1. LTM Topik 1: Pendidikan/edukasi Kesehatan Klien dalam Praktek Keperawatan
Promosi Kesehatan, Kelas A
Rumusan Masalah.
1. Apakah hubungan antara pendidikan atau edukasi pasien dan discharge
planning?
2. Bagaimana proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam praktek
keperawatan?
3. Bagaimana model proses dalam pendidikan kesehatan pasien?
Hubungan antara Pendidikan atau Edukasi Pasien dan Discharge Planning.
Pendidikan atau edukasi Pasien
Perawat mengemban beberapa peran saat mereka memberi asuhan kepada kliennya,
salah satunya adalah sebagai pendidik/edukator. Perawat membantu klien
mengenal kesehatan dan prosedur asuhan kesehatan guna memulihkan atau
memelihara kesehatan klien. Perawat mengkaji kebutuhan belajar dan kesiapan
belajar klien, menentukan tujuan belajar khusus bersama klien, menerapkan strategi
pendidikan, dan mengukur hasil belajar. Kebutuhan belajar berubah seiring
perubahan status kesehatan klien, oleh karena itu perawat harus terus mengkaji
kondisi mereka (Kozier et al., 2004). Pendidikan klien membantu klien dalam
mengambil keputusan tentang pelayanannya dan membantunya menjadi lebih sehat
dan mandiri (Behar Horenstein et al., 2005; Oerman et al., 2002 dalam Potter dan
Perry, 2009).
Tujuan pendidikan kesehatan adalah membantu individu, keluarga, atau komunitas
untuk mencapai tingkat kesehatan optimal (Edelman dan Mandle, 2006 dalam
Potter dan Perry, 2009). Menurut Potter dan Perry (2009), pendidikan kesehatan
yang komprehensif meliputi tiga tujuan penting:
1. Pemeliharaan dan Promosi Kesehatan serta Pencegahan Penyakit
2. Perawat memberikan informasi dan keterampilan yang dapat mengubah
perilaku klien menjadi lebih sehat. Hal ini dapat dilakukan di sekolah, rumah,
klinik, atau tempat kerja. Promosi perilaku sehat melalui edukasi
memungkinkan klien mengambil tanggung jawab yang lebih besar terhadap
kesehatannya.
2. Pemulihan Kesehatan
Klien yang sakit atau cedera membutuhkan informasi dan keterampilan yang
membantu mereka mencapai kembali tingkat kesehatannya. Klien yang sedang
menjalani pemulihan dan beradaptasi terhadap perubahan akibat penyakit
biasanya mencari informasi tentang kondisinya. Namun, ada beberapa klien
yang sulit beradaptasi terhadap penyakit sehingga menjadi pasif dan tidak
berminat untuk belajar. Sebagai perawat, kita belajar mengidentifikasi
kesediaan dan minat belajar klien (Redman, 2007 dalam Potter dan Perry,
2009).
3. Beradaptasi dengan Gangguan Fungsi
Tidak seluruh klien akan pulih dari penyakit atau cederanya. Banyak dari
mereka harus beradaptasi dengan perubahan kesehatan permanen. Disini
keluarga klien harus mengerti dan menerima perubahan klien. Kemampuan
keluarga untuk mendukung klien berasal dari edukasi. Perawat harus
mengajarkan anggota keluarga untuk membantu klien dengan manajemen
pelayanan kesehatan misal keluarga pada klien ketergantungan obat akan
belajar beradaptasi terhadap efek emosional dari kondisi kronis dan dukungan
psikososisal.
Discharge planning
Discharge planning atau perencanaan pulang adalah proses mempersiapkan klien
untuk meninggalkan satu tingkat asuhan ke tingkat lain di dalam atau di luar
institusi layanan kesehatan saat ini (Kozier et al., 2004). Umumnya perencanaan
pulang mengacu pada pemulangan klien dari rumah sakit ke rumah. Namun
perencanaan pulang juga terjadi antar tatanan perawatan. Klien dapat pindah dari
rumah sakit ke institusi layanan kesehatan jangka panjang, dari unit medis ke unit
3. rehabilitasi, dari pusat rehabilitasi ke rumah, dari unit medis ke unit perawatan
intensif dan lain sebagainya.
Hubungan antara pendidikan/edukasi pasien dan discharge planning
Tiap instansi biasanya memiliki kebijakan dan prosedur sendiri terkait perencanaan
pulang, banyak instansi memiliki perencana pemulangan, seorang profesional
layanan kesehatan mengoordinasi pemindahan dan bertindak sebagai penghubung
antara institusi yang memulangkan pasien dan yang menerima pasien. Menurut
Kozier et al., 2004, perawat seringkali mengemban tanggung jawab ini dalam
memberikan kontinuitas asuhan.
Kontinuitas asuhan adalah koordinasi layanan kesehatan oleh penyedia layanan
kesehatan bagi klien yang berpindah dari satu tatanan layanan kesehatan ke tatanan
lain. Untuk menjamin kontinuitas asuhan perawat harus menyelesaikan beberapa
tugas, salah satunya yaitu perawat harus mulai menyusun perencanaan pulang untuk
semua klien saat mereka masuk ke tatanan layanan kesehatan (Kozier et al., 2004).
KESIMPULAN
Perencanaan pulang perlu disusun sejak klien masuk ke instansi, terutama di rumah
sakit dengan masa rawat inap yang semakin singkat, klien masih membutuhkan
bantuan dalam memahami situasi mereka, membuat keputusan perawatan
kesehatan, dan mempelajari perilaku kesehatan baru. Disini pendidikan kesehatan
merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Perawat memberikan
informasi melalui pendidikan kesehatan kepada klien yang membutuhkan
perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah
(Falvo, 2004 dalam Potter dan Perry, 2009). Informasi penting sebelum pulang
mencakup informasi tentang obat-obatan, pembatasan diet dan aktifitas, tanda-tanda
komplikasi yang perlu dilaporkan ke dokter, janji tindak lanjut dan nomor
telepon, dan tempat memperoleh peralatan. Perawat juga perlu mendemonstrasikan
cara melakukan terapi yang diperlukan dengan aman. Informasi perlu diberkan
secara verbal dan secara tertulis.
4. Proses Pengintegrasian Pendidikan Kesehatan ke dalam Praktek
Keperawatan
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
perawat. National League of Nursing Education (NLNE) mengamati bahwa
pendidikan kesehatan memiliki arti penting dalam lingkup praktik keperawatan,
termasuk tanggung jawab promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di
lingkungan sekolah, rumah, rumah sakit, dan industri. Seiring berjalannya waktu,
NLNE menyatakan bahwa perawat pada dasarnya adalah seorang guru dan agen
kesehatan tanpa memandang lingkungan tempat praktik. Pendidikan keperawatan
harus di integrasikan ke dalam praktek keperawatan agar dapat mempermudah klien
dalam mencapai tingkat kesejahteraannya. Terdapat hubungan antara proses
keperawatan dan pengajaran (Redman, 2007). Proses keperawatan berbeda dari
proses pengajaran karena membutuhkan pengkajian dari seluruh data dan
menentukan kesehatan total klien, sedangkan proses pengajaran berfokus pada
kebutuhan belajar, kesediaan, serta kemampuan belajar klien.
Proses awal yang harus dilakukan adalah pengkajian. Perawat harus mengkaji
faktor-faktor yang dapat memengaruhi kemampuan belajar klien. Pengkajian yang
efektif akan menjadi dasar pengajaran klien individu (Wingard, 2005). Dengan
melakukan pengkajian rutin, perawat dapat menentukan kebutuhan belajar dan
mengetahui informasi yang dianggap penting oleh klien. Mengajukan pertanyaan
dapat membantu dalam menentukan kesediaan dan kesiapan klien untuk belajar.
Setelah mengkaji informasi yang berhubungan dengan kemampuan dan kebutuhan
belajar klien, proses yang dilakukan adalah membuat diagnosis yang
menggambarkan kebutuhan belajar spesifik pada klien. Mengklarifikasi diagnosis
berdasarkan tiga bidang pembelajaran akan membantu perawat lebih fokus pada
materi subjek dan metode pengajaran.
Perencanaan keperawatan dilakukan setelah diagnosis telah ditentukan. Dalam
menyusun rencana pengajaran, perawat harus melibatkan klien dalam mengambil
keputusan. Partisipasi klien akan mempermudah perawat dalam mencapai hasil
yang diinginkan. Penetapan prioritas juga dapat membantu untuk menghemat
waktu dan tenaga klien maupun perawat.
5. Implementasi edukasi tergantung pada kemampuan perawat dalam menganalisis
data pengkajian. Dalam melakukan implementasi harus melibatkan keyakinan
bahwa tiap interaksi yang dilakukan dengan klien merupakan kesempatan belajar.
Perawat harus dapat mempertahankan perhatian dan partisipasi belajar klien antara
lain dengan bersikap aktif mengubah nada dan intensitas suara, berbicara
menggunakan gerakan tubuh, dan lain-lain. Perawat dan klien harus saling
bekerjasama dalam menetapkan tujuan dan terlibat langsung dalam proses
pembelajaran bersama. Setelah memberikan pengajaran, perawat harus dapat
mempercayakan klien dalam mengatur perawatan diri. Dalam melakukan
implementasi, perawat harus melihat faktor-faktor lainnya, antara lain apakah klien
memiliki kecacatan atau tidak. Keragaman budaya juga menjadi hal penting yang
harus diperhatikan oleh perawat karena hal ini memiliki hubungan yang sangat
sensitif dengan pasien dan dapat memicu konflik.
Tahap terakhir adalah evaluasi, hal ini memperkuat perilaku yang benar, membantu
pelajar menyadari cara perubahan perilaku yang tidak benar, dan membantu
pengajar menentukan kecukupan pengajaran (Redman, 2007). Perawat
mengevaluasi keberhasilan dengan mengamati perilaku klien apakah sesuai dengan
yang diharapkan atau tidak. Keberhasilan sendiri dapat tercapai bergantung pada
kemampuan yang dimiliki klien untuk memenuhi hasil dan tujuan yang telah
ditetapkan.
KESIMPULAN
Dengan melakukan integrasi pendidikan kesehatan ke dalam praktek keperawatan
dapat mempermudah perawat dalam memberikan edukasi kepada klien dalam
mencapai kesehatannya. Selain itu, dengan adanya kerjasama antara perawat dan
klien akan lebih menghemat waktu serta tenaga yang dibutuhkan dalam mencapai
hasil yang diinginkan.
Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien
Salah satu peran seorang perawat adalah sebagai pendidik. Pendidikan kesehatan
itu sendiri adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang menitikberatkan pada
6. upaya untuk meningkatkan perilaku klien (Tjitarsa, 1998). Tujuan pendidikan
kesehatan menurut Edelman dan Mandle (2006) dalam Potter dan Perry (2009)
adalah membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk mencapai tingkat
kesehatan optimal.
Model merupakan cara teoritis untuk memahami suatu konsep atau ide. Pendidikan
kesehatan merupakan konsep yang kompleks, maka model proses dalam
pendidikan pendidikan klien digunakan untuk memahami konsep tersebut.
Berbagai model pendidikan kesehatan berfokus menjelaskan pengalaman
kesehatan, perilaku dan tindakan individu/klien. Ada beberapa macam model
pendidikan kesehatan yang biasa digunakan, yaitu sebagai berikut (Allender &
Walton, 2001).
1. The Clotterbuck Minimum Data Matriks (CMDM)
Model CMDM digunakan karena menghasilkan informasi menyeluruh yang
didapat dari data klien. Model CMDM juga membantu perawat untuk melihat
situasi atau rangkaian peristiwa yang nantinya dapat membahayakan kesehatan
klien.
Model ini mencakup serangkain variabel-variabel empiris yang dapat membantu
untuk mengetahui status kesehatan, perilaku, dan hasil yang akan didapat. Berbagai
variabel tersebut tersebar ke dalam tiga dimensi: personal, situasional, dan
struktural. Informasi yang didapat melalui CMDM dapat menghasilkan profil yang
menyeluruh dari klien. Informasi ini dapat dijadikan alat untuk membantu perawat
dalam merancang perencanaan dan mengimplementasikan pendidikan kesehatan
untuk menghasilkan perubahan yang positif dari kesehatan klien. (Allender &
Walton, 2001)
2. Health Belief Model (HBM)
Health Belief Model (HBM) merupakan kepercayaan pada kesehatan. HBM
memungkinkan pemahaman dan perkiraan cara tingkah laku klien sehubungan
dengan kesehatannya dan bagaimana mereka mematuhi suatu terapi layanan
kesehatan (Potter & Perry, 2009).
7. HBM menekankan pada ancaman dari suatu penyakit yang dapat mempengaruhi
keyakinan atau penilaian kesehatan klien untuk melakukan tindakan pencegahan.
Ketika perawat melakukan pendidikan kesehatan haruslah mempertimbangkan
kerentanan dan keseriusan penyakit yang klien derita dan tindakan yang dapat
mencegah ancaman dan memusnahkan penyakit yang menyerangnya
(Bastable,1997).
Model HBM mendorong kesiapan klien untuk berperilaku mencapai kesehatan
dirinya yang dipengaruhi oleh:
a. Persepsi bahwa setiap orang rentan terhadap masalah kesehatan.
b. Menganggap serius masalah kesehatan.
c. Keuntungan dalam melakukan suatu tindakan.
d. Hambatan dalam melakukan suatu tindakan.
e. Keinginan diri atau pengetahuan yang didapat dari media.
f. Kemampuan diri dalam melakukan tidakan untuk mendapatkan hasil yang
diingkan.
Berikut ini bagan HBM dalam Jurnal Amerika mengenai Kesehatan Masyarakat
milik Becker (Bastabable,1997).
8. -
Terdapat tiga komponen yang saling berinteraksi dalam bagan tersebut, yaitu: 1)
persepsi individu, 2) faktor pemodifikasi, dan 3) kemungkinan tindakan (Bastable,
1997). persepsi individu merupakan anggapan atau pemikiran individu yang berupa
kerentanan dan keseriusan penyakit yang dirasakan. Sedangkan faktor pemodifikasi
adalah hal-hal yang mempengaruhi persepsi bahkan merubahnya, faktor
pemodifikasi terdiri dari demografi, variabel sosiopsikologis dan variabel
struktural.
3. Heath Promotion Model (HPM)
Model promosi kesehatan diplopori oleh Pender, dengan memodifikasi HBM.
Pender (2002) dalam Potter dan Perry (2009) mendefinisikan dahwa model promosi
kesehatan menggambarkan sifat multidimensi seseorang saat mereka berinteraksi
dalam lingkungannya untuk memperoleh kesehatan. HPM menyangkut variabel
dari pengaruh interpersonal seperti keluarga dan profesional kesehatan lainnya.
HPM juga terdiri dari faktor persepsi klien dan gambaran setiap faktor tersebut
(Rankin & Staliings, 2001).
9. HPM memiliki fokus pada tiga bidang yaitu 1) karakteristik dan pengalaman
individu, 2) pengetahuan dan tanggapan yang sesuai tingkah laku, serta 3) tingkah
laku sebagai hasil (Potter & Perry, 2009). Tingkah laku yang mempromosikan
kesehatan harus menghasilkan kesehatan yang membaik, kemampuan fungsional,
dan kualitas hidupyang lebih baik pada tiap tingkat pembentuknya.
4. PRECEDE dan PROCEED Model
PRECEDE model dikembangkan untuk diagnosis mengenai pendidikan mulai dari
kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. PRECEDE merupakan
kependekan dari Predisposing, Reinforcing, and Enable Causes in Educational
Diagnosis and Evaluation. Model ini terdiri dari proses menstrukturisasi,
mengorgansasi dan membuat proses perencanaan. Terdapat tujuh tahap dalam
merumuskan diagnosis dalam model ini, yaitu: diagnosis sosial, diagnosis
epidemologi, diagnosis prilaku dan lingkungan, diagnosis pendidikan. Perawat
dapat mengembangkan pernyataan diagnosa yang menggambarkan pendidikan apa
yang dibutuhkan oleh klien.
Sedangkan PROCEED yang merupakan kependekan dari Policy, Regulatory, and
Organizational Construct for Educational and Enviromental Development
digunakan untuk merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi dalam
program pendidikan kesehatan. Model ini terdiri dari empat tahap implementasi,
10. proses, dampak, dan evaluasi hasil dari proses pendidikan (Richards,1997 dalam
Allender & Walton,2007).
Fokus model ini adalah mempengaruhi individu, kelompok dan
masyarakat untuk berperilaku sehat dalam diagnosa, pendidikan dan evaluasi.
Berikut ini bagan dari PRECEDE dan PROCEED.
Green & Kreuter (2005) dalam Saifah (2011) mendefinisikan bahwa terdapat tiga
faktor yang dapat digunakan dalam menginvestigasi perilaku yang berkontribusi
terhadap status kesehatan dalam model PRECEDE-PROCEED yaitu sebagai
berikut.
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan faktor yang
mendukung atau mempermudah terjadiperilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi terhadap
sesuatu yang dapat memfasilitasi atau menghalangi perubahan.
b. Faktor pemungkin (enabling factor) merupakan faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku.
c. Faktor penguat (reinforcing factor) merupakan faktor yang memperkuat
terjadinya perilaku pada seseorang.
11. KESIMPULAN
Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk mengetahui model proses
dalam pendidikan kesehatan klien. Melalui edukasi klien, perawat menjelaskan
konsep dan fakta kesehatan, mendemontrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, memperbaiki tingkah laku belajar, dan mengevaluasi kemampuan
pasien dalam belajar. Metode pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan
kemapuan dan kebutuhan klien dan melibatkan sumber daya lainnya dalam
perencanaan. Dengan mengetahui model proses dalam pendidikan kesehatan klien
yang telah dijelaskan maka seorang perawat dapat memilih model proses apa yang
tepat untuk diberikan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice. 7th Edition. Volume 1. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2009). Fundamental of Nursing. 7th Edition.
Singapore: Elsivier.
Allender, Judith Ann & Spardley. (2001). Community Health Nursing: concept and
Practice, 5th Ed. Philadephia : Lipincott.
Bastable, Susan. (1997). Nurse as Educator: Principles of teaching and Learning.
Boston: Jones and Bartlett Publisher, Inc.
Rankin, Sally H & Stallings,Karen Duffy. (2001). Patient Education: Principles &
Practice, 4th Ed. Philadelphia : Lipincott.
Saifah, A. (2011). Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya, dan Media
Masa dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Mabelopura Kota Palu. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280091-
T%20A.%20Saifah.pdf. Diunduh pada 6 September 2014, pukul 15.03 WIB.
Tjitarsa, Ida. (1988). Pendidikan Kesehatan. Bandung: Penerbit ITB.
12. Bastable, S.B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC.
Effendy, N. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process,
and Practice Fourth Edition. Louis: Mosby.