SlideShare a Scribd company logo
1 of 139
Download to read offline
ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG
(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
SKRIPSI
BETTY SAFITRI
H34076035
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ii 
 
RINGKASAN
BETTY SAFITRI. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen
Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan (NUNUNG
KUSNADI)
Pemasaran yang disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-
pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun
konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Efisiensi
pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan ouput. Perubahan yang
mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan
meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi
mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.
Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin
besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena
itu, efisiensi pemasaran akan terjadi jika :a) biaya pemasaran dapat ditekan
sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, b) persentase perbedaan harga
yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, c) tersedianya
fasilitas fisik pemasaran dan d) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Pada
umunya indikator diatas merupakan penentu dari efisiensi pemasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran dan
saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio
keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran
pemasaran yang efisien. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball
sampling, sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keadaan
lokasi, keadaan peternak, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi
pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sementara analisis kuantitatif
bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keutungan
terhadap biaya dan tingkat keterpaduan pasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang
terbentuk didalam pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor yaitu: 1)
Peternak – Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak) – Pedagang Grosir - Pedagang
Pengecer – Konsumen, 2) Peternak - Pedagang grosir – Pedagang Pengecer –
Konsumen, 3) Peternak – Pedagang Pengecer – Konsumen. Didalam pemasaran
telur ayam kampung semua lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi-
fungsi pemasaran di dalam melakukan distribusi produk sehingga sampai ke
konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran antara lain fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sementara struktur pasar yang
terbentuk antara lembaga pemasaran yang terlibat berbeda-beda. Hal ini
didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran
telur ayam kampung. Ditingkat peternak struktur pasar yang terbentuk adalah
pasar oligopoli, ditingkat pedagang pengumpul oligopoli murni, ditingkat
pedagang grosir oligopoli dan ditingkat pedagang pengencer adalah kompetisi
monopolistik.
iii 
 
Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di
Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp.
375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai
pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan
kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja.
Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 214,
karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dengan lokasi penelitian
serta rantai pemasarannya yang cukup pendek. Sementara biaya yang ditanggung
oleh jalur pemasaran I sebesar Rp. 294 merupakan rantai pemasaran yang paling
panjang. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I dan II
yaitu sebesar Rp. 436 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta
konsumen akhirnya bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang menjual
komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil terdapat pada
jalur pemasaran III yaitu sebesar Rp. 350, hal ini karena jumlah komoditas yang
disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan
kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur di jual bersamaan
dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil.
Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu
sebesar 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari
harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka
biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak.
Apabila harga ditingkat akhir atau biaya yang dikeluarkan konsumen semakin
besar maka harga yang dinikmati peternak semakin kecil, dan yang menikmati
harga yang paling besar adalah lembaga-lembaga pemaasaran. Selain itu saluran
pemasaran tiga memperoleh total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran
dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89
persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu
memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh
berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran
telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan
farmer’s share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan
total keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen.
Total π/C pada setiap saluran pemasaran telur ayam kampung memiliki
nilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran yang
dilakukan oleh lembaga pada masing-masing saluran sudah memberikan
keuntungan. Nilai π/C tertinggi terdapat pada saluran pemasaran dua yaitu sebesar
7,27, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran pemasaran dua mengeluarkan
biaya sebesar Rp. 1/ butir telur maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.7,27/
butir . Rasio keuntungan biaya terbesar pada saluran dua diperoleh oleh pedagang
grosir sebesar 3,69 yaitu dengan biaya Rp. 1/butir maka keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp.3,69 / butir. Hal ini dikarenakan jumlah komoditas yang
dipasarkan relatif banyak dengan harga beli dari konsumen lebih rendah, tidak ada
perlakukan khusus yang dilakukan pedagang grosir dalam rangka menambah nilai
guna telur ayam kampung.
iv 
 
Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam
kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini
peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share,
sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran
dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga yang terlibat dibanding
saluran pemasaran lainnya.
Potensi pasar pada saluran pemasaran dua terbuka luas bagi setiap
peternak di lokasi penelitian untuk memasarkan produknya ke pedagang grosir
secara langsung tanpa harus berlangganan (pemasok tetap). Peternak pada saluran
pemasaran dua dapat mengakses informasi dengan baik baik dari sesama
pedagang dan peternak, memiliki posisi tawar dan jaringan yang kuat.
v 
 
ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG
(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
BETTY SAFITRI
H34076035
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
vi 
 
Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung
(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Nama : Betty Safitri
NRP : H34076035
Disetujui,
Pembimbing
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP.19580908 198403 1 002
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
vii 
 
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis
Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Betty Safitri
H34076035
viii 
 
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lintau, Padang Sumatra Barat pada tanggal 23 juni
1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Syafrudin dan Ibunda Syaflidar,Msi.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N.12 Patar dan pada tahun
1992 dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan
penulis pada tahun 2001 di SLTP Negeri 5 Lintau. Penulis memilih SMUN 1
Lintau sebagai pendidikan tingkat atas dan dapat diselesaikan penulis pada tahun
2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada program
Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalus USMI dan
lulus pada tahun 2007. Pada bulan November tahun yang sama penulis langsung
melanjutkan program S1 ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
ix 
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna
memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Studi
Kasus Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Skripsi ini menganalisis tentang
sistem tataniaga telur ayam kampung yang bertujuan untuk melihat saluran
pemasaran yang terbentuk, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan
rasio keuntungan terhadap biaya, keterpaduan pasar ditingkat peternak dan tingkat
pengencer.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga diperlukan saran dan kritik untuk perbaikan. Penulis berharap hasil
penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, September 2009
Betty Safitri
x 
 
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, atas
bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr.Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen avaluator pada seminar
proposal dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan saran dan
masukan demi perbaikan tugas akhir ini.
3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang
banyak memberikan saran.
4. Prof. Sofyan Iskandar selaku kepala Balai Penelitian Ternak yang telah banya
memberikan saran dan informasi mengenai peternakan.
5. Ade Zulkarnain selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternakan Unggas
Indonesia) dan pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam
Kampung Sukabumi) yang telah banyak memberikan data dan pengarahan.
6. Bapak Bambang, Bapak Budi, selaku peternak yang banyak memberikan
informasi seputar peternakan khususnya telur ayam kampung.
7. Kepada seluruh responden dan narasumber yang telah banyak membantu
dalam pengumpulan data dan informasi demi terselesainya penelitian ini.
8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Manajemen Agribisnis atas
bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi.
9. Orang tua Papa Syafrudin dan Mama Syaflidar, MSi serta keluarga tercinta
untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa
menjadi persembahan yang terbaik.
10. Kedua adek ku Silva Berlus Coni dan Rahmatul Fajra terima kasih telah
menjadi adik yang baik dan sumber inspirasi.
11. Sermatutar Thopan Dollarisko atas motivasi dan semangatnya.
12. Linawati Akbar dan Rissa Gumanti Harahap terima kasih atas persahabatan
selama ini.
xi 
 
13. Syahrul Ramdhani selaku pembahas pada seminar hasil.
14. Teman-teman DC.8 Wati, keira, Miles, Fitri, Laras, Yati dan Rahma terima
kasih atas semangat, canda dan tawa,
15. Teman-teman MAB 41 Dedi , rendi, rasyid, devi, koko, ai, komar, ujang,
taufik, ilham, tata, sally, sekar, rini,hilda, memel, chaca, indah, agre,dan
lainnya serta Ekstensi Agribisnis angkatan 3 terima kasih atas kerjasama,
kekompakan dan semangatnya.
Akhirnya, semoga amal dan kebaikan Bapak / Ibu dan rekan-rekan
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Amin.
Bogor, September 2009
Penulis
xii 
 
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xviii
I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 9
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................. 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 10
II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 11
2.1 Karakteristik Telur Ayam Kampung .................................... 11
2.2 Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis .............................. 14
III KERANGKA PEMIKIRAN........................................................ 20
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 20
3.1.1 Sistem Pemasaran .............................................................. 20
3.1.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran ...................................... 22
3.1.3 Fungsi-fungsi Pemasaran................................................... 24
3.1.4 Struktur Pasar .................................................................... 27
3.1.5 Perilaku Pasar..................................................................... 28
3.1.6 Keragaan Pasar................................................................... 29
a. Marjin Pemasaran........................................................... 29
b. Farmer’s Share ............................................................... 32
c. Rasio Keuntungan dan Biaya ......................................... 33
3.1.7 Efisiensi Pemasaran ........................................................... 32
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 34
IV METODE PENELITIAN ............................................................ 36
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36
4.2 Jenis dan Sumber Data.............................................................. 36
4.3 Metode Penarikan Sampel......................................................... 37
4.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data ..................................... 37
4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran................................................ 37
4.4.2.Analisis Fungsi dan Lembaga Pemasaran .......................... 38
4.4.3 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar .................................. 39
4.4.4 Keragaan Pasar ................................................................... 40
a. Marjin Pemasaran........................................................... 40
xiii 
 
b. Farmer’s Share ............................................................... 42
c. Rasio Keuntungan dan Biaya ......................................... 42
4.4.5 Efisiensi Pemasaran............................................................ 42
4.5 Defenisi Operasional................................................................. 43
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................. 45
5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ...................... 45
5.1.1 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk................................... 46
5.1.2 Sarana dana Prasarana ........................................................ 48
5.2 Karakteristik Peternak Responden ........................................... 49
5.2.1 Umur dan Pengalaman Usahatani
Peternak Responden............................................................ 49
5.2.2 Luas dan Status Kepemilikan Lahan................................... 51
5.2.3 Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian......................... 51
5.2.4 Skala Usaha Peternak.......................................................... 53
5.3 Karakteristik Pedagang................................................................ 54
5.3.1 Usia Responden .................................................................. 55
5.3.2 Tingkat Pendidikan Pedagang Responden.......................... 55
5.3.3 Status Usaha........................................................................ 56
5.3.4 Pengalaman Berusaha......................................................... 56
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Lembaga Pemasaran.................................................................. 59
6.2 Analisis Saluran Pemasaran ...................................................... 60
6.2.1 Pola Saluran Pemasaran 1................................................... 63
6.2.2 Pola Saluran Pemasaran II .................................................. 65
6.2.3 Pola Saluran Pemasaran III................................................. 66
6.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran ......................................................... 67
6.3.1 Fungsi Pemasaran Oleh Peternak........................................ 69
6.3.2 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengumpul................... 71
6.3.3 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Grosir........................... 72
6.3 4 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengecer....................... 74
6.4 Analisis Struktur Pasar.............................................................. 76
6.5 Struktur Pasar............................................................................ 79
6.5.1 Keadaaan Produk ................................................................ 79
6.5.2 Hambatan Keluar Masuk Pasar........................................... 80
6.5.3 Informasi Pasar.................................................................... 80
6.6 Analisis Perilaku Pasar ................................................................. 81
6.6.1 Praktek Pembelian dan Penjualan....................................... 81
6.6.2 Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran harga................ 84
6.6.3 Kerjasaman Antara Lembaga Pemasaran ........................... 85
6.7 Keragaan Pasar.......................................................................... 86
6.7.1 Marjin Pemasaran................................................................ 86
6.7.2 Farmer’s share.................................................................... 90
6.7.3 Rasio Keuntungan dan Biaya.............................................. 91
xiv 
 
6.7 Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung ............................. 93
VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 95
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 95
7.2 Saran.......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 98
LAMPIRAN......................................................................................... 100
xv 
 
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008………… 1
2. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung,
Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006 .......................... 2
3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan
di Kabupaten Bogor Tahun 2007 .................................................... 5
4. Fungsi-fungsi Pemasaran ................................................................ 39
5. Karakteristik Struktur Pasar Berdasarkan Sudut
Penjual dan Pembeli........................................................................ 40
6. Jumah Penduduk Kabupaten Bogor per Kecamatan
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006 ............................................... 47
7. Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2008...................... 47
8. Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Bekerja Menurut
Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Bogor Tahun 2006 .................................................... 48
9. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan
Umur di Kabupaten Bogor, Tahun 2009......................................... 50
10. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman
dalam Usahaternak Telur Ayam Kampung, tahun 2009................. 50
11. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Luas Lahan pada
Usahaternak di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 .............................. 51
12. Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor
Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2009 ............................... 52
13. Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor
Berdasarkan Mata Pencaharian , Tahun 2009................................. 52
14. Skala Usaha Peternak di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jumlah
Ternak yang diusahakan.................................................................. 54
15. Komposisi Umur Pedagang Responden.......................................... 55
16. Komposisi Tingkat Pendidikan Pedagang Responden.................... 56
17. Komposisi Pengalaman Berusaha Pedagang Responden................ 57
18. Kegiatan Pembelian Telur Pedagang Responden ........................... 57
xvi 
 
19. Sistem Pemasaran dan Lokasi Pemasaran Telur oleh Responden
Pedagang ......................................................................................... 58
20. Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga-lembaga
Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor................. 68
21. Fungsi-fungsi Pemasaran dari Lembaga Pemasaran
Komoditas Telur Ayam Kampung .................................................. 69
22. Analisis Struktur Pasar Komoditas Telur Ayam Kampung
Di Kabupaten Bogor........................................................................ 76
23. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Telur Ayam
Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ................................... 90
24. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Lembaga Pemasaran
Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009............... 93
xvii 
 
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk
Pertanian di Indonesia..................................................................... 23
2. Tingkatan Saluran Pemasaran......................................................... 24
3. Konsep Marjin Pemasaran .............................................................. 30
4. Skema Kerangka Pemikiran............................................................ 35
5. Pola Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung di
Kabupaten Bogor, Tahun 2009 ....................................................... 61
xviii 
 
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produksi Telur Ayam Buras Menurut Provinsi
Tahun 2002-2006 (Ton) ...................................................................... 101
2. Perkembangan Produksi Ternak dan Kontribusi Berbagai Jenis
Ternak Terhadap Produksi Daging, Telur, Susu di Kabupaten Bogor 102
3. Pencapaian Target Produksi Hasil Ternak di Kabupaten Bogor.......... 102
4. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bogor
Tahun 2003-2008................................................................................. 103
5. Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 .................... 103
6. Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 .................... 104
7. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani Tahun 2003-2008............. 104
8. Harga Rata-Rata Komoditas Peternakan Tahun 2008 ......................... 105
9. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh
Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran I ........................................ 106
10. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh
Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran II....................................... 107
11. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh
Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran III...................................... 108
12. Marjin Pemasaran Telur Ayam Kampung pada Saluran I,II,III
di Kabupaten Bogor Tahun 2009......................................................... 109
13. Kuisioner Untuk Peternak.................................................................... 110
14. Kuisioner Untuk Pedagang .................................................................. 115
15. Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm… 120
16. Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm……. 121
17. Proses Produksi Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm……….. 122
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri perunggasan nasional merupakan andalan subsektor peternakan
yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian negara terutama sebagai
penghasil bahan makanan protein tinggi, menyediakan lapangan kerja yang luas
dan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian yang sangat signifikan. Subsektor
peternakan sebagai salah satu bagian dalam bidang pertanian diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam konsumsi
kebutuhan protein dalam rangka mendapatkan hidup yang berkualitas melalui
pemenuhan makanan yang seimbang.
Jumlah populasi unggas dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan, terutama ayam buras atau yang sering disebut ayam kampung
walaupun pada beberapa komoditas terjadi penurunan pada tahun 2007 karena
masuknya penyakit baru yang berasal dari Vietnam1
, Hongkong dan Thailand ini
yang dikenal dengan flu burung. Akan tetapi populasi ayam kampung dan jenis
unggas lainnya kembali membaik dan menunjukkan peningkatan.
Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008
Unggas
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Ayam Buras/Native
Chicken
276.989 278.954 291.085 272.251 290.803
Ayam Ras
Petelur/Layer
93.416 84.790 100.202 111.489 116.474
Ayam Ras
Pedaging/Broiler
778.970 811.189 797.527 891.659 1.075.885
Itik/Duck 32.573 32.405 32.481 35.867 36.931
Puyuh/Quail - - - 6.640,1 8.524,2
Merpati/Pigion - - - 162,5 175,6
                                                            
1
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net [2 mei 2009]
 
2 
 
Sumber: Statistik Peternakan 2008
Perkembangan industri perunggasan merupakan salah satu penggerak
dalam sektor pertanian Indonesia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh
Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2008 menunjukkan bahwa tingkat
konsumsi telur nasional sejak tahun 2002 terjadi peningkatan sampai dengan
tahun 2006. Peningkatan konsumsi telur nasional tersebut dapat disebabkan harga
yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya
seperti daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam, ikan, susu maupun
protein lainnya. Hanya saja pada tahun 2004 jumlah konsumsi telur indonesia
mengalami pertumbuhan negatif (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh adanya isu
flu burung, usaha ternak unggas menghadapi permasalahan dan mengancam
keberlanjutannya. Semakin menurunnya efisiensi biaya produksi karena semakin
mahalnya biaya produksi.
Biaya produksi terbesar pada usaha ternak ayam kampung adalah biaya
pakan. Biaya pakan bisa mencapai 80 persen dari seluruh total biaya produksi.
Secara umum, formula ransum atau pakan khusus unggas terdiri dari jagung,
bungkil kedelai, dedak padi, pollard, tepung ikan dan bahan lainnya. Berdasarkan
informasi tersebut maka dapat disimpulkan kebutuhan produk perunggasan saat
ini masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan.
Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan
Itik) Indonesia Tahun 2002-2006
Tahun
Produksi Telur (000 ton)
Konsumsi Telur Unggas
(Ayam Kampung, Ayam
Ras dan Itik)
Ayam
Kampung
Ayam Ras Itik Nasional (ton)
2002 161,69 614,41 169,65 831.238
2003 177,02 611,54 185,04 967.522
2004 172,15 762,04 173,22 894.461
2005 175,40 681,10 195,00 1.041.661
2006 181,10 751,00 201,70 1.116.920
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan
3 
 
Produksi yang selalu meningkat harus selalu diimbangi dengan konsumsi
yang optimal agar semua produk terserap oleh pasar. Sifat permintaan telur ayam
adalah (income estic demand), yang berarti bila pendapatan penduduk meningkat
maka konsumsi telur juga meningkat. Peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mendukung peningkatan hal tersebut. Diantaranya adalah
faktor-faktor seperti peningkatan kesadaran konsumsi gizi, peningkatan
pendapatan, tingkat pendidikan dan peningkatan jumlah penduduk. Di masa yang
akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara
yang saat ini termasuk low and middle income countries. Dengan demikian,
konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Indonesia, misalnya menurut
perkiraan pada tahun 20052
pendapatan per kapita akan meningkat menjadi US$
2.500 dan konsumsi telur diperkirakan akan mencapai 4,07 kg per kapita. Dengan
memanfaatkan data proyeksi penduduk tahun 2005 dan proyeksi konsumsi telur
per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun
tersebut mencapai 979,70 ribu ton.
Telur ayam kampung merupakan salah satu jenis makanan yang diminati
oleh masyarakat luas, karena memiliki nilai gizi terutama kadar protein yang
tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya yaitu sebesar 16,3 persen. Selain itu
telur ayam kampung baik dikonsumsi dalam jumlah besar karena memiliki kadar
lemak yang rendah yaitu sebesar 11,5 persen. Akhir-akhir ini gejala back to
nature (kembali ke alam) menjadi suatu hal yang menarik. Masyarakat kelas
menengah ke atas yang semula mengandrungi segala sesuatu yang serba teknologi
kini mulai berubah ke situasi yang serba alami. Kecendrungan permintaan daging
dan telur ayam kampung yang terus meningkat tampaknya ikut dipengaruhi oleh
fenomena tersebut. Persepsi masyarakat tentang ayam kampung adalah ayam yang
asli, masih berbau alam, dan belum tercemar oleh zat-zat berbahaya. Terlepas
dari itu semua merupakan peluang untuk perkembangan telur ayam kampung.
Melihat telur ayam kampung sebagai salah satu komoditas yang memiliki
keunggulan-keunggulan tersebut, sebagian masyarakat menyadari peluang bisnis
yang muncul dalam usaha budidaya telur ayam kampung. Peluang bisnis ini
                                                            
2
 www.bi.go,id/SIPUK/ayamras_petelur/pemasaran [20 mei 2009] 
 
4 
 
kemudian menarik minat masyarakat untuk turut mengembangkannya dan lokasi-
lokasi budidaya telur ayam kampung pun bermunculan.
Di Indonesia, beberapa tempat di pulau jawa menjadi setra produksi telur
ayam kampung yang cukup besar Jawa Barat merupakan salah satu provinsi
dengan produksi telur ayam buras terbesar ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Menurut Badan Statistik Peternakan 2006, menyatakan bahwa Provinsi
Jawa Barat selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun terutama
dari tahun 2002 sampai 2006. Rata-rata produksi telur ayam buras mengalami
peningkatan setiap tahunnya mencapai 19 persen.
Jawa Barat, khususnya wilayah Bogor memiliki kondisi alam yang sesuai
bagi budidaya telur ayam kampung, hal ini menjadi faktor pendorong utama bagi
usaha pertumbuhan telur ayam kampung. Disamping itu jumlah penduduk
wilayah Bogor merupakan populasi tertinggi di Jawa Barat. Usaha-usaha
budidaya telur ayam kampung yang berkembang memiliki skala usaha yang
berbeda, dan pada akhirnya akan bermuara pada perbedaan kemampuan
penawaran telur ayam kampung kepada konsumen. Dengan skala usaha yang
berbeda tersebut, pengusaha-pengusaha ayam kampung akan memiliki saluran
pemasaran yang berbeda pula, sesuai dengan keterbatasan pasokan yang
dimilikinya.
Prospek ekonomi dari komoditas peternakan sangat menguntungkan saat
ini. Salah satu sektor peternakan yang mempunyai prospek yang cukup
menjanjikan untuk dikembangkan adalah sektor peternakan unggas. Hal ini
didukung oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sepanjang tahun
sehingga kebutuhan/ konsumsi akan pangan meningkat tajam.
Adapun jumlah pengeluaran per kapita perbulan berdasarkan jenis
makanan penduduk Kabupaten Bogor (Tabel 3 ). Pada tabel dibawah terlihat
pengeluaran terbesar konsumsi untuk protein hewani yaitu ikan, dan setelahnya
telur dan susu yaitu berjumlah Rp. 11.777/ orang/ bulan. Hal ini menyatakan
bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang pokok dan sangat digemari
oleh masyarakat Kabupaten Bogor.
5 
 
Tabel 3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di
Kabupaten Bogor Tahun 2007
Jenis Barang
Jumlah Pengeluaran (000 rupiah) Rata-
rata per
kapita
< 60 60 s.d
79
80 s.d
99
100
s.d
149
150 s.d
199
200
s.d
299
300
s.d
499
> 500
Padi-padian 36 39 41 36 39 41 41 40 40
Umbi-umbian 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ikan 5 7 9 5 7 9 13 19 11
Daging 0,81
8
1 3 0,818 1 3 7 18 6
Telur dan susu 2 4 7 2 4 7 12 28 11
Sayur-sayuran 4 6 8 4 6 8 11 16 9
Kacang-
kacangan
3 5 6 3 5 6 8 10 7
Buah-buahan 1 2 3 1 2 3 6 15 5
Minyak dan
lemak
4 5 6 4 5 6 8 10 7
Bahan minuman 2 3 5 2 3 5 7 10 6
Bumbu-
bumbuan
2 3 4 2 3 4 5 6 4
Konsumsi
lainnya
2 4 5 2 4 5 8 12 7
Makanan dan
minuman siap
saji
9 16 27 9 16 27 44 100 41
Minuman
alkohol
9 13 46 9 13 46 101 348 107
Tembakau 8 14 21 8 14 21 30 44 25
Jumlah 87 115 152 87 115 152 209 335 189
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kebutuhan yang meningkat tetapi
upaya peningkatan dari pemenuhan kebutuhan itu sendiri diabaikan. Disini
dibutuhkan peranan pemasaran sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan
kepentingan antara produsen dan konsumen, yaitu penyedia kebutuhan konsumen
dan memperlancar upaya untuk pemenuhan kebutuhan.
Salah satu upaya pengembangan komoditas peternakan secara umum
adalah upaya pengembangan yang terkait dengan pemasarannya. Usaha dalam
menciptakan kondisi pasar yang ideal dilakukan baik dari harga yang baik,
6 
 
kemudahan dalam pendistribusian, kuatnya posisi petani dalam tawar-menawar,
mengembangkan dan memperluas pasar, mendorong akses yang lebih luas
terhadap informasi pasar, mengembangkan lembaga saluran distribusi,
menciptakan tertib usaha, meningkatkan perlindungan konsumen, meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi menengah, meningkatkan
sarana dan prasarana pemasaran, mengurangi penyimpangan pasar agar
terciptanya suatu kondisi pemasaran yang efisien dimulai dari peternak hingga
konsumen akhir. Perlunya identifikasi masalah dalam pemasaran suatu komoditas
adalah untuk mengetahui kondisi mana yang sudah tercipta dan kondisi mana
yang masih perlu diupayakan.
Sistem pemasaran peternakan merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-
lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk
memperlancar aliran produk peternakan dari produsen awal ke tangan konsumen
akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang
tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dari
tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem pemasaran
komoditas. Sistem pemasaran peternakan tersebut mencakup kegiatan produktif
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem pemasaran tersebut,
baik secara vertikal atau urutan penambahan kegunaan dan menciptakan nilai
tambah maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan produktif yang sama.
Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan
efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut selanjutnya
menetukan kinerja operasi dan proses sistem.
Gonarsyah (1998) dalam Eryani, menuliskan bahwa kunci keberhasilan
pengembangan pasar domestik adalah inovasi dan peningkatan efisiensi
pemasaran. Dalam jangka pendek, peningkatan efisiensi pemasaran domestik
lebih difokuskan pada penekanan biaya pemasaran dan pemantapan organisasi
pemasaran yang ada. Dalam jangka panjang, peningkatan efisiensi difokuskan
pada upaya mencari inovasi dan alternatif baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran yang dapat menekan biaya-biaya pemasaran serta mempertimbangkan
berbagai alternatif organisasi pemasaran dari yang sepenuhnya tergantung pada
mekanisme pasar (invisible hand) sehingga sepenuhnya terbentuk integrasi
7 
 
vertikal. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi
vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio
nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
produktif masing-masing pelaku. Sistem pemasaran tersebut sering juga disebut
sebagai saluran pemasaran atau distribusi.
Peranan pemasaran sendiri dalam peternakan/agribisnis adalah sangat
besar, karena lebih kurang 80 persen pemasaran merupakan segmen dari sistem
agribisnis dan 70 persen dari setiap pengeluaran konsumen untuk makan dan
menutupi biaya pemasaran. Permasalah yang selalu dihadapi adalah bagaimana
menciptakan sistem penanganan komoditi peternakan yang sejalan dengan
perbaikan kesejahteraan pelaku didalamnya, terutama yang berkaitan dengan
aspek-aspek perdagangan hasil peternakan
1.2. Perumusan masalah
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi dan
daerah sentra produksi telur ayam buras terbesar ke tiga setelah Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Khususnya wilayah Bogor selain memiliki wilayah yang luas juga
memiliki jumlah populasi tertinggi di Jawa Barat serta merupakan tujuan pasar
utama produk ternak ayam pedaging dan petelur. Hal ini dilandasi oleh beberapa
alasan yaitu: adanya permintaan yang tinggi, akibat adanya perkembangan
industri kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, jarak ke pasar utama
dekat (Jakarta), dan adanya dukungan investasi industri baik industri hulu
(industri pembibitan dan industri pakan ternak) maupun industri hilir penjualan
telur ke berbagai restoran dan rumah makan.
Pemasaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan usaha
produksi, karena pemasaran merupakan ujung tombak untuk menilai berhasil
tidaknya usaha yang dijalankan. Tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah
manghasilkan produk untuk dipasarkan atau dijual dengan harapan mendapat
imbalan berupa penghasilan dan keuntungan yang memadai.
Skala usaha yang berbeda dan lokasi peternakan yang tersebar diberbagai
tempat mengakibatkan pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor
menghadapi permasalahan harga dan biaya pemasaran. Biasanya harga dari setiap
8 
 
produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang
dipasarkan pada suatu pasar yang terbentuk. Pada pemasaran telur ayam
kampung, harga yang diterima peternak (produsen) masih jauh lebih rendah dari
harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang diterima peternak pada
kondisi normal adalah Rp.1000,00 per butir, sementara harga yang dibayarkan
konsumen Rp.1600,00 sampai dengan Rp. 2000,00 per butir. Jika dibandingkan
dengan telur ayam ras pada kondisi normal harga yang diterima peternak adalah
Rp750 per butir sementara harga yang dibayarkan konsumen Rp 850 sampai
dengan Rp.1000 per butir. Dari kedua jenis telur diatas, harga telur ayam
kampung sangat tinggi sekali dibandingkan dengan ayam broiler. Disamping
proses produksinya yang lebih lama dibandingkan dengan telur ayam ras, telur
ayam kampung juga masih jarang diusahakan secara intensif. Selain itu proses
penyediaan DOC hingga pemasaran telur ayam kampung belum terintegrasi
seperti ayam ras kebanyakan, hal ini yang mengakibatkan perbedaan harga yang
sangat signifikan antara telur ayam kampung dengan ayam ras.
Pada pemasaran telur ayam kampung di Bogor peternak selalu berpatokan
terhadap harga jual yang terjadi didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya
Blitar sebagai sentra produksi telur ayam terbesar di Indonesia. Di daerah
tersebut harga jual telur sangat rendah dan tidak bisa menutupi harga produksi,
karena di daerah Blitar dan sekitarnya para peternak banyak mengusahakan
budidaya ayam kampung tetapi dengan skala kecil.
Pada umumnya peternak bertindak sebagai penerima harga (price taker),
sehingga menyebabkan penerimaan ditingkat peternak menjadi paling rendah. Hal
tersebut terjadi dikarenakan peternak tidak memiliki bargaining position yang
kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya serta tidak memiliki
informasi yang lengkap mengenai harga jual dipasaran. Selain itu, jauhnya lokasi
pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya resiko para peternak
seandainya peternak menjual hasil panennya langsung kepada konsume akhir,
yaitu berupa biaya transpotasi. Sedangkan jika menjual hasil panen di daerah
produksinya, peternak menghadapi resiko harga penjualan terlalu rendah.
Semakin banyak pihak yang terlibat dalam pemasaran, maka akan semakin
9 
 
banyak pula perlakuan yang diberikan dan pengambilan keuntungan oleh setiap
lembaga pemasaran.
Proses pemasaran telur ayam kampung ini terjadi melalui beberapa
lembaga pemasaran, dimulai dari peternak sampai ke pedagang pengencer yang
pada akhirnya berhubungan dengan konsumen. Panjang atau pendeknya pola
saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap permintaan (keuntungan) peternak
pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Sehingga perlu dikaji sistem
pemasaran telur ayam kampung dengan mengidentifikasi faktor-faktor
pembentukan mekanisme pasar antara lain lembaga pemasaran, pola saluran
pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar serta keragaan
pasar sehingga terjadi permasalahan tersebut.
Melihat kondisi tersebut ada beberapa permasalahan yang terjadi dan perlu
dikaji antara lain:
1. Bagaimana sistem pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor ?
2. Apakah saluran pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor sudah
efisien yang dapat dilihat dari marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio
keuntungan biaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran yang dilakukan di
Kabupaten Bogor
2. Menganalisis efisiensi pemasaran pemasaran telur ayam kampung di
Kabupaten Bogor
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai gambaran umum
bagi pelaku dalam produksi dan pemasaran telur ayam kampung dan mengambil
kebijakan atau langkah-langkah yang berkaitan dengan kondisi dan struktur pasar,
sumbangan pemikiran kepada decision maker dalam mencari alternatif untuk
meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas telur ayam kampung di Kabupaten
Bogor, sebagai bahan pertimbangan atau literatur pada penelitian selajutnya
10 
 
bahwa informasi mengenai pasar dan bagaimana sistemnya merupakan sumber
daya yang sangat penting sebagai kunci keberhasilan untuk mengatasi kondisi
pasar yang sering mengalami fluktuasi. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini adalah
sebagai bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu manajemen agribisnis yang telah
didapatkan selama masa perkuliahan
1.5. Ruang lingkup
Batasan penelitian ini hanya menganalisis kegiatan pemasaran komoditas
telur ayam kampung dilihat dari struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar
serta melihat apa-apa saja yang terlibat dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga tersebut dalam kegiatan pemasaran komoditas telur ayam kampung.
Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi pemasaran
komoditas telur ayam kampung yang kemudian memberikan gambaran secara
umum mengenai kegiatan pemasaran untuk telur ayam kampung di Kabupaten
Bogor.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Telur Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan salah satu varietas dari ayam buras yang
paling banyak dikenal oleh masyarakat luas dan tersebar diseluruh pelosok tanah
air. Pengertian ayam buras meliputi seluruh ayam bukan ras atau selain ayam
negeri pedaging dan petelur. Penggolongan jenis ayam buras adalah jenis-jenis
ayam seperti ayam kampung, ayam kedu, ayam nunukan, ayam pelung ataupun
ayam hias. Selain itu, penggunaan istilah ayam kampung juga digunakan untuk
beberapa jenis ayam buras.
Menurut Sarwono Ayam buras adalah ayam jinak yang terbiasa hidup
ditengah masyarakat yang padat penduduk, mempunyai daya adaptasi tinggi
terhadap lingkungan yang berubah-rubah dan juga penyakit. Penggunaan obat-
obat untuk ayam kampung relatif sedikit, hal ini menyebabkan telur ayam
kampung lebih digemari karena lebih alami dibandingkan dengan ayam ras. Telur
ayam kampung mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan telur ayam
ras, karena memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar kemanisannya lebih rendah
dibandingkan telur ayam ras. Telur ayam kampung tidak hanya dikonsumsi
matang tetapi sering juga dikonsumsi segar atau mentah sebagai campuran madu,
susu, atau jamu untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Selain itu, telur ayam
kampung juga banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ayam kampung juga memiliki
beberapa kelemahan antara lain sulitnya memperoleh bibit yang baik dan produksi
telurnya yang lebih rendah dibandingkan ayam ras. Namun, tidak semua ayam
kampung berproduksi lebih rendah dibandingkan ayam ras. Ayam kampung jenis
kedu dan nunukan mampu memproduksi telur setara dengan produksi telur ayam
ras.
Masalah yang paling menonjol dalam pemeliharaan ayam kampung adalah
tingginya tingkat kematian anak ayam ketika berumur dibawah dua bulan.
Penyebab utamanya adalah serangan penyakit. Setelah melewati umur dua bulan,
biasanya ayam kampung lebih tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan
dengan ayam ras. Selain karena penyakit, penyebab kematian ayam bisa
12 
 
disebabkan oleh pengaruh pakan dan lingkungan yang kurang memadai. Menurut
Sujionohadi 2007 beberapa penyakit yang sering menyerang dan berbahaya serta
penyebab lainnya yang sering menganggu pertumbuhan ayam kampung antara
lain:
a. Tetelo/New Castle Disease (NCD)
b. Gumboro/ (Infectious Bursal Disease)
c. Marek (Leukosis Akuta)
d. Pilek Ayam (Infectious Coryza Snot)
e. Mencret
Pemanenan telur ayam dapat dimulai setelah ayam dara berumur 6 bulan.
Dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah cara memungut telur karena
telur mudah rusak. Dengan sistem intensif, produksi telur yang dihasilkan
diperkirakan bisa mencapai 50 persen dengan masa produksi selama satu tahun.
Penanganan pasca panen merupakan usaha untuk menjaga agar produk tetap
berkualitas baik,dan tidak mudah rusak. Penanganan pasca panen yang dilakukan
antara lain seleksi mutu dan pengemasan. Seleksi mutu dilaksanakan berdasarkan
mutu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Klasifikasi telur yang baik antara lain
bentuk telurnya normal, kulitnya mulus dan warna kulitnya seragam.
Telur 1
merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan
kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan
antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan
lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang
enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka
ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan
sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang
membutuhkan telur. Telur ayam mengandung protein 12,8 persen, telur bebek
13,1 persen dan telur puyuh 10,3 persen. Selain itu telur mengandung sejumlah
mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah
yang cukup.
                                                            
1
mietha.wordpress.com/2008/11/26/telur-makanan-berlimpah-gizi [5 mei 2009]
13 
 
Telur2
ayam mengandung asam amino yang lebih baik dan lebih tinggi
dibanding ayam ras maupun ayam negeri. Hal ini yang menyebabkan semua
kandungan gizi pada ayam telur kampung bisa diserap tubuh dengan lebih baik.
Meski begitu, dari segi kandungan gizi, seperti lemak, kolesterol, vitamin, dan
lainnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara telur ayam kampung dan
ayam ras maupun ayam negeri
Struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning
telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh
putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat
mengabsorpsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Putih telur
dikelilingi dan dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi
kerusakan fisik dan biologis.
Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni kualitas luarnya berupa
kulit, cangkang dan isi telur. Faktor luar meliputi bentuk, warna, tekstur,
keutuhan dan kebersihan kulit, sedangkan faktor isi telur meliputi kekentalan
putih telur, warna serta posisi kuning telur dan ada tidaknya noda-noda pada putih
dan kuning telur. Dalam suhu ruang, telur akan mengalami kerusakan setelah
disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini biasanya ditandai bila telur
dipecahkan isinya/kuning dan putih telur tidak menggumpal lagi. Tanda-tanda
telur segar yang baik adalah bentuk kulitnya bagus, cukup tebal, tidak cacat/retak,
teksturnya baik, warnanya bersih,rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning
telur di tengah dan tidak tidak terdapat bercak atau noda merah.
Dalam pemasaran telur dengan harga yang bagus harus dilakukan
standarisasi berdasarkan mutu, berat, keutuhan dan kebersihan kulit telur.
Berdasarkan kriteria itu, telur dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
kualitas. Telur yang berkualitas baik mempunyai harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan yang berkualitas tidak baik. Jika akan dijual ke pasar,
pengemasan menjadi hal yang harus diperhatikan. Menurut Agus,dkk (2001),
Pengemasan yang baik, selain mencegah telur pecah juga memudahkan
                                                            
2
www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg01732.html - 16k -
[5 mei 2009]
 
14 
 
pengangkutan. Secara tradisional, telur dikemas dalam kotak kayu yang diberi
jerami, hal ini sangat mudah dan kurang aman. Cara terbaik adalah mendesain
kantung khusus yang biasanya terbuat dari plastik untuk meletakkan telur, dengan
cara ini, telur dikemas rapi dan aman. Untuk pasar premium (pasar swalayan dan
supermarket), pengemasan ini telah menjadi standar.
2.2. Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis
Pemasaran merupakan suatu kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk
memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Penelitian mengenai
pemasaran produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain tentang
pemasaran telur ayam ras. Hasil yang diperoleh tentu saja berbeda dengan
karakteristik tempat dan komoditi yang diteliti. Ramdhiani dan Dame (2008)
meneliti tentang permintaan telur ayam ras dan buras. Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan pasar secara umum antara lain: (1) Rata-rata
pendapatan konsumen, apabila pendapatan naik maka konsumen cenderung
membeli lebih banyak, (2) Ukuran pasar, kota yang populasinya lebih besar akan
membeli lebih banyak dari pada kota yang populasinya kecil, (3) Harga dan
ketersediaan produk-produk yang berkaitan atau produk substitusi, (4) Selera
konsumen dan (5) Pengaruh lainnya seperti perayaan hari besar agama, tahun
baru.
Ramdhiani (2008) dalam penelitiannya tentang permintaan telur ayam ras
dan ayam buras menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur
ayam buras dan jumlah anggota rumah tangga. Begitu juga dengan Dame (2008)
dalam penelitiannya mengenai permintaan rumah tangga konsumen terhadap telur
ayam ras menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
permintaan telur ayam buras di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak Riau adalah
jumlah anggota keluarga dan selera. Kedua penelitian diatas tentang permintaan
telur ayam dapat disimpulkan bahwa, yang mempengaruhi permintaan telur ayam
ras maupun ayam buras adalah harga, pendapatan dan jumlah anggota keluarga
serta selera. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam
tidak jauh berbeda dengan komoditas agribisnis lainnya.
15 
 
Fungsi-fungsi pemasaran produk agribisnis secara umum telah banyak
dilakukan penelitian oleh Surya, Eryani, dan Sigalingging dalam penelitian
mereka tentang analisis pendapatan dan pemasaran produk agribisnis yang tidak
terlepas dari peranan pedagang grosir. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang
Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras Kotamadya Depok Provinsi
Jawa Barat mempunyai tujuan mempelajari, menganalisa serta menghitung
pendapatan usaha , mempelajari saluran pemasaran telur ayam ras berdasarkan
daerah tujuan pemasaran yang paling efisien ditinjau dari segi teknis, ekonomi,
marjin pemasaran serta farmer’s share. Selain itu juga mempunyai tujuan
mempelajari dan menganalisa fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku
pasar pada setiap lembaga pemasaran telur serta menghitung sebaran marjin
pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dengan jumlah
responden 30 persen dari jumlah pengencer yang melakukan pembelian ke
pedagang grosir. Saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua terdiri
dari 13 pola saluran pemasaran. Didalam pola saluran pemasaran tersebut
didalamnya tidak lepas dari peranan pedagang grosir. Sistem pembayaran grosir
kepada peternak yaitu sistem tunai dan sistem cek. Sistem pembayaran pengencer
kepada grosir yaitu sistem tunai dan sistem pembayaran kemudian (hutang).
Eryani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pemasaran
Mangga Gedong Ginju (Mangifera indica L), di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari saluran pemasaran dan fungsi
pemasaran, menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar, mengidentifikasi
efisiensi pemasaran. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan
wawancara langsung yang dilkakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan
jumlah respoden baik itu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang
grosir dan pedagang pengencer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa saluran
pemasaran mangga gedong ginju hingga ke konsumen melibatkan beberapa
pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang
grosir, supplier, dan pengencer. Saluran yang terbentuk sebanyak sembilan
saluran pemasaran juga didalamnya tidak lepas dari peranan padagang grosir.
16 
 
Sigalingging (2007) menyatakan dalam penelitiannya tentang Analisis
Efisiensi Pemasaran Ayam ras Pedaging (Broiler) di Kecamatan Pemijahan
Kabupaten Bogor mempunyai tujuan menganalisis saluran pemasaran ayam
broiler, menganalisis marjin pemasaran dan nilai perolehan peternak serta
menganalisis tingkat keterpaduan harga ditingkat pengencer dan harga ditingkat
peternak. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan
purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam saluran
pemasaran yang didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat
didalam pemasaran ayam ras pedaging. Saluran yang terbentuk ditingkat peternak
hanya satu saluran yaitu peternak menjual semua produknya ke inti. Dalam
pemasaran ayam pedaging ke inti lebih banyak menjual ayam kepada pedagang
pengumpul, karena pedagang pengumpul tidak memperlakukan ukuran standar
ayam sehingga peternak akan diuntungkan karena peternak tidak melakukan
penyortiran. Volume penjualan kepada pedagang pengencer lebih besar,
sementara efisiensi harga tercapai apabila perubahan harga yang terjadi ditingkat
konsumen harus langsung ditransmisikan kepada produsen oleh pelaku pasar.
Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan
pedagang grosir masih berperan besar. Peran pedagang grosir atau pengencer
sangatlah penting, mengingat hubungan mereka sangat dekat dan langsung
berkaitan dengan peternak seperti penelitian Surya, Eryani dan Sigalingging
menyatakan bahwa hampir semua lembaga dan saluran pemasaran tidak terlepas
dari pedagang grosir atau pengencer.
Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak
yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen
memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Pengukuran efisiensi
pemasaran telah dilakukan penelitian terdahulu oleh Surya, Kurniawati, dan
Sigalingging. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan
pemasaran telur ayam ras menyimpulkan bahwa struktur pasar yang hadapi
peternak cenderung cenderung mendekati struktur pasar oligopoli. Struktur pasar
yang dihadapi pedagang grosir di Pasar Parung, Pasar Buncit dan Pasar Ciputat
cenderung oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar
17 
 
Gaplok cenderung monopoli. Pada tingkat pedagang pengencer cenderung
mendekati struktur pasar persaingan sempurna.
Berdasarkan nilai indeks efisiensi teknis terendah dan nilai indeks efisiensi
ekonomi serta farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran yang dimulai dari
produsen-pedagang grosir –konsumen. Farmer’s share pada setiap saluran
pemasaran berkisar antara 82,43 persen sampai 96,88 persen. Secara keseluruhan
saluran pemasaran yang terbentuk cukup baik, karena harga yang diterima
produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar. Farmer’s share selalu
bertolak belakang dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin maka semakin
kecil farmer’s share yang didapat.
Sigalingging (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan
pendekatan analisis marjin, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan
IMC saluran pemasaran yang paling efisien terdapat pada saluran pemasaran dari
peternak langsung menjual semua produknya ke inti (pengumpul). Pemasaran
langsung ke pengumpul tidak memerlukan ukuran standar sehingga peternak lebih
diuntungkan.
Kurniawati (2007) dalam penelitiannya Analisis Pemasaran Buah stroberi
mempunyai tujuan menganalisis terjadinya perbedaan yang besar diantara harga
jual ditingkat pedagang pengencer,menganalisis sistem pemasaran pada lokasi
penelitian dengan menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, struktur
pasar dan fungsi lembaga pemasaran serta menganalisis tingkat efisiensi.
Perilaku pasar pada pemasaran buah stroberi ini terjadi dengan melihat
sistem penentuan harga dan pembayaran harga stroberi yang terjadi serta
kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Sistem penentuan
harga yang terjadi pada proses pemasaran buah stoberi di Desa Alamendah
berdasarkan dua cara yaitu berdasarkan penetapan berdasarkan kondisi pasar yang
sedang berlaku dan melihat kondisi kualitas dan permintaan produk. Hasil
perhitungan marjin pemasaran terbesar pada saluran satu yaitu 57,14 persen, total
marjin pemasaran berikutnya adalah pola pemasaran tiga dengan marjin sebesar
55,71 persen. Marjin pemasaran terkecil adalaha sebesar 42,86 persen.
Farmer’s share terbesar yaitu pada saluran pemasaran ke lima sebesar 60
persen, selanjutnya diikuti 53,33 persen pada saluran empat, 50 persen pada
18 
 
saluran pemasaran dua, 45,71 persen pada saluran tiga serta farmer’s share
terkecil pada pola pemasaran satu sebesar 42,86 persen. Berdasarkan perhitungan
marjin pemasaran, dan farmer’s share maka saluran pemasaran buah stroberi yang
paling efisien di Desa Alamendah adalah pada saluran dimana petani langsung
menjual hasil panennya kepada pedagang pengencer. Dari penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk, maka
semakin efisien dan semakin banyak keuntungan yang diterima petani.
Analisis pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari, Ciawi Bogor
Jawa Barat merupakan skripsi yang diangkat oleh Batubara (2009). Tujuan
penelitian tersebut adalah mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran
pemasaran sayuran organik di PT Agro Lestari, menganalisis perbedaan harga jual
ditingkat petani dan ditingkat pemasok serta menganalisis farmer’s share dan
rasio keutungan biaya untuk mendapatkan saluran pemasaran yang efisien.
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani sayuran organik bersifat pasar
persaingan sempurna, hal ini didasarkan pada jumlah petani (penjual) yang
banyak, dimana sebagian besar penduduk didaerah perusahaan bermata pencarian
pokok sebagai petani, sehingga petani yang menjual sayuran organik bersaing
dengan petani sayuran non organik. Struktur pasar yang dihadapi pedagang
pengumpul dan petani besar yaitu perusahaan sebagai penjual dan pemasok
sebagai pembeli menghadapi struktur pasar monopsoni karena jumlah pedagang
pengumpul hanya ada satu sementara pemasok cukup banyak. Struktur pasar
yang terjadi dipemasok merupakan struktur pasar oligopoli dimana penjual
sayuran organik lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembeli (konsumen
akhir).
Penelitian ini menghasilkan tiga pola saluran pemasaran, yang
menunjukkan bahwa total marjin pemasaran terbesar terdapat pada pola
pemasaran komoditi wortel organik dan petai organik yaitu sebesar 68 persen dan
70,86 persen. Marjin pemasaran terkecil yaitu pada pemasaran komoditi
kangkung 60,02 persen. Dari kepentingan petani saluran pemasaran yang
mendapatkan keuntungan terbesar adalah pada komoditas kangkung organik
dengan farmer’s share terbesar 40 persen.
19 
 
Berdasarkan penelitian-peneliatian diatas, baik penelitian pemasaran
tentang ayam maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum
terdapat penelitian mengenai analisis pemasaran telur ayam terutama telur ayam
kampung. Telur ayam kampung merupakan suatu produk yang digemari
konsumen teruatama karena masih alami,mempunyai rasa yang lebih gurih,
kandungan protein tinggi serta kandungan gizinya bagus. Agar suatu produk
mampu bersaing, diperlukan suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, dan
salah satu bentuk pengetahuan yang diperlukan pada pemasar adalah pengetahuan
terhadap saluran pemasaran, fungsi-fungsi yang ada disetiap lembaga pemasaran,
struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Penelitian ini menganalisis
perubahan nilai yang terjadi ketika terjadi perpindahan komoditas dari setiap
lembaga pemasaran baik dari segi perubahan fungsi, bentuk dan waktu.
Kesenjangan perubahan harga antara peternak dan konsumen akhir menjadikan
penyebab mengapa penelitian dengan judul Analisis Pemasaran Telur Ayam
Kampung di Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, terutama mengangkat telur ayam kampung sebagai topik utama.
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran
atau batasan-batasan tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian
yang akan dilakukan, adalah teori mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian analisis pemasaran Telur
Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat terdiri dari saluran pemasaran,
lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur serta perilaku pasar untuk
menilai efisiensi harga. Marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan
biaya digunakan untuk menilai efisiensi pemasaran secara operasional.
3.1.1. Sistem Pemasaran
Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan tataniaga atau pemasaran pangan
merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa
komoditas pertanian mulai dari titik produksi (petani) sampai ke tangan
konsumen. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa pemasaran mencakup
segala aktivitas yang diperlukan dalam pemindahan hak milik yang
menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasa-jasa dan fungsi-fungsi dalam
menjalankan distribusi barang dari produsen sampai ke konsumen termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan
bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan
memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Dengan kata lain
pemasaran merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan
produksi mulai dari produsen utama hingga sampai ke konsumen akhir.
Di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi,
disebut tataniaga karena niaga identik dengan barang dagang sehingga tataniaga
berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan
barang-barang. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga
disebut juga pemasaran atau marketing. Dalam suatu sistem pemasaran terdapat
komponen-komponen yang terlibat yaitu produsen, lembaga pemasaran dan
21
 
konsumen serta lembaga lain yang langsung atau tidak langsung terlibat
didalamnya. Sejauh mana tiap komponen tersebut terlibat dalam sistem
pemasaran komoditi pertanian rakyat tergantung pada aktivitas mereka dalam
membina sistem pemasaran yang sedang berlaku. Pada tiap tingkat waktu,
kegiatan komponen tersebut akan menentukan tingkat efisiensi pemasaran.
Kohl dan Uhl (2002) mendefinisikan pasar sebagai suatu arena untuk
mengatur dan menfasilitasi aktivitas bisnis serta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dasar ekonomi mengenai: produk apa yang dihasilkan, berapa banyak
produksi, bagaimana cara memproduksi, dan bagaimana produk didistribusikan.
Sedangkan menurut Dahl and Hammond (1977), secara garis besar pasar
merupakan sejumlah lingkungan atau tempat dimana, (1) kekuatan permintaan
dan penawaran saling bertemu, (2) terbentuk harga serta perubahan harga terjadi,
(3) terjadinya perpindahan kepemilikan sejumlah barang dan jasa dan, (4)
beberapa susunan fisik dan institusi dibuktikan.
Kohl dan Uhl (2002) merumuskan pemasaran sebagai bentuk dari segala
aktivitas bisnis termasuk didalamnya aliran barang-barang dan jasa dari titik
dimana produk pertanian dihasilkan sampai berada ditangan konsumen akhir.
Pemasaran mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan
dengan perpindahan hak milik dan fisik dari tangan produsen ke tangan
konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan
perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mudah penyalurannya
dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Konsep
tersebut menunjukkan adanya kegunaan bentuk, kegunaan waktu, kegunaan
tempat dan kegunaan hak milik yang menyebabkan pemasaran merupakan
kegiatan yang produktif (Limbong dan Sitorus, 1987).
Pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan tingkat
konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan. Upaya ini
menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat yang
tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada
gilirannya akan merangsang peningkatan volume produksi. Dengan kata lain,
memaksimumkan tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha,kesejahteraan dan mutu hidup
22
 
masyarakat. Tingkat produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan
memperbaiki kualitas hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial dan
merangsang peningkatan investasi pada sektor-sektor produktif, baik dibidang
produktif, baik dibidang pertanian maupun dibidang lainnya yang terkait.
3.1.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran
Limbong dan Sitorus (1987), mendefinisikan lembaga tataniaga sebagai
suatu lembaga perantara yang berperan dalam kegiatan penyaluran barang dan
jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses
pemasaran barang mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen
dikelompokkan menjadi empat kelompok antara lain:
1. Pengelompokkan berdasarkan fungsi yang dilakukan
Berdasarkan fungsi yang dilakukan, lembaga-lembaga pemasaran dapat
dibedakan menjadi:
a. Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran seperti pengecer,
grosir, dan lembaga perantara lainnya.
b. Lembaga pemasaran yang melakukan kegiata fisik seperti pengolahan,
pengangkutan dan penggudangan.
c. Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas-fasilitas pemasaran seperti
informasi pasar, Kredit Desa, KUD, Bank Unit Desa dan lain-lainnya.
2. Pengelompokkan berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang.
Berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang, lembaga-lembaga pemasaran
dapat dibedakan menjadi:
a. Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yang dapat
dipasarkan seperti: pengecer, grosir, pedagang pengumpul, tengkulak, dan
lain-lain.
b. Lembaga pemasaran yang menguasai tetapi tidak memiliki barang yang
dipasarkan seperti: agen, broker, lembaga pelanggan dan lain-lain.
c. Lembaga pemasaran yang tidak menguasai dan tidak memiliki barang yang
dipasarkan seperti: lembaga pengangkutan, pengolahan, perkreditan, dll.
23
 
3. Pengelompokkan berdasarkan kedudukannya dalam struktur pasar
a. Lembaga pemasaran yang bersaing sempurna, seperti pengecer beras,
pengecer rokok, dan lain-lain.
b. Lembaga pemasaran yang memonopolistis seperti pedagang bibit,
pedagang benih, dan lain-lain.
c. Lembaga pemasaran yang oligopolis, seperti importir cengkeh, perusahaan
semen, dan lain-lain.
4. Pengelompokkan berdasarkan bentuk usahanya
a. Berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi.
b. Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perseorangan, pedagang
pengecer, tengkulak dan sebagainya.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa untuk
digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas
memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan
waktu, tempat, dan pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang
yang membutuhkan atau menginginkannya.
Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka langsung ke
pemakai akhir. Antara produsen dan pemakai akhir terdapat satu atau beberapa
saluran pemasaran, yaitu serangkaian perantara pemasaran yang melaksanakan
berbagai fungsi. Keputusan saluran pemasaran merupakan salah satu keputusan
plaing rumit dan menantang yang dihadapi produsen. Saluran yang dipilih sangat
mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain (Limbong dan Sitorus, 1987).
Pola umum saluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia dapat
dilihat pada Gambar:
Gambar 1: Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di
Indonesia
Sumber: Limbong dan Sitorus, 1987
Produsen
Tengkulak
Koperasi/KUD Pengecer
Pedagang Besar
Perantra
Konsumen Akhir
Domestik
Pabrik/Eksportir
24
 
Pihak produsen menggunakan perantara bila mereka kekurangan sumber
daya finansial untuk melakukan pemasaran langsung atau bila mereka dapat
memperoleh penghasilan lebih banyak dengan menggunakan perantara.
Kegunaan perantara bersumber pada keunggulan efisiensi mereka untuk membuat
produk tersedia luas dan jangkauan oleh pasar sasaran. Fungsi paling penting
yang dilakukan perantara adalah informasi, promosi, negosiasi, pemesanan,
pembiayaan, pengambilan resiko, pemilikan fisik dan pembayaran (Kotler, 2002).
Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan
kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran.
Saluran nol-tingkat terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen
akhir. Saluran satu-tingkat berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer.
Saluran dua-tingkat berisi dua perantara. Dalam pasar barang konsumsi, mereka
pada umunya adalah pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-tingkat berisi
tiga perantara, misalnya pedagang besar, pemborong, dan pengecer. Hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2:
Gambar 2. Tingkatan Saluran Pemasaran
3.1.3. Fungsi-fungsi Pemasaran
Proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke tangan konsumen
memerlukan berbagai kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk
memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien, untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut
disebut sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terkait atau terlibat dalam proses
pemasaran suatu komoditas, dan membentuk rantai pemasaran atau sering disebut
sebagai sistem pemasaran.
 
Peternak 
Pdg Besar
Pemborong
Pengecer
 
Konsumen 
Pdg Besar
Pengecer
Pengecer
25
 
Aliran produk pertanian dari produsen sampai ke konsumen disertai
dengan peningkatan nilai guna komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai
guna ini terwujud apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang
melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Pada umumnya fungsi-fungsi pemasaran
yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran adalah fungsi pertukaran,
fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
Komoditi agribisnis bersifat “Non Supporting Self”, mudah rusak,
voluminous, dan bersifat musiman. Sifat-sifat tersebut membutuhkan penanganan
yang cermat dalam usaha pendistribusian peternakan hingga ke tangan konsumen.
Berbagai kegiatan penanganan dapat dikelompokkan ke dalam fungsi fisik,
pertukaran, fasilitas (Sudiyono, 2002).
Fungsi Pertukaran yaitu semua kegiatan yang berhubungan dengan
perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran
ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi
fisik merupakan semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan
jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu dan bentuk. Fungsi ini
meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan.
Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan
pertukaran yang terjadi antra produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari
fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggung resiko, fungsi pembayaran
dan fungsi informasi pasar.
Dari kesembilan fungsi pemasaran tersebut terdapat empat fungsi yang
berhubungan dengan kegiatan perbaikan mutu produk agribisnis. Keempat fungsi
tersebut adalah fungsi penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, sortasi dan
grading.
Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum
dikonsumsi atau menunggu untuk diangkut ke daeah pemasaran. Selama
pelaksanaan penyimpanan dilakukan beberapa tindakan untuk menjaga mutu
terutama bagi hasil-hasil pertanian yang mempunyai sifat mudah busuk. Pada
26
 
proses penyimpanan semua biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang
dilaksanakan adalah biaya penyimpanan termasuk biaya pemeliharaan fisik
gudang, resiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya-biaya lainnya yang
dikeluarkan selama barang tersebut masih disimpan.
Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang didaerah
konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan
mutunya. Adanya keterlambatan dalam pengangkutan dan jenis alat angkutan
yang tidak sesuai dengan sifat barang yang akan diangkut dapat menimbulkan
kerusakan dan penurunan mutu barang yang bersangkutan.
Fungsi standarisasi adalah merupakan suatu ukuran atau penentuan mutu
suatu barang dengan menggunakan berbagai ukuran seperti warna, susunan kimia,
ukuran bentuk, tingkat kematangan, ras dan kriteria lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan grading adalah tindakan menggolong-golongkan hasil pertanian
menurut suatu standarisasi yang diinginkan sehingga kelompok-kelompok barang
yang terkumpul sudah merupakan ukuran standar. Fungsi standarisasi dan
grading memberikan manfaat dalam proses pemasaran yaitu mempermudah
pembeli dan penjual untuk memberikan nilai terhadap barang yang bersangkutan,
mempermudah pelaksanaan jual beli serta mengurangi biaya pemasaran terutama
biaya pengangkutan.
Sistem pemasaran digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
masalah pemasaran suatu komoditi. Hasil yang dicapai adalah skema arus
komoditas (flow of goods). Dalam hal ini skema arus komoditas menggambarkan
macam saluran dan volume komoditi yang keluar dan masuk melalui saluran
pemasaran tertentu. Pembuatan skema arus komoditas akan menerangkan saluan
atau pola pemasaran yang memungkinkan kegiatan dapat lebih efisien. Analisis
saluran pemasaran juga dapat dipergunakan untuk membantu menganalisis margin
pemasaran dan integrasi pasar.
3.1.4. Struktur Pasar
Struktur pasar adalah dimensi yang menjelaskan sistem pengambilan
keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu
pasar, konsentrasi perusahaan, jenis-jenis dan diferensiasi produk serta syarat-
27
 
syarat masuk pasar ( Limbong dan Sitorus, 1987). Struktur pemasaran paling
banyak digunakan dalam menganalisis sistem pemasaran, karena melalui analisis
struktur pasar dapat dijelaskan bagaimana perilaku lembaga yang terlibat dan
akhirnya akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan
perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut.
Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar dibedakan menjadi dua macam
struktur pasar yaitu: (1) pasar persaingan sempurna, (2) pasar tidak bersaing
sempurna. Suatu pasar dapat digolongkan kedalam struktur pasar bersaing
sempurna jika memenuh ciri-ciri antara lain: terdapat banyak penjual maupun
pembeli, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan
jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar (penjual
dan pembeli berperan sebagai price taker), barang dan jasa yang dipasarkan
bersifat homogen, penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar.
Menurut Dahl dan Hammond (1977), pasar bersaing tidak sempurna dapat
dilihat dari dua sisi yaitu sisi pembeli dan sisi penjual. Sisi pembeli terdiri dari
pasar monopoli, oligopsoni, dan sebagainya. Dari sisi penjual terdiri dari pasar
persaingan monopolistik, pasar monopoli, oligopoli, duopoli dan sebagainya.
Pasar dapat diklasifikasikan menjadi empat struktur pesar berdasarkan
sifat dan bentuknya Limbong dan Sitorus, 1987 yaitu:
1. Struktur Pasar Bersaing Sempurna
Pada struktur pasar bersaing sempurna terdapat banyak penjual dan pembeli
yang bebas keluar masuk pasar. Barang dan jasa yang dipasarkan bersifat
homogen. Dengan struktur biaya tertentu, perusahaan tidak dapat menetapkan
harga sendiri untuk memaksimumkan keuntungan. Sehingga perusahaan hanya
sebagai penerima harga (price taker) dan hanya menghadapi satu tingkat
harga.
2. Struktur Pasar Bersaing Monopolistik
Struktur pasar bersaing monopolistik terdiri dari bayak pembeli dan penjual
yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga. Produk yang dijual
perusahaan tidak bersifat homogen tetapi memiliki perbedaan, seperti
perbedaan pengepakan, warna kemasan, harga dan pelayanannya. Untuk
28
 
mencapai keuntungan maksimum perusahaan dapat menekan biaya produksi
atau dengan cara perubahan teknologi.
3. Struktur Pasar Oligopoli
Perusahaan pada struktur pasar oligopoli tidak bebas untuk menentukan harga
produk yang dihasilkan untuk mencapai keuntungan maksimum, karena
perusahaan tergantung kepada struktur biaya dan permintaan produk yang
ditawarkan serta kepada tindakan perusahaan pesaing. Tindakan penurunan
harga produk oleh suatu perusahaan pada pasar oligopoli dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan atau “ market share” tertentu, tidak selalu dapat
dilakukan, dimana keputusan perusahaan harus didasarkan pada perusahaan
pemimpin (leader). Perusahaan leader ini dapat lebih bebas menentukan harga
dalam mencapai tujuan perusahaan.
4. Struktur Pasar Monopoli
Perusahaan monopoli dapat berbentuk monopili pemerintah, monopoli swasta
menurut undang-undang, dan monopoli swasta murni. Salah satu tindakan
perusahaan monopili untuk memperoleh keuntungan maksimum adalah melalui
diskriminasi harga (discrimatory pricing). Diskriminasi harga adalah menjal
produk yang sama pada tingkat harga yang berbeda dan pada pasar yang
berbeda.
3.1.5. Perilaku Pasar
Menurut Dahl and Hammond (1977), perilaku pasar merupakan pola
tingkah laku dari lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar
dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan,
penentuan harga, dan kerjasama antar lembaga tataniaga. Perilaku pasar dapat
diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan
oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, kemampuan
pasar untuk menerima sejumlah komoditi yang dijual, stabilitas pasar, sistem
pembayaran dan kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga.
Kohl dan Uhl (2002), menjelaskan bahwa dalam menggambarkan perilaku
pasar, terdapat empat hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) Input-output system,
sistem input-output ini menerangkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam
29
 
mengelola sejumlah input menjadi satu set output, (2) Power system, sistem
kekuatan ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dalam suatu sistem
tataniaga, misalnya kedudukan perusahaan dalam suatu sistem tataniaga sebagai
perusahaan yang memonopoli suatu produk sehingga perusahaan tersebut dapat
sebagai penentu harga, (3) Communications system, sistem komunikasi ini
mempelajari tentang perilaku perusahaan mengenai mudah tidaknya mendapatkan
informasi dan, (4) System for adapting to internal and external change, sistem
adaptif menerangkan bagaimana perilaku perusahaan dalam beradaptasi pada
suatu sistem tataniaga agar dapat bertahan di pasar.
Perilaku pasar dapat diketahui melalui pengamatan terhadap penjual dan
pembeli yang dilakukan tiap lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan
pembayaran, serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku
pasar juga menentukan strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam
menghadapi pesaing. Pelaku pasar harus memahami penampilan pasar agar dapat
mengetahui secara jelas bagaimana sistem pemasaran terjadi.
3.1.6. Keragaan Pasar
Dahl and Hammond (1977), mengemukakan bahwa keragaan pasar
merupakan akibat dari keadaan struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan
sehari-hari dengan ditunjukkan dengan variabel harga, biaya, dan volume
produksi dari output yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau
tidaknya suatu sistem tataniaga. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari
indikator: (1) harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan konsumen, dan (2)
marjin dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran
a. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga diberbagai lembaga
tingkat pemasaran didalam sistem pemasaran. Hal ini sering digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang menjembatani gap (bridging the gap) antara pasar
ditingkat petani (farmer) dengan pasar ditingkat eceran (retailer).
Marjin pemasaran menurut Kohls (2002) adalah “the price of all utility
adding and functions by food marketing firms. This price includes the expenses of
performing marketing function and also the food marketing profits”. Dikatakan
30
 
bahwa marjin pemaaran merupakan harga dari penambahan kegunaan dan fungsi
yang ditunjukkan oleh perusahaan pemasaran. Harga ini termasuk dari
pengeluaran dari fungsi pemasaran yang ditunjukkan dan juga keuntungan
pemasaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa marjin pemasaran
merupakan perbedaan harga antara produsen dan konsumen tingkat akhir, dimana
didalamnya terdapat harga penambahan nilai kegunaan dan fungsi serta
keuntungan bagi lembaga pemasaran.
Menurut Azzaino dalam Widiyanti 2008, marjin pemasaran adalah
perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk suatu produk dan
harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama. Margin pemasaran
termasuk semua biaya yang menggerakkan produk tersebut, mulai dari petani
hingga ke konsumen. Sehingga konsep marjin pemasaran dapat menjelaskan
bahwa kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan dalam menciptakan
tambahan nilai (value added) baik nilai tempat, waktu, bentuk maupun hak milik
melalui proses keseimbangan supply dan demand oleh pedagang yang berfungsi
sebagai perantara antara petani (produsen) dengan konsumen akhir.
Pada (gambar 3) dapat dilihat besarnya marjin pemasaran yang merupakan
hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan
jumlah produk yang dipasarkan.
Harga (P)
Sr
Sf
Pr
Pf
Dr
Df
Qrf Jumlah (Q)
Gambar 3: Konsep Marjin Pemasaran
Sumber: Dahl and Hammond (1977)
31
 
Keterangan:
Pr = Harga retail (tingkat pengencer)
Pf = Harga farmer (tingkat petani)
Sr = Supply retail (penawaran di tingkat pengencer)
Sf = Supply farmer (penawaran di tingkat petani)
Dr = Demand retail (permintaan di tingkat pengencer)
Df = Demand farmer (permintaan di tingkat petani)
(Pr-Pf) = Marjin tataniaga
(Pr-Pf) Qrf = Nilai marjin tataniaga
Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengencer
Berdasarkan Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah barang
yang sama, harga yang diterima petani lebih rendah dari pada yang dibayarkan
konsumen. Penawaran (Sf) pada harga ditingkat petani lebih besar dari pada
penawaran (Sr) pada harga ditingkat pengencer. Artinya jumlah barang yang
ditawarkan di tingkat petani mencakup semua input dan hasil akhir sedangkan
penawaran ditingkat pedagang pengencer telah ditambah dengan biaya-biaya
seperti biaya angkut dan sebagainya. Kondisi permintaan di tingkat petani (Df)
lebih kecil dari pada di tingkat pedagang pengencer (Dr), artinya permintaan di
tingkat pedagang pengumpul (tengkulak) lebih sedikit dari pada di tingkat
konsumen akhir.
Gambar 3 menjelaskan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per
satuan atau per unit ditunjukkan oleh besaran (Pr-Pf). Sedangkan nilai marjin
pemasaran (value of marketing margin) merupakan hasil perkalian dari perbedaan
harga pada dua tingkat lembaga pemasaran ( dalam hal ini selisih harga eceran
dengan tingkat harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besarnya
nilai marjin pemasaran dinyatakan dalam (Pr-Pf) x Qr,f. Marjin pemasaran hanya
menunjukkan perbedaan harga yang terjadi dan tidak menunjukkan jumlah produk
yang dipasarkan, sehingga jumlah produk ditingkat petani sama dengan jumlah
produk ditingkat petani sama dengan jumlah produk di tingkat pengencer atau
Qr = Qf = Qrf.
32
 
b. Farmer’s Share
Marjin pemasaran bukanlah satu-satunya indikator yang menentukan
efisiensi suatu komoditas. Salah satu indikator lain adalah dengan
membandingkan harga yang dibayar oleh konsumen akhir atau yang biasa disebut
farmer’s share (bagian harga yang diterima petani) dan sering dinyatakan dalam
persen. Farmer’s share mempunyai hubungan yang negatif dengan marjin
pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang
diperoleh petani akan semakin rendah. Menurut Kohls dan Uhls (2002),
mendefinisikan farmer’s share sebagai selisih antara harga retail dengan marjin
pemasaran. Farmer’s share merupakan bagian dari harga konsumen yang
diterima oleh petani, dan dinyatakan dalam persentase harga konsumen. Hal ini
berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku ditingkat konsumen
dinikmati oleh petani. Besarnya farmer’s share biasanya dipengaruhi oleh : (1)
Tingkat pemrosesan, (2) Biaya transportasi, (3) Keawetan produk dan (4) Jumlah
produk.
c. Rasio Keuntungan dan Biaya
Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat diihat dari besarnya
margin pemasaran dan farmer’s share, juga dapat dilihat dari penyebaran rasio
keuntungan dan biaya. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan
terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran, maka secara teknis sistem
pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio keuntungan dan biaya digunakan
untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh lembaga
pemasaran ketika biaya pemasaran naik sebesar satu satuan.
3.1.7. Efisiensi Pemasaran
Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak
yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen
memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran tersebut (Limbong dan
Sitorus, 1987).
Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan output.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
33
 
akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input
tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.
Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin
besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena
itu efisiensi pemasaran akan terjadi jika: (1) biaya pemasaran dapat ditekan
sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, (2) persentase perbedaan
harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, (3) tersedia
fasilitas fisik pemasaran, (4) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Umumnya
di negara-negara berkembang, empat kriteria di atas umunya digunakan sebagai
indikator efisiensi pemasaran ( Soekartawi dalam Sigalingging, 2007).
Efisiensi pemasaran dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu efisiensi
operasional (teknologi) dan efisiensi harga (ekonomis). Menurut Dahl dan
Hammond (1997), efisiensi operasional menunjukkan keadaan dimana biaya input
pemasaran dapat diturunkan tanpa mempengaruhi jumlah output barang dan jasa.
Analisis yang digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada proses
pemasaran suatu produk yaitu analisis marjin pemasran, farmer’s share serta rasio
keuntungan biaya.
Efisiensi harga dalam kegiatan pembelian, penjualan dan aspek harga dari
proses pemasaran. Terdapat tiga kondisi untuk menentukan adanya efisiensi
harga, yaitu tersedianya alternatif pilihan bagi konsumen, perbedaan harga pada
beberapa alternatif pilihan dapat mencerminkan perbedaan biaya yang dikeluarkan
dalam menyediakan pilihan-pilihan tersebut, produsen memiliki kebebasan untuk
masuk dan keluar pasar yang dilakukan sebagai jawaban atas keuntungan maupun
kerugian dari perbedaan harga tersebut.
Menurut Limbong dan Sitorus (1987), rendahnya nilai marjin pemasaran
suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi dalam
pemasaran suatu komoditi. Salah satu indikator yang sangat berguna adalah
memperbandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share) dari harga yang
dibayar dari konsumen akhir. Lebih lanjut lagi mereka menjelaskan bahwa nilai
marjin tataniaga hanya menunjukkan selisih antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima produsen.
34
 
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Dalam sistem pemasaran komoditas telur ayam kampung di Kabupaten
Bogor terdapat variasi saluran pemasaran. Adanya perbedaan ini mengakibatkan
perbedaan dalam hal harga jual, keuntungan, serta biaya pemasaran untuk masing-
masing lembaga pemasaran termasuk peternak. Kondisi yang terjadi dalam
pemasaran telur ayam kampung adalah rendahnya harga yang diterima peternak
dibandingkan dengan harga yang terjadi di konsumen, besarnya selisih antara
harga jual yang diterima peternak dengan harga yang dibayar oleh konsumen.
Penelitian ini menganalisis pemasaran “ telur ayam kampung di
Kabpaten Bogor dengan dimulai dari meninjau peternak sebagai produsen,
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dan masyarakat sebagai konsumen
akhir.
Analisis kualitatif meliputi analisis saluran pemasaran yang digunakan
untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran telur
ayam kampung,identifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh
setiap lembaga pemasaran guna mengetahui aktivitas yang dilakukan guna
memberikan nilai tambah dan memperlancar arus pemasaran komoditi ke tangan
konsumen dengan menggunakan analisis fungsi pemasaran, analisis struktur
pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar yang meliputi pengamatan jumlah dan
ukuran lembaga pemasaran, pandangan pembeli mengenai produk dan kegiatan
pemasaran telur ayam kampung, mudah tidaknya keluar masuk pasar,
ketersediaan informasi, tatacara penjualan, dan tatacara pembelian, pembentukan
harga disetiap jalur pemasaran. Analisis kuatitatif digunakan untuk melihat
tingkat efisiensi yang terjadi disetiap pola saluran pemasaran telur ayam kampung
yang meliputi analisis marjin pemasaran, perbandingan keuntungan terhadap
biaya (benefit/cost rasio) dan bagian harga yang diterima petani (farmer’s share).
Hasil analisis yang dilakukan dari sistem pemasaran telur ayam kampung
yang ada, maka akan diketahui efisiensi sistem pemasaran telur ayam kampung di
Kabupaten Bogor. Dengan demikian, akan diperoleh bagaimana perumusan
mengenai upaya-upaya perbaikan dan nantinya dapat diinformasikan kepada
peternak sebagai produsen, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat sebagai
penyalur dan pemerintah yang berperan sebagai lembaga yang mengawasi dan
35
 
memberikan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung upaya pemasaran telur
ayam kampung khususnya di Kabupaten Bogor.
Keterangan:
: Informasi dua arah
:Arus barang satu arah
: Arus uang satu arah
Gambar 4 : Skema Kerangka Pemikiran Operasional
Lembaga Pemasaran
• Pemasok
• Pedagang pengumpul
• Pengecer
Analisis Kuantitatif
• Marjin pemasaran
• Farmer’s share
• Rasio keuntungan biaya
Analisis Kualitatif
• Saluran dan lembaga pemasaran
• Fungsi pemasaran
• Struktur pasar dan perilaku pasar
Peternak
 
Konsumen
Terjadi perbedaan harga yang cukup besar antara
harga jual telur ayam kampung di tingkat
peternak dan harga jual di tingkat konsumen
Pemilihan saluran pemasaran
yang efisien
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi ayam
dan penduduk terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengumpulan data
dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang
dikumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh melalui pengamatan
dan wawancara langsung kepada peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya kepada pihak-pihak yang terlibat
langsung dengan pemasaran telur ayam yaitu: peternak responden dan pedagang
respoden (pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer).
Adapun jenis pertanyaan yang menjadi masalah yaitu yang terkait dengan
pemasaran, bagaimana sistem pemasaran yang dilaksanakan oleh peternak
maupun lembaga pemasaran, waktu pembelian dan penjualan, jumlah komoditas
yang diperjualbelikan, siapa yang menjadi konsumen dan sebagainya.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga pemerintah
yang terkait dengan masalah penelitian diantaranya Dinas Peternakan, Balai
Penelitian Ternak, Direktorat jenderal Peternakan, Badan Pusat Statistik (BPS).
Untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperoleh dari hasil penelusuran
melalui internet, hasil penelitian terdahulu, artikel-artikel pada surat kabar,
majalah, buku-buku serta literatur lain yang mendukung juga digunakan sebagai
sumber informasi. Adapun data yang diperlukan mengenai informasi
perkembangan peternakan khususnya peternakan ayam kampung di Kabupaten
Bogor, permintaan penduduk akan unggas, jumlah konsumsi telur per tahun, serta
keadaan geografis daerah Kabupaten Bogor.
37
 
4.3. Metoda Penarikan Responden
Penarikan sampel peternak maupun lembaga pemasaran seperti pedagang
pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer di Kabupaten Bogor dipilih
dengan teknik snowball sampling mengikuti alur saluran pemasaran telur ayam
kampung dari peternak hingga ke pedagang pengencer. Tekhnik ini dipilih karena
tidak ada kepastian jumlah peternak ayam kampung di Kabupaten Bogor, sulitnya
menemukan peternakan ayam kampung murni serta populasi terlalu menyebar
menurut area. Adapun jumlah peternak yang menjadi responden adalah
berjumlah lima orang yang terdiri dari dua orang peternak skala kecil ( < dari
5000 ekor), satu orang peternak skala menengah ( 5000-10.000 ekor) dan dua
orang peternak dengan skala besar (> 10.00 ekor). Area pemilihan sampel
peternak diantaranya daerah Sukabumi, Cisarua, Leuwiliang dan Parung.
Jumlah responden lembaga pemasaran untuk masing-masing pedagang
berbeda-beda, jumlah responden pedagang pengumpul berjumlah lima orang,
pedagang grosir berjumlah 10 orang dan pedagang pengecer 10 orang. Area
pemilihan sampel pedagang terdapat di Pasar Bogor, Pasar Leuwiliang, Pasar
Parung, Pasar Depok, dan minimarket maupun supermarket di Bogor dan Jakarta.
4.4. Metoda Analisis dan Pengolahan Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan
menggunakan bantuan kalkulator, komputer dan disajikan dalam bentuk
deskriptif, gambar dan tabulasi yang nantinya digunakan untuk mengelompokkan
dan mengklasifikasikan data yang ada dalam melakukan analisis data.
Perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keutungan dan biaya
(Benefit/Cost ratio) dilakukan dengan menggunakan kalkulator. Pengolahan data
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan mengelompokkan data, perhitungan
penyesuaian-penyesuaian untuk kemudian ditabelkan menurut keperluan.
4.4.1. Analisis Saluran Pemasaran
Metoda analisis pasar digunakan untuk mengetahui aliran pemasaran telur
ayam kampung dipihak produsen sampai ke pihak konsumen. Metoda ini
menganalisis himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak,
38
 
atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama barang atau
jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. Panjang pendeknya saluran
pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil peternakan tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya jarak antara produsen dengan konsumen, mudah tidaknya
produk itu rusak, skala produksi dan posisi keuangan perusahaan. Sehingga, dari
saluran-saluran pemasaran hasil analisa dapat menggambarkan pola pemasaran
secara keseluruhan dari komoditas telur ayam kampung.
Alur pemasaran telur ayam kampung ditelusuri mulai dari peternak sampai
kepada pengencer dan nantinya akan sampai ke konsumen akhir. Alur pemasaran
ini yang akan menjadi dasar dalam penggambaran pola pemasaran dari komoditi
telur ayam kampung. Semakin panjang saluran pemasaran, maka saluran
pemasaran tersebut semakin tidak efisien karena marjin yang tercipta dari semakin
panjangnya saluran pemasaran semakin besar antara peternak dan konsumen
akhir.
Perbedaan saluran pemasaran yang dilalui suatu komoditi akan
mempengaruhi pembagian pendapatan yang diterima masing-masing lembaga
pemasaran yang terlibat didalamnya. Bisa disimpulkan pula bahwa saluran
pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda bagi tiap-
tiap lembaga pemasaran.
4.4.2. Analisis Fungsi dan Lembaga Pemasaran
Analisis lembaga pemasaran dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Lembaga
pemasaran berperan sebagai perantara penyampaian barang dan produsen ke
konsumen yang kemudian membentuk saluran pemasaran. Analisis dari fungsi
pemasaran dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran.
Analisis fungsi pemasaran dilihat berdasarkan kegiatan pokok yang
dilakukan masing-masing lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran berperan
sebagai perantara penyampaian barang dari produsen ke konsumen yang
kemudian membentuk saluran pemasaran. Analisis dari fungsi pemasaran dapat
digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran.
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung

More Related Content

Similar to Tataniaga telur ayam kampung

PEMASARAN DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.ppt
PEMASARAN  DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.pptPEMASARAN  DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.ppt
PEMASARAN DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.ppt
AhfandhyAhmad
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualan
renysukmawani
 
Power point pemper
Power point pemperPower point pemper
Power point pemper
Ridho Adjjah
 
Kendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesia
Kendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesiaKendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesia
Kendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesia
Rahma Rizky
 

Similar to Tataniaga telur ayam kampung (20)

Laporan file stadi
Laporan file stadiLaporan file stadi
Laporan file stadi
 
pemasaran distribusi-produk-agribisnis
 pemasaran distribusi-produk-agribisnis pemasaran distribusi-produk-agribisnis
pemasaran distribusi-produk-agribisnis
 
PEMASARAN DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.ppt
PEMASARAN  DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.pptPEMASARAN  DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.ppt
PEMASARAN DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS.ppt,22 maret.ppt
 
Pemasaran kedelai mataram 1
Pemasaran kedelai mataram 1Pemasaran kedelai mataram 1
Pemasaran kedelai mataram 1
 
Tugas makalah mikro
Tugas makalah mikroTugas makalah mikro
Tugas makalah mikro
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualan
 
2411
24112411
2411
 
Andi, hapzi ali, tugas 3 minggu 9, sistem informasi pemasaran, ut, 2017
Andi, hapzi ali, tugas 3 minggu 9, sistem informasi pemasaran, ut, 2017Andi, hapzi ali, tugas 3 minggu 9, sistem informasi pemasaran, ut, 2017
Andi, hapzi ali, tugas 3 minggu 9, sistem informasi pemasaran, ut, 2017
 
360746-none-dab0fbe4.docx
360746-none-dab0fbe4.docx360746-none-dab0fbe4.docx
360746-none-dab0fbe4.docx
 
Kelompok 1_Ekonomi Untuk Kebijakan Publik.pptx
Kelompok 1_Ekonomi Untuk Kebijakan Publik.pptxKelompok 1_Ekonomi Untuk Kebijakan Publik.pptx
Kelompok 1_Ekonomi Untuk Kebijakan Publik.pptx
 
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
 
Margin pemasaran tanaman pangan
Margin pemasaran tanaman panganMargin pemasaran tanaman pangan
Margin pemasaran tanaman pangan
 
Laporan survey pasar
Laporan survey pasarLaporan survey pasar
Laporan survey pasar
 
Tugas koperasi fran
Tugas koperasi franTugas koperasi fran
Tugas koperasi fran
 
Laporan praktikum tataniaga pertanian
Laporan praktikum tataniaga pertanianLaporan praktikum tataniaga pertanian
Laporan praktikum tataniaga pertanian
 
101.pptx
101.pptx101.pptx
101.pptx
 
Power point pemper
Power point pemperPower point pemper
Power point pemper
 
Kendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesia
Kendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesiaKendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesia
Kendala dan prospek pemasaran produk pangan di indonesia
 
Bab iii. metodologi kajian 2006nov kemitraan ternak
Bab iii. metodologi kajian 2006nov kemitraan ternakBab iii. metodologi kajian 2006nov kemitraan ternak
Bab iii. metodologi kajian 2006nov kemitraan ternak
 
Tertum Sertifik
Tertum SertifikTertum Sertifik
Tertum Sertifik
 

Recently uploaded

Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxSosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
gulieglue
 
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJABAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
NoorAmelia4
 
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di PalembangKlinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi
 
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang 082223109953 Cytotec Asli Serang
 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Kandungan Denpasar Bali
 
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptxKELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
UPPKBGUYANGAN
 
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 

Recently uploaded (13)

Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxSosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
 
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi MikroPenentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
 
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJABAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
 
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di PalembangKlinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
 
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
 
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptxMateri Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
 
Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...
Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...
Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...
 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
 
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
 
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdfMATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
 
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptxKELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
 
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGANPPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
 

Tataniaga telur ayam kampung

  • 1. ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
  • 2. ii    RINGKASAN BETTY SAFITRI. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan (NUNUNG KUSNADI) Pemasaran yang disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak- pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan ouput. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi pemasaran akan terjadi jika :a) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, b) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan d) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Pada umunya indikator diatas merupakan penentu dari efisiensi pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling, sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keadaan lokasi, keadaan peternak, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keutungan terhadap biaya dan tingkat keterpaduan pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang terbentuk didalam pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor yaitu: 1) Peternak – Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak) – Pedagang Grosir - Pedagang Pengecer – Konsumen, 2) Peternak - Pedagang grosir – Pedagang Pengecer – Konsumen, 3) Peternak – Pedagang Pengecer – Konsumen. Didalam pemasaran telur ayam kampung semua lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi- fungsi pemasaran di dalam melakukan distribusi produk sehingga sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sementara struktur pasar yang terbentuk antara lembaga pemasaran yang terlibat berbeda-beda. Hal ini didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran telur ayam kampung. Ditingkat peternak struktur pasar yang terbentuk adalah pasar oligopoli, ditingkat pedagang pengumpul oligopoli murni, ditingkat pedagang grosir oligopoli dan ditingkat pedagang pengencer adalah kompetisi monopolistik.
  • 3. iii    Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 214, karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dengan lokasi penelitian serta rantai pemasarannya yang cukup pendek. Sementara biaya yang ditanggung oleh jalur pemasaran I sebesar Rp. 294 merupakan rantai pemasaran yang paling panjang. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I dan II yaitu sebesar Rp. 436 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta konsumen akhirnya bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang menjual komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil terdapat pada jalur pemasaran III yaitu sebesar Rp. 350, hal ini karena jumlah komoditas yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur di jual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil. Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu sebesar 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Apabila harga ditingkat akhir atau biaya yang dikeluarkan konsumen semakin besar maka harga yang dinikmati peternak semakin kecil, dan yang menikmati harga yang paling besar adalah lembaga-lembaga pemaasaran. Selain itu saluran pemasaran tiga memperoleh total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan farmer’s share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan total keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen. Total π/C pada setiap saluran pemasaran telur ayam kampung memiliki nilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pada masing-masing saluran sudah memberikan keuntungan. Nilai π/C tertinggi terdapat pada saluran pemasaran dua yaitu sebesar 7,27, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran pemasaran dua mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1/ butir telur maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.7,27/ butir . Rasio keuntungan biaya terbesar pada saluran dua diperoleh oleh pedagang grosir sebesar 3,69 yaitu dengan biaya Rp. 1/butir maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.3,69 / butir. Hal ini dikarenakan jumlah komoditas yang dipasarkan relatif banyak dengan harga beli dari konsumen lebih rendah, tidak ada perlakukan khusus yang dilakukan pedagang grosir dalam rangka menambah nilai guna telur ayam kampung.
  • 4. iv    Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga yang terlibat dibanding saluran pemasaran lainnya. Potensi pasar pada saluran pemasaran dua terbuka luas bagi setiap peternak di lokasi penelitian untuk memasarkan produknya ke pedagang grosir secara langsung tanpa harus berlangganan (pemasok tetap). Peternak pada saluran pemasaran dua dapat mengakses informasi dengan baik baik dari sesama pedagang dan peternak, memiliki posisi tawar dan jaringan yang kuat.
  • 5. v    ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) BETTY SAFITRI H34076035 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
  • 6. vi    Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Nama : Betty Safitri NRP : H34076035 Disetujui, Pembimbing Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002 Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus:
  • 7. vii    PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2009 Betty Safitri H34076035
  • 8. viii    RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lintau, Padang Sumatra Barat pada tanggal 23 juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syafrudin dan Ibunda Syaflidar,Msi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N.12 Patar dan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SLTP Negeri 5 Lintau. Penulis memilih SMUN 1 Lintau sebagai pendidikan tingkat atas dan dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalus USMI dan lulus pada tahun 2007. Pada bulan November tahun yang sama penulis langsung melanjutkan program S1 ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
  • 9. ix    KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Studi Kasus Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Skripsi ini menganalisis tentang sistem tataniaga telur ayam kampung yang bertujuan untuk melihat saluran pemasaran yang terbentuk, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, keterpaduan pasar ditingkat peternak dan tingkat pengencer. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga diperlukan saran dan kritik untuk perbaikan. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya. Bogor, September 2009 Betty Safitri
  • 10. x    UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr.Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen avaluator pada seminar proposal dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini. 3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang banyak memberikan saran. 4. Prof. Sofyan Iskandar selaku kepala Balai Penelitian Ternak yang telah banya memberikan saran dan informasi mengenai peternakan. 5. Ade Zulkarnain selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternakan Unggas Indonesia) dan pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi) yang telah banyak memberikan data dan pengarahan. 6. Bapak Bambang, Bapak Budi, selaku peternak yang banyak memberikan informasi seputar peternakan khususnya telur ayam kampung. 7. Kepada seluruh responden dan narasumber yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan informasi demi terselesainya penelitian ini. 8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Manajemen Agribisnis atas bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi. 9. Orang tua Papa Syafrudin dan Mama Syaflidar, MSi serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 10. Kedua adek ku Silva Berlus Coni dan Rahmatul Fajra terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sumber inspirasi. 11. Sermatutar Thopan Dollarisko atas motivasi dan semangatnya. 12. Linawati Akbar dan Rissa Gumanti Harahap terima kasih atas persahabatan selama ini.
  • 11. xi    13. Syahrul Ramdhani selaku pembahas pada seminar hasil. 14. Teman-teman DC.8 Wati, keira, Miles, Fitri, Laras, Yati dan Rahma terima kasih atas semangat, canda dan tawa, 15. Teman-teman MAB 41 Dedi , rendi, rasyid, devi, koko, ai, komar, ujang, taufik, ilham, tata, sally, sekar, rini,hilda, memel, chaca, indah, agre,dan lainnya serta Ekstensi Agribisnis angkatan 3 terima kasih atas kerjasama, kekompakan dan semangatnya. Akhirnya, semoga amal dan kebaikan Bapak / Ibu dan rekan-rekan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Amin. Bogor, September 2009 Penulis
  • 12. xii    DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR........................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xviii I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 9 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................. 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 10 II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 11 2.1 Karakteristik Telur Ayam Kampung .................................... 11 2.2 Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis .............................. 14 III KERANGKA PEMIKIRAN........................................................ 20 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 20 3.1.1 Sistem Pemasaran .............................................................. 20 3.1.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran ...................................... 22 3.1.3 Fungsi-fungsi Pemasaran................................................... 24 3.1.4 Struktur Pasar .................................................................... 27 3.1.5 Perilaku Pasar..................................................................... 28 3.1.6 Keragaan Pasar................................................................... 29 a. Marjin Pemasaran........................................................... 29 b. Farmer’s Share ............................................................... 32 c. Rasio Keuntungan dan Biaya ......................................... 33 3.1.7 Efisiensi Pemasaran ........................................................... 32 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 34 IV METODE PENELITIAN ............................................................ 36 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36 4.2 Jenis dan Sumber Data.............................................................. 36 4.3 Metode Penarikan Sampel......................................................... 37 4.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data ..................................... 37 4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran................................................ 37 4.4.2.Analisis Fungsi dan Lembaga Pemasaran .......................... 38 4.4.3 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar .................................. 39 4.4.4 Keragaan Pasar ................................................................... 40 a. Marjin Pemasaran........................................................... 40
  • 13. xiii    b. Farmer’s Share ............................................................... 42 c. Rasio Keuntungan dan Biaya ......................................... 42 4.4.5 Efisiensi Pemasaran............................................................ 42 4.5 Defenisi Operasional................................................................. 43 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................. 45 5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ...................... 45 5.1.1 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk................................... 46 5.1.2 Sarana dana Prasarana ........................................................ 48 5.2 Karakteristik Peternak Responden ........................................... 49 5.2.1 Umur dan Pengalaman Usahatani Peternak Responden............................................................ 49 5.2.2 Luas dan Status Kepemilikan Lahan................................... 51 5.2.3 Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian......................... 51 5.2.4 Skala Usaha Peternak.......................................................... 53 5.3 Karakteristik Pedagang................................................................ 54 5.3.1 Usia Responden .................................................................. 55 5.3.2 Tingkat Pendidikan Pedagang Responden.......................... 55 5.3.3 Status Usaha........................................................................ 56 5.3.4 Pengalaman Berusaha......................................................... 56 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Lembaga Pemasaran.................................................................. 59 6.2 Analisis Saluran Pemasaran ...................................................... 60 6.2.1 Pola Saluran Pemasaran 1................................................... 63 6.2.2 Pola Saluran Pemasaran II .................................................. 65 6.2.3 Pola Saluran Pemasaran III................................................. 66 6.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran ......................................................... 67 6.3.1 Fungsi Pemasaran Oleh Peternak........................................ 69 6.3.2 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengumpul................... 71 6.3.3 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Grosir........................... 72 6.3 4 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengecer....................... 74 6.4 Analisis Struktur Pasar.............................................................. 76 6.5 Struktur Pasar............................................................................ 79 6.5.1 Keadaaan Produk ................................................................ 79 6.5.2 Hambatan Keluar Masuk Pasar........................................... 80 6.5.3 Informasi Pasar.................................................................... 80 6.6 Analisis Perilaku Pasar ................................................................. 81 6.6.1 Praktek Pembelian dan Penjualan....................................... 81 6.6.2 Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran harga................ 84 6.6.3 Kerjasaman Antara Lembaga Pemasaran ........................... 85 6.7 Keragaan Pasar.......................................................................... 86 6.7.1 Marjin Pemasaran................................................................ 86 6.7.2 Farmer’s share.................................................................... 90 6.7.3 Rasio Keuntungan dan Biaya.............................................. 91
  • 14. xiv    6.7 Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung ............................. 93 VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 95 7.1 Kesimpulan ............................................................................... 95 7.2 Saran.......................................................................................... 97 DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 98 LAMPIRAN......................................................................................... 100
  • 15. xv    DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008………… 1 2. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006 .......................... 2 3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di Kabupaten Bogor Tahun 2007 .................................................... 5 4. Fungsi-fungsi Pemasaran ................................................................ 39 5. Karakteristik Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan Pembeli........................................................................ 40 6. Jumah Penduduk Kabupaten Bogor per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006 ............................................... 47 7. Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2008...................... 47 8. Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2006 .................................................... 48 9. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Umur di Kabupaten Bogor, Tahun 2009......................................... 50 10. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman dalam Usahaternak Telur Ayam Kampung, tahun 2009................. 50 11. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Luas Lahan pada Usahaternak di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 .............................. 51 12. Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2009 ............................... 52 13. Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor Berdasarkan Mata Pencaharian , Tahun 2009................................. 52 14. Skala Usaha Peternak di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jumlah Ternak yang diusahakan.................................................................. 54 15. Komposisi Umur Pedagang Responden.......................................... 55 16. Komposisi Tingkat Pendidikan Pedagang Responden.................... 56 17. Komposisi Pengalaman Berusaha Pedagang Responden................ 57 18. Kegiatan Pembelian Telur Pedagang Responden ........................... 57
  • 16. xvi    19. Sistem Pemasaran dan Lokasi Pemasaran Telur oleh Responden Pedagang ......................................................................................... 58 20. Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga-lembaga Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor................. 68 21. Fungsi-fungsi Pemasaran dari Lembaga Pemasaran Komoditas Telur Ayam Kampung .................................................. 69 22. Analisis Struktur Pasar Komoditas Telur Ayam Kampung Di Kabupaten Bogor........................................................................ 76 23. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ................................... 90 24. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Lembaga Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009............... 93
  • 17. xvii    DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia..................................................................... 23 2. Tingkatan Saluran Pemasaran......................................................... 24 3. Konsep Marjin Pemasaran .............................................................. 30 4. Skema Kerangka Pemikiran............................................................ 35 5. Pola Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 ....................................................... 61
  • 18. xviii    DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Telur Ayam Buras Menurut Provinsi Tahun 2002-2006 (Ton) ...................................................................... 101 2. Perkembangan Produksi Ternak dan Kontribusi Berbagai Jenis Ternak Terhadap Produksi Daging, Telur, Susu di Kabupaten Bogor 102 3. Pencapaian Target Produksi Hasil Ternak di Kabupaten Bogor.......... 102 4. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bogor Tahun 2003-2008................................................................................. 103 5. Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 .................... 103 6. Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 .................... 104 7. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani Tahun 2003-2008............. 104 8. Harga Rata-Rata Komoditas Peternakan Tahun 2008 ......................... 105 9. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran I ........................................ 106 10. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran II....................................... 107 11. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran III...................................... 108 12. Marjin Pemasaran Telur Ayam Kampung pada Saluran I,II,III di Kabupaten Bogor Tahun 2009......................................................... 109 13. Kuisioner Untuk Peternak.................................................................... 110 14. Kuisioner Untuk Pedagang .................................................................. 115 15. Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm… 120 16. Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm……. 121 17. Proses Produksi Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm……….. 122
  • 19. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perunggasan nasional merupakan andalan subsektor peternakan yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian negara terutama sebagai penghasil bahan makanan protein tinggi, menyediakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian yang sangat signifikan. Subsektor peternakan sebagai salah satu bagian dalam bidang pertanian diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam konsumsi kebutuhan protein dalam rangka mendapatkan hidup yang berkualitas melalui pemenuhan makanan yang seimbang. Jumlah populasi unggas dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, terutama ayam buras atau yang sering disebut ayam kampung walaupun pada beberapa komoditas terjadi penurunan pada tahun 2007 karena masuknya penyakit baru yang berasal dari Vietnam1 , Hongkong dan Thailand ini yang dikenal dengan flu burung. Akan tetapi populasi ayam kampung dan jenis unggas lainnya kembali membaik dan menunjukkan peningkatan. Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008 Unggas Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Ayam Buras/Native Chicken 276.989 278.954 291.085 272.251 290.803 Ayam Ras Petelur/Layer 93.416 84.790 100.202 111.489 116.474 Ayam Ras Pedaging/Broiler 778.970 811.189 797.527 891.659 1.075.885 Itik/Duck 32.573 32.405 32.481 35.867 36.931 Puyuh/Quail - - - 6.640,1 8.524,2 Merpati/Pigion - - - 162,5 175,6                                                              1 http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net [2 mei 2009]  
  • 20. 2    Sumber: Statistik Peternakan 2008 Perkembangan industri perunggasan merupakan salah satu penggerak dalam sektor pertanian Indonesia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2008 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi telur nasional sejak tahun 2002 terjadi peningkatan sampai dengan tahun 2006. Peningkatan konsumsi telur nasional tersebut dapat disebabkan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam, ikan, susu maupun protein lainnya. Hanya saja pada tahun 2004 jumlah konsumsi telur indonesia mengalami pertumbuhan negatif (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh adanya isu flu burung, usaha ternak unggas menghadapi permasalahan dan mengancam keberlanjutannya. Semakin menurunnya efisiensi biaya produksi karena semakin mahalnya biaya produksi. Biaya produksi terbesar pada usaha ternak ayam kampung adalah biaya pakan. Biaya pakan bisa mencapai 80 persen dari seluruh total biaya produksi. Secara umum, formula ransum atau pakan khusus unggas terdiri dari jagung, bungkil kedelai, dedak padi, pollard, tepung ikan dan bahan lainnya. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat disimpulkan kebutuhan produk perunggasan saat ini masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan. Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006 Tahun Produksi Telur (000 ton) Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan Itik) Ayam Kampung Ayam Ras Itik Nasional (ton) 2002 161,69 614,41 169,65 831.238 2003 177,02 611,54 185,04 967.522 2004 172,15 762,04 173,22 894.461 2005 175,40 681,10 195,00 1.041.661 2006 181,10 751,00 201,70 1.116.920 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan
  • 21. 3    Produksi yang selalu meningkat harus selalu diimbangi dengan konsumsi yang optimal agar semua produk terserap oleh pasar. Sifat permintaan telur ayam adalah (income estic demand), yang berarti bila pendapatan penduduk meningkat maka konsumsi telur juga meningkat. Peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung peningkatan hal tersebut. Diantaranya adalah faktor-faktor seperti peningkatan kesadaran konsumsi gizi, peningkatan pendapatan, tingkat pendidikan dan peningkatan jumlah penduduk. Di masa yang akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk low and middle income countries. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Indonesia, misalnya menurut perkiraan pada tahun 20052 pendapatan per kapita akan meningkat menjadi US$ 2.500 dan konsumsi telur diperkirakan akan mencapai 4,07 kg per kapita. Dengan memanfaatkan data proyeksi penduduk tahun 2005 dan proyeksi konsumsi telur per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun tersebut mencapai 979,70 ribu ton. Telur ayam kampung merupakan salah satu jenis makanan yang diminati oleh masyarakat luas, karena memiliki nilai gizi terutama kadar protein yang tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya yaitu sebesar 16,3 persen. Selain itu telur ayam kampung baik dikonsumsi dalam jumlah besar karena memiliki kadar lemak yang rendah yaitu sebesar 11,5 persen. Akhir-akhir ini gejala back to nature (kembali ke alam) menjadi suatu hal yang menarik. Masyarakat kelas menengah ke atas yang semula mengandrungi segala sesuatu yang serba teknologi kini mulai berubah ke situasi yang serba alami. Kecendrungan permintaan daging dan telur ayam kampung yang terus meningkat tampaknya ikut dipengaruhi oleh fenomena tersebut. Persepsi masyarakat tentang ayam kampung adalah ayam yang asli, masih berbau alam, dan belum tercemar oleh zat-zat berbahaya. Terlepas dari itu semua merupakan peluang untuk perkembangan telur ayam kampung. Melihat telur ayam kampung sebagai salah satu komoditas yang memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, sebagian masyarakat menyadari peluang bisnis yang muncul dalam usaha budidaya telur ayam kampung. Peluang bisnis ini                                                              2  www.bi.go,id/SIPUK/ayamras_petelur/pemasaran [20 mei 2009]   
  • 22. 4    kemudian menarik minat masyarakat untuk turut mengembangkannya dan lokasi- lokasi budidaya telur ayam kampung pun bermunculan. Di Indonesia, beberapa tempat di pulau jawa menjadi setra produksi telur ayam kampung yang cukup besar Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan produksi telur ayam buras terbesar ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Badan Statistik Peternakan 2006, menyatakan bahwa Provinsi Jawa Barat selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun terutama dari tahun 2002 sampai 2006. Rata-rata produksi telur ayam buras mengalami peningkatan setiap tahunnya mencapai 19 persen. Jawa Barat, khususnya wilayah Bogor memiliki kondisi alam yang sesuai bagi budidaya telur ayam kampung, hal ini menjadi faktor pendorong utama bagi usaha pertumbuhan telur ayam kampung. Disamping itu jumlah penduduk wilayah Bogor merupakan populasi tertinggi di Jawa Barat. Usaha-usaha budidaya telur ayam kampung yang berkembang memiliki skala usaha yang berbeda, dan pada akhirnya akan bermuara pada perbedaan kemampuan penawaran telur ayam kampung kepada konsumen. Dengan skala usaha yang berbeda tersebut, pengusaha-pengusaha ayam kampung akan memiliki saluran pemasaran yang berbeda pula, sesuai dengan keterbatasan pasokan yang dimilikinya. Prospek ekonomi dari komoditas peternakan sangat menguntungkan saat ini. Salah satu sektor peternakan yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan adalah sektor peternakan unggas. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sepanjang tahun sehingga kebutuhan/ konsumsi akan pangan meningkat tajam. Adapun jumlah pengeluaran per kapita perbulan berdasarkan jenis makanan penduduk Kabupaten Bogor (Tabel 3 ). Pada tabel dibawah terlihat pengeluaran terbesar konsumsi untuk protein hewani yaitu ikan, dan setelahnya telur dan susu yaitu berjumlah Rp. 11.777/ orang/ bulan. Hal ini menyatakan bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang pokok dan sangat digemari oleh masyarakat Kabupaten Bogor.
  • 23. 5    Tabel 3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di Kabupaten Bogor Tahun 2007 Jenis Barang Jumlah Pengeluaran (000 rupiah) Rata- rata per kapita < 60 60 s.d 79 80 s.d 99 100 s.d 149 150 s.d 199 200 s.d 299 300 s.d 499 > 500 Padi-padian 36 39 41 36 39 41 41 40 40 Umbi-umbian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ikan 5 7 9 5 7 9 13 19 11 Daging 0,81 8 1 3 0,818 1 3 7 18 6 Telur dan susu 2 4 7 2 4 7 12 28 11 Sayur-sayuran 4 6 8 4 6 8 11 16 9 Kacang- kacangan 3 5 6 3 5 6 8 10 7 Buah-buahan 1 2 3 1 2 3 6 15 5 Minyak dan lemak 4 5 6 4 5 6 8 10 7 Bahan minuman 2 3 5 2 3 5 7 10 6 Bumbu- bumbuan 2 3 4 2 3 4 5 6 4 Konsumsi lainnya 2 4 5 2 4 5 8 12 7 Makanan dan minuman siap saji 9 16 27 9 16 27 44 100 41 Minuman alkohol 9 13 46 9 13 46 101 348 107 Tembakau 8 14 21 8 14 21 30 44 25 Jumlah 87 115 152 87 115 152 209 335 189 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kebutuhan yang meningkat tetapi upaya peningkatan dari pemenuhan kebutuhan itu sendiri diabaikan. Disini dibutuhkan peranan pemasaran sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan kepentingan antara produsen dan konsumen, yaitu penyedia kebutuhan konsumen dan memperlancar upaya untuk pemenuhan kebutuhan. Salah satu upaya pengembangan komoditas peternakan secara umum adalah upaya pengembangan yang terkait dengan pemasarannya. Usaha dalam menciptakan kondisi pasar yang ideal dilakukan baik dari harga yang baik,
  • 24. 6    kemudahan dalam pendistribusian, kuatnya posisi petani dalam tawar-menawar, mengembangkan dan memperluas pasar, mendorong akses yang lebih luas terhadap informasi pasar, mengembangkan lembaga saluran distribusi, menciptakan tertib usaha, meningkatkan perlindungan konsumen, meningkatkan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi menengah, meningkatkan sarana dan prasarana pemasaran, mengurangi penyimpangan pasar agar terciptanya suatu kondisi pemasaran yang efisien dimulai dari peternak hingga konsumen akhir. Perlunya identifikasi masalah dalam pemasaran suatu komoditas adalah untuk mengetahui kondisi mana yang sudah tercipta dan kondisi mana yang masih perlu diupayakan. Sistem pemasaran peternakan merupakan suatu kesatuan urutan lembaga- lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk peternakan dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem pemasaran komoditas. Sistem pemasaran peternakan tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem pemasaran tersebut, baik secara vertikal atau urutan penambahan kegunaan dan menciptakan nilai tambah maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan produktif yang sama. Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut selanjutnya menetukan kinerja operasi dan proses sistem. Gonarsyah (1998) dalam Eryani, menuliskan bahwa kunci keberhasilan pengembangan pasar domestik adalah inovasi dan peningkatan efisiensi pemasaran. Dalam jangka pendek, peningkatan efisiensi pemasaran domestik lebih difokuskan pada penekanan biaya pemasaran dan pemantapan organisasi pemasaran yang ada. Dalam jangka panjang, peningkatan efisiensi difokuskan pada upaya mencari inovasi dan alternatif baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dapat menekan biaya-biaya pemasaran serta mempertimbangkan berbagai alternatif organisasi pemasaran dari yang sepenuhnya tergantung pada mekanisme pasar (invisible hand) sehingga sepenuhnya terbentuk integrasi
  • 25. 7    vertikal. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku. Sistem pemasaran tersebut sering juga disebut sebagai saluran pemasaran atau distribusi. Peranan pemasaran sendiri dalam peternakan/agribisnis adalah sangat besar, karena lebih kurang 80 persen pemasaran merupakan segmen dari sistem agribisnis dan 70 persen dari setiap pengeluaran konsumen untuk makan dan menutupi biaya pemasaran. Permasalah yang selalu dihadapi adalah bagaimana menciptakan sistem penanganan komoditi peternakan yang sejalan dengan perbaikan kesejahteraan pelaku didalamnya, terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek perdagangan hasil peternakan 1.2. Perumusan masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi dan daerah sentra produksi telur ayam buras terbesar ke tiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Khususnya wilayah Bogor selain memiliki wilayah yang luas juga memiliki jumlah populasi tertinggi di Jawa Barat serta merupakan tujuan pasar utama produk ternak ayam pedaging dan petelur. Hal ini dilandasi oleh beberapa alasan yaitu: adanya permintaan yang tinggi, akibat adanya perkembangan industri kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, jarak ke pasar utama dekat (Jakarta), dan adanya dukungan investasi industri baik industri hulu (industri pembibitan dan industri pakan ternak) maupun industri hilir penjualan telur ke berbagai restoran dan rumah makan. Pemasaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan usaha produksi, karena pemasaran merupakan ujung tombak untuk menilai berhasil tidaknya usaha yang dijalankan. Tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah manghasilkan produk untuk dipasarkan atau dijual dengan harapan mendapat imbalan berupa penghasilan dan keuntungan yang memadai. Skala usaha yang berbeda dan lokasi peternakan yang tersebar diberbagai tempat mengakibatkan pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan harga dan biaya pemasaran. Biasanya harga dari setiap
  • 26. 8    produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang dipasarkan pada suatu pasar yang terbentuk. Pada pemasaran telur ayam kampung, harga yang diterima peternak (produsen) masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang diterima peternak pada kondisi normal adalah Rp.1000,00 per butir, sementara harga yang dibayarkan konsumen Rp.1600,00 sampai dengan Rp. 2000,00 per butir. Jika dibandingkan dengan telur ayam ras pada kondisi normal harga yang diterima peternak adalah Rp750 per butir sementara harga yang dibayarkan konsumen Rp 850 sampai dengan Rp.1000 per butir. Dari kedua jenis telur diatas, harga telur ayam kampung sangat tinggi sekali dibandingkan dengan ayam broiler. Disamping proses produksinya yang lebih lama dibandingkan dengan telur ayam ras, telur ayam kampung juga masih jarang diusahakan secara intensif. Selain itu proses penyediaan DOC hingga pemasaran telur ayam kampung belum terintegrasi seperti ayam ras kebanyakan, hal ini yang mengakibatkan perbedaan harga yang sangat signifikan antara telur ayam kampung dengan ayam ras. Pada pemasaran telur ayam kampung di Bogor peternak selalu berpatokan terhadap harga jual yang terjadi didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya Blitar sebagai sentra produksi telur ayam terbesar di Indonesia. Di daerah tersebut harga jual telur sangat rendah dan tidak bisa menutupi harga produksi, karena di daerah Blitar dan sekitarnya para peternak banyak mengusahakan budidaya ayam kampung tetapi dengan skala kecil. Pada umumnya peternak bertindak sebagai penerima harga (price taker), sehingga menyebabkan penerimaan ditingkat peternak menjadi paling rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan peternak tidak memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya serta tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai harga jual dipasaran. Selain itu, jauhnya lokasi pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya resiko para peternak seandainya peternak menjual hasil panennya langsung kepada konsume akhir, yaitu berupa biaya transpotasi. Sedangkan jika menjual hasil panen di daerah produksinya, peternak menghadapi resiko harga penjualan terlalu rendah. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam pemasaran, maka akan semakin
  • 27. 9    banyak pula perlakuan yang diberikan dan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga pemasaran. Proses pemasaran telur ayam kampung ini terjadi melalui beberapa lembaga pemasaran, dimulai dari peternak sampai ke pedagang pengencer yang pada akhirnya berhubungan dengan konsumen. Panjang atau pendeknya pola saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap permintaan (keuntungan) peternak pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Sehingga perlu dikaji sistem pemasaran telur ayam kampung dengan mengidentifikasi faktor-faktor pembentukan mekanisme pasar antara lain lembaga pemasaran, pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar serta keragaan pasar sehingga terjadi permasalahan tersebut. Melihat kondisi tersebut ada beberapa permasalahan yang terjadi dan perlu dikaji antara lain: 1. Bagaimana sistem pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor ? 2. Apakah saluran pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor sudah efisien yang dapat dilihat dari marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran yang dilakukan di Kabupaten Bogor 2. Menganalisis efisiensi pemasaran pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai gambaran umum bagi pelaku dalam produksi dan pemasaran telur ayam kampung dan mengambil kebijakan atau langkah-langkah yang berkaitan dengan kondisi dan struktur pasar, sumbangan pemikiran kepada decision maker dalam mencari alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas telur ayam kampung di Kabupaten Bogor, sebagai bahan pertimbangan atau literatur pada penelitian selajutnya
  • 28. 10    bahwa informasi mengenai pasar dan bagaimana sistemnya merupakan sumber daya yang sangat penting sebagai kunci keberhasilan untuk mengatasi kondisi pasar yang sering mengalami fluktuasi. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini adalah sebagai bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu manajemen agribisnis yang telah didapatkan selama masa perkuliahan 1.5. Ruang lingkup Batasan penelitian ini hanya menganalisis kegiatan pemasaran komoditas telur ayam kampung dilihat dari struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar serta melihat apa-apa saja yang terlibat dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga- lembaga tersebut dalam kegiatan pemasaran komoditas telur ayam kampung. Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi pemasaran komoditas telur ayam kampung yang kemudian memberikan gambaran secara umum mengenai kegiatan pemasaran untuk telur ayam kampung di Kabupaten Bogor.
  • 29. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Telur Ayam Kampung Ayam kampung merupakan salah satu varietas dari ayam buras yang paling banyak dikenal oleh masyarakat luas dan tersebar diseluruh pelosok tanah air. Pengertian ayam buras meliputi seluruh ayam bukan ras atau selain ayam negeri pedaging dan petelur. Penggolongan jenis ayam buras adalah jenis-jenis ayam seperti ayam kampung, ayam kedu, ayam nunukan, ayam pelung ataupun ayam hias. Selain itu, penggunaan istilah ayam kampung juga digunakan untuk beberapa jenis ayam buras. Menurut Sarwono Ayam buras adalah ayam jinak yang terbiasa hidup ditengah masyarakat yang padat penduduk, mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan yang berubah-rubah dan juga penyakit. Penggunaan obat- obat untuk ayam kampung relatif sedikit, hal ini menyebabkan telur ayam kampung lebih digemari karena lebih alami dibandingkan dengan ayam ras. Telur ayam kampung mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan telur ayam ras, karena memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar kemanisannya lebih rendah dibandingkan telur ayam ras. Telur ayam kampung tidak hanya dikonsumsi matang tetapi sering juga dikonsumsi segar atau mentah sebagai campuran madu, susu, atau jamu untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Selain itu, telur ayam kampung juga banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ayam kampung juga memiliki beberapa kelemahan antara lain sulitnya memperoleh bibit yang baik dan produksi telurnya yang lebih rendah dibandingkan ayam ras. Namun, tidak semua ayam kampung berproduksi lebih rendah dibandingkan ayam ras. Ayam kampung jenis kedu dan nunukan mampu memproduksi telur setara dengan produksi telur ayam ras. Masalah yang paling menonjol dalam pemeliharaan ayam kampung adalah tingginya tingkat kematian anak ayam ketika berumur dibawah dua bulan. Penyebab utamanya adalah serangan penyakit. Setelah melewati umur dua bulan, biasanya ayam kampung lebih tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Selain karena penyakit, penyebab kematian ayam bisa
  • 30. 12    disebabkan oleh pengaruh pakan dan lingkungan yang kurang memadai. Menurut Sujionohadi 2007 beberapa penyakit yang sering menyerang dan berbahaya serta penyebab lainnya yang sering menganggu pertumbuhan ayam kampung antara lain: a. Tetelo/New Castle Disease (NCD) b. Gumboro/ (Infectious Bursal Disease) c. Marek (Leukosis Akuta) d. Pilek Ayam (Infectious Coryza Snot) e. Mencret Pemanenan telur ayam dapat dimulai setelah ayam dara berumur 6 bulan. Dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah cara memungut telur karena telur mudah rusak. Dengan sistem intensif, produksi telur yang dihasilkan diperkirakan bisa mencapai 50 persen dengan masa produksi selama satu tahun. Penanganan pasca panen merupakan usaha untuk menjaga agar produk tetap berkualitas baik,dan tidak mudah rusak. Penanganan pasca panen yang dilakukan antara lain seleksi mutu dan pengemasan. Seleksi mutu dilaksanakan berdasarkan mutu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Klasifikasi telur yang baik antara lain bentuk telurnya normal, kulitnya mulus dan warna kulitnya seragam. Telur 1 merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur. Telur ayam mengandung protein 12,8 persen, telur bebek 13,1 persen dan telur puyuh 10,3 persen. Selain itu telur mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah yang cukup.                                                              1 mietha.wordpress.com/2008/11/26/telur-makanan-berlimpah-gizi [5 mei 2009]
  • 31. 13    Telur2 ayam mengandung asam amino yang lebih baik dan lebih tinggi dibanding ayam ras maupun ayam negeri. Hal ini yang menyebabkan semua kandungan gizi pada ayam telur kampung bisa diserap tubuh dengan lebih baik. Meski begitu, dari segi kandungan gizi, seperti lemak, kolesterol, vitamin, dan lainnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara telur ayam kampung dan ayam ras maupun ayam negeri Struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat mengabsorpsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Putih telur dikelilingi dan dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan biologis. Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni kualitas luarnya berupa kulit, cangkang dan isi telur. Faktor luar meliputi bentuk, warna, tekstur, keutuhan dan kebersihan kulit, sedangkan faktor isi telur meliputi kekentalan putih telur, warna serta posisi kuning telur dan ada tidaknya noda-noda pada putih dan kuning telur. Dalam suhu ruang, telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini biasanya ditandai bila telur dipecahkan isinya/kuning dan putih telur tidak menggumpal lagi. Tanda-tanda telur segar yang baik adalah bentuk kulitnya bagus, cukup tebal, tidak cacat/retak, teksturnya baik, warnanya bersih,rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning telur di tengah dan tidak tidak terdapat bercak atau noda merah. Dalam pemasaran telur dengan harga yang bagus harus dilakukan standarisasi berdasarkan mutu, berat, keutuhan dan kebersihan kulit telur. Berdasarkan kriteria itu, telur dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kualitas. Telur yang berkualitas baik mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan dengan yang berkualitas tidak baik. Jika akan dijual ke pasar, pengemasan menjadi hal yang harus diperhatikan. Menurut Agus,dkk (2001), Pengemasan yang baik, selain mencegah telur pecah juga memudahkan                                                              2 www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg01732.html - 16k - [5 mei 2009]  
  • 32. 14    pengangkutan. Secara tradisional, telur dikemas dalam kotak kayu yang diberi jerami, hal ini sangat mudah dan kurang aman. Cara terbaik adalah mendesain kantung khusus yang biasanya terbuat dari plastik untuk meletakkan telur, dengan cara ini, telur dikemas rapi dan aman. Untuk pasar premium (pasar swalayan dan supermarket), pengemasan ini telah menjadi standar. 2.2. Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis Pemasaran merupakan suatu kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Penelitian mengenai pemasaran produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain tentang pemasaran telur ayam ras. Hasil yang diperoleh tentu saja berbeda dengan karakteristik tempat dan komoditi yang diteliti. Ramdhiani dan Dame (2008) meneliti tentang permintaan telur ayam ras dan buras. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar secara umum antara lain: (1) Rata-rata pendapatan konsumen, apabila pendapatan naik maka konsumen cenderung membeli lebih banyak, (2) Ukuran pasar, kota yang populasinya lebih besar akan membeli lebih banyak dari pada kota yang populasinya kecil, (3) Harga dan ketersediaan produk-produk yang berkaitan atau produk substitusi, (4) Selera konsumen dan (5) Pengaruh lainnya seperti perayaan hari besar agama, tahun baru. Ramdhiani (2008) dalam penelitiannya tentang permintaan telur ayam ras dan ayam buras menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur ayam buras dan jumlah anggota rumah tangga. Begitu juga dengan Dame (2008) dalam penelitiannya mengenai permintaan rumah tangga konsumen terhadap telur ayam ras menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan telur ayam buras di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak Riau adalah jumlah anggota keluarga dan selera. Kedua penelitian diatas tentang permintaan telur ayam dapat disimpulkan bahwa, yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras maupun ayam buras adalah harga, pendapatan dan jumlah anggota keluarga serta selera. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam tidak jauh berbeda dengan komoditas agribisnis lainnya.
  • 33. 15    Fungsi-fungsi pemasaran produk agribisnis secara umum telah banyak dilakukan penelitian oleh Surya, Eryani, dan Sigalingging dalam penelitian mereka tentang analisis pendapatan dan pemasaran produk agribisnis yang tidak terlepas dari peranan pedagang grosir. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras Kotamadya Depok Provinsi Jawa Barat mempunyai tujuan mempelajari, menganalisa serta menghitung pendapatan usaha , mempelajari saluran pemasaran telur ayam ras berdasarkan daerah tujuan pemasaran yang paling efisien ditinjau dari segi teknis, ekonomi, marjin pemasaran serta farmer’s share. Selain itu juga mempunyai tujuan mempelajari dan menganalisa fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar pada setiap lembaga pemasaran telur serta menghitung sebaran marjin pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dengan jumlah responden 30 persen dari jumlah pengencer yang melakukan pembelian ke pedagang grosir. Saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua terdiri dari 13 pola saluran pemasaran. Didalam pola saluran pemasaran tersebut didalamnya tidak lepas dari peranan pedagang grosir. Sistem pembayaran grosir kepada peternak yaitu sistem tunai dan sistem cek. Sistem pembayaran pengencer kepada grosir yaitu sistem tunai dan sistem pembayaran kemudian (hutang). Eryani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pemasaran Mangga Gedong Ginju (Mangifera indica L), di Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari saluran pemasaran dan fungsi pemasaran, menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar, mengidentifikasi efisiensi pemasaran. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara langsung yang dilkakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah respoden baik itu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir dan pedagang pengencer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa saluran pemasaran mangga gedong ginju hingga ke konsumen melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, supplier, dan pengencer. Saluran yang terbentuk sebanyak sembilan saluran pemasaran juga didalamnya tidak lepas dari peranan padagang grosir.
  • 34. 16    Sigalingging (2007) menyatakan dalam penelitiannya tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Ayam ras Pedaging (Broiler) di Kecamatan Pemijahan Kabupaten Bogor mempunyai tujuan menganalisis saluran pemasaran ayam broiler, menganalisis marjin pemasaran dan nilai perolehan peternak serta menganalisis tingkat keterpaduan harga ditingkat pengencer dan harga ditingkat peternak. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran yang didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat didalam pemasaran ayam ras pedaging. Saluran yang terbentuk ditingkat peternak hanya satu saluran yaitu peternak menjual semua produknya ke inti. Dalam pemasaran ayam pedaging ke inti lebih banyak menjual ayam kepada pedagang pengumpul, karena pedagang pengumpul tidak memperlakukan ukuran standar ayam sehingga peternak akan diuntungkan karena peternak tidak melakukan penyortiran. Volume penjualan kepada pedagang pengencer lebih besar, sementara efisiensi harga tercapai apabila perubahan harga yang terjadi ditingkat konsumen harus langsung ditransmisikan kepada produsen oleh pelaku pasar. Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan pedagang grosir masih berperan besar. Peran pedagang grosir atau pengencer sangatlah penting, mengingat hubungan mereka sangat dekat dan langsung berkaitan dengan peternak seperti penelitian Surya, Eryani dan Sigalingging menyatakan bahwa hampir semua lembaga dan saluran pemasaran tidak terlepas dari pedagang grosir atau pengencer. Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Pengukuran efisiensi pemasaran telah dilakukan penelitian terdahulu oleh Surya, Kurniawati, dan Sigalingging. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan pemasaran telur ayam ras menyimpulkan bahwa struktur pasar yang hadapi peternak cenderung cenderung mendekati struktur pasar oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar Parung, Pasar Buncit dan Pasar Ciputat cenderung oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar
  • 35. 17    Gaplok cenderung monopoli. Pada tingkat pedagang pengencer cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna. Berdasarkan nilai indeks efisiensi teknis terendah dan nilai indeks efisiensi ekonomi serta farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran yang dimulai dari produsen-pedagang grosir –konsumen. Farmer’s share pada setiap saluran pemasaran berkisar antara 82,43 persen sampai 96,88 persen. Secara keseluruhan saluran pemasaran yang terbentuk cukup baik, karena harga yang diterima produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar. Farmer’s share selalu bertolak belakang dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin maka semakin kecil farmer’s share yang didapat. Sigalingging (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan pendekatan analisis marjin, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan IMC saluran pemasaran yang paling efisien terdapat pada saluran pemasaran dari peternak langsung menjual semua produknya ke inti (pengumpul). Pemasaran langsung ke pengumpul tidak memerlukan ukuran standar sehingga peternak lebih diuntungkan. Kurniawati (2007) dalam penelitiannya Analisis Pemasaran Buah stroberi mempunyai tujuan menganalisis terjadinya perbedaan yang besar diantara harga jual ditingkat pedagang pengencer,menganalisis sistem pemasaran pada lokasi penelitian dengan menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, struktur pasar dan fungsi lembaga pemasaran serta menganalisis tingkat efisiensi. Perilaku pasar pada pemasaran buah stroberi ini terjadi dengan melihat sistem penentuan harga dan pembayaran harga stroberi yang terjadi serta kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Sistem penentuan harga yang terjadi pada proses pemasaran buah stoberi di Desa Alamendah berdasarkan dua cara yaitu berdasarkan penetapan berdasarkan kondisi pasar yang sedang berlaku dan melihat kondisi kualitas dan permintaan produk. Hasil perhitungan marjin pemasaran terbesar pada saluran satu yaitu 57,14 persen, total marjin pemasaran berikutnya adalah pola pemasaran tiga dengan marjin sebesar 55,71 persen. Marjin pemasaran terkecil adalaha sebesar 42,86 persen. Farmer’s share terbesar yaitu pada saluran pemasaran ke lima sebesar 60 persen, selanjutnya diikuti 53,33 persen pada saluran empat, 50 persen pada
  • 36. 18    saluran pemasaran dua, 45,71 persen pada saluran tiga serta farmer’s share terkecil pada pola pemasaran satu sebesar 42,86 persen. Berdasarkan perhitungan marjin pemasaran, dan farmer’s share maka saluran pemasaran buah stroberi yang paling efisien di Desa Alamendah adalah pada saluran dimana petani langsung menjual hasil panennya kepada pedagang pengencer. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk, maka semakin efisien dan semakin banyak keuntungan yang diterima petani. Analisis pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari, Ciawi Bogor Jawa Barat merupakan skripsi yang diangkat oleh Batubara (2009). Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran sayuran organik di PT Agro Lestari, menganalisis perbedaan harga jual ditingkat petani dan ditingkat pemasok serta menganalisis farmer’s share dan rasio keutungan biaya untuk mendapatkan saluran pemasaran yang efisien. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani sayuran organik bersifat pasar persaingan sempurna, hal ini didasarkan pada jumlah petani (penjual) yang banyak, dimana sebagian besar penduduk didaerah perusahaan bermata pencarian pokok sebagai petani, sehingga petani yang menjual sayuran organik bersaing dengan petani sayuran non organik. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan petani besar yaitu perusahaan sebagai penjual dan pemasok sebagai pembeli menghadapi struktur pasar monopsoni karena jumlah pedagang pengumpul hanya ada satu sementara pemasok cukup banyak. Struktur pasar yang terjadi dipemasok merupakan struktur pasar oligopoli dimana penjual sayuran organik lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembeli (konsumen akhir). Penelitian ini menghasilkan tiga pola saluran pemasaran, yang menunjukkan bahwa total marjin pemasaran terbesar terdapat pada pola pemasaran komoditi wortel organik dan petai organik yaitu sebesar 68 persen dan 70,86 persen. Marjin pemasaran terkecil yaitu pada pemasaran komoditi kangkung 60,02 persen. Dari kepentingan petani saluran pemasaran yang mendapatkan keuntungan terbesar adalah pada komoditas kangkung organik dengan farmer’s share terbesar 40 persen.
  • 37. 19    Berdasarkan penelitian-peneliatian diatas, baik penelitian pemasaran tentang ayam maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum terdapat penelitian mengenai analisis pemasaran telur ayam terutama telur ayam kampung. Telur ayam kampung merupakan suatu produk yang digemari konsumen teruatama karena masih alami,mempunyai rasa yang lebih gurih, kandungan protein tinggi serta kandungan gizinya bagus. Agar suatu produk mampu bersaing, diperlukan suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, dan salah satu bentuk pengetahuan yang diperlukan pada pemasar adalah pengetahuan terhadap saluran pemasaran, fungsi-fungsi yang ada disetiap lembaga pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Penelitian ini menganalisis perubahan nilai yang terjadi ketika terjadi perpindahan komoditas dari setiap lembaga pemasaran baik dari segi perubahan fungsi, bentuk dan waktu. Kesenjangan perubahan harga antara peternak dan konsumen akhir menjadikan penyebab mengapa penelitian dengan judul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, terutama mengangkat telur ayam kampung sebagai topik utama.
  • 38. BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, adalah teori mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian analisis pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat terdiri dari saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur serta perilaku pasar untuk menilai efisiensi harga. Marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya digunakan untuk menilai efisiensi pemasaran secara operasional. 3.1.1. Sistem Pemasaran Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan tataniaga atau pemasaran pangan merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari titik produksi (petani) sampai ke tangan konsumen. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa pemasaran mencakup segala aktivitas yang diperlukan dalam pemindahan hak milik yang menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasa-jasa dan fungsi-fungsi dalam menjalankan distribusi barang dari produsen sampai ke konsumen termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Dengan kata lain pemasaran merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan produksi mulai dari produsen utama hingga sampai ke konsumen akhir. Di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, disebut tataniaga karena niaga identik dengan barang dagang sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang-barang. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga pemasaran atau marketing. Dalam suatu sistem pemasaran terdapat komponen-komponen yang terlibat yaitu produsen, lembaga pemasaran dan
  • 39. 21   konsumen serta lembaga lain yang langsung atau tidak langsung terlibat didalamnya. Sejauh mana tiap komponen tersebut terlibat dalam sistem pemasaran komoditi pertanian rakyat tergantung pada aktivitas mereka dalam membina sistem pemasaran yang sedang berlaku. Pada tiap tingkat waktu, kegiatan komponen tersebut akan menentukan tingkat efisiensi pemasaran. Kohl dan Uhl (2002) mendefinisikan pasar sebagai suatu arena untuk mengatur dan menfasilitasi aktivitas bisnis serta untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan dasar ekonomi mengenai: produk apa yang dihasilkan, berapa banyak produksi, bagaimana cara memproduksi, dan bagaimana produk didistribusikan. Sedangkan menurut Dahl and Hammond (1977), secara garis besar pasar merupakan sejumlah lingkungan atau tempat dimana, (1) kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu, (2) terbentuk harga serta perubahan harga terjadi, (3) terjadinya perpindahan kepemilikan sejumlah barang dan jasa dan, (4) beberapa susunan fisik dan institusi dibuktikan. Kohl dan Uhl (2002) merumuskan pemasaran sebagai bentuk dari segala aktivitas bisnis termasuk didalamnya aliran barang-barang dan jasa dari titik dimana produk pertanian dihasilkan sampai berada ditangan konsumen akhir. Pemasaran mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Konsep tersebut menunjukkan adanya kegunaan bentuk, kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan hak milik yang menyebabkan pemasaran merupakan kegiatan yang produktif (Limbong dan Sitorus, 1987). Pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan. Upaya ini menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada gilirannya akan merangsang peningkatan volume produksi. Dengan kata lain, memaksimumkan tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,kesejahteraan dan mutu hidup
  • 40. 22   masyarakat. Tingkat produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial dan merangsang peningkatan investasi pada sektor-sektor produktif, baik dibidang produktif, baik dibidang pertanian maupun dibidang lainnya yang terkait. 3.1.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran Limbong dan Sitorus (1987), mendefinisikan lembaga tataniaga sebagai suatu lembaga perantara yang berperan dalam kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran barang mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen dikelompokkan menjadi empat kelompok antara lain: 1. Pengelompokkan berdasarkan fungsi yang dilakukan Berdasarkan fungsi yang dilakukan, lembaga-lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi: a. Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran seperti pengecer, grosir, dan lembaga perantara lainnya. b. Lembaga pemasaran yang melakukan kegiata fisik seperti pengolahan, pengangkutan dan penggudangan. c. Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas-fasilitas pemasaran seperti informasi pasar, Kredit Desa, KUD, Bank Unit Desa dan lain-lainnya. 2. Pengelompokkan berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang. Berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang, lembaga-lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi: a. Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yang dapat dipasarkan seperti: pengecer, grosir, pedagang pengumpul, tengkulak, dan lain-lain. b. Lembaga pemasaran yang menguasai tetapi tidak memiliki barang yang dipasarkan seperti: agen, broker, lembaga pelanggan dan lain-lain. c. Lembaga pemasaran yang tidak menguasai dan tidak memiliki barang yang dipasarkan seperti: lembaga pengangkutan, pengolahan, perkreditan, dll.
  • 41. 23   3. Pengelompokkan berdasarkan kedudukannya dalam struktur pasar a. Lembaga pemasaran yang bersaing sempurna, seperti pengecer beras, pengecer rokok, dan lain-lain. b. Lembaga pemasaran yang memonopolistis seperti pedagang bibit, pedagang benih, dan lain-lain. c. Lembaga pemasaran yang oligopolis, seperti importir cengkeh, perusahaan semen, dan lain-lain. 4. Pengelompokkan berdasarkan bentuk usahanya a. Berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi. b. Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perseorangan, pedagang pengecer, tengkulak dan sebagainya. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya. Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka langsung ke pemakai akhir. Antara produsen dan pemakai akhir terdapat satu atau beberapa saluran pemasaran, yaitu serangkaian perantara pemasaran yang melaksanakan berbagai fungsi. Keputusan saluran pemasaran merupakan salah satu keputusan plaing rumit dan menantang yang dihadapi produsen. Saluran yang dipilih sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain (Limbong dan Sitorus, 1987). Pola umum saluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Gambar: Gambar 1: Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia Sumber: Limbong dan Sitorus, 1987 Produsen Tengkulak Koperasi/KUD Pengecer Pedagang Besar Perantra Konsumen Akhir Domestik Pabrik/Eksportir
  • 42. 24   Pihak produsen menggunakan perantara bila mereka kekurangan sumber daya finansial untuk melakukan pemasaran langsung atau bila mereka dapat memperoleh penghasilan lebih banyak dengan menggunakan perantara. Kegunaan perantara bersumber pada keunggulan efisiensi mereka untuk membuat produk tersedia luas dan jangkauan oleh pasar sasaran. Fungsi paling penting yang dilakukan perantara adalah informasi, promosi, negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan resiko, pemilikan fisik dan pembayaran (Kotler, 2002). Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol-tingkat terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran satu-tingkat berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer. Saluran dua-tingkat berisi dua perantara. Dalam pasar barang konsumsi, mereka pada umunya adalah pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-tingkat berisi tiga perantara, misalnya pedagang besar, pemborong, dan pengecer. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2: Gambar 2. Tingkatan Saluran Pemasaran 3.1.3. Fungsi-fungsi Pemasaran Proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke tangan konsumen memerlukan berbagai kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terkait atau terlibat dalam proses pemasaran suatu komoditas, dan membentuk rantai pemasaran atau sering disebut sebagai sistem pemasaran.   Peternak  Pdg Besar Pemborong Pengecer   Konsumen  Pdg Besar Pengecer Pengecer
  • 43. 25   Aliran produk pertanian dari produsen sampai ke konsumen disertai dengan peningkatan nilai guna komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terwujud apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Pada umumnya fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Komoditi agribisnis bersifat “Non Supporting Self”, mudah rusak, voluminous, dan bersifat musiman. Sifat-sifat tersebut membutuhkan penanganan yang cermat dalam usaha pendistribusian peternakan hingga ke tangan konsumen. Berbagai kegiatan penanganan dapat dikelompokkan ke dalam fungsi fisik, pertukaran, fasilitas (Sudiyono, 2002). Fungsi Pertukaran yaitu semua kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi fisik merupakan semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu dan bentuk. Fungsi ini meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antra produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggung resiko, fungsi pembayaran dan fungsi informasi pasar. Dari kesembilan fungsi pemasaran tersebut terdapat empat fungsi yang berhubungan dengan kegiatan perbaikan mutu produk agribisnis. Keempat fungsi tersebut adalah fungsi penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, sortasi dan grading. Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu untuk diangkut ke daeah pemasaran. Selama pelaksanaan penyimpanan dilakukan beberapa tindakan untuk menjaga mutu terutama bagi hasil-hasil pertanian yang mempunyai sifat mudah busuk. Pada
  • 44. 26   proses penyimpanan semua biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang dilaksanakan adalah biaya penyimpanan termasuk biaya pemeliharaan fisik gudang, resiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan selama barang tersebut masih disimpan. Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang didaerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Adanya keterlambatan dalam pengangkutan dan jenis alat angkutan yang tidak sesuai dengan sifat barang yang akan diangkut dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan mutu barang yang bersangkutan. Fungsi standarisasi adalah merupakan suatu ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan menggunakan berbagai ukuran seperti warna, susunan kimia, ukuran bentuk, tingkat kematangan, ras dan kriteria lain. Sedangkan yang dimaksud dengan grading adalah tindakan menggolong-golongkan hasil pertanian menurut suatu standarisasi yang diinginkan sehingga kelompok-kelompok barang yang terkumpul sudah merupakan ukuran standar. Fungsi standarisasi dan grading memberikan manfaat dalam proses pemasaran yaitu mempermudah pembeli dan penjual untuk memberikan nilai terhadap barang yang bersangkutan, mempermudah pelaksanaan jual beli serta mengurangi biaya pemasaran terutama biaya pengangkutan. Sistem pemasaran digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah pemasaran suatu komoditi. Hasil yang dicapai adalah skema arus komoditas (flow of goods). Dalam hal ini skema arus komoditas menggambarkan macam saluran dan volume komoditi yang keluar dan masuk melalui saluran pemasaran tertentu. Pembuatan skema arus komoditas akan menerangkan saluan atau pola pemasaran yang memungkinkan kegiatan dapat lebih efisien. Analisis saluran pemasaran juga dapat dipergunakan untuk membantu menganalisis margin pemasaran dan integrasi pasar. 3.1.4. Struktur Pasar Struktur pasar adalah dimensi yang menjelaskan sistem pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, konsentrasi perusahaan, jenis-jenis dan diferensiasi produk serta syarat-
  • 45. 27   syarat masuk pasar ( Limbong dan Sitorus, 1987). Struktur pemasaran paling banyak digunakan dalam menganalisis sistem pemasaran, karena melalui analisis struktur pasar dapat dijelaskan bagaimana perilaku lembaga yang terlibat dan akhirnya akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut. Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar dibedakan menjadi dua macam struktur pasar yaitu: (1) pasar persaingan sempurna, (2) pasar tidak bersaing sempurna. Suatu pasar dapat digolongkan kedalam struktur pasar bersaing sempurna jika memenuh ciri-ciri antara lain: terdapat banyak penjual maupun pembeli, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar (penjual dan pembeli berperan sebagai price taker), barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen, penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar. Menurut Dahl dan Hammond (1977), pasar bersaing tidak sempurna dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi pembeli dan sisi penjual. Sisi pembeli terdiri dari pasar monopoli, oligopsoni, dan sebagainya. Dari sisi penjual terdiri dari pasar persaingan monopolistik, pasar monopoli, oligopoli, duopoli dan sebagainya. Pasar dapat diklasifikasikan menjadi empat struktur pesar berdasarkan sifat dan bentuknya Limbong dan Sitorus, 1987 yaitu: 1. Struktur Pasar Bersaing Sempurna Pada struktur pasar bersaing sempurna terdapat banyak penjual dan pembeli yang bebas keluar masuk pasar. Barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen. Dengan struktur biaya tertentu, perusahaan tidak dapat menetapkan harga sendiri untuk memaksimumkan keuntungan. Sehingga perusahaan hanya sebagai penerima harga (price taker) dan hanya menghadapi satu tingkat harga. 2. Struktur Pasar Bersaing Monopolistik Struktur pasar bersaing monopolistik terdiri dari bayak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga. Produk yang dijual perusahaan tidak bersifat homogen tetapi memiliki perbedaan, seperti perbedaan pengepakan, warna kemasan, harga dan pelayanannya. Untuk
  • 46. 28   mencapai keuntungan maksimum perusahaan dapat menekan biaya produksi atau dengan cara perubahan teknologi. 3. Struktur Pasar Oligopoli Perusahaan pada struktur pasar oligopoli tidak bebas untuk menentukan harga produk yang dihasilkan untuk mencapai keuntungan maksimum, karena perusahaan tergantung kepada struktur biaya dan permintaan produk yang ditawarkan serta kepada tindakan perusahaan pesaing. Tindakan penurunan harga produk oleh suatu perusahaan pada pasar oligopoli dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau “ market share” tertentu, tidak selalu dapat dilakukan, dimana keputusan perusahaan harus didasarkan pada perusahaan pemimpin (leader). Perusahaan leader ini dapat lebih bebas menentukan harga dalam mencapai tujuan perusahaan. 4. Struktur Pasar Monopoli Perusahaan monopoli dapat berbentuk monopili pemerintah, monopoli swasta menurut undang-undang, dan monopoli swasta murni. Salah satu tindakan perusahaan monopili untuk memperoleh keuntungan maksimum adalah melalui diskriminasi harga (discrimatory pricing). Diskriminasi harga adalah menjal produk yang sama pada tingkat harga yang berbeda dan pada pasar yang berbeda. 3.1.5. Perilaku Pasar Menurut Dahl and Hammond (1977), perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan kerjasama antar lembaga tataniaga. Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, kemampuan pasar untuk menerima sejumlah komoditi yang dijual, stabilitas pasar, sistem pembayaran dan kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga. Kohl dan Uhl (2002), menjelaskan bahwa dalam menggambarkan perilaku pasar, terdapat empat hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) Input-output system, sistem input-output ini menerangkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam
  • 47. 29   mengelola sejumlah input menjadi satu set output, (2) Power system, sistem kekuatan ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dalam suatu sistem tataniaga, misalnya kedudukan perusahaan dalam suatu sistem tataniaga sebagai perusahaan yang memonopoli suatu produk sehingga perusahaan tersebut dapat sebagai penentu harga, (3) Communications system, sistem komunikasi ini mempelajari tentang perilaku perusahaan mengenai mudah tidaknya mendapatkan informasi dan, (4) System for adapting to internal and external change, sistem adaptif menerangkan bagaimana perilaku perusahaan dalam beradaptasi pada suatu sistem tataniaga agar dapat bertahan di pasar. Perilaku pasar dapat diketahui melalui pengamatan terhadap penjual dan pembeli yang dilakukan tiap lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar juga menentukan strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi pesaing. Pelaku pasar harus memahami penampilan pasar agar dapat mengetahui secara jelas bagaimana sistem pemasaran terjadi. 3.1.6. Keragaan Pasar Dahl and Hammond (1977), mengemukakan bahwa keragaan pasar merupakan akibat dari keadaan struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari dengan ditunjukkan dengan variabel harga, biaya, dan volume produksi dari output yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem tataniaga. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari indikator: (1) harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan konsumen, dan (2) marjin dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran a. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga diberbagai lembaga tingkat pemasaran didalam sistem pemasaran. Hal ini sering digunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani gap (bridging the gap) antara pasar ditingkat petani (farmer) dengan pasar ditingkat eceran (retailer). Marjin pemasaran menurut Kohls (2002) adalah “the price of all utility adding and functions by food marketing firms. This price includes the expenses of performing marketing function and also the food marketing profits”. Dikatakan
  • 48. 30   bahwa marjin pemaaran merupakan harga dari penambahan kegunaan dan fungsi yang ditunjukkan oleh perusahaan pemasaran. Harga ini termasuk dari pengeluaran dari fungsi pemasaran yang ditunjukkan dan juga keuntungan pemasaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara produsen dan konsumen tingkat akhir, dimana didalamnya terdapat harga penambahan nilai kegunaan dan fungsi serta keuntungan bagi lembaga pemasaran. Menurut Azzaino dalam Widiyanti 2008, marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk suatu produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama. Margin pemasaran termasuk semua biaya yang menggerakkan produk tersebut, mulai dari petani hingga ke konsumen. Sehingga konsep marjin pemasaran dapat menjelaskan bahwa kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan dalam menciptakan tambahan nilai (value added) baik nilai tempat, waktu, bentuk maupun hak milik melalui proses keseimbangan supply dan demand oleh pedagang yang berfungsi sebagai perantara antara petani (produsen) dengan konsumen akhir. Pada (gambar 3) dapat dilihat besarnya marjin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Harga (P) Sr Sf Pr Pf Dr Df Qrf Jumlah (Q) Gambar 3: Konsep Marjin Pemasaran Sumber: Dahl and Hammond (1977)
  • 49. 31   Keterangan: Pr = Harga retail (tingkat pengencer) Pf = Harga farmer (tingkat petani) Sr = Supply retail (penawaran di tingkat pengencer) Sf = Supply farmer (penawaran di tingkat petani) Dr = Demand retail (permintaan di tingkat pengencer) Df = Demand farmer (permintaan di tingkat petani) (Pr-Pf) = Marjin tataniaga (Pr-Pf) Qrf = Nilai marjin tataniaga Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengencer Berdasarkan Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah barang yang sama, harga yang diterima petani lebih rendah dari pada yang dibayarkan konsumen. Penawaran (Sf) pada harga ditingkat petani lebih besar dari pada penawaran (Sr) pada harga ditingkat pengencer. Artinya jumlah barang yang ditawarkan di tingkat petani mencakup semua input dan hasil akhir sedangkan penawaran ditingkat pedagang pengencer telah ditambah dengan biaya-biaya seperti biaya angkut dan sebagainya. Kondisi permintaan di tingkat petani (Df) lebih kecil dari pada di tingkat pedagang pengencer (Dr), artinya permintaan di tingkat pedagang pengumpul (tengkulak) lebih sedikit dari pada di tingkat konsumen akhir. Gambar 3 menjelaskan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per satuan atau per unit ditunjukkan oleh besaran (Pr-Pf). Sedangkan nilai marjin pemasaran (value of marketing margin) merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran ( dalam hal ini selisih harga eceran dengan tingkat harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besarnya nilai marjin pemasaran dinyatakan dalam (Pr-Pf) x Qr,f. Marjin pemasaran hanya menunjukkan perbedaan harga yang terjadi dan tidak menunjukkan jumlah produk yang dipasarkan, sehingga jumlah produk ditingkat petani sama dengan jumlah produk ditingkat petani sama dengan jumlah produk di tingkat pengencer atau Qr = Qf = Qrf.
  • 50. 32   b. Farmer’s Share Marjin pemasaran bukanlah satu-satunya indikator yang menentukan efisiensi suatu komoditas. Salah satu indikator lain adalah dengan membandingkan harga yang dibayar oleh konsumen akhir atau yang biasa disebut farmer’s share (bagian harga yang diterima petani) dan sering dinyatakan dalam persen. Farmer’s share mempunyai hubungan yang negatif dengan marjin pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang diperoleh petani akan semakin rendah. Menurut Kohls dan Uhls (2002), mendefinisikan farmer’s share sebagai selisih antara harga retail dengan marjin pemasaran. Farmer’s share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani, dan dinyatakan dalam persentase harga konsumen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku ditingkat konsumen dinikmati oleh petani. Besarnya farmer’s share biasanya dipengaruhi oleh : (1) Tingkat pemrosesan, (2) Biaya transportasi, (3) Keawetan produk dan (4) Jumlah produk. c. Rasio Keuntungan dan Biaya Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat diihat dari besarnya margin pemasaran dan farmer’s share, juga dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran ketika biaya pemasaran naik sebesar satu satuan. 3.1.7. Efisiensi Pemasaran Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran tersebut (Limbong dan Sitorus, 1987). Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan output. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
  • 51. 33   akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi jika: (1) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, (2) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, (3) tersedia fasilitas fisik pemasaran, (4) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Umumnya di negara-negara berkembang, empat kriteria di atas umunya digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran ( Soekartawi dalam Sigalingging, 2007). Efisiensi pemasaran dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu efisiensi operasional (teknologi) dan efisiensi harga (ekonomis). Menurut Dahl dan Hammond (1997), efisiensi operasional menunjukkan keadaan dimana biaya input pemasaran dapat diturunkan tanpa mempengaruhi jumlah output barang dan jasa. Analisis yang digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada proses pemasaran suatu produk yaitu analisis marjin pemasran, farmer’s share serta rasio keuntungan biaya. Efisiensi harga dalam kegiatan pembelian, penjualan dan aspek harga dari proses pemasaran. Terdapat tiga kondisi untuk menentukan adanya efisiensi harga, yaitu tersedianya alternatif pilihan bagi konsumen, perbedaan harga pada beberapa alternatif pilihan dapat mencerminkan perbedaan biaya yang dikeluarkan dalam menyediakan pilihan-pilihan tersebut, produsen memiliki kebebasan untuk masuk dan keluar pasar yang dilakukan sebagai jawaban atas keuntungan maupun kerugian dari perbedaan harga tersebut. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), rendahnya nilai marjin pemasaran suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi dalam pemasaran suatu komoditi. Salah satu indikator yang sangat berguna adalah memperbandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share) dari harga yang dibayar dari konsumen akhir. Lebih lanjut lagi mereka menjelaskan bahwa nilai marjin tataniaga hanya menunjukkan selisih antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen.
  • 52. 34   3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Dalam sistem pemasaran komoditas telur ayam kampung di Kabupaten Bogor terdapat variasi saluran pemasaran. Adanya perbedaan ini mengakibatkan perbedaan dalam hal harga jual, keuntungan, serta biaya pemasaran untuk masing- masing lembaga pemasaran termasuk peternak. Kondisi yang terjadi dalam pemasaran telur ayam kampung adalah rendahnya harga yang diterima peternak dibandingkan dengan harga yang terjadi di konsumen, besarnya selisih antara harga jual yang diterima peternak dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Penelitian ini menganalisis pemasaran “ telur ayam kampung di Kabpaten Bogor dengan dimulai dari meninjau peternak sebagai produsen, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dan masyarakat sebagai konsumen akhir. Analisis kualitatif meliputi analisis saluran pemasaran yang digunakan untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran telur ayam kampung,identifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh setiap lembaga pemasaran guna mengetahui aktivitas yang dilakukan guna memberikan nilai tambah dan memperlancar arus pemasaran komoditi ke tangan konsumen dengan menggunakan analisis fungsi pemasaran, analisis struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar yang meliputi pengamatan jumlah dan ukuran lembaga pemasaran, pandangan pembeli mengenai produk dan kegiatan pemasaran telur ayam kampung, mudah tidaknya keluar masuk pasar, ketersediaan informasi, tatacara penjualan, dan tatacara pembelian, pembentukan harga disetiap jalur pemasaran. Analisis kuatitatif digunakan untuk melihat tingkat efisiensi yang terjadi disetiap pola saluran pemasaran telur ayam kampung yang meliputi analisis marjin pemasaran, perbandingan keuntungan terhadap biaya (benefit/cost rasio) dan bagian harga yang diterima petani (farmer’s share). Hasil analisis yang dilakukan dari sistem pemasaran telur ayam kampung yang ada, maka akan diketahui efisiensi sistem pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor. Dengan demikian, akan diperoleh bagaimana perumusan mengenai upaya-upaya perbaikan dan nantinya dapat diinformasikan kepada peternak sebagai produsen, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat sebagai penyalur dan pemerintah yang berperan sebagai lembaga yang mengawasi dan
  • 53. 35   memberikan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung upaya pemasaran telur ayam kampung khususnya di Kabupaten Bogor. Keterangan: : Informasi dua arah :Arus barang satu arah : Arus uang satu arah Gambar 4 : Skema Kerangka Pemikiran Operasional Lembaga Pemasaran • Pemasok • Pedagang pengumpul • Pengecer Analisis Kuantitatif • Marjin pemasaran • Farmer’s share • Rasio keuntungan biaya Analisis Kualitatif • Saluran dan lembaga pemasaran • Fungsi pemasaran • Struktur pasar dan perilaku pasar Peternak   Konsumen Terjadi perbedaan harga yang cukup besar antara harga jual telur ayam kampung di tingkat peternak dan harga jual di tingkat konsumen Pemilihan saluran pemasaran yang efisien
  • 54. BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi ayam dan penduduk terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung kepada peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dengan pemasaran telur ayam yaitu: peternak responden dan pedagang respoden (pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer). Adapun jenis pertanyaan yang menjadi masalah yaitu yang terkait dengan pemasaran, bagaimana sistem pemasaran yang dilaksanakan oleh peternak maupun lembaga pemasaran, waktu pembelian dan penjualan, jumlah komoditas yang diperjualbelikan, siapa yang menjadi konsumen dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga pemerintah yang terkait dengan masalah penelitian diantaranya Dinas Peternakan, Balai Penelitian Ternak, Direktorat jenderal Peternakan, Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperoleh dari hasil penelusuran melalui internet, hasil penelitian terdahulu, artikel-artikel pada surat kabar, majalah, buku-buku serta literatur lain yang mendukung juga digunakan sebagai sumber informasi. Adapun data yang diperlukan mengenai informasi perkembangan peternakan khususnya peternakan ayam kampung di Kabupaten Bogor, permintaan penduduk akan unggas, jumlah konsumsi telur per tahun, serta keadaan geografis daerah Kabupaten Bogor.
  • 55. 37   4.3. Metoda Penarikan Responden Penarikan sampel peternak maupun lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer di Kabupaten Bogor dipilih dengan teknik snowball sampling mengikuti alur saluran pemasaran telur ayam kampung dari peternak hingga ke pedagang pengencer. Tekhnik ini dipilih karena tidak ada kepastian jumlah peternak ayam kampung di Kabupaten Bogor, sulitnya menemukan peternakan ayam kampung murni serta populasi terlalu menyebar menurut area. Adapun jumlah peternak yang menjadi responden adalah berjumlah lima orang yang terdiri dari dua orang peternak skala kecil ( < dari 5000 ekor), satu orang peternak skala menengah ( 5000-10.000 ekor) dan dua orang peternak dengan skala besar (> 10.00 ekor). Area pemilihan sampel peternak diantaranya daerah Sukabumi, Cisarua, Leuwiliang dan Parung. Jumlah responden lembaga pemasaran untuk masing-masing pedagang berbeda-beda, jumlah responden pedagang pengumpul berjumlah lima orang, pedagang grosir berjumlah 10 orang dan pedagang pengecer 10 orang. Area pemilihan sampel pedagang terdapat di Pasar Bogor, Pasar Leuwiliang, Pasar Parung, Pasar Depok, dan minimarket maupun supermarket di Bogor dan Jakarta. 4.4. Metoda Analisis dan Pengolahan Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan kalkulator, komputer dan disajikan dalam bentuk deskriptif, gambar dan tabulasi yang nantinya digunakan untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan data yang ada dalam melakukan analisis data. Perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keutungan dan biaya (Benefit/Cost ratio) dilakukan dengan menggunakan kalkulator. Pengolahan data dilakukan secara bertahap, dimulai dengan mengelompokkan data, perhitungan penyesuaian-penyesuaian untuk kemudian ditabelkan menurut keperluan. 4.4.1. Analisis Saluran Pemasaran Metoda analisis pasar digunakan untuk mengetahui aliran pemasaran telur ayam kampung dipihak produsen sampai ke pihak konsumen. Metoda ini menganalisis himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak,
  • 56. 38   atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil peternakan tergantung pada beberapa faktor, diantaranya jarak antara produsen dengan konsumen, mudah tidaknya produk itu rusak, skala produksi dan posisi keuangan perusahaan. Sehingga, dari saluran-saluran pemasaran hasil analisa dapat menggambarkan pola pemasaran secara keseluruhan dari komoditas telur ayam kampung. Alur pemasaran telur ayam kampung ditelusuri mulai dari peternak sampai kepada pengencer dan nantinya akan sampai ke konsumen akhir. Alur pemasaran ini yang akan menjadi dasar dalam penggambaran pola pemasaran dari komoditi telur ayam kampung. Semakin panjang saluran pemasaran, maka saluran pemasaran tersebut semakin tidak efisien karena marjin yang tercipta dari semakin panjangnya saluran pemasaran semakin besar antara peternak dan konsumen akhir. Perbedaan saluran pemasaran yang dilalui suatu komoditi akan mempengaruhi pembagian pendapatan yang diterima masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Bisa disimpulkan pula bahwa saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda bagi tiap- tiap lembaga pemasaran. 4.4.2. Analisis Fungsi dan Lembaga Pemasaran Analisis lembaga pemasaran dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran berperan sebagai perantara penyampaian barang dan produsen ke konsumen yang kemudian membentuk saluran pemasaran. Analisis dari fungsi pemasaran dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran. Analisis fungsi pemasaran dilihat berdasarkan kegiatan pokok yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran berperan sebagai perantara penyampaian barang dari produsen ke konsumen yang kemudian membentuk saluran pemasaran. Analisis dari fungsi pemasaran dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran.