3. MODUL
MODUL
KB 1
DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNANETRA
PENYEBAB TERJADINYA
KETUNANETRAAN
PENCEGAHAN TERJADINYA
KETUNANETRAAN
KB 2
PROSES PENGINDRAAN
LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBJEK
BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
KB 3
KEBUTUHAN KHUSUS ORANG TUNANETRA
STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN
EVALUASI PEMBELAJARAN
4. A. DEFINISI LEGAL :
difokuskan pada dua aspek, yaitu
ketajaman penglihatan (visual acuity)
dan medan pandang (visual field).
Seseorang dikatakan "legally blind"
apabila penglihatan pada mata
terbaiknya, setelah menggunakan
lensa korektif, adalah 20/200 atau
kurang, dengan medan pandang 20
derajat atau kurang.
B. DEFINISI EDUKASIONAL
Seseorang dikatakan tunanetra
apabila untuk kegiatan
pembelajarannya dia memerlukan
alat bantu khusus, metode khusus
atau teknik-teknik tertentu
sehingga dia dapat belajar tanpa
penglihatan atau dengan
penglihatan yang terbatas.
Definisi
Definisi Tunanetra ( Kegunaan )
Tunanetra ( Kegunaan )
5. Definisi
Definisi Tunanetra ( Cara belajar )
Tunanetra ( Cara belajar )
A. BUTA (BLIND) ATAU
TUNANETRA BERAT
Seseorang dikatakan tunanetra berat
(blind) apabila dia sama sekali tidak
memiliki penglihatan atau hanya
memiliki persepsi cahaya, sehingga
untuk keperluan belajarnya dia
menggunakan indra-indra
nonpenglihatan.
B. KURANG AWAS (LOW
VISION) ATAU TUNANETRA
RINGAN.
Seseorang dikatakan tunanetra ringan
(low vision) apabila setelah dikoreksi
penglihatannya masih sedemikian
buruk tetapi fungsi penglihatannya
dapat ditingkatkan melalui
penggunaan alat-alat bantu optik dan
modifikasi lingkungan.
6. PENYEBAB TERJADINYA
PENYEBAB TERJADINYA
KETUNANETRAAN
KETUNANETRAAN
Sebab-sebab ketunanetraan itu kompleks, bervariasi, dan selalu berubah-ubah.
Sebagaimana halnya dengan kecacatan lainnya, sebab-sebab ketunanetraan dapat
bersifat genetik dan/atau berkaitan dengan lingkungan, Ketunanetraan dapat terjadi
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, tak lama sesudah kelahiran dan pada masa kanak-
kanak hingga masa dewasa.
Beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, adalah : albinisme,
amblyopia, buta warna, campak jerman (rubella), cedera (trauma) dan radiasi, defisiensi
vitamin A - xerophthalmia, glaukoma, katarak, kelainan mata bawaan, miopia (penglihatan
dekat), nistagmus, ophthalmia neonatorum, penyakit kornea dan pencangkokan kornea,
retinitis pigmentosa, retinopati diabetika, retinopathy of prematurity, sobeknya dan
lepasnya retina, strabismus, trachoma, tumor, dan uveitis.
9. Pencegahan
Pencegahan
terjadinya
terjadinya
ketunanetraan
ketunanetraan
Sepuluh Strategi utama mencegah
ketunanetraan
a. Penggunaan prosedur yang sistematis
b. Pemberian imunisasi
c. Perawatan kehamilan yg tepat
d. Perawatan bayi yg baru lahir
e. Perbaikan gizi
f. Pendidikan kpd masyarakat
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang undangan
i. Deteksi dini
j. Meningkatkan higinis dan perawatan
kesehatan
10. Kegiatan Belajar 2
Kegiatan Belajar 2
KB 2
PROSES PENGINDRAAN
LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBJEK
BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
11. Non Linguistik
Afektif
Dampak Ketunanetraan thd kehidupan seseorang
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar
diproses dalam otak. Semua informasi yang akan diproses diotak
melewati 3 prosesor dalam bentuk:
Linguistik
12. Write down all the deficiency
Write down all the deficiency
13. Latihan Keterampilan Penginderaan
Indra Pendengaran
Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab akan membantu
anda sadar pola perilaku tetangga anda dan kegiatan rutin mereka. Jika dilatih
anak tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti tetesan air,
kran bocor dsb
Indra perabaan
Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal berbagai
bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dsb. Dapat juga dibantu dengan tongkat
untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput, got, trotoar dsb.
14. Indra Penciuman
Indra penciuman juga harus dikembangkan. Lihatlah betapa banyaknya bahan makanan
yang dapat anda kenali melalui indra penciuman. Misalnya jika anda tidak dapat
membedakan antara kunyit dan jahe melalui perabahan, kenalilah baunya. Indra penciuman
juga dapat membantu anda mengenali lingkungan anda. Bila anda memasuki pusat
pembelanjaan anda oasti dapat membedakan aroma toko makanan, toko pakakian, toko
sepatu dan toko obat
15. Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih memounyai sisa
pengelihatan. Tapi tingkat sisa pengelihatan sangat bervariasi, begitu dengan
kemampuan untuk memanfaatkan sisa pengelihatan tersebut. Kondisi fisik secara
keseluruhan, jenis gangguan mata yang dialami, bentuk pengaruh cahaya terhadap
mata, dan durasi baiknya oengelihatan , kesemuanya ini akan sangat berpengaruh
terhadap seberapa baik individu yang low vision dapat menggunakan sisa
pengelihatannya.
Sisa indra pengelihatan
Sisa indra pengelihatan
16. VISUALISASI
VISUALISASI
Visualisasi Setelah berorientasi dengan baik dengan memanfaatkan semua indera dengan
sebaikbaiknya, individu tunanetra dapat menggambarkan lingkungannya dalam bentuk
visualisasi / peta mental. Penting untuk mengingat letak tombol lampu agar dapat
menyalakan/mematikannya pada saat yang tepat. Hal yang sama berlaku untuk gorden
jendela. Visualisasi perkakas dan barang-barang agar mudah menemukannya bila
diperlukan. Keteraturan penyimpanan barang-barang sangat penting untuk
visualisasi.Visualisasi juga penting bila individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan
bercakap cakap dengannya: jabatan tangan dan suara memberi banyak informasi. Dalam
bercakap-cakap, tunanetra harus tetap melakukan "kontak mata" dan menunjukkan
ekspresi wajah. Bila memasuki ruang pertemuan, individu tunanetra perlu diberikan
gambaran singkat tentang ruangan itu, dan harus dapat membedakan antara sumber suara
pengeras dan posisi pembicara.
17. VISUALISASI
VISUALISASI
Tunanetra perlu terus waspada terhadap pergerakan orang di dalam ruangan
itu agar visualisasinya tentang ruangan itu beserta kegiatan yang berlangsung
di dalamnya senantiasa tepat. Sedapat mungkin, individu tunanetra perlu
memaksakan ingatan visualnya agar tetap waspada juga bila sedang berjalan
atau berkendaraan ke suatu tempat.
18. INGATAN KINESTETIK
INGATAN KINESTETIK
Ingatan Kinestetik Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang
dihasilkan oleh interaksi antara indra perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan
(yang dikontrol oleh sistem vestibular). Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang
melakukan gerakan yang sama di daerah yang sama secara berulang-ulang.
19. PERSEPSI
PERSEPSI OBYEK
OBYEK
Banyak orang yang sudah lama menjadi tunanetra dan sudah berpengalaman banyak dalam
bepergian secara mandiri, akan mengembangkan suatu kemampuan yang mungkin turut
membentuk anggapan orang bahwa individu tunanetra memiliki indera keena atau
sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa dia mempunyai indra oendengaran yang lebih
tajam. Kemampuan ini disebut oersepsi obyek, suatu kemampuan yang memungkinkan
individu utu menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya atau dihadapannya
meskipun dia tidak amemiliki pengelihatan sama sekali dan tidak menyentuh benda itu.
20. BAGAIMANA CARA
MEMBANTU
SESEORANG
TUNANETRA
Cara Menuntun Orang Tunanetra
a. Kontak pertama
b. Cara Memegang
c. Posisi Pegangan
d. Jalan Sempit
e. Membuka / menutup pintu
f. Melewati tangga
g. Melangkahi lubang
h. Duduk di kursi
i. Naik ke dalam mobil
21. 2. Cara
Mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan
arah menuju suatu tempat atau
benda kepada seorang
tunanetra, anda tidak bisa sekedar
menunjuk dambil mengatakan
"ke sana". harus lebih spesifik
"kira-kira 10 meterke depan,
disebelah kiri"
22. PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA
DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING
PENDIDIKAN INKLUSIF
Kegiatan Belajar 3
23. A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA
TUNANETRA
Kehilangan pengelihatan dapat mengakibatkan terlambatnya
perkembangan konsep yang apabila tidak mendapat intervensi yang
efektif, berdampak sangat buruk terhadap perkembangan sosial, emosi,
akademik, dan vokasionalnya.
Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternative,
menggunakan indra-indra lain.
Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran individual karena
pengajaran klasikal untuk belajar keterampilan-keterampilan khusus
mungkin tidak akan begitu bermakna baginya.
1.
2.
3.
4.
24. 4. Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan-
keterampilan khusus serta buku materi dan peralatan
khusus untuk belajar melalui media alternative.
5. Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi
melalui belajar secara insidental karena mereka sering
tidak menyadari adanya kegiatan-kegiatan kecil yang
terjadi di dalam lingkungannya.
25. Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian bagi
siswa tunanetra antara lain mencangkup pengembangan konsep,
penggunaan teknik alternative dan alat bantu belajar khusus, keterampilan
sosial/emosional, keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan
kehidupan sehari-hari, keterampilan kerja, dan keterampilan menggunakan
sisa pengelihatan.
26. Konsep adalah simbol atau istilah yang
menggambarkan suatu objek, kejadian, atau
keadaan tertentu. untuk membentuk suatu
konsep diperlukan informasi sensoris (sensory
information) dari indra untuk diolah dan
disimpan didalam otak.
Pengembangan Konsep
1.
Konsep ruang mencakup posisi (positional)
atau hubungan (relational), bentuk, dan
ukuran.
27. 2. Teknik Alternatif dan Alat
Bantu Belajar Khusus
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik
dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang
memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa
indra pengelihatan untuk melakukan suatu
kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra
pengelihatan.
28. Indra pendengaran dan perabaan
merupakan saluran
penerima informasi yang paling
efisien
sesudah indra pengelihatan.
Banyak alar bantu belajar
dan alat-alat bantu
kegiatan kehidupan
sehari-hari lainnya timbul
bersuara.
29. 3. KETERAMPILAN SOSIAL /EMOSIONAL
Kesulitan yang dihadapi anak tunanetra untuk dapat
memersepsi isyarat-isyarat komunikasi nonverbal (yang pada
umumnya visual) mengakibatkan anak ini membutuhkan
cara khusus untuk memperoleh keterampilan sosial, seperti
mengawali dan mempertahan kan Interaksi.
30. Kekelis & Sacks dan Preisler (McGaha & Farran, 2001)
melaporkan bahwa anak-anak awas pada mulanya berminat
untuk berinteraksi dengan anak tunanetra, tetappi lama
kelamaan kehialangan minatnya itu ketika isyarat mereka tidak
memperoleh respon yang diharapkan. selain itu dikalangan
sosial sering didasarkan atas kesamaan. Anak cenderung
mengalami penolakan sosial bila mereka dipersepsi sebagai
berbeda dari teman-teman sebayanya (Asher et al. dalam
Burton 1986).
31. Karena faktor tersebut maka McGahha dan Farran
menemukan bahwa anak tunanetra sering melakukan
kegiatan bermain "repetitive and stereotype play",
Mereka sering mengeksplorasi lingkungannya atau
objek-objek dan mengarahkan bermainnya ketubuh
sendiri.
satu faktor penting lainnya adalah densitas sosial, yaitu
jumlah anak di tempat tertentu.
32. Untuk dapat diterima oleh kelompok sosialnya, anak
tuananetra membutuhkan bantuan khusus untuk
mengatasi kesulitannya dalam memperoleh
keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk
menunjukkan ekspresi wajah yang tepat,
menggelengkan kepala, melambaikan tangan, atau
bentuk-bentuk bahasa tubuh.
33. 3 Ekspresi bahasa nonverbal yang diidentifikasi oleh
Jandt, yaitu proxemics(jarak berkomunikasi), haptics
(sentuhan fisik), serta cara berpakaian dan
berpenampilan juga memerlukan cara yang berbeda
bagi anak tunanetra untuk mempelajarinya.
34. Mengajarkan keterampilan sosial (termasuk
di dalamnya penggunaan bahasa
nonverbal) kepada anak tunanetra dapat
merupakan tugas yang sangat menantang
karena keterampilan tersebut secara tradisi
dipelajari melalui modleing dan umpan balik
menggunakan pengelihatan.
35. Kemampuan mobilitas yaitu keterampilan untuk
bergerak secara leluasa di dalam
lingkungannya. Keterampilan mobilitas ini
sangat terkait dengan kemampuan orientasi,
yaitu kemampuan untuk memahami hubungan
lokasi antara satu objek dengan objek lainnya di
dalam lingkungan (Hill & Ponder, 1976).
4. KETERAMPILAN ORIENTASI
DAN MOBILITAS
36. Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara
yang dapat ditempuh oleh individu tunanetra untuk memproses informasi
tentang lingkungannya, yaitu dengan metode urutan (sequenical mode) yang
menggambarkan titik-titik di dalam lingan sebagai rute yang berurutan, atau
secara umum antara berbagi titik di dalam lingkungan (Dodds et al. dalam
Hallan & Kauffman, 1991).
37. Untuk membantu mobilitas itu, alat bantu yang umum
dipergunakan oleh orang tunanetra di Indonesia adalah
tongkat, sedangkan di banyak negara Barat penggunaan
abjung penuntun (guide dog) jug apopuler, dan
penggunaan alat elektronik untuk membantu orientasi
dan mobilitas individu tunanetra masih terus
dikembangkan.
38. 5. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN SISA
PENGELIHATAN
Sebagaian besar orang tunanetra masih memiliki sisa pengelihatan yang fungsional, dan
banyak di antara mereka masih dapat membaca dan menulis menggunakan tulisan biasa
dengan pengaturan pada satu atau tiga aspek berikut :
a. Pencahayaan
b. Pengunaan kacamata
c. Magnifikasi
39. Alat bantu low vision yang paling efektif adalah cahaya.
Lampu Baca
Alat bantu low vision yang paling efektif berikutnya adalah kacamata yang
cocok, yang diresepkan secara tepat.
40. Elemen ketiga yang dibutuhkan adalah satu jenis magnifikasi eksternal.
Magnifikasi ini dapat diperoleh dengan :
a. memperbesar ukuran objek (magnifikasi ukuran)
b. memperkecil jarak lihat ke objek (magnifikasi jarak relatif)
c. memperbesar sudut pengelihatan (magnifikasi sudut relatif), biasanya dilakukan
dengan sistem multi-lensa seperti teleskop.
48. EVALUASI PEMBELAJARAN
Pertama, soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang
tergolong buta, hendaknya dalam bentuk huruf braille,
sedangkan siswa low vision menggunakan huruf biasa dengan
menyesuaikan ukuran hurufnya dengan penglihatannya.
Kedua, bersifat objektif dalam memberikan penilaian sesuai
dengan kemampuannya.
Ketiga, waktu pelaksanaan tes yang diberikan untuk siswa
tunanetra hendaknya lebih lama dibandingkan dengan siswa
yang lainnya.
49. Conclusion
Conclusion
Semua anak berhak dan layak mendapatkan pendidikan disekolah-sekolah meskipun si anak
tersebut termasuk anak berkebutuhan khusus. Peran seorang guru sangat penting untuk
menangani, membantu dan memberikan motivasi kepada anak yang berkebutuhan khusus.
Guru juga harus memberikan penjelasan serta pengertian kepada siswa lainnya agar tidak
memilih-milih teman untuk bergaul dan menghindari sifat bully. Selain itu guru juga harus
bersikap adil di dalam memberikan pembelajaran maupun penilaian kepada siswanya sesuai
dengan kemampuan serta keadaan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
50. Thank you
Thank you
I hope you can get helpful knowledge from
this presentation. Good luck!