani
3. Share Harga yang Diterima oleh Lembaga Pemasaran
x100%
r
P
i
-Pb
i
Pr
=
i
SPr
Dimana:
SPri = Share harga di tingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)
Pri = Harga ditingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)
Pbi = Harga beli lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)
Pr = Harga ditingkat pengecer
10. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Struktur Pasar
Struktur pasar menunjukkan bagaimana suatu pasar terorganisasi berdasarkan pada karakteristik yang menentukan hubungan antara berbagai penjual di pasar, antara berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di pasar, sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan persaingan dan penentuan harga di pasar.
Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu tingkat konsentrasi pembeli dan penjual, barriers to entry dan pengetahuan pasar.
3.2 Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual
Pemasaran beras di kecamatan Tumpang melibatkan peran aktif pedagang perantara yang menghubungkan petani produsen dengan konsumen.
a. Market Share
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui market share dan derajad konsentrasi pasar di lokasi pengkajian, sehingga dapat diketahui gambaran umum dari posisi tawar petani terhadap pembeli.
Market share terbesar pada tingkat pedagang pengumpul terdapat pada pedagang pengumpul dengan market share sebesar 0,2545 dengan konsentrasi rasio sebesar 25,45%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 69.983 kg/musim tanam, sedangkan market share terendah berada pada pedagang pengumpul dengan market share sebesar 0,0535 dengan konsentrasi rasio sebesar 5,35%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 15.000 kg/musim tanam.
11. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
11
Market share terbesar pada tingkat pedagang pengecer terdapat pada pedagang pengecer dengan market share sebesar 0,1903 dengan konsentrasi rasio sebesar 19,03%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 36.529 kg/musim tanam, sedangkan market share terendah terdapat pada pedagang pengecer dengan market share sebesar 0,0354 dengan konsentrasi rasio sebesar 3,54%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 6.790 kg/musim tanam.
Tabel 1. Perhitungan Market Share dari Empat Pedagang Pengumpul dan Empat Pedagang Pengecer Beras Terbesar
No
Jumlah Penjualan Beras (Kg)
Market Share
Konsentrasi Rasio (%)
Pedagang Pengumpul
1
2
3
4
69.983
48.000
35.000
35.000
0,2545
0,1746
0,1273
0,1273
25,45
17,46
12,73
12,73
Jumlah
187.983
0,6837
68,37
Pedagang Pengecer
1
2
3
4
36.529
34.484
31.091
20.294
0,1903
0,1796
0,1620
0,1057
19,03
17,96
16,20
10,57
Jumlah
122.398
0,6376
63,77
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan market share dapat diketahui bahwa market share dari empat pedagang pengumpul sebesar 0,6837 dengan konsentrasi rasionya sebesar 68,37%, sehingga struktur pasar yang terjadi mengarah pada oligopsoni ketat. Sedangkan market share dari empat pedagang pengecer sebesar 0,6376 dengan konsentrasi rasion sebesar 63,76%, sehingga struktur pasar yang terjadi mengarah pada oligopsoni ketat.
12. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
12
b. Indeks Herfindahl
Analisis Indeks Herfindahl bertujuan untuk mengetahui derajad konsentrasi pembeli di lokasi pengkajian, sehingga dapat diketahui gambaran umum kekuatan posisi tawar petani (produsen) terhadap pembeli.
Tabel 2 . Nilai Indeks Herfindahl
No
Jumlah Penjualan Beras (Kg)
Market Share
IH
Pedagang Pengumpul
1
2
3
4
5
6
7
8
69.983
48.000
35.000
35.000
32.000
23.000
17.000
15.000
0,2545
0,1746
0,1273
0,1273
0,1164
0,0836
0,0618
0,0535
0,0648
0,0305
0,0162
0,0162
0,0135
0,0070
0,0038
0,0029
Jumlah
267.000
1,0000
0,1549
Pedagang Pengecer
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
36.529
34.484
31.091
20.294
15.931
13.701
12.610
10.802
9.745
6.790
0,1903
0,1796
0,1620
0,1057
0,0830
0,0714
0,0657
0,0563
0,0508
0,0354
0,0362
0,0323
0,0262
0,0112
0,0069
0,0051
0,0043
0,0032
0,0026
0,0013
Jumlah
191.977
1,0000
0,1292
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan Indeks Herfindahl dapat diketahui bahwa nilai Indeks Herfindahl pedagang pengumpul sebesar 0,1549, sehingga struktur pasarnya mengarah pada oligopsonistik. Sedangkan nilai Indeks Herfindahl pedagang pengecer sebesar 0,1292, sehingga struktur pasarnya mengarah pada oligopsonistik.
13. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
13
c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four)
Analisis CR4 bertujuan untuk mengetahui derajad konsetrasi empat pembeli terbesar di lokasi pengkajian, sehingga dapat diketahui posisi tawar petani produsen terhadap pembeli.
Tabel 3 . Nilai CR4
No
Jumlah Penjualan Beras (Kg)
Market Share
Konsentrasi Rasio (%)
Keterangan
Pedagang Pengumpul
1
2
3
4
69.983
48.000
35.000
35.000
0,2545
0,1746
0,1273
0,1273
25,45
17,46
12,73
12,73
Jumlah
187.983
0,6837
68,37
Oligopsoni
Pedagang Pengecer
1
2
3
4
36.529
34.484
31.091
20.294
0,1903
0,1796
0,1620
0,1057
19,03
17,96
16,20
10,57
Jumlah
122.398
0,6376
63,76
Oligopsoni
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Struktur pasar pada pedagang pengumpul dan pedagang pengecer adalah oligopsoni dengan nilai CR4 masing-masing sebesar 68,37% dan 63,76%.
Analisis struktur pasar dengan tiga metode di atas menunjukkan bahwa struktur pasar beras di Kecamatan Tumpang berada pada persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada oligopsoni. Struktur pasar ini menyebabkan posisi tawar dari petani selalu lemah dibandingkan dengan posisi tawar para pedagang, terutama dalam kesempatannya untuk memperoleh harga yang layak. Petani selalu diposisikan sebagai penerima harga (price taker). Sebagai price takker, petani tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga jual dari produknya.
14. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
14
3.3 Hambatan Masuk Keluar Pasar (Barriers to Entry)
Hubungan antara petani dengan lembaga pemasaran sudah terjalin dalam waktu yang cukup lama. Hubungan ini bukan saja dilandasi pada faktor ekonomi namun juga faktor sosial. Dengan demikian telah terjadi ikatan antara petani dengan pedagang pengumpul yang cukup erat.
3.4 Saluran dan Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran dalam mengalirkan beras dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk beberapa saluran pemasaran. Adapun saluran pemasaran beras di daerah pengkajian ditampilkan pada gambar 4.
Petani
Gabah
Petani
Beras
Pedagang
Pengumpul
Pengecer
Gadang
Pengecer
Lawang
Konsumen
Lawang
Konsumen
Lawang
Pedagang
Pengumpul
Konsumen
Gadang
Konsumen
Lawang
Konsumen
Gadang
Konsumen
Lokal
Gambar 4. Saluran Pemasaran Beras di Tumpang
15. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
15
Dari gambar 4, dapat diuraikan 5 saluran saluran pemasaran, yaitu:
a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa gabah. Gabah yang dipasarkan melalui saluran ini sebanyak 12,96% dari total gabah yang dihasilkan oleh para petani. Gabah dibeli oleh pedagang pengumpul dengan sistem pembayaran dimuka atau ijon, sedangkan penyerahan gabah oleh petani ke pedagang pengumpul pada saat panen. Pengolahan gabah menjadi beras terjadi di tingkat pedagang pengumpul dan menjualnya ke konsumen di Lawang.
b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras sebanyak 14,44% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Tumpang.
c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras sebanyak 5,17% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Tumpang.
16. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
16
d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang– Konsumen Lawang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan berupa beras. Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak 41,86% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Tumpang.
e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan berupa beras. Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak 18,61% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di Kecamatan Tumpang.
3.5 Analisis Margin Pemasaran Beras
Dalam pemasaran produk pertanian, setiap lembaga pemasaran akan berhadapan dengan kenyataan akan adanya produk yang hilang, penurunan kualitas produk dan produk yang rusak, serta adanya perlakuan khusus atau pengolahan atas produk, maka dalam perhitungan margin pemasaran diperlukan produk referensi. Produk referensi diusulkan oleh Smith yang menyatakan bahwa perlu adanya titik awal yang menunjukkan 1 kg dari produk yang dijual kepada konsumen.
17. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
17
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul – Konsumen Lawang)
Tabel 4. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada Saluran Pemasaran I (Petani Gabah–Pedagang Pengumpul– Konsumen Lawang)
No
Uraian
Nilai
Distribusi Marjin
Share harga
Rp/kg
Rp
%
(%)
1
Petani:
Harga jual
(1.148,48 x 1,667)
Biaya Usahatani
(586,94 x 1,667)
Biaya panen
(236,42 x 1,667)
Keuntungan
1.914,14
978,43
394,11
541,60
34,80
17,79
7,16
9,85
2
Pedagang Pengumpul:
3.585,86
Harga jual
Biaya komunikasi 5,52 x 1,667
Biaya transportasi 242,42 x 1,667
Biaya packing 45,36 x 1,667
Biaya resiko 114,85 x 1,667
Biaya Penjemuran 48,48 x 1,667
Biaya Giling 225,00 x 1,667
Biaya Tenaga Kerja 102,42 x 1,667
Harga beli 1.148,48 x 1,667
Keuntungan
5.500,00
9,19
404,04
75,61
191,41
80,81
375,00
170,71
1.914,14
2.279,09
0,26
11,27
2,11
5,34
2,25
10,46
4,76
63,56
65,20
0,17
7,35
1,37
3,48
1,47
6,82
3,10
34,80
41,44
Marjin
3.585,86
100,00
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan pada tabel diatas diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 3.585,86/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,56%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada kompnen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 0,26%.
Harga jual gabah berdasarkan referensi ke beras adalah sebesar Rp 1.914,14, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya berdasarkan
18. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
18
referensi ke beras adalah sebesar 34,80% dari harga yang dibayar oleh konsumen beras. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya sebesar 24,95% (biaya usahatani sebesar 17,79% dan biaya panen sebesar 7,16%) dan keuntungan sebesar 9,85%. Dimana biaya yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1372,27/kg produk referensi yang terdiri dari biaya usahatani dan biaya panen. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 541,60/kg produk referensi.
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)
Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan produk referensi. Dalam pengkajian ini produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,0309 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1- 0,03)= 1,0309). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.
Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini, diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 867,82/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,76%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 1,18%.
19. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
19
Tabel 5. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)
No
Uraian
Nilai
Distribusi Marjin
Share harga
Rp/kg
Rp
%
(%)
1
Petani:
Harga jual
Biaya Usahatani
Biaya panen
Biaya penjemuran
Biaya penggilingan
Biaya transportasi
Keuntungan
3.847,46
1.013,95
546,20
31,40
384,64
71,45
1.799,82
79,59
20,97
11,30
0,65
7,96
1,48
37,23
2
Pedagang Pengumpul:
867,82
Harga jual
Biaya komunikasi 9,98 x 1,0309
Biaya transportasi 136,29 x 1,0309
Biaya packing 41,73 x 1,0309
Biaya resiko 117,08 x 1,0309
Harga beli 3.847,46 x 1,0309
Keuntungan
4.834,28
10,28
140,50
43,02
120,70
3.966,46
553,32
1,18
16,19
4,96
13,91
63,76
17,95
0,21
2,91
0,89
2,50
82,05
11,45
Marjin
867,82
100,00
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.847,47/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 79,59% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya sebesar 42,36% dan keuntungan sebesar 37,23%. Dimana biaya yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 2.047,64/kg yang terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 1.799,82/kg.
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)
Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami
20. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
20
kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,0309 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03)= 1,0309). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.
Tabel 6. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)
No
Uraian
Nilai
Distribusi Marjin
Share harga
Rp/kg
Rp
%
(%)
1
Petani:
Harga jual
Biaya Usahatani
Biaya panen
Biaya penjemuran
Biaya penggilingan
Biaya transportasi
Keuntungan
3.736,15
947,90
464,86
25,64
384,57
60,60
1.852,58
78,42
19,90
9,76
0,54
8,07
1,27
38,89
2
Pedagang Pengumpul:
912,43
Harga jual
Biaya komunikasi 9,36 x 1,0309
Biaya transportasi 144,34 x 1,0309
Biaya packing 55,08 x 1,0309
Biaya resiko 113,58 x 1,0309
Harga beli 3.736,15 x 1,0309
Keuntungan
4.764,14
9,65
148,80
56,78
117,09
3.851,71
580,11
1,06
16,31
6,22
12,83
63,58
18,59
0,20
3,12
1,19
2,46
80,85
12,18
Marjin
912,43
100,00
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras, diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 912,43/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,58%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 1,06%.
21. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
21
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.736,15/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,42% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi sebesar 39,54% (Rp 1883,57/kg) dan keuntungan sebesar 38,89% (Rp 1.852,58/kg).
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang– Konsumen Lawang)
Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,03093 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk referensi di tingkat pedagang pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,01 kg atau 1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang pengumpul hanya menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengecer. Dengan demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang pengumpul untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
22. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
22
Tabel 7. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen Lawang)
No
Uraian
Nilai
Distribusi Marjin
Share
Harga
Rp/kg
Rp
%
(%)
1
Petani:
Harga jual
Biaya Usahatani
Biaya panen
Biaya penjemuran
Biaya penggilingan
Biaya transportasi
Keuntungan
3.964,75
1.018,50
584,41
71,43
384,64
69,46
1.836,31
78,31
20,12
11,54
1,41
7,60
1,37
36,27
2
Pedagang Pengumpul:
975,14
64,65
Harga jual
Biaya komunikasi 9,79 x 1,03093
Biaya transportasi 133,40 x 1,0309
Biaya packing 45,97 x 1,0309
Biaya resiko 119,09 x 1,0309
Harga beli 3.964,75 x 1,0309
Keuntungan
5.062,52
10,09
137,52
47,39
122,78
4.087,38
657,36
1,03
14,10
4,87
12,59
67,41
17,27
0,18
2,44
0,84
2,17
72,38
11,64
3
Pedagang Pengecer:
533,14
35,35
Harga jual
Biaya komunikasi 8,43 x 1,0101
Biaya transportasi 5,75 x 1,0101
Biaya Packing 35,39 x 1,0101
Biaya resiko 57,08 x 1,0101
Harga beli 5.062,52 x 1,0101
Keuntungan
5.646,80
8,52
5,8
35,74
57,66
5.113,66
425,42
1,60
1,09
6,70
10,82
79,80
9,44
0,15
0,10
0,63
1,02
90,56
7,53
Marjin
1.508,28
100,00
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan margin pemasaran beras sebesar Rp 1.508,28/kg. Distribusi margin terbesar berada pada pedagang pengumpul, yakni sebesar 64,65%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada pedagang pengecer, yakni sebesar 35,35%.
23. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
23
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 975,14/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 67,41%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 1,03%.
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 533,14/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 79,80%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada kompnen biaya transportasi, yakni sebesar 1,09%.
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.964,75/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,31% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi sebesar 42,04% (Rp 2.126,34/kg) dan keuntungan sebesar 36,27% (Rp 1.836,31/kg).
Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 5.062,52/kg, sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 89,65% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,38% (Rp 4.087,38/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 5,63% (Rp 317,78/kg) dan keuntungan sebesar 11,64%.
Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.646,80/kg. Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar 90,56% (Rp 5.113,66), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,90% (Rp 97,72/kg) dan keuntungan sebesar 7,53% (Rp 425,42/kg).
24. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
24
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang)
Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi. Dalam pengkajian ini produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,03093 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk referensi di tingkat pedagang pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,01 kg atau 1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang pengumpul hanya menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengecer. Dengan demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang pengumpul untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
Margin pemasaran tabel 8 sebesar Rp 1.430,20/kg. Distribusi margin terbesar berada pada pedagang pengumpul, yakni sebesar 59,58%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada pedagang pengecer, yakni sebesar 40,32%.
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 853,56/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 59,59%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 0,88%.
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 576,63/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen
25. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
25
keuntungan, yakni sebesar 73,54%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada kompnen biaya komunikasi dan transportasi, masing-masing sebesar 2,20%.
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.818,54/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 70,51% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi sebesar 39,84% (Rp 2.157,49/kg) dan keuntungan sebesar 30,67% (Rp 1.661,05/kg).
Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 4.790,21/kg, sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 88,46% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,70% (Rp 3.936,65/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 6,37% (Rp 344,89/kg) dan keuntungan sebesar 9,39% (Rp 508,67/kg).
26. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
26
Tabel 8. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen Gadang)
No
Uraian
Nilai
Distribusi Marjin
Share
Harga
Rp/kg
Rp
%
(%)
1
Petani:
Harga jual
Biaya Usahatani
Biaya panen
Biaya penjemuran
Biaya penggilingan
Biaya transportasi
Keuntungan
3.818,54
988,53
612,78
97,60
388,96
69,62
1.661,05
70,51
18,25
11,32
1,80
7,18
1,29
30,67
2
Pedagang Pengumpul:
853,56
59,68
Harga jual
Biaya komunikasi 7,32 x 1,0309
Biaya transportasi 162,90 x 1,0309
Biaya packing 9,43 x 1,0309
Biaya resiko 14,91 x 1,0309
Harga beli 3818,54 x 1,0309
Keuntungan
4.790,21
7,54
167,94
50,95
118,46
3.936,65
508,67
0,88
19,68
5,97
13,88
59,59
15,76
0,14
3,10
0,94
2,19
72,70
9,39
3
Pedagang Pengecer:
576,63
40,32
Harga jual
Biaya komunikasi 12,58 x 1,0101
Biaya transportasi 12,58 x 1,0101
Biaya Packing 77,38 x 1,0101
Biaya resiko 48,55 x 1,0101
Harga beli 4.790,21 x 1,0101
Keuntungan
5.415,23
12,7
12,7
78,16
49,04
4.838,60
424,03
2,20
2,20
13,55
8,50
73,54
10,65
0,23
0,23
1,44
0,91
89,35
7,83
Marjin
1.430,20
100,00
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.415,23/kg. Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar 89,35% (Rp 4.838,60/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,82% (Rp 152,60/kg) dan keuntungan sebesar 7,53% (Rp 424,03/kg).
27. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
27
3.6 Perbandingan Marjin Pemasaran
Tabel 9. Rekapitulasi Margin Pemasaran Beras pada Saluran I-V
Saluran Pemasaran
Lembaga Pemasaran
Marjin Pemasaran
(Rp)
Share Harga yg Diterima Petani
(%)
I
Petani
Pedagang Pengumpul
3.585,86
34,80
II
Petani
Pedagang Pengumpul
867,82
79,59
III
Petani
Pedagang Pengumpul
912,43
78,97
IV
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
1.508,28
78,31
V
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
1.430,20
70,51
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011
Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa saluran I menunjukkan margin pemasaran paling besar bila dibandingkan dengan margin pemasaran pada saluran lainnya. Hal ini disebabkan pada saluran I petani menjual produknya dalam bentuk gabah, pembelian gabah oleh pedagang penuh resiko, karena pembayarannya didepan/sebelum gabah itu ada (ijon), sehingga harga gabah rendah, penjualan oleh pedagang dalam bentuk beras dan waktunya pada saat harga jual yang tinggi. Selain itu adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk prossesing dari gabah ke beras.
Sedangkan bila membandingkan antara saluran II dan III dengan IV dan V, maka terlihat bahwa margin pemasaran pada saluran IV dan V lebih besar dari pada saluran pemasaran II dan III. Hal ini disebabkan saluran IV dan V lebih panjang daripada saluran II dan III. Lebih panjangnya saluran pemasaran memiliki konsekuensi pada makin banyaknya jasa-jasa yang terlibat dalam aliran beras dan balas jasa berupa keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat.
28. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
28
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pengkajian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran beras di kecamatan Tumpang adalah persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada pasar oligopsoni. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ikatan yang cukup kuat antara petani dengan pedagang pengumpul berupa penjualan beras/gabah oleh petani secara ijon, bahkan pada awal tahap usahatani, karena petani kekurangan modal, mesin pengolahan lahan, perontokan padi dan penggiling beras. Struktur pasar tersebut juga ditunjukkan dengan informasi pasar yang tidak menyebar secara merata dan tingkat konsentrasi berada diantara 40%- 80%, yakni sebesar 68,37%. Struktur pasar tersebut memposisikan petani pada pihak yang lemah sebagai price taker, sehingga penentuan harga didominasi oleh pedagang pengumpul.
2. Secara umum, saluran pemasaran beras di Kecamatan Tumpang dapat diklasifikasikan atas dua, yaitu:
Petani – Padagang Pengumpul – Konsumen, dan
Petani – Padagang Pengumpul – Padagang Pengecer - Konsumen.
Klasifikasi ini didasarkan pada jenis lembaga atau pelaku pasar yang terlibat dalam perdagangan beras di kecamatan tersebut. Dari dua saluran pemasaran tersebut dapat bagi menjadi lima saluran pemasaran sebagai berikut:
a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul – Konsumen Lawang),
b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang),
29. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
29
c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang),
d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang – Konsumen Lawang), dan
e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang – Konsumen Gadang).
Dari saluran-saluran pemasaran tersebut di atas, hanya terdapat dua lembaga pemasaran sebagai penghubung antara petani dengan konsumen, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran beras di kecamatan Tumpang cukup pendek, sehingga diharapkan petani dapat memperoleh harga yang cukup tinggi, namun pada kenyataannya petani diperadapkan pada struktur pasar oligopsoni yang telah melemahkan posisi tawar petani atas harga jual yang harus diterima oleh petani.
3. Marjin pemasaran beras di Kecamatan Tumpang berbeda antar saluran pemasaran dan distribusi margin antar pelaku pasar beras tidak merata. Dimana distribusi marjin terbesar dikuasai oleh para pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan oleh informasi pasar yang tidak menyebar secara merata sebagai akibat dari struktur pasar oligopsoni di tingkat petani, sehingga penentuan harga di tingkat petani didominasi oleh pedagang pengumpul.
30. Pengkajian Struktur Pasar dan Margin Pemasaran Pada Komoditi Beras Di Kabupaten Malang
Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu
30
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, Ratya. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.
Anindita, Ratya. 2008. Pendekatan Ekonomi untuk Analisis Harga. Kencana Prenada Media Group. Indonesia.
Anandya, Dudy. 2005. Riset Pemasaran. Bayu Media Publishing,Malang.
Anugrah, Iwan Setiajie. 2004. Pengembangan Sub terminal Agribisnis (STA) dan Pasar Lelang Komoditas Pertanian dan Permasalahannya. Forum Pengkajian Agro Ekonomi Volume 22 No.2 Desember 2004 : 102-112. Bogor.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 2000. Petunjuk Teknis Pengembangan Sub Terminal Agribisnis. Jakarta.
Cahyono, B.. 2003. Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani. Cetakan ke-2. Kanisius, Yogyakarta.
Clodius, Robert L. dan Willard F. Mueller. 1967. Market Structure Analysis as an Orientation for Research in Agricultural Economics. American Journal of Agricultural Economics.
Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis, Alih Bahasa Rochiyat Ganda S. dan Alfonsus Sirait. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Harriss, B.. 1993. There is Method in My Madness: or is it Vice Versa? Measuring Agricultural Market Performance. Agricultural and Food Marketing in Developing Countries, Selected Readings. C.A.B. International. Wallingford Oxon.
Hendratno, Sinung. 1996. Keragaan Pasar Lelang Bokar dan Reformulasi Konsepsi untuk Pengembangannya. Jurnal Pengkajian Karet Volume 14 No.2 Agustus. Bogor.
Kohls, R.L. dan Joseph N. Uhl. 1986. Marketing of Agricultural Product. Fifth Edition. John Willey and Sons, Macmillan Publishing Co-Inc., New York.
Mardjoko, Tri. 2004. Pasar Lelang : Harapan Baru Memperbaiki Posisi Tawar Petani. http:// www.google.co.id. Diakses : 3 Januari 2006.
Marpaung, Karmen. 1998. Analisis Pemasaran Karet Rakyat dalam Upaya Meningkatkan Harga di Tingkat Petani (Studi Kasus pada Sentra Produksi di Kecamatan Kumai, Kalimantan Tengah). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Martin, Stephen. 1989. Industrial Economics : Economic Analysis and Public Policy. Macmillan Publishing Company. New York.
Masyrofie. 1994. Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Monke, Erick dan Todd Petzel. 1984. Market Integration: an Application to International Trade in Cotton. American Journal of Agricultural Economics.
Mustajab, M. Muslich dan Nuhfil Hanani. 2001. Tipe Pengkajian dan Teknik Sampling. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.