SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
PENGKAJIAN STRUKTUR PASAR DAN MARGIN PEMASARAN
PADA KOMODITI BERAS DI KABUPATEN MALANG
Oleh :
Dwita Indrarosa, ST., MP.
Widyaiswara BBPP Batu

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil-hasil dari
petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan
mampu melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
oleh konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan
produksi dan tataniaga. (Mubyarto ,1989).
Salah

satu

komoditi pertanian

yang

selalu mendapat

perhatian

pemerintah adalah beras, karena beras merupakan bahan makan pokok bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Berbagai daerah telah mengalami
perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok
ke beras. Perubahan kebutuhan bahan makanan ini disamping karena kemajuan
teknologi di bidang pertanian, juga karena alasan lain misalnya kelezatan,
kandungan nilai energi dan lain sebagainya dari beras (AAK, 1990). Selain
sebagai bahan makan pokok yang bernilai ekonomi, beras juga mempunyai nilai
politik (komoditi politik), yang dapat mempengaruhi kelangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Jika terjadi kelangkaan beras akan menyebabkan
instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian beras di
Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial
yang tinggi, sehingga masalah perberasan di Indonesia telah menyita banyak
perhatian berbagai kalangan, terutama pemerintah.
Intervensi pemerintah, berupa kebijakan harga dasar maupun kebijakan
harga pembelian pemerintah diharapkan sebagai insentip bagi petani agar dapat
meningkatkan produksi. Produksi beras nasional yang dikutip dari USDA (2010)
menunjukkan bahwa pada tahun 2010 berhasil diproduksi sebanyak 38,55 juta
ton beras. Data tersebut menunjukkan kecenderungan makin meningkatnya
produksi beras nasional. Namun sesungguhnya kebijakan harga pembelian
pemerintah yang diberlakukan sejak tahun 2002 didasarkan pada kuantitas
sejumlah tertentu beras/gabah (untuk kebutuhan stok nasional) pada harga yang
2

ditentukan, sedangkan pengaruh pembelian tersebut terhadap pembentukan
harga di pasar tidak menjadi perhatian penting (Irawan, 2006). Lanjutnya petani
harus berjuang sendiri dalam mekanisme pasar (laissez fair) yang cenderung
tidak berpihak kepada petani.
Kecamatan Tumpang merupakan daerah penghasil beras di Kabupaten
Malang Jawa Timur. Dari data yang diperoleh dari BPS, bahwa pada tahun 2011
berhasil diproduksi sebanyak 6-7 ton per hektar. Permintaan beras semakin
meningkat namun demikian kondisi harga di masyarakat petani masih rendah
sehingga menyebabkan pendapatan petani yang rendah. Hal ini disinyalir oleh
adanya permainan harga yang dilakukan oleh para pedagang atau tengkulak dan
hal inilah yang menyebabkan harga ditingkat konsumen menjadi tinggi.
Pada umumnya sistem pemasaran komoditi pertanian, tidak terkecuali
beras sangat kompleks, sehingga pemasarannya menjadi sulit (rumit) dan mahal,
karena komoditi pertanian dihasilkan dalam jumlah kecil dan beragam jenisnya,
kualitas komoditi pertanian yang tidak seragam, komoditi pertanian dihasilkan
secara musiman dan di daerah yang jauh dari konsumen. Diperlukan perhatian
yang serius terhadap pemasaran, namun kenyataannya fungsi-fungsi pemasaran
tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, sehingga
efisiensi pemasaran menjadi rendah. Ini diperparah lagi dengan ketrampilan dari
para pelaku pasar untuk melakukan pemasaran secara efisien masih terbatas
(Soekartawi (1993). Pemasaran beras tidak berpihak kepada petani, dimana
petani menerima harga yang rendah, sedangkan konsumen membayar dengan
harga tinggi. Hal ini sebagai konsekuensi dari struktur pasar oligopsoni yang
terjadi di tingkat petani produsen dan struktur pasar oligopoli di tingkat
konsumen.
1.2.

Perumusan Masalah
Informasi pasar yang dibutuhkan oleh para petani berupa perkiraan harga

tren pasar dan harga saat ini serta informasi situasi pasar. Informasi tentang trentren pasar dan perubahan harga berguna untuk perencanaan produksi (Anindita,
2004).
Menurut Irawan (2006), ada dua struktur pasar yang mengatur
mekanisme distribusi beras, mulai dari produsen sampai ke konsumen. Struktur
pasar yang dimaksudkan adalah pasar oligopsoni dan pasar oligopoli.
Selanjutnya, Irawan (2006) mengatakan bahwa dalam struktur pasar oligopsoni
posisi penjual (petani) amat lemah dimana secara institusional tengkulak adalah
3

price maker yang bisa menekan harga di tingkat petani, sedangkan dalam
struktur pasar oligopoli posisi konsumen lemah, karena lagi-lagi pedagang besar
sebagai price maker dan konsumen hanya berposisi sebagai penerima harga
(price taker). Dari pernyataan Irawan (2006) tersebut, dapat dikatakan bahwa
sebagai penerima harga (price takker), baik petani maupun konsumen tidak
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga. Harga yang terbentuk
ditetapkan oleh pedagang. Konsekuensinya adalah petani dan konsumen
dieksploitasi oleh para pedagang. Dimana petani selalu menerima harga jual
rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Pembagian
margin tidak adil dan share harga yang diterima oleh petani rendah, sedangkan
para pedagang memperoleh keuntungan yang besar. Walaupun demikian,
kehadiran para pedagang perantara tidak dapat dihindarkan, karena peranan
mereka sebagai penghubung antara petani produsen dengan konsumen.
Pemasaran beras di kecamatan Tumpang didominasi oleh para
pedagang perantara. Hal ini disebabkan oleh ciri khas dari komoditas beras, yaitu
bersifat musiman, diusahakan dalam skala kecil, dan di tempat yang jauh dari
konsumen. Arifin (2006) mengatakan bahwa distribusi beras sangat tidak efisien
dan menyisahkan fenomena asimetri pasar yang menjadi kendala serius
pembangunan ekonomi. Lanjutnya, ini disebabkan oleh struktur pasar beras
sangat tidak sehat dan sangat tidak simetris, karena perbedaan informasi yang
dimiliki para pelaku ekonomi perdagangan beras.

II. METODE DAN BAHAN PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu Pengkajian
Pengkajian ini dilaksanakan di Kecamatan Tumpang Kab Malang,
Propinsi Jawa Timur. Selain itu juga dipilih dua pasar, yaitu pasar Lawang dan
pasar Gadang, dengan pertimbangan kedua pasar tersebut menjual beras
produksi Kecamatan Tumpang. Penelitian lapangan dilakukan selama bulan
September-Oktober 2011.
2.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani beras (padi) dan lembaga
pemasaran. Penentuan sampel petani beras dilakukan secara probability
sampling dengan teknik stratified random sampling berdasarkan luas lahan
sawah yang diolah. Ukuran sampel petani beras diambil secara proposional,
4

yaitu sebesar 20% dari populasi petani beras. Oleh karena itu ukuran sampel
petani beras sebanyak 120 orang, dengan distribusi sebagai berikut:
 Luas lahan ≤ 0,25 ha sebanyak 67 orang (jumlah populasi 335 orang).
 Luas lahan 0,26–0,50 ha sebanyak 37 orang (jumlah populasi 183
orang).
 Luas lahan 0,51-0,75 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 29
orang).
 Luas lahan 0,76–1 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 30 orang).
 Luas lahan > 1 ha sebanyak 4 orang (jumlah populasi 18 orang).
Pengambilan sampel lembaga pemasaran beras dilakukan secara snow
ball sampling sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 orang pedagang pengumpul
dan 10 orang pedagang pengecer.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diklasifikasikan atas dua
jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung
dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Secara garis besar data yang akan dijaring meliputi
data struktur pasar (seperti volume beras yang diperdagangkan, hambatan
masuk keluar pasar, akses informasi pasar), saluran dan lembaga-lembaga
pemasaran, margin pemasaran (seperti harga jual, harga beli, biaya pemasaran,
keuntungan lembaga pemasaran), berbagai informasi tentang sarana dan
prasarana pemasaran beras (seperti jalan raya, alat transportasi, dan peralatan
komunikasi).
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instasi terkait, seperti
dari Kantor Camat, BKP3 Malang, Biro Pusat Statistik TTU, serta berbagai
pustaka yang bertalian dengan penelitian ini. Data sekunder berupa data harga
beras secara deret waktu (time series) bulan/tahun selama kurun waktu 5 tahun
mulai dari tahun 2005–2010.

2.4 Metode Analisa Data
Data yang telah terkumpul, ditabulasi kemudian dianalisis struktur pasar,
saluran pemasaran, marjin pemasaran, dan integrasi pasar horisontal dan
integrasi pasar vertikal.
5

1.Struktur Pasar
Analisis struktur pasar pada pemasaran beras di Kecamatan Tumpang
meliputi deskriptif kualitatif dari hambatan masuk-keluar pasar (barriers to entry)
dan pengetahuan atau informasi pasar dan analisis kuantitatif yang dilakukan
melalui Market Share, dan CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four).
a. Analisis Market Share dan Konsentrasi rasio
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajad konsentrasi pembeli dari
suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran
keseimbangan kekuatan posisi tawar petani produsen terhadap pembeli.
Kriterianya:
 Monopoli murni, bila 1 perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.
 Perusahaan dominan, bila memiliki 50-100% dari pangsa pasar dan
tanpa pesaing yang kuat.
 Oligopoli ketat, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki
60-100% dari pangsa pasar.
 Oligopoli longgar, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka
memiliki 40% atau kurang dari 60% pangsa pasar.
 Persaingan monopolistik, bila banyak pesaing yang efektif tidak
satupun yang memiliki > 0% pangsa pasar.
 Persaingan murni, lebih dari 50 pesaing, tapi tidak satupun yang
memiliki pangsa pasar berarti.
b. Indeks Herfindahl
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari
suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran
keseimbangan kekuatan posisi tawar petani (penjual) terhadap pedagang
(pembeli). Secara matematis Indeks Herfindahl dirumuskan sebagai berikut:
IH = (S1)2 + (S2)2 + .... + (Sn)2
Dimana :
IH = Indeks Hefindahl
S1,S1....Sn= Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-1, ke-2.....ke-n
n = Jumlah pelaku perdagangan beras, dalam penelitian ini untuk
pedagang pengumpul sebanyak 8 dan n untuk pedagang penecer
sebanyak 10.
Kriterianya :
 Jika IH = 1, maka pasar mengarah pada monopsonistik.
6

 Jika IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna.
 Jika 0 < IH < 1, maka pasar mengarah oligopsonistik
c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four)
CR4 digunakan untuk mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli
terbesar dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum
gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar penjual terhadap pembeli,
dengan rumus:

CR4 =

MS  .........  MS
1
4
MS total

Dimana:
CR4 = Concentration Ratio for Biggest Four
MS1......MS4 = Market share dari pedagang ke-1 sampai ke-4
Kriterianya:
 Jika CR4 < 20%, maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna.
 Jika 20% ≤ CR4 < 40%, maka struktur pasar bersifat monopolistik.
 Jika 40% ≤ CR4 < 80%, maka struktur pasar bersifat oligopsoni.
 Jika CR4 > 80%, struktur pasar cenderung monopsoni.
Dalam penelitian ini, formula perhitungan CR4 tersebut berlaku untuk
setiap lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang
pengecer.
Analisis struktur pasar secara kualitatif, meliputi analisis hambatan masuk
keluar pasar (barriers to entry) dan tingkat pengetahuan atau informasi pasar.
Bentuk pasar yang terjadi berdasarkan hambatan masuk keluar pasar dapat
dikategorikan atas:
1

Pasar persaingan sempurna, jika lembaga pemasaran mudah masuk
keluar pasar.

2

Pasar monopoli, jika tertutup kemungkinan padagang lain untuk
memasuki pasar.

3

Pasar oligopoli, jika padagang sulit untuk masuk pasar.
7

Kriterianya:
 Jika tidak ada ikatan antara petani dengan pedagang, maka pasar
mengarah pada persaingan sempurna.
 Jika ada ikatan yang sangat kuat antara petani dengan pedagang,
maka pasar mengarah pada monopoli.
 Jika ikatan antara petani dengan pedagang tidak terlalu kuat, dimana
petani masih mempunyai kesempatan untuk menjual ke pedagangpedagang lain, maka pasar mengarah pada oligopoli.
Saluran pemasaran adalah aliran atau arus mengalirnya beras dari
produsen ke konsumen. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan saluran
pemasaran, sejak beras berada di tangan produsen sampai ke tangan
konsumen. Adapun data yang digunakan adalah data primer, baik yang berasal
dari petani beras maupun lembaga pemasaran beras.
2.Analisis Margin Pemasaran
Margin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat
lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai
perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh
produsen untuk produknya. Margin pemasaran dapat pula merupakan biaya dari
jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran
dari jasa-jasa pemasaran. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai
berikut:
1. Marjin Pemasaran
M = Pr – Pf

atau M = Σ(ΣC + ΣΠ)

Dimana :
M

= Margin pemasaran merupakan marjin total

Pr

= Harga ditingkat pengecer (Rp/Kg)

Pf

= Harga di tingkat petani produsen (Rp/kg)

C

= Biaya-biaya pemasaran

Π

= Keuntungan lembaga pemasaran

2. Share Harga yang Diterima oleh Petani
Lp =

Hp
x100%
He

Dimana :
Lp

= Bagian (%) harga yang diterima petani

He

= Harga pada tingkat pengecer
8

Hp

= Harga pada tingkat petani

3. Share Harga yang Diterima oleh Lembaga Pemasaran
SPr =
i

Pr - Pb
i
i
x100%
P
r

Dimana:
SPri

= Share harga di tingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)

Pri

= Harga ditingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)

Pbi

= Harga beli lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)

Pr

= Harga ditingkat pengecer
9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Struktur Pasar
Struktur pasar menunjukkan bagaimana suatu pasar terorganisasi
berdasarkan pada karakteristik yang menentukan hubungan antara berbagai
penjual di pasar, antara berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di
pasar, sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan persaingan dan
penentuan harga di pasar.
Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu tingkat
konsentrasi pembeli dan penjual, barriers to entry dan pengetahuan pasar.
3.2 Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual
Pemasaran beras di kecamatan Tumpang melibatkan peran aktif
pedagang perantara yang menghubungkan petani produsen dengan konsumen.
Dalam penelitian ini pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul
sebanyak 8 orang dan pedagang pengecer sebanyak 10 orang. Sedangkan
petani sebanyak 120 orang.
a. Market Share
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui market share dan derajad
konsentrasi pasar di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui gambaran umum
dari posisi tawar petani terhadap pembeli.
Pada tingkat petani, market share terbesar terdapat pada petani dengan
market share sebesar 0,0704 dengan konsentrasi rasio sebesar 7,04%. Dimana
jumlah beras yang dijual sebanyak 4.000.000 kg/musim tanam, sedangkan
market share terendah berada pada petani dengan market share sebesar 0,0016
dengan konsentrasi rasio sebesar 0,16%. Dimana jumlah beras yang dijual
sebanyak 93 kg/musim tanam.
Market share terbesar pada tingkat pedagang pengumpul terdapat pada
pedagang pengumpul dengan market share sebesar 0,2545 dengan konsentrasi
rasio sebesar 25,45%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 69.983
kg/musim tanam, sedangkan market share terendah berada pada pedagang
pengumpul dengan market share sebesar 0,0535 dengan konsentrasi rasio
sebesar 5,35%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 15.000 kg/musim
tanam.
Market share terbesar pada tingkat pedagang pengecer terdapat pada
pedagang pengecer dengan market share sebesar 0,1903 dengan konsentrasi
rasio sebesar 19,03%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 36.529
10

kg/musim tanam, sedangkan market share terendah terdapat pada pedagang
pengecer dengan market share sebesar 0,0354 dengan konsentrasi rasio
sebesar 3,54%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 6.790 kg/musim
tanam.
Tabel 1. Perhitungan Market Share dari Empat Pedagang Pengumpul
dan Empat Pedagang Pengecer Beras Terbesar
No

Jumlah Penjualan

Market Share

Konsentrasi

Beras (Kg)

Rasio (%)

Pedagang Pengumpul
1

69.983

0,2545

25,45

2

48.000

0,1746

17,46

3

35.000

0,1273

12,73

4

35.000

0,1273

12,73

Jumlah

187.983

0,6837

68,37

Pedagang Pengecer
1

36.529

0,1903

19,03

2

34.484

0,1796

17,96

3

31.091

0,1620

16,20

4

20.294

0,1057

10,57

Jumlah

122.398

0,6376

63,77

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan market share dapat diketahui bahwa market
share dari empat pedagang pengumpul sebesar 0,6837 dengan konsentrasi
rasionya sebesar 68,37%, sehingga struktur pasar yang terjadi mengarah pada
oligopsoni ketat. Sedangkan market share dari empat pedagang pengecer
sebesar 0,6376 dengan konsentrasi rasion sebesar 63,76%, sehingga struktur
pasar yang terjadi mengarah pada oligopsoni ketat.
b. Indeks Herfindahl
Analisis

Indeks

Herfindahl

bertujuan

untuk

mengetahui

derajad

konsentrasi pembeli di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui gambaran
umum kekuatan posisi tawar petani (produsen) terhadap pembeli.
Tabel 2 . Nilai Indeks Herfindahl
No

Jumlah Penjualan

Market

Beras (Kg)

Share

IH
11

Pedagang Pengumpul
1

69.983

0,2545

0,0648

2

48.000

0,1746

0,0305

3

35.000

0,1273

0,0162

4

35.000

0,1273

0,0162

5

32.000

0,1164

0,0135

6

23.000

0,0836

0,0070

7

17.000

0,0618

0,0038

8

15.000

0,0535

0,0029

267.000 1,0000

0,1549

Jumlah
Pedagang Pengecer
1

36.529

0,1903

0,0362

2

34.484

0,1796

0,0323

3

31.091

0,1620

0,0262

4

20.294

0,1057

0,0112

5

15.931

0,0830

0,0069

6

13.701

0,0714

0,0051

7

12.610

0,0657

0,0043

8

10.802

0,0563

0,0032

9

9.745

0,0508

0,0026

10

6.790

0,0354

0,0013

191.977

1,0000

0,1292

Jumlah

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan Indeks Herfindahl dapat diketahui bahwa nilai
Indeks Herfindahl pedagang pengumpul sebesar 0,1549, sehingga struktur
pasarnya mengarah pada oligopsonistik.

Sedangkan nilai Indeks Herfindahl

pedagang pengecer sebesar 0,1292, sehingga struktur pasarnya mengarah pada
oligopsonistik.

c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four)
Analisis CR4 bertujuan untuk mengetahui derajad konsetrasi empat
pembeli terbesar di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui posisi tawar
petani produsen terhadap pembeli.
12

Tabel 3 . Nilai CR4
No

Jumlah

Penjualan Market
Share

Beras (Kg)

Konsentrasi Keterangan
Rasio (%)

Pedagang Pengumpul
1

69.983

0,2545

25,45

2

48.000

0,1746

17,46

3

35.000

0,1273

12,73

4

35.000

0,1273

12,73

Jumlah

187.983

0,6837

68,37 Oligopsoni

Pedagang Pengecer
1

36.529

0,1903

19,03

2

34.484

0,1796

17,96

3

31.091

0,1620

16,20

4

20.294

0,1057

10,57

Jumlah

122.398

0,6376

63,76 Oligopsoni

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Struktur pasar pada pedagang pengumpul adalah oligopsoni dan
pedagang pengecer adalah oligopoli dengan nilai CR4 masing-masing sebesar
68,37% dan 63,76%
Analisis struktur pasar dengan tiga metode di atas menunjukkan bahwa
struktur pasar beras di Kecamatan Tumpang berada pada persaingan tidak
sempurna, yaitu mengarah pada oligopsoni. Struktur pasar ini menyebabkan
posisi tawar dari petani selalu lemah dibandingkan dengan posisi tawar para
pedagang, terutama dalam kesempatannya untuk memperoleh harga yang layak.
Petani selalu diposisikan sebagai penerima harga (price taker). Sebagai price
takker, petani tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga jual dari
produknya. Harga yang terbentuk ditetapkan oleh pedagang pengumpul.
Konsekuensinya dari struktur pasar bersaing tidak sempurna adalah petani dan
konsumen dieksploitasi oleh pedagang perantara. Dimana petani selalu
menerima harga rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi.
Pembagian margin tidak adil dan share harga yang diterima petani produsen
rendah. Sedangkan pedagang perantara memperoleh keuntungan yang besar.
13

3.3 Hambatan Masuk Keluar Pasar (Barriers to Entry)
Hubungan antara petani dengan lembaga pemasaran sudah terjalin
dalam waktu yang cukup lama. Hubungan ini bukan saja dilandasi pada faktor
ekonomi namun juga faktor sosial.
Pedagang pengumpul dengan modal yang cukup besar menjadi “dewa”
penolong bagi petani dikala petani dalam kesulitan keuangan. Di tingkat petani
terjadi praktek jual beli gabah sebelum gabah dipanen bahkan masih pada awal
pengolahan lahan. Dengan demikian telah terjadi ikatan antara petani dengan
pedagang pengumpul yang cukup erat.
3.4 Saluran dan Lembaga Pemasaran
Produksi padi oleh petani di Kecamatan Tumpang sebanyak 1.167
kg/petani atau 3.269,04 kg/ha. Dari hasil tersebut dimanfaatkan sebagai bibit
sebanyak 1,28%, dijual sebagai gabah kering panen ke pedagang pengumpul
sebanyak 12,96% dan diolah menjadi beras sebanyak 85,76%. Beras yang
dihasilkan oleh petani, dimanfaatkan untuk makan sekeluarga sebanyak 27,06%
dan dipasarkan sebanyak 72,94%.

Petani
Gabah

Pedagang
Pengumpul

Konsumen
Lawang
Konsumen
Lokal
Konsumen
Lawang

Petani
Beras

Pedagang
Pengumpul

Konsumen
Gadang
Pengecer
Lawang

Konsumen
Lawang

Pengecer

Konsumen

Pemasaran beras oleh petani dapat secara langsung ke konsumen
Gadang
Gadang
maupun melalui lembaga pemasaran. Sebanyak 19,72% dari total beras yang
dipasarkan oleh petani dilakukan tanpa melaluiBeras di Tumpang
Gambar 4. Saluran Pemasaran lembaga pemasaran, sedangkan
sebanyak 80,28% dari total beras yang dipasarkan oleh petani dilakukan melalui
lembaga pemasaran.
Lembaga

pemasaran

dalam

mengalirkan

beras

dari

produsen

berhubungan satu sama lain yang membentuk beberapa saluran pemasaran.
14

Adapun saluran pemasaran beras di daerah penelitian ditampilkan pada gambar
4.
Dari gambar 4, dapat diuraikan 5 saluran saluran pemasaran, yaitu:
a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Pedagang Pengumpul –
Konsumen Lawang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen terjadi
melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para
pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa gabah.
Gabah yang dipasarkan melalui saluran ini sebanyak 12,96% dari total gabah
yang dihasilkan oleh para petani. Gabah dibeli oleh pedagang pengumpul
dengan sistem pembayaran dimuka atau ijon, sedangkan penyerahan gabah
oleh petani ke pedagang pengumpul pada saat panen. Pengolahan gabah
menjadi beras terjadi di tingkat pedagang pengumpul dan menjualnya ke
konsumen di Lawang.
b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen
Lawang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang
terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah
para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras
sebanyak 14,44% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di
kecamatan Tumpang.
c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen
Gadang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang
terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah
para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras
sebanyak 5,17% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di
kecamatan Tumpang.
d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang
Pengecer Lawang– Konsumen Lawang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang
terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah
para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan
berupa beras.

Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak
15

41,86% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan
Tumpang.
e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang
Pengecer Gadang– Konsumen Gadang)
Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang
terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah
para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan
berupa beras.

Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak

18,61% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di Kecamatan
Tumpang.
3.5 Analisis Margin Pemasaran Beras
Dalam pemasaran produk pertanian, setiap lembaga pemasaran akan
berhadapan dengan kenyataan akan adanya produk yang hilang, penurunan
kualitas produk dan produk yang rusak, serta adanya perlakuan khusus atau
pengolahan atas produk, maka dalam perhitungan margin pemasaran diperlukan
produk referensi. Produk referensi diusulkan oleh Smith yang menyatakan bahwa
perlu adanya titik awal yang menunjukkan 1 kg dari produk yang dijual kepada
konsumen.
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang
Pengumpul – Konsumen Lawang)

Perhitungan margin pemasaran beras untuk produk asal dari petani
berupa gabah menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul
sebesar 1,667. Hal ini disebabkan dari 1 kg gabah yang dibeli oleh pedagang
pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,40 kg atau 40%,
sehingga 1 kg gabah yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,60 kg beras
yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,667
kg gabah di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(10,40)=1,667). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi
untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.
16

Tabel 4. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada
Saluran Pemasaran I (Petani Gabah–Pedagang Pengumpul–
Konsumen Lawang)
No

Uraian

Nilai
Rp/kg

1

Distribusi Marjin
Rp

%

Share harga
(%)

Petani:
 Harga jual 

1.914,14

34,80

978,43

17,79

394,11

7,16

541,60

9,85

(1.148,48 x 1,667)
 Biaya Usahatani
(586,94 x 1,667)
 Biaya panen
(236,42 x 1,667)
 Keuntungan
2

Pedagang Pengumpul:
 Harga jual 

3.585,86
5.500,00

65,20

 Biaya komunikasi
5,52 x 1,667

9,19

0,26

0,17

404,04

11,27

7,35

75,61

2,11

1,37

191,41

5,34

3,48

80,81

2,25

1,47

375,00

10,46

6,82

170,71

4,76

3,10

 Biaya transportasi
242,42 x 1,667
 Biaya packing
45,36 x 1,667
 Biaya resiko
114,85 x 1,667
 Biaya Penjemuran
48,48 x 1,667
 Biaya Giling
225,00 x 1,667 
 Biaya Tenaga Kerja
102,42 x 1,667
 Harga beli
1.148,48 x 1,667
 Keuntungan

1.914,14

34,80

2.279,09

Marjin

63,56
3.585,86

41,44

100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan
pada tabel diatas diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 3.585,86/kg.
Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang
17

pengumpul, yakni sebesar 63,56%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada
pada kompnen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 0,26%.
Harga jual gabah berdasarkan referensi ke beras adalah sebesar Rp
1.914,14, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya berdasarkan
referensi ke beras adalah sebesar 34,80% dari harga yang dibayar oleh
konsumen beras. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari
biaya sebesar 24,95% (biaya usahatani sebesar 17,79% dan biya panen sebesar
7,16%) dan keuntungan sebesar 9,85%. Dimana biaya yang dikeluarkan oleh
petani sebesar Rp 1372,27/kg produk referensi yang terdiri dari biaya usahatani
dan biaya panen. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar
Rp 541,60/kg produk referensi.
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang
Pengumpul – Konsumen Lawang)
Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan
produk referensi. Dalam penelitian ini produk referensi di tingkat pedagang
pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh
pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau
3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg
beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan
1,0309 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(10,03)= 1,0309). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor
konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.
Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan
pada tabel dibawah ini, diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp
867,82/kg.

Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan

pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,76%. Sedangkan ditribusi margin
terkecil berada pada komponen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni
sebesar 1,18%.
18

Tabel 5. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras
pada Saluran

Pemasaran II (Petani – Pedagang

Pengumpul – Konsumen Lawang)
No

Uraian

Nilai
Rp/kg

1

Distribusi Marjin
Rp

%

Share harga
(%)

Petani:
 Harga jual 

3.847,46

79,59

 Biaya Usahatani

1.013,95

20,97

546,20

11,30

 Biaya penjemuran

31,40

0,65

 Biaya penggilingan

384,64

7,96

 Biaya transportasi

71,45

1,48

1.799,82

37,23

 Biaya panen

 Keuntungan
2

Pedagang Pengumpul:
 Harga jual 

867,82
17,95

4.834,28

 Biaya komunikasi
9,98 x 1,0309

10,28

1,18

0,21

140,50

16,19

2,91

43,02

4,96

0,89

120,70

13,91

2,50

 Biaya transportasi
136,29 x 1,0309
 Biaya packing
41,73 x 1,0309
 Biaya resiko
117,08 x 1,0309
 Harga beli
3.847,46 x 1,0309
 Keuntungan

82,05

3.966,46
553,32

Marjin

63,76
867,82

11,45

100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.847,47/kg, sehingga
petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 79,59% dari harga yang
dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri
dari biaya sebesar 42,36% dan keuntungan sebesar 37,23%. Dimana biaya yang
dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 2.047,64/kg yang terdiri dari biaya usahatani,
biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 1.799,82/kg.
19

Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang
Pengumpul – Konsumen Gadang)
Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan
produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini
disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami
kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang
dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh
pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,0309 kg beras di tingkat
petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03)= 1,0309). Produk
referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.
Tabel 6. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada
Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)
No

Uraian

Nilai
Rp/kg

1

Distribusi Marjin
Rp

%

Share harga
(%)

Petani:
 Harga jual 

3.736,15

78,42

 Biaya Usahatani

947,90

19,90

 Biaya panen

464,86

9,76

 Biaya penjemuran

25,64

0,54

 Biaya penggilingan

384,57

8,07

60,60

1,27

1.852,58

38,89

 Biaya transportasi
 Keuntungan
2

Pedagang Pengumpul:
 Harga jual 

912,43
4.764,14

 Biaya komunikasi
9,36 x 1,0309

1,06
9,65

 Biaya transportasi
144,34 x 1,0309

148,80

3,12
6,22

56,78

 Biaya resiko
113,58 x 1,0309

0,20
16,31

 Biaya packing
55,08 x 1,0309

18,59

1,19
12,83

117,09

2,46

3.851,71

80,85

 Harga beli
3.736,15 x 1,0309
20

 Keuntungan 

580,11

Marjin

63,58
912,43

12,18

100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras, diketahui bahwa
margin pemasaran sebesar Rp 912,43/kg.

Distribusi margin terbesar berada

pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,58%.
Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi
pedagang pengumpul, yakni sebesar 1,06%.
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.736,15/kg, sehingga
petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,42% dari harga yang
dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri
dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan
biaya transportasi sebesar 39,54% (Rp 1883,57/kg) dan keuntungan sebesar
38,89% (Rp 1.852,58/kg).
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang
Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang– Konsumen Lawang)

Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi di
tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg
beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan
sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya
menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul.
Dengan demikian diperlukan 1,03093 kg beras di tingkat petani untuk
menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk
referensi di tingkat pedagang pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1
kg beras yang dibeli oleh pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan
sebesar 0,01 kg atau 1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang
pengumpul hanya menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang
pengecer. Dengan demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang
pengumpul untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101).
Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
21

Tabel 7. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras
pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul –
Pedagang Pengecer – Konsumen Lawang)
Share
No

Uraian

Nilai
Rp/kg

1

Distribusi Marjin
Rp

%

Harga
(%)

Petani:
 Harga jual

3.964,75

78,31

 Biaya Usahatani

1.018,50

20,12

584,41

11,54

 Biaya penjemuran

71,43

1,41

 Biaya penggilingan

384,64

7,60

69,46

1,37

1.836,31

36,27

 Biaya panen

 Biaya transportasi
 Keuntungan
2

Pedagang Pengumpul:
 Harga jual 

975,14

64,65

5.062,52

17,27

 Biaya komunikasi
9,79 x 1,03093

10,09

1,03

0,18

137,52

14,10

2,44

47,39

4,87

0,84

122,78

12,59

2,17

 Biaya transportasi
133,40 x 1,0309
 Biaya packing
45,97 x 1,0309
 Biaya resiko
119,09 x 1,0309
 Harga beli
3.964,75 x 1,0309
 Keuntungan 
3

Pedagang Pengecer:

4.087,38

72,38

657,36

67,41
533,14

35,35

11,64
22

 Harga jual 

5.646,80

9,44

 Biaya komunikasi
8,43 x 1,0101

8,52

1,60

0,15

5,8

1,09

0,10

35,74

6,70

0,63

57,66

10,82

1,02

 Biaya transportasi
5,75 x 1,0101
 Biaya Packing
35,39 x 1,0101
 Biaya resiko
57,08 x 1,0101
 Harga beli
5.062,52 x 1,0101
 Keuntungan 

5.113,66

90,56

425,42

Marjin

79,80
1.508,28

7,53

100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan
1.508,28/kg.

perhitungan

margin

pamasaran

beras

sebesar

Rp

Distribusi margin terbesar berada pada pedagang pengumpul,

yakni sebesar 64,65%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada
pedagang pengecer, yakni sebesar 35,35%.
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp
975,14/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada
pada komponen keuntungan, yakni sebesar 67,41%, sedangkan ditribusi margin
terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 1,03%.
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 533,14/kg.
Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen
keuntungan, yakni sebesar 79,80%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada
pada kompnen biaya transportasi, yakni sebesar 1,09%.
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.964,75/kg, sehingga
petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,31% dari harga yang
dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri
dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan
biaya transportasi sebesar 42,04% (Rp 2.126,34/kg) dan keuntungan sebesar
36,27% (Rp 1.836,31/kg).
Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 5.062,52/kg,
sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 89,65% dari
harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang
23

pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,38% (Rp
4.087,38/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya
packing, dan biaya resiko sebesar 5,63% (Rp 317,78/kg) dan keuntungan
sebesar 11,64%.
Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.646,80/kg.
Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar
90,56% (Rp 5.113,66), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya
transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,90% (Rp 97,72/kg) dan
keuntungan sebesar 7,53% (Rp 425,42/kg).
Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang
Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang)

Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi.
Dalam penelitian ini produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar
1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang
pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%,
sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras
yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan
1,03093 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi
(1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk referensi di tingkat pedagang
pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh
pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,01 kg atau
1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang pengumpul hanya
menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengecer. Dengan
demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang pengumpul untuk
menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101). Produk referensi yang
diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
Margin pemasaran tabel 8 sebesar Rp 1.430,20/kg.

Distribusi margin

terbesar berada pada pedagang pengumpul, yakni sebesar 59,58%. Sedangkan
ditribusi margin terkecil berada pada pedagang pengecer, yakni sebesar 40,32%.
Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp
853,56/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada
pada komponen keuntungan, yakni sebesar 59,59%, sedangkan ditribusi margin
terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 0,88%.
24

Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 576,63/kg.
Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen
keuntungan, yakni sebesar 73,54%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada
pada kompnen biaya Komunikasi dan transportasi, masing-masing sebesar
2,20%.
Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.818,54/kg, sehingga
petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 70,51% dari harga yang
dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri
dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan
biaya transportasi sebesar 39,84% (Rp 2.157,49/kg) dan keuntungan sebesar
30,67% (Rp 1.661,05/kg).
Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 4.790,21/kg,
sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 88,46% dari
harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang
pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,70% (Rp
3.936,65/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya
packing, dan biaya resiko sebesar 6,37% (Rp 344,89/kg) dan keuntungan
sebesar 9,39% (Rp 508,67/kg).
25

Tabel 8. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras
pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul –
Pedagang Pengecer – Konsumen Gadang)
Share
No

Uraian

Nilai
Rp/kg

1

Distribusi Marjin
Rp

%

Harga
(%)

Petani:
 Harga jual

3.818,54

70,51

 Biaya Usahatani

988,53

18,25

 Biaya panen

612,78

11,32

 Biaya penjemuran

97,60

1,80

 Biaya penggilingan

388,96

7,18

 Biaya transportasi

69,62

1,29

1.661,05

30,67

 Keuntungan
2

Pedagang Pengumpul:
 Harga jual 

853,56

59,68

4.790,21

15,76

 Biaya komunikasi
7,32 x 1,0309

7,54

0,88

0,14

167,94

19,68

3,10

50,95

5,97

0,94

118,46

13,88

2,19

 Biaya transportasi
162,90 x 1,0309
 Biaya packing
9,43 x 1,0309
 Biaya resiko
14,91 x 1,0309
 Harga beli
3818,54 x 1,0309
 Keuntungan 
3

Pedagang Pengecer:

3.936,65

72,70

508,67

59,59
576,63

40,32

9,39
26

 Harga jual 

5.415,23

10,65

 Biaya komunikasi
12,58 x 1,0101

12,7

2,20

0,23

12,7

2,20

0,23

78,16

13,55

1,44

49,04

8,50

0,91

 Biaya transportasi
12,58 x 1,0101
 Biaya Packing
77,38 x 1,0101
 Biaya resiko
48,55 x 1,0101
 Harga beli
4.790,21 x 1,0101
 Keuntungan 

4.838,60

89,35

424,03

Marjin

73,54
1.430,20

7,83

100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.415,23/kg.
Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar
89,35% (Rp 4.838,60/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya
transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,82% (Rp 152,60/kg) dan
keuntungan sebesar 7,53% (Rp 424,03/kg).
3.6 Perbandingan Marjin Pemasaran

Tabel 9. Rekapitulasi Margin Pemasaran Beras pada Saluran I-V
Saluran
Pemasaran
I

Marjin
Lembaga Pemasaran

II

 Petani

867,82

 Petani
 Pedagang Pengumpul

IV

3.585,86

 Petani
 Pedagang Pengumpul

III

Pemasaran Diterima Petani
(Rp)

 Pedagang Pengumpul

Share Harga yg

912,43

(%)
34,80

79,59

78,97

 Petani
 Pedagang Pengumpul

1.508,28

78,31

1.430,20

70,51

 Pedagang Pengecer
V

 Petani
27

 Pedagang Pengumpul
 Pedagang Pengecer
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa saluran I menunjukkan margin
pemasaran paling besar bila dibandingkan dengan margin pemasaran

pada

saluran lainnya. Hal ini disebabkan pada saluran I petani menjual produknya
dalam bentuk gabah, pembelian gabah oleh pedagang penuh resiko, karena
pembayarannya didepan/sebelum gabah itu ada (ijon), sehingga harga gabah
rendah, penjualan oleh pedagang dalam bentuk beras dan waktunya pada saat
harga jual yang tinggi. Selain itu adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul untuk prossesing dari gabah ke beras.
Sedangkan bila membandingkan antara saluran II dan III dengan IV dan
V, maka terlihat bahwa margin pemasaran pada saluran IV dan V lebih besar dari
pada saluran pemasaran II dan III. Hal ini disebabkan saluran IV dan V lebih
panjang daripada saluran II dan III. Lebih panjangnya saluran pemasaran
memiliki konsekuensi pada makin banyaknya jasa-jasa yang terlibat dalam aliran
beras dan balas jasa berupa keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang
terlibat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan penelitian ini dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran beras di kecamatan Tumpang
adalah persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada pasar oligopsoni.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya ikatan yang cukup kuat antara petani
dengan pedagang pengumpul berupa penjualan beras/gabah oleh petani
secara ijon, bahkan pada awal tahap usahatani, karena petani kekurangan
modal, mesin pengolahan lahan, perontokan padi dan penggiling beras.
Struktur pasar tersebut juga ditunjukkan dengan informasi pasar yang tidak
menyebar secara merata dan tingkat konsentrasi berada diantara 40%80%, yakni sebesar 68,37%. Struktur pasar tersebut memposisikan petani
pada pihak yang lemah sebagai price taker, sehingga penentuan harga
didominasi oleh pedagang pengumpul.
28

2.

Secara umum, saluran pemasaran beras di Kecamatan Tumpang dapat
diklasifikasikan atas dua, yaitu:
 Petani – Padagang Pengumpul – Konsumen, dan
 Petani – Padagang Pengumpul – Padagang Pengecer - Konsumen.
Klasifikasi ini didasarkan pada jenis lembaga atau pelaku pasar yang
terlibat dalam perdagangan beras di kecamatan tersebut. Dari dua saluran
pemasaran tersebut dapat bagi menjadi lima saluran pemasaran sebagai
berikut:
a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul –
Konsumen Lawang),
b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen
Lawang),

c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen
Gadang),

d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang
Pengecer Lawang – Konsumen Lawang), dan

e.

Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang
Pengecer Gadang – Konsumen Gadang).

Dari saluran-saluran pemasaran tersebut di atas, hanya terdapat dua
lembaga

pemasaran

sebagai

penghubung

antara

petani

dengan

konsumen, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran beras di kecamatan
Tumpang cukup pendek, sehingga diharapkan petani dapat memperoleh
harga yang cukup tinggi, namun pada kenyataannya petani diperadapkan
pada struktur pasar oligopsoni yang telah melemahkan posisi tawar petani
atas harga jual yang harus diterima oleh petani.
3.

Marjin pemasaran beras di Kecamatan Tumpang berbeda antar saluran
pemasaran dan distribusi margin antar pelaku pasar beras tidak merata.
Dimana distribusi marjin terbesar dikuasai oleh para pedagang pengumpul.
Hal ini disebabkan oleh informasi pasar yang tidak menyebar secara
merata sebagai akibat dari struktur pasar oligopsoni di tingkat petani,
29

sehingga penentuan harga di tingkat petani didominasi oleh pedagang
pengumpul.
4.2 Saran
Pada kesempatan ini beberapa saran dapat disampaikan, antara lain:
1. Bagi Pemerintah:
a. Pemerintah perlu menyediakan program terpadu berupa pendanaan
usahatani padi dan penyediaan peralatan, seperti hand traktor dan
perontok padi bagi petani, guna membantu petani pada awal periode
usahatani maupun saat panen. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan
petani dari praktek-praktek pasar yang cenderung merugikan petani
secara ekonomi.
b. Agar pemasaran beras dapat lebih menguntungkan petani (lebih
terintegrasi), diharapkan kepada pemerintah perlunya meningkatkan
layanan informasi pasar yang lebih baik dan akurat.

2. Bagi petani:
a. Mengingat struktur pasar yang terbentuk, yaitu oligopsoni, maka perlu
adanya kelompok tani yang mempunyai peranan bukan hanya pada
tingkat usahatani tetapi berperan juga dalam memasarkan beras,
sehingga para petani dapat terhindar dari praktek-praktek pemasaran
yang tidak adil dan berpihak kepada mereka.
b. Informasi pasar merupakan hal penting, diharapkan kiranya petani
lebih aktif dalam mencari informasi pasar dan sarana informasi pasar
yang sudah ada, seperti radio dan TV kiranya dapat lebih
dimanfaatkan.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang praktek pemasaran gabah
dan integrasi pasar di tingkat petani, karena gabah dijual dengan sistem
ijon, bahkan gabah dijual pada awal periode usahatani. Ikatan antara
petani dengan pedagang ini mempunyai resiko. Petani menanggung
resiko menjual gabah dengan harga yang cukup rendah, sedangkan
pedagang menanggung resiko pengembalian modal jika gagal panen.

More Related Content

What's hot

PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANSri Wahyuni
 
TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0Muhyidin Abdillah
 
Folder Jagung 2021.pdf
Folder Jagung 2021.pdfFolder Jagung 2021.pdf
Folder Jagung 2021.pdfBoboboy7
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahagronomy
 
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawitManajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawitYoghi Pratama
 
Kuisioner pada supermarket
Kuisioner pada supermarketKuisioner pada supermarket
Kuisioner pada supermarketAnggun Puspa
 
3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx
3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx
3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptxpastiniasih1
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuNur Haida
 
Bimtek Bawang Merah.pptx
Bimtek Bawang Merah.pptxBimtek Bawang Merah.pptx
Bimtek Bawang Merah.pptxrofi29
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)AsadCungkring97
 
Tanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowoTanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowotani57
 
Laporan studi kelayakan bisnis.
Laporan studi kelayakan bisnis.Laporan studi kelayakan bisnis.
Laporan studi kelayakan bisnis.Risma Martha
 

What's hot (20)

PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
 
Coklat dan Kakao
 Coklat dan Kakao Coklat dan Kakao
Coklat dan Kakao
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Contoh Proposal Cabe
Contoh Proposal CabeContoh Proposal Cabe
Contoh Proposal Cabe
 
TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
TANTANGAN DAN PELUANG SDM MILENIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
 
Folder Jagung 2021.pdf
Folder Jagung 2021.pdfFolder Jagung 2021.pdf
Folder Jagung 2021.pdf
 
skripsi analisis swot
skripsi analisis swotskripsi analisis swot
skripsi analisis swot
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Kalium
KaliumKalium
Kalium
 
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawitManajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
 
Kuisioner pada supermarket
Kuisioner pada supermarketKuisioner pada supermarket
Kuisioner pada supermarket
 
3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx
3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx
3 Dimensi Pertanian Perkotaan.pptx
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
Bimtek Bawang Merah.pptx
Bimtek Bawang Merah.pptxBimtek Bawang Merah.pptx
Bimtek Bawang Merah.pptx
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
 
Pala
PalaPala
Pala
 
Tanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowoTanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowo
 
Laporan studi kelayakan bisnis.
Laporan studi kelayakan bisnis.Laporan studi kelayakan bisnis.
Laporan studi kelayakan bisnis.
 
Powerpoint talas
Powerpoint talasPowerpoint talas
Powerpoint talas
 

Similar to Analisis Struktur Pasar

Pemasaran kedelai mataram 1
Pemasaran kedelai mataram 1Pemasaran kedelai mataram 1
Pemasaran kedelai mataram 1Krisna Setiawan
 
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...JumiatiLira
 
Analisis integrasi pasar beras tumpang
Analisis integrasi pasar beras tumpangAnalisis integrasi pasar beras tumpang
Analisis integrasi pasar beras tumpangBBPP_Batu
 
Beberapa faktor yang berpengaruh
Beberapa faktor yang berpengaruhBeberapa faktor yang berpengaruh
Beberapa faktor yang berpengaruhrenysukmawani
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanrenysukmawani
 
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung lahasang
 
Analisis Integrasi Pasar Komoditi Beras
Analisis Integrasi Pasar Komoditi BerasAnalisis Integrasi Pasar Komoditi Beras
Analisis Integrasi Pasar Komoditi BerasBBPP_Batu
 
Daya saing produk_agribisnis
Daya saing produk_agribisnisDaya saing produk_agribisnis
Daya saing produk_agribisnisYunus Paelo
 
Abdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptx
Abdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptxAbdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptx
Abdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptxYusufRauf2
 
ANALISA PEMASARAN BERAS DI AMPANA.pptx
ANALISA PEMASARAN  BERAS DI AMPANA.pptxANALISA PEMASARAN  BERAS DI AMPANA.pptx
ANALISA PEMASARAN BERAS DI AMPANA.pptxgogo842965
 
Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...
Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...
Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...SUCIK PUJI UTAMI
 
PROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptx
PROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptxPROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptx
PROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptxputri894680
 
Perbaikan sistem tataniaga
Perbaikan sistem tataniagaPerbaikan sistem tataniaga
Perbaikan sistem tataniagaEkal Kurniawan
 
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docxAnalisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docxANAS MULDER
 
Laporan Penelitian Karet Final
Laporan Penelitian Karet FinalLaporan Penelitian Karet Final
Laporan Penelitian Karet Finalzakky fathoni
 

Similar to Analisis Struktur Pasar (20)

Contoh rantai pasok
Contoh rantai pasokContoh rantai pasok
Contoh rantai pasok
 
Pemasaran kedelai mataram 1
Pemasaran kedelai mataram 1Pemasaran kedelai mataram 1
Pemasaran kedelai mataram 1
 
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
Analisis Struktur , Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang...
 
Analisis integrasi pasar beras tumpang
Analisis integrasi pasar beras tumpangAnalisis integrasi pasar beras tumpang
Analisis integrasi pasar beras tumpang
 
4182 6209-1-sm
4182 6209-1-sm4182 6209-1-sm
4182 6209-1-sm
 
Beberapa faktor yang berpengaruh
Beberapa faktor yang berpengaruhBeberapa faktor yang berpengaruh
Beberapa faktor yang berpengaruh
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualan
 
Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung Tataniaga telur ayam kampung
Tataniaga telur ayam kampung
 
Analisis Integrasi Pasar Komoditi Beras
Analisis Integrasi Pasar Komoditi BerasAnalisis Integrasi Pasar Komoditi Beras
Analisis Integrasi Pasar Komoditi Beras
 
Daya saing produk_agribisnis
Daya saing produk_agribisnisDaya saing produk_agribisnis
Daya saing produk_agribisnis
 
101.pptx
101.pptx101.pptx
101.pptx
 
Laporan survey pasar
Laporan survey pasarLaporan survey pasar
Laporan survey pasar
 
Abdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptx
Abdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptxAbdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptx
Abdul Halim Muhammad Salam Proposal Presen.pptx
 
ANALISA PEMASARAN BERAS DI AMPANA.pptx
ANALISA PEMASARAN  BERAS DI AMPANA.pptxANALISA PEMASARAN  BERAS DI AMPANA.pptx
ANALISA PEMASARAN BERAS DI AMPANA.pptx
 
Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...
Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...
Sucik Puji Utami, Dr. Ceacilia Sri Midarti, M.Si, Diskusi 2.1 Contoh Peneliti...
 
PROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptx
PROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptxPROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptx
PROPOSAL USAHA PENGOLAHAN SAGU.pptx
 
Perbaikan sistem tataniaga
Perbaikan sistem tataniagaPerbaikan sistem tataniaga
Perbaikan sistem tataniaga
 
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docxAnalisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
 
Tertum Sertifik
Tertum SertifikTertum Sertifik
Tertum Sertifik
 
Laporan Penelitian Karet Final
Laporan Penelitian Karet FinalLaporan Penelitian Karet Final
Laporan Penelitian Karet Final
 

Recently uploaded

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 

Recently uploaded (20)

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

Analisis Struktur Pasar

  • 1. PENGKAJIAN STRUKTUR PASAR DAN MARGIN PEMASARAN PADA KOMODITI BERAS DI KABUPATEN MALANG Oleh : Dwita Indrarosa, ST., MP. Widyaiswara BBPP Batu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar oleh konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga. (Mubyarto ,1989). Salah satu komoditi pertanian yang selalu mendapat perhatian pemerintah adalah beras, karena beras merupakan bahan makan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Berbagai daerah telah mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok ke beras. Perubahan kebutuhan bahan makanan ini disamping karena kemajuan teknologi di bidang pertanian, juga karena alasan lain misalnya kelezatan, kandungan nilai energi dan lain sebagainya dari beras (AAK, 1990). Selain sebagai bahan makan pokok yang bernilai ekonomi, beras juga mempunyai nilai politik (komoditi politik), yang dapat mempengaruhi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika terjadi kelangkaan beras akan menyebabkan instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian beras di Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi, sehingga masalah perberasan di Indonesia telah menyita banyak perhatian berbagai kalangan, terutama pemerintah. Intervensi pemerintah, berupa kebijakan harga dasar maupun kebijakan harga pembelian pemerintah diharapkan sebagai insentip bagi petani agar dapat meningkatkan produksi. Produksi beras nasional yang dikutip dari USDA (2010) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 berhasil diproduksi sebanyak 38,55 juta ton beras. Data tersebut menunjukkan kecenderungan makin meningkatnya produksi beras nasional. Namun sesungguhnya kebijakan harga pembelian pemerintah yang diberlakukan sejak tahun 2002 didasarkan pada kuantitas sejumlah tertentu beras/gabah (untuk kebutuhan stok nasional) pada harga yang
  • 2. 2 ditentukan, sedangkan pengaruh pembelian tersebut terhadap pembentukan harga di pasar tidak menjadi perhatian penting (Irawan, 2006). Lanjutnya petani harus berjuang sendiri dalam mekanisme pasar (laissez fair) yang cenderung tidak berpihak kepada petani. Kecamatan Tumpang merupakan daerah penghasil beras di Kabupaten Malang Jawa Timur. Dari data yang diperoleh dari BPS, bahwa pada tahun 2011 berhasil diproduksi sebanyak 6-7 ton per hektar. Permintaan beras semakin meningkat namun demikian kondisi harga di masyarakat petani masih rendah sehingga menyebabkan pendapatan petani yang rendah. Hal ini disinyalir oleh adanya permainan harga yang dilakukan oleh para pedagang atau tengkulak dan hal inilah yang menyebabkan harga ditingkat konsumen menjadi tinggi. Pada umumnya sistem pemasaran komoditi pertanian, tidak terkecuali beras sangat kompleks, sehingga pemasarannya menjadi sulit (rumit) dan mahal, karena komoditi pertanian dihasilkan dalam jumlah kecil dan beragam jenisnya, kualitas komoditi pertanian yang tidak seragam, komoditi pertanian dihasilkan secara musiman dan di daerah yang jauh dari konsumen. Diperlukan perhatian yang serius terhadap pemasaran, namun kenyataannya fungsi-fungsi pemasaran tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, sehingga efisiensi pemasaran menjadi rendah. Ini diperparah lagi dengan ketrampilan dari para pelaku pasar untuk melakukan pemasaran secara efisien masih terbatas (Soekartawi (1993). Pemasaran beras tidak berpihak kepada petani, dimana petani menerima harga yang rendah, sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Hal ini sebagai konsekuensi dari struktur pasar oligopsoni yang terjadi di tingkat petani produsen dan struktur pasar oligopoli di tingkat konsumen. 1.2. Perumusan Masalah Informasi pasar yang dibutuhkan oleh para petani berupa perkiraan harga tren pasar dan harga saat ini serta informasi situasi pasar. Informasi tentang trentren pasar dan perubahan harga berguna untuk perencanaan produksi (Anindita, 2004). Menurut Irawan (2006), ada dua struktur pasar yang mengatur mekanisme distribusi beras, mulai dari produsen sampai ke konsumen. Struktur pasar yang dimaksudkan adalah pasar oligopsoni dan pasar oligopoli. Selanjutnya, Irawan (2006) mengatakan bahwa dalam struktur pasar oligopsoni posisi penjual (petani) amat lemah dimana secara institusional tengkulak adalah
  • 3. 3 price maker yang bisa menekan harga di tingkat petani, sedangkan dalam struktur pasar oligopoli posisi konsumen lemah, karena lagi-lagi pedagang besar sebagai price maker dan konsumen hanya berposisi sebagai penerima harga (price taker). Dari pernyataan Irawan (2006) tersebut, dapat dikatakan bahwa sebagai penerima harga (price takker), baik petani maupun konsumen tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga. Harga yang terbentuk ditetapkan oleh pedagang. Konsekuensinya adalah petani dan konsumen dieksploitasi oleh para pedagang. Dimana petani selalu menerima harga jual rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Pembagian margin tidak adil dan share harga yang diterima oleh petani rendah, sedangkan para pedagang memperoleh keuntungan yang besar. Walaupun demikian, kehadiran para pedagang perantara tidak dapat dihindarkan, karena peranan mereka sebagai penghubung antara petani produsen dengan konsumen. Pemasaran beras di kecamatan Tumpang didominasi oleh para pedagang perantara. Hal ini disebabkan oleh ciri khas dari komoditas beras, yaitu bersifat musiman, diusahakan dalam skala kecil, dan di tempat yang jauh dari konsumen. Arifin (2006) mengatakan bahwa distribusi beras sangat tidak efisien dan menyisahkan fenomena asimetri pasar yang menjadi kendala serius pembangunan ekonomi. Lanjutnya, ini disebabkan oleh struktur pasar beras sangat tidak sehat dan sangat tidak simetris, karena perbedaan informasi yang dimiliki para pelaku ekonomi perdagangan beras. II. METODE DAN BAHAN PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Pengkajian Pengkajian ini dilaksanakan di Kecamatan Tumpang Kab Malang, Propinsi Jawa Timur. Selain itu juga dipilih dua pasar, yaitu pasar Lawang dan pasar Gadang, dengan pertimbangan kedua pasar tersebut menjual beras produksi Kecamatan Tumpang. Penelitian lapangan dilakukan selama bulan September-Oktober 2011. 2.2 Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah petani beras (padi) dan lembaga pemasaran. Penentuan sampel petani beras dilakukan secara probability sampling dengan teknik stratified random sampling berdasarkan luas lahan sawah yang diolah. Ukuran sampel petani beras diambil secara proposional,
  • 4. 4 yaitu sebesar 20% dari populasi petani beras. Oleh karena itu ukuran sampel petani beras sebanyak 120 orang, dengan distribusi sebagai berikut:  Luas lahan ≤ 0,25 ha sebanyak 67 orang (jumlah populasi 335 orang).  Luas lahan 0,26–0,50 ha sebanyak 37 orang (jumlah populasi 183 orang).  Luas lahan 0,51-0,75 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 29 orang).  Luas lahan 0,76–1 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 30 orang).  Luas lahan > 1 ha sebanyak 4 orang (jumlah populasi 18 orang). Pengambilan sampel lembaga pemasaran beras dilakukan secara snow ball sampling sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 orang pedagang pengumpul dan 10 orang pedagang pengecer. 2.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Secara garis besar data yang akan dijaring meliputi data struktur pasar (seperti volume beras yang diperdagangkan, hambatan masuk keluar pasar, akses informasi pasar), saluran dan lembaga-lembaga pemasaran, margin pemasaran (seperti harga jual, harga beli, biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran), berbagai informasi tentang sarana dan prasarana pemasaran beras (seperti jalan raya, alat transportasi, dan peralatan komunikasi). Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instasi terkait, seperti dari Kantor Camat, BKP3 Malang, Biro Pusat Statistik TTU, serta berbagai pustaka yang bertalian dengan penelitian ini. Data sekunder berupa data harga beras secara deret waktu (time series) bulan/tahun selama kurun waktu 5 tahun mulai dari tahun 2005–2010. 2.4 Metode Analisa Data Data yang telah terkumpul, ditabulasi kemudian dianalisis struktur pasar, saluran pemasaran, marjin pemasaran, dan integrasi pasar horisontal dan integrasi pasar vertikal.
  • 5. 5 1.Struktur Pasar Analisis struktur pasar pada pemasaran beras di Kecamatan Tumpang meliputi deskriptif kualitatif dari hambatan masuk-keluar pasar (barriers to entry) dan pengetahuan atau informasi pasar dan analisis kuantitatif yang dilakukan melalui Market Share, dan CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four). a. Analisis Market Share dan Konsentrasi rasio Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajad konsentrasi pembeli dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar petani produsen terhadap pembeli. Kriterianya:  Monopoli murni, bila 1 perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.  Perusahaan dominan, bila memiliki 50-100% dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat.  Oligopoli ketat, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 60-100% dari pangsa pasar.  Oligopoli longgar, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 40% atau kurang dari 60% pangsa pasar.  Persaingan monopolistik, bila banyak pesaing yang efektif tidak satupun yang memiliki > 0% pangsa pasar.  Persaingan murni, lebih dari 50 pesaing, tapi tidak satupun yang memiliki pangsa pasar berarti. b. Indeks Herfindahl Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar petani (penjual) terhadap pedagang (pembeli). Secara matematis Indeks Herfindahl dirumuskan sebagai berikut: IH = (S1)2 + (S2)2 + .... + (Sn)2 Dimana : IH = Indeks Hefindahl S1,S1....Sn= Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-1, ke-2.....ke-n n = Jumlah pelaku perdagangan beras, dalam penelitian ini untuk pedagang pengumpul sebanyak 8 dan n untuk pedagang penecer sebanyak 10. Kriterianya :  Jika IH = 1, maka pasar mengarah pada monopsonistik.
  • 6. 6  Jika IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna.  Jika 0 < IH < 1, maka pasar mengarah oligopsonistik c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four) CR4 digunakan untuk mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli terbesar dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar penjual terhadap pembeli, dengan rumus: CR4 = MS  .........  MS 1 4 MS total Dimana: CR4 = Concentration Ratio for Biggest Four MS1......MS4 = Market share dari pedagang ke-1 sampai ke-4 Kriterianya:  Jika CR4 < 20%, maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna.  Jika 20% ≤ CR4 < 40%, maka struktur pasar bersifat monopolistik.  Jika 40% ≤ CR4 < 80%, maka struktur pasar bersifat oligopsoni.  Jika CR4 > 80%, struktur pasar cenderung monopsoni. Dalam penelitian ini, formula perhitungan CR4 tersebut berlaku untuk setiap lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Analisis struktur pasar secara kualitatif, meliputi analisis hambatan masuk keluar pasar (barriers to entry) dan tingkat pengetahuan atau informasi pasar. Bentuk pasar yang terjadi berdasarkan hambatan masuk keluar pasar dapat dikategorikan atas: 1 Pasar persaingan sempurna, jika lembaga pemasaran mudah masuk keluar pasar. 2 Pasar monopoli, jika tertutup kemungkinan padagang lain untuk memasuki pasar. 3 Pasar oligopoli, jika padagang sulit untuk masuk pasar.
  • 7. 7 Kriterianya:  Jika tidak ada ikatan antara petani dengan pedagang, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna.  Jika ada ikatan yang sangat kuat antara petani dengan pedagang, maka pasar mengarah pada monopoli.  Jika ikatan antara petani dengan pedagang tidak terlalu kuat, dimana petani masih mempunyai kesempatan untuk menjual ke pedagangpedagang lain, maka pasar mengarah pada oligopoli. Saluran pemasaran adalah aliran atau arus mengalirnya beras dari produsen ke konsumen. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan saluran pemasaran, sejak beras berada di tangan produsen sampai ke tangan konsumen. Adapun data yang digunakan adalah data primer, baik yang berasal dari petani beras maupun lembaga pemasaran beras. 2.Analisis Margin Pemasaran Margin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk produknya. Margin pemasaran dapat pula merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Marjin Pemasaran M = Pr – Pf atau M = Σ(ΣC + ΣΠ) Dimana : M = Margin pemasaran merupakan marjin total Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp/Kg) Pf = Harga di tingkat petani produsen (Rp/kg) C = Biaya-biaya pemasaran Π = Keuntungan lembaga pemasaran 2. Share Harga yang Diterima oleh Petani Lp = Hp x100% He Dimana : Lp = Bagian (%) harga yang diterima petani He = Harga pada tingkat pengecer
  • 8. 8 Hp = Harga pada tingkat petani 3. Share Harga yang Diterima oleh Lembaga Pemasaran SPr = i Pr - Pb i i x100% P r Dimana: SPri = Share harga di tingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n) Pri = Harga ditingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n) Pbi = Harga beli lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n) Pr = Harga ditingkat pengecer
  • 9. 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Struktur Pasar Struktur pasar menunjukkan bagaimana suatu pasar terorganisasi berdasarkan pada karakteristik yang menentukan hubungan antara berbagai penjual di pasar, antara berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di pasar, sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan persaingan dan penentuan harga di pasar. Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu tingkat konsentrasi pembeli dan penjual, barriers to entry dan pengetahuan pasar. 3.2 Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual Pemasaran beras di kecamatan Tumpang melibatkan peran aktif pedagang perantara yang menghubungkan petani produsen dengan konsumen. Dalam penelitian ini pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul sebanyak 8 orang dan pedagang pengecer sebanyak 10 orang. Sedangkan petani sebanyak 120 orang. a. Market Share Analisis ini bertujuan untuk mengetahui market share dan derajad konsentrasi pasar di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui gambaran umum dari posisi tawar petani terhadap pembeli. Pada tingkat petani, market share terbesar terdapat pada petani dengan market share sebesar 0,0704 dengan konsentrasi rasio sebesar 7,04%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 4.000.000 kg/musim tanam, sedangkan market share terendah berada pada petani dengan market share sebesar 0,0016 dengan konsentrasi rasio sebesar 0,16%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 93 kg/musim tanam. Market share terbesar pada tingkat pedagang pengumpul terdapat pada pedagang pengumpul dengan market share sebesar 0,2545 dengan konsentrasi rasio sebesar 25,45%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 69.983 kg/musim tanam, sedangkan market share terendah berada pada pedagang pengumpul dengan market share sebesar 0,0535 dengan konsentrasi rasio sebesar 5,35%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 15.000 kg/musim tanam. Market share terbesar pada tingkat pedagang pengecer terdapat pada pedagang pengecer dengan market share sebesar 0,1903 dengan konsentrasi rasio sebesar 19,03%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 36.529
  • 10. 10 kg/musim tanam, sedangkan market share terendah terdapat pada pedagang pengecer dengan market share sebesar 0,0354 dengan konsentrasi rasio sebesar 3,54%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 6.790 kg/musim tanam. Tabel 1. Perhitungan Market Share dari Empat Pedagang Pengumpul dan Empat Pedagang Pengecer Beras Terbesar No Jumlah Penjualan Market Share Konsentrasi Beras (Kg) Rasio (%) Pedagang Pengumpul 1 69.983 0,2545 25,45 2 48.000 0,1746 17,46 3 35.000 0,1273 12,73 4 35.000 0,1273 12,73 Jumlah 187.983 0,6837 68,37 Pedagang Pengecer 1 36.529 0,1903 19,03 2 34.484 0,1796 17,96 3 31.091 0,1620 16,20 4 20.294 0,1057 10,57 Jumlah 122.398 0,6376 63,77 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Berdasarkan perhitungan market share dapat diketahui bahwa market share dari empat pedagang pengumpul sebesar 0,6837 dengan konsentrasi rasionya sebesar 68,37%, sehingga struktur pasar yang terjadi mengarah pada oligopsoni ketat. Sedangkan market share dari empat pedagang pengecer sebesar 0,6376 dengan konsentrasi rasion sebesar 63,76%, sehingga struktur pasar yang terjadi mengarah pada oligopsoni ketat. b. Indeks Herfindahl Analisis Indeks Herfindahl bertujuan untuk mengetahui derajad konsentrasi pembeli di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui gambaran umum kekuatan posisi tawar petani (produsen) terhadap pembeli. Tabel 2 . Nilai Indeks Herfindahl No Jumlah Penjualan Market Beras (Kg) Share IH
  • 11. 11 Pedagang Pengumpul 1 69.983 0,2545 0,0648 2 48.000 0,1746 0,0305 3 35.000 0,1273 0,0162 4 35.000 0,1273 0,0162 5 32.000 0,1164 0,0135 6 23.000 0,0836 0,0070 7 17.000 0,0618 0,0038 8 15.000 0,0535 0,0029 267.000 1,0000 0,1549 Jumlah Pedagang Pengecer 1 36.529 0,1903 0,0362 2 34.484 0,1796 0,0323 3 31.091 0,1620 0,0262 4 20.294 0,1057 0,0112 5 15.931 0,0830 0,0069 6 13.701 0,0714 0,0051 7 12.610 0,0657 0,0043 8 10.802 0,0563 0,0032 9 9.745 0,0508 0,0026 10 6.790 0,0354 0,0013 191.977 1,0000 0,1292 Jumlah Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Berdasarkan perhitungan Indeks Herfindahl dapat diketahui bahwa nilai Indeks Herfindahl pedagang pengumpul sebesar 0,1549, sehingga struktur pasarnya mengarah pada oligopsonistik. Sedangkan nilai Indeks Herfindahl pedagang pengecer sebesar 0,1292, sehingga struktur pasarnya mengarah pada oligopsonistik. c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four) Analisis CR4 bertujuan untuk mengetahui derajad konsetrasi empat pembeli terbesar di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui posisi tawar petani produsen terhadap pembeli.
  • 12. 12 Tabel 3 . Nilai CR4 No Jumlah Penjualan Market Share Beras (Kg) Konsentrasi Keterangan Rasio (%) Pedagang Pengumpul 1 69.983 0,2545 25,45 2 48.000 0,1746 17,46 3 35.000 0,1273 12,73 4 35.000 0,1273 12,73 Jumlah 187.983 0,6837 68,37 Oligopsoni Pedagang Pengecer 1 36.529 0,1903 19,03 2 34.484 0,1796 17,96 3 31.091 0,1620 16,20 4 20.294 0,1057 10,57 Jumlah 122.398 0,6376 63,76 Oligopsoni Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Struktur pasar pada pedagang pengumpul adalah oligopsoni dan pedagang pengecer adalah oligopoli dengan nilai CR4 masing-masing sebesar 68,37% dan 63,76% Analisis struktur pasar dengan tiga metode di atas menunjukkan bahwa struktur pasar beras di Kecamatan Tumpang berada pada persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada oligopsoni. Struktur pasar ini menyebabkan posisi tawar dari petani selalu lemah dibandingkan dengan posisi tawar para pedagang, terutama dalam kesempatannya untuk memperoleh harga yang layak. Petani selalu diposisikan sebagai penerima harga (price taker). Sebagai price takker, petani tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga jual dari produknya. Harga yang terbentuk ditetapkan oleh pedagang pengumpul. Konsekuensinya dari struktur pasar bersaing tidak sempurna adalah petani dan konsumen dieksploitasi oleh pedagang perantara. Dimana petani selalu menerima harga rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Pembagian margin tidak adil dan share harga yang diterima petani produsen rendah. Sedangkan pedagang perantara memperoleh keuntungan yang besar.
  • 13. 13 3.3 Hambatan Masuk Keluar Pasar (Barriers to Entry) Hubungan antara petani dengan lembaga pemasaran sudah terjalin dalam waktu yang cukup lama. Hubungan ini bukan saja dilandasi pada faktor ekonomi namun juga faktor sosial. Pedagang pengumpul dengan modal yang cukup besar menjadi “dewa” penolong bagi petani dikala petani dalam kesulitan keuangan. Di tingkat petani terjadi praktek jual beli gabah sebelum gabah dipanen bahkan masih pada awal pengolahan lahan. Dengan demikian telah terjadi ikatan antara petani dengan pedagang pengumpul yang cukup erat. 3.4 Saluran dan Lembaga Pemasaran Produksi padi oleh petani di Kecamatan Tumpang sebanyak 1.167 kg/petani atau 3.269,04 kg/ha. Dari hasil tersebut dimanfaatkan sebagai bibit sebanyak 1,28%, dijual sebagai gabah kering panen ke pedagang pengumpul sebanyak 12,96% dan diolah menjadi beras sebanyak 85,76%. Beras yang dihasilkan oleh petani, dimanfaatkan untuk makan sekeluarga sebanyak 27,06% dan dipasarkan sebanyak 72,94%. Petani Gabah Pedagang Pengumpul Konsumen Lawang Konsumen Lokal Konsumen Lawang Petani Beras Pedagang Pengumpul Konsumen Gadang Pengecer Lawang Konsumen Lawang Pengecer Konsumen Pemasaran beras oleh petani dapat secara langsung ke konsumen Gadang Gadang maupun melalui lembaga pemasaran. Sebanyak 19,72% dari total beras yang dipasarkan oleh petani dilakukan tanpa melaluiBeras di Tumpang Gambar 4. Saluran Pemasaran lembaga pemasaran, sedangkan sebanyak 80,28% dari total beras yang dipasarkan oleh petani dilakukan melalui lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran dalam mengalirkan beras dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk beberapa saluran pemasaran.
  • 14. 14 Adapun saluran pemasaran beras di daerah penelitian ditampilkan pada gambar 4. Dari gambar 4, dapat diuraikan 5 saluran saluran pemasaran, yaitu: a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang) Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa gabah. Gabah yang dipasarkan melalui saluran ini sebanyak 12,96% dari total gabah yang dihasilkan oleh para petani. Gabah dibeli oleh pedagang pengumpul dengan sistem pembayaran dimuka atau ijon, sedangkan penyerahan gabah oleh petani ke pedagang pengumpul pada saat panen. Pengolahan gabah menjadi beras terjadi di tingkat pedagang pengumpul dan menjualnya ke konsumen di Lawang. b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang) Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras sebanyak 14,44% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Tumpang. c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang) Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras sebanyak 5,17% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Tumpang. d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang– Konsumen Lawang) Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan berupa beras. Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak
  • 15. 15 41,86% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Tumpang. e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang) Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan berupa beras. Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak 18,61% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di Kecamatan Tumpang. 3.5 Analisis Margin Pemasaran Beras Dalam pemasaran produk pertanian, setiap lembaga pemasaran akan berhadapan dengan kenyataan akan adanya produk yang hilang, penurunan kualitas produk dan produk yang rusak, serta adanya perlakuan khusus atau pengolahan atas produk, maka dalam perhitungan margin pemasaran diperlukan produk referensi. Produk referensi diusulkan oleh Smith yang menyatakan bahwa perlu adanya titik awal yang menunjukkan 1 kg dari produk yang dijual kepada konsumen. Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul – Konsumen Lawang) Perhitungan margin pemasaran beras untuk produk asal dari petani berupa gabah menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,667. Hal ini disebabkan dari 1 kg gabah yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,40 kg atau 40%, sehingga 1 kg gabah yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,60 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,667 kg gabah di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(10,40)=1,667). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.
  • 16. 16 Tabel 4. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada Saluran Pemasaran I (Petani Gabah–Pedagang Pengumpul– Konsumen Lawang) No Uraian Nilai Rp/kg 1 Distribusi Marjin Rp % Share harga (%) Petani:  Harga jual  1.914,14 34,80 978,43 17,79 394,11 7,16 541,60 9,85 (1.148,48 x 1,667)  Biaya Usahatani (586,94 x 1,667)  Biaya panen (236,42 x 1,667)  Keuntungan 2 Pedagang Pengumpul:  Harga jual  3.585,86 5.500,00 65,20  Biaya komunikasi 5,52 x 1,667 9,19 0,26 0,17 404,04 11,27 7,35 75,61 2,11 1,37 191,41 5,34 3,48 80,81 2,25 1,47 375,00 10,46 6,82 170,71 4,76 3,10  Biaya transportasi 242,42 x 1,667  Biaya packing 45,36 x 1,667  Biaya resiko 114,85 x 1,667  Biaya Penjemuran 48,48 x 1,667  Biaya Giling 225,00 x 1,667   Biaya Tenaga Kerja 102,42 x 1,667  Harga beli 1.148,48 x 1,667  Keuntungan 1.914,14 34,80 2.279,09 Marjin 63,56 3.585,86 41,44 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan pada tabel diatas diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 3.585,86/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang
  • 17. 17 pengumpul, yakni sebesar 63,56%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada kompnen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 0,26%. Harga jual gabah berdasarkan referensi ke beras adalah sebesar Rp 1.914,14, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya berdasarkan referensi ke beras adalah sebesar 34,80% dari harga yang dibayar oleh konsumen beras. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya sebesar 24,95% (biaya usahatani sebesar 17,79% dan biya panen sebesar 7,16%) dan keuntungan sebesar 9,85%. Dimana biaya yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1372,27/kg produk referensi yang terdiri dari biaya usahatani dan biaya panen. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 541,60/kg produk referensi. Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang) Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan produk referensi. Dalam penelitian ini produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,0309 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(10,03)= 1,0309). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini, diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 867,82/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,76%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 1,18%.
  • 18. 18 Tabel 5. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang) No Uraian Nilai Rp/kg 1 Distribusi Marjin Rp % Share harga (%) Petani:  Harga jual  3.847,46 79,59  Biaya Usahatani 1.013,95 20,97 546,20 11,30  Biaya penjemuran 31,40 0,65  Biaya penggilingan 384,64 7,96  Biaya transportasi 71,45 1,48 1.799,82 37,23  Biaya panen  Keuntungan 2 Pedagang Pengumpul:  Harga jual  867,82 17,95 4.834,28  Biaya komunikasi 9,98 x 1,0309 10,28 1,18 0,21 140,50 16,19 2,91 43,02 4,96 0,89 120,70 13,91 2,50  Biaya transportasi 136,29 x 1,0309  Biaya packing 41,73 x 1,0309  Biaya resiko 117,08 x 1,0309  Harga beli 3.847,46 x 1,0309  Keuntungan 82,05 3.966,46 553,32 Marjin 63,76 867,82 11,45 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.847,47/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 79,59% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya sebesar 42,36% dan keuntungan sebesar 37,23%. Dimana biaya yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 2.047,64/kg yang terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 1.799,82/kg.
  • 19. 19 Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang) Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,0309 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03)= 1,0309). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Tabel 6. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang) No Uraian Nilai Rp/kg 1 Distribusi Marjin Rp % Share harga (%) Petani:  Harga jual  3.736,15 78,42  Biaya Usahatani 947,90 19,90  Biaya panen 464,86 9,76  Biaya penjemuran 25,64 0,54  Biaya penggilingan 384,57 8,07 60,60 1,27 1.852,58 38,89  Biaya transportasi  Keuntungan 2 Pedagang Pengumpul:  Harga jual  912,43 4.764,14  Biaya komunikasi 9,36 x 1,0309 1,06 9,65  Biaya transportasi 144,34 x 1,0309 148,80 3,12 6,22 56,78  Biaya resiko 113,58 x 1,0309 0,20 16,31  Biaya packing 55,08 x 1,0309 18,59 1,19 12,83 117,09 2,46 3.851,71 80,85  Harga beli 3.736,15 x 1,0309
  • 20. 20  Keuntungan  580,11 Marjin 63,58 912,43 12,18 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras, diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 912,43/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,58%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 1,06%. Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.736,15/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,42% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi sebesar 39,54% (Rp 1883,57/kg) dan keuntungan sebesar 38,89% (Rp 1.852,58/kg). Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang– Konsumen Lawang) Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,03093 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk referensi di tingkat pedagang pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,01 kg atau 1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang pengumpul hanya menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengecer. Dengan demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang pengumpul untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
  • 21. 21 Tabel 7. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen Lawang) Share No Uraian Nilai Rp/kg 1 Distribusi Marjin Rp % Harga (%) Petani:  Harga jual 3.964,75 78,31  Biaya Usahatani 1.018,50 20,12 584,41 11,54  Biaya penjemuran 71,43 1,41  Biaya penggilingan 384,64 7,60 69,46 1,37 1.836,31 36,27  Biaya panen  Biaya transportasi  Keuntungan 2 Pedagang Pengumpul:  Harga jual  975,14 64,65 5.062,52 17,27  Biaya komunikasi 9,79 x 1,03093 10,09 1,03 0,18 137,52 14,10 2,44 47,39 4,87 0,84 122,78 12,59 2,17  Biaya transportasi 133,40 x 1,0309  Biaya packing 45,97 x 1,0309  Biaya resiko 119,09 x 1,0309  Harga beli 3.964,75 x 1,0309  Keuntungan  3 Pedagang Pengecer: 4.087,38 72,38 657,36 67,41 533,14 35,35 11,64
  • 22. 22  Harga jual  5.646,80 9,44  Biaya komunikasi 8,43 x 1,0101 8,52 1,60 0,15 5,8 1,09 0,10 35,74 6,70 0,63 57,66 10,82 1,02  Biaya transportasi 5,75 x 1,0101  Biaya Packing 35,39 x 1,0101  Biaya resiko 57,08 x 1,0101  Harga beli 5.062,52 x 1,0101  Keuntungan  5.113,66 90,56 425,42 Marjin 79,80 1.508,28 7,53 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Berdasarkan 1.508,28/kg. perhitungan margin pamasaran beras sebesar Rp Distribusi margin terbesar berada pada pedagang pengumpul, yakni sebesar 64,65%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada pedagang pengecer, yakni sebesar 35,35%. Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 975,14/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 67,41%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 1,03%. Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 533,14/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 79,80%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada kompnen biaya transportasi, yakni sebesar 1,09%. Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.964,75/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,31% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi sebesar 42,04% (Rp 2.126,34/kg) dan keuntungan sebesar 36,27% (Rp 1.836,31/kg). Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 5.062,52/kg, sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 89,65% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang
  • 23. 23 pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,38% (Rp 4.087,38/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 5,63% (Rp 317,78/kg) dan keuntungan sebesar 11,64%. Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.646,80/kg. Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar 90,56% (Rp 5.113,66), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,90% (Rp 97,72/kg) dan keuntungan sebesar 7,53% (Rp 425,42/kg). Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang) Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi. Dalam penelitian ini produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,03093 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk referensi di tingkat pedagang pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,01 kg atau 1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang pengumpul hanya menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengecer. Dengan demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang pengumpul untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Margin pemasaran tabel 8 sebesar Rp 1.430,20/kg. Distribusi margin terbesar berada pada pedagang pengumpul, yakni sebesar 59,58%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada pedagang pengecer, yakni sebesar 40,32%. Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 853,56/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 59,59%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 0,88%.
  • 24. 24 Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 576,63/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen keuntungan, yakni sebesar 73,54%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada kompnen biaya Komunikasi dan transportasi, masing-masing sebesar 2,20%. Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.818,54/kg, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 70,51% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi sebesar 39,84% (Rp 2.157,49/kg) dan keuntungan sebesar 30,67% (Rp 1.661,05/kg). Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 4.790,21/kg, sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 88,46% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,70% (Rp 3.936,65/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 6,37% (Rp 344,89/kg) dan keuntungan sebesar 9,39% (Rp 508,67/kg).
  • 25. 25 Tabel 8. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen Gadang) Share No Uraian Nilai Rp/kg 1 Distribusi Marjin Rp % Harga (%) Petani:  Harga jual 3.818,54 70,51  Biaya Usahatani 988,53 18,25  Biaya panen 612,78 11,32  Biaya penjemuran 97,60 1,80  Biaya penggilingan 388,96 7,18  Biaya transportasi 69,62 1,29 1.661,05 30,67  Keuntungan 2 Pedagang Pengumpul:  Harga jual  853,56 59,68 4.790,21 15,76  Biaya komunikasi 7,32 x 1,0309 7,54 0,88 0,14 167,94 19,68 3,10 50,95 5,97 0,94 118,46 13,88 2,19  Biaya transportasi 162,90 x 1,0309  Biaya packing 9,43 x 1,0309  Biaya resiko 14,91 x 1,0309  Harga beli 3818,54 x 1,0309  Keuntungan  3 Pedagang Pengecer: 3.936,65 72,70 508,67 59,59 576,63 40,32 9,39
  • 26. 26  Harga jual  5.415,23 10,65  Biaya komunikasi 12,58 x 1,0101 12,7 2,20 0,23 12,7 2,20 0,23 78,16 13,55 1,44 49,04 8,50 0,91  Biaya transportasi 12,58 x 1,0101  Biaya Packing 77,38 x 1,0101  Biaya resiko 48,55 x 1,0101  Harga beli 4.790,21 x 1,0101  Keuntungan  4.838,60 89,35 424,03 Marjin 73,54 1.430,20 7,83 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.415,23/kg. Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar 89,35% (Rp 4.838,60/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,82% (Rp 152,60/kg) dan keuntungan sebesar 7,53% (Rp 424,03/kg). 3.6 Perbandingan Marjin Pemasaran Tabel 9. Rekapitulasi Margin Pemasaran Beras pada Saluran I-V Saluran Pemasaran I Marjin Lembaga Pemasaran II  Petani 867,82  Petani  Pedagang Pengumpul IV 3.585,86  Petani  Pedagang Pengumpul III Pemasaran Diterima Petani (Rp)  Pedagang Pengumpul Share Harga yg 912,43 (%) 34,80 79,59 78,97  Petani  Pedagang Pengumpul 1.508,28 78,31 1.430,20 70,51  Pedagang Pengecer V  Petani
  • 27. 27  Pedagang Pengumpul  Pedagang Pengecer Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa saluran I menunjukkan margin pemasaran paling besar bila dibandingkan dengan margin pemasaran pada saluran lainnya. Hal ini disebabkan pada saluran I petani menjual produknya dalam bentuk gabah, pembelian gabah oleh pedagang penuh resiko, karena pembayarannya didepan/sebelum gabah itu ada (ijon), sehingga harga gabah rendah, penjualan oleh pedagang dalam bentuk beras dan waktunya pada saat harga jual yang tinggi. Selain itu adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk prossesing dari gabah ke beras. Sedangkan bila membandingkan antara saluran II dan III dengan IV dan V, maka terlihat bahwa margin pemasaran pada saluran IV dan V lebih besar dari pada saluran pemasaran II dan III. Hal ini disebabkan saluran IV dan V lebih panjang daripada saluran II dan III. Lebih panjangnya saluran pemasaran memiliki konsekuensi pada makin banyaknya jasa-jasa yang terlibat dalam aliran beras dan balas jasa berupa keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran beras di kecamatan Tumpang adalah persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada pasar oligopsoni. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ikatan yang cukup kuat antara petani dengan pedagang pengumpul berupa penjualan beras/gabah oleh petani secara ijon, bahkan pada awal tahap usahatani, karena petani kekurangan modal, mesin pengolahan lahan, perontokan padi dan penggiling beras. Struktur pasar tersebut juga ditunjukkan dengan informasi pasar yang tidak menyebar secara merata dan tingkat konsentrasi berada diantara 40%80%, yakni sebesar 68,37%. Struktur pasar tersebut memposisikan petani pada pihak yang lemah sebagai price taker, sehingga penentuan harga didominasi oleh pedagang pengumpul.
  • 28. 28 2. Secara umum, saluran pemasaran beras di Kecamatan Tumpang dapat diklasifikasikan atas dua, yaitu:  Petani – Padagang Pengumpul – Konsumen, dan  Petani – Padagang Pengumpul – Padagang Pengecer - Konsumen. Klasifikasi ini didasarkan pada jenis lembaga atau pelaku pasar yang terlibat dalam perdagangan beras di kecamatan tersebut. Dari dua saluran pemasaran tersebut dapat bagi menjadi lima saluran pemasaran sebagai berikut: a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul – Konsumen Lawang), b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang), c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang), d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang – Konsumen Lawang), dan e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang – Konsumen Gadang). Dari saluran-saluran pemasaran tersebut di atas, hanya terdapat dua lembaga pemasaran sebagai penghubung antara petani dengan konsumen, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran beras di kecamatan Tumpang cukup pendek, sehingga diharapkan petani dapat memperoleh harga yang cukup tinggi, namun pada kenyataannya petani diperadapkan pada struktur pasar oligopsoni yang telah melemahkan posisi tawar petani atas harga jual yang harus diterima oleh petani. 3. Marjin pemasaran beras di Kecamatan Tumpang berbeda antar saluran pemasaran dan distribusi margin antar pelaku pasar beras tidak merata. Dimana distribusi marjin terbesar dikuasai oleh para pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan oleh informasi pasar yang tidak menyebar secara merata sebagai akibat dari struktur pasar oligopsoni di tingkat petani,
  • 29. 29 sehingga penentuan harga di tingkat petani didominasi oleh pedagang pengumpul. 4.2 Saran Pada kesempatan ini beberapa saran dapat disampaikan, antara lain: 1. Bagi Pemerintah: a. Pemerintah perlu menyediakan program terpadu berupa pendanaan usahatani padi dan penyediaan peralatan, seperti hand traktor dan perontok padi bagi petani, guna membantu petani pada awal periode usahatani maupun saat panen. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan petani dari praktek-praktek pasar yang cenderung merugikan petani secara ekonomi. b. Agar pemasaran beras dapat lebih menguntungkan petani (lebih terintegrasi), diharapkan kepada pemerintah perlunya meningkatkan layanan informasi pasar yang lebih baik dan akurat. 2. Bagi petani: a. Mengingat struktur pasar yang terbentuk, yaitu oligopsoni, maka perlu adanya kelompok tani yang mempunyai peranan bukan hanya pada tingkat usahatani tetapi berperan juga dalam memasarkan beras, sehingga para petani dapat terhindar dari praktek-praktek pemasaran yang tidak adil dan berpihak kepada mereka. b. Informasi pasar merupakan hal penting, diharapkan kiranya petani lebih aktif dalam mencari informasi pasar dan sarana informasi pasar yang sudah ada, seperti radio dan TV kiranya dapat lebih dimanfaatkan. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang praktek pemasaran gabah dan integrasi pasar di tingkat petani, karena gabah dijual dengan sistem ijon, bahkan gabah dijual pada awal periode usahatani. Ikatan antara petani dengan pedagang ini mempunyai resiko. Petani menanggung resiko menjual gabah dengan harga yang cukup rendah, sedangkan pedagang menanggung resiko pengembalian modal jika gagal panen.