SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
TA N A M A N PA D I
Syarat Tumbuh
Sistem Tekhnologi, budidaya
- Sawah
- Gogo
- Gogoh rancak
- Lebak
- Pasang surut
Cherlina Marten 2110216004
Diva Nur Aisya 2010212058
Fadhilla Kurnia Savitri 2010212053
Fatimatul Azzahra 2010212025
Putri Salsa Afifah 2010213002
Rizki Nia Sukri Nst 2110216003
Ummi Hajra Dias 2010212060
ANGGOTA KELOMPOK 2
Penerapan PTT didasarkan pada empat
prinsip, yaitu: 01
02
03
04
Terpadu
PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman,
tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara
terpadu.
Sinergis
PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan
memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar
komponen teknologi
Spesifik lokasi
PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan
fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat
Partisipatif
Berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji
teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan
petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium
lapangan
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses
perakitannya didasarkan pada hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang). Dari hasil KKP dapat diketahui
masalah yang dihadapi petani dan cara-- cara mengatasi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut,
PTT menyediakan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:
1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi,
2. Benih bermutu dan berlabel,
3. Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi),
4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Komponen Teknologi Pilihan dalam PTT yaitu :
1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang.
2. Peningkatan populasi tanaman,
3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah.
4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,
5. Pengendalian gulma
6. Panen tepat waktu,
7. Perontokan gabah sesegera mungkin.
Botani
Botani
cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan
musim hujan empat bulan.
Cuaca
rata-rata curah hujan yang baik adalah 200
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.
Curah Hujan
Padi merupakan tanaman rumput semusim dengan
tinggi 50-130 cm hingga 5 m.
Syarat Tumbuh
Tanaman padi tumbuh di daerah tropis / subtropis
pada 450 LU – 450 LS.
Padi Sawah
Berikut ini adalah beberapa sistem tanam padi yang digunakan oleh petani
ketika membudidayakan tanaman padi sawah, di antaranya :
1. Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela)
Secara umum Tabela menerapkan model pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT). Kekhususan Tabela adalah tidak melakukan
tanam pindah tetapi benih ditabur secara langsung (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2015).
2. Sistem Tegel atau Konvensional
Disebut “tegel” karena penempatan tanaman terlihat seperti susun tegel
rumah dimana jarak sisinya sama yaitu 20 cm × 20 cm atau 25 cm × 25 cm.
3. Sistem Tanam Jajar Legowo
Sistem ini merupakan salah satu teknologi penanaman padi berupa
rekayasa teknik tanam dengan menempatkan semua baris tanaman berada
di pinggir barisan, sehingga tanaman memperoleh cahaya matahari dan
sirkulasi udara lebih baik dibanding dengan sistem tanam konvensional.
Penerapan sistem ini adalah untuk meningkatkan jumlah populasi padi yang
ditanam sehingga produksi padi meningkat (Hasanah, 2014).
4. System of Rice Intensification ( SRI)
System of Rice Intensification (SRI) adalah suatu metode untuk
meningkatkan produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman,
tanah, air dan nutrisinya (Rachmiyanti, 2009).
PADI GOGO
TEKNIK BUDIDAYA
Pemilihan Varietas
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo untuk
diusahakan di suatu daerah antara lain adalah;
• Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),
• Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan pola
tanam,
• Ketahanan terhadap hama dan penyakit,
• Produktivitas.
Sedangkan syarat benih yang baik:
• Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama
gudang.
• Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
• Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
• Daya perkecambahan >80%.
Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau menjelang musim
penghujan. Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi lahan. Pada prinsipnya
pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman, yaitu menciptakan keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban
tanah. Ada lahan yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak
perlu pengolahan tanah (zerro tillage) seperti tanah podzolik merah Kuning di Sumatra
yang memiliki tingkat kemiringan > 10%. Karena jika dilakukan pengolahan tanah justru
akan merugikan disamping menambah biaya juga menyebabkan tanah lebih peka
terhadap erosi sehingga kesuburannya menurun.
Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan oleh
tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih ekonomis.
Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang
dan saluran drainase.
Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha.
Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.
Tanah dibiarkan sampai hujan turun.
Dalam budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma digunakan herbisida.
Sebelum aplikasi herbisida dilakukan, gulma (terutama alang-alang) direbahkan atau
dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh sekitar 60 cm (tidak sedang berbunga) baru
diadakan penyemprotan. Takaran herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut
air antara 200-800 l/ha.
Waktu tanam
Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober– Nopember). Bahkan
ada petani yang telah menebar benih pagi gogo sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal dengan sistem Sawur
tinggal. Sistem tanam sawur tinggal dapat dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan basah
antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja.
Penanaman
Penanaman padi gogo pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
Cara tanam disebar
Cara tanam ini dilakukan dengan menyebar rata diatas permukaan tanah atau lahan yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu. Kebutuhan benih pada cara ini biasanya lebih banyak dibandingkan
cara yang lain, yaitu berkisar 60 – 70 kg/ha. Cara tanam ini mempunyai keuntungan tenaga kerja tanam yang dibutuhkan
sedikit. Kelemahan dari cara ini antara lain :
Ø Memerlukan benih lebih banyak
Ø Resiko benih dimakan hama lebih tinggi, karena di permukaan
Ø Tanaman lebih peka terhadap kekeringan atau kekurangan air.
Ø Resiko benih hanyut jika terjadi hujan lebat lebih tinggi
Ø Lebih sulit dalam perawatan, termasuk pengendalian gulma.
Untuk mengurangi resiko atau kelemahan tersebut maka perlu dilakukan antisipasi seperti pembuatan saluran drainase
atau parit-parit sehingga terbentuk bedeng-bedeng untuk mencegah genangan air. Guna mengendalikan rumput
sebaiknya diaplikasikan herbisida pra tumbuh sebelum sebar benih. Penggunaan seed treatment untuk menanggulangi
hama.
Cara tanam alur
Lahan yang telah dipersiapkan dibuat alur-alur sedalam 3 – 4 cm, dengan jarak antar alur 20 – 25 cm. Kemudian dalam alur tersebut
disebarkan benih padi secara iciran, artinya benih padi dijatuhkan secara manual dengan tangan dan diatur sedemikian rupa sehingga
benih jatuh dalam alur tersebut secara merata. Setelah itu benih dalam alur ditutup kembali dengan tanah.
Kebutuhan benih cara tanam alur ini berkisar antara 40 – 50 kg/ha, jadi lebih sedikit dibandingkan dengan sistem sebar.
Cara tanam tugal
Pada cara tanam ini lahan yang sudah siap dibuat lubang-lubang tanam dengan menggunakan tugal. Pada umumnya untuk pertanaman
padi gogo menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.
Setelah lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan selanjutnya ditutup
kembali dengan tanah. Sebaiknya sebelum ditanam benih direndam sekitar 6 – 12 jam, kemudian dikeringanginkan sekitar 6 – 12 jam.
Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ± 30 kg/ha, dan perawatan tanaman akan lebih mudah.
Oleh karena itu cara ini yang paling banyak dipraktekkan oleh petani meskipun memerlukan tenaga kerja tanam lebih banyak
dibandingkan cara sebat atau alur.
Jarak tanam atau jarak antar larik dan jumlah benih/lubang/ha sangat tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan kualitas benih yang
ditanam. Semakin subur tanah, jarak tanam dapat semakin rapat. Demikian pula, semakin baik kualitas benih, maka semakin sedikit
jumlah benih yang diperlukan. Jarak tanam, jumlah benih dan cara tanam dapat berpengaruh terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyulaman Padi Gogo dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.
Penyiangan
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik
(pupuk kandang atau kompos), dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik yang dapat menyediakan
hara dalam waktu cepat, pada dosis yang sesuai kebutuhan tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil.
Pupuk organi diaplikasikan pada saat penyiapan lahan. Pupuk ini dipakai untuk meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan
kehidupan mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis pupuk
anorganik yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4
minggu dan 8 minggu setelah tanam.
Pupuk urea , TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau ditugal kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan
unsurnya.
01
02
03
04
SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH
Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering
kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita
anggap tanaman padi seperti tanaman palawija.
Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya
dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo rancah
dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga
kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah
adalah produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.
Penyiapan lahan
Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan.
Peningkatan produktivitas, tanah perlu diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos)
sebanyak 5-10 t/ha.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum
(OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).
Penanaman
Waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan
menentukan keberhasilan padi gogo. • Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang).
Benih yang dibutuhkan adalah 40 kg/ha untuk monokultur.
Jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 30 cm.
Lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih perlu dicampur dengan
insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan takaran 2 kg/20 kg benih.
Penanaman padi gogo dapat dilakukan bersama tanaman lain.
Pemupukan
Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat.
Urea diberikan ½ bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tugal bersama dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl.
Sisa urea diberikan saat tanaman berumur + 40 hari setelah tugal.
Pemberian pupuk disertai dengan penyiangan.
Seluruh pupuk diisikan dalam larikan yang dibuat sepanjang baris tanaman pada saat tanah dalam kondisi lembab, kemudian
tutupkembali dengan tanah atau dengan cara tugal pada jarak + 5 cm dari lubang tanam sedalam 7 cm.
Pengendalian gulma
Pada saat pengolahan tanah.
Penyiangan manual secara rutin menggunakan sabit, parak.
Penggunaan herbisida.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama: Lundi/uret, lalat bibit, penggerek batang, wereng coklat, walang sangit, dan tikus.
Penyakit: Blast dan bercak coklat.
Panen
Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri kenampakan 90% gabah sudah menguning.
Panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah
rontok saat panen.
Sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher.
Perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar
sampai 3,4%.
PENAMPILAN PAD1 GOGORANCAH VARIETAS SINGKIL DAN
CIHERANG MELALUI MODEL TEKNOLOGI PENGELOLAAN
BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWA LEBAK
Budidaya padi di rawa lebak berbeda dengan di lahan kering, irigasi, dan pasang surut yang sistem
budidayanya mirip sepanjang tahun. Di rawa lebak budidaya padi dibedakan oleh musim. Pada musim
kemarau (MK) budidaya padi disebut padi rintak, sementara pada musim hujan (MH), dikenal padi surung.
Rawa lebak mempunyai karakteristik spesifik karena tinggi dan waktu genangan berbeda-beda yang
tergantung lansekap lahan dan sumber air. Kondisi tersebut membuat pola genangan sangat dinamis dan
sulit diduga sehingga penentuan waktu tanam sulit diduga. Seringkali pada budidaya padi rintak—untuk
musim kemarau—penyemaian dilakukan berkali-kali karena surutnya air rawa melambat atau benih yang
baru ditanam berisiko terendam karena air rawa cepat meninggi. Di sisi lain cekaman kekeringan sering
menerpa padi rintak, terutama yang terlambat tanam. Sistem budidaya padi di rawa lebak dengan
pengelolaan tanaman terpadu yang dibagi menjadi 2 musim tanam dapat membantu memandu petani dalam
budidaya padi secara optimal.
Lebak dangkal
Lebak dangkal sebutan untuk lahan yang tergenang maksimal 50 cm dengan lama genangan kurang 3 bulan. Lebak dangkal umumnya subur karena proses
pengkayaan nutrisi dari luapan air sungai yang membawa lumpur dari wilayah hulu (Ismail et al.,1993). Wilayah lebak dangkal potensial untuk budidaya padi
dengan pola tanam padi-padi.
Pada musim kemarau terdapat 2 masalah yang ditemui di lebak dangkal. Pertama, kecepatan surut air yang sulit diprediksi sehingga menyulitkan penentuan
waktu tanam terkait kondisi bibit di persemaian. Kedua, sering terjadi cekaman kekeringan sehingga banyak bulir padi hampa. Sebaliknya pada musim hujan,
terdapat 3 masalah utama: pertama, bibit yang baru ditanam rentan terendam; kedua, pemupukan tidak efektif akibat genangan air; dan ketiga, serangan
hama tikus.
Lebak tengahan
Lebak tengahan tergenangi air setinggi 50 cm-100 cm dengan lama genangan 4-6 bulan. Waktu tanam padi di lebak tengahan lebih lambat 7-15 hari dari
waktu tanam di lebak dangkal. Budidaya padi pada lebak tengahan umumnya hanya pada musim kemarau dengan pola tanam sekali setahun.
Permasalahan yang perlu diatasi di rawa lebak tengahan pada musim kemarau ialah populasi gulma yang padat, cekaman kekeringan, dan kurang begitu
subur dibanding lebak dangkal. Sementara pada musim hujan genangan air masih tinggi dan seringkali ditemui air bangai sehingga sulit membudidayakan
padi pada musim tersebut.
Lebak dalam
Lebak dalam digenangi air lebih dari 100 cm dengan lama genangan lebih 6 bulan. Pada musim kemarau dengan iklim normal wilayah ini umumnya masih
tergenang air. Lebak dalam hanya kering pada musim kemarau panjang saat anomali iklim seperti El-Nino. Pada kondisi demikian beberapa wilayah lebak
dalam potensial untuk perluasan areal padi kecuali area dengan ketebalan gambut > 1 m (Ar-Riza dan Alihamsyah, 2005).
Teknologi Budidaya Padi
Penyiapan lahan
Rawa lebak berbeda dengan rawa pasang surut. Genangan air yang lama di lahan menyebabkan tanah rawa lebak lembut. Tingkat kepadatan
tanah rawa lebak cukup rendah < 1. Dengan alasan tersebut di rawa lebak berkembang penyiapan lahan tanpa olah tanah (TOT).
a. Cara manual dengan tajak
Lakukan saat kondisi lahan masih berair,
Tebas rumput lalu kait (tebas kait) dengan tajak. Hasil tebasan dikait dibawa ke tepi petak sawah.
Rumput hasil tebasan nantinya digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembapan tanah pada musim kemarau sekaligus bahan pupuk organik.
b. Menggunakan herbisida
Penyiapan lahan dengan herbisida harus lebih awal.
Gunakan herbisida yang direkomendasikan
Perhitungkan waktu penyemprotan herbisida agar proses pembusukan gulma tidak bersamaan dengan fase pertumbuhan bibit yang ditanam.
Sistem TOT dapat mengejar waktu tanam yang pendek. Pada padi rintak jika terlambat tanam berisiko terkena cekaman kekeringan. Sebaliknya
pada padi surung, jika terlambat berisiko terendam air.
Paket teknologi budidaya
Rawa lebak mempunyai pola genangan air yang khas sehingga membutuhkan sistem persemaian dan pemupukan yang disesuaikan kondisi.
Padi Rintak (Musim Kemarau) pada Lebak Dangkal dan Tengahan
Pemilihan Varietas Unggul
Pilih varietas toleran terhadap kondisi lingkungan. Berikutnya pilih varietas berumur genjah agar peluang terhindar dari cekaman kekeringan lebih
besar sehingga tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding varietas berumur sedang atau panjang.
Teknologi Persemaian
Di rawa lebak terdapat tiga sistem persemaian: semai kering, semai basah dan semai apung. Namun demikian, dikenal pula kombinasi semai
kering dan semai basah yang memberikan percepatan tumbuh bibit yang lebih baik. Sistem terakhir disebut persemaian kering-basah. Caranya
benih disemai di lahan kering, lalu berikutnya setelah berumur 10 hari bibit dipindah secara berkelompok 20-25 bibit/kelompok ke tempat basah di
tepi sawah dekat areal pertanaman.
Saat menyemai terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur, cukup sinar matahari, kelembapan tanah cukup atau dekat sumber air untuk semai kering, dan aman
dari gangguan hewan
Olah tanah persemaian dari sisa akar-akar tumbuhan agar terbebas dari sumber penyakit seperti jamur yang hidup dari sisa tumbuhan
Pada semai kering tambahkan 1 kg abu/m2 untuk memperbaiki struktur tanah sekaligus ameliorant
Tebar benih dengan kepadatan 200-250 gr/m2
Berikan pupuk urea dan KCl masing-masing 5 gr/m2 setelah benih berumur 10 hari
Kendalikan hama sesuai kondisi
Pindahkan bibit ke lapang setelah berumur 25-30 hari
Pastikan kebutuhan benih cukup dengan kebutuhan 25-30 kg benih/ha.
Penyiapan Lahan
Budidaya padi di rawa lebak pada musim kemarau hampir tak memerlukan pengolahan tanah sehingga sering dianalogikan dengan sistem tanpa
olah tanah (TOT). Caranya cukup dengan menebas rumput dan mengaitnya dengan tajak saat lahan masih berair. Namun demikian, pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan hydrotiller untuk pertanian intensif seperti yang banyak dilakukan di rawa lebak dangkal Sungai Tunu, Sumatera
Barat.
Pada wilayah dengan pola tanam sekali setahun terutama pada rawa lebak tengahan, penyiapan lahan untuk padi rintak dapat dilakukan dengan
kearifan lokal yang diberi sentuhan teknologi dengan memanfaatkan pertumbuhan kiambang Salvinia molesta yang cepat sehingga mendominasi
area.
Caranya dengan menebas rumput saat air rawa mulai meninggi pada November sehingga area menjadi kawasan terbuka. Selanjutnya bibit
kiambang disebar kira-kira ¼ luasan, kemudian taburkan fosfat 5-10 kg/ha. Kiambang akan segera tumbuh dan berkembang menutupi kawasan
terbuka yang telah disiapkan. Begitu air rawa surut, sekitar bulan Juni biomasa kiambang turun ke permukaan tanah menjadi selimut tebal yang
siap ditanami bibit padi.
Cara Tanam
Penanaman padi rintak menggunakan sistem tanam pindah (transplanting), sedangkan tanam langsung (direct seeding) sulit dilaksanakan karena
kondisi lahan yang masih berair. Untuk mengantisipasi terjadi kekeringan, maka dianjurkan tanam saat kondisi sawah masih berair 5-10 cm.
Dengan demikian penyiapan lahan cepat yang didukung sistem persemaian sehat sangat diperlukan.
Untuk mendapatkan hasil di atas 4 ton/ha memerlukan populasi minimal 250.000 rumpun/ha. Penanaman dapat dilakukan sistem tegel dengan
jarak tanam 20 cm x 20 cm sebanyak 2-3 bibit/lobang. Dapat juga dipilih sistem jajar legowo 5 dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm untuk 3 baris di
tengah dan
10 cm dalam barisan untuk dua baris pinggir.
Sistem tanam jajar legowo jika diterapkan secara benar hasilnya lebih
tinggi karena pengaruh efek pinggir. Pada wilayah yang permukaan tanahnya
tertutup kiambang bibit padi dapat langsung ditanam tanpa harus membuang
dahulu kiambang.
Pemupukan
Rawa lebak umumnya mengandung hara N-total sedang (0,33%), P-tersedia rendah (11,3 me/100g), K-tersedia rendah (0,20 me/100 g), C-org
10,8 % dengan pH 4,0 - 4,2 sehingga tergolong memiliki tingkat kesuburan kurang sampai sedang. Dengan demikian pemberian pupuk yang
berimbang sesuai kebutuhan tanaman dan tingkat ketersediaan hara di dalam tanah merupakan kegiatan yang perlu dilakukan.
Panen dan Pasca Panen
Kehilangan hasil padi di rawa lebak cukup tinggi yaitu mencapai 8,0-12,5 %. Penyebabnya penentuan saat panen, cara panen, dan prosessing yang
kurang tepat. Padi sebaiknya dipanen saat telah memasuki fase masak fisiologis atau stadia masak penuh, sekitar 7 hari setelah fase masak kuning.
Tandanya yaitu: a) buku-buku sebelah atas menguning, b) batang mulai mengering, c) gabah tak bisa dipecahkan kuku, d) pada varietas yang
mudah rontok pada stadia ini belum terjadi kerontokan.
Saat kondisi di atas telah merata pada seluruh petak, walaupun daun kadang masih hijau, maka panen dapat dilakukan. Dengan demikian
presentase kerontokan gabah akibat kegiatan panen sedikit.
Penggunaan alat panen juga berpengaruh terhadap kehilangan hasil. Cara panen dengan sabit bergerigi lebih efektif karena mengurangi gabah
yang rontok. Berikutnya prosesing yang tepat perlu dilakukan agar tidak merusak kualitas gabah. Gunakan threser pada putaran 500-600 rpm untuk
merontokkan gabah dengan hasil yang baik.
Cara lain operator mencoba dan mengamati hasil rontokan. Bila terdapat butir gabah yang kulitnya pecah atau banyak butir isi yang terbuang maka
kecepatan rpm perlu diturunkan. Kalau tidak ada alat perontok bermesin, alat tradisional juga bisa digunakan.
THANK YOU

More Related Content

Similar to PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx

Teknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharuTeknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharucutlanny
 
Cara Membudidaya Sayuran Sawi
Cara Membudidaya Sayuran SawiCara Membudidaya Sayuran Sawi
Cara Membudidaya Sayuran SawiFirdika Arini
 
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman PisangOPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman PisangKKNBerbahSleman
 
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padiHAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padiPurwandaru Widyasunu
 
Budidaya tanaman pisang
Budidaya tanaman pisangBudidaya tanaman pisang
Budidaya tanaman pisangWarnet Raha
 
Tugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuhTugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuhRieke Eva
 
siti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptx
siti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptxsiti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptx
siti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptxnadiaazmikhairunnisa
 
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasiMinggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasiMahmud Shakespeare
 
Teknik budidaya tanaman padi
Teknik budidaya tanaman padiTeknik budidaya tanaman padi
Teknik budidaya tanaman padiMonaswasti May
 

Similar to PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx (20)

Teknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharuTeknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharu
 
Makalah tanaman holtikultura
Makalah tanaman holtikulturaMakalah tanaman holtikultura
Makalah tanaman holtikultura
 
Makalah tanaman holtikultura
Makalah tanaman holtikulturaMakalah tanaman holtikultura
Makalah tanaman holtikultura
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo AromatikJuknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
 
Cara Membudidaya Sayuran Sawi
Cara Membudidaya Sayuran SawiCara Membudidaya Sayuran Sawi
Cara Membudidaya Sayuran Sawi
 
Makalah budi daya tanaman kentang
Makalah budi daya tanaman kentangMakalah budi daya tanaman kentang
Makalah budi daya tanaman kentang
 
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman PisangOPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
 
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padiHAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
 
Jenis tanaman rambutan
Jenis tanaman rambutanJenis tanaman rambutan
Jenis tanaman rambutan
 
Jenis tanaman rambutan
Jenis tanaman rambutanJenis tanaman rambutan
Jenis tanaman rambutan
 
Metode SRI 2
Metode SRI 2Metode SRI 2
Metode SRI 2
 
Budidaya tanaman pisang
Budidaya tanaman pisangBudidaya tanaman pisang
Budidaya tanaman pisang
 
10 budidaya-padi
10 budidaya-padi10 budidaya-padi
10 budidaya-padi
 
Tugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuhTugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuh
 
siti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptx
siti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptxsiti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptx
siti maemuna Budidaya tanaman Serealia.pptx
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasiMinggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
 
Teknik budidaya tanaman padi
Teknik budidaya tanaman padiTeknik budidaya tanaman padi
Teknik budidaya tanaman padi
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx

  • 1. TA N A M A N PA D I Syarat Tumbuh Sistem Tekhnologi, budidaya - Sawah - Gogo - Gogoh rancak - Lebak - Pasang surut
  • 2. Cherlina Marten 2110216004 Diva Nur Aisya 2010212058 Fadhilla Kurnia Savitri 2010212053 Fatimatul Azzahra 2010212025 Putri Salsa Afifah 2010213002 Rizki Nia Sukri Nst 2110216003 Ummi Hajra Dias 2010212060 ANGGOTA KELOMPOK 2
  • 3. Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu: 01 02 03 04 Terpadu PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. Sinergis PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi Spesifik lokasi PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat Partisipatif Berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan
  • 4. Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara-- cara mengatasi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi, 2. Benih bermutu dan berlabel, 3. Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi), 4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). Komponen Teknologi Pilihan dalam PTT yaitu : 1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang. 2. Peningkatan populasi tanaman, 3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah. 4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, 5. Pengendalian gulma 6. Panen tepat waktu, 7. Perontokan gabah sesegera mungkin.
  • 5. Botani Botani cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Cuaca rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Curah Hujan Padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi 50-130 cm hingga 5 m. Syarat Tumbuh Tanaman padi tumbuh di daerah tropis / subtropis pada 450 LU – 450 LS.
  • 6. Padi Sawah Berikut ini adalah beberapa sistem tanam padi yang digunakan oleh petani ketika membudidayakan tanaman padi sawah, di antaranya : 1. Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) Secara umum Tabela menerapkan model pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Kekhususan Tabela adalah tidak melakukan tanam pindah tetapi benih ditabur secara langsung (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015). 2. Sistem Tegel atau Konvensional Disebut “tegel” karena penempatan tanaman terlihat seperti susun tegel rumah dimana jarak sisinya sama yaitu 20 cm × 20 cm atau 25 cm × 25 cm. 3. Sistem Tanam Jajar Legowo Sistem ini merupakan salah satu teknologi penanaman padi berupa rekayasa teknik tanam dengan menempatkan semua baris tanaman berada di pinggir barisan, sehingga tanaman memperoleh cahaya matahari dan sirkulasi udara lebih baik dibanding dengan sistem tanam konvensional. Penerapan sistem ini adalah untuk meningkatkan jumlah populasi padi yang ditanam sehingga produksi padi meningkat (Hasanah, 2014). 4. System of Rice Intensification ( SRI) System of Rice Intensification (SRI) adalah suatu metode untuk meningkatkan produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman, tanah, air dan nutrisinya (Rachmiyanti, 2009).
  • 7. PADI GOGO TEKNIK BUDIDAYA Pemilihan Varietas Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo untuk diusahakan di suatu daerah antara lain adalah; • Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim), • Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan pola tanam, • Ketahanan terhadap hama dan penyakit, • Produktivitas. Sedangkan syarat benih yang baik: • Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang. • Warna gabah sesuai aslinya dan cerah. • Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya. • Daya perkecambahan >80%.
  • 8. Pengolahan Lahan Pengolahan tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau menjelang musim penghujan. Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi lahan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu menciptakan keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban tanah. Ada lahan yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak perlu pengolahan tanah (zerro tillage) seperti tanah podzolik merah Kuning di Sumatra yang memiliki tingkat kemiringan > 10%. Karena jika dilakukan pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah biaya juga menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya menurun. Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan oleh tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih ekonomis. Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut: Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan saluran drainase. Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik. Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha. Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan. Tanah dibiarkan sampai hujan turun. Dalam budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma digunakan herbisida. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan, gulma (terutama alang-alang) direbahkan atau dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh sekitar 60 cm (tidak sedang berbunga) baru diadakan penyemprotan. Takaran herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut air antara 200-800 l/ha.
  • 9. Waktu tanam Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober– Nopember). Bahkan ada petani yang telah menebar benih pagi gogo sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal dengan sistem Sawur tinggal. Sistem tanam sawur tinggal dapat dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan basah antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja. Penanaman Penanaman padi gogo pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu : Cara tanam disebar Cara tanam ini dilakukan dengan menyebar rata diatas permukaan tanah atau lahan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Kebutuhan benih pada cara ini biasanya lebih banyak dibandingkan cara yang lain, yaitu berkisar 60 – 70 kg/ha. Cara tanam ini mempunyai keuntungan tenaga kerja tanam yang dibutuhkan sedikit. Kelemahan dari cara ini antara lain : Ø Memerlukan benih lebih banyak Ø Resiko benih dimakan hama lebih tinggi, karena di permukaan Ø Tanaman lebih peka terhadap kekeringan atau kekurangan air. Ø Resiko benih hanyut jika terjadi hujan lebat lebih tinggi Ø Lebih sulit dalam perawatan, termasuk pengendalian gulma. Untuk mengurangi resiko atau kelemahan tersebut maka perlu dilakukan antisipasi seperti pembuatan saluran drainase atau parit-parit sehingga terbentuk bedeng-bedeng untuk mencegah genangan air. Guna mengendalikan rumput sebaiknya diaplikasikan herbisida pra tumbuh sebelum sebar benih. Penggunaan seed treatment untuk menanggulangi hama.
  • 10. Cara tanam alur Lahan yang telah dipersiapkan dibuat alur-alur sedalam 3 – 4 cm, dengan jarak antar alur 20 – 25 cm. Kemudian dalam alur tersebut disebarkan benih padi secara iciran, artinya benih padi dijatuhkan secara manual dengan tangan dan diatur sedemikian rupa sehingga benih jatuh dalam alur tersebut secara merata. Setelah itu benih dalam alur ditutup kembali dengan tanah. Kebutuhan benih cara tanam alur ini berkisar antara 40 – 50 kg/ha, jadi lebih sedikit dibandingkan dengan sistem sebar. Cara tanam tugal Pada cara tanam ini lahan yang sudah siap dibuat lubang-lubang tanam dengan menggunakan tugal. Pada umumnya untuk pertanaman padi gogo menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Setelah lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Sebaiknya sebelum ditanam benih direndam sekitar 6 – 12 jam, kemudian dikeringanginkan sekitar 6 – 12 jam. Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ± 30 kg/ha, dan perawatan tanaman akan lebih mudah. Oleh karena itu cara ini yang paling banyak dipraktekkan oleh petani meskipun memerlukan tenaga kerja tanam lebih banyak dibandingkan cara sebat atau alur. Jarak tanam atau jarak antar larik dan jumlah benih/lubang/ha sangat tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan kualitas benih yang ditanam. Semakin subur tanah, jarak tanam dapat semakin rapat. Demikian pula, semakin baik kualitas benih, maka semakin sedikit jumlah benih yang diperlukan. Jarak tanam, jumlah benih dan cara tanam dapat berpengaruh terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
  • 11. Pemeliharaan Penyiraman Penyulaman Padi Gogo dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam. Penyiangan Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai. Pemupukan Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau kompos), dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik yang dapat menyediakan hara dalam waktu cepat, pada dosis yang sesuai kebutuhan tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil. Pupuk organi diaplikasikan pada saat penyiapan lahan. Pupuk ini dipakai untuk meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis pupuk anorganik yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Pupuk urea , TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau ditugal kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.
  • 12. 01 02 03 04 SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo rancah dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah. Penyiapan lahan Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan. Peningkatan produktivitas, tanah perlu diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT). Penanaman Waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan menentukan keberhasilan padi gogo. • Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang). Benih yang dibutuhkan adalah 40 kg/ha untuk monokultur. Jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 30 cm. Lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan takaran 2 kg/20 kg benih. Penanaman padi gogo dapat dilakukan bersama tanaman lain.
  • 13. Pemupukan Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat. Urea diberikan ½ bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tugal bersama dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl. Sisa urea diberikan saat tanaman berumur + 40 hari setelah tugal. Pemberian pupuk disertai dengan penyiangan. Seluruh pupuk diisikan dalam larikan yang dibuat sepanjang baris tanaman pada saat tanah dalam kondisi lembab, kemudian tutupkembali dengan tanah atau dengan cara tugal pada jarak + 5 cm dari lubang tanam sedalam 7 cm. Pengendalian gulma Pada saat pengolahan tanah. Penyiangan manual secara rutin menggunakan sabit, parak. Penggunaan herbisida. Pengendalian hama dan penyakit Hama: Lundi/uret, lalat bibit, penggerek batang, wereng coklat, walang sangit, dan tikus. Penyakit: Blast dan bercak coklat. Panen Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri kenampakan 90% gabah sudah menguning. Panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah rontok saat panen. Sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher. Perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar sampai 3,4%. PENAMPILAN PAD1 GOGORANCAH VARIETAS SINGKIL DAN CIHERANG MELALUI MODEL TEKNOLOGI PENGELOLAAN
  • 14. BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Budidaya padi di rawa lebak berbeda dengan di lahan kering, irigasi, dan pasang surut yang sistem budidayanya mirip sepanjang tahun. Di rawa lebak budidaya padi dibedakan oleh musim. Pada musim kemarau (MK) budidaya padi disebut padi rintak, sementara pada musim hujan (MH), dikenal padi surung. Rawa lebak mempunyai karakteristik spesifik karena tinggi dan waktu genangan berbeda-beda yang tergantung lansekap lahan dan sumber air. Kondisi tersebut membuat pola genangan sangat dinamis dan sulit diduga sehingga penentuan waktu tanam sulit diduga. Seringkali pada budidaya padi rintak—untuk musim kemarau—penyemaian dilakukan berkali-kali karena surutnya air rawa melambat atau benih yang baru ditanam berisiko terendam karena air rawa cepat meninggi. Di sisi lain cekaman kekeringan sering menerpa padi rintak, terutama yang terlambat tanam. Sistem budidaya padi di rawa lebak dengan pengelolaan tanaman terpadu yang dibagi menjadi 2 musim tanam dapat membantu memandu petani dalam budidaya padi secara optimal. Lebak dangkal Lebak dangkal sebutan untuk lahan yang tergenang maksimal 50 cm dengan lama genangan kurang 3 bulan. Lebak dangkal umumnya subur karena proses pengkayaan nutrisi dari luapan air sungai yang membawa lumpur dari wilayah hulu (Ismail et al.,1993). Wilayah lebak dangkal potensial untuk budidaya padi dengan pola tanam padi-padi. Pada musim kemarau terdapat 2 masalah yang ditemui di lebak dangkal. Pertama, kecepatan surut air yang sulit diprediksi sehingga menyulitkan penentuan waktu tanam terkait kondisi bibit di persemaian. Kedua, sering terjadi cekaman kekeringan sehingga banyak bulir padi hampa. Sebaliknya pada musim hujan, terdapat 3 masalah utama: pertama, bibit yang baru ditanam rentan terendam; kedua, pemupukan tidak efektif akibat genangan air; dan ketiga, serangan hama tikus. Lebak tengahan Lebak tengahan tergenangi air setinggi 50 cm-100 cm dengan lama genangan 4-6 bulan. Waktu tanam padi di lebak tengahan lebih lambat 7-15 hari dari waktu tanam di lebak dangkal. Budidaya padi pada lebak tengahan umumnya hanya pada musim kemarau dengan pola tanam sekali setahun. Permasalahan yang perlu diatasi di rawa lebak tengahan pada musim kemarau ialah populasi gulma yang padat, cekaman kekeringan, dan kurang begitu subur dibanding lebak dangkal. Sementara pada musim hujan genangan air masih tinggi dan seringkali ditemui air bangai sehingga sulit membudidayakan padi pada musim tersebut. Lebak dalam Lebak dalam digenangi air lebih dari 100 cm dengan lama genangan lebih 6 bulan. Pada musim kemarau dengan iklim normal wilayah ini umumnya masih tergenang air. Lebak dalam hanya kering pada musim kemarau panjang saat anomali iklim seperti El-Nino. Pada kondisi demikian beberapa wilayah lebak dalam potensial untuk perluasan areal padi kecuali area dengan ketebalan gambut > 1 m (Ar-Riza dan Alihamsyah, 2005).
  • 15. Teknologi Budidaya Padi Penyiapan lahan Rawa lebak berbeda dengan rawa pasang surut. Genangan air yang lama di lahan menyebabkan tanah rawa lebak lembut. Tingkat kepadatan tanah rawa lebak cukup rendah < 1. Dengan alasan tersebut di rawa lebak berkembang penyiapan lahan tanpa olah tanah (TOT). a. Cara manual dengan tajak Lakukan saat kondisi lahan masih berair, Tebas rumput lalu kait (tebas kait) dengan tajak. Hasil tebasan dikait dibawa ke tepi petak sawah. Rumput hasil tebasan nantinya digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembapan tanah pada musim kemarau sekaligus bahan pupuk organik. b. Menggunakan herbisida Penyiapan lahan dengan herbisida harus lebih awal. Gunakan herbisida yang direkomendasikan Perhitungkan waktu penyemprotan herbisida agar proses pembusukan gulma tidak bersamaan dengan fase pertumbuhan bibit yang ditanam. Sistem TOT dapat mengejar waktu tanam yang pendek. Pada padi rintak jika terlambat tanam berisiko terkena cekaman kekeringan. Sebaliknya pada padi surung, jika terlambat berisiko terendam air. Paket teknologi budidaya Rawa lebak mempunyai pola genangan air yang khas sehingga membutuhkan sistem persemaian dan pemupukan yang disesuaikan kondisi.
  • 16. Padi Rintak (Musim Kemarau) pada Lebak Dangkal dan Tengahan Pemilihan Varietas Unggul Pilih varietas toleran terhadap kondisi lingkungan. Berikutnya pilih varietas berumur genjah agar peluang terhindar dari cekaman kekeringan lebih besar sehingga tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding varietas berumur sedang atau panjang. Teknologi Persemaian Di rawa lebak terdapat tiga sistem persemaian: semai kering, semai basah dan semai apung. Namun demikian, dikenal pula kombinasi semai kering dan semai basah yang memberikan percepatan tumbuh bibit yang lebih baik. Sistem terakhir disebut persemaian kering-basah. Caranya benih disemai di lahan kering, lalu berikutnya setelah berumur 10 hari bibit dipindah secara berkelompok 20-25 bibit/kelompok ke tempat basah di tepi sawah dekat areal pertanaman. Saat menyemai terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur, cukup sinar matahari, kelembapan tanah cukup atau dekat sumber air untuk semai kering, dan aman dari gangguan hewan Olah tanah persemaian dari sisa akar-akar tumbuhan agar terbebas dari sumber penyakit seperti jamur yang hidup dari sisa tumbuhan Pada semai kering tambahkan 1 kg abu/m2 untuk memperbaiki struktur tanah sekaligus ameliorant Tebar benih dengan kepadatan 200-250 gr/m2 Berikan pupuk urea dan KCl masing-masing 5 gr/m2 setelah benih berumur 10 hari Kendalikan hama sesuai kondisi Pindahkan bibit ke lapang setelah berumur 25-30 hari Pastikan kebutuhan benih cukup dengan kebutuhan 25-30 kg benih/ha. Penyiapan Lahan Budidaya padi di rawa lebak pada musim kemarau hampir tak memerlukan pengolahan tanah sehingga sering dianalogikan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT). Caranya cukup dengan menebas rumput dan mengaitnya dengan tajak saat lahan masih berair. Namun demikian, pengolahan tanah dapat dilakukan dengan hydrotiller untuk pertanian intensif seperti yang banyak dilakukan di rawa lebak dangkal Sungai Tunu, Sumatera Barat. Pada wilayah dengan pola tanam sekali setahun terutama pada rawa lebak tengahan, penyiapan lahan untuk padi rintak dapat dilakukan dengan kearifan lokal yang diberi sentuhan teknologi dengan memanfaatkan pertumbuhan kiambang Salvinia molesta yang cepat sehingga mendominasi area. Caranya dengan menebas rumput saat air rawa mulai meninggi pada November sehingga area menjadi kawasan terbuka. Selanjutnya bibit kiambang disebar kira-kira ¼ luasan, kemudian taburkan fosfat 5-10 kg/ha. Kiambang akan segera tumbuh dan berkembang menutupi kawasan terbuka yang telah disiapkan. Begitu air rawa surut, sekitar bulan Juni biomasa kiambang turun ke permukaan tanah menjadi selimut tebal yang siap ditanami bibit padi.
  • 17. Cara Tanam Penanaman padi rintak menggunakan sistem tanam pindah (transplanting), sedangkan tanam langsung (direct seeding) sulit dilaksanakan karena kondisi lahan yang masih berair. Untuk mengantisipasi terjadi kekeringan, maka dianjurkan tanam saat kondisi sawah masih berair 5-10 cm. Dengan demikian penyiapan lahan cepat yang didukung sistem persemaian sehat sangat diperlukan. Untuk mendapatkan hasil di atas 4 ton/ha memerlukan populasi minimal 250.000 rumpun/ha. Penanaman dapat dilakukan sistem tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm sebanyak 2-3 bibit/lobang. Dapat juga dipilih sistem jajar legowo 5 dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm untuk 3 baris di tengah dan 10 cm dalam barisan untuk dua baris pinggir. Sistem tanam jajar legowo jika diterapkan secara benar hasilnya lebih tinggi karena pengaruh efek pinggir. Pada wilayah yang permukaan tanahnya tertutup kiambang bibit padi dapat langsung ditanam tanpa harus membuang dahulu kiambang. Pemupukan Rawa lebak umumnya mengandung hara N-total sedang (0,33%), P-tersedia rendah (11,3 me/100g), K-tersedia rendah (0,20 me/100 g), C-org 10,8 % dengan pH 4,0 - 4,2 sehingga tergolong memiliki tingkat kesuburan kurang sampai sedang. Dengan demikian pemberian pupuk yang berimbang sesuai kebutuhan tanaman dan tingkat ketersediaan hara di dalam tanah merupakan kegiatan yang perlu dilakukan. Panen dan Pasca Panen Kehilangan hasil padi di rawa lebak cukup tinggi yaitu mencapai 8,0-12,5 %. Penyebabnya penentuan saat panen, cara panen, dan prosessing yang kurang tepat. Padi sebaiknya dipanen saat telah memasuki fase masak fisiologis atau stadia masak penuh, sekitar 7 hari setelah fase masak kuning. Tandanya yaitu: a) buku-buku sebelah atas menguning, b) batang mulai mengering, c) gabah tak bisa dipecahkan kuku, d) pada varietas yang mudah rontok pada stadia ini belum terjadi kerontokan. Saat kondisi di atas telah merata pada seluruh petak, walaupun daun kadang masih hijau, maka panen dapat dilakukan. Dengan demikian presentase kerontokan gabah akibat kegiatan panen sedikit. Penggunaan alat panen juga berpengaruh terhadap kehilangan hasil. Cara panen dengan sabit bergerigi lebih efektif karena mengurangi gabah yang rontok. Berikutnya prosesing yang tepat perlu dilakukan agar tidak merusak kualitas gabah. Gunakan threser pada putaran 500-600 rpm untuk merontokkan gabah dengan hasil yang baik. Cara lain operator mencoba dan mengamati hasil rontokan. Bila terdapat butir gabah yang kulitnya pecah atau banyak butir isi yang terbuang maka kecepatan rpm perlu diturunkan. Kalau tidak ada alat perontok bermesin, alat tradisional juga bisa digunakan.