(1) Dokumen tersebut membahas proses pembibitan tanaman karet di Balai Penelitian Getas, Salatiga, termasuk persiapan lahan, pembibitan, okulasi, penyadapan, dan hama penyakit tanaman karet. (2) Proses pembibitan dimulai dari persiapan media tanam, persemaian, okulasi, dan pemeliharaan bibit hingga siap untuk ditanam di lapangan. (3) Balai Penelitian Getas berperan dalam pengembangan b
1. Nama : Patmi Sera Wahyuni
NIM : 07/253031/PN/11016
Prodi : Agronomi
Dosen Pembimbing : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.
2. • Karet sebagai penghasil devisa Indonesia
• Peningkatan Prod. Karet Nasional & harga karet alam di Pasar
Dunia
• Luas areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,3 juta ha
• Permasalahan prod. Rata2 karet Indonesia masih rendah
• Penggunaan bahan tanam klonal yg rendah
• Pembibitan mjd sangat penting
4. TUJUAN KHUSUS
Mempelajari secara langsung
budidaya tanaman karet
khususnya proses pembibitan
tanaman karet di Balai Penelitian
Getas, Salatiga, Jawa Tengah.
5. Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell.
Arg) adalah tanaman getah-getahan.
Dinamakan demikian karena golongan ini
mempunyai jaringan tanaman yang
banyak mengandung getah (lateks) dan
getah tersebut mengalir keluar apabila
jaringan tanaman terlukai (Nafsi, 2008).
6. Waktu pelaksanaan KL dilakukan
pada tanggal 1 Juli – 29 Juli 2011,
di Balai Penelitian Getas,
Salatiga, Jawa Tengah.
Metode yang digunakan :
wawancara dan praktek langsung
dilapangan
7. BALIT Getas didirikan tgl 1 Januari 1964 dgn
nama Rubber Research Centre Merbuh di
Merbuh
Tgl 10-12-1964 namanya diganti menjadi
Rubber Research Centre Getas (RRC
Getas).
8. 28 -08-1968 : RRC Getas diserahkan kepada PNP
1997: Rubber Research Centre Getas berubah menjadi
Research Centre Getas (RC Getas).
24-11-1987: Research Center Getas bergabung dalam AP3I
namanya berubah menjadi Pusat Penelitian Perkebunan
Getas (Puslitbun Getas).
24-12-1992 : 5 Puslitbun termasuk Getas disatukan dalam
satu wadah Pusat Penelitian Karet berpusat di bekas
Puslitbun Sungei Putih, Medan. Puslitbun Getas berubah
nama menjadi Balai Penelitian Getas.
10. Balit Getas terletak di ketinggian 400 m dpl terbagi
beberapa bagian/afdeling (200-600 m dpl).
Iklim : daerah humid
tanah yang berwarna coklat
Curah hujan yang dimiliki sekitar 2524 mm/th
memiliki bulan kering (bulan Juni-September).
11.
12. Berperan aktif dalam
mewujudkan usaha agribisnis
karet nasional yang berdaya saing
tinggi, mensejahterakan,
berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
14. (1)pemasangan ajir (patok) induk sesuai jarak terlebar misal 5 m, 6 m
atau 7 m tergantung pola jarak tanam,
(2)ajir biasa dipasang untuk titik tanam searah garis kontur memakai
water pas atau segitiga berbandul (ondol – ondol) dengan jarak setiap
3 m sesuai pola,
(3)jika jarak antara dua calon teras melebihi jarak yang ditentukan,
dibuat anakan teras dengan jarak antar teras minimal 4 m,
(4)tanah lapisan atas diusahakan tetap berada di permukaan teras dan
permukaan teras dibuat miring ke dalam,
(5)lebar permukaan teras bervariasi antara 1,5 m sampai 2,5 m
tergantung kemiringan permukaan tanah.
Panjang teras optimum sekitar 500 m, semakin pendek teras semakin
baik. lalu dibuat lubang tanam, ukuran lubang 60 cm x 60 cm x 60
cm.
15. Karung berisi benih karet Benih karet dibedakan berdasarukuran
Alat sortasi benih
Metode lenting
17. Bedeng Perkecambahan
Persyaratan:
Kayu Penyangga
kayu lebar 1 – 1,20 m; dengan
panjang sesuaikan dgn lahan (±
2 m).
Media yang digunakan:
Pasir
Sebuk gergaji
Ketebalan media 7-10 cm
Atap (Paranet atau daun kelapa)
Tiang (Ukuran tiang 90 cm
untuk bagian barat, bagian timur
dengan ukuran 125 cm).
Penyusunan Benih
Penyiraman
27. Kesesuaian ba & bb untuk
menyatu dlm pertautan
okulasi sehingga tdk
mengganggu fungsi xylem
dan phloem
Makin dekat hubungan
kerabat ba & bb,
kompatibilitas makin baik
Tidak semua biji karet
cocok untuk bb
Tingkat kompatibilitas
ditandai dg % okulasi jadi,
kaki gajah, pertumbuhan
Inkompatibelkompatibel
30. Kriteria Matang Sadap
1. Matang sadap pohon
• Umur tanaman : 5 - 6 tahun
• Lilit batang telah mencapai
45 cm diukur setinggi 1 m
dari pertautan okulasi.
2. Matang sadap kebun
Jumlah tanaman (per hanca)
yang sudah matang sadap
pohon = 60 %.
31. Persiapan Buka Sadap
1. Penggambaran bidang sadap
• Tinggi bukaan sadap = 130 cm
BO-1
130 cm dpo
Tinggi bukaan sadap susulan disesuaikan dengan tinggi rata-
rata pohon yang sudah disadap.
32. • Arah = kiri atas ke kanan bawah tegak lurus terhadap pembuluh lateks
(Sudut kemiringan pembuluh lateks = 3,7o).
• Sudut kemiringan irisan sadap = 30-40o
• Panjang irisan sadap = ½ S.
30 - 40o
BO-1
130 cm dpo
33. 3. Letak bidang sadap
Sesuai dengan arah gerak
(jalan) penyadap sewaktu
melakukan penyadapan.
Pemasangan talang dan
mangkuk sadap, 10-15 cm di
bawah ujung irisan sadap
terendah. Sedangkan
mangkuk sadap dipasang
pada jarak 10-15 cm di bawah
talang sadap.
34. Pelaksanaan Penyadapan
1. Waktu penyadapan
• Dilakukan sepagi mungkin, karena ada pengaruh tekanan
turgor sel.
• Pembukaan sadap = April atau Oktober. Karena
berhubungan dengan periodisitas produksi dan intensitas
serangan penyakit bidang sadap.
2. Kedalaman irisan sadap
• Kedalaman irisan mempengaruhi produksi lateks karena
berhubungan dengan jumlah pembuluh lateks yang
terpotong.
• Semakin dalam → semakin banyak berkas pembuluh lateks
yang terpotong → semakin banyak lateks yang mengalir.
• Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 – 1,5
mm DARI KAMBIUM.
35. c. Ketebalan Irisan Sadap
• Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah antara 1,5
– 2 mm.
• Irisan yang telalu tebal hanya akan memboroskan
konsumsi kulit, sehingga akan memperpendek umur
ekonomis tanaman.
d. Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan yang dianjurkan =
• ½ S d/3 pada 2 tahun pertama.
• ½ S d/2 pada tahun setelahnya, atau ½ S d/3 + E
• Menjelang peremajaan, panjang irisan dan frekuensi
penyadapan = bebas / CCRC.
37. PENYAKIT AKAR :
JAP (Rigidoporus
microporus)
Jamur Akar Merah
(Ganoderma
pseudoferreum)
PENYAKIT BIDANG SADAP :
Penyakit Kanker Garis
(Phytophtora palmivora)
Penyakit Mouldy Rot
(Ceratocystis fimbriata)
Penyakit Kering Alir Sadap
(KAS)
BROWN BAST (BB) / KAS
38. PENYAKIT BATANG/CABANG :
Penyakit jamur upas (Corticium
salmonicolor)
Penyakit Fusarium (lapuk
cabang)
PENYAKIT DAUN :
Penyakit gugur daun Oidium
Penyakit daun Collentotrichum
Penyakit gugur daun
Corynespora
Penyakit gugur daun
Helminthosporium
Penyakit rapus daun
(Microcyclus ulei)
Penyakit daun
Oidium
Penyakit daun
Corynespora
Penyakit daun
Colletotrichum
40. Penggunaan bahan tanam klonal dapat
mengoptimalkan produksi rata-rata tanaman karet
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para
petani karet.
Pemilihan bibit yang baik menentukan hasil yang akan
diperoleh petani kedepannya.
Teknik okulasi masih menjadi teknik perbanyakan
bahan tanam yang murah, dan efektif.
Permasalahan yang dihadapi oleh Balai Penelitian
Getas diantaranya terbatasnya lahan, regenerasi SDM
yang rendah,dan sarana serta prasarana yang
terbatas.