SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
SEMINAR ANALISIS INFORMASI KEUANGAN
“ANALISIS AKTIVITAS OPERASI
PT SAMPOERNA AGRO Tbk, PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND
TECHNOLOGY Tbk, dan PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
TAHUN 2011-2014”
OLEH
ANITA DIANA SARI
1310531001
DOSEN PEMBIMBING
DR. YURNIWATI,SE.,M.S.i.,Ak
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
PT SAMPOERNA AGRO Tbk
PT Sampoerna Agro Tbk merupakan Perseroan yang bergerak pada sector
agribisnis yaitu bisnis perkebunan kelapa sawit. PT Sampoerna Agro mengembangkan
bisnis perkebunan kelapa sawit sejak penanaman perdananya pada tahun 1989 yang
kemudian berkembang menjadi agribisnis terdiversifikasi dan terpadu. PT Sampoerna
Agro Tbk (SGRO) dan entitas anak adalah perusahaan perkebunan yang memiliki visi
untuk menjadi perusahaan perkebunan yang terdiversifikasi dan terintegrasi dalam jangka
panjang. Bersama 31 entitas anaknya, Perseroan bergerak di bidang perkebunan, dan bisnis
utamanya adalah kelapa sawit. Jajaran produk Perseroan terdiri dari produk lini kelapa
sawit (CPO dan PK), lini produk inti sawit (Minyak Inti Sawit (PKO) dan Palm Kernel
Expeller (PKE)), kecambah sawit dan lini produk non-kelapa sawit (Sagu dan Karet). Di
antara produk inti Perseroan, minyak sawit dan inti sawit merupakan kontributor terbesar
atau mencapai 95% dari total pendapatan Perseroan.
Dahulu bernama PT Selapan Jaya, Sampoerna Agro didirikan pada 1993 untuk
mengelola kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan. Perseroan kemudian tercatat sebagai
perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada 2007. Saat ini area operasional Perseroan
berlokasi di Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hingga
akhir 2014, usaha perkebunan kelapa sawit Sampoerna Agro telah berkembang lebih dari
dua kali lipat dengan total area perkebunan inti melebihi 75.000 hektar. Pada periode yang
sama, luas seluruh lahan Perseroan saat ini telah tumbuh lebih dari lima kali lipat menjadi
sekitar 420.000 hektar. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan dan
kesuksesan Perseroan di masa depan, sekaligus mengurangi risiko ketergantungan pada
satu jenis komoditas pertanian, Perseroan telah mendiversifikasikan portofolio tanaman
pada usaha perkebunan sagu dan karet.
2014 2013 2012 2011
PENJUALAN 3,242,381,541 2,560,705,943 2,986,236,974 3,142,378,850
BEBAN POKOK PENJUALAN (2,373,804,791) (2,062,598,256) (2,193,271,486) (2,081,566,055)
LABA BRUTO 868,576,750 498,107,687 792,965,488 1,060,812,795
Beban penjualan dan pemasaran (91,842,089) (91,658,373) (104,587,218) (146,298,074)
Beban umum dan administrasi (234,494,900) (205,702,282) (216,031,453) (199,512,972)
Pendapatan lainnya 49,048,977 51,355,674 39,916,119 46,455,457
Beban Lainnya (18,517,839) (15,818,567) (25,665,212) (12,705,276)
LABA OPERASI 572,770,899 236,284,139 486,597,724 748,751,930
Biaya keuangan (64,956,978) (64,507,168) (36,730,765) (26,073,858)
Pendapatan keuangan 2,547,034 2,038,503 7,376,164 19,797,371
LABA SEBELUM BEBAN PAJAK
PENGHASILAN 510,360,955 173,815,474 457,243,123 742,475,443
Beban pajak penghasilan (160,258,888) (53,434,994) (120,954,151) (192,952,836)
LABA TAHUN BERJALAN 350,102,067 120,380,480 336,288,972 549,522,607
Pendapatan komprehensif lain - - - -
TOTAL LABA KOMPREHENSIF 350,102,067 120,380,480 336,288,972 549,522,607
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN
PT SAMPOERNA AGRO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA
ANALISIS AKTIVITAS OPERASI
PENGUKURAN LABA
Laba merupakan salah satu pengukuran aktivitas operasi. Laba akuntansi (yang
dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi akrual, serta dihitung dengan mengakui
pendapatan dan mengaitkan biaya dengan pendapatan yang diakui. Pada laporan laba rugi
PT Sampoerna Agro Tbk terdapat dua komponen utama laba akuntansi yaitu pendapatan
dan beban. Dan dalam penyusunan laporan keuangan ini Perseroan telah mematuhi
ketentuan dan persyaratan dalam standar Akuntansi.
Laba Operasi
Pendapatan
Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan minyak sawit mentah dan inti sawit
serta kecambah, pendapatan lainnya atas penjualan bibit kelapa sawit, dan juga berasal dari
pendapatan keuangan terdiri pendapatan bunga atas penempatan rekening koran dan
deposito. Ketiga pendapatan tersebut merupakan pendapatan rutin yang diterima oleh
Perseroan setiap tahunnya.
Pada laporan laba rugi komprehensif
terlihat bahwa pendapatan yang berasal dari
penjualan mengalami penurunan selama 3
tahun berturut-turut yaitu turun dari tahun 2011
ke tahun 2012, semakin turun di 2013. Dan
akhirnya perusahaan dapat mingkatkan penjualan pada tahun 2014. Penjualan produk
utama Perseroan yaitu CPO (minyak sait mentah) dan PK (inti sawit). Kedua produk
tersebut merupakan penyumbang terbesar terhadap penjualan Perseroan yakni 96%.
Penurunan penjualan di tahun 2012 yang hanya sebesar Rp2,986,236,974 atau
turun sebesar 5% dari tahun 2011 disebabkan penurunan rata-rata penjualan produk utama
Perseroan CPO dan PK. Selama periode 2012, pendapatan CPO turun dari Rp2,63 triliun
menjadi Rp Rp2,60 triliun, padahal volume produksi CPO tersebut mengalami peningkatan
2% dari produksi tahun 2011. Tetapi penurunan penjualan CPO ini disebabkan karena
harga jual rata-rata turun sebesar 5% dari Rp7.865/kg di tahun 2011 menjadi Rp7.433/kg
di tahun 2012. Begitu juga dengan pendapatan dari produk PK juga turun sebesar 29%
dari Rp375,69 milyar di 2011 menjadi Rp267,89 milyar di 2012 terutama disebabkan oleh
penurunan harga jual rata-rata sebesar 26% dari Rp4.735/kg di 2011 menjadi Rp3.480/kg
di 2012, serta penurunan PK ini juga disebabkan karena tingkat volume produk PK
menurun 1% dari tahun 2011 yang hanya mampu memproduksi 86,36 ribu ton PK.
Dikarenakan penurunan pendapatan penjualan di tahun 2012, maka ditahun 2013
Perseroan terus melancarkan strategi pemasaran yang agresif. Namun demikian, sungguh
di sayangkan sekalipun mengupayakan pemasaran yang lebih agresif, penjualan kembali
menurun sebesar 14% yakni hanya sebesar Rp2.561 miliar di tahun 2013. Penurunan ini
terutama disebabkan oleh menurunnya volume penjualan sebesar 15% dan penurunan
harga jual rata-rata minyak sawit 3% yang mana harga jual rata-rata minyak sawit menurun
dari Rp7.433/kg pada 2012 menjadi Rp7.220/kg pada 2013. Sebaliknya, harga jual rata-
rata PK naik sebesar 2% dari Rp3.480/kg pada 2012 menjadi Rp3,563/kg pada 2013,
namun hal ini tidak dapat menghindari penurunan pendapatan di tahun 2013.
Selanjutnya pada tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan pendapatan
penjualan yang signifikan dari 3 tahun sebelumnya. Perseroan mencatat penjualan sebesar
Rp3.242.382 juta atau meningkat 26,6% dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya
sebesar Rp2.560.706 juta. Peningkatan ini disebabkan oleh harga penjualan rata-rata yang
lebih tinggi sepanjang tahun. Produksi CPO mencapai 321.416 ton pada 2014, lebih tinggi
sebesar 19% dari 271.206 ton pada 2013. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
profil umur tanaman dan luas area produksi (perkebunan) yang lebih besar dan juga
peningkatan ini merupakan hasil dari serangkaian langkah intensifikasi yang dilakukan
pada beberapa tahun sebelumnya. Begitu juga dengan produksi PK mencapai 77.432 ton
pada 2014, meningkat sebesar 9% dari 70.848 ton pada 2013. Seperti halnya dengan CPO,
peningkatan produksi PK disebabkan oleh profil umur tanaman dan luas area produksi
(perkebunan) yang lebih besar. Tingkat ekstraksi inti sawit adalah sebesar 5,2%
dibandingkan dengan 5,4% pada 2013. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
meningkatnya produksi dari pohon kelapa sawit yang lebih muda, yang memiliki ukuran
benih yang lebih kecil, sehingga menyebabkan sedikitnya hasil ekstraksi minyak inti.
Namun dikarenakan produksi dan harga penjualan rata-rata CPO yang tinggi hal inilah
yang menyebabkan pendapatan penjualan meningkat di tahun 2014.
Beban
Komponen beban Perseroan yaitu berupa beban pokok penjualan dan pemasaran,
beban umum dan administrasi, beban lainnya seperti beban untuk pemberian sumbangan
kepada Yayasan Putera Sampoerna dan beban klaim mutu, serta beban keuangan yang
terdiri dari beban bunga dan provisi
fasilitas pinjaman bank.
1. Beban pokok penjualan
Beban pokok penjualan merupakan
beban yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk Perseroan yang
diakui ketika produk telah dijual. Produk kelapa sawit merupakan proporsi beban
terbesar sekitar 97% dari total beban pokok penjualan.
Sangat disayangkan beban pokok penjualan di tahun 2012 mengalami peningkatan 5%
dari Rp Rp2.08 triliun menjadi Rp2,18 triliun. Peningkatan beban pokok penjualan
tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan beban pokok produksi antara lain; beban panen,
beban tidak langsung, beban penyusutan dan amortisasi. Pada tahun 2013, beban pokok
penjualan turun 6% dari Rp2.193 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp2.063 miliar pada
tahun 2013. Penurunan beban pokok penjualan tahun 2013 terutama disebabkan oleh
lebih rendahnya volume produksi CPO dan PK selama tahun tersebut, yang
mengakibatkan penurunan dalam hal beban pokok yang terkait dengan produksi.
Besarnya beban pokok penjualan Perseroan pada 2014 tercatat sebesar Rp2.373.805
juta, meningkat sebesar 15,1% dibandingkan 2013 sebesar Rp2.062.598 juta.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingkat pembelian TBS oleh pihak eksternal
yang lebih tinggi.
2. Beban Penjualan dan Pemasaran
Biaya penjualan dan pemasaran sebagian besar terdiri dari beban pajak ekspor
Perseroan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan ekspor Perseroan.
Beban penjualan dan pemasaran menurun 28% dikarenakan penurunan tarif pajak
ekspor sebagai dampak dari penurunan harga referensi CPO selama tahun 2012
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, serta adanya penurunan aktifitas ekspor
Perseroan dibandingkan tahun sebelumnya.Beban penjualan dan pemasaran menurun
12% dari Rp57 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp22 miliar pada tahun 2013 sebagai
dampak dari penurunan beban pajak ekspor, sekalipun terjadi kenaikan pada beban
penjualan dan pemasaran lainnya dari Rp48 miliar menjadi Rp70 miliar pada kurun
waktu yang sama.Pada 2014, beban penjualan dan pemasaran meningkat sebesar 0,2%
dari Rp91.658 juta pada 2013 menjadi Rp91.842 juta pada 2014 akibat biaya logistik
yang lebih tinggi
3. Beban Umum dan Administrasi
Beban umum dan administrasi terdiri dari beban gaji & upah meningkat 8% pada
tahun 2012. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan gaji, upah dan
kompensasi karyawan, sewa, asuransi, penelitian dan pengembangan.
Pada tahun 2012 Gaji, upah dan kompensasi karyawan meningkat 12% dari
Rp130,64 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp145,68 miliar pada tahun 2012.
Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan pegawai permanen dari 7.077 karyawan
pada tahun 2011 menjadi 9.026 karyawan pada tahun 2012. Proporsi beban ini adalah
sebesar 67% dari total beban umum dan administrasi pada tahun 2012. Beban umum
dan administrasi turun sebesar 5% dari Rp216 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp206
miliar pada tahun 2013. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya gaji,
upah dan kompensasi karyawan sebesar 9% menjadi Rp133 miliar, jasa tenaga ahli
sebesar 20% menjadi Rp13 miliar dan beban perjalanan dinas sebesar 14% menjadi
Rp12 miliar pada tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 terjadi kenaikan beban umum
dan administrasi sebesar 14% dari tahun 2013.
Pada beban umum dan administrasi ini Perseroan memasukan beban sewa kedalam
beban operasi padahal pembayaran beban sewa tersebut mengandung unsur bunga
sehingga menyebabkan peningkatan beban dan berdampak pada rendahnya laba operasi
Perseroan. Pembayaran sewa yang diakui pada beban operasi ini dikarenakan sewa tidak
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset. Dengan demikian, pembayaran sewa diakui pada laba atau rugi
dengan dasar garis lurus selama sewa. Beban sewa perusahaan karena Perusahaan
Sungai Rangit dan National Sago Prima, entitas anak, masing-masing mengadakan
perjanjian sewa dengan PT Sampoerna Land dengan periode sewa dimulai pada
tanggal 1April 2010 sampai 31Desember 2013 dan pada tahun 2013 di perpanjang
sampai tahun 2017.
Laba Operasi
Laba operasi tahun 2012 adalah sebesar Rp486,60 miliar, atau menurun sebesar
35% dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan oleh penurunan penjualan dan peningkatan
beban pokok penjualan. laba operasi tahun 2013 adalah sebesar Rp236 miliar, atau
menurun sebesar 51% dari Rp487 miliar pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan
terutama oleh penurunan penjualan pada tahun 2013. Pada 2014, Perseroan memiliki
kinerja operasi yang baik karena Perseroan dapat mencapai laba operasi sebesar Rp572.771
juta, meningkat sebesar 142,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp236.284
juta. Peningkatan pada laba operasi melebihi pertumbuhan pada pendapatan karena harga
penjualan rata-rata yang lebih tinggi atas produk-produk utama serta meningkatnya tingkat
efisiensi operasi Perseroan.
Pendapatan Komprehensif
Pendapatan komprehensif Perseroan selama 4 tahun sama dengan laba tahun
berjalan pada tahun tersebut dikarenakan Perseroan tidak memiliki pendapatan
komprehensif tahun berjalan.
PT SAMPOERNA AGRO Tbk
ASET TAK BERWUJUD 2014 2013 2012 2011
Perangkat lunak
Harga perolehan 15,742,089 11,533,922 7,730,258 -
Penambahan 1,876,559 4,208,167 3,803,664 7,730,258
17,618,648 15,742,089 11,533,922 7,730,258
Akumulasi amortisasi (12,792,507) (9,160,705) (5,159,623) (2,369,892)
Nilai buku 4,826,141 6,581,384 6,374,299 5,360,366
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil HutanKayu (IUPHHK)
Harga perolehan 89,179,788 89,179,788 89,179,788 -
Akumulasi amortisasi (2,300,757) (1,358,975) (417,193) -
Nilai buku 86,879,031 87,820,813 88,762,595 -
PENGAKUAN PENDAPATAN
PT Sampoerna Agro Tbk menerima uang muka penjualan yang diterima dari
pelanggan sehubungan dengan penjualan minyak kelapa sawit, inti sawit dan
kecambah. Saldo uang muka penjualan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011
masing masing sebesar Rp52.330.310 danRp80.206.777. Namun, uang muka ini belum
bisa diakui oleh perseroan sampai Perseroan mengirimkan produk ke pelanggan karena
pendapatan dari penjualan yang timbul dari pengiriman fisik produk-produk Perseroan
baru diakui bila risiko dan manfaat yang signifikan telan dipindahkan kepada pembeli.
BEBAN YANG DITANGGUHKAN
Beban yang ditangguhkan merupakan biaya yang telah terjadi dan ditangguhkan
karena diharapkan manfaatnya dapat dirasakan pada periode mendatang. Beban yang
ditangguhakan yang terdapat di Perseroan yaitu beban tangguhan terhadap aset tak
berwujud.
1. Beban Perangkat Lunak
Perseroan telah memiliki aturan untuk biaya-biaya yang timbul sehubungan
dengan biaya perolehan sistem perangkat lunak yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu (1) tahun, ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus
selama masa manfaatnya, yaitu 4 tahun.
Terlihat pada tahun 2011 Perseroan memperoleh system perangkat lunak namun
Perseroan masih menangguhkan beban tersebut dengan mengkategorikannya ke akun
penambahan perangkat lunak pada saat perangkat lunak itu diperoleh. Kemudian setiap
tahunnya Perseroan membebankannya ke akumulasi amortisasi.
2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Biaya dan iuran yang terjadi untuk memperoleh Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), seperti iuran IUPHHK, ditangguhkan dan
diamortisasi selama sisa masa manfaat masing-masing IUPHHK tersebut dengan
menggunakan metode garis lurus selama jangka waktu IUPHHK.
Perseroan baru memiliki izin usaha pemanfatan hutan kayu pada tahun 2012
dengan nilai perolehan Rp89,179,788,000 yang menjadi beban tangguhan Perseroan.
Aset ini kemudian setiap tahunnya di amortisasi yang diakui menjadi beban berdasarkan
amortisasi tersebut..
Kedua beban yang ditangguhkan diatas, Perseroan memasukannya ke dalam beban
penyusutan dan amortisasi yang diungkapkan dalam beban pokok penjualan. Perseroan
menyajikan akumulasi amortisasi perangkat lunak ke dalam beban penyusutan dan
amortisasi dalam beban pokok penjualan merupakan suatu hal yang tidak benar karena
perangkat lunak tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan operasinal Perseroan.
KOMPENSASI TAMBAHAN UNTUK KARYAWAN
PT Sampoerna Agro Tbk sampai tahun 2014 belum memiliki program kompensasi
tambahan untuk karyawan maupun manajemen baik itu Program ke Pemilikan Saham oleh
karyawan/manajemen (eSoP/mSoP).
BIAYA BUNGA
Perseroan mencatat biaya bunga dengan menggunakan metode suku bunga
efektif (“SBE”), yaitu suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi
pembayaran atau penerimaan kas di masa yang akan datang selama perkiraan umur.
Risiko tingkat suku bunga Perseroan terutama timbul dari pinjaman untuk tujuan
modal kerja dan investasi. Pinjaman pada berbagai tingkat suku bunga variabel
menunjukkan Perseroan kepada nilai wajar risiko tingkat suku bunga.
PAJAK PENGHASILAN
2014 2013 2012 2011
Labasebelum beban pajak penghasilan
menurut laporan laba rugi komprehensif 510,360,955 173,815,474 457,243,123 742,475,443
Beban pajak penghasilan dihitung
berdasarkantarif pajak yang berlaku 127,708,773 43,972,944 114,310,781 185,618,861
Pengaruh pajak atas beda tetap:
Pendapatan yangtelah dikenakan Pajak
penghasilan yang bersifat final (572,188) (421,969) (1,493,859) (4,896,571)
Beban yang tidak dapat dikurangkan 24,876,218 14,418,570 5,811,751 11,910,520
Beda tetap lain-lain (3,493,266) (1,740,824) (1,740,824) (1,740,824)
Perubahan penyisihan penilaian 3,600,616 (4,541,630) 3,268,641 2,060,850
Beban pajak penyesuaian periode lalu 8,373,037 2,079,831 - -
Penyesuaian atas pajaktangguhan tahun
lalu (234,302) (331,928) 797,661 -
Beban pajak penghasilan 160,258,888 53,434,994 120,954,151 192,952,836
Cadangan(Beban) untuk Pajak Penghasilan
Pada tahun 2012, PT Sampoerna Agro Tbk melaporkan beban pajak sebesar
Rp120,954,151. Dari jumlah tersebut Rp120,156,490 mencerminkan total pembayaran
pajak untuk tahun fiskal 2012. Sementara itu, kewajiban pajak tangguhan Perseroan pada
tahun 2012 sebesar Rp35,277,803 terutama berasal dari aset tak berwujud, tanaman
perkebunan dan aset tetap. Dan aset pajak tangguhan sebesar Rp43,430,366 timbul akibat
liabilitas imbalan kerja, bibitan, aset tetap, dan rugi fiskal. Tetapi Perseroan tidak
mengakui aset pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar Rp63.396.472 karena
Perseroan memiliki pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang.
Selanjutnya pada tahun 2013, PT Sampoerna Agro Tbk melaporkan beban pajak
sebesar Rp53,434,994. Dari jumlah tersebut Rp53,434,994 mencerminkan total
pembayaran pajak untuk tahun fiskal 2013. Sementara itu kewajiban pajak tangguhan
Perseroan pada tahun 2013 sebesar Rp 32,093,054 tidak jauh beda dengan kewajiban pajak
tangguhan tahun 2012. Tetapi aset pajak tangguhan di tahun 2013 jauh lebih besar dari
2014 2013 2012 2011
Aset(liabilitas) pajak tagguhan
Rugi fiskal 91,442,897 64,268,123 31,047,549 9,600,015
Liabilitas imbalan kerja 23,440,457 15,879,231 12,382,549 7,523,962
bibitan 2,985,722 3,604,747 6,168,663 4,694,608
aset tetap 1,749,973 2,959,126 3,642,595 2,811,318
tanaman perkebunan (21,497,953) (11,515,456) (9,810,990) (5,961,354)
Aset pajak tangguhan 98,121,096 75,195,771 43,430,366 18,668,549
Aset(liabilitas) pajak tagguhan
Rugi fiskal - 1,320,222 1,478,445 -
Liabilitas imbalan kerja 6,961,926 6,727,812 4,289,933 2,924,806
aset tetap (5,675,552) (6,575,789) (6,870,661) (7,009,732)
Tanaman perkebunan (9,912,825) (11,716,664) (11,252,437) (9,044,144)
aset tak berwujud- IUPHHK (21,614,333) (21,848,635) (22,923,083) -
liabilitas pajak tangguhan (30,240,784) (32,093,054) (35,277,803) (13,129,070)
ASET(LIABILITAS) PAJAK TANGGUHAN
tahun 2012 yakni sebesar Rp75,195,771 dan kebijakan manajemen perusahaan sama
dengan tahun sebelumnya bahwa perusahaan tidak mengakui aset pajak tangguhan atas
saldo rugi fiskal sebesar Rp45.020.164 dengan pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal
tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang.
Dan ditahun 2014, Perseroan memiliki beban pajak yang sangat tinggi sebesar
Rp160,258,888 dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp53,434,994. Hal ini
disebabkan karena Perseroan memperoleh laba sebelum pajak yang sangat tinggi yakni
sebesar Rp510,360,955 sehingga menyebabkan beban pajak juga naik. Walaupun, beban
pajak Perseroan tinggi namun kewajiban pajak tangguhan Perseroan mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yang pada tahun 2014 hanya mencapai Rp30,240784 dan juga aset
pajak tangguhan Perseroan mengalai kenaikan yakni sebesar Rp98,121,096 yang
disebabkan liabilitas imbalan pajak yang tinggi yakni menjadi Rp23,440,457. Dan pada
tahun 2014 manajemen berpendapat bahwa aset pajak tangguhan diperkirakan dapat
dipulihkan pada periode mendatang. Sehingga Perseroan tidak mengakui aset pajak
tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar Rp49.639.628 dengan pertimbangan
ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal
pada masa yang akan datang.
LABA PER LEMBAR SAHAM
Perseroan telah menerapkan PSAK No 56 yang mengatur dampak dilutive pada
opsi, aran, dan ekuivalen. Laba tahun berjalan per saham dasar dihitung dengan membagi
laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan rata-rata
tertimbang jumlah saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan. Rata-rata
tertimbang saham yang beredar pada tahun 2012 sebesar 1.890.000.000 saham (jumlah
= Rp177.84
Maka laba per lembar saham dasar =
laba bersih -deviden saham preferen
rata-rata tertimbang saham biasa
=
336,288,972,000 - 165,000,000
1,890,000,000
1,890,000,000
350,102,067,000 - 28,350,000
Maka laba per lembar saham dasar =
= Rp185.22
120,380,480,000 - 85,050,000
1,890,000,000
= Rp63.65
Maka laba per lembar saham dasar =
penuh). Perseroan tidak mempunyai saham biasa yang bersifat dilutif pada tanggal 31
Desember2012.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 18 Juni 2012,
dividen kas yang dibagikan dari saldo laba per 31 Desember 2011 adalah Rp87,30
(jumlah penuh) per saham sehingga total dividen kas adalah Rp165 juta, yang telah
dibayar pada tanggal 20 Juli 2012.
Pada tahun 2013, rata-rata tertimbang saham beredar sama dengan tahun
sebelumnya. Dividen tunai yang dibagikan dari saldo laba per 31 Desember 2012
adalah Rp45 (angka penuh) per saham sehingga total dividen tunai adalah
Rp85.050.000, yang telah dibayar pada tanggal 24 Juli 2013.
Di tahun 2014, dividen tunai dari saldo laba per 31 Desember 2013 yang
dibagikan adalah Rp15 (angka penuh) per saham sehingga total dividen tunai yang
dibagikan adalah Rp28.350.000, yang telah dibayar pada tanggal 24 Juli 2014.
Dari ketiga tahun tersebut terlihat bahwa bahwa laba per lembar saham paling tinggi terjadi
di tahun 2014 dikarenakan Perseroan mencapai laba yang tinggi di tahun tersebut dan
perseroan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk didirikan tahun 1962 dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992, PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk (“SMART” atau “Perseroan”) adalah salah satu perusahaan publik produk
konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia, dengan
nilai penjualan bersih sebesar Rp 32,3 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2014. Aktivitas utama Perseroan
dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah
segar (“TBS”) menjadi minyak sawit (“CPO”) dan inti sawit (“PK”), serta pemrosesan
CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin dan
shortening.
Perseroan menanam kebun kelapa sawit di Indonesia seluas sekitar 139.100 hektar,
termasuk plasma. 15 pabrik memproses TBS menjadi CPO dan PK, dengan total kapasitas
sebesar 4,1 juta ton per tahun. CPO diproses lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah,
baik curah, industri maupun bermerek dengan kapasitas 2,6 juta ton per tahun. PK juga
diproses lebih lanjut di pabrik pengolahan inti sawit dengan kapasitas 480 ribu ton per
tahun, menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil inti sawit yang memiliki nilai lebih
tinggi. SMART juga memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis kelapa
sawit. Selain minyak curah dan minyak industri, produk turunan SMART juga dipasarkan
dengan berbagai merek, seperti Filma dan Kunci Mas.
PT SMART Tbk menunjukkan ketahanannya di tahun 2014 dengan pencapaian
kinerja yang lebih baik meskipun harga minyak sawit (“CPO”) mengalami tren
penurunan selama tahun berjalan. Selama tahun berjalan, laba sebelum bunga, pajak,
depresiasi dan amortisasi (“EBITDA”) SMART meningkat sebesar 18% menjadi Rp 2,82
triliun, dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 65%
menjadi Rp 1,47 triliun. Kinerja yang kuat ini didukung oleh harga jual rata-rata yang lebih
tinggi selama tahun berjalan, serta peningkatan kuantitas penjualan sejalan dengan
penambahan kapasitas bisnis hilir. Posisi keuangan perseroan tetap sehat, dengan jumlah
aset yang meningkat menjadi Rp 21,29 triliun.
2014 2013 2012 2011
PENJUALAN BERSIH 32,340,665 23,935,214 27,526,306 31,676,219
BEBAN POKOK PENJUALAN (27,648,684) (19,813,935) (21,001,275) (24,154,526)
LABA KOTOR 4,691,981 4,121,279 6,525,031 7,521,693
BEBAN USAHA
Penjualan (1,463,641) (1,195,853) (2,462,115) (4,712,642)
Umum dan Administrasi (1,097,010) (977,511) (801,261) (545,630)
Jumlah Beban Usaha (2,560,651) (2,173,364) (3,263,376) (5,258,272)
LABA USAHA 2,131,330 1,947,915 3,261,655 2,263,421
PENGHASILAN(BEBAN) LAIN-LAIN
Pendapatan Bungan 21,067 11,343 14,907 28,855
Ekuitas pada laba (rugi) bersih entitas
asosiasi-bersih
2,997 (1,527) (1,327) 1,099
Rugi selisih kurs-bersih (36,070) (483,568) (80,716) 37,849
Beban bunga dan keuangan lainnya (311,773) (265,313) (267,569) (293,647)
Lain-lain-bersih 154,525 (4,654) (44,116) 349,258
Beban lain-lain-Bersih (169,254) (743,719) (378,821) 123,414
LABA SEBELUM PAJAK 1,962,076 1,204,196 2,882,834 2,386,835
BEBAN PAJAK
Kini (460,255) (287,673) (668,865) (564,549)
Tangguhan (27,166) (23,751) (61,660) (36,549)
Jumlah Beban Pajak (487,421) (311,424) (730,525) (601,098)
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 1,474,655 892,772 2,152,309 1,785,737
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
Selisih kurs atas penjabaran laporan
keuangan
1,057 100,207 26,396 4,998
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 1,475,712 992,979 2,178,705 1,790,735
PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk DAN ENTITAS ANAK
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
PENGUKURAN LABA
Pengukuran laba PT SMART Tbk terdiri dari dua komponen laba operasi yaitu
pendapatan dan beban. Kedua komponen tersebut berasal dari aktivitas perusahaan yang
masih berlangsung selama perusahaan berdiri.
Pendapatan
Pendapatan utama PT SMART Tbk berasal dari pendapatan penjualan bersih
Perseroan baik berasal dari penjualan domestic maupun penjualan ekspor. Kontribusi
penjualan ekspor Perseroan lebih besar dari pada penjualan domestic. Yang mana dengan
2014 2013 2012 2011
Penjualan Domestik
Pihak berelasi
Produk kelapa sawit 9,072,759 4,896,583 5,011,693 1,036,545
Usaha Lainnya 37,853 30,498 41,526 43,633
Jumlah 9,110,612 4,927,081 5,053,219 1,080,178
Pihak ketiga
Produk kelapa sawit 5,806,482 5,052,798 4,516,584 4,106,963
Usaha Lainnya 282,368 216,921 266,191 140,760
Jumlah 6,088,850 5,269,719 4,782,775 4,247,723
Jumlah Penjualan Domestik 15,199,462 10,196,800 9,835,994 5,327,901
Penjualan Ekpor
Pihak berelasi
Produk kelapa sawit 13,421,471 11,545,015 15,849,750 24,729,075
Pihak ketiga
Produk kelapa sawit 2,919,381 1,683,197 1,251,146 809,519
Usaha Lainnya 800,351 510,202 589,416 809,724
Jumlah 3,719,732 2,193,399 1,840,562 1,619,243
Jumlah Penjualan Ekspor 17,141,203 13,738,414 17,690,312 26,348,318
Jumlah Penjualan Bersih 32,340,665 23,935,214 27,526,306 31,676,219
banyaknya penjualan ekspor Perseroan mempengaruhi pendapatan Perseroan sehingga jika
harga internasional melemah/menguat terhadap CPO mengakibatkan penjualan turun/naik
dan berdampak yang signifikan kepada pendapatan Perseroan. Terlihat ditahun 2012,
penjualan bersih Perseroan turun drastis sebesar 13% menjadi Rp27,53 triliun, yang hanya
mencapai 81% dari target 2012. Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya harga internasional
CPO sebesar 11% selama tahun 2012.
Dan di tahun 2013 penjualan bersih menurun kembali sebesar 13% menjadi Rp
23,94 triliun, mencapai 81% dari target tahun 2013, terutama disebabkan oleh melemahnya
harga pasar internasional CPO sebesar 17% selama tahun berjalan.
Pada tahun 2014, Perseroan dapat mencapai kinerja yang baik karena Perseroan
dapat meningkatkan penjualan bersih sebesar 35% menjadi Rp32,24 triliun, melebihi target
tahun 2014 sebesar 23%, sebagian besar didukung oleh peningkatan kuantitas penjualan,
dan lebih tingginya harga jual rata-rata yang dipengaruhi oleh pelemahan mata uang
Rupiah terhadap Dolar AS selama tahun berjalan. Peningkatan kuantitas penjualan
merupakan hasil dari bertumbuhnya produksi kebun dan ekspansi kapasitas rafinasi
Perseroan.
Beban
PT SMART Tbk memiliki komponen beban yang terdiri dari beban pokok
penjualan dan beban usaha.
1. Beban Pokok Penjualan
Beban pokok penjualan PT
SMART Tbk terdiri dari bahan
baku yang digunakan, beban
pengelolaan kebun, beban produksi dan beban tidak langsung lainnya. Selama 3 tahun
terakhir beban pokok penjualan mengalami penurunan. Beban pokok penjualan pada
tahun 2012 menurun sebesar 13% menjadi Rp 21,00 triliun, sejalan dengan
penurunan penjualan bersih. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya
volume dan harga pembelian bahan baku.
Beban pokok penjualan pada tahun 2013 juga mengalami penurun sebesar 6% menjadi
Rp 19,81 triliun yang sejalan dengan penurunan penjualan bersih di mana sebagian
diimbangi oleh kenaikan biaya tenaga kerja. Penurunan pada tahun 2013 terutama
disebabkan oleh berkurangnya kuantitas bahan baku yang dibeli.
Namun, beban pokok penjualan pada tahun 2014 meningkat sebesar 40% menjadi
Rp 27,65 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan bahan baku yang digunakan,
sejalan dengan peningkatan penjualan bersih yang diperoleh Perseroan pada tahun
tersebut.
2. Beban Usaha
Beban usaha PT SMART Tbk terdiri dari beban penjualan serta beban umum dan
administrasi. Beban penjualan terutama terdiri dari pungutan ekspor, beban transportasi
dan pengiriman, iklan dan promosi serta gaji, upah dan kesejahteraan karyawan.
Beban umum dan administrasi terutama terdiri dari beban gaji, upah dan
kesejahteraan karyawan, jasa profesional, perjalanan, pemeliharaan dan perbaikan,
sewa, pajak dan perijinan, penyusutan serta alokasi ke jasa pengelolaan dan komisi.
Alokasi ke jasa pengelolaan dan komisi ini adalah beban yang terkait dengan
penyediaan jasa bagi Perseroan afiliasi seperti jasa penyediaan sumber daya
manusia, akuntansi dan pajak, teknologi informasi (perangkat keras dan lunak),
penjualan dan pembelian serta
jasa-jasa terkait lainnya.
Terlihat dari grafik selama
empat tahun beban usaha Perseroan
mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2011 ke tahun
2012 dan turun lagi dari tahun 2012
ke tahun 2013.
Pada tahun 2012, beban usaha turun signifikan sebesar 38% menjadi Rp3,26 triliun
dari tahun sebelumnya yang sangat tinggi yaitu sebesar Rp5,26 triliun di tahun 2011.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban penjualan yang berkurang
secara signifikan menjadi Rp2,46 triliun dari Rp4,71 triliun. Penurunan beban penjualan
terutama akibat dari turunnya beban bea keluar sebagai dampak dari tarif bea keluar
yang lebih rendah seiring dengan melemahnya harga pasar internasional CPO selama
tahun berjalan serta menurunnya volume ekspor CPO, di mana tarif bea keluar CPO
lebih tinggi daripada tarif untuk produk olahan. Beban umum dan administrasi
meningkat menjadi Rp 801 milyar pada tahun 2012 dari Rp 546 milyar tahun lalu,
terutama disebabkan oleh meningkatnya beban gaji, upah dan kesejahteraan
karyawan, jasa profesional, perjalanan, pemeliharaan dan perbaikan, sewa, pajak dan
ijin serta penyusutan.
Selanjutnya pada tahun 2013, beban usaha Perseroan kembali turun secara
signifikan sebesar 33% menjadi Rp2,17 triliun dari Rp3,26 triliun pada tahun 2012.
Penyebabnya sama dengan tahun sebelumnya yaitu disebabkan oleh beban penjualan
yang berkurang menjadi Rp 1,20 triliun dari Rp 2,46 triliun akibat menurunnya beban
bea keluaran sebagai dampak dari lebih rendahnya tarif bea keluaran yang berlaku
seiring dengan melemahnya harga pasar internasional CPO selama tahun berjalan serta
menurunnya kuantitas ekspor CPO, di mana tarif bea keluar CPO lebih tinggi daripada
tarif untuk produk olahan. Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 978
milyar pada tahun 2013 dari Rp 801 milyar tahun lalu.
Beban penjualan di tahun 2014 berjumlah Rp 1,46 triliun, meningkat dari Rp
1,20 triliun di tahun 2013. Peningkatan beban penjualan terutama disebabkan oleh
naiknya ongkos angkut dan pengiriman, beban iklan dan promosi, serta bea keluar.
Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 1,10 triliun pada tahun
2014 dari Rp 978 miliar pada tahun lalu.
Laba Usaha
Pada tahun 2012, direksi
telah memiliki strategi yang
berfokus pada penjualan produk
olahan dengan nilai tambah dilaksakan pada saat yang tepat, dengan memanfaatkan
pertumbuhan pasar internasional untuk produk olahan dan kebijakan pemerintah Indonesia
yang mendorong ekspor produk olahan. Selain itu, implementasi yang konsisten atas
praktek manajemen perkebunan terbaik, ketekunan, serta pengambilan keputusan yang
profesional dan tepat waktu, telah membawa SMART pada pertumbuhan laba usaha
Perseroan meskipun harga minyak sawit melemah sepanjang tahun berjalan yakni sebesar
44% menjadi Rp3,26 triliun ada tahun 2012, dan meskipun laba kotor menurun menjadi
Rp6,53 triliun dari Rp7,52 triliun tahun 2011.
Pada tahun 2013, Laba usaha Perseroan menurun menjadi Rp 1,95 triliun dari
sebelumnya sebesar Rp 3,26 triliun pada tahun 2012, disebabkan oleh menurunnya laba
kotor yang diimbangi dengan penurunan beban pajak ekspor yang signifikan.
Selanjutnya pada tahun 2014, Laba usaha Perseroan meningkat menjadi Rp
2,13 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 1,95 triliun pada tahun 2013, seiring dengan
meningkatnya laba kotor, yang diimbangi dengan peningkatan beban usaha. Dengan
asumsi harga CPO rata-rata stabil, peningkatan produksi didukung oleh cuaca yang
baik dan juga tingkat inflasi di Indonesia maupun nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS
yang stabil.
Laba Non-Operasi
Laba non operasi merupakan laba yang dipisahkan dari kegiatan yang tidak
berhubungan dengan aktivitas operasi Perseroan seperti penjualan dan penghapusan aset
tetap yang mana laba/rugi penjualan dan rugi penghapusan aset tetap disajikan sebagai
bagian dari penghasilan(beban) lain-lain pada laporan laba rugi konsolidasi Perseroan.
2014 2013 2012 2011
Penjualan Aset tetap
Harga jual 24,387 20,624 92,426 12,351
Nilai tercatat 18,632 15,141 93,874 7,380
Laba (rugi) penjualan aset tetap 5,755 5,483 (1,448) 4,971
Penghapusan Aset Tetap
Harga perolehan 15,508 26,493 24,080 11,944
Akumulasi penyusutan 11,878 18,356 16,555 9,520
Rugi penghapusan aset tetap 3,630 8,137 7,525 2,424
Terlihat di table penjualan aset tetap selama empat tahun umumnya mengalami laba
penjualan kecuali di tahun 2012 mengalami kerugian sebesar Rp1,448 juta yang
dikarenakan harga jual aset yang rendah. Laba dari penjualan aset tetap ini di catat dalam
pendapatan lain-lain Perseroan. Sebaliknya, penghapusan aset tetap setiap tahunnya
mengalami kerugian yang mana kerugian penghapusan aset tetap terjadi di tahun 2013
yang mencapai kerugian sebesar Rp8,137 juta yang dicatat dalam beban lain-lain
Perseroan.
Pendapatan Komprehensif
Pendapatan komprehensif lain Perseroan hanya terdiri dari satu komponen yaitu
selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan. Komponen selisih kurs atas penjabaran
laporan keuangan harus dimasukan ketika Perseroan melakukan pengukuran laba ekonomi.
Komponen ini relevan untuk penilaian ekuitas karena komponen ini terus terjadi setiap
tahunnya walaupun nilainya setiap tahunnya memiliki perbedaan yang signifikan. Yang
mana di tahun 2012 selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan naik menjadi sebesar
Rp26 miliyar dari Rp5 milyar di tahun 2011. Kemudian selisih kurs ini kembali meningkat
menjadi sebesar Rp100 milyar pada tahun 2013 dari tahun 2012. Namun pada tahun 2014,
selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan ini menurun tajam menjadi Rp1 milyar dari
tahun 2013.
PENGAKUAN PENDAPATAN
PT SMART Tbk mengakui pendapatan pada saat :
- Pendapatan penjualan lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan
- Pendapatan penjualan ekspor diakui pada saat barang dikapalkan di pelabuhan
pemuatan.
- Pendapatan jasa olah diakui pada saat pemberian jasa.
Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan telah menerima uang muka pembelian dari
pihak ketiga untuk kontrak penjualan RBDO, minyak goreng, margarine, fat
andshortening (MFS) dan penjualan lainnya sebesar Rp 28.738 dan Rp 41.931di tahun
2011. Kemudian, Pada tanggal 31 Desember 2013, perseroan telah menerima uang muka
dari pihak ketiga sebesar Rp 35.562. dan di tahun 2014 perseroan telah menerima Rp
93.864 dari pihak ketiga. Tapi penjualan ini belum bisa diakui oleh perseroan sebelum
perseroan menyerahkan produk tersebut kepada pelanggan.
BEBAN YANG DITANGGUHKAN
1. Beban Peranti Lunak
Perseroan telah melakukan perjanjian jasa system komunikasi satelit dengan PT Global
Media Telekomindo. Perjanjian jasa sistem komunikasi meliputi pemberian fasilitas
untuk menggunakan peralatan HUB dan pemakaian transponder serta jasa pemeliharaan
remote VSAT. Sebagai imbalan, Perseroan wajib membayar jasa komunikasi seperti
yang diatur dalam perjanjian jasa sistem komunikasi tersebut. Perseroan juga
mengadakan perjanjian sistem komunikasi dengan PT Smart Telecom dan PURIMAS.
Utang Bank Jangka Pendek
Dolar Amerika Serikat 2,014 2013 2012 2011
PT Bank Pan Indonesia Tbk 1,679,400 2,437,800 967,000 1,033,752
Indonesia Eximbank - 487,560 145,050 362,720
PT Bank Danamon Indonesia Tbk 620,756 243,780 145,050 -
PT Bank CIMB Niaga Tbk 995,200 365,670 96,700 -
PT Bank Internasional Indonesia Tbk 435,400 580,196 48,350 -
PT Bank Negara Indonesia 497,600 487,560 - 362,720
PT Bank Central Asia Tbk 348,320 - - 291,990
Rabobank International, Cabang
Hong Kong 1,244,000 - - -
PT Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ,
Ltd 610,845 - - -
Jumlah 6,431,521 4,602,566 1,402,150 2,051,182
Suku bunga per tahun dolar
Amerika Serikat
1.84%-3.60% 1.0%-3.8% 2.8%-5% 3.5%-4.5%
Sehingga dari perjanjian jasa system komunikasi tersebut, menimbulkan beban jasa
komunikasi sebesar Rp3.753 dan Rp3792 pada tahun 2011 dan tahun 2014. Namun
pada tahun 2013 beban ini menigkat sebesar Rp8.640 dan di tahun 2014 beban jasa
sebesar Rp9.251. dalam penyajiannya Perseroan menyajikan beban jasa komunikasi ini
sebagai bagian dari beban dalam laporan laba rugi komprehensif.
2. Penelitian dan Pengembangan
Pada tanggal 20 Desember 2012, Perseroan dan TAPIAN, entitas anak,
menandatangani perjanjian atas konsultasi bisnis untuk perdagangan dan analisa
pasar serta strategi kelestarian perusahaan dengan GAI, dengan biaya jasa masing
masing sebesar US$ 250.000 danUS$ 150.000 per kuartal.
Pada tahun 2013, akibat dari perjanjian tersebut, beban jasa profesional sebesar Rp
16.381 dan Rp 19.073 pada tahun 2014 yang disajikan sebagai bagian dari beban umum
dan administrasi dalam laporan laba rugi komprehensif.
BIAYA BUNGA
2014 2013 2012 2011
Aset pajak tangguhan
Entitas anak
Aset tetap 544 47 - -
Liabilitas pajak tangguhan - bersih
Perusahaan
Tanaman perkebunan dan aset
tetap 172,847 153,406 139,592 125,005
Merek dagang - 191 102 253
Cadangan kerugian penurunan
nilai aset lain-lain - - - (34,045)
Bersih 172,847 153,597 139,694 91,213
Entitas anak
Tanaman perkebunan dan aset
tetap 254,997 246,570 235,913 222,401
Jumlah 427,844 400,167 375,607 313,614
2014 2013 2012 2011
Laba sebelum pajak Perusahaan 223,855 103,452 935,361 1,664,208
Beban pajak dengan tarif yang berlaku 55,964 25,863 233,841 121,565
Pengaruh pajak atas perbedaan tetap:
Beban yang tidak dapat dikurangkan 7,050 5,116 9 6,789
Pendapatan yang pajak penghasilannya bersifat
final (3,586) (1,597) (2,319) (2,948)
Penyesuaian atas liabilitas pajak tangguhan (47) (51) - 14
Jumlah beban pajak 487,421 311,424 730,525 601,098
Biaya bunga Perseroan muncul dari kontrak transaksi swap mata uang dan suku
bunga serta kontrak fasilitas transaksi valuta berjangka dengan beberapa bank. Pertukaran
bunga dalam kontrak swap dilakukan setiap triwulan dimulai pada tanggal 3 Oktober 2012
dan akan berakhir pada tanggal 3 Juli 2017. akan berakhir pada tanggal 3 Juli 2017.
Nilai bersih swap suku bunga merupakan pendapatan bunga dari jumlah nosional
Rupiah pada suku bunga 9% per tahun dikurangkan dengan beban bunga dari jumlah
nosional Dolar Amerika Serikat dengan suku bunga berkisar 4,75% sampai dengan 4,9%
per tahun. Beban bunga dari kontrak swap suku bunga pada tahun 2012 sebesar Rp8.215,
kemudian pada tahun 2013 sebesar Rp 13.859, dan pada tahun 2014 sebesar Rp11.716.
PAJAK PENGHASILAN
Laba per saham dasar
2014 2013 2012 2011
Laba yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk 1,474,527 892,505 2,151,528 1,784,724
jumlah rata-rata tertimbang saham
biasa selama tahun berjalan 2,872,193,366 2,872,193,366 2,872,193,366 2,872,193,366
laba per saham dasar 513 311 749 621
Terlihat pada table pengaruh perbedaan temporer pengakuan pajak yang signifikan
antara pelaporan komersial dan fiskal. Perseroan menanggung kewajiban pajak tangguhan
pada tahun 2012 sebesar Rp375,507 dan tidak ada aset pajak tangguhan pada tahun
tersebut. Di tahun 2013 terlihat perusahaan memiliki kewajiban pajak tangguhan sebesar
Rp400,167 dan aset pajak tangguhan sebesar Rp47 yang mana aset pajak tangguhan ini
dimanfaatkan dalam pengurangan beban pajak di tahun 2014 sebagai penyesuaian liabilitas
pajak tangguhan.
LABA PER LEMBAR SAHAM
Perseroan tidak menerbitkan saham baru selama tahun 2011 sampai 2014 sehingga
jumlah rata-rata tertimbang saham biasa dalam empat tahun tersebut tidak mengalami
perubahan. Dari table di atas terlihat bahwa laba per lembar saham terbesar terjadi di tahun
2012 yang dikarenakan laba bersih yang tinggi dan pada tahun tersebut deviden dibagikan
sebesar Rp574,439. Pada tahun 2013 laba per lembar saham mengalami nilai paling rendah
dari keempat tahun tersebut yang dikarenakan laba bersih yang rendah dan pembagian
dividen yang tinggi pada tahun 2013 yaitu dividen dibagikan sebesar Rp3,446,630 atau
Rp1200 per saham. Pada tahun 2014 dikarenakan laba per lembar saham yang rendah
ditahun 2013 Perseroan memiliki kebijakan pada tahun 2014 dividen dibagikan sebesar
Rp14,361 atau Rp5 per saham. Sehingga, menyebabkan laba per lembar saham pada tahun
ini kembali naik menjadi 513 per saham.
Seharusnya Perseroan harus memiliki kebijakan yang konsisten terhadap
pembagian dividen ini, karena jika hanya keputusan pembagian dividen didasarkan kepada
laba pendapatan tahun lalu tanpa mempertimbangkan factor lain seperti terlihat pada
kebijakan pembagian deviden tahun 2013 sebesar Rp1.200 per saham yang dikarenakan
laba tahun 2012 yang tinggi. Sehingga, kebijakan ini berakibat kepada laba rendahnya laba
per saham di tahun 2013.
PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
PT Tunas Lampung Tbk didirikan pada tahun 1973 yang merupakan salah satu
anggota kelompok usaha Sungai Budi yang dibentuk tahun 1974 dan menjadi salah satu
perintis industry pertanian di Indonesia. Perseroan memiliki visi Menjadi produsen Minyak
Goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah
dan ramah lingkungan.
Sejak PT Tunas Baru Lampung mulai beroperasi di Lampung pada awal 1970,
Perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan
termurah. Perseroan juga memasuki pasar yang baru tahun 1996 di Jawa Timur dengan
mengakuisisi sebuah pabrik penyulingan minyak goreng. Perseroan melihatnya sebagai
pintu gerbang memasuki pasar Indonesia Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali, Lombok,
Maluku dan Papua. Sejak akuisisi ini, Perseroan telah meningkatkan efisiensi pabrik
penyulingan Jawa Timur dan memperluas kapasitas produksi di tahun 1999. Perseroan juga
telah meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan membangun pabrik CPO kedua di
Lampung. Dan mengakusisi PT Agro Bumi Mas di tahun 2004 , yang menjadikan
Perseroan memiliki pabrik pengolahan CPO yang ketiga. Pada saat ini Perseroan sedang
membangun pabrik CPO di daerah Bengkulu, Lampung Timur dan Riau.
Sebagai tambahan untuk minyak goreng nabati, Perseroan juga memproduksi,
stearine, minyak sawit, minyak inti sawit dan produk lain seperti sabun cream dan sabun
cuci dengan memanfaatkan asam lemak, sebagai produk sampingan hasil pengolahan CPO.
Sumber minyak goreng Perseroan berasal dari perkebunan sendiri dan saat ini Perseroan
menguasai lebih dari 45.000 Ha lahan di Lampung dan 15.000 Ha di Palembang serta
15.000Ha di Pontianak yang dipergunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit.
PT Tunas Baru Lampung pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta tanggal
14 Februari 2000 dengan saham beredar sebanyak 200.000.000 lembar saham. Pada tahun
2001 Perseroan melakukan stock split. Di tahun 2006 perseroan mengeluarkan
2.508.818.846 saham pada harga Rp 125 Dan di tahun 2010 perseroan melakukan
pengeluaran saham tanpa hak memesan terlebih dahulu. Dan sampai akhir tahun 2014
jumlah saham beredar 5.342.098.939 lembar saham.
2014 2013 2012 2011
PENDAPATAN USAHA 6,337,561 3,705,288 3,805,931 3,731,749
BEBAN POKOK PENJUALAN (5,044,887) (2,755,644) (2,778,192) (2,488,848)
LABA KOTOR 1,292,674 949,644 1,027,739 1,242,901
Beban penjualan (295,487) (289,018) (390,645) (511,361)
Beban umum dan administrasi (201,979) (167,130) (139,000) (117,414)
Kerugian selisih kurs mata uang asing-
bersih
(104,542) (249,926) (91,421) (16,837)
Pendapatan bunga 5,537 18,194 2,701 3,609
Keuntungan (kerugian) penjualan aset
tetap
(715) 131 15 13
Beban bunga dan beban keuangan
lainnya
(206,586) (188,716) (123,138) (91,630)
Lain-lain bersih 73,517 45,892 24,866 30,655
LABA SEBELUM PAJAK 562,419 119,071 311,117 539,936
BEBAN(PENGHASILAN) PAJAK
Kini 93,014 39,290 71,872 100,365
Tangguhan 32,902 (6,768) (4,522) 18,444
Jumlah Beban Pajak 125,916 32,522 67,350 118,809
LABA BERSIH 436,503 86,549 243,767 421,127
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
Rugi yang belum direalisasi atas
perubahan nilai wajar investasi tersedia
untuk dijual (550) (710) 470 557
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 435,953 85,839 244,237 421,684
PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk DAN ENTITAS ANAK
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
(Angka-angka dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)
PENGUKURAN LABA
Laba PT Tunas Baru Lampung Tbk terdiri dari laba operasi dan laba non-operasi.
Komponen laba operasi terdiri dari pendapatan usaha dan beban poko penjualan.
Sedangkan komponen laba non-operasi Perseroan terdiri dari kerugian selisih kurs mata
uang asing dan keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap.
Laba Operasi
Laba operasi Perseroan terdiri dari 2 komponen yaitu komponen pendapatan yang
berasal dari penjualan produk. Komponen yang kedua merupakan komponen beban yang
berasal dari beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban umum dan administrasi.
Pendapatan
Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan CPO baik domestic maupun ekspor.
Terlihat pada grafik pendapatan usaha dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan
dan penurunan yang tidak signifikan tetapi kenaikan pendapatan usaha Perseroan yang
signifikan terjadi di tahun 2014 yang menunjukan kinerja operasi Perseroan yang
memuaskan. Perseroan telah menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku yang mana penjualan local diakui oleh Perseroan pada saat
pengiriman barang kepada pelanggan, sedangkan penjualan ekspor diakui sesuai
persyaratan penjualan.
Pada tahun 2012 pendapatan
usaha Perseroan adalah Rp3,8 triliun
berasal dari penjualan yang mengalami
kenaikan sebesar 2% bila dibandingkan
tahun 2011 sebesar Rp3,7 triliun.
Kontribusi penjualan Perseroan pada
tahun 2012 adalah 55% untuk penjualan ekspor dan 45% untuk penjualan lokal. Kontribusi
penjualan terbesar pada tahun 2012 berasal dari CPO sebesar Rp 1,2 triliun atau 31%
dari total penjualan dan mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun 2011 hal ini terutama
disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata sebesar 7%. Minyak goreng sawit
memberikan kontribusi sebesar 29% dari total penjualan. Sedangkan minyak inti
sawit, stearine dan vetsil sawit masing-masing memberikan kontribusi sebesar 17%, 10%
dan 2%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan
Perseroan memberikan kontribusi sebesar 4% dari total penjualan Perseroan.
Pada tahun 2013, pendapatan Perseroan mengalami penurunan sebesar 2% yaitu
Rp3,7 triliun dibandingkan tahun 2012. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan
harga jual rata-rata sebesar 2% dan volume penjualan sebesar 1% terutama penjualan
minyak goreng. Namun ditahun 2013, kontribusi penjualan Perseroan lebih baik karena
Perseroan dapat meningkatkan persentase penjualan domestic menjadi 48% dan pesentase
penjualan ekspor 52%. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun 2013 berasal dari CPO
sebesar Rp1,2 triliun atau 33% dari total penjualan dan mengalami peningkatan sebesar 4%
dari tahun 2012 hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar
12%. Minyak goreng sawit memberikan kontribusi sebesar 25% dari total penjualan.
Sedangkan minyak inti sawit, sterine dan vetsil sawit masing-masing memberikan
kontribusi sebesar 17%, 10%, dan 3%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari
produk sampingan Perseroan memberikan kontribusi sebesar 5% dari total penjualan
Perseroan.
Selanjutnya di tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan yang sangat pesat
dikarenakan perseroan dapat meningkatkan kenaikan penjualan yang signifikan sebesar
71% yakni sebesar Rp6,3 triliun jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar
Rp3,7 triliun. Kenaikan penjualan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga jual
rata-rata sebesar 31% dan volume penjualan sebesar 30% terutama volume penjualan gula
dan minyak goring. Kontribusi penjualan Perseroan pada tahun 2014 adalah 35% untuk
penjualan ekspor dan 65% untuk penjualan lokal. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun
2014 berasal dari CPO sebesar Rp 1,8 triliun atau 30 % dari total penjualan dan mengalami
peningkatan sebesar 50% dari tahun 2013 ,hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan
volume penjualan sebesar 35%. Minyak goreng sawit memberikan kontribusi sebesar 22%
dari total penjualan. Sedangkan minyak inti sawit, gula, stearine dan vetsil sawit masing -
masing memberikan kontribusi sebesar 16%,13, 10 % dan 2%. Disamping itu, produk
bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan Perseroan memberikan kontribusi sebesar
4% dari total penjualan Perseroan.
Beban
Beban Perseroan terdiri dari kompenen beban pokok penjualan, beban penjualan,
dan beban administrasi.
1. Beban Pokok Penjualan
Beban poko penjualan Perseroan
terdiri dari beban kelapa sawit, buah
nanas, dan tanaman tebu. Beban
pokok penjualan merupakan beban
yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk Perseroan yang
diakui ketika produk di jual.
Pada tahun 2012 beban pokok penjualan mengalami kenaikan menjadi
Rp2,778,192 juta yang dikarenakan adanya penambahan unit bisnis Perseroan yaitu
tanaman buah nanas. Kenudian di tahun 2013 beban pokok penjualan mengalami
penurunan sebesar 0,8% dari sbesar Rp2.77 triliun menjadi Rp2.75 triliun. Dan pada
tahun 2014, beban pokok penjualan mengalami peningkatan sebesar 83% dari sebesar
Rp2.77 triliun menjadi Rp5.04 triliun. Kenaikan beban pokok penjualan ini seiring
dengan kenaikan yang signifikan dari beban pokok penjualan volume gula sementara di
tahun 2013 volume penjualan gula belum terlalu besar. Dan juga kenaikan beban pokok
penjualan di tahun 2014 ini karena peningkatan pembelian bahan baku dan barang jadi
dari pihak ketiga terhadap kelapa sawit dan turunannya yang merupakan proporsi
terbesar yaitu 84% dari total beban pokok penjualan.
2. Beban Penjualan
Biaya penjualan dan pemasaran sebagian besar terdiri dari beban pajak ekspor
Perseroan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan ekspor Perseroan. Sehingga
kenaikan maupun penurunan beban penjualan dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan
tarif pajak ekspor terhadap harga CPO.
Pada tahun 2012, beban penjualan Rp391 miliar lebih rendah dari tahun
sebelumnya Rp511 miliar. Dan beban penjualan tahun 2013 sebesar Rp101 miliar lebih
rendah dari tahun 2012 yang penurunan nilai beban kedua tahun tersebut dipengaruhi
oleh turunnya tarif pajak ekspor. Namun di tahun 2014, terjadi peningkatan beban
penjualan yang tidak terlalu dipengaruhi oleh tarif pajak tapi kenaikan ini dipengaruhi
oleh beban pengangkutan yang lebih tinggi dari tahun 2013.
3. Beban Umum dan Administrasi
Beban umum dan administrasi Perseroan umumnya dipengaruhi oleh kenaikan gaji
dan upah akibat dari kenaikan UMP dan UMR dimasing-masing wilayah kebun dan
pabrik milik Perseroan.
Pada tahun 2012 kenaikan beban umum dan administrasi Perseroan dipengaruhi
oleh beban pembayaran kepada pihak berelasi sebesar 6,43% dan 4,99% dari beban
umum dan administrasi tahun 2012 dan 2011. Di tahun 2013 beban umum dan
administrasi Perseroan mengalami peningkatan sebesar 19% yang sebagian besar
2014 2013 2012 2011
Hargajual 83 291 50 39
Nilaitercatat 798 160 35 26
Keuntungan(kerugian)penjualanaset
tetap (715) 131 15 13
diakibatkan oleh kenaikan gaji dan upah dimasing-masing wilayah kebun dan pabrik
milik Perseroan sebesar 25% dan juga adanya peningkatan beban sewa sebesar 36%
yang disebabkan oleh kenaikan harga sewa ruangan kantor dan juga adanya
penambahan luasan ruangan yang di sewa.
Laba Non-Operasi
Laba non-operasi Perseroan di laporan laba rugi komprehensif terlihat adanya 2
komponen laba non-operasi yaitu kerugian selisih kurs mata uang asing dan
keuntungan(kerugian) penjualan aset tetap.
1. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing
Kerugian kurs mata uang asing terjadi karena adanya transaksi dalam mata uang
asing yang dijabarkan ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs pada tanggal
transaksi sehingga menghasilkan keuntungan atau kerugian selisih kurs yang timbul dari
penyelesaian transaksi.
Pada tahun 2012 dan 2011 kurs konversi dolar Amerika serikat dan Euro yang
menghasilkan rugi selisih kurs sebesar Rp91,421 dan Rp16,837. Di tahun 2013 kurs
konversi Dolar Amerika Serikat, Euro, dan Ringgit Malaysia yang menghasilkan rugi
selisih kurs sebesar Rp249,926. Dan juga di tahun 2014 Perseroan masih mengalami
kerugian dari selisih kurs mata uang asing sebesar Rp104,542.
2. Keuntungan(Kerugian) Penjualan Aset Tetap
Laba non-operasi Perseroan
lainnya dipengaruhi oleh keuntungan
atau kerugian penjualan aset tetap.
Selama tiga tahun dari 2011 sampai
2013 Perseroan selalu mengalami keuntungan dalam penjualan aset tetap. Tetapi tidak
pada tahun 2014, Perseroan mengalami kerugian dalam penjualan aset tetap yang mana
aset tetap terjual sebesar Rp83 juta sementara nilai tercatat aset sebesar Rp798 juta
sehingga menyebabkan kerugian penjualan aset tetap sebesar Rp715.
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan Kontrak
Perseroan dan pembeli menandatangani kontrak sewa tangki, dimana Perseroan
menyewakan kepada Pembeli sebanyak 2 tangki milik Perseroan yang berlokasi di
Lampung dengan kapasitas masing-masing 5.000 metrik ton. Perjanjian ini jatuh tempo
tanggal 3 Juli 2014. Dan Perseroan telah menerima pembayaran sebesar Rp5.400 juta (atau
Rp450 per bulan). Perseroan memiliki kebijakan akuntansi bahwa penerimaan uang muka
atas tangki diakui sebagai pendapatan melalui amortisasi dengan metode garis lurus selama
masa sewa.
BIAYA BUNGA
Biaya bunga perseroan yang dibayarkan untuk pendanaan umumnya berasal dari
pinjaman bank jangka pendek dan jangka panjang baik pinjaman bank dalam negeri
maupun luar negeri. Terlihat Perseroan dalam mendanai kegiatan operasinya lebih besar
menggunakan pembiayaan jangka pendek. Dan perbedaan perubahan tingkat suku bunga
tiap tahunnya mempengaruhi beban biaya bunga yang harus dibayar Perseroan setiap
tahunnya.
Utang Bank Jangka Pendek
2,014 2013 2012 2011
Rupiah
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 208,704 62,636 56,199 67,015
PT Bank UOB Indonesia 151,070 129,523 - 150,000
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 31,453 30,830 27,359 34,497
PT Bank Internasional Indonesia Tbk 23,338 38,824 39,969 -
Jumlah 414,565 261,813 123,527 251,512
Dolar Amerika Serikat
PT Bank CIMB Niaga Tbk 373,200 329,103 - 244,836
PT Bank UOB Indonesia 137,162 - - -
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 119,086 128,448 88,090 99,787
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 89,245 - - -
PT Bank Internasional Indonesia Tbk 81,560 294,061 236,874 154,156
Jumlah 800,253 751,612 324,964 498,779
Jumlah 1,214,818 1,013,425 448,491 750,291
Utang Bank Jangka Panjang
Rupiah
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 318,350 396,036 266,901 201,292
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 254,101 - -
PT Bank National Nobu 1,982 7,771 14,696 13,147
PT Bank Pan Indonesia Tbk - 236 1,231 2,121
PT Bank Jasa Jakarta 259 435 33 219
Jumlah 574,692 404,478 282,861 216,779
Dolar Amerika Serikat
PT Bank Internasional Indonesia Tbk 293,895 374,812 361,416 394,458
PT Bank Mizuho Indonesia - 262,063 - -
PT Bank CIMB Niaga Tbk - 5,925 10,143 14,616
Jumlah 293,895 642,800 371,559 409,074
Jumlah 868,587 1,047,278 654,420 625,853
Rupiah
Suku bunga mengambang 10.75%-12.00% 990%-11.5% 9.50%-10.50%
suku bunga tetap 4.33%-5.80% 4.33%-5.80% 4.33%-5.80%
Dolar Amerika Serikat
Suku bunga mengambang 3.90%-6.50% 2.92%-6.50% 4.50%-6.00%
2014 2013 2012 2011
Aset pajak tangguhan:
Entitas anak 9,024 13,360 13,618 5,918
Jumlah 9,024 13,360 13,618 5,918
Liabilitas pajak tangguhan:
Perusahaan 88,805 69,366 78,735 76,950
Entitas anak 31,095 21,968 19,625 18,233
Jumlah 119,900 91,334 98,360 95,183
2014 2013 2012 2011
Aset pajak tangguhan:
Cadangan kerugian penurunan nilai
persediaan 691 691 691 691
Imbalan kerja jangka panjang 19,889 16,257 13,823 11,533
Cadangan kerugian penurunan nilai
piutang 1,312 1,015 1,012 1,012
Rugi fiskal 10,085 28,859 14,061 5,995
Sewa pembiayaan 7,437 6,053 4,404 988
Jumlah 39,414 52,875 33,991 20,219
Liabilitas pajak tangguhan:
Akumulasi penyusutan aset tetap (150,290) (130,849) (118,733) (109,483)
Liabilitas pajak tangguhan (110,876) (77,974) (84,742) (89,264)
Biaya bunga Perseroan juga berasal dari utang obligasi yang dikeluarkan Perseroan
dengan pembayaran pertama sejak kuartal ke empat di tahun 2012.
PAJAK PENGHASILAN
Perseroan memiliki aset pajak tangguhan yang diakui untuk semua perbedaan
antara nilai tercatat aset dan liabilitas pada laporan keuangan dengan dasar pengenaan
pajak jika besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal akan memadai untuk pemanfaatan
perbedaan temporer yang diakui.
Pada tahun 2011, Perseroan memiliki saldo aset pajak tangguhan sebanyak Rp5,918
yang dan aset pajak yyang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp14,061. Selanjut pada tahun
2012, Perseroan memiliki saldo aset pajak tangguhan sebanyak Rp 13.618 dan aset pajak
yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp Rp 5.995. Pada tahun 2013 memiliki saldo aset
pajak tangguhan yang tidak beda jauh dari tahun 2012 yakni sebanyak Rp13,360 dan aset
pajak tangguhan yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp28,859. Dan pada tahun 2014 saldo
aset pajak tangguhan mengalami penurunan menjadi Rp9,024 dan aset pajak tangguhan
yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp10,085.
LABA PER LEMBAR SAHAM
Laba per lembar saham Perseroan merupakan perhitungan berdasarkan struktur
modal yang kompleks karena setiap tahunnya adanya perubahan modal saham Perseroan
seperti Pada tahun 2011 telah terjadi penerbitan treasury dengan total penarikan 10%
terhadap jumlah saham yang beredar pada tahun tersebut. Dan adanya konversi obligasi.
Serta pada tahun 2011 pembagian dividen tunai kuartal ke dua Rp7.7 per saham yang
menyebabkan laba per saham pada tahun 2011 sebesarRp88.83 per saham dasar.
Pada tahun 2012, dikarenakan adanya treasury stock jumlah rata-rata tertimbang
saham menjadi sebanyak 4,942,098,939 dan pada tahun ini dividen dibagikan dengan nilai
Rp6.5. selanjutnya pada tahun 2013, pembagian dividen dengan nilai RP3 per saham.
Pada tahun 2014, Saham beredar perseroan berkurang dikarenakan Perseroan
mengeluarkan saham treasury pada akhir 2013 sebanyak 0.12% dari saham beredar
Laba per saham dasar 2014 2013 2012 2011
Laba yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham
Perusahaan untuk perhitungan laba
per saham dasar dilusian 433,463 84,390 241,631 419,107
jumlah rata-rata tertimbang saham
untuk perhitungan laba per saham
dasar 4,968,016,747 4,942,098,939 4,942,098,939 5,717,937,961
laba per saham dasar 87.25 17.08 45.19 88.83
menyebabkan ratarata saham beredar tahun 2014 sebanyak 4.968.016.747 dan Dividen
dibagikan sebesar Rp 12 per saham.
KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis aktivitas operasi terhadap PT Sampoerna Agro Tbk, PT
Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk dari
tahun 2011-2014 dapat disimpulkan bahwa ketiga Perseroan tersebut mengalami
penurunan atau kenaikan pendapatan dikarenakan pengaruh dari harga penjualan rata-rata
minyak sawit yang menjadi sumber utama pendapatan ketiga Perseroan. Dan kenaikan
penurunan beban Perseroan dikarenakan perubahan tingkat pajak ekspor CPO yang mana
penjualan keluar negeri dari ketiga Perseroan tersebut.
Dari ketiga Perseroan tersebut telihat PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk lah yang memiliki aktivitas operasi yang baik karena Perseroan ini dapat
mengahasilkan laba per lembar saham antara Rp300 sampai Rp700 per lembar saham. Dan
PT Tunas Baru Lampung Tbk hanya sebesar Rp17 samapai Rp88 per lembar saham.
Sehingga, untuk kedepannya dari ketiga perseroan tersebut yang memiliki prospek
usaha yang menjanjikan adalah PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
dikarenakan kinerja operasi dari manajemen yang baik.
Secara keseluruhan, sector agribisnis di Indonesia sangat menjanjikan karena
banyaknya ketersediaan sumber daya dan lahan untuk perkembangan bisnis ini. Dan juga
komoditas minyak sawit merupakan penyumbang terbesar ekspor bagi Negara Indonesia.
Industri ini juga dianggap sebagai elemen strategis dalam perekonomian Indonesia yang
saat ini merupakan produsen dan Negara pengekspor minyak sawit terbesar di Dunia. Oleh
karena itu, sektor Perkebunan kelapa sawit akan tetap menarik bagi Indonesia karena
memiliki banyak manfaat bagi Negara. Namun, jika pengelolaan aktivitas operasi yang
tidak baik dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada keberlangsungan usaha
maka bisnis di sector ini tidak akan bisa berkembang.

More Related Content

What's hot

Akuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester IIIAkuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester IIIhasril ariel
 
Konsolidasi perubahan kepemilikan
Konsolidasi perubahan kepemilikanKonsolidasi perubahan kepemilikan
Konsolidasi perubahan kepemilikanbaursulaiman
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Adi Jauhari
 
Statistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka IndeksStatistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka IndeksPuja Lestari
 
Merger dan reorganisasi
Merger dan reorganisasiMerger dan reorganisasi
Merger dan reorganisasistiemb
 
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetapMuhamad Jaenudin
 
Akuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAAkuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAMahyuni Bjm
 
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanPembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanCorinna Theodora
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856Sefri Yunita
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPerum Perumnas
 
Investasi Efek Tertentu
Investasi Efek TertentuInvestasi Efek Tertentu
Investasi Efek TertentuHaruna Tiyan
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalMhd. Abdullah Hamid
 

What's hot (20)

Akuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester IIIAkuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester III
 
Perhitungan Persediaan
Perhitungan PersediaanPerhitungan Persediaan
Perhitungan Persediaan
 
Konsolidasi perubahan kepemilikan
Konsolidasi perubahan kepemilikanKonsolidasi perubahan kepemilikan
Konsolidasi perubahan kepemilikan
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
 
Statistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka IndeksStatistik_ Angka Indeks
Statistik_ Angka Indeks
 
Merger dan reorganisasi
Merger dan reorganisasiMerger dan reorganisasi
Merger dan reorganisasi
 
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
 
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
 
Analisis teknikal
Analisis teknikalAnalisis teknikal
Analisis teknikal
 
Akuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAAkuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDA
 
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanPembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
 
Analisis rasio
Analisis rasioAnalisis rasio
Analisis rasio
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
 
Liabilitas SR
Liabilitas  SRLiabilitas  SR
Liabilitas SR
 
Akt manajemen bab 5
Akt manajemen bab 5Akt manajemen bab 5
Akt manajemen bab 5
 
Penilaian saham
Penilaian sahamPenilaian saham
Penilaian saham
 
Investasi Efek Tertentu
Investasi Efek TertentuInvestasi Efek Tertentu
Investasi Efek Tertentu
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internal
 

Similar to Analisis aktivitas operasi sektor agribisnis

Aali pt astra agro lestari tbk annual report 2013 (final)
Aali pt astra agro lestari tbk   annual report 2013 (final)Aali pt astra agro lestari tbk   annual report 2013 (final)
Aali pt astra agro lestari tbk annual report 2013 (final)wanto03
 
Hero Supermarket tbk - Financial Case Study
Hero Supermarket tbk - Financial Case StudyHero Supermarket tbk - Financial Case Study
Hero Supermarket tbk - Financial Case StudyCarter Bing Andika
 
Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1
Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1
Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1Moch Yogie Setiawan
 
Regional economy environment ~ ira kristina l. tobing
Regional economy environment ~ ira kristina l. tobingRegional economy environment ~ ira kristina l. tobing
Regional economy environment ~ ira kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf
2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf
2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdfAkunApasaja
 
Indofarma salah catatkan laporan keuangan
Indofarma salah catatkan laporan keuanganIndofarma salah catatkan laporan keuangan
Indofarma salah catatkan laporan keuanganyugandraa
 
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013Semen Indonesia
 
International political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobingInternational political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
326 1095-1-pb
326 1095-1-pb326 1095-1-pb
326 1095-1-pbmaner b1
 
AR_ciputradev_2013_13mei_final_lores
AR_ciputradev_2013_13mei_final_loresAR_ciputradev_2013_13mei_final_lores
AR_ciputradev_2013_13mei_final_loresEky Mery
 
Social and cultural environment ~ ira kristina l. tobing
Social and cultural environment ~ ira kristina l. tobingSocial and cultural environment ~ ira kristina l. tobing
Social and cultural environment ~ ira kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
Restrukturisasi bisnis.pptx
Restrukturisasi bisnis.pptxRestrukturisasi bisnis.pptx
Restrukturisasi bisnis.pptxJessicaAnggun
 
Demographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobingDemographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
Governmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobingGovernmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
Technology processing environment ira kristina l. tobing
Technology processing environment ira kristina l. tobingTechnology processing environment ira kristina l. tobing
Technology processing environment ira kristina l. tobingIra Kristina Lumban Tobing
 
Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawitMinyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawitelsa pratiwi
 

Similar to Analisis aktivitas operasi sektor agribisnis (20)

Aali pt astra agro lestari tbk annual report 2013 (final)
Aali pt astra agro lestari tbk   annual report 2013 (final)Aali pt astra agro lestari tbk   annual report 2013 (final)
Aali pt astra agro lestari tbk annual report 2013 (final)
 
Hero Supermarket tbk - Financial Case Study
Hero Supermarket tbk - Financial Case StudyHero Supermarket tbk - Financial Case Study
Hero Supermarket tbk - Financial Case Study
 
Economic development ~ ira kristina l. tobing
Economic development ~ ira kristina l. tobingEconomic development ~ ira kristina l. tobing
Economic development ~ ira kristina l. tobing
 
Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1
Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1
Equity Valuation_INDF_Tugas UTS ANSEK Bismillah 1
 
Regional economy environment ~ ira kristina l. tobing
Regional economy environment ~ ira kristina l. tobingRegional economy environment ~ ira kristina l. tobing
Regional economy environment ~ ira kristina l. tobing
 
2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf
2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf
2. Profile Industri Oleokimia 2014.pdf
 
Indofarma salah catatkan laporan keuangan
Indofarma salah catatkan laporan keuanganIndofarma salah catatkan laporan keuangan
Indofarma salah catatkan laporan keuangan
 
D-4.pptx
D-4.pptxD-4.pptx
D-4.pptx
 
Annual report 2012
Annual report 2012Annual report 2012
Annual report 2012
 
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
 
International political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobingInternational political environment ~ ira kristina l. tobing
International political environment ~ ira kristina l. tobing
 
326 1095-1-pb
326 1095-1-pb326 1095-1-pb
326 1095-1-pb
 
Cover 20122013
Cover   20122013Cover   20122013
Cover 20122013
 
AR_ciputradev_2013_13mei_final_lores
AR_ciputradev_2013_13mei_final_loresAR_ciputradev_2013_13mei_final_lores
AR_ciputradev_2013_13mei_final_lores
 
Social and cultural environment ~ ira kristina l. tobing
Social and cultural environment ~ ira kristina l. tobingSocial and cultural environment ~ ira kristina l. tobing
Social and cultural environment ~ ira kristina l. tobing
 
Restrukturisasi bisnis.pptx
Restrukturisasi bisnis.pptxRestrukturisasi bisnis.pptx
Restrukturisasi bisnis.pptx
 
Demographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobingDemographical environment~ira kristina l. tobing
Demographical environment~ira kristina l. tobing
 
Governmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobingGovernmental environment ~ ir kristina l. tobing
Governmental environment ~ ir kristina l. tobing
 
Technology processing environment ira kristina l. tobing
Technology processing environment ira kristina l. tobingTechnology processing environment ira kristina l. tobing
Technology processing environment ira kristina l. tobing
 
Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawitMinyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawit
 

More from Anita DianaS

Analisis laporan keuangan pt buana listya tama tbk
Analisis laporan keuangan pt buana listya tama tbkAnalisis laporan keuangan pt buana listya tama tbk
Analisis laporan keuangan pt buana listya tama tbkAnita DianaS
 
Designing accurate data entry procedure (bab 11)
Designing accurate data entry procedure (bab 11)Designing accurate data entry procedure (bab 11)
Designing accurate data entry procedure (bab 11)Anita DianaS
 
Merancang dan mengelolah jasa
Merancang dan mengelolah jasaMerancang dan mengelolah jasa
Merancang dan mengelolah jasaAnita DianaS
 
Shaping the market offerings
Shaping the market offeringsShaping the market offerings
Shaping the market offeringsAnita DianaS
 
Bussiness plan example
Bussiness plan exampleBussiness plan example
Bussiness plan exampleAnita DianaS
 
Project presentation
Project presentationProject presentation
Project presentationAnita DianaS
 
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaMakalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaAnita DianaS
 
Ilmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarIlmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarAnita DianaS
 

More from Anita DianaS (11)

Analisis laporan keuangan pt buana listya tama tbk
Analisis laporan keuangan pt buana listya tama tbkAnalisis laporan keuangan pt buana listya tama tbk
Analisis laporan keuangan pt buana listya tama tbk
 
Designing accurate data entry procedure (bab 11)
Designing accurate data entry procedure (bab 11)Designing accurate data entry procedure (bab 11)
Designing accurate data entry procedure (bab 11)
 
Merancang dan mengelolah jasa
Merancang dan mengelolah jasaMerancang dan mengelolah jasa
Merancang dan mengelolah jasa
 
Shaping the market offerings
Shaping the market offeringsShaping the market offerings
Shaping the market offerings
 
Bussiness plan example
Bussiness plan exampleBussiness plan example
Bussiness plan example
 
Project presentation
Project presentationProject presentation
Project presentation
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaMakalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
 
Ilmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarIlmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasar
 

Recently uploaded

Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (17)

Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 

Analisis aktivitas operasi sektor agribisnis

  • 1. SEMINAR ANALISIS INFORMASI KEUANGAN “ANALISIS AKTIVITAS OPERASI PT SAMPOERNA AGRO Tbk, PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk, dan PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk TAHUN 2011-2014” OLEH ANITA DIANA SARI 1310531001 DOSEN PEMBIMBING DR. YURNIWATI,SE.,M.S.i.,Ak JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS ANDALAS 2015
  • 2. PT SAMPOERNA AGRO Tbk PT Sampoerna Agro Tbk merupakan Perseroan yang bergerak pada sector agribisnis yaitu bisnis perkebunan kelapa sawit. PT Sampoerna Agro mengembangkan bisnis perkebunan kelapa sawit sejak penanaman perdananya pada tahun 1989 yang kemudian berkembang menjadi agribisnis terdiversifikasi dan terpadu. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dan entitas anak adalah perusahaan perkebunan yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan perkebunan yang terdiversifikasi dan terintegrasi dalam jangka panjang. Bersama 31 entitas anaknya, Perseroan bergerak di bidang perkebunan, dan bisnis utamanya adalah kelapa sawit. Jajaran produk Perseroan terdiri dari produk lini kelapa sawit (CPO dan PK), lini produk inti sawit (Minyak Inti Sawit (PKO) dan Palm Kernel Expeller (PKE)), kecambah sawit dan lini produk non-kelapa sawit (Sagu dan Karet). Di antara produk inti Perseroan, minyak sawit dan inti sawit merupakan kontributor terbesar atau mencapai 95% dari total pendapatan Perseroan. Dahulu bernama PT Selapan Jaya, Sampoerna Agro didirikan pada 1993 untuk mengelola kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan. Perseroan kemudian tercatat sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada 2007. Saat ini area operasional Perseroan berlokasi di Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hingga akhir 2014, usaha perkebunan kelapa sawit Sampoerna Agro telah berkembang lebih dari dua kali lipat dengan total area perkebunan inti melebihi 75.000 hektar. Pada periode yang sama, luas seluruh lahan Perseroan saat ini telah tumbuh lebih dari lima kali lipat menjadi sekitar 420.000 hektar. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan dan kesuksesan Perseroan di masa depan, sekaligus mengurangi risiko ketergantungan pada satu jenis komoditas pertanian, Perseroan telah mendiversifikasikan portofolio tanaman pada usaha perkebunan sagu dan karet.
  • 3. 2014 2013 2012 2011 PENJUALAN 3,242,381,541 2,560,705,943 2,986,236,974 3,142,378,850 BEBAN POKOK PENJUALAN (2,373,804,791) (2,062,598,256) (2,193,271,486) (2,081,566,055) LABA BRUTO 868,576,750 498,107,687 792,965,488 1,060,812,795 Beban penjualan dan pemasaran (91,842,089) (91,658,373) (104,587,218) (146,298,074) Beban umum dan administrasi (234,494,900) (205,702,282) (216,031,453) (199,512,972) Pendapatan lainnya 49,048,977 51,355,674 39,916,119 46,455,457 Beban Lainnya (18,517,839) (15,818,567) (25,665,212) (12,705,276) LABA OPERASI 572,770,899 236,284,139 486,597,724 748,751,930 Biaya keuangan (64,956,978) (64,507,168) (36,730,765) (26,073,858) Pendapatan keuangan 2,547,034 2,038,503 7,376,164 19,797,371 LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN 510,360,955 173,815,474 457,243,123 742,475,443 Beban pajak penghasilan (160,258,888) (53,434,994) (120,954,151) (192,952,836) LABA TAHUN BERJALAN 350,102,067 120,380,480 336,288,972 549,522,607 Pendapatan komprehensif lain - - - - TOTAL LABA KOMPREHENSIF 350,102,067 120,380,480 336,288,972 549,522,607 LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN PT SAMPOERNA AGRO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA ANALISIS AKTIVITAS OPERASI PENGUKURAN LABA Laba merupakan salah satu pengukuran aktivitas operasi. Laba akuntansi (yang dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi akrual, serta dihitung dengan mengakui pendapatan dan mengaitkan biaya dengan pendapatan yang diakui. Pada laporan laba rugi PT Sampoerna Agro Tbk terdapat dua komponen utama laba akuntansi yaitu pendapatan dan beban. Dan dalam penyusunan laporan keuangan ini Perseroan telah mematuhi ketentuan dan persyaratan dalam standar Akuntansi.
  • 4. Laba Operasi Pendapatan Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan minyak sawit mentah dan inti sawit serta kecambah, pendapatan lainnya atas penjualan bibit kelapa sawit, dan juga berasal dari pendapatan keuangan terdiri pendapatan bunga atas penempatan rekening koran dan deposito. Ketiga pendapatan tersebut merupakan pendapatan rutin yang diterima oleh Perseroan setiap tahunnya. Pada laporan laba rugi komprehensif terlihat bahwa pendapatan yang berasal dari penjualan mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut yaitu turun dari tahun 2011 ke tahun 2012, semakin turun di 2013. Dan akhirnya perusahaan dapat mingkatkan penjualan pada tahun 2014. Penjualan produk utama Perseroan yaitu CPO (minyak sait mentah) dan PK (inti sawit). Kedua produk tersebut merupakan penyumbang terbesar terhadap penjualan Perseroan yakni 96%. Penurunan penjualan di tahun 2012 yang hanya sebesar Rp2,986,236,974 atau turun sebesar 5% dari tahun 2011 disebabkan penurunan rata-rata penjualan produk utama Perseroan CPO dan PK. Selama periode 2012, pendapatan CPO turun dari Rp2,63 triliun menjadi Rp Rp2,60 triliun, padahal volume produksi CPO tersebut mengalami peningkatan 2% dari produksi tahun 2011. Tetapi penurunan penjualan CPO ini disebabkan karena harga jual rata-rata turun sebesar 5% dari Rp7.865/kg di tahun 2011 menjadi Rp7.433/kg di tahun 2012. Begitu juga dengan pendapatan dari produk PK juga turun sebesar 29% dari Rp375,69 milyar di 2011 menjadi Rp267,89 milyar di 2012 terutama disebabkan oleh
  • 5. penurunan harga jual rata-rata sebesar 26% dari Rp4.735/kg di 2011 menjadi Rp3.480/kg di 2012, serta penurunan PK ini juga disebabkan karena tingkat volume produk PK menurun 1% dari tahun 2011 yang hanya mampu memproduksi 86,36 ribu ton PK. Dikarenakan penurunan pendapatan penjualan di tahun 2012, maka ditahun 2013 Perseroan terus melancarkan strategi pemasaran yang agresif. Namun demikian, sungguh di sayangkan sekalipun mengupayakan pemasaran yang lebih agresif, penjualan kembali menurun sebesar 14% yakni hanya sebesar Rp2.561 miliar di tahun 2013. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya volume penjualan sebesar 15% dan penurunan harga jual rata-rata minyak sawit 3% yang mana harga jual rata-rata minyak sawit menurun dari Rp7.433/kg pada 2012 menjadi Rp7.220/kg pada 2013. Sebaliknya, harga jual rata- rata PK naik sebesar 2% dari Rp3.480/kg pada 2012 menjadi Rp3,563/kg pada 2013, namun hal ini tidak dapat menghindari penurunan pendapatan di tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan pendapatan penjualan yang signifikan dari 3 tahun sebelumnya. Perseroan mencatat penjualan sebesar Rp3.242.382 juta atau meningkat 26,6% dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp2.560.706 juta. Peningkatan ini disebabkan oleh harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi sepanjang tahun. Produksi CPO mencapai 321.416 ton pada 2014, lebih tinggi sebesar 19% dari 271.206 ton pada 2013. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh profil umur tanaman dan luas area produksi (perkebunan) yang lebih besar dan juga peningkatan ini merupakan hasil dari serangkaian langkah intensifikasi yang dilakukan pada beberapa tahun sebelumnya. Begitu juga dengan produksi PK mencapai 77.432 ton pada 2014, meningkat sebesar 9% dari 70.848 ton pada 2013. Seperti halnya dengan CPO, peningkatan produksi PK disebabkan oleh profil umur tanaman dan luas area produksi (perkebunan) yang lebih besar. Tingkat ekstraksi inti sawit adalah sebesar 5,2%
  • 6. dibandingkan dengan 5,4% pada 2013. Penurunan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya produksi dari pohon kelapa sawit yang lebih muda, yang memiliki ukuran benih yang lebih kecil, sehingga menyebabkan sedikitnya hasil ekstraksi minyak inti. Namun dikarenakan produksi dan harga penjualan rata-rata CPO yang tinggi hal inilah yang menyebabkan pendapatan penjualan meningkat di tahun 2014. Beban Komponen beban Perseroan yaitu berupa beban pokok penjualan dan pemasaran, beban umum dan administrasi, beban lainnya seperti beban untuk pemberian sumbangan kepada Yayasan Putera Sampoerna dan beban klaim mutu, serta beban keuangan yang terdiri dari beban bunga dan provisi fasilitas pinjaman bank. 1. Beban pokok penjualan Beban pokok penjualan merupakan beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk Perseroan yang diakui ketika produk telah dijual. Produk kelapa sawit merupakan proporsi beban terbesar sekitar 97% dari total beban pokok penjualan. Sangat disayangkan beban pokok penjualan di tahun 2012 mengalami peningkatan 5% dari Rp Rp2.08 triliun menjadi Rp2,18 triliun. Peningkatan beban pokok penjualan tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan beban pokok produksi antara lain; beban panen, beban tidak langsung, beban penyusutan dan amortisasi. Pada tahun 2013, beban pokok penjualan turun 6% dari Rp2.193 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp2.063 miliar pada tahun 2013. Penurunan beban pokok penjualan tahun 2013 terutama disebabkan oleh
  • 7. lebih rendahnya volume produksi CPO dan PK selama tahun tersebut, yang mengakibatkan penurunan dalam hal beban pokok yang terkait dengan produksi. Besarnya beban pokok penjualan Perseroan pada 2014 tercatat sebesar Rp2.373.805 juta, meningkat sebesar 15,1% dibandingkan 2013 sebesar Rp2.062.598 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingkat pembelian TBS oleh pihak eksternal yang lebih tinggi. 2. Beban Penjualan dan Pemasaran Biaya penjualan dan pemasaran sebagian besar terdiri dari beban pajak ekspor Perseroan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan ekspor Perseroan. Beban penjualan dan pemasaran menurun 28% dikarenakan penurunan tarif pajak ekspor sebagai dampak dari penurunan harga referensi CPO selama tahun 2012 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, serta adanya penurunan aktifitas ekspor Perseroan dibandingkan tahun sebelumnya.Beban penjualan dan pemasaran menurun 12% dari Rp57 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp22 miliar pada tahun 2013 sebagai dampak dari penurunan beban pajak ekspor, sekalipun terjadi kenaikan pada beban
  • 8. penjualan dan pemasaran lainnya dari Rp48 miliar menjadi Rp70 miliar pada kurun waktu yang sama.Pada 2014, beban penjualan dan pemasaran meningkat sebesar 0,2% dari Rp91.658 juta pada 2013 menjadi Rp91.842 juta pada 2014 akibat biaya logistik yang lebih tinggi 3. Beban Umum dan Administrasi Beban umum dan administrasi terdiri dari beban gaji & upah meningkat 8% pada tahun 2012. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan gaji, upah dan kompensasi karyawan, sewa, asuransi, penelitian dan pengembangan. Pada tahun 2012 Gaji, upah dan kompensasi karyawan meningkat 12% dari Rp130,64 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp145,68 miliar pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan pegawai permanen dari 7.077 karyawan pada tahun 2011 menjadi 9.026 karyawan pada tahun 2012. Proporsi beban ini adalah sebesar 67% dari total beban umum dan administrasi pada tahun 2012. Beban umum dan administrasi turun sebesar 5% dari Rp216 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp206 miliar pada tahun 2013. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya gaji, upah dan kompensasi karyawan sebesar 9% menjadi Rp133 miliar, jasa tenaga ahli sebesar 20% menjadi Rp13 miliar dan beban perjalanan dinas sebesar 14% menjadi Rp12 miliar pada tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 terjadi kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 14% dari tahun 2013. Pada beban umum dan administrasi ini Perseroan memasukan beban sewa kedalam beban operasi padahal pembayaran beban sewa tersebut mengandung unsur bunga sehingga menyebabkan peningkatan beban dan berdampak pada rendahnya laba operasi Perseroan. Pembayaran sewa yang diakui pada beban operasi ini dikarenakan sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dengan demikian, pembayaran sewa diakui pada laba atau rugi
  • 9. dengan dasar garis lurus selama sewa. Beban sewa perusahaan karena Perusahaan Sungai Rangit dan National Sago Prima, entitas anak, masing-masing mengadakan perjanjian sewa dengan PT Sampoerna Land dengan periode sewa dimulai pada tanggal 1April 2010 sampai 31Desember 2013 dan pada tahun 2013 di perpanjang sampai tahun 2017. Laba Operasi Laba operasi tahun 2012 adalah sebesar Rp486,60 miliar, atau menurun sebesar 35% dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan oleh penurunan penjualan dan peningkatan beban pokok penjualan. laba operasi tahun 2013 adalah sebesar Rp236 miliar, atau menurun sebesar 51% dari Rp487 miliar pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan terutama oleh penurunan penjualan pada tahun 2013. Pada 2014, Perseroan memiliki kinerja operasi yang baik karena Perseroan dapat mencapai laba operasi sebesar Rp572.771 juta, meningkat sebesar 142,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp236.284 juta. Peningkatan pada laba operasi melebihi pertumbuhan pada pendapatan karena harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi atas produk-produk utama serta meningkatnya tingkat efisiensi operasi Perseroan. Pendapatan Komprehensif Pendapatan komprehensif Perseroan selama 4 tahun sama dengan laba tahun berjalan pada tahun tersebut dikarenakan Perseroan tidak memiliki pendapatan komprehensif tahun berjalan.
  • 10. PT SAMPOERNA AGRO Tbk ASET TAK BERWUJUD 2014 2013 2012 2011 Perangkat lunak Harga perolehan 15,742,089 11,533,922 7,730,258 - Penambahan 1,876,559 4,208,167 3,803,664 7,730,258 17,618,648 15,742,089 11,533,922 7,730,258 Akumulasi amortisasi (12,792,507) (9,160,705) (5,159,623) (2,369,892) Nilai buku 4,826,141 6,581,384 6,374,299 5,360,366 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil HutanKayu (IUPHHK) Harga perolehan 89,179,788 89,179,788 89,179,788 - Akumulasi amortisasi (2,300,757) (1,358,975) (417,193) - Nilai buku 86,879,031 87,820,813 88,762,595 - PENGAKUAN PENDAPATAN PT Sampoerna Agro Tbk menerima uang muka penjualan yang diterima dari pelanggan sehubungan dengan penjualan minyak kelapa sawit, inti sawit dan kecambah. Saldo uang muka penjualan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing masing sebesar Rp52.330.310 danRp80.206.777. Namun, uang muka ini belum bisa diakui oleh perseroan sampai Perseroan mengirimkan produk ke pelanggan karena pendapatan dari penjualan yang timbul dari pengiriman fisik produk-produk Perseroan baru diakui bila risiko dan manfaat yang signifikan telan dipindahkan kepada pembeli. BEBAN YANG DITANGGUHKAN Beban yang ditangguhkan merupakan biaya yang telah terjadi dan ditangguhkan karena diharapkan manfaatnya dapat dirasakan pada periode mendatang. Beban yang ditangguhakan yang terdapat di Perseroan yaitu beban tangguhan terhadap aset tak berwujud.
  • 11. 1. Beban Perangkat Lunak Perseroan telah memiliki aturan untuk biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan biaya perolehan sistem perangkat lunak yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu (1) tahun, ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama masa manfaatnya, yaitu 4 tahun. Terlihat pada tahun 2011 Perseroan memperoleh system perangkat lunak namun Perseroan masih menangguhkan beban tersebut dengan mengkategorikannya ke akun penambahan perangkat lunak pada saat perangkat lunak itu diperoleh. Kemudian setiap tahunnya Perseroan membebankannya ke akumulasi amortisasi. 2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Biaya dan iuran yang terjadi untuk memperoleh Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), seperti iuran IUPHHK, ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa manfaat masing-masing IUPHHK tersebut dengan menggunakan metode garis lurus selama jangka waktu IUPHHK. Perseroan baru memiliki izin usaha pemanfatan hutan kayu pada tahun 2012 dengan nilai perolehan Rp89,179,788,000 yang menjadi beban tangguhan Perseroan. Aset ini kemudian setiap tahunnya di amortisasi yang diakui menjadi beban berdasarkan amortisasi tersebut.. Kedua beban yang ditangguhkan diatas, Perseroan memasukannya ke dalam beban penyusutan dan amortisasi yang diungkapkan dalam beban pokok penjualan. Perseroan menyajikan akumulasi amortisasi perangkat lunak ke dalam beban penyusutan dan amortisasi dalam beban pokok penjualan merupakan suatu hal yang tidak benar karena perangkat lunak tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan operasinal Perseroan.
  • 12. KOMPENSASI TAMBAHAN UNTUK KARYAWAN PT Sampoerna Agro Tbk sampai tahun 2014 belum memiliki program kompensasi tambahan untuk karyawan maupun manajemen baik itu Program ke Pemilikan Saham oleh karyawan/manajemen (eSoP/mSoP). BIAYA BUNGA Perseroan mencatat biaya bunga dengan menggunakan metode suku bunga efektif (“SBE”), yaitu suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa yang akan datang selama perkiraan umur. Risiko tingkat suku bunga Perseroan terutama timbul dari pinjaman untuk tujuan modal kerja dan investasi. Pinjaman pada berbagai tingkat suku bunga variabel menunjukkan Perseroan kepada nilai wajar risiko tingkat suku bunga. PAJAK PENGHASILAN 2014 2013 2012 2011 Labasebelum beban pajak penghasilan menurut laporan laba rugi komprehensif 510,360,955 173,815,474 457,243,123 742,475,443 Beban pajak penghasilan dihitung berdasarkantarif pajak yang berlaku 127,708,773 43,972,944 114,310,781 185,618,861 Pengaruh pajak atas beda tetap: Pendapatan yangtelah dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final (572,188) (421,969) (1,493,859) (4,896,571) Beban yang tidak dapat dikurangkan 24,876,218 14,418,570 5,811,751 11,910,520 Beda tetap lain-lain (3,493,266) (1,740,824) (1,740,824) (1,740,824) Perubahan penyisihan penilaian 3,600,616 (4,541,630) 3,268,641 2,060,850 Beban pajak penyesuaian periode lalu 8,373,037 2,079,831 - - Penyesuaian atas pajaktangguhan tahun lalu (234,302) (331,928) 797,661 - Beban pajak penghasilan 160,258,888 53,434,994 120,954,151 192,952,836 Cadangan(Beban) untuk Pajak Penghasilan
  • 13. Pada tahun 2012, PT Sampoerna Agro Tbk melaporkan beban pajak sebesar Rp120,954,151. Dari jumlah tersebut Rp120,156,490 mencerminkan total pembayaran pajak untuk tahun fiskal 2012. Sementara itu, kewajiban pajak tangguhan Perseroan pada tahun 2012 sebesar Rp35,277,803 terutama berasal dari aset tak berwujud, tanaman perkebunan dan aset tetap. Dan aset pajak tangguhan sebesar Rp43,430,366 timbul akibat liabilitas imbalan kerja, bibitan, aset tetap, dan rugi fiskal. Tetapi Perseroan tidak mengakui aset pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar Rp63.396.472 karena Perseroan memiliki pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang. Selanjutnya pada tahun 2013, PT Sampoerna Agro Tbk melaporkan beban pajak sebesar Rp53,434,994. Dari jumlah tersebut Rp53,434,994 mencerminkan total pembayaran pajak untuk tahun fiskal 2013. Sementara itu kewajiban pajak tangguhan Perseroan pada tahun 2013 sebesar Rp 32,093,054 tidak jauh beda dengan kewajiban pajak tangguhan tahun 2012. Tetapi aset pajak tangguhan di tahun 2013 jauh lebih besar dari 2014 2013 2012 2011 Aset(liabilitas) pajak tagguhan Rugi fiskal 91,442,897 64,268,123 31,047,549 9,600,015 Liabilitas imbalan kerja 23,440,457 15,879,231 12,382,549 7,523,962 bibitan 2,985,722 3,604,747 6,168,663 4,694,608 aset tetap 1,749,973 2,959,126 3,642,595 2,811,318 tanaman perkebunan (21,497,953) (11,515,456) (9,810,990) (5,961,354) Aset pajak tangguhan 98,121,096 75,195,771 43,430,366 18,668,549 Aset(liabilitas) pajak tagguhan Rugi fiskal - 1,320,222 1,478,445 - Liabilitas imbalan kerja 6,961,926 6,727,812 4,289,933 2,924,806 aset tetap (5,675,552) (6,575,789) (6,870,661) (7,009,732) Tanaman perkebunan (9,912,825) (11,716,664) (11,252,437) (9,044,144) aset tak berwujud- IUPHHK (21,614,333) (21,848,635) (22,923,083) - liabilitas pajak tangguhan (30,240,784) (32,093,054) (35,277,803) (13,129,070) ASET(LIABILITAS) PAJAK TANGGUHAN
  • 14. tahun 2012 yakni sebesar Rp75,195,771 dan kebijakan manajemen perusahaan sama dengan tahun sebelumnya bahwa perusahaan tidak mengakui aset pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar Rp45.020.164 dengan pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang. Dan ditahun 2014, Perseroan memiliki beban pajak yang sangat tinggi sebesar Rp160,258,888 dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp53,434,994. Hal ini disebabkan karena Perseroan memperoleh laba sebelum pajak yang sangat tinggi yakni sebesar Rp510,360,955 sehingga menyebabkan beban pajak juga naik. Walaupun, beban pajak Perseroan tinggi namun kewajiban pajak tangguhan Perseroan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang pada tahun 2014 hanya mencapai Rp30,240784 dan juga aset pajak tangguhan Perseroan mengalai kenaikan yakni sebesar Rp98,121,096 yang disebabkan liabilitas imbalan pajak yang tinggi yakni menjadi Rp23,440,457. Dan pada tahun 2014 manajemen berpendapat bahwa aset pajak tangguhan diperkirakan dapat dipulihkan pada periode mendatang. Sehingga Perseroan tidak mengakui aset pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar Rp49.639.628 dengan pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang. LABA PER LEMBAR SAHAM Perseroan telah menerapkan PSAK No 56 yang mengatur dampak dilutive pada opsi, aran, dan ekuivalen. Laba tahun berjalan per saham dasar dihitung dengan membagi laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan. Rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun 2012 sebesar 1.890.000.000 saham (jumlah
  • 15. = Rp177.84 Maka laba per lembar saham dasar = laba bersih -deviden saham preferen rata-rata tertimbang saham biasa = 336,288,972,000 - 165,000,000 1,890,000,000 1,890,000,000 350,102,067,000 - 28,350,000 Maka laba per lembar saham dasar = = Rp185.22 120,380,480,000 - 85,050,000 1,890,000,000 = Rp63.65 Maka laba per lembar saham dasar = penuh). Perseroan tidak mempunyai saham biasa yang bersifat dilutif pada tanggal 31 Desember2012. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 18 Juni 2012, dividen kas yang dibagikan dari saldo laba per 31 Desember 2011 adalah Rp87,30 (jumlah penuh) per saham sehingga total dividen kas adalah Rp165 juta, yang telah dibayar pada tanggal 20 Juli 2012. Pada tahun 2013, rata-rata tertimbang saham beredar sama dengan tahun sebelumnya. Dividen tunai yang dibagikan dari saldo laba per 31 Desember 2012 adalah Rp45 (angka penuh) per saham sehingga total dividen tunai adalah Rp85.050.000, yang telah dibayar pada tanggal 24 Juli 2013. Di tahun 2014, dividen tunai dari saldo laba per 31 Desember 2013 yang dibagikan adalah Rp15 (angka penuh) per saham sehingga total dividen tunai yang dibagikan adalah Rp28.350.000, yang telah dibayar pada tanggal 24 Juli 2014.
  • 16. Dari ketiga tahun tersebut terlihat bahwa bahwa laba per lembar saham paling tinggi terjadi di tahun 2014 dikarenakan Perseroan mencapai laba yang tinggi di tahun tersebut dan perseroan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
  • 17. PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk didirikan tahun 1962 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (“SMART” atau “Perseroan”) adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia, dengan nilai penjualan bersih sebesar Rp 32,3 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2014. Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (“TBS”) menjadi minyak sawit (“CPO”) dan inti sawit (“PK”), serta pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin dan shortening. Perseroan menanam kebun kelapa sawit di Indonesia seluas sekitar 139.100 hektar, termasuk plasma. 15 pabrik memproses TBS menjadi CPO dan PK, dengan total kapasitas sebesar 4,1 juta ton per tahun. CPO diproses lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah, baik curah, industri maupun bermerek dengan kapasitas 2,6 juta ton per tahun. PK juga diproses lebih lanjut di pabrik pengolahan inti sawit dengan kapasitas 480 ribu ton per tahun, menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil inti sawit yang memiliki nilai lebih tinggi. SMART juga memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis kelapa sawit. Selain minyak curah dan minyak industri, produk turunan SMART juga dipasarkan dengan berbagai merek, seperti Filma dan Kunci Mas. PT SMART Tbk menunjukkan ketahanannya di tahun 2014 dengan pencapaian kinerja yang lebih baik meskipun harga minyak sawit (“CPO”) mengalami tren penurunan selama tahun berjalan. Selama tahun berjalan, laba sebelum bunga, pajak,
  • 18. depresiasi dan amortisasi (“EBITDA”) SMART meningkat sebesar 18% menjadi Rp 2,82 triliun, dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 65% menjadi Rp 1,47 triliun. Kinerja yang kuat ini didukung oleh harga jual rata-rata yang lebih tinggi selama tahun berjalan, serta peningkatan kuantitas penjualan sejalan dengan penambahan kapasitas bisnis hilir. Posisi keuangan perseroan tetap sehat, dengan jumlah aset yang meningkat menjadi Rp 21,29 triliun.
  • 19. 2014 2013 2012 2011 PENJUALAN BERSIH 32,340,665 23,935,214 27,526,306 31,676,219 BEBAN POKOK PENJUALAN (27,648,684) (19,813,935) (21,001,275) (24,154,526) LABA KOTOR 4,691,981 4,121,279 6,525,031 7,521,693 BEBAN USAHA Penjualan (1,463,641) (1,195,853) (2,462,115) (4,712,642) Umum dan Administrasi (1,097,010) (977,511) (801,261) (545,630) Jumlah Beban Usaha (2,560,651) (2,173,364) (3,263,376) (5,258,272) LABA USAHA 2,131,330 1,947,915 3,261,655 2,263,421 PENGHASILAN(BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan Bungan 21,067 11,343 14,907 28,855 Ekuitas pada laba (rugi) bersih entitas asosiasi-bersih 2,997 (1,527) (1,327) 1,099 Rugi selisih kurs-bersih (36,070) (483,568) (80,716) 37,849 Beban bunga dan keuangan lainnya (311,773) (265,313) (267,569) (293,647) Lain-lain-bersih 154,525 (4,654) (44,116) 349,258 Beban lain-lain-Bersih (169,254) (743,719) (378,821) 123,414 LABA SEBELUM PAJAK 1,962,076 1,204,196 2,882,834 2,386,835 BEBAN PAJAK Kini (460,255) (287,673) (668,865) (564,549) Tangguhan (27,166) (23,751) (61,660) (36,549) Jumlah Beban Pajak (487,421) (311,424) (730,525) (601,098) LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 1,474,655 892,772 2,152,309 1,785,737 PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan 1,057 100,207 26,396 4,998 JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 1,475,712 992,979 2,178,705 1,790,735 PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk DAN ENTITAS ANAK Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi (Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) PENGUKURAN LABA Pengukuran laba PT SMART Tbk terdiri dari dua komponen laba operasi yaitu pendapatan dan beban. Kedua komponen tersebut berasal dari aktivitas perusahaan yang masih berlangsung selama perusahaan berdiri. Pendapatan Pendapatan utama PT SMART Tbk berasal dari pendapatan penjualan bersih Perseroan baik berasal dari penjualan domestic maupun penjualan ekspor. Kontribusi penjualan ekspor Perseroan lebih besar dari pada penjualan domestic. Yang mana dengan
  • 20. 2014 2013 2012 2011 Penjualan Domestik Pihak berelasi Produk kelapa sawit 9,072,759 4,896,583 5,011,693 1,036,545 Usaha Lainnya 37,853 30,498 41,526 43,633 Jumlah 9,110,612 4,927,081 5,053,219 1,080,178 Pihak ketiga Produk kelapa sawit 5,806,482 5,052,798 4,516,584 4,106,963 Usaha Lainnya 282,368 216,921 266,191 140,760 Jumlah 6,088,850 5,269,719 4,782,775 4,247,723 Jumlah Penjualan Domestik 15,199,462 10,196,800 9,835,994 5,327,901 Penjualan Ekpor Pihak berelasi Produk kelapa sawit 13,421,471 11,545,015 15,849,750 24,729,075 Pihak ketiga Produk kelapa sawit 2,919,381 1,683,197 1,251,146 809,519 Usaha Lainnya 800,351 510,202 589,416 809,724 Jumlah 3,719,732 2,193,399 1,840,562 1,619,243 Jumlah Penjualan Ekspor 17,141,203 13,738,414 17,690,312 26,348,318 Jumlah Penjualan Bersih 32,340,665 23,935,214 27,526,306 31,676,219 banyaknya penjualan ekspor Perseroan mempengaruhi pendapatan Perseroan sehingga jika harga internasional melemah/menguat terhadap CPO mengakibatkan penjualan turun/naik dan berdampak yang signifikan kepada pendapatan Perseroan. Terlihat ditahun 2012, penjualan bersih Perseroan turun drastis sebesar 13% menjadi Rp27,53 triliun, yang hanya mencapai 81% dari target 2012. Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya harga internasional CPO sebesar 11% selama tahun 2012. Dan di tahun 2013 penjualan bersih menurun kembali sebesar 13% menjadi Rp 23,94 triliun, mencapai 81% dari target tahun 2013, terutama disebabkan oleh melemahnya harga pasar internasional CPO sebesar 17% selama tahun berjalan. Pada tahun 2014, Perseroan dapat mencapai kinerja yang baik karena Perseroan dapat meningkatkan penjualan bersih sebesar 35% menjadi Rp32,24 triliun, melebihi target tahun 2014 sebesar 23%, sebagian besar didukung oleh peningkatan kuantitas penjualan, dan lebih tingginya harga jual rata-rata yang dipengaruhi oleh pelemahan mata uang
  • 21. Rupiah terhadap Dolar AS selama tahun berjalan. Peningkatan kuantitas penjualan merupakan hasil dari bertumbuhnya produksi kebun dan ekspansi kapasitas rafinasi Perseroan. Beban PT SMART Tbk memiliki komponen beban yang terdiri dari beban pokok penjualan dan beban usaha. 1. Beban Pokok Penjualan Beban pokok penjualan PT SMART Tbk terdiri dari bahan baku yang digunakan, beban pengelolaan kebun, beban produksi dan beban tidak langsung lainnya. Selama 3 tahun terakhir beban pokok penjualan mengalami penurunan. Beban pokok penjualan pada tahun 2012 menurun sebesar 13% menjadi Rp 21,00 triliun, sejalan dengan penurunan penjualan bersih. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya volume dan harga pembelian bahan baku. Beban pokok penjualan pada tahun 2013 juga mengalami penurun sebesar 6% menjadi Rp 19,81 triliun yang sejalan dengan penurunan penjualan bersih di mana sebagian diimbangi oleh kenaikan biaya tenaga kerja. Penurunan pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh berkurangnya kuantitas bahan baku yang dibeli. Namun, beban pokok penjualan pada tahun 2014 meningkat sebesar 40% menjadi Rp 27,65 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan bahan baku yang digunakan, sejalan dengan peningkatan penjualan bersih yang diperoleh Perseroan pada tahun tersebut.
  • 22. 2. Beban Usaha Beban usaha PT SMART Tbk terdiri dari beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Beban penjualan terutama terdiri dari pungutan ekspor, beban transportasi dan pengiriman, iklan dan promosi serta gaji, upah dan kesejahteraan karyawan. Beban umum dan administrasi terutama terdiri dari beban gaji, upah dan kesejahteraan karyawan, jasa profesional, perjalanan, pemeliharaan dan perbaikan, sewa, pajak dan perijinan, penyusutan serta alokasi ke jasa pengelolaan dan komisi. Alokasi ke jasa pengelolaan dan komisi ini adalah beban yang terkait dengan penyediaan jasa bagi Perseroan afiliasi seperti jasa penyediaan sumber daya manusia, akuntansi dan pajak, teknologi informasi (perangkat keras dan lunak), penjualan dan pembelian serta jasa-jasa terkait lainnya. Terlihat dari grafik selama empat tahun beban usaha Perseroan mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 dan turun lagi dari tahun 2012 ke tahun 2013. Pada tahun 2012, beban usaha turun signifikan sebesar 38% menjadi Rp3,26 triliun dari tahun sebelumnya yang sangat tinggi yaitu sebesar Rp5,26 triliun di tahun 2011. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban penjualan yang berkurang secara signifikan menjadi Rp2,46 triliun dari Rp4,71 triliun. Penurunan beban penjualan terutama akibat dari turunnya beban bea keluar sebagai dampak dari tarif bea keluar yang lebih rendah seiring dengan melemahnya harga pasar internasional CPO selama tahun berjalan serta menurunnya volume ekspor CPO, di mana tarif bea keluar CPO
  • 23. lebih tinggi daripada tarif untuk produk olahan. Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 801 milyar pada tahun 2012 dari Rp 546 milyar tahun lalu, terutama disebabkan oleh meningkatnya beban gaji, upah dan kesejahteraan karyawan, jasa profesional, perjalanan, pemeliharaan dan perbaikan, sewa, pajak dan ijin serta penyusutan. Selanjutnya pada tahun 2013, beban usaha Perseroan kembali turun secara signifikan sebesar 33% menjadi Rp2,17 triliun dari Rp3,26 triliun pada tahun 2012. Penyebabnya sama dengan tahun sebelumnya yaitu disebabkan oleh beban penjualan yang berkurang menjadi Rp 1,20 triliun dari Rp 2,46 triliun akibat menurunnya beban bea keluaran sebagai dampak dari lebih rendahnya tarif bea keluaran yang berlaku seiring dengan melemahnya harga pasar internasional CPO selama tahun berjalan serta menurunnya kuantitas ekspor CPO, di mana tarif bea keluar CPO lebih tinggi daripada tarif untuk produk olahan. Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 978 milyar pada tahun 2013 dari Rp 801 milyar tahun lalu. Beban penjualan di tahun 2014 berjumlah Rp 1,46 triliun, meningkat dari Rp 1,20 triliun di tahun 2013. Peningkatan beban penjualan terutama disebabkan oleh naiknya ongkos angkut dan pengiriman, beban iklan dan promosi, serta bea keluar. Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 1,10 triliun pada tahun 2014 dari Rp 978 miliar pada tahun lalu. Laba Usaha Pada tahun 2012, direksi telah memiliki strategi yang berfokus pada penjualan produk
  • 24. olahan dengan nilai tambah dilaksakan pada saat yang tepat, dengan memanfaatkan pertumbuhan pasar internasional untuk produk olahan dan kebijakan pemerintah Indonesia yang mendorong ekspor produk olahan. Selain itu, implementasi yang konsisten atas praktek manajemen perkebunan terbaik, ketekunan, serta pengambilan keputusan yang profesional dan tepat waktu, telah membawa SMART pada pertumbuhan laba usaha Perseroan meskipun harga minyak sawit melemah sepanjang tahun berjalan yakni sebesar 44% menjadi Rp3,26 triliun ada tahun 2012, dan meskipun laba kotor menurun menjadi Rp6,53 triliun dari Rp7,52 triliun tahun 2011. Pada tahun 2013, Laba usaha Perseroan menurun menjadi Rp 1,95 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 3,26 triliun pada tahun 2012, disebabkan oleh menurunnya laba kotor yang diimbangi dengan penurunan beban pajak ekspor yang signifikan. Selanjutnya pada tahun 2014, Laba usaha Perseroan meningkat menjadi Rp 2,13 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 1,95 triliun pada tahun 2013, seiring dengan meningkatnya laba kotor, yang diimbangi dengan peningkatan beban usaha. Dengan asumsi harga CPO rata-rata stabil, peningkatan produksi didukung oleh cuaca yang baik dan juga tingkat inflasi di Indonesia maupun nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang stabil. Laba Non-Operasi Laba non operasi merupakan laba yang dipisahkan dari kegiatan yang tidak berhubungan dengan aktivitas operasi Perseroan seperti penjualan dan penghapusan aset tetap yang mana laba/rugi penjualan dan rugi penghapusan aset tetap disajikan sebagai bagian dari penghasilan(beban) lain-lain pada laporan laba rugi konsolidasi Perseroan.
  • 25. 2014 2013 2012 2011 Penjualan Aset tetap Harga jual 24,387 20,624 92,426 12,351 Nilai tercatat 18,632 15,141 93,874 7,380 Laba (rugi) penjualan aset tetap 5,755 5,483 (1,448) 4,971 Penghapusan Aset Tetap Harga perolehan 15,508 26,493 24,080 11,944 Akumulasi penyusutan 11,878 18,356 16,555 9,520 Rugi penghapusan aset tetap 3,630 8,137 7,525 2,424 Terlihat di table penjualan aset tetap selama empat tahun umumnya mengalami laba penjualan kecuali di tahun 2012 mengalami kerugian sebesar Rp1,448 juta yang dikarenakan harga jual aset yang rendah. Laba dari penjualan aset tetap ini di catat dalam pendapatan lain-lain Perseroan. Sebaliknya, penghapusan aset tetap setiap tahunnya mengalami kerugian yang mana kerugian penghapusan aset tetap terjadi di tahun 2013 yang mencapai kerugian sebesar Rp8,137 juta yang dicatat dalam beban lain-lain Perseroan. Pendapatan Komprehensif Pendapatan komprehensif lain Perseroan hanya terdiri dari satu komponen yaitu selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan. Komponen selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan harus dimasukan ketika Perseroan melakukan pengukuran laba ekonomi. Komponen ini relevan untuk penilaian ekuitas karena komponen ini terus terjadi setiap tahunnya walaupun nilainya setiap tahunnya memiliki perbedaan yang signifikan. Yang mana di tahun 2012 selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan naik menjadi sebesar Rp26 miliyar dari Rp5 milyar di tahun 2011. Kemudian selisih kurs ini kembali meningkat menjadi sebesar Rp100 milyar pada tahun 2013 dari tahun 2012. Namun pada tahun 2014, selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan ini menurun tajam menjadi Rp1 milyar dari tahun 2013.
  • 26. PENGAKUAN PENDAPATAN PT SMART Tbk mengakui pendapatan pada saat : - Pendapatan penjualan lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan - Pendapatan penjualan ekspor diakui pada saat barang dikapalkan di pelabuhan pemuatan. - Pendapatan jasa olah diakui pada saat pemberian jasa. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan telah menerima uang muka pembelian dari pihak ketiga untuk kontrak penjualan RBDO, minyak goreng, margarine, fat andshortening (MFS) dan penjualan lainnya sebesar Rp 28.738 dan Rp 41.931di tahun 2011. Kemudian, Pada tanggal 31 Desember 2013, perseroan telah menerima uang muka dari pihak ketiga sebesar Rp 35.562. dan di tahun 2014 perseroan telah menerima Rp 93.864 dari pihak ketiga. Tapi penjualan ini belum bisa diakui oleh perseroan sebelum perseroan menyerahkan produk tersebut kepada pelanggan. BEBAN YANG DITANGGUHKAN 1. Beban Peranti Lunak Perseroan telah melakukan perjanjian jasa system komunikasi satelit dengan PT Global Media Telekomindo. Perjanjian jasa sistem komunikasi meliputi pemberian fasilitas untuk menggunakan peralatan HUB dan pemakaian transponder serta jasa pemeliharaan remote VSAT. Sebagai imbalan, Perseroan wajib membayar jasa komunikasi seperti yang diatur dalam perjanjian jasa sistem komunikasi tersebut. Perseroan juga mengadakan perjanjian sistem komunikasi dengan PT Smart Telecom dan PURIMAS.
  • 27. Utang Bank Jangka Pendek Dolar Amerika Serikat 2,014 2013 2012 2011 PT Bank Pan Indonesia Tbk 1,679,400 2,437,800 967,000 1,033,752 Indonesia Eximbank - 487,560 145,050 362,720 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 620,756 243,780 145,050 - PT Bank CIMB Niaga Tbk 995,200 365,670 96,700 - PT Bank Internasional Indonesia Tbk 435,400 580,196 48,350 - PT Bank Negara Indonesia 497,600 487,560 - 362,720 PT Bank Central Asia Tbk 348,320 - - 291,990 Rabobank International, Cabang Hong Kong 1,244,000 - - - PT Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd 610,845 - - - Jumlah 6,431,521 4,602,566 1,402,150 2,051,182 Suku bunga per tahun dolar Amerika Serikat 1.84%-3.60% 1.0%-3.8% 2.8%-5% 3.5%-4.5% Sehingga dari perjanjian jasa system komunikasi tersebut, menimbulkan beban jasa komunikasi sebesar Rp3.753 dan Rp3792 pada tahun 2011 dan tahun 2014. Namun pada tahun 2013 beban ini menigkat sebesar Rp8.640 dan di tahun 2014 beban jasa sebesar Rp9.251. dalam penyajiannya Perseroan menyajikan beban jasa komunikasi ini sebagai bagian dari beban dalam laporan laba rugi komprehensif. 2. Penelitian dan Pengembangan Pada tanggal 20 Desember 2012, Perseroan dan TAPIAN, entitas anak, menandatangani perjanjian atas konsultasi bisnis untuk perdagangan dan analisa pasar serta strategi kelestarian perusahaan dengan GAI, dengan biaya jasa masing masing sebesar US$ 250.000 danUS$ 150.000 per kuartal. Pada tahun 2013, akibat dari perjanjian tersebut, beban jasa profesional sebesar Rp 16.381 dan Rp 19.073 pada tahun 2014 yang disajikan sebagai bagian dari beban umum dan administrasi dalam laporan laba rugi komprehensif. BIAYA BUNGA
  • 28. 2014 2013 2012 2011 Aset pajak tangguhan Entitas anak Aset tetap 544 47 - - Liabilitas pajak tangguhan - bersih Perusahaan Tanaman perkebunan dan aset tetap 172,847 153,406 139,592 125,005 Merek dagang - 191 102 253 Cadangan kerugian penurunan nilai aset lain-lain - - - (34,045) Bersih 172,847 153,597 139,694 91,213 Entitas anak Tanaman perkebunan dan aset tetap 254,997 246,570 235,913 222,401 Jumlah 427,844 400,167 375,607 313,614 2014 2013 2012 2011 Laba sebelum pajak Perusahaan 223,855 103,452 935,361 1,664,208 Beban pajak dengan tarif yang berlaku 55,964 25,863 233,841 121,565 Pengaruh pajak atas perbedaan tetap: Beban yang tidak dapat dikurangkan 7,050 5,116 9 6,789 Pendapatan yang pajak penghasilannya bersifat final (3,586) (1,597) (2,319) (2,948) Penyesuaian atas liabilitas pajak tangguhan (47) (51) - 14 Jumlah beban pajak 487,421 311,424 730,525 601,098 Biaya bunga Perseroan muncul dari kontrak transaksi swap mata uang dan suku bunga serta kontrak fasilitas transaksi valuta berjangka dengan beberapa bank. Pertukaran bunga dalam kontrak swap dilakukan setiap triwulan dimulai pada tanggal 3 Oktober 2012 dan akan berakhir pada tanggal 3 Juli 2017. akan berakhir pada tanggal 3 Juli 2017. Nilai bersih swap suku bunga merupakan pendapatan bunga dari jumlah nosional Rupiah pada suku bunga 9% per tahun dikurangkan dengan beban bunga dari jumlah nosional Dolar Amerika Serikat dengan suku bunga berkisar 4,75% sampai dengan 4,9% per tahun. Beban bunga dari kontrak swap suku bunga pada tahun 2012 sebesar Rp8.215, kemudian pada tahun 2013 sebesar Rp 13.859, dan pada tahun 2014 sebesar Rp11.716. PAJAK PENGHASILAN
  • 29. Laba per saham dasar 2014 2013 2012 2011 Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk 1,474,527 892,505 2,151,528 1,784,724 jumlah rata-rata tertimbang saham biasa selama tahun berjalan 2,872,193,366 2,872,193,366 2,872,193,366 2,872,193,366 laba per saham dasar 513 311 749 621 Terlihat pada table pengaruh perbedaan temporer pengakuan pajak yang signifikan antara pelaporan komersial dan fiskal. Perseroan menanggung kewajiban pajak tangguhan pada tahun 2012 sebesar Rp375,507 dan tidak ada aset pajak tangguhan pada tahun tersebut. Di tahun 2013 terlihat perusahaan memiliki kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp400,167 dan aset pajak tangguhan sebesar Rp47 yang mana aset pajak tangguhan ini dimanfaatkan dalam pengurangan beban pajak di tahun 2014 sebagai penyesuaian liabilitas pajak tangguhan. LABA PER LEMBAR SAHAM Perseroan tidak menerbitkan saham baru selama tahun 2011 sampai 2014 sehingga jumlah rata-rata tertimbang saham biasa dalam empat tahun tersebut tidak mengalami perubahan. Dari table di atas terlihat bahwa laba per lembar saham terbesar terjadi di tahun 2012 yang dikarenakan laba bersih yang tinggi dan pada tahun tersebut deviden dibagikan sebesar Rp574,439. Pada tahun 2013 laba per lembar saham mengalami nilai paling rendah dari keempat tahun tersebut yang dikarenakan laba bersih yang rendah dan pembagian dividen yang tinggi pada tahun 2013 yaitu dividen dibagikan sebesar Rp3,446,630 atau Rp1200 per saham. Pada tahun 2014 dikarenakan laba per lembar saham yang rendah ditahun 2013 Perseroan memiliki kebijakan pada tahun 2014 dividen dibagikan sebesar Rp14,361 atau Rp5 per saham. Sehingga, menyebabkan laba per lembar saham pada tahun ini kembali naik menjadi 513 per saham.
  • 30. Seharusnya Perseroan harus memiliki kebijakan yang konsisten terhadap pembagian dividen ini, karena jika hanya keputusan pembagian dividen didasarkan kepada laba pendapatan tahun lalu tanpa mempertimbangkan factor lain seperti terlihat pada kebijakan pembagian deviden tahun 2013 sebesar Rp1.200 per saham yang dikarenakan laba tahun 2012 yang tinggi. Sehingga, kebijakan ini berakibat kepada laba rendahnya laba per saham di tahun 2013.
  • 31. PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk PT Tunas Lampung Tbk didirikan pada tahun 1973 yang merupakan salah satu anggota kelompok usaha Sungai Budi yang dibentuk tahun 1974 dan menjadi salah satu perintis industry pertanian di Indonesia. Perseroan memiliki visi Menjadi produsen Minyak Goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah dan ramah lingkungan. Sejak PT Tunas Baru Lampung mulai beroperasi di Lampung pada awal 1970, Perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan termurah. Perseroan juga memasuki pasar yang baru tahun 1996 di Jawa Timur dengan mengakuisisi sebuah pabrik penyulingan minyak goreng. Perseroan melihatnya sebagai pintu gerbang memasuki pasar Indonesia Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali, Lombok, Maluku dan Papua. Sejak akuisisi ini, Perseroan telah meningkatkan efisiensi pabrik penyulingan Jawa Timur dan memperluas kapasitas produksi di tahun 1999. Perseroan juga telah meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan membangun pabrik CPO kedua di Lampung. Dan mengakusisi PT Agro Bumi Mas di tahun 2004 , yang menjadikan Perseroan memiliki pabrik pengolahan CPO yang ketiga. Pada saat ini Perseroan sedang membangun pabrik CPO di daerah Bengkulu, Lampung Timur dan Riau. Sebagai tambahan untuk minyak goreng nabati, Perseroan juga memproduksi, stearine, minyak sawit, minyak inti sawit dan produk lain seperti sabun cream dan sabun cuci dengan memanfaatkan asam lemak, sebagai produk sampingan hasil pengolahan CPO. Sumber minyak goreng Perseroan berasal dari perkebunan sendiri dan saat ini Perseroan menguasai lebih dari 45.000 Ha lahan di Lampung dan 15.000 Ha di Palembang serta 15.000Ha di Pontianak yang dipergunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit.
  • 32. PT Tunas Baru Lampung pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta tanggal 14 Februari 2000 dengan saham beredar sebanyak 200.000.000 lembar saham. Pada tahun 2001 Perseroan melakukan stock split. Di tahun 2006 perseroan mengeluarkan 2.508.818.846 saham pada harga Rp 125 Dan di tahun 2010 perseroan melakukan pengeluaran saham tanpa hak memesan terlebih dahulu. Dan sampai akhir tahun 2014 jumlah saham beredar 5.342.098.939 lembar saham.
  • 33. 2014 2013 2012 2011 PENDAPATAN USAHA 6,337,561 3,705,288 3,805,931 3,731,749 BEBAN POKOK PENJUALAN (5,044,887) (2,755,644) (2,778,192) (2,488,848) LABA KOTOR 1,292,674 949,644 1,027,739 1,242,901 Beban penjualan (295,487) (289,018) (390,645) (511,361) Beban umum dan administrasi (201,979) (167,130) (139,000) (117,414) Kerugian selisih kurs mata uang asing- bersih (104,542) (249,926) (91,421) (16,837) Pendapatan bunga 5,537 18,194 2,701 3,609 Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap (715) 131 15 13 Beban bunga dan beban keuangan lainnya (206,586) (188,716) (123,138) (91,630) Lain-lain bersih 73,517 45,892 24,866 30,655 LABA SEBELUM PAJAK 562,419 119,071 311,117 539,936 BEBAN(PENGHASILAN) PAJAK Kini 93,014 39,290 71,872 100,365 Tangguhan 32,902 (6,768) (4,522) 18,444 Jumlah Beban Pajak 125,916 32,522 67,350 118,809 LABA BERSIH 436,503 86,549 243,767 421,127 PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN Rugi yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual (550) (710) 470 557 JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 435,953 85,839 244,237 421,684 PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk DAN ENTITAS ANAK Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi (Angka-angka dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain) PENGUKURAN LABA Laba PT Tunas Baru Lampung Tbk terdiri dari laba operasi dan laba non-operasi. Komponen laba operasi terdiri dari pendapatan usaha dan beban poko penjualan. Sedangkan komponen laba non-operasi Perseroan terdiri dari kerugian selisih kurs mata uang asing dan keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap.
  • 34. Laba Operasi Laba operasi Perseroan terdiri dari 2 komponen yaitu komponen pendapatan yang berasal dari penjualan produk. Komponen yang kedua merupakan komponen beban yang berasal dari beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban umum dan administrasi. Pendapatan Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan CPO baik domestic maupun ekspor. Terlihat pada grafik pendapatan usaha dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak signifikan tetapi kenaikan pendapatan usaha Perseroan yang signifikan terjadi di tahun 2014 yang menunjukan kinerja operasi Perseroan yang memuaskan. Perseroan telah menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yang mana penjualan local diakui oleh Perseroan pada saat pengiriman barang kepada pelanggan, sedangkan penjualan ekspor diakui sesuai persyaratan penjualan. Pada tahun 2012 pendapatan usaha Perseroan adalah Rp3,8 triliun berasal dari penjualan yang mengalami kenaikan sebesar 2% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp3,7 triliun. Kontribusi penjualan Perseroan pada tahun 2012 adalah 55% untuk penjualan ekspor dan 45% untuk penjualan lokal. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun 2012 berasal dari CPO sebesar Rp 1,2 triliun atau 31% dari total penjualan dan mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun 2011 hal ini terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata sebesar 7%. Minyak goreng sawit
  • 35. memberikan kontribusi sebesar 29% dari total penjualan. Sedangkan minyak inti sawit, stearine dan vetsil sawit masing-masing memberikan kontribusi sebesar 17%, 10% dan 2%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan Perseroan memberikan kontribusi sebesar 4% dari total penjualan Perseroan. Pada tahun 2013, pendapatan Perseroan mengalami penurunan sebesar 2% yaitu Rp3,7 triliun dibandingkan tahun 2012. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata sebesar 2% dan volume penjualan sebesar 1% terutama penjualan minyak goreng. Namun ditahun 2013, kontribusi penjualan Perseroan lebih baik karena Perseroan dapat meningkatkan persentase penjualan domestic menjadi 48% dan pesentase penjualan ekspor 52%. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun 2013 berasal dari CPO sebesar Rp1,2 triliun atau 33% dari total penjualan dan mengalami peningkatan sebesar 4% dari tahun 2012 hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 12%. Minyak goreng sawit memberikan kontribusi sebesar 25% dari total penjualan. Sedangkan minyak inti sawit, sterine dan vetsil sawit masing-masing memberikan kontribusi sebesar 17%, 10%, dan 3%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan Perseroan memberikan kontribusi sebesar 5% dari total penjualan Perseroan. Selanjutnya di tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan yang sangat pesat dikarenakan perseroan dapat meningkatkan kenaikan penjualan yang signifikan sebesar 71% yakni sebesar Rp6,3 triliun jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp3,7 triliun. Kenaikan penjualan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata sebesar 31% dan volume penjualan sebesar 30% terutama volume penjualan gula dan minyak goring. Kontribusi penjualan Perseroan pada tahun 2014 adalah 35% untuk penjualan ekspor dan 65% untuk penjualan lokal. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun
  • 36. 2014 berasal dari CPO sebesar Rp 1,8 triliun atau 30 % dari total penjualan dan mengalami peningkatan sebesar 50% dari tahun 2013 ,hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 35%. Minyak goreng sawit memberikan kontribusi sebesar 22% dari total penjualan. Sedangkan minyak inti sawit, gula, stearine dan vetsil sawit masing - masing memberikan kontribusi sebesar 16%,13, 10 % dan 2%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan Perseroan memberikan kontribusi sebesar 4% dari total penjualan Perseroan. Beban Beban Perseroan terdiri dari kompenen beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban administrasi. 1. Beban Pokok Penjualan Beban poko penjualan Perseroan terdiri dari beban kelapa sawit, buah nanas, dan tanaman tebu. Beban pokok penjualan merupakan beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk Perseroan yang diakui ketika produk di jual. Pada tahun 2012 beban pokok penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp2,778,192 juta yang dikarenakan adanya penambahan unit bisnis Perseroan yaitu tanaman buah nanas. Kenudian di tahun 2013 beban pokok penjualan mengalami penurunan sebesar 0,8% dari sbesar Rp2.77 triliun menjadi Rp2.75 triliun. Dan pada tahun 2014, beban pokok penjualan mengalami peningkatan sebesar 83% dari sebesar
  • 37. Rp2.77 triliun menjadi Rp5.04 triliun. Kenaikan beban pokok penjualan ini seiring dengan kenaikan yang signifikan dari beban pokok penjualan volume gula sementara di tahun 2013 volume penjualan gula belum terlalu besar. Dan juga kenaikan beban pokok penjualan di tahun 2014 ini karena peningkatan pembelian bahan baku dan barang jadi dari pihak ketiga terhadap kelapa sawit dan turunannya yang merupakan proporsi terbesar yaitu 84% dari total beban pokok penjualan. 2. Beban Penjualan Biaya penjualan dan pemasaran sebagian besar terdiri dari beban pajak ekspor Perseroan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan ekspor Perseroan. Sehingga kenaikan maupun penurunan beban penjualan dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan tarif pajak ekspor terhadap harga CPO. Pada tahun 2012, beban penjualan Rp391 miliar lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp511 miliar. Dan beban penjualan tahun 2013 sebesar Rp101 miliar lebih rendah dari tahun 2012 yang penurunan nilai beban kedua tahun tersebut dipengaruhi oleh turunnya tarif pajak ekspor. Namun di tahun 2014, terjadi peningkatan beban penjualan yang tidak terlalu dipengaruhi oleh tarif pajak tapi kenaikan ini dipengaruhi oleh beban pengangkutan yang lebih tinggi dari tahun 2013. 3. Beban Umum dan Administrasi Beban umum dan administrasi Perseroan umumnya dipengaruhi oleh kenaikan gaji dan upah akibat dari kenaikan UMP dan UMR dimasing-masing wilayah kebun dan pabrik milik Perseroan. Pada tahun 2012 kenaikan beban umum dan administrasi Perseroan dipengaruhi oleh beban pembayaran kepada pihak berelasi sebesar 6,43% dan 4,99% dari beban umum dan administrasi tahun 2012 dan 2011. Di tahun 2013 beban umum dan administrasi Perseroan mengalami peningkatan sebesar 19% yang sebagian besar
  • 38. 2014 2013 2012 2011 Hargajual 83 291 50 39 Nilaitercatat 798 160 35 26 Keuntungan(kerugian)penjualanaset tetap (715) 131 15 13 diakibatkan oleh kenaikan gaji dan upah dimasing-masing wilayah kebun dan pabrik milik Perseroan sebesar 25% dan juga adanya peningkatan beban sewa sebesar 36% yang disebabkan oleh kenaikan harga sewa ruangan kantor dan juga adanya penambahan luasan ruangan yang di sewa. Laba Non-Operasi Laba non-operasi Perseroan di laporan laba rugi komprehensif terlihat adanya 2 komponen laba non-operasi yaitu kerugian selisih kurs mata uang asing dan keuntungan(kerugian) penjualan aset tetap. 1. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing Kerugian kurs mata uang asing terjadi karena adanya transaksi dalam mata uang asing yang dijabarkan ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs pada tanggal transaksi sehingga menghasilkan keuntungan atau kerugian selisih kurs yang timbul dari penyelesaian transaksi. Pada tahun 2012 dan 2011 kurs konversi dolar Amerika serikat dan Euro yang menghasilkan rugi selisih kurs sebesar Rp91,421 dan Rp16,837. Di tahun 2013 kurs konversi Dolar Amerika Serikat, Euro, dan Ringgit Malaysia yang menghasilkan rugi selisih kurs sebesar Rp249,926. Dan juga di tahun 2014 Perseroan masih mengalami kerugian dari selisih kurs mata uang asing sebesar Rp104,542. 2. Keuntungan(Kerugian) Penjualan Aset Tetap Laba non-operasi Perseroan lainnya dipengaruhi oleh keuntungan atau kerugian penjualan aset tetap. Selama tiga tahun dari 2011 sampai
  • 39. 2013 Perseroan selalu mengalami keuntungan dalam penjualan aset tetap. Tetapi tidak pada tahun 2014, Perseroan mengalami kerugian dalam penjualan aset tetap yang mana aset tetap terjual sebesar Rp83 juta sementara nilai tercatat aset sebesar Rp798 juta sehingga menyebabkan kerugian penjualan aset tetap sebesar Rp715. PENGAKUAN PENDAPATAN Pendapatan Kontrak Perseroan dan pembeli menandatangani kontrak sewa tangki, dimana Perseroan menyewakan kepada Pembeli sebanyak 2 tangki milik Perseroan yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas masing-masing 5.000 metrik ton. Perjanjian ini jatuh tempo tanggal 3 Juli 2014. Dan Perseroan telah menerima pembayaran sebesar Rp5.400 juta (atau Rp450 per bulan). Perseroan memiliki kebijakan akuntansi bahwa penerimaan uang muka atas tangki diakui sebagai pendapatan melalui amortisasi dengan metode garis lurus selama masa sewa.
  • 40. BIAYA BUNGA Biaya bunga perseroan yang dibayarkan untuk pendanaan umumnya berasal dari pinjaman bank jangka pendek dan jangka panjang baik pinjaman bank dalam negeri maupun luar negeri. Terlihat Perseroan dalam mendanai kegiatan operasinya lebih besar menggunakan pembiayaan jangka pendek. Dan perbedaan perubahan tingkat suku bunga tiap tahunnya mempengaruhi beban biaya bunga yang harus dibayar Perseroan setiap tahunnya. Utang Bank Jangka Pendek 2,014 2013 2012 2011 Rupiah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 208,704 62,636 56,199 67,015 PT Bank UOB Indonesia 151,070 129,523 - 150,000 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 31,453 30,830 27,359 34,497 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 23,338 38,824 39,969 - Jumlah 414,565 261,813 123,527 251,512 Dolar Amerika Serikat PT Bank CIMB Niaga Tbk 373,200 329,103 - 244,836 PT Bank UOB Indonesia 137,162 - - - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 119,086 128,448 88,090 99,787 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 89,245 - - - PT Bank Internasional Indonesia Tbk 81,560 294,061 236,874 154,156 Jumlah 800,253 751,612 324,964 498,779 Jumlah 1,214,818 1,013,425 448,491 750,291 Utang Bank Jangka Panjang Rupiah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 318,350 396,036 266,901 201,292 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 254,101 - - PT Bank National Nobu 1,982 7,771 14,696 13,147 PT Bank Pan Indonesia Tbk - 236 1,231 2,121 PT Bank Jasa Jakarta 259 435 33 219 Jumlah 574,692 404,478 282,861 216,779 Dolar Amerika Serikat PT Bank Internasional Indonesia Tbk 293,895 374,812 361,416 394,458 PT Bank Mizuho Indonesia - 262,063 - - PT Bank CIMB Niaga Tbk - 5,925 10,143 14,616 Jumlah 293,895 642,800 371,559 409,074 Jumlah 868,587 1,047,278 654,420 625,853 Rupiah Suku bunga mengambang 10.75%-12.00% 990%-11.5% 9.50%-10.50% suku bunga tetap 4.33%-5.80% 4.33%-5.80% 4.33%-5.80% Dolar Amerika Serikat Suku bunga mengambang 3.90%-6.50% 2.92%-6.50% 4.50%-6.00%
  • 41. 2014 2013 2012 2011 Aset pajak tangguhan: Entitas anak 9,024 13,360 13,618 5,918 Jumlah 9,024 13,360 13,618 5,918 Liabilitas pajak tangguhan: Perusahaan 88,805 69,366 78,735 76,950 Entitas anak 31,095 21,968 19,625 18,233 Jumlah 119,900 91,334 98,360 95,183 2014 2013 2012 2011 Aset pajak tangguhan: Cadangan kerugian penurunan nilai persediaan 691 691 691 691 Imbalan kerja jangka panjang 19,889 16,257 13,823 11,533 Cadangan kerugian penurunan nilai piutang 1,312 1,015 1,012 1,012 Rugi fiskal 10,085 28,859 14,061 5,995 Sewa pembiayaan 7,437 6,053 4,404 988 Jumlah 39,414 52,875 33,991 20,219 Liabilitas pajak tangguhan: Akumulasi penyusutan aset tetap (150,290) (130,849) (118,733) (109,483) Liabilitas pajak tangguhan (110,876) (77,974) (84,742) (89,264) Biaya bunga Perseroan juga berasal dari utang obligasi yang dikeluarkan Perseroan dengan pembayaran pertama sejak kuartal ke empat di tahun 2012. PAJAK PENGHASILAN Perseroan memiliki aset pajak tangguhan yang diakui untuk semua perbedaan antara nilai tercatat aset dan liabilitas pada laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak jika besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal akan memadai untuk pemanfaatan perbedaan temporer yang diakui. Pada tahun 2011, Perseroan memiliki saldo aset pajak tangguhan sebanyak Rp5,918 yang dan aset pajak yyang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp14,061. Selanjut pada tahun 2012, Perseroan memiliki saldo aset pajak tangguhan sebanyak Rp 13.618 dan aset pajak
  • 42. yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp Rp 5.995. Pada tahun 2013 memiliki saldo aset pajak tangguhan yang tidak beda jauh dari tahun 2012 yakni sebanyak Rp13,360 dan aset pajak tangguhan yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp28,859. Dan pada tahun 2014 saldo aset pajak tangguhan mengalami penurunan menjadi Rp9,024 dan aset pajak tangguhan yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp10,085. LABA PER LEMBAR SAHAM Laba per lembar saham Perseroan merupakan perhitungan berdasarkan struktur modal yang kompleks karena setiap tahunnya adanya perubahan modal saham Perseroan seperti Pada tahun 2011 telah terjadi penerbitan treasury dengan total penarikan 10% terhadap jumlah saham yang beredar pada tahun tersebut. Dan adanya konversi obligasi. Serta pada tahun 2011 pembagian dividen tunai kuartal ke dua Rp7.7 per saham yang menyebabkan laba per saham pada tahun 2011 sebesarRp88.83 per saham dasar. Pada tahun 2012, dikarenakan adanya treasury stock jumlah rata-rata tertimbang saham menjadi sebanyak 4,942,098,939 dan pada tahun ini dividen dibagikan dengan nilai Rp6.5. selanjutnya pada tahun 2013, pembagian dividen dengan nilai RP3 per saham. Pada tahun 2014, Saham beredar perseroan berkurang dikarenakan Perseroan mengeluarkan saham treasury pada akhir 2013 sebanyak 0.12% dari saham beredar Laba per saham dasar 2014 2013 2012 2011 Laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham Perusahaan untuk perhitungan laba per saham dasar dilusian 433,463 84,390 241,631 419,107 jumlah rata-rata tertimbang saham untuk perhitungan laba per saham dasar 4,968,016,747 4,942,098,939 4,942,098,939 5,717,937,961 laba per saham dasar 87.25 17.08 45.19 88.83
  • 43. menyebabkan ratarata saham beredar tahun 2014 sebanyak 4.968.016.747 dan Dividen dibagikan sebesar Rp 12 per saham.
  • 44. KESIMPULAN Setelah melakukan analisis aktivitas operasi terhadap PT Sampoerna Agro Tbk, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk dari tahun 2011-2014 dapat disimpulkan bahwa ketiga Perseroan tersebut mengalami penurunan atau kenaikan pendapatan dikarenakan pengaruh dari harga penjualan rata-rata minyak sawit yang menjadi sumber utama pendapatan ketiga Perseroan. Dan kenaikan penurunan beban Perseroan dikarenakan perubahan tingkat pajak ekspor CPO yang mana penjualan keluar negeri dari ketiga Perseroan tersebut. Dari ketiga Perseroan tersebut telihat PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk lah yang memiliki aktivitas operasi yang baik karena Perseroan ini dapat mengahasilkan laba per lembar saham antara Rp300 sampai Rp700 per lembar saham. Dan PT Tunas Baru Lampung Tbk hanya sebesar Rp17 samapai Rp88 per lembar saham. Sehingga, untuk kedepannya dari ketiga perseroan tersebut yang memiliki prospek usaha yang menjanjikan adalah PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk dikarenakan kinerja operasi dari manajemen yang baik. Secara keseluruhan, sector agribisnis di Indonesia sangat menjanjikan karena banyaknya ketersediaan sumber daya dan lahan untuk perkembangan bisnis ini. Dan juga komoditas minyak sawit merupakan penyumbang terbesar ekspor bagi Negara Indonesia. Industri ini juga dianggap sebagai elemen strategis dalam perekonomian Indonesia yang saat ini merupakan produsen dan Negara pengekspor minyak sawit terbesar di Dunia. Oleh karena itu, sektor Perkebunan kelapa sawit akan tetap menarik bagi Indonesia karena
  • 45. memiliki banyak manfaat bagi Negara. Namun, jika pengelolaan aktivitas operasi yang tidak baik dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada keberlangsungan usaha maka bisnis di sector ini tidak akan bisa berkembang.