Dokumen tersebut membahas konsep dasar ilmu gizi meliputi pengertian gizi, sejarah perkembangan ilmu gizi, dan penyakit yang berhubungan dengan defisiensi dan kelebihan gizi. Secara ringkas, ilmu gizi mempelajari hubungan antara pangan, zat gizi, dan kesehatan manusia. Perkembangannya meliputi era pangan, makro nutrien, mikro nutrien, seluler, genetik, dan pendekatan holistik
3. Pengertian Gizi
Di Indonesia, istilah gizi diadopsi dari bahasa Arab,
yaitu “ghiza” yang dalam dialek mesir dibaca ghizi,
artinya makanan yang menyehatkan
(Ilmu Gizi, Teori dan Aplikasi, 2017)
Gizi dapat bermakna:
Zat gizi
(nutrient)
Pengaturan gizi
makanan dan
minuman (diet)
Status gizi
(nutritional
status)
4. • Ilmu gizi (nutrition science)
adalah ilmu yang
mempelajari tentang
pangan dan hubungannya
dengan kesehatan manusia
(Olson, 1978)
Ilmu Gizi
Dalam Nutrition and Diet Therapy Reference Dictionary,
ilmu gizi didefinisikan sebagai ilmu mengenai pangan, zat gizi,
dan komponen lainnya dalam pangan, aktivitas, interaksi, dan
keseimbangannya sehubungan dengan kesehatan, penyakit,
proses pencernaan, metabolisme, transpor, utilisasi, dan
pengeluaran komponen pangan tersebut.
5. Era gizi
pangan
Era gizi
makro
Era gizi
mikro
Era gizi
seluler
molekuler
Era gizi
nutrigenetik
dan
nutrigenomik
Era gizi
holistik
Perkembangan Ilmu Gizi
perjalanan sejarah perkembangan ilmu gizi
dikelompokkan dalam 6 era utama:
± 5000 tahun yang lalu telah diyakini bahwa
dalam makanan dan minuman terkandung zat
yang mencegah rasa lapar dan haus serta
bermanfaat untuk tubuh. Bahkan dipercaya
bahwa praktik pengaturan makanan (diet) yang
baik akan mencegah penyakit dan
memperpanjang usia.
Pada tahun 1785, Antonie Lavoiser, Ahli kimia dari
Perancis, membuktikan bahwa tubuh manusia
memperoleh oksigen dari udara untuk proses metabolisme
dalam tubuh hingga menghasilkan energi, karbon dioksida
dan air, baik ketika istirahat maupun bergerak. Jumlah
oksigen yang digunakan dan karbon dioksida yang
dihasilkan berhubungan dengan jumlah makanan yang
dimakan dan aktivitas fisik.
Buku Handbook of Historical and Geographical Pathology
dan kajian-kajian gizi sebelumnya berhasil menginspirasi
peneliti awal abad ke-20 untuk mengungkap selain gizi
makro. Dimulai dengan istilah vitamin tahun 1912
dan pengujian hipotesis pada hewan , kemudian berlanjut
dengan uji klinis pada manusia, seperti yang dilakukan
oleh Mc.Collum (vitamin A), Casimir Funk (vitamin B),
Eijkman (vitamin B1), Hopkins, Goldberger (niasin), dll.
Diawali oleh temuan Robert Hooke tahun 1665 tentang sel
tumbuhan, dan teori tentang struktur dan fungsi sel tahun 1839
oleh Jakob Schleiden dan Theodor Schwann sejak saat itu kajian
tentang inti sel, mitokondria, dan mekanismenya semakin pesat.
Perkembangan Ilmu gizi disertai ilmu kimia dan biologi tentang
seluler dan molekuler tahun 1955 membawa era baru bagi ilmu
gizi, ditandai dengan temuan Eagle, 1955 untuk pertama kali
bahwa sel membutuhkan beragam zat gizi.
Era gizi genetik ditandai dengan dimulainya penelitian pemetaan
genom manusia (Human Genom Project) pada tahun 1998 dan
berakhir pada tahun 2005. Pada era ini terdapat pengembangan
pangan dengan biofortifikasi.
Lahirnya teori Barker, masih tingginya masalah gizi mikro, stunting, dan
obesitas, krisis pangan dunia 2008, publikasi Lancet tentang pentingnya
mengatasi gizi ibu dan anak, disertai dengan perhatian para ahli gizi dunia
mendorong PBB meluncurkan Scale-Up Nutrition (SUN) Movement pada
September 2010. di Indonesia gerakan ini dikenal dengan Gerakan
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
11. Istilah “gizi kurang” mencakup berbagai
defisiensi:
Zat gizi makro
Karbohidrat, lemak,
protein
Zat gizi mikro
Vitamin larut air (tiamin,
riboflavin, dan niasin),
vitamin larut lemak (vit. A
dan Vit. D) dan mineral
(Iodin, Zin, Sn, dll)
Gizi Kurang (Undernutrition)
12. • Khasnya “casal’s
necklace”
• Diare
• Dermatitis
• Demensia
Defisiensi Niasin
(vitamin B3):
• Dikenal dengan
penyakit
“gondok
• Pembengkakan
kelenjar tiroid
Defisiensi Iodin
13. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Pada tahun 1988, James, Ferro Luzzi, dn Waterlow membuat
perbedaan:
• “keadaan keseimbangan energi negatif,
yaitu kehilangan progresif energi tubuh”
• Contoh: kehilangan BB akut, anoreksia
nervosa, kanker, gangguan malabsorpsi
Kurang
Energi
Akut
• “keadaan stabil ketika orang tersebut
berada dalam keseimbangan energi
meskipun dengan “ganti rugi”
Kurang
Energi
Kronik
14. • “mengganti rugi” penurunan massa tubuh
Menyebabkan
adaptasi
reduksif
• Tubuh beradaptasi dengan asupan energi rendah
pada KEK untuk keberlangsungan hidup
Menjaga
homeostasis
• Mengurangi kapasitas kerja, kemampuan belajar,
dan kualitas hidup
Terdapat
konsekuensi
fungsional dan
struktural
• Kerawanan pangan (kemiskinan, gagal panen, konflik)
• Penyakit (penyakit menular, penyakit pencernaan
seperti hati dan kanker)
Merupakan
efek dari:
Yang terjadi pada Kekurangan Energi Kronis
15. Untuk mengidentifikasi KEK:
Menghitung BB
dan TB
Intake energi dan
pengeluarannya
Laju metabolisme
basal (BMR)
BMI < 16,0 16,0 - 16,9 17,0 - 18,4 > 18,5
Tingkat KEK III II I normal
17. Over-Nutrition I (Obesitas)
Obesitas ketidakseimbangan energi
Pengeluaran
Energi
Asupan
Energi< Diukur oleh:
IMT (Indeks Massa Tubuh)=
BB(kg)
TB2 (m2)
18. Klasifikasi untuk obesitas:
IMT Health Risk
Normal 18,5 – 24,9 Normal
Overweight 25 – 29,9 Increased
Obesitas I 30 – 34,9 Moderate
Obesitas II 35 – 39,9 Severe
Obesitas III > 40 Extremely high
20. Penilaian
Risiko
Lingkar pinggang berkorelasi dengan jumlah lemak viseral
Lingkar pinggang yang lebih dari 102 cm pada laki-laki dan 88 cm
pada perempuan berhubungan dengan peningkatan risiko
komplikasi metabolisme
21. “Peningkatan ketersediaan makanan fortifikasi dan peningkatan
konsumsi suplemen makanan mempunyai dampak yang
merugikan bagi kesehatan terutama akibat kelebihan konsumsi
vitamin dan mineral”
Over-Nutrition II
(kelebihan vitamin dan mineral)
Pengaruh vitamin dan mineral
yang merugikan: konsep
Kegagalan
homeostasis
Dosis
ambang
Variasi
sensitifitas
individu
Pengaruh
bioavailabilitas
Batas atas
asupan yg
ditoleransi
22. Zat gizi UL dewasa Pengaruh merugikan
Retinol 3000 µg Teratogenisitas, hepatotoksisitas
Vitamin D 50 µg Hipokalsemia
Vitamin E 1000 mg Pengaruh hemoragik
Vitamin B6 25 mg Neuropati saraf
Asam folat 1000 µg Perkembangan neuropati/penyamaran anemia
defisiensi B12
Vitamin C 2000 mg Diare osmotik, gangguan pencernaan
Kalsium 2500 mg Sindrom susu-alkali
Magnesium 250 mg (suplemen) Diare osmotik
Fosfor 4000 mg Hiperfosfatemia
Zat besi 45 mg (suplemen) Pengaruh pencernaan
Zink 40 mg Penurunan status tembaga
Tembaga 10 mg Hepatotoksisitas
Mangan 11 mg Neurotoksisitas
Selenium 300 µg Selenosis klinis; kuku rapuh, rambut rontok
Iodin 1100 µg tirotoksikosis
US Food and Nutrition Board, European Food Safety Authority dan EU Scientific Committee on Food