SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Download to read offline
modul 4
modul 4
Pendidikan Anak Tuna Netra
858743452 858745202
EWING
HARDINITA
NUR ALFIYAH
ANNURISMA
Kelompok 2
858743334
FILDA GEAN
ROSIANA DEWI
SEVA RAHYAYATI
ZARASIH
858743642
AYU IMTYAS
RUSDIANSYAH
858745338
MODUL
MODUL
KB 1
DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNANETRA
PENYEBAB TERJADINYA
KETUNANETRAAN
PENCEGAHAN TERJADINYA
KETUNANETRAAN
KB 2
PROSES PENGINDRAAN
LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBJEK
BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
KB 3
KEBUTUHAN KHUSUS ORANG TUNANETRA
STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN
EVALUASI PEMBELAJARAN
A. DEFINISI LEGAL :
difokuskan pada dua aspek, yaitu
ketajaman penglihatan (visual acuity)
dan medan pandang (visual field).
Seseorang dikatakan "legally blind"
apabila penglihatan pada mata
terbaiknya, setelah menggunakan
lensa korektif, adalah 20/200 atau
kurang, dengan medan pandang 20
derajat atau kurang.
B. DEFINISI EDUKASIONAL
Seseorang dikatakan tunanetra
apabila untuk kegiatan
pembelajarannya dia memerlukan
alat bantu khusus, metode khusus
atau teknik-teknik tertentu
sehingga dia dapat belajar tanpa
penglihatan atau dengan
penglihatan yang terbatas.
Definisi
Definisi Tunanetra ( Kegunaan )
Tunanetra ( Kegunaan )
Definisi
Definisi Tunanetra ( Cara belajar )
Tunanetra ( Cara belajar )
A. BUTA (BLIND) ATAU
TUNANETRA BERAT
Seseorang dikatakan tunanetra berat
(blind) apabila dia sama sekali tidak
memiliki penglihatan atau hanya
memiliki persepsi cahaya, sehingga
untuk keperluan belajarnya dia
menggunakan indra-indra
nonpenglihatan.
B. KURANG AWAS (LOW
VISION) ATAU TUNANETRA
RINGAN.
Seseorang dikatakan tunanetra ringan
(low vision) apabila setelah dikoreksi
penglihatannya masih sedemikian
buruk tetapi fungsi penglihatannya
dapat ditingkatkan melalui
penggunaan alat-alat bantu optik dan
modifikasi lingkungan.
PENYEBAB TERJADINYA
PENYEBAB TERJADINYA
KETUNANETRAAN
KETUNANETRAAN
Sebab-sebab ketunanetraan itu kompleks, bervariasi, dan selalu berubah-ubah.
Sebagaimana halnya dengan kecacatan lainnya, sebab-sebab ketunanetraan dapat
bersifat genetik dan/atau berkaitan dengan lingkungan, Ketunanetraan dapat terjadi
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, tak lama sesudah kelahiran dan pada masa kanak-
kanak hingga masa dewasa.
Beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, adalah : albinisme,
amblyopia, buta warna, campak jerman (rubella), cedera (trauma) dan radiasi, defisiensi
vitamin A - xerophthalmia, glaukoma, katarak, kelainan mata bawaan, miopia (penglihatan
dekat), nistagmus, ophthalmia neonatorum, penyakit kornea dan pencangkokan kornea,
retinitis pigmentosa, retinopati diabetika, retinopathy of prematurity, sobeknya dan
lepasnya retina, strabismus, trachoma, tumor, dan uveitis.
Pencegahan
Pencegahan
terjadinya
terjadinya
ketunanetraan
ketunanetraan
Upaya WHO untuk menghindari
kebutaan dapat dilakukan dengan :
a. Memperkuat program kesehatan
dasar mata
b. Mengembangkan pelayanan terapi
dan pembedahan ntuk menangani
gangguan mata yang dapat disembuhkan
c. Mendirikan pusat pelayanan optik
dan pelayanan penyandang tunanetra
Pencegahan
Pencegahan
terjadinya
terjadinya
ketunanetraan
ketunanetraan
Strategi pencegahan terhadap
ketunanetraan:
a. Pencegahan primer, yaitu
pencegahan terjangkitnya penyakit
b. Pencegahan sekunder, yaitu
pencegahan timbulnya komplikasi yg
mengancam penglihatan.
c. Pencegahan tersier, yaitu
meminimalisir ketunanetraan
Pencegahan
Pencegahan
terjadinya
terjadinya
ketunanetraan
ketunanetraan
Sepuluh Strategi utama mencegah
ketunanetraan
a. Penggunaan prosedur yang sistematis
b. Pemberian imunisasi
c. Perawatan kehamilan yg tepat
d. Perawatan bayi yg baru lahir
e. Perbaikan gizi
f. Pendidikan kpd masyarakat
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang undangan
i. Deteksi dini
j. Meningkatkan higinis dan perawatan
kesehatan
Kegiatan Belajar 2
Kegiatan Belajar 2
KB 2
PROSES PENGINDRAAN
LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBJEK
BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
Non Linguistik
Afektif
Dampak Ketunanetraan thd kehidupan seseorang
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar
diproses dalam otak. Semua informasi yang akan diproses diotak
melewati 3 prosesor dalam bentuk:
Linguistik
Write down all the deficiency
Write down all the deficiency
Latihan Keterampilan Penginderaan
Indra Pendengaran
Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab akan membantu
anda sadar pola perilaku tetangga anda dan kegiatan rutin mereka. Jika dilatih
anak tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti tetesan air,
kran bocor dsb
Indra perabaan
Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal berbagai
bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dsb. Dapat juga dibantu dengan tongkat
untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput, got, trotoar dsb.
Indra Penciuman
Indra penciuman juga harus dikembangkan. Lihatlah betapa banyaknya bahan makanan
yang dapat anda kenali melalui indra penciuman. Misalnya jika anda tidak dapat
membedakan antara kunyit dan jahe melalui perabahan, kenalilah baunya. Indra penciuman
juga dapat membantu anda mengenali lingkungan anda. Bila anda memasuki pusat
pembelanjaan anda oasti dapat membedakan aroma toko makanan, toko pakakian, toko
sepatu dan toko obat
Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih memounyai sisa
pengelihatan. Tapi tingkat sisa pengelihatan sangat bervariasi, begitu dengan
kemampuan untuk memanfaatkan sisa pengelihatan tersebut. Kondisi fisik secara
keseluruhan, jenis gangguan mata yang dialami, bentuk pengaruh cahaya terhadap
mata, dan durasi baiknya oengelihatan , kesemuanya ini akan sangat berpengaruh
terhadap seberapa baik individu yang low vision dapat menggunakan sisa
pengelihatannya.
Sisa indra pengelihatan
Sisa indra pengelihatan
VISUALISASI
VISUALISASI
Visualisasi Setelah berorientasi dengan baik dengan memanfaatkan semua indera dengan
sebaikbaiknya, individu tunanetra dapat menggambarkan lingkungannya dalam bentuk
visualisasi / peta mental. Penting untuk mengingat letak tombol lampu agar dapat
menyalakan/mematikannya pada saat yang tepat. Hal yang sama berlaku untuk gorden
jendela. Visualisasi perkakas dan barang-barang agar mudah menemukannya bila
diperlukan. Keteraturan penyimpanan barang-barang sangat penting untuk
visualisasi.Visualisasi juga penting bila individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan
bercakap cakap dengannya: jabatan tangan dan suara memberi banyak informasi. Dalam
bercakap-cakap, tunanetra harus tetap melakukan "kontak mata" dan menunjukkan
ekspresi wajah. Bila memasuki ruang pertemuan, individu tunanetra perlu diberikan
gambaran singkat tentang ruangan itu, dan harus dapat membedakan antara sumber suara
pengeras dan posisi pembicara.
VISUALISASI
VISUALISASI
Tunanetra perlu terus waspada terhadap pergerakan orang di dalam ruangan
itu agar visualisasinya tentang ruangan itu beserta kegiatan yang berlangsung
di dalamnya senantiasa tepat. Sedapat mungkin, individu tunanetra perlu
memaksakan ingatan visualnya agar tetap waspada juga bila sedang berjalan
atau berkendaraan ke suatu tempat.
INGATAN KINESTETIK
INGATAN KINESTETIK
Ingatan Kinestetik Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang
dihasilkan oleh interaksi antara indra perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan
(yang dikontrol oleh sistem vestibular). Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang
melakukan gerakan yang sama di daerah yang sama secara berulang-ulang.
PERSEPSI
PERSEPSI OBYEK
OBYEK
Banyak orang yang sudah lama menjadi tunanetra dan sudah berpengalaman banyak dalam
bepergian secara mandiri, akan mengembangkan suatu kemampuan yang mungkin turut
membentuk anggapan orang bahwa individu tunanetra memiliki indera keena atau
sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa dia mempunyai indra oendengaran yang lebih
tajam. Kemampuan ini disebut oersepsi obyek, suatu kemampuan yang memungkinkan
individu utu menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya atau dihadapannya
meskipun dia tidak amemiliki pengelihatan sama sekali dan tidak menyentuh benda itu.
BAGAIMANA CARA
MEMBANTU
SESEORANG
TUNANETRA
Cara Menuntun Orang Tunanetra
a. Kontak pertama
b. Cara Memegang
c. Posisi Pegangan
d. Jalan Sempit
e. Membuka / menutup pintu
f. Melewati tangga
g. Melangkahi lubang
h. Duduk di kursi
i. Naik ke dalam mobil
2. Cara
Mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan
arah menuju suatu tempat atau
benda kepada seorang
tunanetra, anda tidak bisa sekedar
menunjuk dambil mengatakan
"ke sana". harus lebih spesifik
"kira-kira 10 meterke depan,
disebelah kiri"
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA
DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING
PENDIDIKAN INKLUSIF
Kegiatan Belajar 3
A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA
TUNANETRA
Kehilangan pengelihatan dapat mengakibatkan terlambatnya
perkembangan konsep yang apabila tidak mendapat intervensi yang
efektif, berdampak sangat buruk terhadap perkembangan sosial, emosi,
akademik, dan vokasionalnya.
Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternative,
menggunakan indra-indra lain.
Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran individual karena
pengajaran klasikal untuk belajar keterampilan-keterampilan khusus
mungkin tidak akan begitu bermakna baginya.
1.
2.
3.
4.
4. Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan-
keterampilan khusus serta buku materi dan peralatan
khusus untuk belajar melalui media alternative.
5. Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi
melalui belajar secara insidental karena mereka sering
tidak menyadari adanya kegiatan-kegiatan kecil yang
terjadi di dalam lingkungannya.
Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian bagi
siswa tunanetra antara lain mencangkup pengembangan konsep,
penggunaan teknik alternative dan alat bantu belajar khusus, keterampilan
sosial/emosional, keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan
kehidupan sehari-hari, keterampilan kerja, dan keterampilan menggunakan
sisa pengelihatan.
Konsep adalah simbol atau istilah yang
menggambarkan suatu objek, kejadian, atau
keadaan tertentu. untuk membentuk suatu
konsep diperlukan informasi sensoris (sensory
information) dari indra untuk diolah dan
disimpan didalam otak.
Pengembangan Konsep
1.
Konsep ruang mencakup posisi (positional)
atau hubungan (relational), bentuk, dan
ukuran.
2. Teknik Alternatif dan Alat
Bantu Belajar Khusus
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik
dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang
memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa
indra pengelihatan untuk melakukan suatu
kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra
pengelihatan.
Indra pendengaran dan perabaan
merupakan saluran
penerima informasi yang paling
efisien
sesudah indra pengelihatan.
Banyak alar bantu belajar
dan alat-alat bantu
kegiatan kehidupan
sehari-hari lainnya timbul
bersuara.
3. KETERAMPILAN SOSIAL /EMOSIONAL
Kesulitan yang dihadapi anak tunanetra untuk dapat
memersepsi isyarat-isyarat komunikasi nonverbal (yang pada
umumnya visual) mengakibatkan anak ini membutuhkan
cara khusus untuk memperoleh keterampilan sosial, seperti
mengawali dan mempertahan kan Interaksi.
Kekelis & Sacks dan Preisler (McGaha & Farran, 2001)
melaporkan bahwa anak-anak awas pada mulanya berminat
untuk berinteraksi dengan anak tunanetra, tetappi lama
kelamaan kehialangan minatnya itu ketika isyarat mereka tidak
memperoleh respon yang diharapkan. selain itu dikalangan
sosial sering didasarkan atas kesamaan. Anak cenderung
mengalami penolakan sosial bila mereka dipersepsi sebagai
berbeda dari teman-teman sebayanya (Asher et al. dalam
Burton 1986).
Karena faktor tersebut maka McGahha dan Farran
menemukan bahwa anak tunanetra sering melakukan
kegiatan bermain "repetitive and stereotype play",
Mereka sering mengeksplorasi lingkungannya atau
objek-objek dan mengarahkan bermainnya ketubuh
sendiri.
satu faktor penting lainnya adalah densitas sosial, yaitu
jumlah anak di tempat tertentu.
Untuk dapat diterima oleh kelompok sosialnya, anak
tuananetra membutuhkan bantuan khusus untuk
mengatasi kesulitannya dalam memperoleh
keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk
menunjukkan ekspresi wajah yang tepat,
menggelengkan kepala, melambaikan tangan, atau
bentuk-bentuk bahasa tubuh.
3 Ekspresi bahasa nonverbal yang diidentifikasi oleh
Jandt, yaitu proxemics(jarak berkomunikasi), haptics
(sentuhan fisik), serta cara berpakaian dan
berpenampilan juga memerlukan cara yang berbeda
bagi anak tunanetra untuk mempelajarinya.
Mengajarkan keterampilan sosial (termasuk
di dalamnya penggunaan bahasa
nonverbal) kepada anak tunanetra dapat
merupakan tugas yang sangat menantang
karena keterampilan tersebut secara tradisi
dipelajari melalui modleing dan umpan balik
menggunakan pengelihatan.
Kemampuan mobilitas yaitu keterampilan untuk
bergerak secara leluasa di dalam
lingkungannya. Keterampilan mobilitas ini
sangat terkait dengan kemampuan orientasi,
yaitu kemampuan untuk memahami hubungan
lokasi antara satu objek dengan objek lainnya di
dalam lingkungan (Hill & Ponder, 1976).
4. KETERAMPILAN ORIENTASI
DAN MOBILITAS
Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara
yang dapat ditempuh oleh individu tunanetra untuk memproses informasi
tentang lingkungannya, yaitu dengan metode urutan (sequenical mode) yang
menggambarkan titik-titik di dalam lingan sebagai rute yang berurutan, atau
secara umum antara berbagi titik di dalam lingkungan (Dodds et al. dalam
Hallan & Kauffman, 1991).
Untuk membantu mobilitas itu, alat bantu yang umum
dipergunakan oleh orang tunanetra di Indonesia adalah
tongkat, sedangkan di banyak negara Barat penggunaan
abjung penuntun (guide dog) jug apopuler, dan
penggunaan alat elektronik untuk membantu orientasi
dan mobilitas individu tunanetra masih terus
dikembangkan.
5. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN SISA
PENGELIHATAN
Sebagaian besar orang tunanetra masih memiliki sisa pengelihatan yang fungsional, dan
banyak di antara mereka masih dapat membaca dan menulis menggunakan tulisan biasa
dengan pengaturan pada satu atau tiga aspek berikut :
a. Pencahayaan
b. Pengunaan kacamata
c. Magnifikasi
Alat bantu low vision yang paling efektif adalah cahaya.
Lampu Baca
Alat bantu low vision yang paling efektif berikutnya adalah kacamata yang
cocok, yang diresepkan secara tepat.
Elemen ketiga yang dibutuhkan adalah satu jenis magnifikasi eksternal.
Magnifikasi ini dapat diperoleh dengan :
a. memperbesar ukuran objek (magnifikasi ukuran)
b. memperkecil jarak lihat ke objek (magnifikasi jarak relatif)
c. memperbesar sudut pengelihatan (magnifikasi sudut relatif), biasanya dilakukan
dengan sistem multi-lensa seperti teleskop.
Berikut adalah beberapa contoh alat magnifikasi :
Magnifikasi Genggam
S
TRATEGI PEMBELJARA
N
S
TRATEGI PEMBELJARA
N
Strategi individualisme
Strategi kooperatif
Strategi modifikasi perilaku
Prinsip Individual
Prinsip kekongkritan / pengalaman penginderaan
langsung
Prinsip totalitas
Prinsip aktivitas mandiri (self-activity)
PRINSIP DASAR DALAM PEMBELAJARAN
TUNANETRA
M
EDIA PEMBELAJARAN
M
EDIA PEMBELAJARAN
Alat Peraga
Alat Bantu Pembelajaran
ALAT
ALAT
PERAGA
PERAGA Objek atau situasi yang
sebenarnya
Benda asli yang diawetkan
Tiruan (model)
-Model 2 dimensi
- Model 3 dimensi
ALAT
ALAT
BANTU
BANTU
Alat bantu untuk baca
tulis
Alat bantu untuk
membaca
Alat bantu berhitung
Alat bantu audio
EVALUASI PEMBELAJARAN
Pertama, soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang
tergolong buta, hendaknya dalam bentuk huruf braille,
sedangkan siswa low vision menggunakan huruf biasa dengan
menyesuaikan ukuran hurufnya dengan penglihatannya.
Kedua, bersifat objektif dalam memberikan penilaian sesuai
dengan kemampuannya.
Ketiga, waktu pelaksanaan tes yang diberikan untuk siswa
tunanetra hendaknya lebih lama dibandingkan dengan siswa
yang lainnya.
Conclusion
Conclusion
Semua anak berhak dan layak mendapatkan pendidikan disekolah-sekolah meskipun si anak
tersebut termasuk anak berkebutuhan khusus. Peran seorang guru sangat penting untuk
menangani, membantu dan memberikan motivasi kepada anak yang berkebutuhan khusus.
Guru juga harus memberikan penjelasan serta pengertian kepada siswa lainnya agar tidak
memilih-milih teman untuk bergaul dan menghindari sifat bully. Selain itu guru juga harus
bersikap adil di dalam memberikan pembelajaran maupun penilaian kepada siswanya sesuai
dengan kemampuan serta keadaan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Thank you
Thank you
I hope you can get helpful knowledge from
this presentation. Good luck!

More Related Content

What's hot

Laporan pkp finkha manggalupang
Laporan pkp finkha manggalupangLaporan pkp finkha manggalupang
Laporan pkp finkha manggalupangClarissa Colection
 
PPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxPPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanRizal Fahmi
 
ppt matematika kelompok 3 (1).pptx
ppt matematika kelompok 3 (1).pptxppt matematika kelompok 3 (1).pptx
ppt matematika kelompok 3 (1).pptxDwiPriyoUtomo4
 
lensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekunglensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekungPT. SASA
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifNaita Novia Sari
 
KELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdf
KELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdfKELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdf
KELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdfWiryoYamato
 
Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013
Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013
Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013yansasmi
 
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam PembelajaranModul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam PembelajaranNaita Novia Sari
 
422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx
422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx
422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptxImanUntitled
 
RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5
RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5
RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5irene sofia
 
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedrizka_pratiwi
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenulisPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenulisYuns Saragih
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Naita Novia Sari
 
METODE PEMBELAJARAN ROLEPLAY
METODE PEMBELAJARAN ROLEPLAYMETODE PEMBELAJARAN ROLEPLAY
METODE PEMBELAJARAN ROLEPLAYFAIQO DIYANA
 
Makalah Seni Budaya
Makalah Seni BudayaMakalah Seni Budaya
Makalah Seni BudayaIkhsan Ajha
 

What's hot (20)

Laporan pkp finkha manggalupang
Laporan pkp finkha manggalupangLaporan pkp finkha manggalupang
Laporan pkp finkha manggalupang
 
PPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxPPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 3 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
 
ppt matematika kelompok 3 (1).pptx
ppt matematika kelompok 3 (1).pptxppt matematika kelompok 3 (1).pptx
ppt matematika kelompok 3 (1).pptx
 
lensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekunglensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekung
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
 
KELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdf
KELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdfKELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdf
KELOMPOK 5 ( memiliki empati ).pdf
 
Tugas tap
Tugas tapTugas tap
Tugas tap
 
Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013
Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013
Penilaian keterampilan dalam kurikulum 2013
 
Presentasi modul 7 ipa kb 2
Presentasi modul 7 ipa kb 2Presentasi modul 7 ipa kb 2
Presentasi modul 7 ipa kb 2
 
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam PembelajaranModul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
 
422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx
422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx
422498678-Modul-4-Keterampilan-Proses-Ipa-Di-Sd.pptx
 
RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5
RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5
RPP K-13 Kelas 5 Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 5
 
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenulisPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
 
Apkg 1 & 2 PKP PAUD
Apkg 1 & 2 PKP PAUDApkg 1 & 2 PKP PAUD
Apkg 1 & 2 PKP PAUD
 
METODE PEMBELAJARAN ROLEPLAY
METODE PEMBELAJARAN ROLEPLAYMETODE PEMBELAJARAN ROLEPLAY
METODE PEMBELAJARAN ROLEPLAY
 
Makalah Seni Budaya
Makalah Seni BudayaMakalah Seni Budaya
Makalah Seni Budaya
 

Similar to PPT Modul 4 ABK.pdf

Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptxLayanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptxBangkitRA
 
PPT KELOMPOK 3.pptx
PPT KELOMPOK 3.pptxPPT KELOMPOK 3.pptx
PPT KELOMPOK 3.pptxAditiaArazhi
 
PPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan Penglihatan
PPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan PenglihatanPPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan Penglihatan
PPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan PenglihatanFernando Anrest
 
Ketajaman Penglihatan Higiene Industri
Ketajaman Penglihatan Higiene IndustriKetajaman Penglihatan Higiene Industri
Ketajaman Penglihatan Higiene Industriyesintabella
 
Artikel tunanetra trimurjoko
Artikel tunanetra trimurjokoArtikel tunanetra trimurjoko
Artikel tunanetra trimurjokopendekar ilmu
 
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptxKONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptxAdam Superman
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatanpjj_kemenkes
 
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptx
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptxAnak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptx
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptxssuser4abcb6
 
Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran presbikus
Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada  gangguan pendengaran presbikus Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada  gangguan pendengaran presbikus
Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran presbikus Universitas Katolik Musi Charitas
 
Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptx
Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptxPendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptx
Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptxNurHabibah78
 
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasiKb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasipjj_kemenkes
 
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umumPenelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umumiwan Alit
 

Similar to PPT Modul 4 ABK.pdf (20)

Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptxLayanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
 
ABK - MODUL 4 up.pptx
ABK - MODUL 4 up.pptxABK - MODUL 4 up.pptx
ABK - MODUL 4 up.pptx
 
PPT KELOMPOK 3.pptx
PPT KELOMPOK 3.pptxPPT KELOMPOK 3.pptx
PPT KELOMPOK 3.pptx
 
PPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan Penglihatan
PPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan PenglihatanPPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan Penglihatan
PPT 4 - Kesalahpahaman (Misconceptions) Anak dengan Gangguan Penglihatan
 
Konsep Dasar Tunanetra
Konsep Dasar TunanetraKonsep Dasar Tunanetra
Konsep Dasar Tunanetra
 
PPT Pend ABK.pdf
PPT Pend ABK.pdfPPT Pend ABK.pdf
PPT Pend ABK.pdf
 
Ketajaman Penglihatan Higiene Industri
Ketajaman Penglihatan Higiene IndustriKetajaman Penglihatan Higiene Industri
Ketajaman Penglihatan Higiene Industri
 
Artikel tunanetra trimurjoko
Artikel tunanetra trimurjokoArtikel tunanetra trimurjoko
Artikel tunanetra trimurjoko
 
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptxKONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN.pptx
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
Masalah Penglihatan
Masalah PenglihatanMasalah Penglihatan
Masalah Penglihatan
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
 
BK AUD
BK AUDBK AUD
BK AUD
 
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptx
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptxAnak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptx
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptx
 
Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran presbikus
Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada  gangguan pendengaran presbikus Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada  gangguan pendengaran presbikus
Yuniarsih, Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran presbikus
 
Askep tuna rungu
Askep tuna runguAskep tuna rungu
Askep tuna rungu
 
Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptx
Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptxPendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptx
Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunanetra.pptx
 
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasiKb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
 
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umumPenelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
 

More from Ayu Imtyas Rusdiansyah

PKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdf
PKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdfPKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdf
PKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdfAyu Imtyas Rusdiansyah
 
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdf
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdfKarya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdf
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdfAyu Imtyas Rusdiansyah
 
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docx
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docxKarya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docx
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docxAyu Imtyas Rusdiansyah
 
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docxAyu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docxAyu Imtyas Rusdiansyah
 
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docxAyu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docxAyu Imtyas Rusdiansyah
 
TT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docxTT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docxAyu Imtyas Rusdiansyah
 
TT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdfTT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdfAyu Imtyas Rusdiansyah
 

More from Ayu Imtyas Rusdiansyah (20)

PKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdf
PKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdfPKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdf
PKP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2B_858745338.pdf
 
PKP.docx
PKP.docxPKP.docx
PKP.docx
 
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdf
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdfKarya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdf
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.pdf
 
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docx
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docxKarya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docx
Karya Ilmiah Ayu Imtyas Rusdiansyah_Draf.docx
 
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docxAyu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
 
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docxAyu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.docx
 
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.pdf
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.pdfAyu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.pdf
Ayu Imtyas Rusdiansyah_IPA SD_UAS.pdf
 
Buku Jawaban Ujian.pdf
Buku Jawaban Ujian.pdfBuku Jawaban Ujian.pdf
Buku Jawaban Ujian.pdf
 
PKP.docx
PKP.docxPKP.docx
PKP.docx
 
PKP 123.pdf
PKP 123.pdfPKP 123.pdf
PKP 123.pdf
 
PKP AYU.pdf
PKP AYU.pdfPKP AYU.pdf
PKP AYU.pdf
 
Supervisor 2 PKP TTD.pdf
Supervisor 2 PKP TTD.pdfSupervisor 2 PKP TTD.pdf
Supervisor 2 PKP TTD.pdf
 
PKP 123.docx
PKP 123.docxPKP 123.docx
PKP 123.docx
 
Supervisor 2 PKP.pdf
Supervisor 2 PKP.pdfSupervisor 2 PKP.pdf
Supervisor 2 PKP.pdf
 
RPP PKP.docx
RPP PKP.docxRPP PKP.docx
RPP PKP.docx
 
Supervisor 2.docx
Supervisor 2.docxSupervisor 2.docx
Supervisor 2.docx
 
TT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docxTT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT3 IPA_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
 
TT1 IPA.docx
TT1 IPA.docxTT1 IPA.docx
TT1 IPA.docx
 
TT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdfTT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT3 PKDP_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
 
Soal TT1 IPA.pdf
Soal TT1 IPA.pdfSoal TT1 IPA.pdf
Soal TT1 IPA.pdf
 

Recently uploaded

power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

PPT Modul 4 ABK.pdf

  • 1. modul 4 modul 4 Pendidikan Anak Tuna Netra
  • 2. 858743452 858745202 EWING HARDINITA NUR ALFIYAH ANNURISMA Kelompok 2 858743334 FILDA GEAN ROSIANA DEWI SEVA RAHYAYATI ZARASIH 858743642 AYU IMTYAS RUSDIANSYAH 858745338
  • 3. MODUL MODUL KB 1 DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNANETRA PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN KB 2 PROSES PENGINDRAAN LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBJEK BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA KB 3 KEBUTUHAN KHUSUS ORANG TUNANETRA STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN EVALUASI PEMBELAJARAN
  • 4. A. DEFINISI LEGAL : difokuskan pada dua aspek, yaitu ketajaman penglihatan (visual acuity) dan medan pandang (visual field). Seseorang dikatakan "legally blind" apabila penglihatan pada mata terbaiknya, setelah menggunakan lensa korektif, adalah 20/200 atau kurang, dengan medan pandang 20 derajat atau kurang. B. DEFINISI EDUKASIONAL Seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan pembelajarannya dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik-teknik tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang terbatas. Definisi Definisi Tunanetra ( Kegunaan ) Tunanetra ( Kegunaan )
  • 5. Definisi Definisi Tunanetra ( Cara belajar ) Tunanetra ( Cara belajar ) A. BUTA (BLIND) ATAU TUNANETRA BERAT Seseorang dikatakan tunanetra berat (blind) apabila dia sama sekali tidak memiliki penglihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya, sehingga untuk keperluan belajarnya dia menggunakan indra-indra nonpenglihatan. B. KURANG AWAS (LOW VISION) ATAU TUNANETRA RINGAN. Seseorang dikatakan tunanetra ringan (low vision) apabila setelah dikoreksi penglihatannya masih sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatannya dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan.
  • 6. PENYEBAB TERJADINYA PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN KETUNANETRAAN Sebab-sebab ketunanetraan itu kompleks, bervariasi, dan selalu berubah-ubah. Sebagaimana halnya dengan kecacatan lainnya, sebab-sebab ketunanetraan dapat bersifat genetik dan/atau berkaitan dengan lingkungan, Ketunanetraan dapat terjadi sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, tak lama sesudah kelahiran dan pada masa kanak- kanak hingga masa dewasa. Beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, adalah : albinisme, amblyopia, buta warna, campak jerman (rubella), cedera (trauma) dan radiasi, defisiensi vitamin A - xerophthalmia, glaukoma, katarak, kelainan mata bawaan, miopia (penglihatan dekat), nistagmus, ophthalmia neonatorum, penyakit kornea dan pencangkokan kornea, retinitis pigmentosa, retinopati diabetika, retinopathy of prematurity, sobeknya dan lepasnya retina, strabismus, trachoma, tumor, dan uveitis.
  • 7. Pencegahan Pencegahan terjadinya terjadinya ketunanetraan ketunanetraan Upaya WHO untuk menghindari kebutaan dapat dilakukan dengan : a. Memperkuat program kesehatan dasar mata b. Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan ntuk menangani gangguan mata yang dapat disembuhkan c. Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan penyandang tunanetra
  • 8. Pencegahan Pencegahan terjadinya terjadinya ketunanetraan ketunanetraan Strategi pencegahan terhadap ketunanetraan: a. Pencegahan primer, yaitu pencegahan terjangkitnya penyakit b. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan timbulnya komplikasi yg mengancam penglihatan. c. Pencegahan tersier, yaitu meminimalisir ketunanetraan
  • 9. Pencegahan Pencegahan terjadinya terjadinya ketunanetraan ketunanetraan Sepuluh Strategi utama mencegah ketunanetraan a. Penggunaan prosedur yang sistematis b. Pemberian imunisasi c. Perawatan kehamilan yg tepat d. Perawatan bayi yg baru lahir e. Perbaikan gizi f. Pendidikan kpd masyarakat g. Penyuluhan genetika h. Perundang undangan i. Deteksi dini j. Meningkatkan higinis dan perawatan kesehatan
  • 10. Kegiatan Belajar 2 Kegiatan Belajar 2 KB 2 PROSES PENGINDRAAN LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBJEK BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
  • 11. Non Linguistik Afektif Dampak Ketunanetraan thd kehidupan seseorang Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar diproses dalam otak. Semua informasi yang akan diproses diotak melewati 3 prosesor dalam bentuk: Linguistik
  • 12. Write down all the deficiency Write down all the deficiency
  • 13. Latihan Keterampilan Penginderaan Indra Pendengaran Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab akan membantu anda sadar pola perilaku tetangga anda dan kegiatan rutin mereka. Jika dilatih anak tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti tetesan air, kran bocor dsb Indra perabaan Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal berbagai bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dsb. Dapat juga dibantu dengan tongkat untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput, got, trotoar dsb.
  • 14. Indra Penciuman Indra penciuman juga harus dikembangkan. Lihatlah betapa banyaknya bahan makanan yang dapat anda kenali melalui indra penciuman. Misalnya jika anda tidak dapat membedakan antara kunyit dan jahe melalui perabahan, kenalilah baunya. Indra penciuman juga dapat membantu anda mengenali lingkungan anda. Bila anda memasuki pusat pembelanjaan anda oasti dapat membedakan aroma toko makanan, toko pakakian, toko sepatu dan toko obat
  • 15. Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih memounyai sisa pengelihatan. Tapi tingkat sisa pengelihatan sangat bervariasi, begitu dengan kemampuan untuk memanfaatkan sisa pengelihatan tersebut. Kondisi fisik secara keseluruhan, jenis gangguan mata yang dialami, bentuk pengaruh cahaya terhadap mata, dan durasi baiknya oengelihatan , kesemuanya ini akan sangat berpengaruh terhadap seberapa baik individu yang low vision dapat menggunakan sisa pengelihatannya. Sisa indra pengelihatan Sisa indra pengelihatan
  • 16. VISUALISASI VISUALISASI Visualisasi Setelah berorientasi dengan baik dengan memanfaatkan semua indera dengan sebaikbaiknya, individu tunanetra dapat menggambarkan lingkungannya dalam bentuk visualisasi / peta mental. Penting untuk mengingat letak tombol lampu agar dapat menyalakan/mematikannya pada saat yang tepat. Hal yang sama berlaku untuk gorden jendela. Visualisasi perkakas dan barang-barang agar mudah menemukannya bila diperlukan. Keteraturan penyimpanan barang-barang sangat penting untuk visualisasi.Visualisasi juga penting bila individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan bercakap cakap dengannya: jabatan tangan dan suara memberi banyak informasi. Dalam bercakap-cakap, tunanetra harus tetap melakukan "kontak mata" dan menunjukkan ekspresi wajah. Bila memasuki ruang pertemuan, individu tunanetra perlu diberikan gambaran singkat tentang ruangan itu, dan harus dapat membedakan antara sumber suara pengeras dan posisi pembicara.
  • 17. VISUALISASI VISUALISASI Tunanetra perlu terus waspada terhadap pergerakan orang di dalam ruangan itu agar visualisasinya tentang ruangan itu beserta kegiatan yang berlangsung di dalamnya senantiasa tepat. Sedapat mungkin, individu tunanetra perlu memaksakan ingatan visualnya agar tetap waspada juga bila sedang berjalan atau berkendaraan ke suatu tempat.
  • 18. INGATAN KINESTETIK INGATAN KINESTETIK Ingatan Kinestetik Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi antara indra perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem vestibular). Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang melakukan gerakan yang sama di daerah yang sama secara berulang-ulang.
  • 19. PERSEPSI PERSEPSI OBYEK OBYEK Banyak orang yang sudah lama menjadi tunanetra dan sudah berpengalaman banyak dalam bepergian secara mandiri, akan mengembangkan suatu kemampuan yang mungkin turut membentuk anggapan orang bahwa individu tunanetra memiliki indera keena atau sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa dia mempunyai indra oendengaran yang lebih tajam. Kemampuan ini disebut oersepsi obyek, suatu kemampuan yang memungkinkan individu utu menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya atau dihadapannya meskipun dia tidak amemiliki pengelihatan sama sekali dan tidak menyentuh benda itu.
  • 20. BAGAIMANA CARA MEMBANTU SESEORANG TUNANETRA Cara Menuntun Orang Tunanetra a. Kontak pertama b. Cara Memegang c. Posisi Pegangan d. Jalan Sempit e. Membuka / menutup pintu f. Melewati tangga g. Melangkahi lubang h. Duduk di kursi i. Naik ke dalam mobil
  • 21. 2. Cara Mengorientasikan Jika anda ingin menunjukkan arah menuju suatu tempat atau benda kepada seorang tunanetra, anda tidak bisa sekedar menunjuk dambil mengatakan "ke sana". harus lebih spesifik "kira-kira 10 meterke depan, disebelah kiri"
  • 22. PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF Kegiatan Belajar 3
  • 23. A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA Kehilangan pengelihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembangan konsep yang apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak sangat buruk terhadap perkembangan sosial, emosi, akademik, dan vokasionalnya. Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternative, menggunakan indra-indra lain. Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran individual karena pengajaran klasikal untuk belajar keterampilan-keterampilan khusus mungkin tidak akan begitu bermakna baginya. 1. 2. 3. 4.
  • 24. 4. Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan- keterampilan khusus serta buku materi dan peralatan khusus untuk belajar melalui media alternative. 5. Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar secara insidental karena mereka sering tidak menyadari adanya kegiatan-kegiatan kecil yang terjadi di dalam lingkungannya.
  • 25. Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian bagi siswa tunanetra antara lain mencangkup pengembangan konsep, penggunaan teknik alternative dan alat bantu belajar khusus, keterampilan sosial/emosional, keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari, keterampilan kerja, dan keterampilan menggunakan sisa pengelihatan.
  • 26. Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan suatu objek, kejadian, atau keadaan tertentu. untuk membentuk suatu konsep diperlukan informasi sensoris (sensory information) dari indra untuk diolah dan disimpan didalam otak. Pengembangan Konsep 1. Konsep ruang mencakup posisi (positional) atau hubungan (relational), bentuk, dan ukuran.
  • 27. 2. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra pengelihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra pengelihatan.
  • 28. Indra pendengaran dan perabaan merupakan saluran penerima informasi yang paling efisien sesudah indra pengelihatan. Banyak alar bantu belajar dan alat-alat bantu kegiatan kehidupan sehari-hari lainnya timbul bersuara.
  • 29. 3. KETERAMPILAN SOSIAL /EMOSIONAL Kesulitan yang dihadapi anak tunanetra untuk dapat memersepsi isyarat-isyarat komunikasi nonverbal (yang pada umumnya visual) mengakibatkan anak ini membutuhkan cara khusus untuk memperoleh keterampilan sosial, seperti mengawali dan mempertahan kan Interaksi.
  • 30. Kekelis & Sacks dan Preisler (McGaha & Farran, 2001) melaporkan bahwa anak-anak awas pada mulanya berminat untuk berinteraksi dengan anak tunanetra, tetappi lama kelamaan kehialangan minatnya itu ketika isyarat mereka tidak memperoleh respon yang diharapkan. selain itu dikalangan sosial sering didasarkan atas kesamaan. Anak cenderung mengalami penolakan sosial bila mereka dipersepsi sebagai berbeda dari teman-teman sebayanya (Asher et al. dalam Burton 1986).
  • 31. Karena faktor tersebut maka McGahha dan Farran menemukan bahwa anak tunanetra sering melakukan kegiatan bermain "repetitive and stereotype play", Mereka sering mengeksplorasi lingkungannya atau objek-objek dan mengarahkan bermainnya ketubuh sendiri. satu faktor penting lainnya adalah densitas sosial, yaitu jumlah anak di tempat tertentu.
  • 32. Untuk dapat diterima oleh kelompok sosialnya, anak tuananetra membutuhkan bantuan khusus untuk mengatasi kesulitannya dalam memperoleh keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk menunjukkan ekspresi wajah yang tepat, menggelengkan kepala, melambaikan tangan, atau bentuk-bentuk bahasa tubuh.
  • 33. 3 Ekspresi bahasa nonverbal yang diidentifikasi oleh Jandt, yaitu proxemics(jarak berkomunikasi), haptics (sentuhan fisik), serta cara berpakaian dan berpenampilan juga memerlukan cara yang berbeda bagi anak tunanetra untuk mempelajarinya.
  • 34. Mengajarkan keterampilan sosial (termasuk di dalamnya penggunaan bahasa nonverbal) kepada anak tunanetra dapat merupakan tugas yang sangat menantang karena keterampilan tersebut secara tradisi dipelajari melalui modleing dan umpan balik menggunakan pengelihatan.
  • 35. Kemampuan mobilitas yaitu keterampilan untuk bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya. Keterampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu objek dengan objek lainnya di dalam lingkungan (Hill & Ponder, 1976). 4. KETERAMPILAN ORIENTASI DAN MOBILITAS
  • 36. Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara yang dapat ditempuh oleh individu tunanetra untuk memproses informasi tentang lingkungannya, yaitu dengan metode urutan (sequenical mode) yang menggambarkan titik-titik di dalam lingan sebagai rute yang berurutan, atau secara umum antara berbagi titik di dalam lingkungan (Dodds et al. dalam Hallan & Kauffman, 1991).
  • 37. Untuk membantu mobilitas itu, alat bantu yang umum dipergunakan oleh orang tunanetra di Indonesia adalah tongkat, sedangkan di banyak negara Barat penggunaan abjung penuntun (guide dog) jug apopuler, dan penggunaan alat elektronik untuk membantu orientasi dan mobilitas individu tunanetra masih terus dikembangkan.
  • 38. 5. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN SISA PENGELIHATAN Sebagaian besar orang tunanetra masih memiliki sisa pengelihatan yang fungsional, dan banyak di antara mereka masih dapat membaca dan menulis menggunakan tulisan biasa dengan pengaturan pada satu atau tiga aspek berikut : a. Pencahayaan b. Pengunaan kacamata c. Magnifikasi
  • 39. Alat bantu low vision yang paling efektif adalah cahaya. Lampu Baca Alat bantu low vision yang paling efektif berikutnya adalah kacamata yang cocok, yang diresepkan secara tepat.
  • 40. Elemen ketiga yang dibutuhkan adalah satu jenis magnifikasi eksternal. Magnifikasi ini dapat diperoleh dengan : a. memperbesar ukuran objek (magnifikasi ukuran) b. memperkecil jarak lihat ke objek (magnifikasi jarak relatif) c. memperbesar sudut pengelihatan (magnifikasi sudut relatif), biasanya dilakukan dengan sistem multi-lensa seperti teleskop.
  • 41. Berikut adalah beberapa contoh alat magnifikasi : Magnifikasi Genggam
  • 42.
  • 43. S TRATEGI PEMBELJARA N S TRATEGI PEMBELJARA N Strategi individualisme Strategi kooperatif Strategi modifikasi perilaku
  • 44. Prinsip Individual Prinsip kekongkritan / pengalaman penginderaan langsung Prinsip totalitas Prinsip aktivitas mandiri (self-activity) PRINSIP DASAR DALAM PEMBELAJARAN TUNANETRA
  • 45. M EDIA PEMBELAJARAN M EDIA PEMBELAJARAN Alat Peraga Alat Bantu Pembelajaran
  • 46. ALAT ALAT PERAGA PERAGA Objek atau situasi yang sebenarnya Benda asli yang diawetkan Tiruan (model) -Model 2 dimensi - Model 3 dimensi
  • 47. ALAT ALAT BANTU BANTU Alat bantu untuk baca tulis Alat bantu untuk membaca Alat bantu berhitung Alat bantu audio
  • 48. EVALUASI PEMBELAJARAN Pertama, soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang tergolong buta, hendaknya dalam bentuk huruf braille, sedangkan siswa low vision menggunakan huruf biasa dengan menyesuaikan ukuran hurufnya dengan penglihatannya. Kedua, bersifat objektif dalam memberikan penilaian sesuai dengan kemampuannya. Ketiga, waktu pelaksanaan tes yang diberikan untuk siswa tunanetra hendaknya lebih lama dibandingkan dengan siswa yang lainnya.
  • 49. Conclusion Conclusion Semua anak berhak dan layak mendapatkan pendidikan disekolah-sekolah meskipun si anak tersebut termasuk anak berkebutuhan khusus. Peran seorang guru sangat penting untuk menangani, membantu dan memberikan motivasi kepada anak yang berkebutuhan khusus. Guru juga harus memberikan penjelasan serta pengertian kepada siswa lainnya agar tidak memilih-milih teman untuk bergaul dan menghindari sifat bully. Selain itu guru juga harus bersikap adil di dalam memberikan pembelajaran maupun penilaian kepada siswanya sesuai dengan kemampuan serta keadaan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
  • 50. Thank you Thank you I hope you can get helpful knowledge from this presentation. Good luck!