1. Asuhan Keperawatan Pada
Lensia Dengan Gangguan
Pernafasan
Di Susun Oleh
1. Anita Dwi NM
2. Eka Herawati
3. Monica Lestari
4. Shania Decha R
2. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi-fisiologi dan dapat timbul pula penyakit-penyakit
pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena
pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial
ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penuaan normal sistem pernapasan dikaitkan dengan penurunan struktural dan fungsional
dalam sistem pernapasan, mengakibatkan peningkatan kerja pernapasan dibandingkan dengan
subjek yang lebih mudah dan dikaitkan dengan berkurangnya cadangan dalam kasus-kasus
penyakit akut, seperti gagal jantung, infeksi, atau obstruksi jalan napas. Fungsi primer dari
sistem pernafasan adalah menghantarkan udara masuk dan keluar dari paru sehingga oksigen
dapat dipertukarkan dengan karbondioksida. Sistem pernafasan atas meliputi hidung rongga
hidung, sinus dan faring.
3. Perubahan Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Pada Usia
Lanjut
Paru-paru terus berkembang sepanjang
hidup mencapai status fungsional
maksimalnya pada awal dekade ketiga dan
setelah itu menurun secara bertahap.
fisiologis normal dan perubahan struktural
terjadi pada sistem pernapasan dengan
penuaan, Perubahan terkait usia dalam
fungsi paru mengakibatkan penurunan
pernapasan cadangan selama penyakit akut.
Perubahan terjadi pada pembuluh darah
paru yang mengakibatkan peningkatan
kekakuan pembuluh darah paru, tekanan
pembuluh darah dan resistensi pembuluh
darah.
4. Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses
menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang
harus dipenuhini.
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya umum terjadi
pada setiap orang.
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel dan
jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor luar.
3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan tidak dapat
berbalik lagi.
4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).
5. Perubahan pada rongga thorax
Perubahan Anatomi Perubahan Fisiologi Efek Terhadap Respirasi
a. Kalsifikasi kartilago
intercostal; radang sendi-
sendi costo-vertebral
Kekakuan dan kekakuan dinding
meningkat dan kepatuhan
dinding dada berkurang
Gerakan aliran ekspirasi
mengecil/menggeser kurva
tekanan-volume dinding dada ke
kanan
b. Atropi bertahap dari otot
intercostal (berkurangnya
massa otot)
Melemahnya otot intercostae Pengurangan kekuatan otot
menuntut kontribusi lebih dari
otot diafragma dan abdomen dan
dapat menyebabkan kelelahan
diafragma
6. Perubahan jalan nafas
Perubahan Anatomi Perubahan Fisiologi Efek Terhadap Respirasi
a. Penurunan jumlah dan hantaman cilia Penurunan pembersihan debris dan pathogen Peningkatan risiko terkena infeksi
b. Zona konduksi (area antara hidung dan
bronkiole) mengalami peningkatan
ukuran di jalan napas yang lebar –
trakea, bronkus
Peningkatan volume dari ruang anatomis yang
mati
Peningkatan volume residual dan kapasitas reidu
fungsional dan penurunan kapasitas vital
c.Bronkiolus dan ductus alveolus membesar,
melebar dan kedalamannya berkurang;
kehilangan jaringan pendukung (senile
emphysema)
Penurunan keelastisan paru untuk recoil Peningkatan ventilasi/ heterogenitas perfusi
d. penebalan membrane basal alveolus Penurunan kemampuan difusi gas,
peningkatan heterogenitas ventilasi/perfusi
Penurunan oksigenasi arteria, transfer CO menurun
e. penurunan diameter jalan napas kecil Penurunan aliran maksimal ekspirasi Hambatan aliran napas
f. Kontrol Ventilasi Menghilang Menghilangnya respons terhadap hiperkape dan
hipoksia
7. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru
Faktor risiko yang paling sering menyebabkan
gangguan pernapasan adalah pajanan lingkungan,
gaya hidup, termasuk asap rokok, infeksi
pernapasan, polusi udara (indoor dan outdoor),
dan debu kerja. Pada individu yang rentan,
pajanan lingkungan ini dapat menyebabkan
keradangan pada paru dan pada gilirannya
penurunan fungsi paru. Ozon dan nitrogen oksida
adalah zat beracun kuat dan merupakan polutan
lingkungan yang umum baik di dalam maupun luar
ruangan, terutama kadarnya tinggi pada kabut
asap (smog).
Selain itu, banyak perubahan terkait usia yang
diperkirakan meningkatkan risiko infeksi saluran
pernapasan bawah pada orang tua. Ini termasuk
penurunan mobilitas, penyakit sistemik, seperti
diabetes atau gangguan rematologi; penyakit paru
struktural; atau penyakit jantung (Hasan &
Maranatha, 2017).
8. 2
3
4
5
1 Pneumonia
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
Asthma
Kanker Paru-paru
Tuberkulosis Paru
beberapa penyakit
paru yang
menyertai orang
usia lanjut
9. Pencegahan Gangguan Pernafasan Pada Lansia
Langkah – Langkah untuk Menghindari Infeksi yang Berbahaya pada Lansia
1. Lakukan imunisasi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya
pneumonia, influenza dan lain-lain.
2. menghindari kebiasaan merokok untuk mencegah pneumonia pada lansia. Merokok dapat
merusak kemampuan paru-paru untuk mengatasi infeksi yang menyerang.
3. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, risiko lansia mengidap pneumonia pun menjadi lebih
kecil
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah ke toilet dan manakala
tangan terasa kotor.
5. Istirahat cukup, misalnya 6 jam di malam hari dan 2 jam di siang hari. Seringkali waktu tidur
lansia tidak sepanjang usia muda, namun demikian mereka lebih mudah merasa letih.
Pengaturan jadwal istirahat yang tepat akan membantu pemulihan tubuhnya.
10. Pencegahan Gangguan Pernafasan Pada Lansia
6. Perhatikan tubuh kita. Bila belum sempat medical check-up; cermati perubahan berat badan,
awasi tekanan darah dan waspadai kondisi tubuh bila cepat lelah dan sesak napas saat
beraktifitas. Segera ke dokter bila didapati kelainan.
7. Hindari keramaian bila tubuh kita merasa tidak fit, karena berisiko untuk ketularan sekaligus
menularkan penyakit pada orang lain.
8. Berolahraga secara teratur
9. Hindari stres
10. Menjalin hubungan dengan baik dengan kerabat, mampu meningkatkan rasa bahagia yang
dapat meningkatkan sistem imunitas kita.
11. Kasus
Seorang laki-laki berusia 67 tahun tinggal bersama keluarga. Klien mengeluhnafas agak sesak,
batuk berdahak, lemah dan banyak mengeluarkan keringat. Hasil pengkajian klien mengatakan
batuk lebih dari 3 minggu, selama dirumah klien pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak
nafsu makan. Hasil pemeriksaan frekuensi nafas 26 kali permenit, frekuensi nadi 88 kali
permenit, tekanan darah 130/80 mmHg.
12. Pengkajian keperawatan
Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 67 tahun
Alamat : -
Pendidikan : -
Jenis Kelamin : -
Agama : -
Status Perkawinan: -
Keluhan Utama
Klien mengeluh nafas agak sesak, batuk berdahak, lemah dan banyak mengeluarkan keringat .
Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk lebih dari 3 minggu, selama dirumah klien pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak nafsu
makan.
Riwayat Kesehatan Dahulu: -
Riwayat Penyakit Keluarga: -
Riwayat Kesehatan Lingkungan: -
13. Pengkajian Fisik
Keadaan Umum:
Kesadaran: compos mentis
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/m
RR: 26 x/m
Sistem Pernapasan:
Inspeksi: pasien tampak sesak dan berkeringat, sputum (+)
14. Analisa data
Data Masalah
Keperawatan
Etiologi
Data Subjektif:
- Klien mengeluhnafas agak sesak
- Klien mengeluh batuk berdahak
- Klien mengatakan batuk lebih dari 3 minggu
Data Objektif:
- TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/m
RR: 26 x/m
Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif
(D.0001)
Hipersekresi jalan napas
Data Subjektif:
- Klien mengatakan batuk lebih dari 3 minggu
- Klien mengatakan selama dirumah pernah
batuk bercampur darah,
Data Objektif:
- TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/m
RR: 26 x/m
Risiko Infeksi
(D.0142)
Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer
15. Data Masalah Keperawatan Etiologi
Data Objektif:
-
Data Subjektif:
- Klien mengeluh mual dan tidak
nafsu makan
Risiko Defisit Nutrisi (D.0032 Ketidakmampuan menelan
makanan
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Analisa data di atas maka diagnosa keperawatan
yang muncul adalah:
a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas
b) Risiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
c) Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmamouan
menelan makanan
16. Intervensi keperawatan
NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas
tidak efektif b.d
hipersekresi jalan napas
yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
- Klien mengeluhnafas
agak sesak
- Klien mengeluh batuk
berdahak
- Klien mengatakan batuk
lebih dari 3 minggu
Data Objektif:
- TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/m
RR: 26 x/m
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan bersihan
jalan napas pasien
meningkat dengan
kriteria:
- Produksi sputum
menurun
- Dispnea menurun
- Frekuensi napas
membaik
- Pola napas membaik
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi:
- Monitor pola napas: frekuensi, kedalaman, usaha napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
Terapeutik:
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Ajarkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
17. NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
2. Risiko infeksi b.d
Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
- Klien mengatakan batuk lebih
dari 3 minggu
- Klien mengatakan selama
dirumah pernah batuk
bercampur darah,
- Klien mengeluh mual dan
tidak nafsu makan
Data Objektif:
- TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/m
RR: 26 x/m
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan tingkat
infeksi klien
menurun dengan
kriteria:
- Nafsu makan
meningkat
- Sputum berwarna
hijau menurun
- Letargi menurun
- Kadar sel darah
putih membaik
- Kultur darah
membaik
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik:
- Batasi jumlah pengunjung
Edukasi:
- Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
- Ajarkan meningkatkan asupan cairan
Pengontrolan Infeksi (I. 14451)
Observasi:
- Identifikasi pasaien-pasien yang mengalami infeksi
menular
Terapeutik:
- Terapkan kewaspadaan universal
- Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negative untuk
pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau
udara
- Sterilisasi dann disinfeksi alat-alat, furniture, lantai, sesuai
kebutuhan
Edukasi:
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk dan/atau bersin
18. NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
3. Risiko Defisit Nutrisi
b.d ketidakmampuan
menelan makanan
yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
- Klien mengeluh mual
dan tidak nafsu makan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan status nutrisi
klien meningkat dengan
kriteria:
- Porsi makanan yang
dihabiskan meningkat
- Nafsu makan membaik
- Berat badan membaik
- Indeks masa tubuh
membaik
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teurapeutik:
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi:
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
19. Kesimpulan
Proses penuaan merupakan konsekuensi yang tidak
bisa dihindari oleh setiap manusia. walaupun proses
penuaan merupakan suatu proses yang normal,
akan tetapi keadaan ini lebih menjadi beban.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut
seperti penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi
dan potensiseksual, perubahan aspek sosial,
perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan
perubahan dalam peran sosial dimasyarakat.
Peningkatan proporsi populasi usia lanjut merupkan
kompleksitas klinis orang tua. Penuaan normal
sistem pernapasan dikaitkan dengan penurunan
struktural dan fungsional dalam sistem pernapasan,
mengakibatkan peningkatan kerja pernapasan
dibandingkan dengan subjek yang lebih muda.
Perubahan fungsi paru akibat penuaan dan dampak
yang mungkin terjadi karena perubahan tersebut
dapat diminimalkan dengan latihan fisik, berhenti
merokok, pengobatan optimal terhadap penyakit
kronis yang dimiliki, pemberian vaksinasi pneumonia
dan influenza.