Analisis kontrastif membandingkan sistem bahasa pertama dan kedua untuk memprediksi kesulitan belajar bahasa asing dan meningkatkan pengajarannya. Analisis kesalahan berfokus pada penyimpangan dari kaidah bahasa yang diujikan untuk memahami proses pembelajaran. Analisis kinerja bahasa mengkaji penggunaan bahasa sehari-hari dalam berbagai konteks untuk memahami makna di balik teks.
2. CAKUPAN KAJIAN LINGUISTIK
2. Bidang Makrolinguistik
Bidang linguistik yang mengkaji bahasa hubungannya
dengan interdisipliner dan bidang terapan.
Bidang makrolinguistik ini meliputi: (a) linguistik
interdisipliner (antara lain sosiolinguistik,
psikolinguistik, etnolinguistik, antropolinguistik, komputer
linguistik, filologi, etimologi, serta
dialektologi) dan (b) linguistik terapan (meliputi
perencanaan bahasa, pengajaran bahasa,
penerjemahan, dan leksikografi)
1. Bidang Mikrolinguistik
Bidang linguistik yang mengkaji bahasa untuk
kepentingan pengembangan ilmu bahasa itu sendiri
tanpa mengaitkannya dengan ilmu-ilmu lain.
Bidang mikrolinguistik ini meliputi: (a) linguistik deskriptif
(terdiri dari fonetik, fonemik,
morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi), (b) teori-
teori linguistik (terdiri dari teori
tradisional, teori struktural dan turunannya, serta teori
transformasional dan turunannya), (c)
linguistik historis komparatif, (d) dan linguistik kontrastif.
3. History of Contrastive Analyses
1 Dipicu oleh adanya tuntutan pedagogis
atau tujuan praktis pengajaran bahasa.
2
Kesulitan dalam belajar bahasa kedua
(bahasa asing
3
Kesalahan dalam berbahasa kedua yang
dialami oleh para peserta didik
menyebabkan adanya
tuntutan perbaikan pengajaran bahasa
asing tersebut.
4. Pengertian Contrastive Analysis
to contrast yang artinya to set in opposition in order to show unlikeness; compare by observing
differences 'menempatkan secara berhadap-hadapan dengan tujuan memperlihatkan
ketidaksamaan dan membandingkan dengan cara mengamati perbedaan-perbedaan'
model analisis bahasa dengan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat
diperbandingkan secara sinkronis
5. Bersifat sinkronis, yaitu telaah
bahasa didasarkan pada
kesejamanan/kesewaktuan
dengan menggunakan data yang
nyata
pada saat itu.
Semboyan:
Describe the facts, all the
facts, and nothing but
the facts.
6. MM.DD.20XX
Kelemahan
Tidak terungkapnya latar belakang
penggunaan bahasa yang dianalisis.
Mengidentifikasi segi-segi perbedaan atau ketidaksamaan yang kontras (mencolok)
antara dua bahasa atau lebih yang diperbandingkan, sedangkan kesamaan-
kesamaannya tidak diperhatikan karena kesamaan-kesamaan dalam bahasa
merupakan hal yang biasa atau hal yang umum saja.
Tujuan
7. Kebiasaan dalam berbahasa ibu sangat berpengaruh
terhadap pembelajaran bahasa kedua
Unsurunsur yang sama dalam bahasa ibu dan
bahasa kedua sangat menunjang dalam
pembelajaran bahasa kedua
Unsur-unsur yang berbeda dalam bahasa ibu dan
bahasa kedua menimbulkan kesulitan belajar bagi
peserta didik, dan menyebabkan kesalahan.
8. Kajiannya Melalui Dua Pendekatan:
Mengumpulkan kesalahan-kesalahan berbahasa kedua
yang biasa dilakukan oleh siswa dan mencari penyebabnya
MM.DD.20XX
Menyusun perbandingan sistematis yang dapat dipakai
sebagai alat untuk memperkirakan terjadinya kesalahan yang
mungkin ada dalam konflik antarbahasa. Pendekatan ini
mengarah pada teori analisis kesalahan (error analysis).
9. Cakupan Contrastive Analyses
Analisis kontrastif murni mencakup semua komponen atau
tataran linguistik, yaitu komponen atau sistem fonologi,
sistem gramatika (terdiri dari morfologi dan sintaksis), dan
sistem leksikal atau semantik. Yang terbanyak adalah
fonomologi.
Kajian linguistik berkaitan dengan
masalah perbandingan bahasa
Macam:
Analisis kontrastif terapan adalah analisis bahasa
dengan cara membandingkan bahasa pertama dan
bahasa kedua yang bertujuan untuk memecahkan
masalah pedagogis pengajaran bahasa.
Kajian:
Kajian psikologis menyangkut kesulitan
belajar, cara menyusun bahan pelajaran,
dan cara menyampaikan bahan
pelajaran.
Analisis kontrastif murni adalah analisis bahasa
dengan cara membandingkan bahasa pertama dan
bahasa kedua yang berorientasi pada studi tipologi
bahasa yaitu pemerian bahasa didasarkan pada
ciri-ciri/tipe-tipe bahasa yang dominan dalam
bahasa tersebut
10. Manfaat• Memberikan penjelasan yang
obyektif segi-segi perbedaan
secara berkaidah antara dua
bahasa atau lebih yang
diperbandingkan.
• Diperoleh kekhasan bahasa
masing-masing.
• Mengungkapkan bahwa
perbedaan budaya (antara
budaya bahasa pertama dan
bahasa kedua) berimplikasi pada
perbedaan-perbedaan
perwujudan bahasa.
• Hasil-hasil analisis kontrastif
bermanfaat sebagai bahan
masukan bagi pengajaran
bahasa (asing), penyususnan
buku ajar, dan mengurangi
kesulitan atau kesalahan
berbahasa kedua.
• Hasil-hasil analisis kontrastif
memberikan sumbangan pada
bidang penerjemahan, baik
penerjemahan dari bahasa
pertama ke bahasa kedua atau
sebaliknya
11. Hamp (1968) pendekatan polysystemic yaitu didasarkan
pada asumsi bahwa bahasa itu hakikatnya merupakan
system of systems seperti sistem fonologi, sistem morfologi,
sistem sintaksis, dan sistem semantik.
Richards, et. all. (1989:63) yang diperbandingkan
dalam linguistik kontrastif adalah sistem kedua
bahasa yang oleh ahli linguistik kontrastif terapan
sistem yang diperbandingkan seyogyanya adalah
sistem yang krusial menimbulkan permasalahan
belajar bagi peserta didik.
Di Pietro (1971) menawarkan metode analisis kontrastif dengan
empat langkah, yang intinya kurang lebih sama, yaitu: (1)
mengumpulkan obyek data yang dimaksud, (2) menghadirkan
bandingannya dalam satuan lingual yang sama dalam bahasa lain
melalui transfer, (3) mengidentifikasi varian-varian kontras yang
ada, dan (4) merumuskan kontras-kontras dalam kaidah.
James (1998:27) ada dua prosedur yang ditempuh
untuk mengkontraskan komponen dari dua bahasa
yang diperbandingkan, yaitu (1) deskripsi dan (2)
komparasi. Tahap pertama, deskripsi, adalah
menghadirkan level tertentu dari bahasa sumber dan
bahasa tujuan melalui kaidah transfer atau
terjemahan. Terjemahan merupakan basis dalam
studi kontrastif. Prosedurnya adalah menghadirkan
kalimat-kalimat bahasa sumberyang mempunyai
pesan yang sama yang diungkapkan dengan
kalimat-kalimat yang berbeda dalam bahasa lain.
Tahap kedua, komparasi, yaitu menjajarkan bahasa
sumber dengan bahasa tujuan untuk
diperbandingkan. Penekanan dalam perbandingan
ini adalah untuk mengidentifikasi segi segi
perbedaan yang kontras antara sistem gramatika
bahasa pertama dan bahasa kedua.
12. 2. Error Analyses
Kekhilafan (error) “dosa/kesalahan” yang harus
dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi
kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari
dalam pembelajaran bahasa kedua
Menurut temuan kajian dalam bidang psikologi
kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan
belajar bahasa kedua (B2) selalu membangun bahasa
melalui proses kreativitas
Pengantar:
Kekhilafan akan selalu muncul betapa
pun usaha pencegahan dilakukan, tidak
seorang pun dapat belajar bahasa
tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan)
berbahasa.
Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari
kreativitas, bukan suatu kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar
bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang
integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa.
13. 3 Hal yang Diperoleh Guru Saat Analisis Kesalahan:
Untuk umpan balik (feedback), yakni tentang seberapa jauh jarak yang harus
ditempuh oleh anak untuk sampai kepada tujuan serta hal apa (materi) yang masih
harus dipelajari oleh anak (siswa)
MM.DD.20XX
Sebagai data/fakta empiris untuk peneliti atau penelitian tentang bagaimana
seseorang memperoleh dan mempelajari bahasa
Sebagai masukan (input), bahwa kekhilafan adalah hal yang tidak terhindarkan
dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa, dan merupakan salah satu strategi
yang digunakan oleh anak untuk pemerolehan bahasanya
14. Pengertian Error Analysis
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu.
Analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada kesalahan
berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang berlaku
dalam bahasa itu.
15. Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada dalam
tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan
semantik.
Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh:
• Intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa kedua (B2).
• Akibat penyimpangan kaidah bahasa (perbedaan
kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan
bahasa kedua (B2).)
• Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:
kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan
ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang
tepat
17. Mengacu pada istilah yang digunakan dalam teori
linguistik,
Dalam tata bahasa generatif, untuk merujuk pada
bahasa yang dilihat sebagai serangkaian ucapan
khusus yang dihasilkan oleh penutur asli.
Ucapan kinerja akan mengandung fitur-fitur yang
tidak relevan dengan sistem aturan abstrak, seperti
keragu-raguan dan struktur yang belum selesai,
yang timbul dari berbagai kesulitan psikologis dan
sosial yang menimpa pembicara (missal
penyimpangan memori), atau dari keterbatasan
biologis (seperti jeda yang diperkenalkan melalui
kebutuhan untuk bernapas).
Fitur-fitur ini harus diabaikan dalam tata bahasa,
yang berkaitan dengan proses pembangunan
kalimat yang sistematis.
18. Menarget language use atau bahasa yang digunakan
sehari-hari, baik yang berupa teks lisan maupun
tertulis, sebagai objek kajian atau penelitiannya.
Unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki
kesatuan dan konteks, misalnya:
• Naskah pidato
• Rekaman Percakapan yang Telah dinaskahkan.
• Percakapan Langsung
• Catatan Rapat, Debat, Ceramah, atau Dakwah. Mengungkap semiotik, cultural studies, teori-teori
sosial.
Fitur-fitur ini harus diabaikan dalam tata bahasa,
yang berkaitan dengan proses pembangunan
kalimat yang sistematis.
19. Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: Gramedia.
Lado, Robert. 1957. Linguistics Across Cultures: Applied Linguistics for Language
Teachers . An Arbor: University of Michigan Press.
Separno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Syafi’ie Iman. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud
MM.DD.20XX