Dokumen tersebut membahas tentang diet untuk penyakit saluran pencernaan atas seperti disfagia, esofagitis, ulkus peptikum, dan gastritis. Diet-diet tersebut dirancang untuk mengurangi risiko aspirasi, mencegah defisiensi zat gizi, dan memberikan istirahat pada saluran pencernaan dengan menyesuaikan bentuk dan jenis makanan sesuai kondisi pasien.
3. DISFAGIA
Disfagia adalah kesulitan
menelan karena adanya
gangguan aliran makanan pada
saluran cerna.
Hal ini dapat terjadi karena
kelainan system saraf endokrin,
pasca stroke, adanya massaatau
tumor yang menutupi saluran
cerna. Pasien memerlukan
penanganan khusus tentang cara
pemberian maupun bentuk
makanannya.
4.
5. DIET DISFAGIA
Tujuan:
1. menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam
saluran pernapasan
2. mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan
6. SYARAT DIET DISFAGIA
1. Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya
2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil, sering diberikan
3. Cukup cairan
4. Bentuk makanan tergantung pada kemampuan menelan. Diberikan
secara bertahap dimulai dari makanan cair penuh/cair kental, makanan
saring, makanan lunak
5. Makanan cairan jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak
6. Pemberian dapat per oral, melalui pipa selang/sonde
7. MACAM DIET DISFAGIA DAN INDIKASI
PEMBERIAN
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan syaraf menelan,
tumor esofagus, pasca stroke. Bentuk maknan tergantung pada cara
pemberian.
Bila diberikan melalui pipa/sonde : makanan cair penuh
Bila diberika per oral : makanan cair kental, saring atau lunak
Cara memesan diet : MCP/MCK/MS/ML
8. ESOFAGITIS
Esofagitis adalah peradangan
yang disebabkan oleh
kerusakan pada jaringan
esofagus.
Esofagitis menyebabkan rasa
sakit, kesulitan menelan dan
nyeri pada dada. Penyebab
esophagitis antara lain cairan
lambung yang kembali
esofagus, infeksi, alergi
9.
10. DIET DISFAGIA
Tujuan:
1. menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan
ke dalam saluran pernapasan
2. mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan
11. SYARAT DIET DISFAGIA
1. Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya
2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil, sering diberikan
3. Cukup cairan
4. Bentuk makanan tergantung pada kemampuan menelan. Diberikan
secara bertahap dimulai dari makanan cair penuh/cair kental, makanan
saring, makanan lunak
5. Makanan cairan jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak
6. Pemberian dapat per oral, melalui pipa selang/sonde
12. ULKUS PEPTIKUM
Tukak lambung atau ulkus peptikum adalah
suatu luka pada lapisan mukosa duodenum
(bagian atas dari usus kecil) atau lambung.
Penyebab utama bakteri Helicobacter pylori
(H. Pylori)
Alkohol berat, stress, merokok dan
penggunaan obat obatan tertentu
13.
14.
15.
16. DIET PASCA-HEMATEMESIS MELENA
Hematemesis melena adalah keadaan muntah dan buang air besar
berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
Tujuan diet:
1. Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat
pada saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan ulang,
mencegah aspirasi
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin
17. DIET PASCA-HEMATEMESIS MELENA
Syarat diet :
1. Tidak merangsang saluran cerna
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung
4. Diet diberikan jik perdarahan pada lambung atau duodenum
sudah tidak ada
18. JENIS DIET PASCA-HEMATEMESIS MELENA
Diet diberikan dalam bentuk cair jernih tiap 2-3 jam pasca
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah sehingga diberikan
selama 1-2 hari saja (makanan cair jernih)
19. GASTRITIS
Banyak faktor yang menyebabkan
gastritis seperti merokok, jenis obat,
alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut,
radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan
makanan dan minuman, garam empedu,
iskemia dan trauma langsung, bakteri
H.Pylori
Gastritis adalah proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh faktor iritasi dan infeksi.
20.
21. 1. GASTRITIS AKUT
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial.
Pada gastritis ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil mukosa
edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan
gastritis akut berulang dapat menyebabkan gastritis kronik
22. 1. GASTRITIS KRONIS
Gastritis kronik adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun sering bersifat multifaktor
Gastritis kronik ditandai dengan atropi
progresif epitel kelenjar disertai hilangnya
sel parietal dan chief cell di lambung,
dinding lambung menjadi tipis dan
permukaan mukosa menjadi rata
23.
24. DIET PENYAKIT LAMBUNG
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum, pasca operasi lambung dan kanker lambung. Gangguan ini sering
dihubungkan dengan emosi, makan terlalu cepat karena kurang dikunyah dan
merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindrom dyspepsia yaitu kumpulan
gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang.
Tujuan diet : untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam
lambung yang berlebihan.
25. SYARAT DIET PENYAKIT LAMBUNG
1. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan
2. Energi protein cukup sesuai kemampuan pasien
3. Lemak rendak yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, dapat
ditingkatkan seara bertahap
4. Rendah serat
5. Cairan cukup, terutama bila muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan dan bumbu yang tajam
7. Laktosa rendah, umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral selama 24-48 jam
untuk memberikan istirahat pada lambung
26. DIET LAMBUNG I
Diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus peptikum pasca
perdarahan, dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan perpindahan dari diet
pasca hematemesis melena atau setelah fase akut teratasi.
Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena
memosankan serta kurang energi, zat besi, vitamin C dan tiamin.
27. DIET LAMBUNG II
Diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I kepada pasien
ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan.
Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali
makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.
Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C tetapi kurang tiamin
28. DIET LAMBUNG III
Diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II kepada pasien
ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis yang
hampir sembuh.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi
pasien. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
29. Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras dibubur atau ditim, kentang
dipure, macaroni direbus, mi, bihun,
tepung-tepungan dibuat
bubur/puding
Beras etan, beras tumbuk, jagung,
ubi, talas, cake, dodol, kue berlemak
tinggi dan terlalu manis
Sumber Protein hewani Daging sapi empuk, ikan hati, ayam
digiling atau dicincang, diebus, telur
didadar
Daging, ikan, ayam yang diawet,
digoeng, dagig babi
Sumber Protein Nabati Tempe, tahu, direbus, ditim, ditumis,
kcang dihaluskan
Tahu, tempe digoreng, kacang tanah,
tolo kacang merah
Sumber lemak Margarin, mentega untuk menumis,
santan encer
Lemak hewan, santan kental
Sayuran Sayuran yang tidak menimbulkan gas
dan rendah seratlabu, wortel,
bayam, tomat
Sayuran yang menimbulkan gas,
sayuran mentah, berserat tinggi
Buah-buahan Pepaya, pisang jeruk manis, sari
buah
Buah yang menimbulkan gas, dan
berserat tinggi
bumbu Yang tidak merangsang pencernaan Cabe, lada, cuka, asam, jahe
Minuman Sirup Bersoda dan mengandung alcohol,
the, kopi