Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Peran perawat dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan telah berkembang sejak masa Florence Nightingale dan terus berkembang melalui berbagai inisiatif dan organisasi.
2. Perawat kini memainkan peran penting dalam tim pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu dengan mengumpulkan data, membantu pengembangan protokol, dan memimpin perbaikan di unit mereka.
3. Peran per
Chapter 17 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
1. 1
BAB 17. PENINGKATAN MUTU DALAM KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Para perawat merupakan garis terdepan upaya peningkatan mutu dalam
pelayanan kesehatan. Mereka bertugas sebagai anggota penting dalam tim
pelayanan kesehatan dan memimpin inisiatif peningkatan mutu karena peran
penting mereka dalam sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat kita. Kehadiran
mereka yang konstan bersama para pasien, pembelaan mereka kepada para pasien,
pengetahuan klinis mereka, pemikiran kritis yang mereka diperoleh dari pendidikan,
dan kapasitas sebagai agen perubahan membuat sumbangan mereka kepada
penyampaian pelayanan menjadi penting. Untuk menangkap peran penting para
perawat dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan kita, kini standar
pendidikan perawat mencakup konsep-konsep yang menyinggung kualitas. Standar
ini bergantung pada ukuran-ukuran struktur, proses, dan hasil untuk
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan klinis, menggambarkan proses-proses dari
praktik yang terus berubah pada masa sekarang dan mengevaluasi hasil-hasil dari
upaya peningkatan mutu. Fokus kepada kualitas ini konsisten dengan nilai-nilai inti
perawat atas pemilihan keperawatan sebagai sebuah karier. Para perawat dapat
mengembangkan efektivitas mereka sebagai anggota pelayanan kesehatan dengan
melaksanakan peningkatan mutu dalam praktek keperawatan mereka, sehingga
mempercepat perubahan dalam tempat kerja mereka.
SUDUT PANDANG HISTORIS MENYANGKUT KETERLIBATAN KEPERAWATAN DALAM
PENINGKATAN MUTU
Sebuah kutipan sering diungkapkan dari buku karya Florence Nightingale,
Notes on Nursing (1859), yang mengemukakan arti penting kualitas bagi para
perawat dan menunjukkan komitmen serta kontribusi yang dipikulnya kepada
pemahaman sistem pelayanan kesehatan tentang mutu. Kalimat tersebut tidak
hanya mengingatkan kita betapa rumitnya meraih kualitas dalam pelayanan
2. 2
kesehatan, tetapi juga kesulitan untuk menjalankannya. Sejak masa Nightingale,
telah banyak upaya dari bidang keperawatan untuk meningkatkan keseluruhan
penyampaian pelayanan, juga upaya peningkatan mutu praktik keperawatan.
Upaya-upaya peningkatan mutu dalam keperawatan telah pula dibentuk oleh
badan-badan di luar bidang itu. Institute of Medicine (IOM) dalam laporannya tahun
2001, Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the 21st Century,
mengundang pembaruan dalam sistem pelayanan kesehatan di Amerika, yang
menjelaskan enam kinerja yang diharapkan dari sistem pelayanan kesehatan di abad
21. Keenam harapan tersebut yaitu pelayanan kesehatan harus aman, efektif,
mengutamakan pasien, tepat waktu, efisien dan layak. Cita-cita ini dimaksudkan
sebagai ukuran peningkatan yang akan mengatur insentif pembayaran dan
akuntabilitas berdasarkan peningkatan dalam kualitas, walaupun laporan-laporan
terkini mengungkapkan banyak celah dalam mutu yang diharapkan (Balik dan
Dopkiss, 2010; Leape dan Berwick, 2005; Wachter, 2004, 2010), termasuk cara
mendidik para petugas kesehatan.
Laporan lanjutan IOM (2003) menyatakan pendidikan sebagai jembatan
menuju kualitas. Lima kompetensi penting bagi para petugas kesehatan untuk
mencapai perubahan diutarakan: memberikan pelayanan yang mengutamakan
pasien, berkerja sebagai bagian dari tim lintas disiplin, mempraktikkan pelayanan
kesehatan berbasis fakta, fokus kepada peningkatan mutu, dan menggunakan
teknologi informasi (IOM, 2003). Para pendidik dan organisasi yang bertanggung
jawab terhadap akreditasi, lisensi dan sertifikasi petugas kesehatan mengubah cara-
cara kita dalam mempersiapkan para pelajar dan pegawai yang bertugas, sehingga
mereka memenuhi kompetensi-kompetensi penting untuk mutu dan keselamatan
tersebut. Laporan lainnya mengungkapkan upaya lintas disiplin untuk mengkaji
pekerjaan para perawat secara rinci serta beberapa rekomendasi penting (Page,
2004):
Menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan dan memberi penghargaan
bagi para perawat
Memberikan penugasan perawat secara tepat
3. 3
Fokus pada keselamatan pasien pada tingkat dewan pengelolaan
organisasional
Menggabungkan manajemen berbasis fakta dalam manajemen pelayanan
keperawatan
Membangun kepercayaan antara para perawat dan pimpinan organisasi
Memberikan kesempatan kepada perawat untuk bersuara dalam
penyampaian perawatan pasien melalui kepemimpinan keperawatan yang
efektif dan partisipasi dalam penentuan keputusan
Memberikan dukungan organisasional untuk memajukan pembelajaran baik
bagi perawat baru maupun berpengalaman
Mengajukan kolaborasi antar disiplin ilmu
Merancang lingkungan kerja yang mengutamakan keselamatan pasien
Menciptakan kultur yang memperkuat keselamatan pasien
Upaya-upaya lain telah pula mendorong keperawatan dalam keterikatan dan
kontribusinya kepada peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan. Kolaborasi
antara Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) dan Institute for Healthcare
Inprovement (IHI) bernama Transforming Care at the Bedside dimulai pada tahun
2003 yang menjumpai “peran perawat yang sering dilupakan” dalam penyampaian
pelayanan (Lavizzo-Mourey dan Berwick, 2009, hal. 3). Prakarsa ini memanfaatkan
peluang untuk meningkatkan rumah-rumah sakit berkinerja tinggi dengan
menciptakan “laboratorium pembelajaran” bagi inovasi pada pelayanan. Hasilnya
adalah pengembangan dan identifikasi pembanding yang berlaku sebagai target
peningkatan kinerja untuk memandu para pimpinan organisasi dalam meraih
efisiensi dan perubahan yang berumur panjang.
Keterlibatan para perawat dalam kualitas juga berakar dari standar
pengaturan yang berdampak pada praktik perawat, seperti dari Centers for Medicare
and Medicaid Services (CMS) atau The Joint Commission (TJC). Beberapa upaya untuk
mengikutsertakan para perawat dalam gerakan mutu hadir pula dari organisasi-
4. 4
organisasi federal dan nonfederal di luar keperawatan. Agency for Healthcare
Research and Quality (AHRQ) berpendapat bahwa keperawatan sungguh penting
untuk memastikan mutu dan keamanan perawatan pasien, sehingga bersama RWJF
mendukung sebuah buku panduan untuk para perawat tentang keselamatan pasien
dan kualitas yang dapat digunakan dalam pendidikan dan praktik, berjudul Patient
Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses (Hughes, 2008). Dari
buku ini, Farquhar (2008) menggarisbawahi empat wilayah mutu yang ditempati
para perawat sebagai peran utamanya: pencegahan dalam tata layanan berjalan,
tatanan pasien rawat inap, keselamatan pasien di antara sistem pelayanan
kesehatan (termasuk kesehatan masyarakat), dan pelayanan bagi anak-anak berusia
di bawah 17 tahun.
Inisiatif lainnya seperti yang dijalankan oleh IHI telah melibatkan para
perawat dalam peningkatan mutu. Banyak upaya yang mendorong kerja sama antar
rumah sakit guna melibatkan para perawat dengan memajukan peningkatan mutu,
menyelenggarakan proyek-proyek khusus dan perawatan berbasis fakta, dan
menyokong forum pendidikan bagi semua pegawai kesehatan. Oleh karena itu,
entah melalui organisasi profesional, regulasi, standar-standar praktik, atau
pendidikan dan sosialisasi mereka, para perawat dari semua tingkat dan semua
tatanan harus menyadari dan terlibat dalam menangani persoalan-persoalan yang
berdampak pada mutu dan keamanan pelayanan yang diberikan.
EVOLUSI PERAN PERAWAT DALAM TIM PENINGKATAN MUTU DAN PELAYANAN
KESEHATAN
Peran para perawat dalam peningkatan mutu telah diungkapkan ketika
rumah sakit mulai membangun kultur keselamatan pasien (Sammer dkk., 2010).
Kultur keselamatan ini adalah hasil dari “nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan
pola-pola tingkah laku yang menentukan komitmen manajeman kesehatan dan
keselamatan organisasi serta gaya dan keahliannya” secara perorangan, kelompok
dan organisasi (Health and Safety Commission, 1993). Usaha memajukan
keselamatan pasien menuntut para perawat untuk bertindak sebagai perantara
5. 5
penting menuju kualitas pelayanan kesehatan terbaik yang dapat ditawarkan oleh
organisasi. Mereka diminta untuk terlibat secara aktif, membantu menciptakan
protokol-protokol baru, menetapkan standar perawatan dan lain-lain, juga
membantu perubahan sistem rancangan yang diperoleh dari analisis data.
Peran para perawat juga telah berkembang dengan memasukkan
keanggotaan dan kepemimpinan dalam tim pelayanan kesehatan. Para perawat
memiliki peran penting dalam tim pelayanan kesehatan dengan mengoordinasi,
menyatukan dan memfasilitasi penyampaian layanan, karena mereka sering kali
menjadi baris pertama komunikasi dengan para pasien dan keluarganya, baik sebagai
perantara tetap dengan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Dalam tim
peningkatan mutu, mereka sering mengumpulkan data, membantu perkembangan
dan menerapkan protokol-protokol yang diperlukan untuk memenuhi standar-
standar pengaturan dan insentif ekonomis (Bodrock dan Mion, 2008). Para perawat
mengumpulkan dan menggunakan data untuk memantau hasil proses perawatan,
merancang dan melaksanakan metode peningkatan untuk membentuk dan menguji
perubahan dan memanfaatkan hasil-hasil—yang diperoleh dari para pasien, provider
dan sistem—guna meningkatkan proses-proses juga sistem itu sendiri secara
keseluruhan. Aktivitas-aktivitas kemajuan unit perawatan pasien biasanya dipimpin
oleh para perawat dalam organisasi pelayanan kesehatan, dan kegiatan tersebut
harus diimbangi dengan tindakan yang diajukan oleh para pimpinan organisasi pada
tingkat sistem.
Gaya kepemimpinan manajer perawat terkait dengan kinerja unit tertentu,
termasuk ketetapan, kepuasan, pergantian dan/atau pengukuran mutu perawat
(Bratt dkk., 2000; Leveck dan Jones, 1996). Pelayanan kesehatan pun bisa jadi beralih
ke arah yang sama dengan industri lain mendasarkan evaluasi kinerja manajer
perawat pada metrik terkait-kualitas yang akan menghilangkan beberapa
subjektivitas pada proses evaluasi kinerja. Oleh karena itu, para manajer perawat
dan pimpinan di semua tingkat memerlukan pengetahuan mendalam dan
pemahaman mengenai segi bisnis dari penyampaian perawatan untuk menciptakan
lingkungan kerja positif bagi para perawat yang menyediakan pelayanan kepada
6. 6
pasien, dan untuk menentukan keputusan yang lebih baik bagi pasien maupun
organisasi saat menerima perawatan (American Organization of Nurse Executives,
2007).
Terkadang, para perawat di barisan depan merasa tertekan, terlalu banyak
pekerjaan dan kekurangan pegawai untuk melayani pasien serta keluarganya; para
perawat yang memimpin mungkin merasa bahwa mereka selalu menanggapi
desakan untuk memastikan pemenuhan pegawai, menjaga pengaturan tugas dan
meningkatkan mutu pelayanan dengan sumber daya terbatas. Meski demikian, Hall,
Monroe dkk., (2008) bahwa pertumbuhan fokus kepada penyediaan perawatan
bermutu tinggi tidak hanya menguntungkan pasien, tetapi juga memancing para
perawat untuk menikmati pekerjaan mereka. Ada banyak persoalan sistem
menyangkut kepuasan para perawat terhadap pekerjaan, yang dapat ditujukan
melalui analisis peningkatan dari isu-isu tersebut sebagai masalah arus pasien,
manajemen keselamatan pada masa puncak sensus, masalah komunikasi di sekitar
pasien yang kompleks, dan meningkatkan keamanan pengobatan (Hall, Moore dkk.,
2008). Memiliki kemampuan untuk menyampaikan pelayanan yang sangat mereka
pahami akan menambah kepuasan, membantu terciptanya lingkungan kerja yang
lebih positif (Hall, Doran dkk., 2008) dan meningkatkan kepuasan pasien (Lindberg
dan Kimberlain, 2008). Walaupun sulit, insentif untuk melakukan hal-hal tersebut
dan peluang untuk menyumbang perubahan sistemik kepada sistem pelayanan
kesehatan kita belum pernah sebesar ini.
Aplikasi dalam Tatanan Pelayanan Tertentu
Peran perawat berlaku di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk
perawatan akut, perawatan jangka panjang dan perawatan primer. Williams dan
Fallone (2008) membahas peran para perawat dalam lingkup perawatan akut untuk
memantau, mengevaluasi dan meningkatkan lingkungan kerja mereka demi
menghasilkan panduan dan standar praktik terbaik untuk unit mereka. Metodologi
peningkatan mutu PDSA memperjelas proses-proses perawatan dan memajukan
7. 7
praktik dalam siklus berkelanjutan dalam wujud pertanyaan, pencarian ilmu-ilmu
baru dan menetapkan standar-standar perawatan.
Compas dkk., (2008) mengumpulkan literatur untuk mengkaji proyek-proyek
peningkatan mutu dalam panti-panti dengan pendekatan umum agar mencakup
pernyataan-pernyataan tujuan, tim multidisipliner, pendidikan yang dibutuhkan,
pencapaian proyek dan perputaran umpan balik. Salah satu standar keperawatan
dalam pelayanan terkait dengan standar pengaturan adalah pengeluaran urin yang
tak terkendali di panti-panti. Palmer (2008) mendiskusikan pengendalian air seni
sebagai bagian dari Nursing Home Quality Initiative dari CMS. Pengendalian air seni
masih menjadi persoalan bagi panti walaupun telah banyak upaya untuk
mengatasinya. Palmer menjelaskan peran utama para perawat dalam protokol
penilaian dan perawatan yang tepat untuk infeksi kandung kemih, dan strategi
peningkatan mutu yang digunakan, yang kadang mengacu pada “manajemen
sempurna”.
Mahasiswa merupakan sumber berharga untuk membantu merancang dan
mengimplementasikan peningkatan mutu dalam tatanan yang memiliki sedikit
sumber daya seperti yang dijelaskan oleh Teeley dkk., (2006) dalam lingkup
pelayanan kesehatan. Berdasarkan celah yang mereka lihat pada kuliah sarjana
kesehatan komunitas, mata kuliah tersebut perlu ditinjau kembali untuk
mengembangkan karya terdahulu dan menambahkan pengalaman peningkatan
mutu ke dalam kurikulum. Proyek ini dijalankan selama dua tahun dengan
mengembangkan materi-materi kuliah dan memberikan bacaan-bacaan terpilih yang
berhubungan dengan peningkatan mutu, serta menyelenggarakan proyek-proyek
mahasiswa tentang peningkatan mutu. Proses peningkatan mutu meliputi delapan
langkah inti (Knapp dan Lowe, 2001): mengklarifikasi tujuan proyek; membentuk tim
yang tepat; menarget upaya-upaya peningkatan sesuai tujuan proyek;
mengumpulkan dan menggunakan data untuk menginformasikan proses;
mendengarkan konsumen; menggunakan perangkat dan metode peningkatan;
mengadakan siklus peningkatan dan pembelajaran; dan membuat peningkatan.
8. 8
Hasilnya, menurut laporan fakultas, para mahasiswa menjadi terlibat dan berperan
serta dalam hasil proyek, juga lebih memahami keperawatan komunitas.
Jones dan koleganya (2009) juga menerangkan inisiatif dalam bidang
pendidikan yang bermaksud mengubah kuliah keperawatan tingkat sarjana melalui
kemitraan kuat antara praktik-akademik. Fakultas dan mitranya bekerja sama
mengembangkan model pembimbing dengan komponen praktikum yang disatukan
dalam kuliah. Para mahasiswa menerapkan peningkatan mutu, keselamatan pasien,
dan memperoleh pengetahuan dan kecakapan yang dipelajari dari kelas dan
pengalaman secara nyata di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
memanfaatkan keahlian mahasiswa dan kemampuan organisasional mereka,
masalah-masalah dapat dituju dengan sama-sama menguntungkan bagi mahasiswa
dan fasilitas yang bersangkutan. Indikator terbesar kesuksesan proyek ini adalah
bahwa rekomendasi proyek tim dilaksanakan oleh organisasi yang bekerja sama.
PENINGKATAN MUTU DALAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Persoalan-persoalan mutu yang muncul dalam sistem pelayanan kesehatan
menuntut perancangan ulang tentang cara mendidik generasi perawat berikutnya
serta petugas pelayanan kesehatan lainnya sehingga mereka memahami faktor-
faktor yang dapat membantu menjamin mutu pelayanan. Para perawat harus
mampu mengenali dan menjembatani jurang antara hal-hal yang sedang dan harus
dilakukan. Pandangan-pandangan yang timbul mengenai kualitas dan keselamatan
menyangkut kompetensi yang tercakup dalam praktik berdampak pada perancangan
ulang program-program pendidikan keperawatan.
Proyek Quality and Safety Education for Nurses (QSEN) dikembangkan untuk
mempertemukan pendidikan perawat dengan harapan terhadapnya dalam
menjalankan peran dan tanggung jawab mereka (Cronenwett dkk., 2007). Proyek
yang didanai RWJF ini bertujuan membantu para perawat memperoleh
pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang mendukung peran-peran dalam
meningkatkan sistem pelayanan kesehatan di tempat mereka bekerja. Proyek
mencakup tiga tahap untuk menanggapi tantangan-tantangan dalam membekali
9. 9
para calon perawat dengan pengetahuan, kecakapan dan sikap yang diperlukan
untuk membantu mengubah hasil yang dialami para pasien.
Pada Tahap I, dibentuk panel ahli nasional yang menjalankan proses
pencapaian konsensus pada enam kompetensi menurut laporan IOM tentang
pendidikan pelayanan kesehatan guna meningkatkan mutu dan keamanan dalam
pelayanan kesehatan: pelayanan yang mengutamakan pasien, kerja tim dan
kolaborasi, praktik berbasis fakta, peningkatan mutu, keamanan dan informatika
(Cronenwett dkk., 2007). Panel QSEN menyadari bahwa kualitas dan keamanan
merupakan kompetensi terpisah. Setiap kompetensi dijelaskan dan dikembangkan
lebih lanjut dengan penegasan pada ilmu, kecakapan dan sikap, pertama-tama untuk
program pendidikan keperawatan pralisensi (Cronenwett dkk., 2007), kemudian
untuk program pendidikan sarjana keperawatan (Cronenwett dkk., 2009). Panel ahli
tersebut mengkaji pemikiran dan peningkatan sistem, pengurangan kesalahan, teori
faktor manusia dan keamanan. Para ahli pedagogik dalam panel membantu
mengembangkan strategi pembelajaran kelas eksemplar, klinis dan berbasis simulasi
yang dapat diterapkan pada kelompok siswa antar profesi (Day dan Smith, 2007;
Durham dan Sherwood, 2008; http://www.qsen.org).
Pada QSEN Tahap II, sebuah kerja sama mendanai 15 sekolah sebagai model
penyatuan kompetensi ke dalam kurikulum mereka (Barton dkk., 2009; Cronenwett
dkk., 2009). Sekolah-sekolah tersebut menunjukkan strategi yang berlainan dalam
menerapkan strategi peningkatan dalam kurikulum, dengan satu strategi yang sama
yaitu bekerja sama dengan fakultas untuk menggabungkan informasi mengenai
perangkat peningkatan mutu ke dalam kurikulum. Banyak mahasiswa yang terlibat
dalam prakarsa peningkatan mutu pada masa pelajaran klinis mereka dan dilatih
mengajukan pertanyaan yang fokus kepada kualitas. Beberapa siswa berkesempatan
merancang uji perubahan kecil pada topik yang menarik bagi mereka. Ini membantu
menambah kesadaran mereka tentang peluang peningkatan mutu dan memberi
mereka kesempatan untuk mencari literatur, merancang perubahan terencana,
menguji implementasi dan mengukur hasilnya.
10. 10
Tahap III (2009-2011) mengajukan cara-cara inovatif untuk mendidik, menguji
dan mengesahkan kompetensi dalam berbagai tingkat pendidikan keperawatan.
Pengembangan fakultas meliputi mengajar dan melatih fakultas tentang metode-
metode peningkatan mutu sehingga mereka mampu merancang strategi-strategi
pembelajaran dalam kurikulum bersama agen-agen klinis. Tahap ini juga
memasukkan kompetensi-kompetensi dalam buku-buku teks, lisensi, akreditasi, dan
standar sertifikasi untuk mengusulkan sumber-sumber pelajaran yang diperlukan
para siswa dan fakultas guna meraih peningkatan mutu dan menghasilkan generasi
perawat baru yang menganut kualitas sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari
mereka.
Sejak awal, para pemimpin QSEN telah menyadari dampak perubahan
terhadap perubahan standar pendidikan keperawatan, akreditasi dan program-
program keperawatan, dan sertitikasi spesialisasi praktik. Dewan penasehat yang
terdiri atas wakil-wakil dari pendidikan kedokteran, akreditasi keperawatan, dan
berbagai program pendidikan lainnya bekerja mendampingi panel untuk membantu
mencapai perubahan. Usaha pelaksanaan kebijakan ini menjamin bahwa semua
perawat akan mengetahui dan memelihara peran mutu sebagai bagian dari
pekerjaan mereka.
ARAH KE DEPAN
Peran perawat yang terus berkembang dalam peningkatan mutu, standar-
standar pengaturan, pendidikan, dan tugas kemasyarakatan untuk meningkatkan
pelayanan mengajukan beberapa arahan untuk masa depan. Arah-arah ini
berkenaan dengan pendidikan berbagai ilmu, memperlengkap bidang keperawatan,
tujuan-tujuan untuk mengembangkan praktik keperawatan dan keikutsertaan para
perawat dalam inisiatif-inisiatif mutu nasional.
Pendidikan dengan Ilmu Lain
11. 11
Standar akreditasi untuk sebagian besar profesi kesehatan kini menuntut
pencanangan peningkatan mutu (Batalden dkk., 2009). Para petugas praktik yang
pendidikannya tidak mencakup peningkatan mutu mengalami kekurangan
pengetahuan, kecakapan dan sikap yang dibutuhkan untuk berpartisipasi aktif dalam
peningkatan sistem, menempatkan beban pendidikan pada tatanan klinis. Proses
peningkatan mutu memerlukan partisipasi dari berbagai disiplin, namun para siswa
profesi kesehatan memiliki sedikit pengalaman pembelajaran lintas profesi.
Achieving Competence Today merupakan salah satu contoh model baru pendidikan
lintas profesi yang mengajar para peserta didik dari berbagai disiplin untuk
mengembangkan proyek peningkatan mutu merujuk pada masalah kualitas atau
keamanan dari sistem praktik mereka masing-masing (Ladden dkk., 2006).
Implikasi bagi Bidang Keperawatan
Meskipun terdapat banyak pendekatan untuk mengajarkan peningkatan
mutu, penjelasan mengenai isi dan laporan dari efektivitas pendekatan tersebut
terbatas. Berpikir kritis adalah penopang utama pendidikan keperawatan. Itu
membantu para perawat mengembangkan semangat penyelidikan untuk menjadi
praktisi analitis, yang mendasari seni mengajukan pertanyaan, tahap pertama proses
peningkatan mutu (Edwards, 2007). Quality Improvement Knowledge Application
Tool (Varkey dkk., 2006) menetapkan bahwa para peserta medis dan keperawatan
dalam prakarsa peningkatan mutu di berbagai disiplin secara signifikan
meningkatkan kapasitas mereka untuk membuat perubahan dengan metode-
metode peningkatan mutu. Sebuah tinjauan sistematis tentang efektivitas kurikulum
peningkatan mutu dalam pendidikan medis oleh Boonysai dkk. (2007) menyimpulkan
bahwa strategi-strategi pembelajaran dapat memperlihatkan prinsip-prisip pelajaran
yang menonjol, namun gagal menentukan metode pendidikan mana yang memiliki
keuntungan klinis yang berarti.
Sasaran Peningkatan Praktik
12. 12
Meskipun aktivitas peningkatan mutu berbeda dari riset bersubjek manusia
dan tidak memerlukan tinjauan dewan peninjau institusional, kegiatan tersebut
membutuhkan penyeliaan profesional dan dilupakan seperti yang telah dijelaskan
oleh panel ahli yang dikumpulkan dalam Hastings Center (Lynn dkk., 2007).
Peran Para Perawat dalam Inisiatif Kualitas Nasional
Banyak organisasi yang fokus kepada kualitas pelayanan. Association of
American Medical Colleges membuka Integrating Quality Project guna membantu
para pendidik berperan ganda dalam mewujudkan perawatan bermutu tinggi dan
mendidik siswa-siswa medis dengan menyediakan sumber-sumber untuk
mengajarkan peningkatan mutu. American Nurse Association (ANA) membentuk
National Center for Nursing Quality untuk menyelenggarakan proyek-proyek
pelayanan perawat, memberikan sumber-sumber pendidikan mutu dan keamanan,
dan meneliti kualitas lingkungan kerja perawat.
KESIMPULAN
Upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan sangatlah penting bagi praktik
keperawatan, penyampaian pelayanan kesehatan secara keseluruhan, dan mutu
pelayanan yang diserahkan kepada masyarakat kita. Para perawat merupakan
komponen integral dari sistem penyampaian pelayanan kesehatan saat ini dan
mendatang dengan sifat peran yang mereka mainkan dalam baris terdepan
pelayanan, pada tim pelayanan kesehatan, dan dalam inisiatif peningkatan mutu.
Untuk meningkatkan lingkungan pelayanan, peran pokok para perawat dalam
memastikan kualitas dan dampaknya upaya-upaya perubahan terhadap para
perawat harus dipertimbangkan dan dipahami dengan lebih baik (Jones an Lusk,
2002). Para perawat bersifat kritis dalam memimpin dan melayani sebagai anggota
tim peningkatan mutu di masa depan agar memperbesar nilai pelayanan yang
diberikan.
13. 13
Sumber : William A.Sollecito dan Julie K.Johson. Chapter 17 Buku Implementing
Continuous Quality Improvement in Health care edisi ke empat (2011).