SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program menjaga mutu adalah suatu proses yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan
masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta menilai
hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006).
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai
peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Saifuddin, 2006).
Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidak-tidaknya dapat
dibedakan atas 13 macam, yakni tersedia (availabel), menyeluruh
(comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (continue), adil dan
merata (equity), mandiri (sustainable), wajar (aapropriate), dapat diterima
2
(acceptable), dapat dipahami (accessible), dapat dijangkau (affordable),
efektif (effective), efisien (efficient), serta bermutu (quality) (Saifuddin,
2006).
Ketiga belas syarat pelayanan kesehatan ini sama pentingnya.
Namun pada akhir ini, dengan makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran
di satu pihak serta makin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial
ekonomi penduduk di pihak lain, tampak syarat mutu makin bertambah
penting. Mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu
dapat diselenggarakan, bukan saja akan dapat menghindari terjadinya
berbagai efek samping (side effect) karena penggunaan pelbagai kemajuan
ilmu dan teknologi kedokteran, tetapi sekaligus juga akan dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat (heallth needs and demands)
yang semakin meningkat (Saifuddin, 2006).
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
(comprehensive heallth care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok (gasic health care
services) yang meliputi beberapa program, salah satunya yaitu Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Depkes RI, 2009).
Peningkatan kualitas Kesehatan Ibu dan Anak sangat berkaitan
dengan pelayanan kebidanan. Pada pertemuan pengelola Safe Motherhood
dari negara-negara di wilayah South-East Asia SEAR Countries, Regional
Health Situation, Information Sources (SEARO) / Asia Tenggara pada tahun
1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
3
setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar
tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, World Health
Organization (WHO) SEARO mengembangkan standar pelayanan kebidanan
(DepKes RI, 2008).
Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi dan diukur, relistik,
mudah dilakukan dan dibutuhkan. Standar penting untuk pelaksanaan,
pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa
standar pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan. Standar
pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi
yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari (DepKes RI,
2008).
Untuk itu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri dan
neonatal khususnya bidan, harus mampu dan terampil memberikan pelayanan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh bidan di Puskesmas diharapkan
akan dapat mengatasi kecenderungan peningkatan angka kesakitan. Kepuasan
pasien yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan
mempengaruhi provibilitas puskesmas, sedangkan sikap karyawan terhadap
pasien yang akan berdampak terhadap kepuasan pasien dimana kebutuhan
pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan
mutu pelayanan yang diberikan (Depkes RI, 2005).
Standar pelayanan menentukan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien.
4
Kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat. Kepuasan merupakan sesuatu yang subjektif dan
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Interaksi faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap pelayanan yang diterimanya
(Depkes RI, 2008).
Di dalam Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
dinyatakan bahwa ”Tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-usaha
kesehatan pemerintah”.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, para ibu dan keluarganya
serta masyarakat lainnya, di samping sebagai obyek, juga harus diikutsertakan
dalam usaha-usaha Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang
bersangkutan. Dimana hal tersebut merupakan azas integrasi dari pelayanan
dalam usaha Keskehatan Ibu dan Anak (KIA), sehingga secara optimal usaha-
usaha BKIA yang bersangkutan akan dapat mencapai tujuan seperti yang
diharapkan dalam kegiatan BKIA tersebut.
Di dalam Pasal 9 No. 2, juga telah dinyatakan bahwa, tujuan pokok
Undang-Undang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
”Meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak sampai usia 5
tahun, menjaga dan mencegah jangan sampai ketiga subjek ini tergolong
dalam ”Vulnerable Group” atau Golongan Terancam bahaya (UU No.36
tahun 2009).
5
Berdasarkan hasil wawancara pada saat pra survey bulan Maret 2010
yang peneliti lakukan dengan 10 pasien setelah mendapat pelayanan KIA di
Puskesmas Kertasemaya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pasien tersebut
merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan di
Puskesmas Kertasemaya dan selain itu peneliti juga memperoleh data jumlah
pasien yang mendapat pelayanan di ruang KIA Puskesmas Kertasemaya
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. 1
Kunjungan Pasien di Ruang KIA Puskesmas Kertasemaya
Kabupaten Indramayu Tahun 2011
Bulan / Tahun Bayi / Balita Ibu Hamil
Januari 2011 171 70
Februari 2011 175 51
Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien di
Ruang KIA Puskesmas Kertasemaya pada bulan Januari 2011 sebanyak 70
pasien (40,9%) dari target 171 orang sedangkan pada bulan Pebruari 2011
jumlah kunjungan pasien sebanyak 51 orang (29,1%) dari 175 orang.
Sementara itu cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 77% masih
belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Kertasemaya.
Dari uraian di atas, untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kepuasan
berlangsung dalam melaksanakan suatu standar mutu pelayanan kesehatan
pasien di ruang KIA, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan
mengambil judul ”Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan KIA oleh
6
Bidan di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu tahun 2011”. Karena
itu belum pernah diadakan penelitian serupa di Puskesmas tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: “Bagaimanakah tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA
oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya tahun 2011?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan KIA oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya
Kabupaten Indramayu tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini untuk mengetahui :
a. Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pemeriksaan ibu hamil yang
diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya.
b. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan ibu nifas
yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya.
c. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan neonatus yang
diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya.
d. Tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita yang
diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan
pengalaman dalam penelitian serta bahan untuk penerapan ilmu yang
sudah didapat selama kuliah. Khususnya mata kuliah ilmu kesehatan
masyarakat dan metodologi penelitian.
2. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kertasemaya
Sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas,
khususnya pada Pelayanan KIA
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi
Program Studi Kebidanan STIKes Indramayu, khususnya untuk
memperluas wawasan di bidang pelayanan KIA dan dapat dijadikan
sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
4. Manfaat Bagi Penelitian lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup
penelitian agar tidak menyimpang jauh dari kontek data dan memberi
kejelasan arah sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :
8
1. Metode : Metode deskriptif
2. Subyek penelitian : Ibu hamil, ibu nifas dan ibu balita
yang memanfaatkan/mendapatkan
pelayanan di Ruang KIA
3. Obyek penelitian : Tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan KIA
4. Lokasi Penelitian : Ruang KIA Puskesmas
Kertasemaya
5. Waktu Penelitian : Pada tanggal 9 – 19 Mei 2011
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien seringkali dipandang sebagai suatu komponen yang
penting dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan
pasien dari sakit atau luka. Hal itu lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat
pelayanan kesehatan itu sendiri, berkaitan pula dengan sasaran dan outcome
pelayanan. Kepuasan pasien dalam penilaian mutu dihubungkan juga dengan
ketetapan pasien terhadap mutu atau kebagusan pelayanan, dan merupakan
pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena
memberikan informasi terhadap suksesnya provider bertemu dengan nilai dan
harapan pasien mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar
mutu pelayanan yang dikehendaki (Wijono, 2006).
1. Pengertian
Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil membandingkan penampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan seseorang. Kepuasan pelanggan
rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lainnya dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain dengan pendekatan dan perilaku petugas
serta mutu informasi yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu,
fasilitas umum yang tersedia, mutu makanan, pengaturan kunjungan,
outcome terapi, dan petugas kesehatanan yang diterima (Wijono, 2006).
10
Pasien awam pada umumnya jarang berpikir tentang arti mutu
pelayanan medis yang menyangkut penyakit yang dideritanya.
Pertanyaan hatinya adalah apakah dokternya baik, petugas kesehatannya
tidak galak, tarifnya mahal, obatnya manjur? Untuk pasien dan
masyarakat mutu berarti suatu perasaan emphaty, respek dan tanggap
akan kebutuhannya, pelayanan yang harus sesuai dengan kebutuhan
mereka. Keramahan atau kenikmatan berkaitan dengan pelayanan
kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan klinis dapat
mempengaruhi kepuasan pasien dan kebersediaannya untuk kembali ke
fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan berikutnya (Wijono, 2006).
Tjiptono (2008), menyatakan dalam pasar global yang
hiperkompetitif ini tidak ada satu bisnis pun yang dapat bertahan tanpa
adanya pelanggan yang puas. Perusahaan yang gagal memuaskan
pelanggannya akan menghadapi masalah yang lebih kompleks, karena
pengaruh bad word of mouth (berita kata-kata yang jelek). Umumnya
pasien yang tidak puas akan menyampaikan pengalaman buruknya
kepada 11 orang lain. Bila setiap hari dari 11 orang itu meneruskan
informasi tersebut kepada orang lain, maka berita buruk itu akan
berkembang secara eksponensial.
Menurut Tjiptono (2008), beberapa unsur penting dalam kualitas
yang ditetapkan pelanggan antara lain pelanggan harus merupakan
prioritas utama organisasi. Pelanggan yang dapat diandalkan adalah
pelanggan yang membeli berkali-kali dari organisasi yang sama, karena
11
pelanggan tersebut merasa puas. Oleh karena itu kepuasan pelanggan
sangat penting dan harus dijamin dengan menghasilkan produk
berkualitas tinggi. Kepuasan berimplikasi pada perbaikan terus-menerus
sehingga kualitas harus diperbaharui setiap saat agar pelanggan tetap
puas dan loyal. Kunci untuk membentuk fokus pada pasien adalah
menempatkan para karyawan untuk berhubungan dengan pasien dan
memberdayakan mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan
dalam rangka memuaskan pasien. Jadi unsur yang paling penting dalam
pembentukan fokus pada pasien adalah interaksi antara karyawan dan
pasien (Tjiptono, 2008).
2. Mutu Layanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan selalu merupakan bahan kajian dan
perhatian para ahli di banyak negara. Di Indonesia, dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) tahun 1982 disebutkan mengenai
penyelenggaraan kesehatan yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat,
dan peran aktif masyarakat. Sedangkan pada SKN tahun 2004,
mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan
hak azasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan
kesehatan sesuai dengan visi dan misinya, memantapkan kemitraan dan
kepemimpinan yang transformatif, meningkatkan pemerataan upaya
kesehatan yang terjangkau dan bermutu serta meningkatkan investasi
kesehatan untuk keberhasilan pembangunan Nasional. Dalam Undang-
undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, mulai diperhatikan mutu
12
pelayanan kesehatan antara lain meliputi arah pembangunan kesehatan,
peningkatan perbaikan kesehatan masyarakat, serta kualitas pelayanan
kesehatan (Wijono, 2006).
Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Indonesia,
tujuan pembangunan kesehatan adalah mewujudkan Indonesia sehat pada
tahun 2010 melalui kerjasama lintas sektoral, kemandirian masyarakat
dan kemitraan swasta, perilaku hidup sehat, lingkungan sehat, upaya
kesehatan, manajemen pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan.
Dalam bidang kebijakan kesehatan peningkatan dan pemeliharaan mutu
lembaga dan pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui pemberdayaan
sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam
bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh
masyarakat (Wijono, 2006).
Mutu produk dan jasa menurut Feigenbaum adalah seluruh
gabungan sifat produk atau jasa pelayanan mulai dari pemasaran,
engineering, manufaktur dan pemeliharaan produk atau jasa pelayanan
dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan. Manajer
sarana kesehatannya sesuai dengan standar dan memenuhi kebutuhan
pelanggan (quality of design). Dengan demikian manajer sarana
kesehatan dalam paradigma baru berorientasi mutu layanan sebagai suatu
elemen penting untuk formulasi dan perencanaan, penetapan pasar usaha
yang dimasuki, dan bagaimana menyediakan pelayanan yang bernilai
13
bagi pelanggannya. Manajemen strategi harus berorientasi pada mutu,
pangsa pasar dan kepuasan pelanggan (Supranto 2007).
Untuk dapat menyelenggarakan program menjaga mutu, banyak
hal yang perlu kita pahami. Salah satu di antaranya yang dinilai
mempunyai peranan yang amat penting adalah tentang apa yang
dimaksud dengan mutu pelayanan. Untuk ini banyak batasan yang
dikenal. Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah
(Azwar, 2009) :
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati
b. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program
c. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang dan jasa
yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau
pemenuhan kebutuhan para pengguna
d. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Dari batasan ini, segeralah mudah dipahami bahwa mutu
pelayanan kesehatan dapat diketahui sebelumnya telah dilakukan
penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, serta ciri-ciri
pelayanan kesehatan, dan ataupun terhadap kepatuhan terhadap standar
pelayanan kesehatan (Azwar, 2009).
Selain itu, perlu diketahui dengan jelas pengertian mutu
pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk
pada tingkat kesempurnaan kepuasaan pada setiap pasien sesuai dengan
14
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 2009).
3. Pengukuran Kepuasan Pasien
Menurut Wijono (2006), dimensi kualitas dibagi dalam lima
dimensi sebagai berikut:
a. Sarana fisik (tangible), pelanggan akan menggunakan indra
penglihatan untuk menilai kualitas pelayanan, seperti menilai gedung,
peralatan, seragam, yaitu hal-hal yang menimbulkan kenikmatan bila
dilihat.
b. Kehandalan (reliability), dimensi yang mengukur kehandalan
perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya.
Pertama, kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
seperti yang dijanjikan. Kedua, seberapa jauh suatu perusahaan
mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak ada kesalahan.
c. Ketanggapan (Responsiveness), dimensi ketanggapan merupakan
dimensi yang paling dinamis. Harapan pelanggan akan kecepatan
pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan
kecenderungan naik dari waktu ke waktu.
d. Jaminan/keyakinan (assurance), dimensi jaminan/keyakinan
merupakan dimensi yang berhubungan dengan kemampuan
perusahaan dan perilaku front line staff dalam menanamkan rasa
percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya. Keramahan adalah
15
salah satu aspek kualitas yang paling mudah diukur. Keramahan atau
kenikmatan (amenities) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang
tidak berhubungan langsung dengan efektivitas klinik, tetapi dapat
mempengaruhi kepuasan pasien dan kebersediaannya untuk kembali
ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
e. Kepedulian (emphaty), perlakuan yang bersifat pribadi pada tiap
pelanggan seperti kemudahan dalam menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan
usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan
pelanggannya.
B. Prinsip Program Pelayanan KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
16
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar
(Depkes RI, 2009).
C. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin
dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan
dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
17
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan
darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal
disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi
standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
1. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
2. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
3. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
18
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat (Depkes RI, 2009).
D. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan
tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga
kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
19
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan
(Depkes RI, 2009).
E. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan
nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14
hari).
3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 –
42 hari).
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
20
6. Pelayanan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu
nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes
RI, 2009).
F. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam
setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian
neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan
pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
21
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan
pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
b. Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan
pada waktu perawatan bayi baru lahir
c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah termasuk perawatan tali pusat dengan
menggunakan Buku KIA.
d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI,
2009).
G. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,
22
tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya
deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor
risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang dilahirkannya (Depkes RI, 2009).
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia (Hemoglobin < 11 g/dl).
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang.
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung, ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
23
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 –
12 kg selama masa kehamilan (Depkes RI, 2009).
H. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Menurut Prawihardjo (2005), pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
24
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi
adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan , perawat dibantu oleh tenaga
kesehatan lainnya seperti petugas gizi (Depkes RI, 2009).
I. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini
25
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi
sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah
gangguan ke arah yang lebih berat (Depkes RI, 2009).
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan
balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh
Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan
yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut (Depkes RI, 2009).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
26
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit
dan sehat (Depkes RI, 2009).
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan
anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun
di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS (Depkes RI, 2009).
27
J. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga
diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan
menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup
memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan
yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan.
Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan atau menghentikan
kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
1. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus)
2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini
merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN.
Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode
jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2010 akseptor KB
yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk
2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait
dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek
sehingga perlu pemantauan yang terus menerus.
28
Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran
pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan
aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek
kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan
metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan
non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola
program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program
KB dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada
masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat
29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2005) untuk memudahkan alur penelitian
maka harus dibuat kerangka konsep penelitian. Adapun skema kerangka
konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Kategori
1. Sangat puas
2. Puas
3. Tidak puas
4. Sangat tidak puas
Kepuasan terhadap
Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA)
Meliputi:
1. Pelayanan Pemeriksaan
Kehamilan
2. Pelayanan Kesehatan Ibu
Nifas
3. Pelayanan Kesehatan
Neonatus
4. Pelayanan Kesehatan
Balita
Pasien yang terdiri dari:
1. Ibu hamil
2. Ibu nifas
3. Ibu balita
30
B. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2005), "Untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-
variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasionial", definisi operasional
ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau penanganan
terhadap variabel-variabel bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat
ukur).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Sub
variabel
Definisi
operasional
Alat ukur Cara
Ukur
Skala Kategori
Tingkat
Kepuasan
pasien
terhadap
pelayanan
KIA
Kepuasan pasien
terhadap pelayanan
pemeriksaan
kehamilan,
pelayanan ibu nifas,
pelayanan kesehatan
neonates, dan
pelayanan kesehatan
balita
Kuesioner Melihat
hasil
jawaban
responden
Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % -
100%
2. Puas, jika 51% – 75%
3. Tidak puas, jika 25% - 50%
4. Sangat tidak puas, jika <
25%
(Nursalam, 2005).
Kepuasan
terhadap
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan
Kepuasan ibu hamil
terhadap pelayanan
pemeriksaan
kehamilan yang
dilakukan oleh bidan
Kuesioner Melihat
hasil
jawaban
responden
Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % -
100%
2. Puas, jika 51% – 75%
3. Tidak puas, jika 25% - 50%
4. Sangat tidak puas, jika <
25%
(Nursalam, 2005).
Kepuasan
terhadap
pelayanan
kesehatan ibu
nifas
Kepuasan ibu nifas
terhadap pelayanan
kesehatan ibu nifas
yang dilakukan oleh
bidan
Kuesioner Melihat
hasil
jawaban
responden
Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % -
100%
2. Puas, jika 51% – 75%
3. Tidak puas, jika 25% - 50%
4. Sangat tidak puas, jika <
25%
(Nursalam, 2005).
Kepuasan
terhadap
pelayanan
kesehatan
neonatus
Kepuasan ibu nifas
terhadap pelayanan
kesehatan neonatus
yang dilakukan oleh
bidan
Kuesioner 1. Sangat puas, jika 76 % -
100%
2. Puas, jika 51% – 75%
3. Tidak puas, jika 25% - 50
4. Sangat tidak puas, jika <
25%
(Nursalam, 2005).
Kepuasan
terhadap
pelayanan
kesehatan
balita
Kepuasan ibu balita
terhadap pelayanan
kesehatan balita yang
dilakukan oleh bidan
Kuesioner Melihat
hasil
jawaban
responden
Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % -
100%
2. Puas, jika 51% – 75%
3. Tidak puas, jika 25% - 50%
4. Sangat tidak puas, jika <
25%
(Nursalam, 2005).
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan
utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif yang
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dan situasi yang
sedang dihadapi sekarang (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil, ibu nifas, dan ibu
balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk mendapatkan pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
accidental sampling dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau
tersedia. Jumlah sampel penelitian sebanyak 90 responden yang terdiri dari 30
ibu hamil, 30 ibu nifas, 30 ibu balita.
Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bersedia menjadi responden
32
2. Dapat membaca dan menulis
3. Sehat jasmani dan rohani
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian
tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu tingkat kepuasan pasien terdiri dari ibu hamil, ibu nifas, dan ibu
balita terhadap pelayanan kesehatan pemerikasan kehamilan, pelayanan
kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonates, dan pelayanan kesehatan
balita di Puskesmas Kertasemaya.
D. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan yaitu berupa angket/kuesioner
berupa pertanyaan yang bersifat tertutup yang disusun dan diadopsi dari
Nursalam (2005). Jumlah pernyataan dalam kuesioner sebanyak 60 butir yang
terdiri dari 15 item tentang kepuasan pelayanan pemeriksaan kehamilan, 15
item tentang kepuasan pelayanan kesehatan ibu nifas, 15 item tentang kepuasan
pelayanan kesehatan neonates, dan 15 item tentang kepuasan pelayanan
kesehatan balita dengan alternatif jawaban : sangat puas (SP): 4; puas (P):3;
tidak puas (TP): 2; dan sangat tidak puas (STP):1 (Nursalam, 2005).
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 sampai dengan 19 Mei
2011 di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu.
33
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Perizinan Penelitian
Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah
diperlakukannya perizinan baik dari tingkat lembaga-lembaga terkait dalam
hal ini adalah instansi dimana peneliti melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data diperoleh dari dua jenis data yaitu:
a. Data Primer
Pengumpulan data untuk variable tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan KIA diperoleh secara langsung dengan
menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden berupa jawaban
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner.
Prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data
ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan informed concent kepada responden sebagai bentuk
kesediaan responden dijadikan sampel penelitian.
2) Memberikan informasi berkaitan dengan kepentingan penelitian dan
memberikan petunjuk pengisian alat pengumpul data.
3) Membagikan alat pengumpul data kepada responden yang menjadi
sampel penelitian.
4) Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil pengumpulan data
primer dari responden dan melakukan cek ulang untuk memeriksa
kelengkapan identitas dan jawaban responden pada setiap lembar
34
kuesioner.
5) Menghitung hasil jawaban responden dan memberikan skor.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Rekam Medik di Puskesmas
Kertasemaya Kabupaten Indramayu mengenai jumlah pasien ibu hamil,
ibu nifas, dan ibu balita yang datang berkunjung ke Puskesmas
Kertasemaya saat penelitian dilakukan.
G. Pengolahan Data dan Analisis Data
Sesuai dengan metodologi penelitian yang sederhana dimana peneliti
hanya menggambarkan atau mendeskripsikan suatu atau situasi yang ada secara
obyketif, maka pengambilan data dan analisis data sebagai berikut:
1. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Editing
Tahap pemeriksaan kelengkapan data dan kesinambungan data serta
keseragaman data, jika terdapat kesalahan atau kekurangan dapat segera
dilakukan perbaikan.
b. Coding
Memberikan simbol-simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka)
untuk setiap jawaban.
35
c. Entri data
Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan
Microsoft Excel dan disajikan dalam bentul tabel distribusi frekuensi.
d. Tabulasi Data
Tabulasi data dengan mengelompokkan sesuai dengan variabel yang
akan diteliti guna memudahkan dalam menganalisisnya.
2. Analisis data
Menurut Arikunto (2006), analisis data untuk variabel tingkat
kepuasan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
%100x
N
X
P
Keterangan:
P : Persentase
X : Skor jawaban responden
N : Jumlah skor ideal/skor maksimal
Menurut Arikunto (2006) hasil persentase diinterpretasikan dengan
menggunakan standar kriteria kualitatif sebagai berikut :
a. Kategori sangat puas, jika didapatkan persentase: 76 % - 100%.
b. Kategori puas, jika didapatkan persentase: 51 % - 75 %.
c. Kategori tidak puas, jika didapatkan persentase : 25 - 50 %.
d. Kategori sangat tidak puas, jika didapatkan persentase : < 25 %
Mengetahui besarnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
KIA menggunakan rumus sebagai berikut :
36
%100x
N
f
P
Keterangan :
P : Persentase
f : Banyaknya kategori tingkat kepuasan
N : Jumlah responden
Menurut Arikunto (2006) dalam menginterpretasikan hasil
perhitungan distribusi frekuensi menggunakan skala kategori sebagai
berikut :
a. 0% : Tidak ada seorangpun
b. 1 – 5% : Hampir tidak ada
c. 6 – 24% : Sebagian kecil
d. 25 – 49% : Kurang dari setengahnya
e. 50% : Setengahnya
f. 51 – 74% : Lebih dari setengahnya
g. 75 – 94% : Sebagian besar
h. 95 – 99% : Hampir seluruhnya
i. 100% : Seluruhnya.
37
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan data hasil penelitian mengenai gambaran tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Kertasemaya Kabupaten Indramayu sebanyak 30 ibu hamil, 30 ibu nifas, dan 30 ibu
balita atas dasar kuesinoer yang diberikan pada tanggal 9 sampai dengan 19 Mei
2011 yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
A. Karakteristik Ibu Hamil
1. Umur
Karakteristik ibu hamil berdasarkan umur yang didapat dari data
responden umur disajikan pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Ibu Hamil Menurut Umur
Kategori F %
< 20 tahun 2 6,6
20 – 35 tahun 26 86,8
> 35 tahun 2 6,6
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
(86,6%) umur ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan
kehamilan oleh bidan berumur 20 – 35 tahun.
38
2. Pendidikan
Hasil penelitian yang didapat dari data ibu hamil berdasarkan
karakteristik pendidikan disajikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Distribusi Ibu Hamil Menurut Pendidikan
Kategori F %
SD 4 13,3
SMP 12 40
SMA 14 46,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa kurang dari setengah
(46,7%) ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh
bidan berpendidikan SMA.
3. Pekerjaan
Hasil penelitian yang didapat dari data ibu hamil berdasarkan
karakteristik pekerjaan disajikan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Ibu Hamil Menurut Pekerjaan
Kategori F %
Ibu Rumah Tangga 26 86,7
Petani 4 13,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
(86,7%) pekerjaan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan
kehamilan oleh bidan adalah ibu rumah tangga.
39
B. Karakteristik Ibu Nifas
1. Umur
Karakteristik ibu nifas berdasarkan umur yang didapat dari data
responden umur disajikan pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Distribusi Ibu Nifas Menurut Umur
Kategori F %
< 20 tahun 4 13,3
20 – 35 tahun 24 80,1
> 35 tahun 2 6,6
Jumlah 30
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
(80,1%) ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas oleh bidan
berumur 20 – 35 tahun.
2. Pendidikan
Hasil penelitian yang didapat dari data ibu nifas berdasarkan
karakteristik pendidikan disajikan pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Ibu Nifas Menurut Pendidikan
Kategori F %
SD 8 26,7
SMP 12 40
SMA 10 33,3
Jumlah 30 100
40
Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa kurang dari setengah
(40%) ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas oleh bidan
berpendidikan SMP.
3. Pekerjaan
Hasil penelitian yang didapat dari data ibu nifas berdasarkan
karakteristik pekerjaan disajikan pada tabel 5.6.
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Nifas Menurut Pekerjaan
Kategori F %
Ibu Rumah Tangga 26 86,7
Petani 4 33,3
Jumlah 30
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
(86,7%) ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas oleh bidan
bekerja sebagai ibu rumah tangga.
C. Karakteristik Ibu Balita
1. Umur
Karakteristik ibu balita berdasarkan umur yang didapat dari data
responden umur disajikan pada tabel 5.7
41
Tabel 5.7
Distribusi Ibu Balita Menurut Umur
Kategori F %
< 20 tahun 2 6,6
20 – 35 tahun 24 80,1
> 35 tahun 4 13,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar
(80,1%) ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya berumur 20 – 35
tahun.
2. Pendidikan
Hasil penelitian yang didapat dari data ibu balita berdasarkan
karakteristik pendidikan disajikan pada tabel 5.8.
Tabel 5.8
Distribusi Ibu Balita Menurut Pendidikan
Kategori F %
SD 6 20
SMP 8 26,7
SMA 16 53,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.8 di atas diketahui bahwa lebih dari setengah
(53,3%) ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya berpendidikan
SMA.
42
3. Pekerjaan
Hasil penelitian yang didapat dari data ibu balita berdasarkan
karakteristik pekerjaan disajikan pada tabel 5.9.
Tabel 5.9
Distribusi Ibu Balita Menurut Pekerjaan
Kategori F %
Ibu Rumah Tangga 16 53,3
Petani 14 46,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat dilihat bahwa lebih dari
setengah (53,3%) ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya bekerja
sebagai ibu rumah tangga.
D. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Hasil penelitian mengenai tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan ibu dan anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut
ini:
1. Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Pemeriksaan
Kehamilan
Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu hamil terhadap
pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten
Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.10.
43
Tabel 5.10
Distribusi Ibu Hamil Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan
Pemeriksaan Kehamilan
Kategori F %
Sangat Puas 12 40
Puas 6 20
Tidak Puas 12 40
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.10 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu hamil
terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, kurang dari setengah (40%)
termasuk kategori sangat puas dan tidak puas.
2. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Nifas
Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu nifas terhadap
pelayanan kesehatan masa nifas di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten
Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.11.
Tabel 5.11
Distribusi Ibu Nifas Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan
Kesehatan Nifas
Kategori F %
Sangat Puas 4 13,3
Puas 16 53,3
Tidak Puas 10 33,4
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.11 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas
terhadap pelayanan kesehatan nifas di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari
setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
44
3. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Neonatus
Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu nifas terhadap
pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten
Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.12.
Tabel 5.12
Distribusi Ibu Nifas Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan
Kesehatan Neonatus
Kategori F %
Sangat Puas 4 13,3
Puas 16 53,3
Tidak Puas 10 33,4
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.12 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas
terhadap pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya, lebih
dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
4. Tingkat Kepuasan Ibu Balita Terhadap Pelayanan Kesehatan Balita
Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu balita terhadap
pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten
Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.13.
45
Tabel 5.13
Distribusi Ibu Balita Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan
Kesehatan Balita
Kategori F %
Sangat Puas 6 20
Puas 16 53,3
Tidak Puas 8 26,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.13 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu balita
terhadap pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari
setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
46
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya akan dilakukan pembahasan
mengenai gambaran kepuasan ibu yang mempunyai bayi (0-11 bulan) terhadap
pelayanan imunisasi dasar di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu. Selain
itu juga pada bab VI ini akan diuraikan keterbatasan penelitian.
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu:
1. Desain penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
variabel tunggal sehingga penelitian ini hanya menggambarkan secara
sederhana tentang peristiwa yang sedang terjadi tanpa melihat hubungan dua
variabel yaitu variabel kepuasan pelayanan pemeriksaan kehamilan dengan
cakupan Antenatal Care (ANC). Dengan demikian penelitian ini belum
menggambarkan hubungan bermakna antara dua variabel.
2. Tempat Penelitian
Keterbatasan yang berkaitan dengan tempat penelitian adalah
peneliti hanya mengambil satu Puskesmas sehingga hasil penelitian ini
masih bersifat lokal dan tidak bersifat representatif yaitu belum mewakili
Puskesmas-Puskesmas lain yang ada di Kabupaten Indramayu.
47
3. Instrumen Penelitian
Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan instrumen
penelitian hanya menggunakan kuesioner tanpa menggunakan wawancara,
sehingga hasil penelitian ini tanpa dilakukan evaluasi terhadap penyebaran
kuesioner kepada responden.
4. Sampel Penelitian
Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan sampel penelitian
adalah jumlah sampel yang terbatas sehingga peneliti banyak mengalami
kendala terutama mencari responden.
B. Pembahasan
1. Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Pemeriksaan
Kehamilan Oleh Bidan
Berdasarkan tabel 5.10 didapat bahwa kepuasan ibu hamil terhadap
pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Kertasemaya, kurang dari
setengah (40%) termasuk kategori sangat puas dan tidak puas. Ini
menunjukkan bahwa kurang dari setengah ibu hamil yang datang ke
Puskesmas Kertasemaya untuk memeriksa kehamilan merasa sangat puas
terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, namun kurang dari setengahnya
(40%) juga ibu hamil merasa tidak puas terhadap pelayanan pemeriksaan
kehamilan dan hanya sebagian kecil (20%) ibu hamil merasa puas terhadap
pelayanan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa kurang dari setengah ibu
hamil ada yang merasa sangat puas dan tidak puas terhadap terhadap
48
kerapihan dan kebersihan pakaian yang digunakan oleh bidan; kebersihan,
kenyamanan dan keterangan ruang pemeriksaan; kelengkapan dan
kecanggihan peralatan medis; kelengkapan, kerapihan, dan kebersihan alat-
alat yang dipakai; (Ritonga, 2007). Sedangkan kepuasan lainnya yang
dirasakan oleh ibu hamil antara lain kemampuan bidan dalam memberikan
informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam penerimaan pasien
terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan
pengobatan.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu hamil
terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan
pasien; petugas kesehatan tanggap membantu keluarga pasien dalam
memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan
pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ibu hamil ada
yang merasa puas dan tidak puas terhadap keramahan bidan dalam
memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, keterampilan para bidan
dalam bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan
pemeriksaan kehamilan, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Persepsi mutu keandalan pelayanan kebidanan dengan kepuasan
pasien. Semakin tidak baik persepsi responden terhadap mutu keandalan
pelayanan kebidanan, maka responden semakin tidak puas terhadap layanan
kebidanan.
49
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Suryadi
(2009), yang menggambarkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
persepsi ibu hamil tentang mutu pelayanan ANC pada dimensi reliability
(kehandalan) p=0,0001, dan responden yang memiliki persepsi mutu yang
tidak sesuai dengan harapannya besar resiko 2,156 kali terjadinya
ketidakpuasan terhadap pelayanan ANC di Puskesmas Lamepayung
Kuningan.
Sejalan dengan hasil penelitian Suryadi (2009) yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu hamil tentang mutu
layanan ANC pada dimensi responsiveness (daya tanggap) dengan tingkat
kepuasan pasien (p=0,004).
Kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan
dilihat dari bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada
setiap pasien, bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan
pasien, memberikan perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien
dan keluarganya, memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari
keluarga pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian Trimumpuni (2009) yang
menyatakan bahwa petugas yang kurang berempati dalam menjalankan tugas
asuhan keperawatan mempunyai resiko klien rawat inap tidak puas sebesar 2
kali lebih besar daripada perawat yang menjalankan tugasnya dengan penuh
rasa empati.
50
Sejalan hasil penelitian Suryadi (2009) yang menyatakan bahwa
responden yang memiliki persepsi mutu bukti langsung pelayanan ANC
tidak baik mempunyai resiko tidak puas sebesar 2.828 kali lebih besar
daripada responden yang memiliki persepsi mutu bukti langsung pelayanan
ANC baik.
2. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Kesehatan Nifas Oleh
Bidan
Berdasarkan tabel 5.11 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas
terhadap pelayanan kesehatan ibu nifas di Puskesmas Kertasemaya, lebih
dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. Ini menunjukkan bahwa lebih
dari setengah ibu nifas yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk
memeriksa kesehatannya merasa puas terhadap pelayanan kesehatan nifas
yang dilakukan oleh bidan.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah ibu
merasa puas terhadap kerapihan dan kebersihan pakaian yang digunakan
oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang pemeriksaan;
kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan, kerapihan, dan
kebersihan alat-alat yang dipakai;. Sedangkan kepuasan lainnya yang
dirasakan oleh ibu nifas antara lain kemampuan bidan dalam memberikan
informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam penerimaan pasien
terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan
pengobatan.
51
Sejalan hasil penelitian Tukimin (2005) bahwa pemberian
komunikasi yang kurang adekuat dapat menimbulkan kesenjangan
komunikasi sehingga menimbulkan perasaan kurang puas sekaligus pasien
dapat menjawab petugas kurang informatif atau kurang jujur menyampaikan
kendala layanan.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu nifas
terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan
pasien; petugas kesehatan tanggap membantu keluarga pasien dalam
memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan
pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ada sebagian
kecil ibu nifas merasa tidak puas terhadap keramahan bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan nifas, keterampilan para bidan dalam
bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
nifas, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan nifas.
Persepsi jaminan ditinjau berdasarkan penilaian responden terhadap
kepastian pelayanan yang dapat mengatasi keluhan pasien yaitu tersedianya
petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan/kemampuan
dan memberikan tindakan bebas dari segala bahaya, resiko atau ragu-ragu
(Azwar, 2006).
Kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas dilihat dari
bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien,
bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien, memberikan
52
perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan keluarganya,
memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga pasien.
Hal ini sesuai dengan hasil Penelitian Trimumpuni (2009) yang
menyatakan bahwa petugas kesehatan yang kurang berempati dalam
menjalankan tugas asuhan keperawatan mempunyai resiko klien rawat inap
tidak puas sebesar 2 kali lebih besar dari pada perawat yang menjalankan
tugasnya dengan penuh rasa empati dan hasil penelitian Tukimin (2005)
menyatakan bahwa keramahan petugas merupakan problem yang masih di
rasakan oleh sebagian pasien, bentuk ketidak ramahan bisa dalam wujud
sikap dan perlakuan langsung petugas terhadap pasien atau pasien
sebelahnya yang ikut menyinggung sesama perasaan pasien, atau perlakuan
tidak langsung.
Dalam bukunya Pohan (2007) menjelaskan bahwa aspek-aspek
yang mungkin mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap diantaranya
adalah petugas melayani dengan sopan, ramah, tanggap, kebersihan ruangan
dan kelengkapan peralatan yang dipakai. Kepuasan terhadap suatu
produk/jasa tergantung dengan bukti langsung yang didapatkan seperti
kelengkapan alat (sarana), kapasitas, kualitas dan dukungan prasarana yang
baik
3. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Neonatus Oleh Bidan
Berdasarkan tabel 5.12 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas
terhadap pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya, lebih
dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. Ini menunjukkan bahwa lebih
53
dari setengah ibu nifas yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk
memeriksa kesehatan bayinya merasa puas terhadap pelayanan kesehatan
neonatus yang dilakukan oleh bidan.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah ibu
nifas merasa puas terhadap kerapihan dan kebersihan pakaian yang
digunakan oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang
pemeriksaan; kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan,
kerapihan, dan kebersihan alat-alat yang dipakai. Sedangkan kepuasan
lainnya yang dirasakan oleh ibu nifas antara lain kemampuan bidan dalam
memberikan informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam
penerimaan pasien terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan,
pemeriksaan dan pengobatan.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu nifas
terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan
pasien; petugas kesehatan tanggap membantu keluarga pasien dalam
memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan
pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ada sebagian
kecil ibu nifas merasa tidak puas terhadap keramahan bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan neonatus, keterampilan para bidan dalam
bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
neonatus, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan neonatus.
54
Kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas dilihat dari
bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien,
bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien, memberikan
perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan keluarganya,
memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga pasien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Adrian (2005)
menyatakan bahwa dengan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi,
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terampil, memiliki sarana yang
lengkap dan berfungsi sebagaimana mestinya serta berfokus pada
pertolongan Ibu, bayi baru lahir dan anak (KIA) akan membawa dampak
terhadap penurunan jumlah kesakitan, kematian Ibu, kematian bayi baru
lahir dan anak pada seluruh anggota masyarakat yang terpapar dengan resiko
seumur hidup (lifetime risk).
4. Tingkat Kepuasan Ibu Balita Terhadap Pelayanan Kesehatan Balita
Oleh Bidan
Berdasarkan tabel 5.13 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu balita
terhadap pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari
setengah (53,3%) termasuk kategori puas. Ini menunjukkan bahwa lebih
dari setengah ibu nifas yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk
memeriksa kesehatan balitanya merasa puas terhadap pelayanan kesehatan
balita yang dilakukan oleh bidan.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah ibu
balita merasa puas terhadap kerapihan dan kebersihan pakaian yang
55
digunakan oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang
pemeriksaan; kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan,
kerapihan, dan kebersihan alat-alat yang dipakai. Dalam bukunya Pohan
(2007) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang mungkin mempengaruhi
kepuasan pasien rawat inap diantaranya adalah petugas melayani dengan
sopan, ramah, tanggap, kebersihan ruangan dan kelengkapan peralatan yang
dipakai. Kepuasan terhadap suatu produk/jasa tergantung dengan bukti
langsung yang didapatkan seperti kelengkapan alat (sarana), kapasitas,
kualitas dan dukungan prasarana yang baik.
Tingkat kepuasan lainnya yang dirasakan oleh ibu balita antara lain
kemampuan bidan dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien;
tata cara bidan dalam penerimaan pasien terlihat cepat dan tepat; ketepatan,
kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan. Sejalan hasil penelitian
Tukimin (2005) bahwa pemberian komunikasi yang kurang adekuat dapat
menimbulkan kesenjangan komunikasi sehingga menimbulkan perasaan
kurang puas sekaligus pasien dapat menjawab petugas kurang informatif
atau kurang jujur menyampaikan kendala layanan.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu balita
terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan
pasien; bidan tanggap membantu keluarga pasien dalam memperoleh obat;
tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan pertolongan dilakukan
dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ada sebagian kecil ibu balita merasa
tidak puas terhadap keramahan bidan dalam memberikan pelayanan
56
kesehatan balita, keterampilan para bidan dalam bekerja, jaminan keamanan
dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan balita, dan kehati-hatian serta
ketenangan perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan balita.
Menurut Azwar (2006), persepsi jaminan ditinjau berdasarkan
penilaian responden terhadap kepastian pelayanan yang dapat mengatasi
keluhan pasien yaitu tersedianya petugas kesehatan yang memiliki
pengetahuan, keterampilan/kemampuan dan memberikan tindakan bebas dari
segala bahaya, resiko atau ragu-ragu yang dapat meningkatkan tingkat
kepuasan pasien terhadap berbagai layanan kesehatan.
Kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita dilihat
dari bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap
pasien, bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien,
memberikan perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan
keluarganya, memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga
pasien.
Sejalan dengan hasil penelitian Tukimin (2005) menyatakan bahwa
keramahan petugas merupakan problem yang masih di rasakan oleh sebagian
pasien, bentuk ketidak ramahan bisa dalam wujud sikap dan perlakuan
langsung petugas terhadap pasien atau pasien sebelahnya yang ikut
menyinggung sesama perasaan pasien, atau perlakuan tidak langsung.
57
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan,
kurang dari setengah (40%) termasuk kategori sangat puas dan tidak puas.
2. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas di Puskesmas
Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
3. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan neonatus di
Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
4. Tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita di
Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
B. Saran
Mengacu pada kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas
a. Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu dalam operasionalnya
perlu meningkatkan kualitas pelayanan dengan melengkapi peralatan
dan perlengkapan medis.
58
b. Pihak Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu perlu melakukan
evaluasi setiap bulan terhadap hasil kinerja bidan selama bertugas
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2. Dinas Kesehatan Indramayu
Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu perlu memberikan bimbingan
kepada pihak puskesmas melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan APN
bagi bidan yang bertugas di Puskesmas dan membantu dalam upaya
peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan
kesehatan.
3. Bagi Bidan
Bidan yang bertugas di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu
dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak disertai dengan sikap
ramah dan sopan serta lebih tanggap, cepat, tepat dan peduli terhadap
pasien.
1

More Related Content

What's hot

Kb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasiKb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasipjj_kemenkes
 
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKA
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKALaporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKA
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKAHrdnt
 
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasipjj_kemenkes
 
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan MinimalBudaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan MinimalVerar Oka
 
Tgs proposal riset keperawatan
Tgs proposal riset keperawatanTgs proposal riset keperawatan
Tgs proposal riset keperawatanGeri Lannier
 
Modul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal
Modul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatalModul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal
Modul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatalpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasipjj_kemenkes
 
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilanKb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
Modul 3 kb 1 pendataan
Modul 3 kb 1 pendataanModul 3 kb 1 pendataan
Modul 3 kb 1 pendataanpjj_kemenkes
 
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanaModul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanapjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
 
Peningkatan pelayanan kb di komunitas
Peningkatan pelayanan kb di komunitasPeningkatan pelayanan kb di komunitas
Peningkatan pelayanan kb di komunitasCikHaappy
 
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakatKuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakatTheodorus Indarto
 
Evapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsaEvapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsairfana efendi
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanpjj_kemenkes
 
Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015
Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015
Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015Dokter Tekno
 
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)ILYAS FIRDAUS
 

What's hot (20)

Kb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasiKb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasi
 
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKA
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKALaporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKA
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan/Kuliah Kerja Nyata Fikes UHAMKA
 
Laporan puskesmas buniwangi
Laporan puskesmas buniwangiLaporan puskesmas buniwangi
Laporan puskesmas buniwangi
 
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
 
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan MinimalBudaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
Budaya Kerja dan Standar Pelayanan Minimal
 
Tgs proposal riset keperawatan
Tgs proposal riset keperawatanTgs proposal riset keperawatan
Tgs proposal riset keperawatan
 
Laporan magang avisena multi kampus muna
Laporan magang avisena multi kampus munaLaporan magang avisena multi kampus muna
Laporan magang avisena multi kampus muna
 
Modul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal
Modul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatalModul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal
Modul 4 kb 1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasi
 
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilanKb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
 
Modul 3 kb 1 pendataan
Modul 3 kb 1 pendataanModul 3 kb 1 pendataan
Modul 3 kb 1 pendataan
 
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanaModul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
 
Peningkatan pelayanan kb di komunitas
Peningkatan pelayanan kb di komunitasPeningkatan pelayanan kb di komunitas
Peningkatan pelayanan kb di komunitas
 
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakatKuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
 
Evapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsaEvapro puskes jagakarsa
Evapro puskes jagakarsa
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaan
 
Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015
Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015
Draft rencana kegiatan program kia tahun 2015
 
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
 
Puskesmas
PuskesmasPuskesmas
Puskesmas
 

Viewers also liked

Presentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuriaPresentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuriaDiana Arwati
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanKTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanDinie Fajriah
 
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...Operator Warnet Vast Raha
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariBayu Rahmanto
 
Pneumoni balita
Pneumoni balitaPneumoni balita
Pneumoni balitaopal nofal
 
Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2newmegapro
 
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAU
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAUEPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAU
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAUVia Putri
 
Do penilaian puskesmas berprestasi 2014
Do penilaian puskesmas berprestasi 2014Do penilaian puskesmas berprestasi 2014
Do penilaian puskesmas berprestasi 2014Idil Akbar
 
Buku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetakBuku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetakDR Irene
 
Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...
Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...
Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...Dimitris Agorastos
 

Viewers also liked (20)

Kti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhanKti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhan
 
Nana Sukarna
Nana SukarnaNana Sukarna
Nana Sukarna
 
Presentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuriaPresentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuria
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
makalah
makalahmakalah
makalah
 
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanKTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
 
54831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-154831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-1
 
134255002 kti-kebidanan
134255002 kti-kebidanan134255002 kti-kebidanan
134255002 kti-kebidanan
 
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Pneumoni balita
Pneumoni balitaPneumoni balita
Pneumoni balita
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2
 
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAU
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAUEPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAU
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAU
 
Do penilaian puskesmas berprestasi 2014
Do penilaian puskesmas berprestasi 2014Do penilaian puskesmas berprestasi 2014
Do penilaian puskesmas berprestasi 2014
 
Buku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetakBuku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetak
 
Konsep Surveilans
Konsep SurveilansKonsep Surveilans
Konsep Surveilans
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...
Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...
Psychiatric Disorders: History. Classification. Prevalence. Comorbidity. Epid...
 

Similar to Kti kusnaenih terbaru

PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdfPEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdfRiaKenangasari
 
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...ovaldokurniawan
 
Disiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidananDisiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidananBayu Fijrie
 
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdcaPenilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdcakhusnuleza
 
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661sicua050896
 
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdfPedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdfBanusMadur
 
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasionalSKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasionalprjzjpy4x7
 
Kepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidan
Kepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidanKepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidan
Kepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidanIrfan Nur
 
Standar 6 - Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Standar 6 - Pengelolaan Anemia Pada KehamilanStandar 6 - Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Standar 6 - Pengelolaan Anemia Pada KehamilanAi Ela Ayu Ningsih
 
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan MasyarakatJaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakatpjj_kemenkes
 
Chapter 17 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 17 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Upaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakitUpaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakitmiyasumiyati
 
Sistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawat
Sistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis PerawatSistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawat
Sistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawatpjj_kemenkes
 
Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8stwndennis
 

Similar to Kti kusnaenih terbaru (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdfPEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
 
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
 
Disiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidananDisiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidanan
 
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdcaPenilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
 
MAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docxMAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docx
 
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
 
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANANMUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
 
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdfPedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
 
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasionalSKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
 
Tugas 10 mmpk
Tugas 10 mmpkTugas 10 mmpk
Tugas 10 mmpk
 
Kepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidan
Kepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidanKepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidan
Kepmenkes 836 menkes-sk-vi-2005-kinerja perawat dan bidan
 
Standar 6 - Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Standar 6 - Pengelolaan Anemia Pada KehamilanStandar 6 - Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Standar 6 - Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
 
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan MasyarakatJaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
 
Chapter 17 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 17 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
D2 a004026 dinik_retnowati
D2 a004026 dinik_retnowatiD2 a004026 dinik_retnowati
D2 a004026 dinik_retnowati
 
D2 a004026 dinik_retnowati_2
D2 a004026 dinik_retnowati_2D2 a004026 dinik_retnowati_2
D2 a004026 dinik_retnowati_2
 
Upaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakitUpaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakit
 
Sistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawat
Sistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis PerawatSistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawat
Sistem Pembinaan Manajemen Kinerja Klinis Perawat
 
Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8Tugas perkuliahan minggu ke 8
Tugas perkuliahan minggu ke 8
 

Kti kusnaenih terbaru

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program menjaga mutu adalah suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Saifuddin, 2006). Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidak-tidaknya dapat dibedakan atas 13 macam, yakni tersedia (availabel), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (continue), adil dan merata (equity), mandiri (sustainable), wajar (aapropriate), dapat diterima
  • 2. 2 (acceptable), dapat dipahami (accessible), dapat dijangkau (affordable), efektif (effective), efisien (efficient), serta bermutu (quality) (Saifuddin, 2006). Ketiga belas syarat pelayanan kesehatan ini sama pentingnya. Namun pada akhir ini, dengan makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran di satu pihak serta makin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi penduduk di pihak lain, tampak syarat mutu makin bertambah penting. Mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan dapat menghindari terjadinya berbagai efek samping (side effect) karena penggunaan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, tetapi sekaligus juga akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat (heallth needs and demands) yang semakin meningkat (Saifuddin, 2006). Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive heallth care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok (gasic health care services) yang meliputi beberapa program, salah satunya yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Depkes RI, 2009). Peningkatan kualitas Kesehatan Ibu dan Anak sangat berkaitan dengan pelayanan kebidanan. Pada pertemuan pengelola Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah South-East Asia SEAR Countries, Regional Health Situation, Information Sources (SEARO) / Asia Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
  • 3. 3 setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, World Health Organization (WHO) SEARO mengembangkan standar pelayanan kebidanan (DepKes RI, 2008). Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi dan diukur, relistik, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa standar pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan. Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari (DepKes RI, 2008). Untuk itu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri dan neonatal khususnya bidan, harus mampu dan terampil memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh bidan di Puskesmas diharapkan akan dapat mengatasi kecenderungan peningkatan angka kesakitan. Kepuasan pasien yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi provibilitas puskesmas, sedangkan sikap karyawan terhadap pasien yang akan berdampak terhadap kepuasan pasien dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan (Depkes RI, 2005). Standar pelayanan menentukan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien.
  • 4. 4 Kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Kepuasan merupakan sesuatu yang subjektif dan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Interaksi faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap pelayanan yang diterimanya (Depkes RI, 2008). Di dalam Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa ”Tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah”. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, para ibu dan keluarganya serta masyarakat lainnya, di samping sebagai obyek, juga harus diikutsertakan dalam usaha-usaha Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang bersangkutan. Dimana hal tersebut merupakan azas integrasi dari pelayanan dalam usaha Keskehatan Ibu dan Anak (KIA), sehingga secara optimal usaha- usaha BKIA yang bersangkutan akan dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan dalam kegiatan BKIA tersebut. Di dalam Pasal 9 No. 2, juga telah dinyatakan bahwa, tujuan pokok Undang-Undang yang dimaksud adalah sebagai berikut : ”Meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak sampai usia 5 tahun, menjaga dan mencegah jangan sampai ketiga subjek ini tergolong dalam ”Vulnerable Group” atau Golongan Terancam bahaya (UU No.36 tahun 2009).
  • 5. 5 Berdasarkan hasil wawancara pada saat pra survey bulan Maret 2010 yang peneliti lakukan dengan 10 pasien setelah mendapat pelayanan KIA di Puskesmas Kertasemaya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pasien tersebut merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya dan selain itu peneliti juga memperoleh data jumlah pasien yang mendapat pelayanan di ruang KIA Puskesmas Kertasemaya adalah sebagai berikut : Tabel 1. 1 Kunjungan Pasien di Ruang KIA Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu Tahun 2011 Bulan / Tahun Bayi / Balita Ibu Hamil Januari 2011 171 70 Februari 2011 175 51 Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien di Ruang KIA Puskesmas Kertasemaya pada bulan Januari 2011 sebanyak 70 pasien (40,9%) dari target 171 orang sedangkan pada bulan Pebruari 2011 jumlah kunjungan pasien sebanyak 51 orang (29,1%) dari 175 orang. Sementara itu cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 77% masih belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Kertasemaya. Dari uraian di atas, untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kepuasan berlangsung dalam melaksanakan suatu standar mutu pelayanan kesehatan pasien di ruang KIA, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan KIA oleh
  • 6. 6 Bidan di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu tahun 2011”. Karena itu belum pernah diadakan penelitian serupa di Puskesmas tersebut. B. Rumusan Masalah Dari uraian masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya tahun 2011?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu tahun 2011. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini untuk mengetahui : a. Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pemeriksaan ibu hamil yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya. b. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya. c. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan neonatus yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya. d. Tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Kertasemaya.
  • 7. 7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian serta bahan untuk penerapan ilmu yang sudah didapat selama kuliah. Khususnya mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat dan metodologi penelitian. 2. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kertasemaya Sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas, khususnya pada Pelayanan KIA 3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi Program Studi Kebidanan STIKes Indramayu, khususnya untuk memperluas wawasan di bidang pelayanan KIA dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya 4. Manfaat Bagi Penelitian lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Di dalam penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menyimpang jauh dari kontek data dan memberi kejelasan arah sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :
  • 8. 8 1. Metode : Metode deskriptif 2. Subyek penelitian : Ibu hamil, ibu nifas dan ibu balita yang memanfaatkan/mendapatkan pelayanan di Ruang KIA 3. Obyek penelitian : Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA 4. Lokasi Penelitian : Ruang KIA Puskesmas Kertasemaya 5. Waktu Penelitian : Pada tanggal 9 – 19 Mei 2011
  • 9. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Kepuasan pasien seringkali dipandang sebagai suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka. Hal itu lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri, berkaitan pula dengan sasaran dan outcome pelayanan. Kepuasan pasien dalam penilaian mutu dihubungkan juga dengan ketetapan pasien terhadap mutu atau kebagusan pelayanan, dan merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena memberikan informasi terhadap suksesnya provider bertemu dengan nilai dan harapan pasien mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki (Wijono, 2006). 1. Pengertian Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan seseorang. Kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lainnya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain dengan pendekatan dan perilaku petugas serta mutu informasi yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang tersedia, mutu makanan, pengaturan kunjungan, outcome terapi, dan petugas kesehatanan yang diterima (Wijono, 2006).
  • 10. 10 Pasien awam pada umumnya jarang berpikir tentang arti mutu pelayanan medis yang menyangkut penyakit yang dideritanya. Pertanyaan hatinya adalah apakah dokternya baik, petugas kesehatannya tidak galak, tarifnya mahal, obatnya manjur? Untuk pasien dan masyarakat mutu berarti suatu perasaan emphaty, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan yang harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Keramahan atau kenikmatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan klinis dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan kebersediaannya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan berikutnya (Wijono, 2006). Tjiptono (2008), menyatakan dalam pasar global yang hiperkompetitif ini tidak ada satu bisnis pun yang dapat bertahan tanpa adanya pelanggan yang puas. Perusahaan yang gagal memuaskan pelanggannya akan menghadapi masalah yang lebih kompleks, karena pengaruh bad word of mouth (berita kata-kata yang jelek). Umumnya pasien yang tidak puas akan menyampaikan pengalaman buruknya kepada 11 orang lain. Bila setiap hari dari 11 orang itu meneruskan informasi tersebut kepada orang lain, maka berita buruk itu akan berkembang secara eksponensial. Menurut Tjiptono (2008), beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan antara lain pelanggan harus merupakan prioritas utama organisasi. Pelanggan yang dapat diandalkan adalah pelanggan yang membeli berkali-kali dari organisasi yang sama, karena
  • 11. 11 pelanggan tersebut merasa puas. Oleh karena itu kepuasan pelanggan sangat penting dan harus dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kepuasan berimplikasi pada perbaikan terus-menerus sehingga kualitas harus diperbaharui setiap saat agar pelanggan tetap puas dan loyal. Kunci untuk membentuk fokus pada pasien adalah menempatkan para karyawan untuk berhubungan dengan pasien dan memberdayakan mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka memuaskan pasien. Jadi unsur yang paling penting dalam pembentukan fokus pada pasien adalah interaksi antara karyawan dan pasien (Tjiptono, 2008). 2. Mutu Layanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan selalu merupakan bahan kajian dan perhatian para ahli di banyak negara. Di Indonesia, dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 1982 disebutkan mengenai penyelenggaraan kesehatan yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat, dan peran aktif masyarakat. Sedangkan pada SKN tahun 2004, mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak azasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misinya, memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, meningkatkan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan Nasional. Dalam Undang- undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, mulai diperhatikan mutu
  • 12. 12 pelayanan kesehatan antara lain meliputi arah pembangunan kesehatan, peningkatan perbaikan kesehatan masyarakat, serta kualitas pelayanan kesehatan (Wijono, 2006). Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Indonesia, tujuan pembangunan kesehatan adalah mewujudkan Indonesia sehat pada tahun 2010 melalui kerjasama lintas sektoral, kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta, perilaku hidup sehat, lingkungan sehat, upaya kesehatan, manajemen pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan. Dalam bidang kebijakan kesehatan peningkatan dan pemeliharaan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat (Wijono, 2006). Mutu produk dan jasa menurut Feigenbaum adalah seluruh gabungan sifat produk atau jasa pelayanan mulai dari pemasaran, engineering, manufaktur dan pemeliharaan produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan. Manajer sarana kesehatannya sesuai dengan standar dan memenuhi kebutuhan pelanggan (quality of design). Dengan demikian manajer sarana kesehatan dalam paradigma baru berorientasi mutu layanan sebagai suatu elemen penting untuk formulasi dan perencanaan, penetapan pasar usaha yang dimasuki, dan bagaimana menyediakan pelayanan yang bernilai
  • 13. 13 bagi pelanggannya. Manajemen strategi harus berorientasi pada mutu, pangsa pasar dan kepuasan pelanggan (Supranto 2007). Untuk dapat menyelenggarakan program menjaga mutu, banyak hal yang perlu kita pahami. Salah satu di antaranya yang dinilai mempunyai peranan yang amat penting adalah tentang apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan. Untuk ini banyak batasan yang dikenal. Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah (Azwar, 2009) : a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati b. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program c. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang dan jasa yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna d. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dari batasan ini, segeralah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan kesehatan dapat diketahui sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, serta ciri-ciri pelayanan kesehatan, dan ataupun terhadap kepatuhan terhadap standar pelayanan kesehatan (Azwar, 2009). Selain itu, perlu diketahui dengan jelas pengertian mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan kepuasaan pada setiap pasien sesuai dengan
  • 14. 14 tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 2009). 3. Pengukuran Kepuasan Pasien Menurut Wijono (2006), dimensi kualitas dibagi dalam lima dimensi sebagai berikut: a. Sarana fisik (tangible), pelanggan akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai kualitas pelayanan, seperti menilai gedung, peralatan, seragam, yaitu hal-hal yang menimbulkan kenikmatan bila dilihat. b. Kehandalan (reliability), dimensi yang mengukur kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Pertama, kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan. Kedua, seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak ada kesalahan. c. Ketanggapan (Responsiveness), dimensi ketanggapan merupakan dimensi yang paling dinamis. Harapan pelanggan akan kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu. d. Jaminan/keyakinan (assurance), dimensi jaminan/keyakinan merupakan dimensi yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front line staff dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya. Keramahan adalah
  • 15. 15 salah satu aspek kualitas yang paling mudah diukur. Keramahan atau kenikmatan (amenities) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektivitas klinik, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan kebersediaannya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. e. Kepedulian (emphaty), perlakuan yang bersifat pribadi pada tiap pelanggan seperti kemudahan dalam menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. B. Prinsip Program Pelayanan KIA Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: 1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan. 2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan. 3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
  • 16. 16 5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. 6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. 7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar (Depkes RI, 2009). C. Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas: 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah. 3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). 4. Ukur tinggi fundus uteri.
  • 17. 17 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan 7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Test laboratorium (rutin dan khusus). 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut : 1. Minimal 1 kali pada triwulan pertama. 2. Minimal 1 kali pada triwulan kedua. 3. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
  • 18. 18 Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI, 2009). D. Pertolongan Persalinan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pencegahan infeksi 2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar. 3. Manajemen aktif kala III 4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. 5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). 6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
  • 19. 19 Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan (Depkes RI, 2009). E. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu : 1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan. 2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari). 3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42 hari). Pelayanan yang diberikan adalah : 1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. 2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus). 3. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran per vaginam lainnya. 4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan. 5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
  • 20. 20 6. Pelayanan KB pasca salin Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI, 2009). F. Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus : 1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir. 2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir. 3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
  • 21. 21 Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi : 1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir 2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI. b. Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah termasuk perawatan tali pusat dengan menggunakan Buku KIA. d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI, 2009). G. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,
  • 22. 22 tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya (Depkes RI, 2009). Faktor risiko pada ibu hamil adalah : 1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 2. Anak lebih dari 4. 3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun. 4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan. 5. Anemia (Hemoglobin < 11 g/dl). 6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang. 7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini. 8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung, ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan 9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
  • 23. 23 10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksivakum/ forseps. 11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues). 12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital. 13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda. 14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar. 15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu. Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg selama masa kehamilan (Depkes RI, 2009). H. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Menurut Prawihardjo (2005), pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi : 1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan. 2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan. 3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan. 4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan. Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
  • 24. 24 pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi : 1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun. 2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK). 3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan). 4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA. 5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan , perawat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya seperti petugas gizi (Depkes RI, 2009). I. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini
  • 25. 25 gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat (Depkes RI, 2009). Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak. Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut (Depkes RI, 2009). Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
  • 26. 26 Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat (Depkes RI, 2009). Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : 1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan. 2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung. 3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun. 4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS (Depkes RI, 2009).
  • 27. 27 J. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Berkualitas Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi : 1. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus) 2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk). 3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi). Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2010 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus.
  • 28. 28 Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak). Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat
  • 29. 29 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2005) untuk memudahkan alur penelitian maka harus dibuat kerangka konsep penelitian. Adapun skema kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : : Variabel yang diteliti Kategori 1. Sangat puas 2. Puas 3. Tidak puas 4. Sangat tidak puas Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Meliputi: 1. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 3. Pelayanan Kesehatan Neonatus 4. Pelayanan Kesehatan Balita Pasien yang terdiri dari: 1. Ibu hamil 2. Ibu nifas 3. Ibu balita
  • 30. 30 B. Definisi Operasional Menurut Notoatmodjo (2005), "Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti, perlu sekali variabel- variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasionial", definisi operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau penanganan terhadap variabel-variabel bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Sub variabel Definisi operasional Alat ukur Cara Ukur Skala Kategori Tingkat Kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA Kepuasan pasien terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, pelayanan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonates, dan pelayanan kesehatan balita Kuesioner Melihat hasil jawaban responden Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % - 100% 2. Puas, jika 51% – 75% 3. Tidak puas, jika 25% - 50% 4. Sangat tidak puas, jika < 25% (Nursalam, 2005). Kepuasan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan Kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan Kuesioner Melihat hasil jawaban responden Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % - 100% 2. Puas, jika 51% – 75% 3. Tidak puas, jika 25% - 50% 4. Sangat tidak puas, jika < 25% (Nursalam, 2005). Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan ibu nifas Kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan ibu nifas yang dilakukan oleh bidan Kuesioner Melihat hasil jawaban responden Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % - 100% 2. Puas, jika 51% – 75% 3. Tidak puas, jika 25% - 50% 4. Sangat tidak puas, jika < 25% (Nursalam, 2005). Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan neonatus Kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan neonatus yang dilakukan oleh bidan Kuesioner 1. Sangat puas, jika 76 % - 100% 2. Puas, jika 51% – 75% 3. Tidak puas, jika 25% - 50 4. Sangat tidak puas, jika < 25% (Nursalam, 2005). Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan balita Kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita yang dilakukan oleh bidan Kuesioner Melihat hasil jawaban responden Ordinal 1. Sangat puas, jika 76 % - 100% 2. Puas, jika 51% – 75% 3. Tidak puas, jika 25% - 50% 4. Sangat tidak puas, jika < 25% (Nursalam, 2005).
  • 31. 31 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif yang digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dan situasi yang sedang dihadapi sekarang (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil, ibu nifas, dan ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia. Jumlah sampel penelitian sebanyak 90 responden yang terdiri dari 30 ibu hamil, 30 ibu nifas, 30 ibu balita. Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bersedia menjadi responden
  • 32. 32 2. Dapat membaca dan menulis 3. Sehat jasmani dan rohani C. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat kepuasan pasien terdiri dari ibu hamil, ibu nifas, dan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan pemerikasan kehamilan, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonates, dan pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya. D. Instrumen Penelitian Alat pengumpul data yang digunakan yaitu berupa angket/kuesioner berupa pertanyaan yang bersifat tertutup yang disusun dan diadopsi dari Nursalam (2005). Jumlah pernyataan dalam kuesioner sebanyak 60 butir yang terdiri dari 15 item tentang kepuasan pelayanan pemeriksaan kehamilan, 15 item tentang kepuasan pelayanan kesehatan ibu nifas, 15 item tentang kepuasan pelayanan kesehatan neonates, dan 15 item tentang kepuasan pelayanan kesehatan balita dengan alternatif jawaban : sangat puas (SP): 4; puas (P):3; tidak puas (TP): 2; dan sangat tidak puas (STP):1 (Nursalam, 2005). E. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 sampai dengan 19 Mei 2011 di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu.
  • 33. 33 F. Teknik Pengumpulan Data 1. Perizinan Penelitian Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah diperlakukannya perizinan baik dari tingkat lembaga-lembaga terkait dalam hal ini adalah instansi dimana peneliti melakukan penelitian. 2. Pelaksanaan Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data diperoleh dari dua jenis data yaitu: a. Data Primer Pengumpulan data untuk variable tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden berupa jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner. Prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini adalah sebagai berikut : 1) Memberikan informed concent kepada responden sebagai bentuk kesediaan responden dijadikan sampel penelitian. 2) Memberikan informasi berkaitan dengan kepentingan penelitian dan memberikan petunjuk pengisian alat pengumpul data. 3) Membagikan alat pengumpul data kepada responden yang menjadi sampel penelitian. 4) Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil pengumpulan data primer dari responden dan melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban responden pada setiap lembar
  • 34. 34 kuesioner. 5) Menghitung hasil jawaban responden dan memberikan skor. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Rekam Medik di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu mengenai jumlah pasien ibu hamil, ibu nifas, dan ibu balita yang datang berkunjung ke Puskesmas Kertasemaya saat penelitian dilakukan. G. Pengolahan Data dan Analisis Data Sesuai dengan metodologi penelitian yang sederhana dimana peneliti hanya menggambarkan atau mendeskripsikan suatu atau situasi yang ada secara obyketif, maka pengambilan data dan analisis data sebagai berikut: 1. Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Editing Tahap pemeriksaan kelengkapan data dan kesinambungan data serta keseragaman data, jika terdapat kesalahan atau kekurangan dapat segera dilakukan perbaikan. b. Coding Memberikan simbol-simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka) untuk setiap jawaban.
  • 35. 35 c. Entri data Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan Microsoft Excel dan disajikan dalam bentul tabel distribusi frekuensi. d. Tabulasi Data Tabulasi data dengan mengelompokkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti guna memudahkan dalam menganalisisnya. 2. Analisis data Menurut Arikunto (2006), analisis data untuk variabel tingkat kepuasan menggunakan rumus persentase sebagai berikut: %100x N X P Keterangan: P : Persentase X : Skor jawaban responden N : Jumlah skor ideal/skor maksimal Menurut Arikunto (2006) hasil persentase diinterpretasikan dengan menggunakan standar kriteria kualitatif sebagai berikut : a. Kategori sangat puas, jika didapatkan persentase: 76 % - 100%. b. Kategori puas, jika didapatkan persentase: 51 % - 75 %. c. Kategori tidak puas, jika didapatkan persentase : 25 - 50 %. d. Kategori sangat tidak puas, jika didapatkan persentase : < 25 % Mengetahui besarnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA menggunakan rumus sebagai berikut :
  • 36. 36 %100x N f P Keterangan : P : Persentase f : Banyaknya kategori tingkat kepuasan N : Jumlah responden Menurut Arikunto (2006) dalam menginterpretasikan hasil perhitungan distribusi frekuensi menggunakan skala kategori sebagai berikut : a. 0% : Tidak ada seorangpun b. 1 – 5% : Hampir tidak ada c. 6 – 24% : Sebagian kecil d. 25 – 49% : Kurang dari setengahnya e. 50% : Setengahnya f. 51 – 74% : Lebih dari setengahnya g. 75 – 94% : Sebagian besar h. 95 – 99% : Hampir seluruhnya i. 100% : Seluruhnya.
  • 37. 37 BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini disajikan data hasil penelitian mengenai gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu sebanyak 30 ibu hamil, 30 ibu nifas, dan 30 ibu balita atas dasar kuesinoer yang diberikan pada tanggal 9 sampai dengan 19 Mei 2011 yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. A. Karakteristik Ibu Hamil 1. Umur Karakteristik ibu hamil berdasarkan umur yang didapat dari data responden umur disajikan pada tabel 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Ibu Hamil Menurut Umur Kategori F % < 20 tahun 2 6,6 20 – 35 tahun 26 86,8 > 35 tahun 2 6,6 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (86,6%) umur ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh bidan berumur 20 – 35 tahun.
  • 38. 38 2. Pendidikan Hasil penelitian yang didapat dari data ibu hamil berdasarkan karakteristik pendidikan disajikan pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Ibu Hamil Menurut Pendidikan Kategori F % SD 4 13,3 SMP 12 40 SMA 14 46,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa kurang dari setengah (46,7%) ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh bidan berpendidikan SMA. 3. Pekerjaan Hasil penelitian yang didapat dari data ibu hamil berdasarkan karakteristik pekerjaan disajikan pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Ibu Hamil Menurut Pekerjaan Kategori F % Ibu Rumah Tangga 26 86,7 Petani 4 13,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (86,7%) pekerjaan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh bidan adalah ibu rumah tangga.
  • 39. 39 B. Karakteristik Ibu Nifas 1. Umur Karakteristik ibu nifas berdasarkan umur yang didapat dari data responden umur disajikan pada tabel 5.4 Tabel 5.4 Distribusi Ibu Nifas Menurut Umur Kategori F % < 20 tahun 4 13,3 20 – 35 tahun 24 80,1 > 35 tahun 2 6,6 Jumlah 30 Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar (80,1%) ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas oleh bidan berumur 20 – 35 tahun. 2. Pendidikan Hasil penelitian yang didapat dari data ibu nifas berdasarkan karakteristik pendidikan disajikan pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Distribusi Ibu Nifas Menurut Pendidikan Kategori F % SD 8 26,7 SMP 12 40 SMA 10 33,3 Jumlah 30 100
  • 40. 40 Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa kurang dari setengah (40%) ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas oleh bidan berpendidikan SMP. 3. Pekerjaan Hasil penelitian yang didapat dari data ibu nifas berdasarkan karakteristik pekerjaan disajikan pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Ibu Nifas Menurut Pekerjaan Kategori F % Ibu Rumah Tangga 26 86,7 Petani 4 33,3 Jumlah 30 Berdasarkan tabel 5.6 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (86,7%) ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas oleh bidan bekerja sebagai ibu rumah tangga. C. Karakteristik Ibu Balita 1. Umur Karakteristik ibu balita berdasarkan umur yang didapat dari data responden umur disajikan pada tabel 5.7
  • 41. 41 Tabel 5.7 Distribusi Ibu Balita Menurut Umur Kategori F % < 20 tahun 2 6,6 20 – 35 tahun 24 80,1 > 35 tahun 4 13,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar (80,1%) ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya berumur 20 – 35 tahun. 2. Pendidikan Hasil penelitian yang didapat dari data ibu balita berdasarkan karakteristik pendidikan disajikan pada tabel 5.8. Tabel 5.8 Distribusi Ibu Balita Menurut Pendidikan Kategori F % SD 6 20 SMP 8 26,7 SMA 16 53,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.8 di atas diketahui bahwa lebih dari setengah (53,3%) ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya berpendidikan SMA.
  • 42. 42 3. Pekerjaan Hasil penelitian yang didapat dari data ibu balita berdasarkan karakteristik pekerjaan disajikan pada tabel 5.9. Tabel 5.9 Distribusi Ibu Balita Menurut Pekerjaan Kategori F % Ibu Rumah Tangga 16 53,3 Petani 14 46,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (53,3%) ibu balita yang datang ke Puskesmas Kertasemaya bekerja sebagai ibu rumah tangga. D. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Hasil penelitian mengenai tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini: 1. Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.10.
  • 43. 43 Tabel 5.10 Distribusi Ibu Hamil Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Kategori F % Sangat Puas 12 40 Puas 6 20 Tidak Puas 12 40 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.10 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, kurang dari setengah (40%) termasuk kategori sangat puas dan tidak puas. 2. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Nifas Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan masa nifas di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.11. Tabel 5.11 Distribusi Ibu Nifas Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan Nifas Kategori F % Sangat Puas 4 13,3 Puas 16 53,3 Tidak Puas 10 33,4 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.11 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
  • 44. 44 3. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Neonatus Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.12. Tabel 5.12 Distribusi Ibu Nifas Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan Neonatus Kategori F % Sangat Puas 4 13,3 Puas 16 53,3 Tidak Puas 10 33,4 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.12 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. 4. Tingkat Kepuasan Ibu Balita Terhadap Pelayanan Kesehatan Balita Hasil penelitian pada variabel tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu berdasarkan disajikan pada tabel 5.13.
  • 45. 45 Tabel 5.13 Distribusi Ibu Balita Menurut Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan Balita Kategori F % Sangat Puas 6 20 Puas 16 53,3 Tidak Puas 8 26,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5.13 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas.
  • 46. 46 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya akan dilakukan pembahasan mengenai gambaran kepuasan ibu yang mempunyai bayi (0-11 bulan) terhadap pelayanan imunisasi dasar di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu. Selain itu juga pada bab VI ini akan diuraikan keterbatasan penelitian. A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu: 1. Desain penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan variabel tunggal sehingga penelitian ini hanya menggambarkan secara sederhana tentang peristiwa yang sedang terjadi tanpa melihat hubungan dua variabel yaitu variabel kepuasan pelayanan pemeriksaan kehamilan dengan cakupan Antenatal Care (ANC). Dengan demikian penelitian ini belum menggambarkan hubungan bermakna antara dua variabel. 2. Tempat Penelitian Keterbatasan yang berkaitan dengan tempat penelitian adalah peneliti hanya mengambil satu Puskesmas sehingga hasil penelitian ini masih bersifat lokal dan tidak bersifat representatif yaitu belum mewakili Puskesmas-Puskesmas lain yang ada di Kabupaten Indramayu.
  • 47. 47 3. Instrumen Penelitian Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan instrumen penelitian hanya menggunakan kuesioner tanpa menggunakan wawancara, sehingga hasil penelitian ini tanpa dilakukan evaluasi terhadap penyebaran kuesioner kepada responden. 4. Sampel Penelitian Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan sampel penelitian adalah jumlah sampel yang terbatas sehingga peneliti banyak mengalami kendala terutama mencari responden. B. Pembahasan 1. Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Oleh Bidan Berdasarkan tabel 5.10 didapat bahwa kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Kertasemaya, kurang dari setengah (40%) termasuk kategori sangat puas dan tidak puas. Ini menunjukkan bahwa kurang dari setengah ibu hamil yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk memeriksa kehamilan merasa sangat puas terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, namun kurang dari setengahnya (40%) juga ibu hamil merasa tidak puas terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan dan hanya sebagian kecil (20%) ibu hamil merasa puas terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kurang dari setengah ibu hamil ada yang merasa sangat puas dan tidak puas terhadap terhadap
  • 48. 48 kerapihan dan kebersihan pakaian yang digunakan oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang pemeriksaan; kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan, kerapihan, dan kebersihan alat- alat yang dipakai; (Ritonga, 2007). Sedangkan kepuasan lainnya yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain kemampuan bidan dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam penerimaan pasien terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu hamil terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan pasien; petugas kesehatan tanggap membantu keluarga pasien dalam memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ibu hamil ada yang merasa puas dan tidak puas terhadap keramahan bidan dalam memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, keterampilan para bidan dalam bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Persepsi mutu keandalan pelayanan kebidanan dengan kepuasan pasien. Semakin tidak baik persepsi responden terhadap mutu keandalan pelayanan kebidanan, maka responden semakin tidak puas terhadap layanan kebidanan.
  • 49. 49 Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Suryadi (2009), yang menggambarkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu hamil tentang mutu pelayanan ANC pada dimensi reliability (kehandalan) p=0,0001, dan responden yang memiliki persepsi mutu yang tidak sesuai dengan harapannya besar resiko 2,156 kali terjadinya ketidakpuasan terhadap pelayanan ANC di Puskesmas Lamepayung Kuningan. Sejalan dengan hasil penelitian Suryadi (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu hamil tentang mutu layanan ANC pada dimensi responsiveness (daya tanggap) dengan tingkat kepuasan pasien (p=0,004). Kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan dilihat dari bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien, bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien, memberikan perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan keluarganya, memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Trimumpuni (2009) yang menyatakan bahwa petugas yang kurang berempati dalam menjalankan tugas asuhan keperawatan mempunyai resiko klien rawat inap tidak puas sebesar 2 kali lebih besar daripada perawat yang menjalankan tugasnya dengan penuh rasa empati.
  • 50. 50 Sejalan hasil penelitian Suryadi (2009) yang menyatakan bahwa responden yang memiliki persepsi mutu bukti langsung pelayanan ANC tidak baik mempunyai resiko tidak puas sebesar 2.828 kali lebih besar daripada responden yang memiliki persepsi mutu bukti langsung pelayanan ANC baik. 2. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Kesehatan Nifas Oleh Bidan Berdasarkan tabel 5.11 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan ibu nifas di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu nifas yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk memeriksa kesehatannya merasa puas terhadap pelayanan kesehatan nifas yang dilakukan oleh bidan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah ibu merasa puas terhadap kerapihan dan kebersihan pakaian yang digunakan oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang pemeriksaan; kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan, kerapihan, dan kebersihan alat-alat yang dipakai;. Sedangkan kepuasan lainnya yang dirasakan oleh ibu nifas antara lain kemampuan bidan dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam penerimaan pasien terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan.
  • 51. 51 Sejalan hasil penelitian Tukimin (2005) bahwa pemberian komunikasi yang kurang adekuat dapat menimbulkan kesenjangan komunikasi sehingga menimbulkan perasaan kurang puas sekaligus pasien dapat menjawab petugas kurang informatif atau kurang jujur menyampaikan kendala layanan. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu nifas terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan pasien; petugas kesehatan tanggap membantu keluarga pasien dalam memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ada sebagian kecil ibu nifas merasa tidak puas terhadap keramahan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan nifas, keterampilan para bidan dalam bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan nifas, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan nifas. Persepsi jaminan ditinjau berdasarkan penilaian responden terhadap kepastian pelayanan yang dapat mengatasi keluhan pasien yaitu tersedianya petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan/kemampuan dan memberikan tindakan bebas dari segala bahaya, resiko atau ragu-ragu (Azwar, 2006). Kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas dilihat dari bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien, bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien, memberikan
  • 52. 52 perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan keluarganya, memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga pasien. Hal ini sesuai dengan hasil Penelitian Trimumpuni (2009) yang menyatakan bahwa petugas kesehatan yang kurang berempati dalam menjalankan tugas asuhan keperawatan mempunyai resiko klien rawat inap tidak puas sebesar 2 kali lebih besar dari pada perawat yang menjalankan tugasnya dengan penuh rasa empati dan hasil penelitian Tukimin (2005) menyatakan bahwa keramahan petugas merupakan problem yang masih di rasakan oleh sebagian pasien, bentuk ketidak ramahan bisa dalam wujud sikap dan perlakuan langsung petugas terhadap pasien atau pasien sebelahnya yang ikut menyinggung sesama perasaan pasien, atau perlakuan tidak langsung. Dalam bukunya Pohan (2007) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang mungkin mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap diantaranya adalah petugas melayani dengan sopan, ramah, tanggap, kebersihan ruangan dan kelengkapan peralatan yang dipakai. Kepuasan terhadap suatu produk/jasa tergantung dengan bukti langsung yang didapatkan seperti kelengkapan alat (sarana), kapasitas, kualitas dan dukungan prasarana yang baik 3. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Neonatus Oleh Bidan Berdasarkan tabel 5.12 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. Ini menunjukkan bahwa lebih
  • 53. 53 dari setengah ibu nifas yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk memeriksa kesehatan bayinya merasa puas terhadap pelayanan kesehatan neonatus yang dilakukan oleh bidan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah ibu nifas merasa puas terhadap kerapihan dan kebersihan pakaian yang digunakan oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang pemeriksaan; kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan, kerapihan, dan kebersihan alat-alat yang dipakai. Sedangkan kepuasan lainnya yang dirasakan oleh ibu nifas antara lain kemampuan bidan dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam penerimaan pasien terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu nifas terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan pasien; petugas kesehatan tanggap membantu keluarga pasien dalam memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ada sebagian kecil ibu nifas merasa tidak puas terhadap keramahan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatus, keterampilan para bidan dalam bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan neonatus, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatus.
  • 54. 54 Kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas dilihat dari bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien, bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien, memberikan perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan keluarganya, memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Adrian (2005) menyatakan bahwa dengan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terampil, memiliki sarana yang lengkap dan berfungsi sebagaimana mestinya serta berfokus pada pertolongan Ibu, bayi baru lahir dan anak (KIA) akan membawa dampak terhadap penurunan jumlah kesakitan, kematian Ibu, kematian bayi baru lahir dan anak pada seluruh anggota masyarakat yang terpapar dengan resiko seumur hidup (lifetime risk). 4. Tingkat Kepuasan Ibu Balita Terhadap Pelayanan Kesehatan Balita Oleh Bidan Berdasarkan tabel 5.13 didapat bahwa tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu nifas yang datang ke Puskesmas Kertasemaya untuk memeriksa kesehatan balitanya merasa puas terhadap pelayanan kesehatan balita yang dilakukan oleh bidan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah ibu balita merasa puas terhadap kerapihan dan kebersihan pakaian yang
  • 55. 55 digunakan oleh bidan; kebersihan, kenyamanan dan keterangan ruang pemeriksaan; kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis; kelengkapan, kerapihan, dan kebersihan alat-alat yang dipakai. Dalam bukunya Pohan (2007) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang mungkin mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap diantaranya adalah petugas melayani dengan sopan, ramah, tanggap, kebersihan ruangan dan kelengkapan peralatan yang dipakai. Kepuasan terhadap suatu produk/jasa tergantung dengan bukti langsung yang didapatkan seperti kelengkapan alat (sarana), kapasitas, kualitas dan dukungan prasarana yang baik. Tingkat kepuasan lainnya yang dirasakan oleh ibu balita antara lain kemampuan bidan dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien; tata cara bidan dalam penerimaan pasien terlihat cepat dan tepat; ketepatan, kecepatan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan. Sejalan hasil penelitian Tukimin (2005) bahwa pemberian komunikasi yang kurang adekuat dapat menimbulkan kesenjangan komunikasi sehingga menimbulkan perasaan kurang puas sekaligus pasien dapat menjawab petugas kurang informatif atau kurang jujur menyampaikan kendala layanan. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa kepuasan ibu balita terhadap kemampuan dan ketanggapan bidan dalam menyelesaikan keluhan pasien; bidan tanggap membantu keluarga pasien dalam memperoleh obat; tindakan bidan pada saat pasien membutuhkan pertolongan dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu juga ada sebagian kecil ibu balita merasa tidak puas terhadap keramahan bidan dalam memberikan pelayanan
  • 56. 56 kesehatan balita, keterampilan para bidan dalam bekerja, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan balita, dan kehati-hatian serta ketenangan perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan balita. Menurut Azwar (2006), persepsi jaminan ditinjau berdasarkan penilaian responden terhadap kepastian pelayanan yang dapat mengatasi keluhan pasien yaitu tersedianya petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan/kemampuan dan memberikan tindakan bebas dari segala bahaya, resiko atau ragu-ragu yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap berbagai layanan kesehatan. Kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita dilihat dari bagaimana bidan memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien, bersedia untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien, memberikan perhatian terhadap keluhan dan kekhawatiran pasien dan keluarganya, memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dari keluarga pasien. Sejalan dengan hasil penelitian Tukimin (2005) menyatakan bahwa keramahan petugas merupakan problem yang masih di rasakan oleh sebagian pasien, bentuk ketidak ramahan bisa dalam wujud sikap dan perlakuan langsung petugas terhadap pasien atau pasien sebelahnya yang ikut menyinggung sesama perasaan pasien, atau perlakuan tidak langsung.
  • 57. 57 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan, kurang dari setengah (40%) termasuk kategori sangat puas dan tidak puas. 2. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan nifas di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. 3. Tingkat kepuasan ibu nifas terhadap pelayanan kesehatan neonatus di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. 4. Tingkat kepuasan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kertasemaya, lebih dari setengah (53,3%) termasuk kategori puas. B. Saran Mengacu pada kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran kepada beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi Puskesmas a. Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu dalam operasionalnya perlu meningkatkan kualitas pelayanan dengan melengkapi peralatan dan perlengkapan medis.
  • 58. 58 b. Pihak Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu perlu melakukan evaluasi setiap bulan terhadap hasil kinerja bidan selama bertugas khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. 2. Dinas Kesehatan Indramayu Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu perlu memberikan bimbingan kepada pihak puskesmas melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan APN bagi bidan yang bertugas di Puskesmas dan membantu dalam upaya peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan. 3. Bagi Bidan Bidan yang bertugas di Puskesmas Kertasemaya Kabupaten Indramayu dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak disertai dengan sikap ramah dan sopan serta lebih tanggap, cepat, tepat dan peduli terhadap pasien.
  • 59. 1