Pasien pria berusia 25 tahun datang dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak selama 2 hari. Pemeriksaan fisik menemukan ronkhi pada kedua paru. Diagnosis kerja adalah tuberkulosis paru aktif berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium serta rontgen dada.
2. Nama : Tn. Rifaldy
Ruang Perawatan : Tulip
Tempat, Tanggal Lahir : 27-03-1996
Umur :25 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Masuk RS : 25 Januari 2022
No. RM : 00056952
IDENTITAS PASIEN
3. Sesak nafas sejak 2 hari SMRS
KELUHAN UTAMA
KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak, mual, demam, BB
menurun, dan berkeringat pada malam
hari.
ANAMNESIS
4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara
Setukpa dengan keluhan sesak nafas sejak 2
hari SMRS. Sesak dirasakan terus menerus
hingga menganggu aktivitas/pekerjaan
pasien. Tidak mereda dengan istirahat.
5. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan pasien juga disertai batuk
berdahak. Batuk berdahak awalnya
berwarna hijau kemudian sekarang menjadi
bening. Selain itu pasien juga mengeluhkan
adanya penurunan nafsu makan, berkeringat
pada malam hari, penurunan berat badan, dan
terasa lemas. Keluhan lain demam sejak 1
minggu SMRS, demam naik turun terutama
malam hari. Pasien juga mengeluhkan mual
tetapi tidak disertai dengan muntah.
6. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan selama 2 bulan
sudah didiagnosis TB dan mendapatkan
pengobatan rutin. Pasien tidak memiliki
Riwayat darah tinggi, kencing manis,
asma, maupun Riwayat alergi terhadap
makanan ataupun obat. Pasien tidak
merokok.
7. Riw. DM (-), Riw. Hipertensi (-)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada yang mengalami gejala serupa dalam keluarga.
Untuk riwayat penyakit lainnya disangkal.
Pasien sedang dalam pengobatan OAT bulan ke 2.
RIWAYAT PENGOBATAN
8. PEMERIKSAAN FISIK
Tampak sakit sedang
KEADAAN UMUM
TANDA VITAL
• Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 94 x/ menit
• RR : 26 x/menit
• Suhu : 38,4 0C
Kesan: Tanda vital suhu febris
Composmentis
KESADARAN
10. 10
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephal.
Wajah : Simetris kanan = kiri.
Rambut : Mudah dicabut (-), mudah rontok (-), hitam, dalam
batas normal.
Mata : Cekung (-/-), edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga : Normotia, serumen (-/-).
Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-), lidah tremor (-),
stomatitis (-), perdarahan gusi (-), gigi caries (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil (T1-T1), permukaan datar.
Leher : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran kelenjar tiroid (-/-).
KEPALA
11. 11
PEMERIKSAAN FISIK
Pulmo
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris.
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikulat (+/+), wheezing (-/-), rhonki (+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra.
Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
Batas Kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Batas Kiri : ICS IV Linea Midclavicula Sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
THORAX
12. 12
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : Datar, distensi (-), massa (-).
Auskultasi : Bising usus (+), normal.
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada ulu hati,
hepatosplenomegali (-).
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen.
ABDOMEN
14. Despite being red, Mars
is actually a cold place
Venus has a beautiful
name, but it’s hot
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.9 g/dL (14-18)
Hematokrit 42.2 % (41-53)
Leukosit 12.400 103/µL (4000-
10.000)
Trombosit 363 103/µL (150-400)
Eritrosit 4.47 106/µL (4.5-5.5)
15. Despite being red, Mars
is actually a cold place
Venus has a beautiful
name, but it’s hot
PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX
Trachea ditengah
- Cor tidak membesar
- Diafragma kiri suram
- Sinus kiri
perselubungan
Pulmo..hilli kasar
- Corakan paru ramai..
- Masih tampak infiltrat
pada kedua paru
Kesan..
- Tb paru masih aktif
duplex dengan effusi
pleura kiri
- Tidak tampak
cardiomegali
16. RESUME
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Setukpa dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 hari SMRS. Sesak dirasakan terus menerus hingga
menganggu aktivitas/pekerjaan pasien.
Batuk berdahak awalnya berwarna hijau kemudian sekarang menjadi
bening.
Demam sejak 1 minggu SMRS, demam naik turun terutama malam hari.
Penurunan nafsu makan, berkeringat pada malam hari, penurunan berat
badan, dan terasa lemas.
Pasien mengaku sedang dalam pengobatan TB bulan ke 2. Pasien rutin
kontrol.
17. RESUME
Pada pemeriksaan fisik terdapat ronkhi pada kedua lapang paru.
Hasil pemeriksaan laboratorium terdapat leukosit yang meningkat
dan pada pemeriksaan Ro. Thorax memberi kesan TB paru duplex.
20. TERAPI
Edukasi pasien :
– Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita infeksi TB, hal ini
kemungkinan didapatkan karena tertular dari anggota keluarga yang lain.
– Menyarakankan untuk memeriksakan anggota keluarga yang sering
mengalami batuk yang kambuh ke dokter paru.
– Pengobatan pasien selama 6 bulan dan akan dievaluasi pada akhir
pengobatan.
– Obat harus diminumkan secara rutin setiap pagi hari saat perut masih
kosong dan harus segera control sebelum obat habis.
21. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/01/2022 Pasien mengeluhkan masih
sesak nafas, batuk disertai
dahak sudah berkurang, sudah
tidak mual, demam masih
Kesadaran : CM
TD: 100/70
HR: 98 x/menit
Suhu: 38 C
RR: 24 x/menit
SPO2: 97% (nasal canul
3 lpm)
Thorak:
Pulmo : sonor pada
lapang paru inferior
sinistra, VBS (+/+) Rh
(+/+) Wh (-/-)
Cor : S1 S2 Reguler,
murmur (-), Gallop (-)
Abdomen: Supel, Bising
Usus (+), Ekstremitas:
Akral hangat (+) Edema
(-) CRT <2’’
detik
TB Paru RL 500cc/24 jam
Omeprazole inj 2x40
Ondancentron 1x4mg
Ceftriaxone 1x2 gr
Paracetamol inf 3x1
NAC tab 3 x 10
FDC 3x1
Sucralfate 2x15cc
27/01/2022 Pasien mengatakan sesak nafas
berkurang, batuk jarang. Demam
(-)
TD: 110/80
Suhu : 36.4 0C
Nadi : 100x/menit
RR : 22x / menit
Pem. Fisik : Ronkhi (+/+)
Pemeriksaan penunjang:
dbn
TB Paru RL 500cc/24 jam
Omeprazole inj 2x40
Ceftriaxone 1x2 gr
NAC tab 3 x 10
FDC 3x1
Sucralfate 2x15cc
22. 28/01/2022 Pasien mengatakan sesak nafas
sudah tidak ada, batuk jarang.
Demam (-)
TD: 120/80
Suhu : 36.1 0C
Nadi : 92x/menit
RR : 20 x/menit
Pem. Fisik : dbn
TB Paru RL 500cc/24 jam
Omeprazole inj 2x40
Ceftriaxone 1x2 gr
NAC tab 3 x 10
FDC 3x1
Sucralfate 2x15cc
Pasien boleh pulang
24. ● Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering
dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
DEFINISI
25. EPIDEMIOLOGI
30% penduduk dunia terinfeksi oleh
M. tuberculosis, terutama di Afrika,
Asia, dan Amerika Latin.
Tuberkulosis merupakan penyebab
kesakitan dan kematian di beberapa
negara endemis TB.
Estimasi kejadian TB baru
pada usia dewasa adalah
11%, sehingga lebih dari
332.000 kasus TB tidak
terlaporkan atau tidak
terdiagnosis.
7 RS PENDIDIKAN
26. Droplet terhirup, masuk ke
paru-paru dan menetap di
alveoli
Di jaringan paru membentuk
sarang pnemonik yg disebut
afek primer
peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis
lokal)
Afek primer bersama-sama
dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer
Sembuh dengan tidak
meninggalkan cacat sama
sekali (restitution ad integrum)
Menyebar
-Perkontinuitatum,
- bronkogen
- hematogen dan limfogen
Sembuh dengan
meninggalkan sedikit
bekas
primer
27.
28. Mercury is the closest planet to the
Sun and the smallest one in the Solar
System—it’s only a bit larger than our
Moon. The planet’s name has
nothing to do with the liquid metal,
since it was named after the Roman
messenger god, Mercury
INTRODUCTION
30. LOKASI ANATOMI DARI PENYAKIT
01.
TUBERKULOSIS PARU
02.
TUBERKULOSIS
EKSTRA PARU
Pada kasus, pasien
diklasifikasikan sebagai
Tuberkulosis paru karena terjadi
pada parenkin (jaringan) paru.
31. RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA
01.
KASUS BARU
02.
KASUS PUTUS OBAT
03.
KASUS GAGAL OBAT
04.
KASUS KAMBUH
Pada kasus, pasien diklasifikasikan sebagai Tuberkulosis paru kasus baru
karena belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya
32. HASIL PEMERIKSAAN UJI KEPEKAAN OBAT
01.
MONO RESISTEN
02.
POLI RESISTEN
03.
MULTI DRUG
RESISTEN
04.
EXTENSIVE DRUG
RESISTEN.
Pada kasus, pasien tidak dilakukan uji kepekaan obat karena
merupakan kasus baru dan belum dievaluasi pengobatan OAT nya
33. STATUS HIV
01.
PASIEN TB HIV
POSITIF
02.
PASIEN TB HIV
NEGATIF
Pada kasus,
pasien dengan TB
HIV negatif
34. ANAMNESIS
Demam lama
≥ 2 minggu) dan /
atau berulang tanpa
sebab yang jelas
Berat badan turun
tanpa sebab yang
jelas atau tidak
naik dengan
penanganan gizi
Batuk lama lebih
dari ≥ 2 minggu,
batuk bersifat non
-remitting
35. Diare persisten Malaise
Nafsu makan
tidak ada
Keringat
malam
Pada kasus: dari anamnesis ditemukan sesak, nafsu
makan berkurang, berat badan turun, demam, batuk, dan
keringat malam.
37. Cara mendapatkan
sputum
1. Dahak
2. Bilas lambung
3. Induksi Sputum
Pemeriksaan
mikroskopis BTA
Sputum atau
spesimen lain (cairan
tubuh atau jaringan
biopsi) minimal 2 kali
yaitu sewaktu dan
pagi hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes cepat molekuler
(TCM) TB
Line Probe Assay dan
NAAT-Nucleic Acid
Amplification Test
Xpert/MTB RIF
Pada kasus: pasien dengan
BTA (+).
Pada kasus, dilakukan
pemeriksaan TCM
(Gene Expert) dan
hasilnya positif
38. Gambaran radiologis yang
sering ditemukan adalah
pembesaran kelenjar limfe
hilus.
Gambaran radiologis lain
yang dapat ditemukan adalah
milier, konsolidasi
segmental/lobar, efusi pleura,
atelektasis, kalsifikasi disertai
infiltrat, dan tuberculoma.
FOTO THORAX
Pada kasus: pemeriksaan radiologi
didapatkan infiltrate di perihilar
kanan dan kiri. Dengan kesan: TB
paru dupleks
39. Jika skor < 6 dengan uji tuberkulin positif atau ada
kontak erat maka observasi gejala selama 2-4
minggu. Bila menetap evaluasi ulang suspect
diagnosis TB.
41. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan TB adalah :
1. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas
pasien
2. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
3. Mencegah kekambuhan TB
4. Mengurangi penularan TB kepada orang lain
5. Mencegah perkembangan dan penularan resistan obat
42. Prinsip Pengobatan TB
Waktu pengobatan TB
pada anak 6-12 bulan.
pemberian obat jangka
panjang selain untuk
membunuh kuman juga
untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya
kekambuhan
Tahap Lanjutan,
selama 4-10 bulan
selanjutnya,
tergantung hasil
pemeriksaan
bakteriologis dan
berat ringannya
penyakit
Tahap intensif, selama 2
bulan pertama. Pada
tahap intensif, diberikan
minimal 3 macam obat,
tergantung hasil
pemeriksaan
bakteriologis dan berat
ringannya penyakit.
OAT diberikan dalam
bentuk kombinasi
minimal 3 macam obat
untuk mencegah
terjadinya resistensi obat
dan untuk membunuh
kuman intraseluler dan
ekstraseluler
45. Dosis kombinasi TB (FDC)
Berat Badan Tahap intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu
RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Pada kasus: Penatalaksanaan TB diberikan FDC 3 tablet
karena berat badan pasien 43kg.
46. EVALUASI HASIL PENGOBATAN
Pasien TB
sebaiknya dipantau
setiap 2 minggu
selama fase
intensif, dan sekali
sebulan pada fase
lanjutan.
PMO
Evaluasi klinis,
evaluasi radiologis
dan pemeriksaan
LED.
EVALUASI
Dalam 2-3 bulan
pengobatan tidak
perlu secara rutin,
kecuali TB dengan
kelainan radiologis
yang nyata/luas
seperti TB milier,
efusi pleura atau
bronkopneumonia TB
EVALUASI RADIOLOGI
OAT tetap diberikan
sambIl dilakukan evaluasi
lebih lanjut mengapa tidak
terjadi perbaikan.
RESPON YANG
KURANG BAIK
47.
48. Salah satu efek samping yang perlu diperhatikan
adalah hepatotoksisitas. Hepatotoksisitas jarang
terjadi pada pemberian dosis isoniazid yang tidak
melebihi 10mg/kgBB/hari dan dosis rifampisin yang
tidak melebihi 10 mg/kgBB/hari dalam kombinasi.
Jika pada hepatoksisitas peningkatan enzim
transaminase ≥ 5 kali tanpa gejala atau ≥ 3 kali normal
disertai dengan gejala maka semua OAT dihentikan,
lalu diperiksa kembali setelah 1 minggu penghentian.
OAT diberikan kembali apabila nilai laboratorium
normal
Hepatotoksisitas dapat timbul kembali pada pemberian
terapi berikutnya jika dosis diberikan langsung secara
penuh dan pirazinamid digunakan dalam paduan
pengobatan.
EVALUASI EFEK SAMPING
49. PENCEGAHAN
Vaksinasi BCG
• Diberikan pada
usia sebelum 2
bulan. Dosis
untuk bayi
sebesar 0,05 ml
dan untuk anak
0,10 ml diberikan
secara intrakutan
di daerah insersi
otot deltoid
kanan.
Kemoprofilaksis
• Kemoprofilaksis primer
bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi TB
• kemoprofilaksis sekunder
mencegah berkembangnya
infeksi menjadi sakit TB.
50. KOMPLIKASI
• Pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,
Poncet’s arthropathy.
Komplikasi dini
• Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis
• SOPT/fibrosis paru
• Amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal
napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB
milier dan kavitas TB
• Hemoptisis
Komplikasi
lanjut
51. Dubia ad bonam : apabila ditangani dengan cepat dan terapi yang
tepat (ketepatan dan gizi yang adekuat). Jika kuman sensitif dan
pengobatan lengkap, kebanyakan akan sembuh dengan gejala
sisa yang minimal. Terapi ulangan lebih sulit dan kurang
memuaskan hasilnya. Perhatian lebih harus diberikan pada pasien
dengan imunodefisiensi, yang resisten terhadap berbagai rejimen
obat, yang berespon buruk terhadap terapi atau dengan
komplikasi.
● Pada kasus, prognosis ad bonam karena ditangani dengan
cepat dan terapi yang tepat. Tetapi harus dievalusi lagi
pengobatannya apakah berhasil atau tidak.
PROGNOSIS
Pasien kambuh (relaps): adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
Kasus kronik : adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk kombinasi dosis tetap, dan sebaiknya dirujuk ke RS rujukan
Apabila ada kenaikan BB maka dosis/jumlah tablet yang diberikan, menyesuaikan berat badan saat itu
Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal (sesuai umur). Tabel Berat Badan berdasarkan umur dapat dilihat di lampiran
OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak boleh digerus)
Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau dimasukkan air dalam sendok (dispersable).
Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer