SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
BUDIDAYA KARET
Indonesia merupakan negara kedua penghasil
karet alami di dunia (sekitar 28 persen dari produksi
karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang
Thailand (sekitar 30 persen).
Pengembangan karet Indonesia dalam kurun
waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari
volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton
senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu
ton pada tahun 2009
Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja,
pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta
tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang
terserap dalam berbagai sub sistem lainnya.
Tanaman karet merupakan tanaman
tahunan yang mampu memberikan manfaat
dalam pelestarian lingkungan, terutama
dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2.
Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan
sumber kayu yang potensial yang dapat
mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam
yang dari tahun ke tahun ketersediaannya
semakin menurun.
Botani Tanaman Karet
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari
akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang
dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman
akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah
berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai
kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar
lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar
lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah.
Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai
kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang
maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai
jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam
malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang
sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut,
ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal
buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi
duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh
benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi
dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan
Sigit, 2005).
TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET
Untuk membangun kebun karet diperlukan
manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet
yang mencakup, kegiatan sbb :
Syarat tumbuh tanaman karet
Klon-klon karet rekomendasi
Bahan tanam/bibit
Persiapan tanam dan penanaman
Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma,
pemupukan dan pengendalian penyakit
Penyadapan/panen
SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi
iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan
150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat.
Indonesia : 6º LU (Lintang Utara) dan 11º LS (Lintang Selatan
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar
antara 25ºC sampai 35ºC.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang
baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya
lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah
gambut < 2 m.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya
terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar
antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet
pada umumnya antara lain :
• Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat
batu-batuan dan lapisan cadas
• Aerase dan drainase cukup
• Tekstur tanah remah, poreus dan dapat
menahan air
• Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
• Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
• Kandungan hara NPK cukup dan tidak
kekurangan unsur hara mikro
• Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
• Kemiringan tanah < 16% dan
• Permukaan air tanah < 100 cm.
KLON-KLON KARET REKOMENDASI
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet
alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi
tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat)
yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon
karet unggul.
Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah
direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 –
2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.
Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya
sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan
kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi
dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih
dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan
jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
BAHAN TANAM
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah
bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang
berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka
paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam
ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root
stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada
penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya
serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan
pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang
mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih,
perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan
tanaman di pembibitan
ESTIMASI PRODUKSI
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu
tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon
karet yang digunakan, kesesuaian lahan agroklimatologi,
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan
manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa
pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria
dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka
estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan
setempat atau Balai Penelitian Perkebunan yang
bersangkutan.
Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka
estimasi produksi per hektar per tahun dikonversikan ke
dalam satuan getah karet basah seperti pada Tabel berikut :
KEBUTUHAN BIBIT
Dengan jarak tanam 7m x 3m (untuk tanah landai), diperlukan
bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan
cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) untuk setiap
hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
PENANAMAN
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada
musim penghujan yakni antara bulan September sampai
Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari
hujan telah lebih dari 100 hari.
Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top
soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang,
disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar
100 gram sebagai pupuk dasar (RP = Rock Phospate)
PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan dilakukan pada perkebunan tanaman karet
meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan
pemberantasan penyakit tanaman.
PENGENDALIAN GULMA
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas
dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk
mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama
dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
PROGRAM PEMUPUKAN
Program pemupukan secara berkelanjutan pada
tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang
dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan
pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada
semester II yaitu Juli/Agustus.
Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu
digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36
biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan
KCl. Dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat
dilihat pada Tabel 5 & 6.
Umur
Tanaman
Urea
(g/ph/th)
SP 36
(g/ph/th)
KCl
(g/ph/th)
Frekuensi
Pemupukan
Pupuk Dasar - 125 - -
1
2
3
4
5
250
250
250
300
300
150
250
250
250
250
100
200
200
250
250
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
Tabel 5. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman
Belum Menghasilkan
Umur
Tanaman
Urea
(g/ph/th)
SP 36
(g/ph/th)
KCl
(g/ph/th)
Frekuensi
Pemupukan
6 – 15
16 – 25
> 25 s/d 2
thn sblm
peremajaan
350
300
200
260
190
-
300
250
150
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
Tabel 6. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman
Menghasilkan
MENYADAP KARET
a. Pada awalnya lateks akan mengalir cepat kemudian
lambat, hingga akhirnya berhenti
b. Terhentinya aliran lateks karena terjadi penyumbatan
pada ujung pembuluh lateks karena gumpalan lateks
c. Lateks akan mengalir bila lapisan sumbatan dibuang
dengan mengiris kulit pada sadapan berikutnya
d. Irisan tipis cukup untuk membuang sumbatan tersebut
1) Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu
2) Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan
3) Panjang irisan: ½ S (spiral)
4) Frekuensi penyadapan: 2 tahun pertama: d/3 (3 hari sekali) tahun selanjutnya:
d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan bebas.
Penyadapan
Suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang
terdapat di dalam tanaman karet keluar.
Syarat Penyadapan yang Baik
? Menghasilkan lateks banyak
? Biayanya rendah
? Tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.
Matang Sadap Pohon
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon.
Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu
diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terh adap
pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan
tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan
“umur dan lilit batang”.
Umur Tanaman dan Pengukuran Lilit Batang
Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4.5-6 tahun
tergantung pada klon dan lingkungan. Umur tersebut tidak
dapat dijadikan pedoman baku untuk menentukan matang
sadap, sehingga yang hanya dapat dijadikan pedoman
untuk menentukan matang sadap adalah dengan melakukan
pengukuran lilit batang.
Pengukuran lilit batang terhadap pohon yang sudah masuk
matang sadap dapat dilakukan dengan:
1. Lilit batang 45 cm atau lebih
2. Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
Penggambaran Bidang Sadap
1) Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah matang sadap
2) Ditetapkan berdasarkan:
a. Tinggi bukaan sadap
b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
c. Panjang irisan sadap
d. Letak bidang sadap
3) Penggambaran bidang sadap:
a. Tanaman okulasi 130 cm dpo
b. Tanaman seedling 100 cm
c. Arah: dari kiri atas ke kanan bawah
Alasannya:
Pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri
bawah membentuk sudut 3.7° dengan bidang datar.
4) Sudut kemiringan sadap
a. Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap bidang datar.
b. Bidang sadap atas: 45°.
Kedalaman Irisan Sadap
Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1–1.5 mm dari kambium
Dasar pemikiran:
1) Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks,
semakin ke dalam semakin banyak
2) Jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit
pulihan dapat terbentuk dengan baik
3) Lamanya penyadapan 25–30 tahun.
Kemiringan Irisan Sadap Berpengaruh pada
1) Jumlah pembuluh lateks yang terpotong
2) Aliran lateks ke arah mangkuk sadap (membeku,
menyimpang dari alur aliran lateks).
Panjang Irisan Sadap (pis) Berpengaruh pada
1) Produksi dan pertumbuhan
2) Konsumsi kulit
3) Keseimbangan produksi jangka panjang
4) Kesehatan tanaman. Anjuran pis: ½ S (irisan miring sepanjang ½ spiral
(lingkaran))
5) Letak bidang sadap
6) Arah Timur Barat (pada jarak antar tanaman yang sempit). Tujuannya:
pelaksanaan penyadapan cepat dan mudah dikontrol.
Pemasangan Talang Sadap dan Mangkuk Sadap
1) Setelah penggambaran bidang sadap
2) Diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah, tujuannya:
a. Agar tidak mengganggu penyadapan
b. Lateks dapat mengalir dengan baik
c. Tidak banyak meninggalkan bekuan.
3) Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk dan diikat dengan tali
ke batang.
Waktu Penyadapan
Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar
pemikirannya:
a. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh
tekanan turgor sel
b. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar,
kemudian menurun bila hari semakin siang
c. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan
baik bila hari sudah cukup terang
E. SISTEM EKSPLOITASI
1) Kemampuan tanaman karet dalam menghasilkan lateks berubah dari
waktu ke waktu
2) Aturan penyadapan harus disesuaikan. Cara penyadapan menurut
aturan-aturan tertentu yang dilakukan pada suatu periode, tersusun
dalam suatu sistem disebut sistem sadap
3) Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan
secara berurutan. Sepanjang waktu produksi tanaman.
Cara Menyadap yang baik
Pohon karet segera diremajakan
Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada
perkebunan adalah :
• Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
(Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini
untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko
kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan
lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC,
Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Hama bubuk pada karet
Serangan hama bubuk tersebut bermula dari terjadinya KAS total di panel bawah
dan penanggulangan yang terlambat. Pada saat kunjungan tanaman tersebut
tidak disadap lagi. Saran tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut ; batang
yang terserang disemprot dengan insektisida ( a.l menggunakan Matador, atau
Decis atau Sumithion 0,3%). Dua hari kemudian kulit kering di panel bawah
dibuang (digebal) sampai ketemu kulit yang sehat, lalu diolesi lagi dengan
insektisida, sebanyak 3 kali dengan interval 5 hari sekali. Setelah itu ditutup
dengan kulter bebas asam atau TB 192. Agar tanaman yang terserang hama bubuk
ini tidak segera tumbang, maka topping pada ketinggian 10-13 m dari permukaan
tanah dilakukan. Tanaman demikian dapat disadap di panel lain yang sehat.
• Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown
Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap
sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan
tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian
Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap
yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan
memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles
dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96
sekali satu bulan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan
pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk
mencegah masuknya kumbang penggerek.

More Related Content

What's hot

Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
fahmiganteng
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
denotsudiana
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
AGROTEKNOLOGI
 
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUKPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
Puan Habibah
 
Makalah perkebunan kelapa sawit
Makalah perkebunan kelapa sawitMakalah perkebunan kelapa sawit
Makalah perkebunan kelapa sawit
Warnet Raha
 
PERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIAN
PERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIANPERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIAN
PERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIAN
Universitas Islam Malang
 

What's hot (20)

Presentasi kl
Presentasi klPresentasi kl
Presentasi kl
 
Budidaya padi dengan metode sri
Budidaya padi dengan metode sriBudidaya padi dengan metode sri
Budidaya padi dengan metode sri
 
Pesemaian dan Pembibitan Tanaman Hortikultura
Pesemaian dan Pembibitan Tanaman HortikulturaPesemaian dan Pembibitan Tanaman Hortikultura
Pesemaian dan Pembibitan Tanaman Hortikultura
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
 
Singkong
SingkongSingkong
Singkong
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUKPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Ppt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptxPpt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptx
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Makalah perkebunan kelapa sawit
Makalah perkebunan kelapa sawitMakalah perkebunan kelapa sawit
Makalah perkebunan kelapa sawit
 
Bunga sawit
Bunga sawitBunga sawit
Bunga sawit
 
Pala
PalaPala
Pala
 
Ilmu Usahatani
Ilmu UsahataniIlmu Usahatani
Ilmu Usahatani
 
PERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIAN
PERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIANPERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIAN
PERANAN BIDANG AGRONOMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERTANIAN
 

Similar to BUDIDAYA KARET.ppt

Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karetManajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
Krisanto Krisanto
 
3 draft proposal
3 draft proposal3 draft proposal
3 draft proposal
Seno Waluyo
 

Similar to BUDIDAYA KARET.ppt (20)

Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karetManajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
 
Laporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARETLaporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARET
 
A
AA
A
 
3 draft proposal
3 draft proposal3 draft proposal
3 draft proposal
 
Budidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman GambirBudidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman Gambir
 
Pedoman Teknis Budidaya Jambu biji
Pedoman Teknis Budidaya Jambu bijiPedoman Teknis Budidaya Jambu biji
Pedoman Teknis Budidaya Jambu biji
 
Talas
TalasTalas
Talas
 
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo AromatikJuknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx
PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptxPPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx
PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx
 
Tanaman kakao
Tanaman kakaoTanaman kakao
Tanaman kakao
 
Tanaman kakao
Tanaman kakaoTanaman kakao
Tanaman kakao
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 
Budidaya Menanam Semangka
Budidaya Menanam SemangkaBudidaya Menanam Semangka
Budidaya Menanam Semangka
 
Teknis Bisnis Buah Apel
Teknis Bisnis Buah ApelTeknis Bisnis Buah Apel
Teknis Bisnis Buah Apel
 
Mangga
ManggaMangga
Mangga
 
Pedoman Agrobisnis Buah Duku
Pedoman Agrobisnis Buah DukuPedoman Agrobisnis Buah Duku
Pedoman Agrobisnis Buah Duku
 
Pengaruh karet terhadap kesejahteraan masyarakat
Pengaruh karet terhadap kesejahteraan masyarakatPengaruh karet terhadap kesejahteraan masyarakat
Pengaruh karet terhadap kesejahteraan masyarakat
 
Andri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Laporan SawitAndri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Laporan Sawit
 
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan SawitAndri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
 

Recently uploaded

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 

Recently uploaded (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

BUDIDAYA KARET.ppt

  • 2. Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand (sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya.
  • 3. Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun.
  • 4. Botani Tanaman Karet Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.
  • 5. Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
  • 6. Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005).
  • 7.
  • 8.
  • 9. TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sbb : Syarat tumbuh tanaman karet Klon-klon karet rekomendasi Bahan tanam/bibit Persiapan tanam dan penanaman Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian penyakit Penyadapan/panen
  • 10. SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Indonesia : 6º LU (Lintang Utara) dan 11º LS (Lintang Selatan Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25ºC sampai 35ºC.
  • 11. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
  • 12. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : • Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas • Aerase dan drainase cukup • Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air • Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir • Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm • Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro • Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5 • Kemiringan tanah < 16% dan • Permukaan air tanah < 100 cm.
  • 13. KLON-KLON KARET REKOMENDASI Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul. Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
  • 14. BAHAN TANAM Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan
  • 15. ESTIMASI PRODUKSI Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian Perkebunan yang bersangkutan. Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka estimasi produksi per hektar per tahun dikonversikan ke dalam satuan getah karet basah seperti pada Tabel berikut :
  • 16. KEBUTUHAN BIBIT Dengan jarak tanam 7m x 3m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet. PENANAMAN Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar (RP = Rock Phospate)
  • 17. PEMELIHARAAN TANAMAN Pemeliharaan dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. PENGENDALIAN GULMA Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
  • 18. PROGRAM PEMUPUKAN Program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel 5 & 6.
  • 19. Umur Tanaman Urea (g/ph/th) SP 36 (g/ph/th) KCl (g/ph/th) Frekuensi Pemupukan Pupuk Dasar - 125 - - 1 2 3 4 5 250 250 250 300 300 150 250 250 250 250 100 200 200 250 250 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th Tabel 5. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
  • 20. Umur Tanaman Urea (g/ph/th) SP 36 (g/ph/th) KCl (g/ph/th) Frekuensi Pemupukan 6 – 15 16 – 25 > 25 s/d 2 thn sblm peremajaan 350 300 200 260 190 - 300 250 150 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th Tabel 6. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan
  • 21. MENYADAP KARET a. Pada awalnya lateks akan mengalir cepat kemudian lambat, hingga akhirnya berhenti b. Terhentinya aliran lateks karena terjadi penyumbatan pada ujung pembuluh lateks karena gumpalan lateks c. Lateks akan mengalir bila lapisan sumbatan dibuang dengan mengiris kulit pada sadapan berikutnya d. Irisan tipis cukup untuk membuang sumbatan tersebut 1) Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu 2) Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan 3) Panjang irisan: ½ S (spiral) 4) Frekuensi penyadapan: 2 tahun pertama: d/3 (3 hari sekali) tahun selanjutnya: d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan bebas.
  • 22. Penyadapan Suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. Syarat Penyadapan yang Baik ? Menghasilkan lateks banyak ? Biayanya rendah ? Tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Matang Sadap Pohon Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terh adap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”.
  • 23. Umur Tanaman dan Pengukuran Lilit Batang Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4.5-6 tahun tergantung pada klon dan lingkungan. Umur tersebut tidak dapat dijadikan pedoman baku untuk menentukan matang sadap, sehingga yang hanya dapat dijadikan pedoman untuk menentukan matang sadap adalah dengan melakukan pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang terhadap pohon yang sudah masuk matang sadap dapat dilakukan dengan: 1. Lilit batang 45 cm atau lebih 2. Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
  • 24. Penggambaran Bidang Sadap 1) Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah matang sadap 2) Ditetapkan berdasarkan: a. Tinggi bukaan sadap b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap c. Panjang irisan sadap d. Letak bidang sadap 3) Penggambaran bidang sadap: a. Tanaman okulasi 130 cm dpo b. Tanaman seedling 100 cm c. Arah: dari kiri atas ke kanan bawah Alasannya: Pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7° dengan bidang datar. 4) Sudut kemiringan sadap a. Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap bidang datar. b. Bidang sadap atas: 45°.
  • 25. Kedalaman Irisan Sadap Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1–1.5 mm dari kambium Dasar pemikiran: 1) Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam semakin banyak 2) Jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik 3) Lamanya penyadapan 25–30 tahun.
  • 26. Kemiringan Irisan Sadap Berpengaruh pada 1) Jumlah pembuluh lateks yang terpotong 2) Aliran lateks ke arah mangkuk sadap (membeku, menyimpang dari alur aliran lateks). Panjang Irisan Sadap (pis) Berpengaruh pada 1) Produksi dan pertumbuhan 2) Konsumsi kulit 3) Keseimbangan produksi jangka panjang 4) Kesehatan tanaman. Anjuran pis: ½ S (irisan miring sepanjang ½ spiral (lingkaran)) 5) Letak bidang sadap 6) Arah Timur Barat (pada jarak antar tanaman yang sempit). Tujuannya: pelaksanaan penyadapan cepat dan mudah dikontrol. Pemasangan Talang Sadap dan Mangkuk Sadap 1) Setelah penggambaran bidang sadap 2) Diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah, tujuannya: a. Agar tidak mengganggu penyadapan b. Lateks dapat mengalir dengan baik c. Tidak banyak meninggalkan bekuan. 3) Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk dan diikat dengan tali ke batang.
  • 27. Waktu Penyadapan Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar pemikirannya: a. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel b. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang c. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang E. SISTEM EKSPLOITASI 1) Kemampuan tanaman karet dalam menghasilkan lateks berubah dari waktu ke waktu 2) Aturan penyadapan harus disesuaikan. Cara penyadapan menurut aturan-aturan tertentu yang dilakukan pada suatu periode, tersusun dalam suatu sistem disebut sistem sadap 3) Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan secara berurutan. Sepanjang waktu produksi tanaman.
  • 29.
  • 30.
  • 31. Pohon karet segera diremajakan
  • 32. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan adalah : • Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah : Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
  • 33. Hama bubuk pada karet Serangan hama bubuk tersebut bermula dari terjadinya KAS total di panel bawah dan penanggulangan yang terlambat. Pada saat kunjungan tanaman tersebut tidak disadap lagi. Saran tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut ; batang yang terserang disemprot dengan insektisida ( a.l menggunakan Matador, atau Decis atau Sumithion 0,3%). Dua hari kemudian kulit kering di panel bawah dibuang (digebal) sampai ketemu kulit yang sehat, lalu diolesi lagi dengan insektisida, sebanyak 3 kali dengan interval 5 hari sekali. Setelah itu ditutup dengan kulter bebas asam atau TB 192. Agar tanaman yang terserang hama bubuk ini tidak segera tumbang, maka topping pada ketinggian 10-13 m dari permukaan tanah dilakukan. Tanaman demikian dapat disadap di panel lain yang sehat.
  • 34. • Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast) Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan: Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek.