SlideShare a Scribd company logo
1 of 90
Download to read offline
PETA PANDUAN 
(Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS 
INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU 
Tahun 2010 - 2014 
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 
PETA PANDUAN (Road Map) 
2009 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 
Buku V
i 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
KATA PENGANTAR 
Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang 
perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 
7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 
6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan 
diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. 
Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak 
utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari 
26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh 
minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. 
Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri 
yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan 
kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, 
maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 
2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. 
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah 
tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan 
klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke 
depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, 
yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu: 
1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri 
Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster 
Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster 
Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) 
Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) 
Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster 
Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri 
Alas Kaki. 
KATA PENGANTAR ii
2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 
3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 
4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika 
5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang 
6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan 
Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut 
pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara 
lebih fokus dan dapat menjadi: 
iv 
Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan 
Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 
3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan 
Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster 
Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster 
Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 
10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri 
Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu. 
Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan 
Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri 
Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian. 
dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster 
Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 
3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya. 
Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 
Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat 
Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri 
Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni. 
Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1) 
Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster 
Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan 
Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) 
Klaster Industri Makanan Ringan. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan 
aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang 
secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya 
pelaksanaan program pengembangan industri sesuai 
dengan bidang tugasnya. 
2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, 
antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan 
Kabupaten/Kota). 
3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat 
luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan 
pembangunan industri. 
Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut 
bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan 
dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map) 
ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran 
dan tugasnya masing-masing. 
Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita 
luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik. 
Jakarta, November 2009 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
MOHAMAD S. HIDAYAT 
KATA PENGANTAR
vi 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
DAFTAR ISI vi 
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR ............................................... iii 
DAFTAR ISI ......................................................... vii 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK 
INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN KONTEN 
MULTIMEDIA ...................................................... 1 
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN 
RI NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 
OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI ELEKTRONIKA ........................... 9 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK 
INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI FASHION .................................. 35 
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN 
RI NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 
OKTOBER PETA PANDUAN PENGEMBANGAN KLASTER 
INDUSTRI FASHION ................................................ 43 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK 
INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI .... 55
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN 
RI NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 
OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI .... 63 
vii 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, 
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan 
industri nasional sesuai dengan Pasal 
2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 
Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri 
Nasional, perlu menetapkan peta panduan 
(Road Map) pengembangan klaster 
industri prioritas yang mencakup basis 
industri manufaktur, industri berbasis 
agro, industri alat angkut, industri 
elektronika dan telematika, industri 
penunjang industri kreatif dan industri 
kreatif tertentu serta industri kecil dan 
menengah tertentu; 
PERATURAN 
PERATURAN 
TENTANG 
KONTEN MULTIMEDIA 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
b. Bahwa industri perangkat lunak dan 
konten multimedia merupakan bagian 
dari industri penunjang industri kreatif 
dan industri kreatif tertentu sebagaimana 
dimaksud pada huruf a maka perlu 
ditetapkan peta panduan pengembangan 
klaster industri perangkat lunak dan 
konten multimedia; 
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se­bagaimana 
dimaksud huruf a dan huruf 
b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri 
Perindustrian tentang Peta Panduan 
(Road Map) Pengembangan Klaster 
Industri Perangkat Lunak dan Konten 
Multimedia; 
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 
tentang Perindustrian (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 3274); 
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 
tentang Sistem Perencanaan Pem­bangunan 
Nasional (Lembaran Negara 
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 
104, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4421); 
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 
2004 tentang Pemerintahan Daerah 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4437 sebagaimana telah diubah 
dengan Undang-Undang Republik 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4548); 
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 
tentang Rencana Pembangunan Jangka 
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4700); 
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 
tentang Penanaman Modal (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4724); 
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 
1986 tentang Kewenangan Pengaturan, 
Pembinaan dan Pengembangan Industri 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 3330); 
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 
2007 tentang Pembagian Urusan 
Pemerintahan Antara Pemerintah, 
Pemerintahan Daerah Provinsi dan 
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4737); 
PERATURAN 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 
Tahun 2009 tentang Kawasan Industri 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4987); 
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 187/M Tahun 2004 tentang 
Pembentukan Kabinet Indonesia Ber­satu 
sebagaimana telah beberapa kali 
diubah terakhir dengan Keputusan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ 
P Tahun 2007; 
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, 
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan 
Tata Kerja Kementerian Negara Republik 
Indonesia sebagaimana telah beberapa 
kali diubah terakhir dengan Peraturan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 94 
Tahun 2006; 
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit 
Organisasi dan Tugas Eselon I Ke­men­terian 
Negara Republik Indonesia sebagai­mana 
telah beberapa kali diubah terakhir 
dengan Peraturan Presiden Republik 
Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 
tentang Kebijakan Industri Nasional; 
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 
01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga­nisasi 
dan Tata Kerja Departemen 
Perindustrian; 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN 
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 
PERANGKAT LUNAK DAN KONTEN MULTI­MEDIA. 
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud 
dengan: 
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan 
Klaster Industri Perangkat Lunak dan 
Konten Multimedia Tahun 2010-2014 
selanjutnya disebut Peta Panduan 
adalah dokumen perencanaan nasional 
yang memuat sasaran, strategi dan 
kebijakan, serta program/rencana 
aksi pengembangan klaster industri 
perangkat lunak dan konten multimedia 
untuk periode 5 (lima) tahun. 
2. Industri Konten Perangkat Lunak dan Multi­media 
adalah industri yang terdiri dari: 
a. Reproduksi Media Rekaman (KBLI 
PERATURAN 
MEMUTUSKAN: 
Pasal 1 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
22301); 
b. Reproduksi Film dan Video (KBLI 
22302); 
c. Industri Teropong dan Alat Optik 
(KBLI 33202); 
d. Industri Kamera Cinematografi 
Proyektor dan Perlengkapannya 
(KBLI 33204);
e. Jasa Konsultasi Piranti Lunak (KBLI 
72200); 
f. Jasa Kegiatan Data Base (KBLI 
72400). 
g. Kegiatan Lain yang Berkaitan 
dengan Komputer (KBLI 72900); 
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe­merintah 
Pusat, Pemerintah Daerah, 
Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga 
Penelitian dan Pengembangan serta 
Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana­kan 
sebagian tugas urusan pemerintahan 
di bidang perindustrian. 
Pasal 2 
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana 
tercantum dalam Lampiran Peraturan 
Menteri ini. 
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) merupakan: 
a. Pedoman operasional Aparatur Pe­merintah 
dalam rangka menunjang 
secara komplementer dan sinergik 
untuk suksesnya pelaksanaan 
program pengembangan industri 
sesuai dengan bidang tugasnya; 
b. Pedoman bagi Pelaku klaster 
Industri perangkat lunak dan 
Konten Multimedia, baik pengusaha 
maupun institusi lainnya, khususnya 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
yang memiliki kegiatan usaha di 
sektor Industri perangkat lunak dan 
Konten Multimedia ataupun sektor 
lain yang terkait; 
c. Pedoman koordinasi perencanaan 
kegiatan antar sektor, antar instansi 
terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi 
dan Kabupaten/Kota); dan 
d. Informasi untuk menggalang duku­ngan 
sosial-politis maupun kontrol 
sosial terhadap pelaksanaan kebijak­an 
klaster industri ini, yang pada 
akhirnya diharapkan untuk mendorong 
partisipasi dari masya­rakat 
luas untuk 
berkontribusi secara langsung dalam 
kegiatan pembangun­an 
industri. 
(1) Program/rencana aksi pengembangan 
klaster Industri perangkat lunak dan 
Konten Multimedia dilaksanakan sesuai 
dengan Peta Panduan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). 
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi se­bagai­mana 
dimaksud pada ayat (1) 
dilakukan oleh Pemangku Kepentingan 
sebagai­mana 
tercantum dalam Peta 
Panduan. 
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat 
laporan kinerja tahunan kepada Menteri 
atas pelaksanaan program/rencana aksi 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 
ayat (1). 
PERATURAN 
Pasal 3 
Pasal 4 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan 
program/rencana aksi sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) kepada 
Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya 
pada akhir bulan Februari 
pada tahun berikutnya. 
Pasal 5 
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada 
tanggal ditetapkan. 
Ditetapkan di Jakarta 
pada tanggal 14 Oktober 2009 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
ttd 
FAHMI IDRIS 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Sekretariat Jenderal 
Departemen Perindustrian 
Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
PRAYONO 
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 
1. Presiden RI; 
2. Wakil Presiden RI; 
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 
4. Gubernur seluruh Indonesia; 
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
FAHMI IDRIS 
LAMPIRAN 
PETA PANDUAN 
ELEKTRONIKA 
BAB I PENDAHULUAN 
BAB II SASARAN 
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN 
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI 
ttd 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Sekretariat Jenderal 
Departemen Perindustrian 
Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
PRAYONO
10 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
A. Ruang Lingkup Industri Perangkat Lunak dan 
Konten Multimedia 
Hasil studi dari Departemen Perdagangan Republik 
Indonesia (Studi Industri Kreatif 2007), teknologi 
informasi (Telematika) dalam hal ini dikelompokkan 
menjadi bidang Layanan Komputer dan Peranti lunak 
(LKPL) merupakan salah satu industri kreatif yang 
menjadi andalan dan harus dikembangkan oleh bangsa 
Indonesia. 
Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok 
industri LKPL: 
1. Jasa portal yang mecakup usaha jasa pelayanan 
yang menyediakan akses ke gerbang utama dari 
pusat enterprise knowledge yang merupakan hasil 
dari pengolahan data dan informasi, sehingga dapat 
digunakan sebagai bahan dalam pengambilan 
keputusan. Fasilitas yang disediakan misal: fasilitas 
untuk melakukan email, searching, chatting, akses 
ke berbagai sumber daya (resources); 
2. Jasa multimedia lainnya; 
3. Jasa konsultasi perangkat keras (hardware 
consulting) yang mencakup usaha jasa konsultasi 
tentang tipe dan konfigurasi dari perangkat keras 
komputer dengan atau tanpa dikaitkan dengan 
aplikasi peranti lunak. Konsultasi biasanya me­nyangkut 
analisis kebutuhan pengguna komputer 
dan permasalahnnya serta memberikan jalan keluar 
yang terbaik; 
11 
LAMPIRAN 
BAB I 
PENDAHULUAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
12 
4. Jasa konsultasi peranti lunak yang mencakup 
usaha jasa konsultasi yang berkaitan dengan 
analisis, desain, dan pemrograman dari sistem 
yang siap pakai. Kegiatan ini biasanya menyangkut 
analisis kebutuhan pengguna komputer dan 
permasalahannya, pemecahan masalah, dan 
membuat peranti lunak berkaitan dengan 
pemecahan masalah tersebut, serta penulisan 
program sederhana sesuai kebutuhan pengguna 
komputer; 
5. Pengolahan data yang mencakup jasa untuk 
pengolahan dan tabulasi semua jenis data. Kegiatan 
ini bisa meliputi keseluruhan tahap pengolahan 
dan penulisan laporan dari data yang disediakan 
pelanggan, atau hanya sebagian dari tahapan 
pengolahan; 
6. Jasa kegiatan database yang mencakup usaha jasa 
pelayanan yang berkaitan dengan pengembangan 
database, penyimpanan data, dan penyediaan 
database dari berbagai jenis data (seperti: data 
keuangan, statistik, ekonomi, atau teknis). Data 
dapat diakses oleh setiap orang yang memerlukan 
atau oleh sekelompok pengguna data; 
7. Perawatan dan reparasi mesin-mesin kantor, akuntansi, 
dan komputer yang mencakup jasa perawatan dan 
reparasi, mesin kantor, mesin akuntansi, komputer, 
mesin ketik, dan perlengkapan; 
8. Kegiatan lain yang berkaitan dengan komputer. 
Sedangkan struktur industri multimedia dapat digambar­kan 
sebagai berikut: 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
B. Pengelompokan Industri Perangkat Lunak 
dan Konten Multimedia 
Kode industri dari industri kreatif kelompok Layanan 
Komputer dan Peranti lunak termasuk ke dalam 
kategori Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 
dan kategori Real Estate, usaha persewaan, dan Jasa 
Perusahaan (mengacu kepada KBLI 2005). Secara rinci 
kode industri dari kelompok Layanan Komputer dan 
Peranti lunak adalah sebagai berikut: 
Tabel 1. Kode Industri Kelompok Layanan Komputer dan 
13 
Gambar I.1. Struktur industri konten multimedia 
LAMPIRAN 
Peranti lunak 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
Kode 
Industri 
(3 digit) 
Deskripsi 
Kode Industri Kategori Industri Keterangan 
643 Jasa 
telekomunikasi 
Transportasi, pergudangan, 
dan komunikasi 
64323 dan 
64329 
721 
Jasa konsultasi 
perangkat keras 
(hardware 
consulting) 
Real estat, usaha 
persewaan, dan jasa 
perusahaan 
72100
14 
Kode 
Industri 
(3 digit) 
Deskripsi 
Kode Industri Kategori Industri Keterangan 
722 Jasa konsultasi 
peranti lunak 
Real estat, usaha 
persewaan, dan jasa 
perusahaan 
72200 
723 Pengolahan data 
Real estat, usaha 
persewaan, dan jasa 
perusahaan 
72300 
724 Jasa kegiatan 
database 
Real estat, usaha 
persewaan, dan jasa 
perusahaan 
72400 
725 
Perawatan dan 
reparasi mesin-mesin 
kantor, 
akuntansi, dan 
komputer 
Real estat, usaha 
persewaan, dan jasa 
perusahaan 
72500 
729 
Kegiatan lain 
yang berkaitan 
dengan komputer 
Real estat, usaha 
persewaan, dan jasa 
perusahaan 
72900 
Sedangkan untuk industri konten multimedia, secara 
garis besar dapat kita rangkum bahwa terdapat 2 (dua) 
format digital dan sumber konten, yaitu: 
• Digitized Contents: Konten yang ada sebelum 
era digital yang kemudian diformat ulang ke dalam 
bentuk digital, dan 
• Born-Digital Contents: Konten yang dari awal 
penciptaannya langsung dalam format digital. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Arah dan sasaran yang ingin dicapai industri Peranti lunak 
adalah: 
1. Menyediakan peranti lunak mobile dengan Embedded 
Content dalam bentuk Service sebagai jasa telekomunikasi 
baru, terutama menyambut era Broadband Wireless 
Access (BWA). 
2. Memenuhi peluang pasar domestik yang besar setelah 
AS, China dan India untuk produk - produk telematika. 
Karena saat ini faktual yang ada bahwa belanja produk 
domestik telekomunikasi baru dimanfaatkan hanya 
sebesar < 5% 
3. Memanfaatkan pasar bebas AFTA, APEC dan WTO 
secara optimal sebagai kendaraan untuk memasuki 
pasar internasional. 
Arah dan sasaran yang ingin dicapai industri Konten Multimedia 
adalah: 
Tahun 2010 – 2011 
a. Fasilitasi Pendirian Pusat Desain Multimedia 
b. Fasilitasi ”Market Access” untuk pengembang konten 
c. Penerapan Standar Nasional untuk kemampuan perusahaan 
15 
LAMPIRAN 
BAB II 
SASARAN 
lokal di pasar regional dan internasional 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
konten multimedia 
Tahun 2012 – 2014 
Penyelenggaraan lomba dan kompetisi nasional dan 
internasional untuk pengembang konten multimedia.
a. Fasilitasi peluang ekspor produk konten multimedia 
b. Terbangunnya jaringan informasi. 
c. Terciptanya iklim usaha yang kondusif. 
d. Pameran dan sosialisasi produk konten multimedia 
e. Pameran dan sosialisasi produk konten multi media ke 
f. Terwujudnya industri konten mulitmedia yang tangguh, 
16 
baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun 
jangka panjang. 
Indonesia ke pasar ASEAN khususnya dan Asia pada 
umumnya. 
pasar Asia, Eropa dan Amerika. 
mandiri dan menjadi penggerak pembangunan, berdaya 
saing tinggi serta mampu memberikan kontribusi yang 
besar dalam perekonomian nasional. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
17 
STRATEGI DAN KEBIJAKAN 
LAMPIRAN 
BAB III 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
A. Strategi dan Kebijakan 
1. Strategi 
a. Industri Perangkat Lunak 
Dalam siklus pengembangan industri peranti lunak 
nasional, akan menempuh strategi (a) Memberikan 
dukungan penuh pada industri peranti lunak lokal, 
dimana saat ini secara umum masih berklala 
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM); (b) 
Membangun kemampuan industri peranti lunak 
dengan memberikan dorongan untuk menetapkan 
fokus pada produk tertentu dengan memperhatikan 
perkembangan produk global, sebagai acuan 
untuk menetapkan fokus; (c) Mendaya-gunakan 
kemampuan ini untuk menciptakan dan memenuhi 
pasar lokal. 
Dari ketiga strategi besar ini, diharapkan industri 
piranti lunak nasional dapat bersaing di pasar 
global. Berikut ini disampaikan model strategi 
pengembangan tersebut yang terdiri atas dua 
lingkaran, lingkaran dalam dan lingkaran luar. Inisiasi 
dimulai dari lingkaran dalam dengan membangun 
kemampuan tech­no­­preneuring, 
berbasis pada 
teknologi, menciptakan produk inovatif baru. Langkah 
yang perlu diambil penyatuan kekuatan Triple-Helix 
(Akademisi, Usahawan, dan Pemerintah). Kehadiran 
Technopark akan mempercepat konvergensi dari 
ketiga helix tersebut. Berbagai modus pembiayaan 
dapat diupayakan, temasuk mencari hibah
Keterampilan sbg Industri 
Lokal ke Pasar Global 
18 
penelitian guna menciptakan produk awal (Prototip). 
Dalam hal ini pemerintah akan memainkan peran 
sebagai lokomotif penggerak, melalui kebijakan 
yang diturunkan, guna membukakan pasar lokal 
dan memberikan insentif finansial terbatas, baik 
dalam bentuk hibah ataupun bantuan natura. 
Termasuk fasilitasi kepada instrumen pembiayaan. 
Diharapkan industri di penghujung lingkaran dalam 
telah mampu untuk mulai masuk ke pasar global. 
Kerangka Pikir Pengembangan Industri Peranti lunak 
Mencapai skala 
ekonomis untuk membangun 
produk global sendiri 
Aliansi dengan Industri TIK global 
untuk pengembangan produk global 
Mencari Pendanaan 
Pengembangan Bisnis, 
(Venture Capital, Bank, 
Pemerintah, Pengusaha) 
Membangun 
Start-up Baru, 
krn memiliki lebih banyak 
Kemampuan TIK2 
Pembiayaan 
STRATEGI INDUSTRI PERANTI LUNAK 
1.MENDUKUNG INDUSTRI LOKAL 
2.MEMBANGUN KEMAMPUAN ATAS 
PRODUK-PRODUK GLOBAL TERTENTU 
3.MENDAYAGUNAKAN KEMAMPUAN INI 
UNTUK PASAR LOKAL DAN GLOBAL 
Meningkatkan 
Mulai di sini 
Memilih & fokus 
terhadap peranti lunak 
andalan 
Memilih tempat utk 
Technopreneuring 
(Keahlian & Wirausaha) 
Membawa lebih 
banyak pekerjaan pengembangan 
untuk industri SW lokal 
Menjalin Kerjasama dgn 
Perguruan Tinggi untuk 
Riset dan Mendapatkan 
SDM Handal 
Memperluas kemampuan 
produk berdasarkan keterampilan 
atas Peranti lunak 
Gambar III.1. Kerangka Pikir Pengembangan 
Industri Peranti Lunak 
Lompatan besar terjadi pada industri peranti 
lunak yang telah mampu masuk ke lingkaran 
luar, sebagai pemain global, yang dimulai dengan 
menciptakan kemampuan dan cara berfikir serta 
cara bertindak sebagai layaknya pemain global 
yang telah matang. Sebagai strategi awal adalah 
membawa pekerjaan untuk industri peranti lunak 
lokal. Penerapan bakuan, seperti ISO-9001 dan/ 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
atau CMMI, merupakan ukuran global untuk dapat 
menerima pekerjaan dari pasar global. Setelah 
terbukti mampu untuk mendapatkan pasar global, 
beberapa langkah untuk menciptakkan start-up 
dimungkinkan. Di penghujung lingkaran luar, 
industri peranti lunak telah memiliki produk sendiri 
untuk pasar global. 
b. Industri Konten Multimedia 
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan 
strategi yang mencakup beberapa aspek sebagai 
berikut: 
1. Pasar 
Mendorong penggunaan konten lokal terutama 
kepada seluruh lembaga pemerintah dengan 
merujuk kepada KepMen tentang TKDN 
19 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
2. Infrastruktur 
• Memfasilitasi pembangunan baru studio 
multimedia 
• Memperluas dan mempermudah akses 
internet & broadband 
3. Sumber Daya Manusia 
• Pembangunan Pusdiklat Multimedia 
• Fasilitasi Sertifikasi Keahlian 
A. Teknologi 
• Pembangunan PUSLITBANG Multimedia 
• Mendorong para peneliti mendaftarkan 
karyanya ke kantor paten
20 
B. Pendanaan 
• Pengembangan skema pembiayaan modal 
yang lebih “bersahabat” dengan model 
UKM dan start-up company 
• Menjajaki kerjasama dengan pemodal 
ventura dari luar negeri untuk pendanaan 
modal awal (start-up capital) 
C. Hukum 
• Peningkatan Law Enforcement anti-pem­bajakan 
2. Kebijakan 
a. Industri Perangkat Lunak 
Kebijakan nasional untuk Industri Peranti Lunak 
akan meliputi: 
1. Melahirkan kebijakan baru sebagai landasan 
untuk pengembangan usaha dan produksi, 
mencakup (a) kebijakan ekonomi, industri, 
dan telematika nasional, yang mencakup aspek 
Hukum, Peraturan Nasional, Peraturan Daerah, 
Kepemilikan Hak Atas Kekayaan Intelektual 
(HAKI); (b) Kebijakan implementasi, yang 
mencakup aspek proteksi terhadap industri 
peranti lunak nasional; Aspek sinergi internal 
antar Triple-Helix. 
2. Mengarahkan belanja pemerintah dalam bidang 
TIK sebagai motor pengerak pasar bagi industri 
nasional. Hal ini merupakan salah satu bentuk 
Insentif yang diberikan pemerintah. Pemberian 
dilakukan dengan prasyarat kemapuan dengan 
cara mengukur kemampuan dan / atau mem­berikan 
ukuran industri peranti lunak yang 
layak menerima insentif tersebut. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Kebijakan bagi internal industri peranti lunak adalah: 
1. Pembakuan dan sertifikasi – untuk jaminan 
mutu produk / jasa yang dihasilkan, mencakup: 
(a) Profesionalisme sebagai jaminan pengerjaan 
dilakukan oleh yang ahli dan pengalaman, 
serta memenuhi standar profesional tertentu; 
(b) Industri dapat memberikan jaminan atas 
produk/ jasa yang diberikan, sesuai dengan 
baku mutu / spesifikasi; (c) Hadirnya lembaga 
/ manajemen penjamin proses pengerjaan oleh 
industri dilakukan secara bertanggung-jawab 
dengan mekanisme / prosedur baku, sehingga 
mudah untuk memantau pemenuhan baku 
mutu produk / jasa. 
2. Pemberian akses informasi yang mencakup 
(a) Sarana dan prasarana telekomunikasi; (b) 
Informasi pasar dan sentra produksi; serta (c) 
Informasi perkembangan industri telematika. 
3. Pemberian kemudahan infrastruktur berusaha 
yang mencakup (a) Prasarana dan sarana 
produksi; (b) Prasarana dan sarana usaha / 
business; (c) Prasarana dan sarana peningkatan 
kemampuan, Riset, Pendidikan dan pelatihan 
Konten digital bersifat intangible, dalam arti tidak 
memerlukan dimensi fisik; tidak pernah lapuk, 
keasliannya dapat tetap lestari tanpa tergantung 
frekuensi pemakaian serta dapat digandakan secara 
sempurna tanpa batas jumlah dengan biaya sangat 
minimal. Sebagai konsekuensinya, konten digital 
memerlukan pendekatan yang sangat berbeda dari segi 
penciptaan, organisasi, distribusi, dan pelestariannya. 
21 
LAMPIRAN 
b. Industri Konten Multimedia 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
2 
Dalam memahami konten digital dan menyusun 
kebijakan yang sesuai, pemerintah Selandia Baru 
merangkum lima elemen pokok yang perlu diperhatikan 
dalam mengembangkan kebijakan dan strategi di 
bidang konten digital ini. 
Penciptaan dan perlindungan konten: 
Born-digital content adalah informasi dalam fomat 
baru yang membutuhkan keterampilan baru untuk 
menciptakan dan menggunakannya, menyediakan 
peluang yang unik untuk inovasi dan kreativitas serta 
memerlukan suatu sarana baru untuk melindunginya 
dari pencurian dan penyalahgunaan. 
Akses dan pencarian konten: 
Konten dalam format digital, apakah born-digital, 
digitized atau hanya sekedar didata secara digital, 
bersaing dengan bermiliar-miliar konten lainnya dalam 
merebut perhatian pengguna potensial. Untuk itu, 
tersedianya mekanisme akses dan pencarian konten 
yang handal sangat penting (misal: design standards, 
metadata, search engine optimization, dll). 
Berbagi dan memakai konten: 
Dua dari karakterisitk konten digital adalah 
kemampuannya untuk diproduksi ulang dan 
didistribusikan tanpa biaya dan dengan resiko 
minimal, serta dapat digunakan berulang tanpa 
menjadi usang. Kemampuan bagi pengguna untuk 
dapat mencari konten yang relevan yang siap untuk 
digunakan, digunakan ulang, berbagi, penggunaan 
lain, serta penambahan dimensi baru adalah fitur-fitur 
pokok yang harus terseda dalam era digital. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Konten digital membuka kemungkinan untuk 
disimpan dalam pengelompokan dan volume yang 
jauh lebih besar dari kemungkinan yang terbatas 
jika kita menggunakan sarana fisik. Namun, 
sebagaimana sarana-sarana fisik yang akan 
menjadi usang, konten digital juga memiliki resiko 
hilang atau rusak dengan mudah. Oleh karena itu, 
mengelola dan melestarikan konten dibutuhkan 
untuk penggunaan berkelanjutan. 
Pemahaman dan kepedulian terhadap konten digital: 
Konten digital mengubah cara pandang kita terhadap 
informasi, pengetahuan, dan nilai material. Dalam 
transisi ke era digital ini, kita perlu memahami dan 
peduli akan lingkungan, peluang, dan tantangan 
konten digital agar dapat membuat pilihan, 
keputusan, dan investasi yang bijaksana. 
Jadi meskipun pasar yang menciptakan dan me­ngembangkan 
konten digital, pemerintahlah 
yang mempunyai peran dalam mengembangkan 
enabling factors sehingga kelima elemen ter­sebut 
dapat tertata dengan baik, misalnya 
peme­rintah 
perlu mengambil insiatif untuk 
mendukung keanekaragaman budaya, mendorong 
wirausahawan konten lokal , dan bertindak sebagai 
fasilitator dengan meningkatkan kapabilitas dan 
menghilangkan segala hambatan regulasi yang tidak 
perlu dan hambatan-hambatan lainnya sebagai 
akibat regulasi lintas sektoral. Kebijakan yang juga 
memegang peranan penting antara lain eliminasi 
hambatan untuk bersaing sehat di bidang jasa 
jaringan, kebijakan yang mempromosikan investasi 
23 
LAMPIRAN 
Mengelola dan melestarikan konten: 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
24 
di infrastruktur broadband, serta pengembangan 
konten dan kapabilitas di area pedesaan dan daerah 
terpencil. 
Kebijakan yang tepat dan ‘pro-digital content’ dapat 
dikembangkan dengan selalu mengacu kepada hal-hal 
sebagai berikut: 
• Mendorong terciptanya lingkungan bisnis 
yang memacu peningkatan penciptaan serta 
diseminasi konten-konten digital buatan lokal 
• Menarik investor swasta asing maupun lokal 
untuk terjun ke bisnis konten multimedia 
• Mendorong terciptanya model-model bisnis 
yang inovatif dan berhasil mengembangkan 
pasar konten multimedia 
• Meningkatkan daya saing industri konten 
multimedia lokal 
• Meningkatkan ketrampilan dan kualitas para 
pekerja di industri konten multimedia 
• Mempromosikan kemampuan dan karya 
industri konten multimedia lokal dalam setiap 
kesempatan baik di dalam maupun di luar 
negeri. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
25 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
 Mempromos kan kemampuan dan karya ndustr konten mult lokal dalam set ap kesempatan ba k d dalam maupun d luar neger Gambar Gambar III.III.2 2 Digital Digital Content 
Content
26 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Tahap pengembangan ini merupakan kegiatan pengembangan 
jangka menengah yang berkesinambungan, di mana 
seluruh outputnya memiliki karakter yang menghasilkan 
aplikasi-aplikasi peranti lunak yang merupakan keluaran 
industri kreatif, berbasis kebutuhan pasar, melalui sejumlah 
rencana aksi. 
27 
PROGRAM / RENCANA AKSI 
LAMPIRAN 
BAB IV 
A. Industri Perangkat Lunak 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
1. Rencana Aksi 2010 
 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak 
bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, 
Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA, 
 Fasilitasi inisiatif pembangunan RICE, IBC, 
Teknopark 
 Mendirikan instansi pengelola dan Penilai KIPI 
 Melakukan penyesuaian perhitungan TKDN 
untuk Industri Peranti Lunak. 
 Menetapkan standar kompetensi SDM TIK untuk 
Industri peranti lunak 
 Mendirikan Pusat Pengembangan peranti lunak 
komputer untuk Teknologi kreatif digital pada 
aplikasi Iklan, Film, Video, Photografi, Spatial, 
Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, 
arsitektur, Musik, & Media 
 Mengusulkan perubahan Perubahan atas 
Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2003 tentang 
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,
28 
untuk pengadaan jasa pengembangan peranti 
lunak, berdasarkan Kompetensi SDM TIK, KIPI 
dan TKDN. 
2. Rencana Aksi 2011 
 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak 
bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, 
Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA, 
 Fasilitasi inisiatif pembangunan RICE, IBC, 
Teknopark 
 Fasilitasi tumbuhnya industri peranti lunak 
yang mampu mendukung akselerasi industri 
perangkat keras embeded systems 
 Fasilitasi Pengembangan peranti lunak komputer 
untuk Teknologi kreatif digital pada aplikasi 
Iklan, Film, Video, Photografi, Spatial, Game, 
Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, 
Musik, & Media 
 Mendirikan Badan Pengembangan Wirausaha 
Baru dan Pemasaran Ekspor produk dan jasa 
Peranti Lunak. 
3. Rencana Aksi 2012 
 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak 
bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, 
Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA, 
 Fasilitasi inisiatif pembangunan Teknopark yang 
merupakan kelanjutan dari RICE dan IBC. 
 Fasilitasi tumbuhnya industri peranti lunak 
yang mampu mendukung akselerasi industri 
perangkat keras embeded systems 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
 Fasilitasi Pusat Desain produk kreatif digital a.l. 
Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, 
Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & 
Media 
 Fasilitasi ”Market Access” pengembang peranti 
lunak lokal di pasar regional dan Internasional. 
 Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK, 
KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri 
Piranti Lunak 
29 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
4. Rencana Aksi 2013 
 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak 
bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, 
Depkominfo. 
 Fasilitasi pengembangan Teknopark Peranti 
Lunak. 
 Fasilitasi ”Market Access” pengembang peranti 
lunak lokal di pasar reginal dan Internasional. 
 Penyusun sistem “Countertrade” Peranti Lunak 
dan merumuskan kebijakannya. 
 Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK, 
KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri 
Piranti Lunak 
5. Rencana Aksi 2014 
 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak 
bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, 
Depkominfo. 
 Fasilitasi pengembangan Teknopark Peranti 
Lunak. 
 Fasilitasi ”Market Access” pengembang software 
lokal di pasar reginal dan Internasional.
B. Industri Konten Multimedia 
30 
 Fasilitasi “Countertrade” Peranti Lunak 
 Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK, 
KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri 
Piranti Lunak 
1. Melakukan promosi dan introduksi mengenai 
potensi dan peluang game dan animasi pada 
masyarakat luas 
Kegiatan ini sangat penting mengingat persepsi 
negatif yang masih banyak beredar di kalangan 
masyarakat terhadap kedua bidang ini, khususnya 
pada bidang game teknologi mengingat bagaimana 
game dan animasi dapat menarik perhatian anak-anak 
sehingga membuat mereka melupakan 
tanggung jawab dalam belajar, padahal game 
dan animasi juga memiliki potensi sebagai media 
edukasi jika dikembangkan secara tepat dan 
terencana. Adapun langkah-langkah promosi dan 
edukasi masyarakat ini perlu dilakukan misalnya 
melalui pameran-pameran yang diselenggarakan 
dalam ruang publik sehingga tidak menciptakan 
jarak dan kesan eksklusif. 
2. Melakukan pengembangan game dan animasi 
berbasis mobile content untuk teknologi telepon 
seluler 
Penggunaan telepon seluler di Indonesia sendiri 
terlihat cukup tinggi sehingga menjadikan target 
pasar yang sangat menarik karena pemanfaatan 
teknologi game untuk ponsel tampaknya bisa 
dijadikan alternatif karena belum menjadi area 
yang banyak disentuh. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
3. Melakukan penyelenggaraan kompetisi tahunan 
untuk mendorong peningkatan kualitas karya 
anak bangsa 
Kegiatan ini bisa diusahakan dengan adanya forum 
interaksi dan tatap muka antara para pembuat 
game dan animasi lokal yang berbakat (khususnya 
yang memiliki keterbatasan modal) dengan para 
pemberi modal/investor. 
4. Membangun pusat data dan pengembangan 
produk game teknologi dan animasi 
Dengan adanya pusat data dan pengembangan 
dari hasil-hasil produk game teknologi dan animasi 
menjadi penting karena bisa berperan sebagai 
centre of excellence sekaligus research centre di 
Indonesia. 
Para pembuat game dan animasi yang potensial 
akan terdata dengan baik dan memudahkan kontak 
dengan pihak investor, serta yang paling penting 
adalah Indonesia memiliki database yang lengkap 
mengenai hasil karya anak bangsa dalam bidang 
game dan animasi ini. 
5. Membangun pusat pelatihan animasi dalam 
negeri 
Kondisi praktisi animasi/industri Indonesia yang 
sangat sporadis dan belum terstandar akan 
menimbulkan masalah pada waktu harus bersama-sama 
mengerjakan suatu proyek besar, baik untuk 
pasar lokal maupun kebutuhan outsorcing. Output 
yang dihasilkan bisa menjadi tidak sama satu sama 
lain karena prinsip-prinsip dasar animasi yang 
31 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
32 
digunakan tidak sama, cara membaca prosedur 
dan teknis dokumen belum tentu sama dan ini 
akan menghasilkan keluaran yang tidak akurat 
dan konsisten sehingga memungkinkan untuk 
ditolak oleh pemberi pekerjaan. Untuk membangun 
suatu persepsi yang sama, dibutuhkan satu pusat 
pelatihan dengan satu standar tertentu baik 
software, hardware, dan materi pelatihan sehingga 
dapat dihasilkan suatu kesamaan persepsi tentang 
animasi dan prosedur produksi animasi. 
6. Melakukan pembuatan studio animasi 
Dengan tersebarnya praktisi animasi di seluruh 
Indonesia, baik yang bekerja di studio swasta 
maupun yang sifatnya part-timer. Studio animasi 
yang dikelola pihak swasta belum dapat mencukupi 
kebutuhan produksi animasi untuk pasar lokal 
dan belum dapat menampung kebutuhan kerja 
para animator. Pada kenyataannya, para animator 
banyak yang hijrah mencari pekerjaan di jakarta, 
padahal sifat pekerjaan ini dapat dilakukan dengan 
metode pantau dan supervisi dari tempat lain. 
Untuk menumbuhkan industri animasi menurut 
data dari AINAKI, diperlukan sekurangnyanya 50 
(lima puluh) studio yang tersebar sehingga jika 
berproduksi akan dapat menghasilkan 50 (lima 
puluh) film animasi dalam 1 bulan. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
LAMPIRAN 
NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 
3 
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI 
Nomor : 13300/M-IND/PER/10/2009 
18 
Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Piranti Lunak
34 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI 
Nomor : 13300/M-IND/PER/10/2009 
Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kontent Multimedia 
19 
2010 2011 2012 2013 2014 
1 1 Penyusunan Peraturan Pendayagunaan produk 
game dan animasi dalam negeri √ 
Depperin, Depkominfo, KNRT, 
Depkumham, Perguruan tinggi, Pelaku 
usaha 
2 Pelaksanaan Forum tahunan konten mobile √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Pemda, 
Pelaku usaha 
3 Sosialisasi HAKI karya kreatif game dan konten √ √ Depperin, Pemda, Depkominfo, 
Depkumham, KNRT, Pelaku usaha 
4 Studi kelayakan Pusat Desain Konten 
Multimedia 
√ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Pemda, 
Pelaku usaha 
2 1 Fasilitasi kompetisi tahunan game dan animasi √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Pemda, 
Komunitas TIK 
2 Fasilitasi pameran dalam negeri dan luar negeri 
√ √ 
Depperin, Depdag, Pemda, 
Depkominfo, Perguruan tinggi, 
komunitas TIK 
3 Pembuatan film serial animasi karakter 
Indonesia 
√ Depperin, Depkominfo, komunitas 
kreatif 
3 Teknologi dan standardisasi 1 Penyusunan tim Pendayagunaan produk games 
dan animasi lokal 
√ 
Depperin, Depkominfo, Perguruan 
tinggi,Pelaku usaha 
2 Menyusun kompetensi SDM TIK untuk industri 
game dan konten multimedia √ 
Depperin, KNRT, Depnaker, pelaku 
usaha, Depkominfo, Perguruan tinggi 
4 Penguatan struktur usaha 1 Inventarisasi potensi industri game dan konten 
multimedia dalam negeri 
√ √ Depperin, Pemda, Depkominfo, 
Asosiasi, Pelaku usaha 
2 Penetapan kriteria model bisnis game dan 
konten 
√ 
Depperin, Depkominfo, Depdiknas, 
perguruan tinggi, asosiasi 
5 Sumber daya manusia 1 Membangun pusat pelatihan animasi dalam 
negeri 
√ √ Depperin, Pemda, Perguruan tinggi, 
asosiasi, pelaku usaha 
2 Menetapkan standar kompetensi SDM TIK 
untuk industri game dan konten multimedia √ 
Depperin, KNRT, BNSP, Depnaker, 
pelaku usaha, Depkominfo, Perguruan 
tinggi 
6 Pengembangan sarana dan prasarana 1 Membangun pusat data dan pengembangan 
produk game dan animasi √ √ 
Depperin, Depkominfo, KNRT, 
perguruan tinggi, pelaku usaha, pemda 
2 Pembuatan studio animasi 
√ √ 
Depperin, Depkominfo, KNRT, 
perguruan tinggi, komunitas kreatif, 
pemda 
3 Fasilitasi Pusat Desain Konten Multimedia 
√ √ 
Depperin, Depkominfo, KNRT, 
perguruan tinggi, komunitas kreatif, 
pemda 
Menciptakan iklim usaha yang kondusif 
Melakukan kegiatan promosi dan 
pemasaran dalam dan luar negeri 
Daerah 
Tahun 
Pemangku Kepentingan 
Tabel 2Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Konten Multimedia 
No. Program Rencana Aksi Pusat
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan 
industri nasional sesuai dengan Pasal 
2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 
Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri 
Nasional, perlu menetapkan peta panduan 
(Road Map) pengembangan klaster 
industri prioritas yang mencakup basis 
industri manufaktur, industri berbasis 
agro, industri alat angkut, industri 
elektronika dan telematika, industri 
penunjang industri kreatif dan industri 
kreatif tertentu serta industri kecil dan 
menengah tertentu; 
35 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN 
KLASTER INDUSTRI FASHION 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, 
PERATURAN 
PERATURAN 
TENTANG 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 
36 
b. Bahwa industri fashion merupakan 
bagian dari kelompok industri pe­nunjang 
industri kreatif dan industri 
kreatif tertentu sebagaimana dimaksud 
pada huruf a maka perlu ditetapkan 
peta panduan pengembangan klaster 
industri fashion; 
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se­bagaimana 
dimaksud huruf a dan huruf 
b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri 
Perindustrian tentang Peta Panduan 
(Road Map) Pengembangan Klaster 
Industri Fashion; 
tentang Perindustrian (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 3274); 
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 
tentang Sistem Perencanaan Pem­bangunan 
Nasional (Lembaran Negara 
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 
104, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4421); 
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 
2004 tentang Pemerintahan Daerah 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4437 sebagaimana telah diubah 
dengan Undang-Undang Republik 
Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4548); 
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 
tentang Rencana Pembangunan Jangka 
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4700); 
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 
tentang Penanaman Modal (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4724); 
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 
1986 tentang Kewenangan Pengaturan, 
Pembinaan dan Pengembangan Industri 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 3330); 
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 
2007 tentang Pembagian Urusan 
Pemerintahan Antara Pemerintah, 
Pemerintahan Daerah Provinsi dan 
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4737); 
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 
Tahun 2009 tentang Kawasan Industri 
37 
PERATURAN 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
38 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4987); 
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 187/M Tahun 2004 tentang 
Pembentukan Kabinet Indonesia 
Bersatu sebagaimana telah beberapa 
kali diubah terakhir dengan Keputusan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ 
P Tahun 2007; 
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, 
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan 
Tata Kerja Kementerian Negara Republik 
Indonesia sebagaimana telah beberapa 
kali diubah terakhir dengan Peraturan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 94 
Tahun 2006; 
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 10 Tahun 2005 tentang 
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I 
Kementerian Negara Republik Indonesia 
sebagaimana telah beberapa kali 
diubah terakhir dengan Peraturan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 17 
Tahun 2007; 
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 
tentang Kebijakan Industri Nasional; 
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 
01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga­nisasi 
dan Tata Kerja Departemen 
Perindustrian; 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN 
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 
FASHION. 
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud 
dengan: 
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan 
Klaster Industri Fashion Tahun 2010- 
2014 selanjutnya disebut Peta Panduan 
adalah dokumen perencanaan nasional 
yang memuat sasaran, strategi dan 
kebijakan, serta program/rencana aksi 
pengembangan klaster industri fashion 
untuk periode 5 (lima) tahun. 
2. Industri Fashion adalah industri yang 
terdiri dari: 
a. Industri Bordir/Sulaman (KBLI 
39 
PERATURAN 
MEMUTUSKAN: 
Pasal 1 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
17293); 
b. Industri Pakaian Jadi Rajutan (KBLI 
17302); 
c. Industri Pakaian Jadi dari Tekstil dan 
Perlengkapannya (KBLI 18101); 
d. Industri Pakaian Jadi (Konveksi) 
dan Perlengkapannya dari Kulit 
(KBLI 18102); 
e. Industri Bulu Tiruan (KBLI 18201); 
f. Industri Pakaian Jadi/Barang Jadi 
dari Kulit Berbulu dan atau Aksesoris 
(KBLI 18202);
40 
g. Industri Pencelupan Bulu (18203); 
h. Industri Barang dari Kulit dan Kulit 
Buatan untuk Keperluan Pribadi 
(KBLI 19121); 
i. Industri Barang dari Kulit dan Kulit 
Buatan untuk Keperluan Teknik/ 
Industri (KBLI 19122); 
j. Industri Alas Kaki untuk Keperluan 
Sehari-hari (KBLI 19201). 
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe­merintah 
Pusat, Pemerintah Daerah, 
Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga 
Penelitian dan Pengembangan serta 
Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana­kan 
sebagian tugas urusan pemerintahan 
di bidang perindustrian. 
Pasal 2 
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana 
tercantum dalam Lampiran Peraturan 
Menteri ini. 
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) merupakan: 
a. Pedoman operasional Aparatur Pe­merintah 
dalam rangka menunjang 
secara komplementer dan sinergik 
untuk suksesnya pelaksanaan 
program pengembangan industri 
sesuai dengan bidang tugasnya; 
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri 
Fashion, baik pengusaha maupun 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
institusi lainnya, khususnya yang 
memiliki kegiatan usaha di sektor 
Industri Fashion ataupun sektor 
lain yang terkait; 
c. Pedoman koordinasi perencanaan 
kegiatan antar sektor, antar instansi 
terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi 
dan Kabupaten/Kota); dan 
d. Informasi untuk menggalang 
dukungan sosial-politis maupun 
kontrol sosial terhadap pelaksanaan 
ke­bijak­an 
klaster industri ini, 
yang pada akhirnya diharapkan 
untuk mendorong partisipasi dari 
masyarakat luas untuk berkontribusi 
secara langsung dalam kegiatan 
pembangunan industri. 
(1) Program/rencana aksi pengembangan 
klaster Industri Fashion dilaksanakan 
sesuai dengan Peta Panduan sebagai­mana 
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). 
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi se­bagaimana 
dimaksud pada ayat (1) 
dilakukan oleh Pemangku Kepentingan 
sebagaimana tercantum dalam Peta 
Panduan. 
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat 
laporan kinerja tahunan kepada Menteri 
atas pelaksanaan program/rencana aksi 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 
ayat (1). 
41 
PERATURAN 
Pasal 3 
Pasal 4 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 
1. Presiden RI; 
2. Wakil Presiden RI; 
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 
4. Gubernur seluruh Indonesia; 
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian. 
42 
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan 
program/rencana aksi sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) kepada 
Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya 
pada akhir bulan Februari 
pada tahun berikutnya. 
Pasal 5 
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada 
tanggal ditetapkan. 
Ditetapkan di Jakarta 
pada tanggal 14 Oktober 2009 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
ttd 
FAHMI IDRIS 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Sekretariat Jenderal 
Departemen Perindustrian 
PRAYONO 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
43 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 
FAHMI IDRIS 
LAMPIRAN 
PETA PANDUAN 
FASHION 
BAB I PENDAHULUAN 
BAB II SASARAN 
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN 
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI 
ttd 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Sekretariat Jenderal 
Departemen Perindustrian 
Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
PRAYONO
4 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Fashion sendiri didefinisikan sebagai kegiatan kreatif 
yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas 
kaki, dan desain aksesories mode lainnya, produksi 
pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini 
produk fashion serta distribusi produk fashion (Dep. 
Perdagangan/Indonesia Design Power). Pelaku inti dari 
industri fashion meliputi pemasok bahan baku, produsen 
eksportir maupun importir yang didukung oleh: (a) Unit 
Pelayanan Teknis, (b) Balai Besar Tekstil maupun Balai 
Besar Batik, (c) Akademisi/Perguruan Tinggi di bidang 
desain dan Teknologi Tekstil, (d) Dewan Kerajinan 
Nasional (DEKRANAS) Pusat maupun Daerah, (d) Para 
desainer dan Perancang busana/perancang tekstil, (e) 
Asosiasi, (f) Lembaga Keuangan dan Perbankan serta 
instansi terkait lainnya. 
Bila diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Baku 
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), seluruhnya ada 19 
KBLI dimana 10 KBLI termasuk dalam sektor industri. 
Dari sepuluh yang masuk di sektor industri, untuk 
industri fashion lebih terfokus pada 3 (tiga) jenis industri 
yaitu: industri pakaian, industri alas kaki, dan industri 
aksesoris (tas, dompet, dll). Mata rantai industri fashion 
memiliki cakupan yang sangat luas, khususnya produk 
fashion berbasis tekstil yang didukung oleh pemasok 
bahan baku maupun bahan penolong yang banyak 
45 
LAMPIRAN 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Ruang Lingkup Industri Fashion 
B. Pengelompokan Industri Fashion 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
46 
terdapat di Indonesia. Bahan baku yang digunakan untuk 
produksi fashion dapat berupa kain tenun lembaran baik 
yang warna polos maupun bermotif, yang bersumber 
dari industri pertenunan dan perajutan. Di Indonesia 
terdaftar 1.044 perusahaan pertenunan/perajutan yang 
mempekerjakan hampir 345.000 orang dan kebanyakan 
berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Untuk pengembangan jangka menengah (2010-2014), 
sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 
 Melanjutkan pemahaman mengenai trend dan desain 
47 
LAMPIRAN 
BAB II 
SASARAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
produk fashion. 
 Meningkatnya produk fashion yang menerapkan 
standardisasi dan pelindungan HKI. 
 Memperkuat brand dan komersialisasi produk fashion 
Indonesia. 
 Meningkatkan kemampuan dasainer fashion lokal 
mendunia ke pusat-pusat desain kelas internasional 
(mengikuti fashion week) 
 Menguatnya peran akademisi dalam memperkuat 
struktur pendidikan berbasis fashion melalui studio. 
 Menyebar luasnya pelatihan desain busana fashion di 
sentra-sentra potensial basis produksi fashion. 
 Meningkatnya nilai tambah rata-rata sebesar 12 %
48 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
49 
STRATEGI DAN KEBIJAKAN 
LAMPIRAN 
BAB III 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
A. Strategi 
Strategi pembinaan dan pengembangan industri fashion 
dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain: 
 Penguatan kelembagaan 
Perbaikan kinerja pada setiap rantai nilai industri 
fashion yaitu pemasok bahan baku, produsen, 
dan konsumen. Tiap rantai nilai memiliki saling 
ketergantungan yang tinggi dengan rantai nilai 
lainnya sehingga pengembangan pemasaran produk 
juga sangat tergantung pada kelancaran hubungan 
atau kinerja masing-masing rantai nilai tersebut. 
 Penetapan rencana induk pengembangan ekspor 
produk fashion 
Mewujudkan kesamaan fokus pengembangan 
ekspor pada komoditi atau jenis produk yang 
di­sepakati 
secara nasional. Rencana induk pe­ngembangan 
ekspor produk fashion bagi produk 
ekspor dengan menerapkan strategi pemasaran 
yang tepat yang terdiri dari segmenting (segmen 
pasar yang dipilih), targetting (pasar sasaran untuk 
setiap produk), dan positioning (memposisikan 
produk apakah sebagai market leader atau market 
follower), dengan mempertimbangkan keunggulan 
komparatif yang dimiliki dan keuntungan kompetitif 
yang akan diperoleh.
50 
 Memfasilitasi program kerjasama pe­ngem­bangan 
antarlembaga pemerintah atau non-pemerintah 
melalui pembentukan asosiasi 
Fasilitas tersebut terutama di bidang pengembangan 
produk, perbaikan mutu produk, pengusahaan 
banding hak paten sesuai dengan tuntutan 
konsumen, pemasaran, perijinan, dan lain-lain 
dimana asosiasi diharapkan dapat menjadi media 
untuk mempertemukan seluruh stakeholder untuk 
bersinergi. 
 Menciptakan atau merevitalisasi berbagai 
macam regulasi pemerintah yang mendukung 
ekspor 
Di antaranya adalah kebijakan yang terkait dengan 
bidang pemasaran antara lain tata cara atau 
prosedur perizinan ekspor/impor, kebijakan fiskal, 
pajak dan pungutan serta kebijakan pendukung 
pemasaran lainnya. 
 Pengumpulan informasi dan perkiraan 
(forecasting) tren 
Pemerintah akan mengumpulkan berbagai macam 
informasi mengenai tren lokal dan tren internasional. 
Pemerintah akan mendapatkan informasi tentang 
tren internasional ini dari agensi tren luar negeri. 
Perkawinan antara tren lokal dan tren internasional 
ini akan melahirkan produk lokal yang memiliki jiwa 
modern. Bila hal ini dilakukan secara berkelanjutan, 
antisipasi tren setiap musim akan dapat dilakukan. 
Dengan demikian hal ini akan melahirkan statement 
of trend. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
51 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
 Interpretasi tren 
Tren internasional ini akan memerlukan interpretasi, 
interpretasi tren ini akan dilakukan oleh beberapa 
ahli tren yang memiliki kemampuan untuk me­nerjemahkan 
tren. Dalam interpretasi tren, tren 
internasional akan dipadukan dengan tren lokal. 
Kemudian interpretasi tren tersebut akan dituangkan 
dalam sebuah buku. Buku tersebut akan dijadikan 
pedoman/acuan dalam setiap pelatihan di daerah-daerah 
basis potensi industri fashion. 
 Pelatihan pengembangan SDM kreatif 
Pelatihan pengembangan SDM kreatif dapat 
dilakukan melalui pusat maupun daerah dengan 
berbagai metode diantaranya in house training, 
setelah diadakan perpaduan antara tren produk 
lokal dan tren modern, pemerintah berkewajiban 
untuk menyebarluaskan informasi tren tersebut ke 
daerah-daerah. Pelatihan tren ini dibuat berdasarkan 
tren yang berubah setiap musim. 
 Peragaan busana (Fashion show) 
Setelah diadakan pelatihan ke daerah-daerah, 
pemerintah mengadakan pameran/peragaan busana 
agar hasil/produk fashion dapat di expose diketahui 
oleh khalayak luas. Hal ini akan meningkatkan 
pengetahuan masyarakat akan tren internasional 
yang menandakan adanya kemajuan di bidang 
industri fashion.
B. Kebijakan 
52 
Dalam kebijakan pengembangan industri fashion 
mengacu kepada kebijakan industri nasional yang 
berinduk kepada arahan pembangunan ekonomi 
nasional. Pembangunan industri fashion diarahkan 
agar mampu tumbuh secara efisien, produktif, berdaya 
saing kuat, mandiri dan modern untuk mengantisipasi 
peluang dan tantangan di masa depan. Sehubungan 
hal tersebut diatas, pengembangan industri fashion 
ditujukan untuk: 
1) Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis 
kepada potensi sumber daya nasional, bertumpu 
kepada mekanisme pasar yang berkeadilan dan 
persaingan yang sehat. 
2) Meningkatkan kontribusi industri fashion pada 
sektor industri dan ekonomi nasional, memperluas 
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta 
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara 
lebih merata. 
3) Mewujudkan struktur industri fashion yang kuat dan 
tangguh dengan persebaran yang lebih merata. 
4) Meningkatkan ragam, volume, dan nilai ekspor 
produk-produk industri fashion sehingga kontribusi­nya 
terhadap nilai ekspor nasional makin besar. 
5) Mewujudkan struktur ekonomi nasional yang 
lebih merata, meningkatkan kontribusi, dan peran 
industri fashion dalam sektor Industri dan ekonomi 
nasional serta dapat menjadi tulang punggung 
perekonomian nasional. 
6) Mewujudkan pelestarian dan pengembangan 
produk-produk seni budaya yang berbasis kekhasan 
budaya etnik lokal dan nasional. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Rencana aksi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran 
jangka menengah di atas adalah sebagai berikut: 
 Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam pe­nyampaian 
 Membantu pendaftaran dan perlindungan HKI 
 Pemberian insentif bagi penyelenggara event-event 
 Mengadakan survey kualitas bahan baku dan kualitas 
53 
PROGRAM / RENCANA AKSI 
informasi material,desain dan tren 
LAMPIRAN 
BAB IV 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 
produk 
 Mendorong pemilihan produk desain dan perusahaan 
desain terbaik 
 Memfasilitasi lomba-lomba/ kompetisi secara periodik 
untuk memilih produk terbaik 
 Melanjutkan informasi tentang trend global. 
 Mengumpulkan desainer untuk interpretasi trend global 
dengan desain etnik. 
 Mengadakan pelatihan/training tentang trend. 
 Mensosialisasikan cara dan peraturan pemasaran 
internasional produk busana fashion. 
 Trend dan Teknis Produksi Fashion 
 Mendorong industry dan desainer untuk turut dalam 
pameran-pameran produk fashion domestic dan 
internasional 
 Mengiklankan iklan layanan masyarakat “cintailah 
produk fashion dalam negeri”
54 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 
Lamp ran Peraturan Menter Per ndustr an RI 
Nomor : /M-IND/PER/ 0/ 00 
Tabel 1. Program Dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Fashion 
7 
No. Program Rencana Aksi Pusat Daerah 
Tahun 
Pemangku Kepentingan 
2010 2011 2012 2013 2014 
1 
Mengumpulkan informasi 
trend (reguler) 
1 Mencari informasi trend fashion 
internasional dan trend fenomena 
lokal 
√ Depperin, Depdag, KUKM 
2 Memadukan trend internasional 
dengan inspirasi etnik lokal 
√ √ Depperin, Depdag, KUKM, 
Asosiasi Desainer, 
Perguruan Tinggi 
3 Membuat trend statement dalam 
bentuk buku. 
√ Depperin, Depdag, KUKM 
2 
Meningkatkan Awarness 
produk fashion berbasis 
Brand (reguler) 
1 Meningkatkan produk fashion yang 
menerapkan logo dan merek 
(branding) 
√ √ 
Depperin, Depdag,Dinas, 
Balai, HKI,Depbudpar 
2 Membuka jaringan informasi pasar 
produk fashion 
√ √ Depperin, Depdag (BPEN), 
Dinas, Depbudpar 
3 Menciptakan iklim usaha 
yang kondusif (reguler) 
1 Bantuan konsultasi dan kemudahan 
proses utk memperoleh HKI. 
√ √ Depperin, Perguruan 
Tinggi,HKI 
4 
Pengembangan / 
development (reguler) 
1 Pelatihan/ Pembinaan sumber daya 
manusia UKM - Produsen, 
Pelatihan/Pembinaan keterampilan 
teknis produksi, Pelatihan/Pembinaan 
manajemen usaha dan produksi. 
√ √ Depperin, Perguruan 
Tinggi, Balai 
2 Meningkatkan peran desainer dalam 
mengembangkan produk fashion yang 
memiliki kekuatan padu inspirasi lokal 
, berdasarkan trend international 
√ √ Depperin, Perguruan 
Tinggi, Balai, Kelompok 
Desainer 
3 Pelatihan / kemampuan dasar 
Pemasaran. 
√ √ 
Depperin, Perguruan 
Tinggi, Balai 
5 
Pengembangan teknologi 
proses, bahan baku (reguler) 
1 Pengembahan bahan baku dasar / 
material 
√ √ Depperin, Perguruan 
Tinggi, Asosiasi Desainer, 
Balai, MenRistek 
2 Pemanfaatan material baru dan 
material alternatif 
√ √ Depperin, Perguruan 
Tinggi, Asosiasi Desainer, 
Balai, MenRistek
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI 
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan 
industri nasional sesuai dengan Pasal 
2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 
Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri 
Nasional, perlu menetapkan peta panduan 
(Road Map) pengembangan klaster 
industri prioritas yang mencakup basis 
industri manufaktur, industri berbasis 
agro, industri alat angkut, industri 
elektronika dan telematika, industri 
penunjang industri kreatif dan industri 
kreatif tertentu serta industri kecil dan 
menengah tertentu; 
5 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, 
PERATURAN 
PERATURAN 
TENTANG 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 
56 
b. Bahwa industri kerajinan dan barang 
seni merupakan bagian dari kelompok 
industri penunjang industri kreatif dan 
industri kreatif tertentu sebagaimana 
dimaksud pada huruf a maka perlu 
ditetapkan peta panduan pengembangan 
klaster industri kerajinan dan barang 
seni; 
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan 
sebagaimana dimaksud huruf a dan 
huruf b perlu dikeluarkan Peraturan 
Menteri Perindustrian tentang Peta 
Panduan (Road Map) Pengembangan 
Klaster Industri Kerajinan dan Barang 
Seni; 
tentang Perindustrian (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 3274); 
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 
2004 tentang Sistem Perencanaan 
Pembangunan Nasional (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4421); 
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 
2004 tentang Pemerintahan Daerah 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4437 sebagaimana telah diubah 
dengan Undang-Undang Republik 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4548); 
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 
tentang Rencana Pembangunan Jangka 
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4700); 
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 
tentang Penanaman Modal (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4724); 
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 
1986 tentang Kewenangan Pengaturan, 
Pembinaan dan Pengembangan Industri 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 3330); 
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 
2007 tentang Pembagian Urusan 
Pemerintahan Antara Pemerintah, 
Pemerintahan Daerah Provinsi dan 
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4737); 
57 
PERATURAN 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
58 
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 
Tahun 2009 tentang Kawasan Industri 
(Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 4987); 
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 187/M Tahun 2004 tentang 
Pembentukan Kabinet Indonesia Ber­satu 
sebagaimana telah beberapa kali 
diubah terakhir dengan Keputusan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ 
P Tahun 2007; 
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, 
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan 
Tata Kerja Kementerian Negara Republik 
Indonesia sebagaimana telah beberapa 
kali diubah terakhir dengan Peraturan 
Presiden Republik Indonesia Nomor 94 
Tahun 2006; 
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia 
Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Orga­nisasi 
dan Tugas Eselon I Ke­menteri­an 
Negara Republik Indonesia sebagai­mana 
telah beberapa kali diubah terakhir 
dengan Peraturan Presiden Republik 
Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 
tentang Kebijakan Industri Nasional; 
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 
01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga­nisasi 
dan Tata Kerja Departemen Per­industrian; 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN 
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 
KERAJINAN DAN BARANG SENI. 
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud 
dengan: 
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan 
Klaster Industri Kerajinan dan Barang 
Seni Tahun 2010-2014 selanjutnya 
disebut Peta Panduan adalah dokumen 
perencanaan nasional yang memuat 
sasaran, strategi dan kebijakan, serta 
program/rencana aksi pengembangan 
klaster industri kerajinan dan barang 
seni untuk periode 5 (lima) tahun. 
2. Industri Kerajinan dan Barang Seni 
adalah industri yang terdiri dari : 
a. Industri Bordir / Sulaman (KBLI 
59 
PERATURAN 
MEMUTUSKAN: 
Pasal 1 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
17293); 
b. Industri Anyam-anyaman dari Rotan 
dan Bambu (KBLI 20291); 
c. Industri Anyam-anyaman dari 
Tanaman selain Rotan dan Bambu 
(KBLI 20292); 
d. Industri Kerajinan Ukir-ukiran 
dari Kayu kecuali Mebeller (KBLI 
20293).
60 
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe­me­rintah 
Pusat, Pemerintah Daerah, 
Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga 
Penelitian dan Pengembangan serta 
Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana­kan 
sebagian tugas urusan pemerintahan 
di bidang perindustrian. 
Pasal 2 
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana 
tercantum dalam Lampiran Peraturan 
Menteri ini. 
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) merupakan: 
a. Pedoman operasional Aparatur Pe­merintah 
dalam rangka menunjang 
secara komplementer dan sinergik 
untuk suksesnya pelaksanaan pro­gram 
pengembangan industri sesuai 
dengan bidang tugasnya; 
b. Pedoman bagi Pelaku klaster 
Industri Kerajinan dan Barang Seni, 
baik pengusaha maupun institusi 
lainnya, khususnya yang memiliki 
kegiatan usaha di sektor Industri 
Kerajinan dan Barang Seni ataupun 
sektor lain yang terkait; 
c. Pedoman koordinasi perencanaan 
kegiatan antar sektor, antar instansi 
terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi 
dan Kabupaten/Kota); dan 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
d. Informasi untuk menggalang 
dukungan sosial-politis maupun 
kontrol sosial terhadap pelaksanaan 
kebijakan klaster industri ini, 
yang pada akhirnya diharapkan 
untuk mendorong partisipasi dari 
masyarakat luas untuk berkontribusi 
secara langsung dalam kegiatan 
pembangunan industri. 
(1) Program/rencana aksi pengembangan 
klaster Industri Kerajinan dan Barang 
Seni dilaksanakan sesuai dengan Peta 
Panduan sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 2 ayat (1). 
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dilakukan oleh Pemangku Kepentingan 
sebagaimana tercantum dalam Peta 
Panduan. 
(1) Kementerian Negara/Lembaga mem­buat 
laporan kinerja tahunan kepada 
Menteri atas pelaksanaan program/ 
rencana aksi sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 3 ayat (1). 
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan 
program/rencana aksi sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) kepada 
Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat- 
61 
PERATURAN 
Pasal 3 
Pasal 4 
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 
1. Presiden RI; 
2. Wakil Presiden RI; 
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 
4. Gubernur seluruh Indonesia; 
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian. 
62 
lambatnya pada akhir bulan Februari 
pada tahun berikutnya. 
Pasal 5 
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada 
tanggal ditetapkan. 
Ditetapkan di Jakarta 
pada tanggal 14 Oktober 2009 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
ttd 
FAHMI IDRIS 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Sekretariat Jenderal 
Departemen Perindustrian 
PRAYONO 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
MENTERI PERINDUSTRIAN RI 
63 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 
KERAJINAN DAN BARANG SENI 
FAHMI IDRIS 
LAMPIRAN 
PETA PANDUAN 
BAB I PENDAHULUAN 
BAB II SASARAN 
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN 
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI 
ttd 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Sekretariat Jenderal 
Departemen Perindustrian 
Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
PRAYONO
64 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
A. Ruang Lingkup Industri Kerajinan dan Barang 
Seni 
Berdasarkan nomor HS, ruang lingkup industri kerajinan 
dan barang seni mencakup Nomor HS 44, 46, 58, 65, 
67, 71 dan 95. 
Berdasarkan kriteria nilainya, industri ini dapat di­kelompokkan 
Adalah industri yang berbahan baku serat-serat, 
baik serat alam maupun serat buatan untuk 
menjadi produk anyaman. Berdasarkan jenis bahan 
bakunya maka industri anyaman ada anyaman 
rotan, anyaman bambu (KBLI 20291), anyaman 
mendong, anyaman pandan, anyaman purun, 
anyaman ketak, anyaman jangan, anyaman lidi, 
anyaman lontar, anyaman agel dan anyaman eceng 
gondok serta anyaman keladi air dan anyaman 
plastik/nilon (KBLI 20292). 
Adalah industri yang berbahan baku benang dan 
kain/tekstil dengan proses produksi menjadi bordir 
dan sulaman. Berdasarkan jenis kegunaannya 
maka industri bordir/sulaman ada bordir busana/ 
gaun/asesorisnya serta bordir untuk perlengkapan 
rumah tangga : sprei, sarung bantal, taplak meja, 
tutup televisi/dispenser/audivisual (KBLI 17293). 
65 
LAMPIRAN 
BAB I 
PENDAHULUAN 
menjadi 5 kelompok, yaitu: 
1) Industri Kerajinan Anyaman 
2) Industri Kerajinan Bordir dan Sulaman 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
B. Pengelompokan Industri Kerajinan dan Barang 
6 
3) Industri Kerajinan Kayu 
Adalah industri yang berbahan baku kayu dengan 
proses produksinya menjadi kerajinan kayu. 
Berdasarkan jenis kegunaannya maka industri 
kerajinan kayu ada, pigura, ukiran kayu, kerajinan 
kayu, sarung golok (KBLI 2093), talenan kayu, 
perabot dari kayu (KBLI 2094). 
4) Industri Kerajinan Mainan Anak-anak 
Adalah industri yang berbahan baku kayu/kain 
dengan proses produksi menjadi mainan anak-anak. 
Berdasarkan jenis bahan baku dan kegunaannya 
ada produk boneka, mainan anak dan education 
toys (KBLI 36943). 
5) Industri Kerajinan Alat Musik 
Adalah industri yang berbahan baku kayu/kulit 
dengan proses produksi menjadi alat-alat musik. 
Berdasarkan jenis bahan baku dan kegunaannya 
ada produk gitar, gamelan, sasando, angklung, 
seruling dan sebagainya (KBLI 36942). 
Seni 
Pengelompokkan industri kerajinan dan barang seni 
seperti industri kerajinan anyaman, kerajinan kayu, 
kerajinan mainan anak-anak dan kerajinan alat-alat 
musik ke dalam kelompok industri hulu, industri antara 
dan industri hilir tidak dapat dilakukan karena memang 
pohon industri (proses produksinya) pendek. Sedangkan 
untuk industri bordir/sulaman dapat dikelompokkan 
atau dikategorikan dalam kelompok indusri tekstil dan 
produk tekstil (TPT) dengan rincian sebagai berikut: 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
67 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
a. Kelompok Industri Hulu 
Termasuk dalam Industri Hulu adalah industri serat 
dan benang di dalamnya adalah: 
• Industri Serat Alam yang memproduksi serat 
alam seperti kapas, sutera, rami, wol dan lain 
sebagainya. 
• Industri Serat Buatan Staple yang mengolah 
PX, PTA, MED dan Pulp kayu menjadi serat 
pendek seperti polyester, nylon, rayon dan lain 
sebagainya. 
• Industri Benang Filamen yang mengolah PX, 
PTA, MEG dan pulp kayu menjadi benang 
filament seperti polyester, nylon, rayon dan lain 
sebagainya. 
• Industri Pemintalan yang memproduksi benang 
dari bahan baku berupa serat buatan maupun 
serat alam atau campuran keduanya. 
• Industri Pencelupan Benang untuk memberikan 
efek warna pada benang. 
b. Kelompok Industri Antara 
• Industri Pertenunan (Weaving) yang mengolah 
benang menjadi kain tenun mentah (grey fabric). 
• Industri Perajutan (Knitting) yang mengolah 
benang menjadi kain rajut mentah (grey fabric). 
• Industri Pencelupan (Dyeing) yang mengolah 
kain mentah menjadi kain setengah jadi dengan 
memberikan efek warna pada kain. 
• Industri Pencapan (Printing) yang mengolah 
kain mentah menjadi kain setengah jadi dengan 
memberikan efek motif warna pada kain.
68 
• Industri Penyempurnaan (Finishing) yang 
mengolah kain setengah jadi menjadi kain jadi 
(finish fabric). 
• Industri Non Woven yang mengolah serat atau 
benang menjadi kain selain melalui proses 
tenun atau rajut. 
c. Kelompok Industri Hilir 
Termasuk dalam Industri Hilir adalah industri yang 
memproduksi barang-barang jadi tekstil konsumsi 
masyarakat, diantaranya adalah: 
• Industri Pakaian Jadi (Garmen) yang mengolah 
kain jadi menjadi pakaian jadi baik kain rajut 
maupun kain tenun. 
• Industri Embroideri yang memberikan efek 
motif atau corak pada kain jadi ataupun barang 
jadi tekstil. 
• Industri Produk Tekstil lainnya yang mengolah 
kain jadi menjadi produk tekstil lainnya selain 
pakaian jadi. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
- Terwujudnya sistem pembinaan dan pengembangan 
industri kerajinan dan barang seni melalui 
pendekatan klaster IKM yang lebih bersinergi kepada 
setiap pemangku kepentingan, dan pendekatan 
OVOP (One Village One Product) yang berbasis 
kompetensi inti industri daerah Kabupaten/Kota. 
- Terciptanya iklim usaha yang kondusif melalui sitem 
perpajakan dan pelarangan ekspor bahan mentah 
non-olahan guna melindungi kebutuhan bahan 
baku industri kerajinan dan barang seni. 
- Terbentuknya basis usaha industri kerajinan dan 
barang seni yang tangguh didukung SDA yang 
baik dan SDM kreatif, terampil yang mampu 
menghasilkan produk berdaya saing tinggi. 
- Peningkatan produktivitas, effisiensi, mutu dan 
desain yang inovatif dengan kreasi menarik bagi 
produk industri kerajinan dan barang seni pada 
sentra-sentra potensial. 
- Terwujudnya industri kerajinan dan barang seni 
nasional yang mampu bersaing dipasar dalam dan 
luar negeri. 
69 
LAMPIRAN 
BAB II 
SASARAN 
A. Jangka Menengah (2010 - 2014) 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
B. Jangka Panjang (2010 – 2025) 
70 
Tolok ukur sasaran pengembangan: 
Tolok Ukur 2009 2014 
Unit Usaha 815.705 Unit 1.108.543 Unit 
Tenaga Kerja 1.901.705 Orang 2.671.195 Orang 
Nilai Produksi (Rp.) 13.200.835 Juta 18.542.310 Juta 
Nilai Ekspor (US$) 134.088.300 172.236.427 
- Berkembangnya jumlah unit usaha industri kerajinan 
dan barang seni mencapai sebesar 7,18% rata-rata 
per tahun, tenaga kerja 8,10% per tahun. 
- Peningkatan ekspor produk kerajinan dan barang 
seni rata-rata per tahun 5,69% atau senilai US$ 
17.629.624 dengan mutu produk diakui dalam 
pasar internasional. 
- Terbentuknya basis kompetensi inti industri ke­rajin­an 
dan barang seni dalam rangka pengembangan 
OVOP dan terciptanya produk-produk unggulan 
daerah yang dan bermutu dan berdesain menarik 
didukung sumber daya manusia yang kreatif, 
inovatif, terampil dan ahli dibidang desain produk. 
- Terwujudnya pembinaan yang terintegrasi dan 
bersinergi pada instansi/lembaga yang terkait dalam 
rangka pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan 
Barang Seni dan meningkatnya rantai nilai kerajinan 
dan barang seni. 
- Terjadinya jejaring pemasaran yang lebih luas atas 
kinerja pembinaan yang dilakukan dan kinerja 
champion dari klaster industri kerajinan dan barang 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
seni secara profesional dalam aspek-aspek sebagai 
berikut: 
 Pemasaran 
• Memperkuat peran pasar spesifik produk 
industri kerajinan dan barang seni di dalam 
negeri. 
• Pemantapkan kemampuan market intelegen 
dalan perannya dalam penetrasi pasar lokal 
dan global. 
• Memperbanyak jumlah showroom/counter/ 
outlet produk industri kerajinan dan barang 
seni di pasar modern dan pariwisata di 
dalam negeri diberbagai corner store/ 
mini-market di stasiun KA, Bandara, POM 
Bensin, serta ruang pamer di Kedubes RI di 
berbagai negara. 
• Peningkatan pemanfaatan website portal 
71 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
IKM di internet. 
 Teknologi proses dan standardisasi; 
• Pengembangan peran mesin dan peralatan 
untuk peningkatan mutu dan desain produk 
kerajinan dan barang seni. 
• Peningkatan upaya mendorong dan fasilitasi 
HaKI, Standardisasi mutu dan sertifikasi 
CE-Mark bagi produk-produk kerajinan dan 
barang seni. 
• Optimalisasi peranan teknologi proses dan 
pewarnaan produk kerajinan dan barang 
seni. 
 Pengembangan desain dan kreasi inovasi produk 
sistim komputerisasi;
72 
• Sentra Produksi; melakukan optimalisasi 
sistim jejaring bisnis dan pemasaran 
(Network Technology System) bagi industri 
kerajinan dan barang seni. 
• Stakeholder; pemantapan perluasan jaringan 
kerjasama (networking) industri kerajinan 
dan barang seni pada lembaga perguruan 
tinggi, lembaga NGO lokal dan asing. 
Lembaga perdagangan serta lembaga-lembaga 
penelitian untuk peningkatan 
mutu dan desain produk. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Visi pengembangan industri kerajinan dan barang seni 
adalah “Menjadikan produk kerajinan dan barang seni 
sebagai basis produk kerajinan dunia”. Untuk mencapai 
visi tersebut, maka kebijakan pengembangan industri 
kerajinan dan barang seni diarahkan untuk menjawab 
tantangan era globalisasi perdagangan, mampu meng­antisipasi 
perkembangan perubahan selera pasar dan 
pesan yang cepat. Persaingan internasional merupakan 
perspektif baru semua negara, maka strategi pengem­bangan 
IKM ke depan harus mengembangkan ke­mampuan 
daya saing produk kerajinan dan barang seni 
yang tangguh di pasar internasional. 
Dengan memperhatikan rencana dan arah Pembangunan 
Jangka Menengah (RPJM) dan Pembangunan Jangka 
Panjang (RPJP) dibidang industri, maka pengembangan 
industri kerajinan dan barang seni harus ada dukungan 
dari sektor-sektor terkait, secara garis besar meliputi 
kebijakan; 
a) Pengembangan inovasi dan kreasi desain produk 
kerajinan dan barang seni berbasis budaya daerah. 
b) Memperkuat keterkaitan pada semua tingkat dan 
73 
STRATEGI DAN KEBIJAKAN 
LAMPIRAN 
BAB III 
A. Visi dan Arah Pengembangan 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
rantai nilai dalam klaster. 
c) Peningkatan kemampuan SDM, pengembangan 
kompetensi inti industri unggulan daerah, OVOP 
dan klaster industri.
B. Strategi 
74 
d) Penetapan prioritas persebaran industri kerajinan 
dan barang seni mengacu pada kompetensi inti dan 
unggulan daerah. 
e) Peningkatan mutu, kreasi dan inovasi desain 
kerajinan dan barang seni. 
f) Penerapan HaKI, standardisasi kerajinan dan barang 
seni. 
g) Memperkuat jejaring pemasaran kerajinan dan 
barang seni. 
Kebijakan yang sifatnya fasilitasi dan mengatasi 
masalah aktual akan diprioritaskan untuk dilakukan 
bersama pemerintah daerah, dan dunia usaha serta 
dikembangkan pada pihak-pihak yang terkait, atau 
melalui keterkaitan dengan usaha besar dalam 
pengambangan industri kerajinan dan barang seni. 
 Strategi Pokok 
a. Pengembangan klaster kerajinan dan barang 
seni; melalui pengembangan beberapa tahapan, 
yaitu; (1) diagnosis; (2) sosialisasi dan mobilisasi; 
(3) kolaborasi; (4) implementasi, (5) monitoring 
dan evaluasi. Pada tahapan kolaborasi klaster 
industri kerajinan dan barang seni ditetapkan 
Champion, pemasok dan pembinaan dengan 
melibatkan seluruh stakeholder sesuai fungsi 
dan peran masing-masing secara bersinerji. 
b. Pengembangan sentra dan revitalisasi UPT 
IKM kerajinan dan barang seni; pada sentra/ 
UPT dapat difungsikan dan dilakukan kegiatan 
pelayanan penyediaan bahan baku, pelayanan 
teknologi proses/produksi dan desain, dukungan 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
sarana produksi dan penguasaan teknologi 
proses, serta peningkatan keterampilan SDM 
industri kerajinan dan barang seni. 
c. Pengembangan industri kerajinan dan 
barang seni melalui OVOP; pengembangkan 
kompetensi inti yang berbasiskan unggulan 
daerah apada sentra-sentra potensial dan 
dukungan ketersediaan bahan baku, teknologi 
dan keterampilan perajin, serta nilai seni 
budaya, etnis dan nialai tradisional setempat. 
d. Prioritas pengembangan Kelompok Usaha 
Bersama (KUB); dilakukan untuk mempermudah 
pembinaan dan pengembangan industri 
kerajinan barang seni agar selalu berusaha 
secara effisien dan profesional. 
e. Kerjasama antar stakeholder dan dunia usaha; 
dilakukan untuk menciptakan kerjasama sinerji 
dan keterpaduan program pembinaan dan 
pengembangan. 
f. Mendorong tumbuhnya iklim usaha yang lebih 
kondusif untuk mendorong meningkatkan 
gairah usaha industri kerajinan dan barang seni 
dengan program yang sesuai arah kebijakan 
pengembangan IKM kerajinan. 
75 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
 Strategi Operasional: 
a. Peningkatan Kapabilitas SDM; 
Pengetahuan keterampilan teknis desain, 
manajemen produksi, terutama kemampuan 
menghasilkan produk berkualitas dan desain 
yang menarik melalui peningkatan pengetahuan 
dan keterampilan teknis produksi dan desain 
melalui kegiatan pelatihan-pelatihan.
C. Indikator Pencapaian 
76 
b. Modernisasi Mesin dan Peralatan; 
Sebagian besar perajin industri kerajinan 
barang seni masih menggunakan peralatan 
yang sederhana. Demikian pula UPT secara 
operasional menjadi ujung tombak pengem­bangan 
teknologi perlu direvitalisasi dan 
sehingga perlu dilakukan revitalisasi lebih 
lanjut melalui bantuan mesin/peralatan lebih 
modern untuk modernisasi/ revitalisasi UPT 
serta fungsionalisasi peran KUB. 
c. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan; 
Perajin industri kerajinan dan barang seni 
umumnya mempunyai posisi tawar yang 
rendah pada berbagai pihak. Terbentuk dan 
berfungsinya kelembagaan KUB, Assosiasi atau 
bentuk lain yang dapat memperkuat akses 
permodalan dan pemasaran produk industri 
kerajinan dan barang seni. 
d. Pengembangan dan Perluasan Jejaring Pemasaran; 
Kerjasama antar pemangku kepentingan melalui 
pembentukan sistim yang sinkron dan harmonis 
pada kebijakan dan program lintas sektoral 
pendukung industri kerajinan dan barang seni 
yang akan menghasilkan kinerja dengan sinerji 
yang kuat. 
Indikator pencapaian visi yang telah ditetapkan dapat 
diketahui dari pencapaian sasaran/target ekspor yang 
telah ditetapkan yaitu meningkat setiap tahunnya sebesar 
5,69%. Disamping itu semakin meluasnya negara tujuan 
ekspor dapat dipakai sebagai indikator capaian. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
Berdasarkan arah dan rencana Pembangunan Jangka 
Menengah (RPJM) dan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 
dibidang industri maka arah dan rencana pengembangan 
industri kerajinan dan barang seni yang perlu dilakukan atas 
dukungan sektor-sektor terkait, rencana aksi pengembangan 
yang akan dilaksanakan untuk jangka pendek dan jangka 
menengah, sebagai berikut : 
Tahap pengembangan dalam jangka menengah yang 
akan dilakukan dengan kegiatan program, sebagai 
berikut: 
1) Menciptakan iklim usaha yang konsusif. 
2) Mengoptimalkan kegiatan promosi dan pemasaran 
7 
PROGRAM / RENCANA AKSI 
LAMPIRAN 
BAB IV 
A. Jangka Menengah (2010 - 2014): 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 
dalam dan luar negeri. 
3) Meningkatkan teknologi dan standardisasi. 
4) Memperkuat struktur usaha. 
5) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. 
6) Memfasilitasi pengembangan sarana dan prasarana. 
B. Jangka Panjang (2015 – 2025): 
Tahap pengembangan dalam jangka panjang yang akan 
dilakukan dengan kegiatan program, sebagai berikut: 
1) Perkuatan iklim usaha yang kondusif 
2) Perkuatan program promosi dan pemasaran melalui 
berbagai metode, media dan sasaran yang lebih
Program pengembangan dengan pendekatan klaster 
menjadi sasaran dan rencana aksi dalam pengembangan 
industri kerajinan dan barang seni untuk memantapkan 
kebijakan pembangunan jangka panjang (RPJP) yang secara 
terus menerus dikembangkan pada tiga pola program 
kerjasama, yaitu : 1) Kerjasama antara perusahaan; 
2) Kerjasama antara perusahaan dengan lembaga 
pendukung; 3) Kerjasama antara perusahaan dan 
pemerintah. 
Wilayah pengembangan klaster kerajinan dan barang 
seni, diarahkan pada wilayah dan sentra potensial dengan 
ketersediaan bahan baku secara baik, dan perusahaan inti 
selaku produsen, dan adanya eksportir yang berorientasi di 
wilayah tersebut. 
Wilayah yang menjadi lokus dan fokus pengembangan klaster 
dilakukan adalah : di daerah kabupaten/kota yang potensial, 
lintas kabupaten/kota dalam provinsi, dan tidak menutup 
78 
terarah kepada segmen pasar potensial, baik pasar 
dalam maupun luar negeri. 
3). Pengembangan teknologi proses, mutu dan desain 
produk serta penerapan standardisasi. 
4). Peningkatan kemampuan SDM perajin di bidang 
pengetahuan membaca gambar desain dan 
mendesain produk melalui sistem komputerisasi 
atau desain grafis bagi para pelaku usaha kerajinan 
dan barang seni di sentra-sentra produksi yang 
berorientasi ekspor. 
5). Penggalakkan penerapan sistem standar ISO 9001, 
ISO 14000 dan yang sangat urgen standardisasi 
CE-Mark berupa tanda CE yang akan diberlakukan 
secara penuh oleh Uni Eropa pada tahun 2012. 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
kemungkinan lintas kabupaten/kota dan lintas provinsi. 
Sedang pemangku kepentingan pada industri kerajinan 
dan barang seni, terdiri dari : Pelaku inti, meliputi perajin 
kerajinan dan barang seni. Pelaku pendukung, merupakan 
anggota klaster lainnya yang bersifat mendukung kegiatan 
inti, seperti : a) Industri mesin dan peralatan; b) Industri 
penghasil bahan pewarnaan; c) Pusat pelatihan desain dan 
pewarnaan; d) Sentra/UPT kerajinan dan barang seni; e) 
Balai Besar kerajinan dan Batik Yogyakarta; f) Lembaga/ 
perusahaan yang mempunyai kompetensi dalam melakukan 
standardisasi dan sertifikasi produk, serta intansi terkait 
lainnya di tingkat Pusat dan Kabupaten/Kota/Pemerintah 
Daerah, bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank, serta 
Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. 
79 
LAMPIRAN 
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA 
NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI 
Nomor : 132/M-IND/PER/10/2009 
Tabel 1. Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri 
No Program Rencana Aksi Pusat 
80 
Kerajinan & Barang Seni 
Daerah 
Tahun 
Pemangku Kepentingan 
√ √ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ √ 
√ 
PETA PANDUAN (Road Map) 
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan 
INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 
13 
Tabel 1 Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kerajinan & Barang Seni 
2010 2011 2012 2013 2014 
1 Pengembangan Iklim Usaha Yang Kondusif 1 Memberikan bimbingan dan kemudahan Depperin, Pemda Prov, 
dalam pengurusan perijinan usaha dan Pemda Kab/Kota 
kepastian tempat usaha bagi industri 
kreatif. 
2 Memberikan dukungan insentif fiskal bagi Depperin, Dep. Keu 
industri kreatif. 
3 Memberikan bimbingan dan kemudahan Depperin, Depkumham 
untuk pengurusan HaKI. 
4 Memberikan keberpihakan akses Depperin, BAPPENAS, 
pemasaran dalam negeri khususnya untuk Meneg BUMN, Dep. 
pembelian pemerintah dan pengamanan Perdagangan, Meneg Kop 
pasar dalam negeri bagi industri kreatif. & UKM 
5 Memberikan keberpihakan dalam Depperin, BAPPENAS, 
penyediaan scheme kredit pembiayaan Meneg BUMN, Dep.Keu, 
yang mudah dan murah bagi industri Meneg Kop & UKM, BI, 
kreatif. Perbankan/Non Bank 
6 Memberikan keberpihakan penyediaan Depperin, Dep. 
bahan baku dalam negeri bagi industri Perdagangan, Dep. ESDM, 
kreatif. Dep. Hut, DKP 
7 Memberikan keberpihakan dukungan Depperin, Depnaker, 
pengembangan institusi/lembaga Depdiknas, Meneg BUMN, 
pendukung untuk peningkatan kompetensi Pemda Prov, Pemda 
SDM bagi industri kreatif. Kab/Kota 
8 Memberikan keberpihakan dukungan Depperin, Meneg Ristek, 
research & development dibidang BPPT, LIPI, Depdiknas, 
pengembangan bahan baku/penolong, Dunia Pendidikan 
teknologi, pasar dan desain bagi industri 
kreatif. 
2 Pengembangan Promosi dan Pemasaran 1 Memfasilitasi penyelenggaraan dan atau Depperin, Dep. 
partisipasi pameran murni (exhibition) atau √ √ 
Perdagangan, Meneg 
pameran dagang (trade fair) tingkat BUMN, Pemda Prov, 
internasional di dalam dan di luar negeri. Pemda Kab/Kota 
2 Memfasilitasi positioning dan branding √ 
Depperin, Depdag, Dunia 
produk industri kreatif. Pendidikan, Dunia Usaha 
3 Memfasilitasi temu usaha (business Depperin, Dunia Usaha, 
matching) dan atau kemitraan dengan Pemda Prov, Pemda 
√ √ 
prospectif buyer di dalam maupun di luar Kab/Kota, Lembaga 
negeri. Terkait 
4 Memfasilitasi perluasan pasar melalui Depperin, Depdag 
kerjasama bilateral, regional dan 
√ 
multilateral dengan negara yang menjadi 
target strategis ekspor bagi industri kreatif. 
5 Memfasilitasi promosi yang intensif untuk Depperin, Depdag, Meneg 
produk industri kreatif melalui media √ √ 
BUMN, Pemda Prov, 
elektronik, CD, katalog dan brosur. Pemda Kab/Kota
ROADMAP INDUSTRI PERANGKAT LUNAK
ROADMAP INDUSTRI PERANGKAT LUNAK

More Related Content

What's hot

Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanJuknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanYogga Haw
 
Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020
Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020
Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020temanna #LABEDDU
 
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptxIrwin Sopyanudin
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...infosanitasi
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanmuhfidzilla
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)bintang purba
 
Pedoman penyusunan profil desa
Pedoman penyusunan profil desaPedoman penyusunan profil desa
Pedoman penyusunan profil desaMochamad Syahidu
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Arah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptx
Arah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptxArah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptx
Arah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptxdeivie rondonuwu
 
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...TV Desa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanPenataan Ruang
 
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk StudyKetersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk StudyOswar Mungkasa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI JakartaRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI JakartaPenataan Ruang
 

What's hot (20)

Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanJuknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
 
Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020
Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020
Skenario Tahapan Pemindahan ASN ke IKN,Rapat bappenas 14 januari 2020
 
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
 
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
 
Pedoman penyusunan profil desa
Pedoman penyusunan profil desaPedoman penyusunan profil desa
Pedoman penyusunan profil desa
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Arah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptx
Arah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptxArah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptx
Arah Kebijakan Dana Desa TA 2023_Sosialisasi Permendes 2023.pptx
 
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
 
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk StudyKetersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
Ketersediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan pada Kawasan Kumuh. Desk Study
 
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
 
6 pbb-2
6 pbb-26 pbb-2
6 pbb-2
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI JakartaRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
 

Viewers also liked

INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANINDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANSunoto Mes
 
Pengengembangan klaster Industri
Pengengembangan klaster IndustriPengengembangan klaster Industri
Pengengembangan klaster IndustriANDI AMNUR
 
Penguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster IndustriPenguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster IndustriKacung Abdullah
 
Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...
Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...
Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...Sally Indah N
 
Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...
Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...
Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...Operator Warnet Vast Raha
 
Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313Udi Pungut
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kacung Abdullah
 
Materi kebijakan pengembangan ph 2014 direktur ph
Materi kebijakan pengembangan ph 2014 direktur phMateri kebijakan pengembangan ph 2014 direktur ph
Materi kebijakan pengembangan ph 2014 direktur phagus_ibnu_hasan
 
Pengembangan Klaster Industri - TAT
Pengembangan Klaster Industri - TATPengembangan Klaster Industri - TAT
Pengembangan Klaster Industri - TATTatang Taufik
 
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)Kacung Abdullah
 
Persiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) short
Persiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) shortPersiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) short
Persiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) shortAline Almandha
 
industri kreatif digital
industri kreatif digitalindustri kreatif digital
industri kreatif digitalWahyu Wijiati
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANHimpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Inovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASN
Inovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASNInovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASN
Inovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) akb78
 
Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah
Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi DaerahMemprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah
Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi DaerahTatang Taufik
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
 
Lampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 a
Lampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 aLampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 a
Lampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 aOperator Komputer
 

Viewers also liked (20)

Klaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasiKlaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasi
 
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANINDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
 
Pengengembangan klaster Industri
Pengengembangan klaster IndustriPengengembangan klaster Industri
Pengengembangan klaster Industri
 
Penguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster IndustriPenguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster Industri
 
Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...
Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...
Analisis Cluster berdasarkan Tipologi Lingkungan di Kecamatan Gayamsari, Sema...
 
Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...
Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...
Pengelolaan sumber-daya-alam-dan-lingkungan-hidup-menuju-industri-perikanan-r...
 
Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
 
Materi kebijakan pengembangan ph 2014 direktur ph
Materi kebijakan pengembangan ph 2014 direktur phMateri kebijakan pengembangan ph 2014 direktur ph
Materi kebijakan pengembangan ph 2014 direktur ph
 
Pengembangan Klaster Industri - TAT
Pengembangan Klaster Industri - TATPengembangan Klaster Industri - TAT
Pengembangan Klaster Industri - TAT
 
Evaluasi kebijakan spasial
Evaluasi kebijakan spasialEvaluasi kebijakan spasial
Evaluasi kebijakan spasial
 
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)
Klaster fashion bukittinggi (Oleh Roosmiharso)
 
Persiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) short
Persiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) shortPersiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) short
Persiapan presentasi tanggal 6 november 2012 (english version) short
 
industri kreatif digital
industri kreatif digitalindustri kreatif digital
industri kreatif digital
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
 
Inovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASN
Inovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASNInovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASN
Inovasi Diklat Aparatur Dalam Rangka Pelaksanaan UU ASN
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut)
 
Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah
Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi DaerahMemprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah
Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
Lampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 a
Lampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 aLampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 a
Lampiran permendagri nomor 13 tahun 2006 a
 

Similar to ROADMAP INDUSTRI PERANGKAT LUNAK

Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengaherlangga13
 
RPIK BABAR 2023 - 2043.pptx
RPIK BABAR 2023 - 2043.pptxRPIK BABAR 2023 - 2043.pptx
RPIK BABAR 2023 - 2043.pptxKisriYanti
 
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KINSandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KINpnsbeneran
 
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Aa Renovit
 
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-201426 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014Rahmad Nugroho
 
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptxRakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptxFeryHaidir2
 
Program Pioritas Disperindag jawa timur.ppt
Program Pioritas Disperindag jawa timur.pptProgram Pioritas Disperindag jawa timur.ppt
Program Pioritas Disperindag jawa timur.pptpenssky
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
Bahan paparan-umm
Bahan paparan-ummBahan paparan-umm
Bahan paparan-ummjecky kea
 
Pelaksanaan kebijakan industri di jatim kadisperindag jatim
Pelaksanaan kebijakan industri di jatim   kadisperindag jatim Pelaksanaan kebijakan industri di jatim   kadisperindag jatim
Pelaksanaan kebijakan industri di jatim kadisperindag jatim Adi T Wibowo
 
Presentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMPresentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMKacung Abdullah
 
LAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdf
LAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdfLAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdf
LAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdfssuser65f4db
 
Paparan ruu cipta kerja
Paparan ruu cipta kerjaPaparan ruu cipta kerja
Paparan ruu cipta kerjahenra saragih
 
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012Nirma Kinasih
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018Achmad Wahid
 
Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10
Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10
Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10Dayang Bungah
 

Similar to ROADMAP INDUSTRI PERANGKAT LUNAK (20)

Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
 
Visi 2030 Road Map
Visi 2030 Road MapVisi 2030 Road Map
Visi 2030 Road Map
 
RPIK BABAR 2023 - 2043.pptx
RPIK BABAR 2023 - 2043.pptxRPIK BABAR 2023 - 2043.pptx
RPIK BABAR 2023 - 2043.pptx
 
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KINSandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
 
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
 
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-201426 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
 
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptxRakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
 
Program Pioritas Disperindag jawa timur.ppt
Program Pioritas Disperindag jawa timur.pptProgram Pioritas Disperindag jawa timur.ppt
Program Pioritas Disperindag jawa timur.ppt
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
Bahan paparan-umm
Bahan paparan-ummBahan paparan-umm
Bahan paparan-umm
 
Pelaksanaan kebijakan industri di jatim kadisperindag jatim
Pelaksanaan kebijakan industri di jatim   kadisperindag jatim Pelaksanaan kebijakan industri di jatim   kadisperindag jatim
Pelaksanaan kebijakan industri di jatim kadisperindag jatim
 
Presentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMPresentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKM
 
LAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdf
LAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdfLAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdf
LAPDAL-PERTANAHAN-baru.pdf
 
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
 
Paparan ruu cipta kerja
Paparan ruu cipta kerjaPaparan ruu cipta kerja
Paparan ruu cipta kerja
 
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
 
Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10
Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10
Arah dan Tujuan Sektor Perindustrian dalam RMK-10
 

More from Kacung Abdullah

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kacung Abdullah
 
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...Kacung Abdullah
 
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...Kacung Abdullah
 
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaPembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaKacung Abdullah
 
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahCara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahKacung Abdullah
 
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Kacung Abdullah
 
Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Kacung Abdullah
 
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiPengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiKacung Abdullah
 
Persfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiPersfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiKacung Abdullah
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Kacung Abdullah
 
Analisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataAnalisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataKacung Abdullah
 
Strategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementStrategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementKacung Abdullah
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Kacung Abdullah
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisKacung Abdullah
 
Defining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyDefining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyKacung Abdullah
 

More from Kacung Abdullah (20)

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
 
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
 
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
 
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaPembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
 
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahCara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
 
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
 
Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation
 
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiPengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
 
Organization life cycle
Organization life cycleOrganization life cycle
Organization life cycle
 
Persfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiPersfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasi
 
21 core competencies
21 core competencies21 core competencies
21 core competencies
 
Pendanaan/Modal
Pendanaan/ModalPendanaan/Modal
Pendanaan/Modal
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage
 
Working Capital
Working CapitalWorking Capital
Working Capital
 
Analisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataAnalisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian data
 
Strategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementStrategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce Management
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
 
KBLI 2015
KBLI 2015KBLI 2015
KBLI 2015
 
Defining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyDefining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st Century
 

ROADMAP INDUSTRI PERANGKAT LUNAK

  • 1. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN PETA PANDUAN (Road Map) 2009 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 Buku V
  • 2. i PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 3. KATA PENGANTAR Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari 26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu: 1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki. KATA PENGANTAR ii
  • 4. 2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika 5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang 6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi: iv Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu. Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian. dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya. Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni. Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 5. 1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya. 2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). 3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri. Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map) ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing. Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik. Jakarta, November 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT KATA PENGANTAR
  • 6. vi PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 7. DAFTAR ISI vi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................... iii DAFTAR ISI ......................................................... vii PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN KONTEN MULTIMEDIA ...................................................... 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI ELEKTRONIKA ........................... 9 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FASHION .................................. 35 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER PETA PANDUAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FASHION ................................................ 43 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI .... 55
  • 8. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI .... 63 vii PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 9. MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu; PERATURAN PERATURAN TENTANG KONTEN MULTIMEDIA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 10. b. Bahwa industri perangkat lunak dan konten multimedia merupakan bagian dari industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se­bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem­bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 11. Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 12. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber­satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ P Tahun 2007; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Ke­men­terian Negara Republik Indonesia sebagai­mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga­nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 13. Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN KONTEN MULTI­MEDIA. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia untuk periode 5 (lima) tahun. 2. Industri Konten Perangkat Lunak dan Multi­media adalah industri yang terdiri dari: a. Reproduksi Media Rekaman (KBLI PERATURAN MEMUTUSKAN: Pasal 1 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 22301); b. Reproduksi Film dan Video (KBLI 22302); c. Industri Teropong dan Alat Optik (KBLI 33202); d. Industri Kamera Cinematografi Proyektor dan Perlengkapannya (KBLI 33204);
  • 14. e. Jasa Konsultasi Piranti Lunak (KBLI 72200); f. Jasa Kegiatan Data Base (KBLI 72400). g. Kegiatan Lain yang Berkaitan dengan Komputer (KBLI 72900); 3. Pemangku Kepentingan adalah Pe­merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang melaksana­kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian. Pasal 2 (1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan: a. Pedoman operasional Aparatur Pe­merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri perangkat lunak dan Konten Multimedia, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 15. yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri perangkat lunak dan Konten Multimedia ataupun sektor lain yang terkait; c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan d. Informasi untuk menggalang duku­ngan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijak­an klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masya­rakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangun­an industri. (1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri perangkat lunak dan Konten Multimedia dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi se­bagai­mana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagai­mana tercantum dalam Peta Panduan. (1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). PERATURAN Pasal 3 Pasal 4 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 16. (2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya. Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi PRAYONO SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI; 2. Wakil Presiden RI; 3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 17. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN RI FAHMI IDRIS LAMPIRAN PETA PANDUAN ELEKTRONIKA BAB I PENDAHULUAN BAB II SASARAN BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI ttd PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi PRAYONO
  • 18. 10 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 19. A. Ruang Lingkup Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia Hasil studi dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia (Studi Industri Kreatif 2007), teknologi informasi (Telematika) dalam hal ini dikelompokkan menjadi bidang Layanan Komputer dan Peranti lunak (LKPL) merupakan salah satu industri kreatif yang menjadi andalan dan harus dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri LKPL: 1. Jasa portal yang mecakup usaha jasa pelayanan yang menyediakan akses ke gerbang utama dari pusat enterprise knowledge yang merupakan hasil dari pengolahan data dan informasi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Fasilitas yang disediakan misal: fasilitas untuk melakukan email, searching, chatting, akses ke berbagai sumber daya (resources); 2. Jasa multimedia lainnya; 3. Jasa konsultasi perangkat keras (hardware consulting) yang mencakup usaha jasa konsultasi tentang tipe dan konfigurasi dari perangkat keras komputer dengan atau tanpa dikaitkan dengan aplikasi peranti lunak. Konsultasi biasanya me­nyangkut analisis kebutuhan pengguna komputer dan permasalahnnya serta memberikan jalan keluar yang terbaik; 11 LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 20. 12 4. Jasa konsultasi peranti lunak yang mencakup usaha jasa konsultasi yang berkaitan dengan analisis, desain, dan pemrograman dari sistem yang siap pakai. Kegiatan ini biasanya menyangkut analisis kebutuhan pengguna komputer dan permasalahannya, pemecahan masalah, dan membuat peranti lunak berkaitan dengan pemecahan masalah tersebut, serta penulisan program sederhana sesuai kebutuhan pengguna komputer; 5. Pengolahan data yang mencakup jasa untuk pengolahan dan tabulasi semua jenis data. Kegiatan ini bisa meliputi keseluruhan tahap pengolahan dan penulisan laporan dari data yang disediakan pelanggan, atau hanya sebagian dari tahapan pengolahan; 6. Jasa kegiatan database yang mencakup usaha jasa pelayanan yang berkaitan dengan pengembangan database, penyimpanan data, dan penyediaan database dari berbagai jenis data (seperti: data keuangan, statistik, ekonomi, atau teknis). Data dapat diakses oleh setiap orang yang memerlukan atau oleh sekelompok pengguna data; 7. Perawatan dan reparasi mesin-mesin kantor, akuntansi, dan komputer yang mencakup jasa perawatan dan reparasi, mesin kantor, mesin akuntansi, komputer, mesin ketik, dan perlengkapan; 8. Kegiatan lain yang berkaitan dengan komputer. Sedangkan struktur industri multimedia dapat digambar­kan sebagai berikut: PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 21. B. Pengelompokan Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia Kode industri dari industri kreatif kelompok Layanan Komputer dan Peranti lunak termasuk ke dalam kategori Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi dan kategori Real Estate, usaha persewaan, dan Jasa Perusahaan (mengacu kepada KBLI 2005). Secara rinci kode industri dari kelompok Layanan Komputer dan Peranti lunak adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kode Industri Kelompok Layanan Komputer dan 13 Gambar I.1. Struktur industri konten multimedia LAMPIRAN Peranti lunak PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 Kode Industri (3 digit) Deskripsi Kode Industri Kategori Industri Keterangan 643 Jasa telekomunikasi Transportasi, pergudangan, dan komunikasi 64323 dan 64329 721 Jasa konsultasi perangkat keras (hardware consulting) Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 72100
  • 22. 14 Kode Industri (3 digit) Deskripsi Kode Industri Kategori Industri Keterangan 722 Jasa konsultasi peranti lunak Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 72200 723 Pengolahan data Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 72300 724 Jasa kegiatan database Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 72400 725 Perawatan dan reparasi mesin-mesin kantor, akuntansi, dan komputer Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 72500 729 Kegiatan lain yang berkaitan dengan komputer Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 72900 Sedangkan untuk industri konten multimedia, secara garis besar dapat kita rangkum bahwa terdapat 2 (dua) format digital dan sumber konten, yaitu: • Digitized Contents: Konten yang ada sebelum era digital yang kemudian diformat ulang ke dalam bentuk digital, dan • Born-Digital Contents: Konten yang dari awal penciptaannya langsung dalam format digital. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 23. Arah dan sasaran yang ingin dicapai industri Peranti lunak adalah: 1. Menyediakan peranti lunak mobile dengan Embedded Content dalam bentuk Service sebagai jasa telekomunikasi baru, terutama menyambut era Broadband Wireless Access (BWA). 2. Memenuhi peluang pasar domestik yang besar setelah AS, China dan India untuk produk - produk telematika. Karena saat ini faktual yang ada bahwa belanja produk domestik telekomunikasi baru dimanfaatkan hanya sebesar < 5% 3. Memanfaatkan pasar bebas AFTA, APEC dan WTO secara optimal sebagai kendaraan untuk memasuki pasar internasional. Arah dan sasaran yang ingin dicapai industri Konten Multimedia adalah: Tahun 2010 – 2011 a. Fasilitasi Pendirian Pusat Desain Multimedia b. Fasilitasi ”Market Access” untuk pengembang konten c. Penerapan Standar Nasional untuk kemampuan perusahaan 15 LAMPIRAN BAB II SASARAN lokal di pasar regional dan internasional PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 konten multimedia Tahun 2012 – 2014 Penyelenggaraan lomba dan kompetisi nasional dan internasional untuk pengembang konten multimedia.
  • 24. a. Fasilitasi peluang ekspor produk konten multimedia b. Terbangunnya jaringan informasi. c. Terciptanya iklim usaha yang kondusif. d. Pameran dan sosialisasi produk konten multimedia e. Pameran dan sosialisasi produk konten multi media ke f. Terwujudnya industri konten mulitmedia yang tangguh, 16 baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Indonesia ke pasar ASEAN khususnya dan Asia pada umumnya. pasar Asia, Eropa dan Amerika. mandiri dan menjadi penggerak pembangunan, berdaya saing tinggi serta mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian nasional. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 25. 17 STRATEGI DAN KEBIJAKAN LAMPIRAN BAB III PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 A. Strategi dan Kebijakan 1. Strategi a. Industri Perangkat Lunak Dalam siklus pengembangan industri peranti lunak nasional, akan menempuh strategi (a) Memberikan dukungan penuh pada industri peranti lunak lokal, dimana saat ini secara umum masih berklala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM); (b) Membangun kemampuan industri peranti lunak dengan memberikan dorongan untuk menetapkan fokus pada produk tertentu dengan memperhatikan perkembangan produk global, sebagai acuan untuk menetapkan fokus; (c) Mendaya-gunakan kemampuan ini untuk menciptakan dan memenuhi pasar lokal. Dari ketiga strategi besar ini, diharapkan industri piranti lunak nasional dapat bersaing di pasar global. Berikut ini disampaikan model strategi pengembangan tersebut yang terdiri atas dua lingkaran, lingkaran dalam dan lingkaran luar. Inisiasi dimulai dari lingkaran dalam dengan membangun kemampuan tech­no­­preneuring, berbasis pada teknologi, menciptakan produk inovatif baru. Langkah yang perlu diambil penyatuan kekuatan Triple-Helix (Akademisi, Usahawan, dan Pemerintah). Kehadiran Technopark akan mempercepat konvergensi dari ketiga helix tersebut. Berbagai modus pembiayaan dapat diupayakan, temasuk mencari hibah
  • 26. Keterampilan sbg Industri Lokal ke Pasar Global 18 penelitian guna menciptakan produk awal (Prototip). Dalam hal ini pemerintah akan memainkan peran sebagai lokomotif penggerak, melalui kebijakan yang diturunkan, guna membukakan pasar lokal dan memberikan insentif finansial terbatas, baik dalam bentuk hibah ataupun bantuan natura. Termasuk fasilitasi kepada instrumen pembiayaan. Diharapkan industri di penghujung lingkaran dalam telah mampu untuk mulai masuk ke pasar global. Kerangka Pikir Pengembangan Industri Peranti lunak Mencapai skala ekonomis untuk membangun produk global sendiri Aliansi dengan Industri TIK global untuk pengembangan produk global Mencari Pendanaan Pengembangan Bisnis, (Venture Capital, Bank, Pemerintah, Pengusaha) Membangun Start-up Baru, krn memiliki lebih banyak Kemampuan TIK2 Pembiayaan STRATEGI INDUSTRI PERANTI LUNAK 1.MENDUKUNG INDUSTRI LOKAL 2.MEMBANGUN KEMAMPUAN ATAS PRODUK-PRODUK GLOBAL TERTENTU 3.MENDAYAGUNAKAN KEMAMPUAN INI UNTUK PASAR LOKAL DAN GLOBAL Meningkatkan Mulai di sini Memilih & fokus terhadap peranti lunak andalan Memilih tempat utk Technopreneuring (Keahlian & Wirausaha) Membawa lebih banyak pekerjaan pengembangan untuk industri SW lokal Menjalin Kerjasama dgn Perguruan Tinggi untuk Riset dan Mendapatkan SDM Handal Memperluas kemampuan produk berdasarkan keterampilan atas Peranti lunak Gambar III.1. Kerangka Pikir Pengembangan Industri Peranti Lunak Lompatan besar terjadi pada industri peranti lunak yang telah mampu masuk ke lingkaran luar, sebagai pemain global, yang dimulai dengan menciptakan kemampuan dan cara berfikir serta cara bertindak sebagai layaknya pemain global yang telah matang. Sebagai strategi awal adalah membawa pekerjaan untuk industri peranti lunak lokal. Penerapan bakuan, seperti ISO-9001 dan/ PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 27. atau CMMI, merupakan ukuran global untuk dapat menerima pekerjaan dari pasar global. Setelah terbukti mampu untuk mendapatkan pasar global, beberapa langkah untuk menciptakkan start-up dimungkinkan. Di penghujung lingkaran luar, industri peranti lunak telah memiliki produk sendiri untuk pasar global. b. Industri Konten Multimedia Untuk mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan strategi yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut: 1. Pasar Mendorong penggunaan konten lokal terutama kepada seluruh lembaga pemerintah dengan merujuk kepada KepMen tentang TKDN 19 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 2. Infrastruktur • Memfasilitasi pembangunan baru studio multimedia • Memperluas dan mempermudah akses internet & broadband 3. Sumber Daya Manusia • Pembangunan Pusdiklat Multimedia • Fasilitasi Sertifikasi Keahlian A. Teknologi • Pembangunan PUSLITBANG Multimedia • Mendorong para peneliti mendaftarkan karyanya ke kantor paten
  • 28. 20 B. Pendanaan • Pengembangan skema pembiayaan modal yang lebih “bersahabat” dengan model UKM dan start-up company • Menjajaki kerjasama dengan pemodal ventura dari luar negeri untuk pendanaan modal awal (start-up capital) C. Hukum • Peningkatan Law Enforcement anti-pem­bajakan 2. Kebijakan a. Industri Perangkat Lunak Kebijakan nasional untuk Industri Peranti Lunak akan meliputi: 1. Melahirkan kebijakan baru sebagai landasan untuk pengembangan usaha dan produksi, mencakup (a) kebijakan ekonomi, industri, dan telematika nasional, yang mencakup aspek Hukum, Peraturan Nasional, Peraturan Daerah, Kepemilikan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI); (b) Kebijakan implementasi, yang mencakup aspek proteksi terhadap industri peranti lunak nasional; Aspek sinergi internal antar Triple-Helix. 2. Mengarahkan belanja pemerintah dalam bidang TIK sebagai motor pengerak pasar bagi industri nasional. Hal ini merupakan salah satu bentuk Insentif yang diberikan pemerintah. Pemberian dilakukan dengan prasyarat kemapuan dengan cara mengukur kemampuan dan / atau mem­berikan ukuran industri peranti lunak yang layak menerima insentif tersebut. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 29. Kebijakan bagi internal industri peranti lunak adalah: 1. Pembakuan dan sertifikasi – untuk jaminan mutu produk / jasa yang dihasilkan, mencakup: (a) Profesionalisme sebagai jaminan pengerjaan dilakukan oleh yang ahli dan pengalaman, serta memenuhi standar profesional tertentu; (b) Industri dapat memberikan jaminan atas produk/ jasa yang diberikan, sesuai dengan baku mutu / spesifikasi; (c) Hadirnya lembaga / manajemen penjamin proses pengerjaan oleh industri dilakukan secara bertanggung-jawab dengan mekanisme / prosedur baku, sehingga mudah untuk memantau pemenuhan baku mutu produk / jasa. 2. Pemberian akses informasi yang mencakup (a) Sarana dan prasarana telekomunikasi; (b) Informasi pasar dan sentra produksi; serta (c) Informasi perkembangan industri telematika. 3. Pemberian kemudahan infrastruktur berusaha yang mencakup (a) Prasarana dan sarana produksi; (b) Prasarana dan sarana usaha / business; (c) Prasarana dan sarana peningkatan kemampuan, Riset, Pendidikan dan pelatihan Konten digital bersifat intangible, dalam arti tidak memerlukan dimensi fisik; tidak pernah lapuk, keasliannya dapat tetap lestari tanpa tergantung frekuensi pemakaian serta dapat digandakan secara sempurna tanpa batas jumlah dengan biaya sangat minimal. Sebagai konsekuensinya, konten digital memerlukan pendekatan yang sangat berbeda dari segi penciptaan, organisasi, distribusi, dan pelestariannya. 21 LAMPIRAN b. Industri Konten Multimedia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 30. 2 Dalam memahami konten digital dan menyusun kebijakan yang sesuai, pemerintah Selandia Baru merangkum lima elemen pokok yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kebijakan dan strategi di bidang konten digital ini. Penciptaan dan perlindungan konten: Born-digital content adalah informasi dalam fomat baru yang membutuhkan keterampilan baru untuk menciptakan dan menggunakannya, menyediakan peluang yang unik untuk inovasi dan kreativitas serta memerlukan suatu sarana baru untuk melindunginya dari pencurian dan penyalahgunaan. Akses dan pencarian konten: Konten dalam format digital, apakah born-digital, digitized atau hanya sekedar didata secara digital, bersaing dengan bermiliar-miliar konten lainnya dalam merebut perhatian pengguna potensial. Untuk itu, tersedianya mekanisme akses dan pencarian konten yang handal sangat penting (misal: design standards, metadata, search engine optimization, dll). Berbagi dan memakai konten: Dua dari karakterisitk konten digital adalah kemampuannya untuk diproduksi ulang dan didistribusikan tanpa biaya dan dengan resiko minimal, serta dapat digunakan berulang tanpa menjadi usang. Kemampuan bagi pengguna untuk dapat mencari konten yang relevan yang siap untuk digunakan, digunakan ulang, berbagi, penggunaan lain, serta penambahan dimensi baru adalah fitur-fitur pokok yang harus terseda dalam era digital. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 31. Konten digital membuka kemungkinan untuk disimpan dalam pengelompokan dan volume yang jauh lebih besar dari kemungkinan yang terbatas jika kita menggunakan sarana fisik. Namun, sebagaimana sarana-sarana fisik yang akan menjadi usang, konten digital juga memiliki resiko hilang atau rusak dengan mudah. Oleh karena itu, mengelola dan melestarikan konten dibutuhkan untuk penggunaan berkelanjutan. Pemahaman dan kepedulian terhadap konten digital: Konten digital mengubah cara pandang kita terhadap informasi, pengetahuan, dan nilai material. Dalam transisi ke era digital ini, kita perlu memahami dan peduli akan lingkungan, peluang, dan tantangan konten digital agar dapat membuat pilihan, keputusan, dan investasi yang bijaksana. Jadi meskipun pasar yang menciptakan dan me­ngembangkan konten digital, pemerintahlah yang mempunyai peran dalam mengembangkan enabling factors sehingga kelima elemen ter­sebut dapat tertata dengan baik, misalnya peme­rintah perlu mengambil insiatif untuk mendukung keanekaragaman budaya, mendorong wirausahawan konten lokal , dan bertindak sebagai fasilitator dengan meningkatkan kapabilitas dan menghilangkan segala hambatan regulasi yang tidak perlu dan hambatan-hambatan lainnya sebagai akibat regulasi lintas sektoral. Kebijakan yang juga memegang peranan penting antara lain eliminasi hambatan untuk bersaing sehat di bidang jasa jaringan, kebijakan yang mempromosikan investasi 23 LAMPIRAN Mengelola dan melestarikan konten: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 32. 24 di infrastruktur broadband, serta pengembangan konten dan kapabilitas di area pedesaan dan daerah terpencil. Kebijakan yang tepat dan ‘pro-digital content’ dapat dikembangkan dengan selalu mengacu kepada hal-hal sebagai berikut: • Mendorong terciptanya lingkungan bisnis yang memacu peningkatan penciptaan serta diseminasi konten-konten digital buatan lokal • Menarik investor swasta asing maupun lokal untuk terjun ke bisnis konten multimedia • Mendorong terciptanya model-model bisnis yang inovatif dan berhasil mengembangkan pasar konten multimedia • Meningkatkan daya saing industri konten multimedia lokal • Meningkatkan ketrampilan dan kualitas para pekerja di industri konten multimedia • Mempromosikan kemampuan dan karya industri konten multimedia lokal dalam setiap kesempatan baik di dalam maupun di luar negeri. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 33. 25 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009  Mempromos kan kemampuan dan karya ndustr konten mult lokal dalam set ap kesempatan ba k d dalam maupun d luar neger Gambar Gambar III.III.2 2 Digital Digital Content Content
  • 34. 26 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 35. Tahap pengembangan ini merupakan kegiatan pengembangan jangka menengah yang berkesinambungan, di mana seluruh outputnya memiliki karakter yang menghasilkan aplikasi-aplikasi peranti lunak yang merupakan keluaran industri kreatif, berbasis kebutuhan pasar, melalui sejumlah rencana aksi. 27 PROGRAM / RENCANA AKSI LAMPIRAN BAB IV A. Industri Perangkat Lunak PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 1. Rencana Aksi 2010  Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA,  Fasilitasi inisiatif pembangunan RICE, IBC, Teknopark  Mendirikan instansi pengelola dan Penilai KIPI  Melakukan penyesuaian perhitungan TKDN untuk Industri Peranti Lunak.  Menetapkan standar kompetensi SDM TIK untuk Industri peranti lunak  Mendirikan Pusat Pengembangan peranti lunak komputer untuk Teknologi kreatif digital pada aplikasi Iklan, Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & Media  Mengusulkan perubahan Perubahan atas Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,
  • 36. 28 untuk pengadaan jasa pengembangan peranti lunak, berdasarkan Kompetensi SDM TIK, KIPI dan TKDN. 2. Rencana Aksi 2011  Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA,  Fasilitasi inisiatif pembangunan RICE, IBC, Teknopark  Fasilitasi tumbuhnya industri peranti lunak yang mampu mendukung akselerasi industri perangkat keras embeded systems  Fasilitasi Pengembangan peranti lunak komputer untuk Teknologi kreatif digital pada aplikasi Iklan, Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & Media  Mendirikan Badan Pengembangan Wirausaha Baru dan Pemasaran Ekspor produk dan jasa Peranti Lunak. 3. Rencana Aksi 2012  Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA,  Fasilitasi inisiatif pembangunan Teknopark yang merupakan kelanjutan dari RICE dan IBC.  Fasilitasi tumbuhnya industri peranti lunak yang mampu mendukung akselerasi industri perangkat keras embeded systems PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 37.  Fasilitasi Pusat Desain produk kreatif digital a.l. Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & Media  Fasilitasi ”Market Access” pengembang peranti lunak lokal di pasar regional dan Internasional.  Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK, KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri Piranti Lunak 29 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 4. Rencana Aksi 2013  Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo.  Fasilitasi pengembangan Teknopark Peranti Lunak.  Fasilitasi ”Market Access” pengembang peranti lunak lokal di pasar reginal dan Internasional.  Penyusun sistem “Countertrade” Peranti Lunak dan merumuskan kebijakannya.  Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK, KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri Piranti Lunak 5. Rencana Aksi 2014  Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo.  Fasilitasi pengembangan Teknopark Peranti Lunak.  Fasilitasi ”Market Access” pengembang software lokal di pasar reginal dan Internasional.
  • 38. B. Industri Konten Multimedia 30  Fasilitasi “Countertrade” Peranti Lunak  Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK, KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri Piranti Lunak 1. Melakukan promosi dan introduksi mengenai potensi dan peluang game dan animasi pada masyarakat luas Kegiatan ini sangat penting mengingat persepsi negatif yang masih banyak beredar di kalangan masyarakat terhadap kedua bidang ini, khususnya pada bidang game teknologi mengingat bagaimana game dan animasi dapat menarik perhatian anak-anak sehingga membuat mereka melupakan tanggung jawab dalam belajar, padahal game dan animasi juga memiliki potensi sebagai media edukasi jika dikembangkan secara tepat dan terencana. Adapun langkah-langkah promosi dan edukasi masyarakat ini perlu dilakukan misalnya melalui pameran-pameran yang diselenggarakan dalam ruang publik sehingga tidak menciptakan jarak dan kesan eksklusif. 2. Melakukan pengembangan game dan animasi berbasis mobile content untuk teknologi telepon seluler Penggunaan telepon seluler di Indonesia sendiri terlihat cukup tinggi sehingga menjadikan target pasar yang sangat menarik karena pemanfaatan teknologi game untuk ponsel tampaknya bisa dijadikan alternatif karena belum menjadi area yang banyak disentuh. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 39. 3. Melakukan penyelenggaraan kompetisi tahunan untuk mendorong peningkatan kualitas karya anak bangsa Kegiatan ini bisa diusahakan dengan adanya forum interaksi dan tatap muka antara para pembuat game dan animasi lokal yang berbakat (khususnya yang memiliki keterbatasan modal) dengan para pemberi modal/investor. 4. Membangun pusat data dan pengembangan produk game teknologi dan animasi Dengan adanya pusat data dan pengembangan dari hasil-hasil produk game teknologi dan animasi menjadi penting karena bisa berperan sebagai centre of excellence sekaligus research centre di Indonesia. Para pembuat game dan animasi yang potensial akan terdata dengan baik dan memudahkan kontak dengan pihak investor, serta yang paling penting adalah Indonesia memiliki database yang lengkap mengenai hasil karya anak bangsa dalam bidang game dan animasi ini. 5. Membangun pusat pelatihan animasi dalam negeri Kondisi praktisi animasi/industri Indonesia yang sangat sporadis dan belum terstandar akan menimbulkan masalah pada waktu harus bersama-sama mengerjakan suatu proyek besar, baik untuk pasar lokal maupun kebutuhan outsorcing. Output yang dihasilkan bisa menjadi tidak sama satu sama lain karena prinsip-prinsip dasar animasi yang 31 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009
  • 40. 32 digunakan tidak sama, cara membaca prosedur dan teknis dokumen belum tentu sama dan ini akan menghasilkan keluaran yang tidak akurat dan konsisten sehingga memungkinkan untuk ditolak oleh pemberi pekerjaan. Untuk membangun suatu persepsi yang sama, dibutuhkan satu pusat pelatihan dengan satu standar tertentu baik software, hardware, dan materi pelatihan sehingga dapat dihasilkan suatu kesamaan persepsi tentang animasi dan prosedur produksi animasi. 6. Melakukan pembuatan studio animasi Dengan tersebarnya praktisi animasi di seluruh Indonesia, baik yang bekerja di studio swasta maupun yang sifatnya part-timer. Studio animasi yang dikelola pihak swasta belum dapat mencukupi kebutuhan produksi animasi untuk pasar lokal dan belum dapat menampung kebutuhan kerja para animator. Pada kenyataannya, para animator banyak yang hijrah mencari pekerjaan di jakarta, padahal sifat pekerjaan ini dapat dilakukan dengan metode pantau dan supervisi dari tempat lain. Untuk menumbuhkan industri animasi menurut data dari AINAKI, diperlukan sekurangnyanya 50 (lima puluh) studio yang tersebar sehingga jika berproduksi akan dapat menghasilkan 50 (lima puluh) film animasi dalam 1 bulan. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 41. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA LAMPIRAN NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 3 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 13300/M-IND/PER/10/2009 18 Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Piranti Lunak
  • 42. 34 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 13300/M-IND/PER/10/2009 Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kontent Multimedia 19 2010 2011 2012 2013 2014 1 1 Penyusunan Peraturan Pendayagunaan produk game dan animasi dalam negeri √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Depkumham, Perguruan tinggi, Pelaku usaha 2 Pelaksanaan Forum tahunan konten mobile √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Pemda, Pelaku usaha 3 Sosialisasi HAKI karya kreatif game dan konten √ √ Depperin, Pemda, Depkominfo, Depkumham, KNRT, Pelaku usaha 4 Studi kelayakan Pusat Desain Konten Multimedia √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Pemda, Pelaku usaha 2 1 Fasilitasi kompetisi tahunan game dan animasi √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, Pemda, Komunitas TIK 2 Fasilitasi pameran dalam negeri dan luar negeri √ √ Depperin, Depdag, Pemda, Depkominfo, Perguruan tinggi, komunitas TIK 3 Pembuatan film serial animasi karakter Indonesia √ Depperin, Depkominfo, komunitas kreatif 3 Teknologi dan standardisasi 1 Penyusunan tim Pendayagunaan produk games dan animasi lokal √ Depperin, Depkominfo, Perguruan tinggi,Pelaku usaha 2 Menyusun kompetensi SDM TIK untuk industri game dan konten multimedia √ Depperin, KNRT, Depnaker, pelaku usaha, Depkominfo, Perguruan tinggi 4 Penguatan struktur usaha 1 Inventarisasi potensi industri game dan konten multimedia dalam negeri √ √ Depperin, Pemda, Depkominfo, Asosiasi, Pelaku usaha 2 Penetapan kriteria model bisnis game dan konten √ Depperin, Depkominfo, Depdiknas, perguruan tinggi, asosiasi 5 Sumber daya manusia 1 Membangun pusat pelatihan animasi dalam negeri √ √ Depperin, Pemda, Perguruan tinggi, asosiasi, pelaku usaha 2 Menetapkan standar kompetensi SDM TIK untuk industri game dan konten multimedia √ Depperin, KNRT, BNSP, Depnaker, pelaku usaha, Depkominfo, Perguruan tinggi 6 Pengembangan sarana dan prasarana 1 Membangun pusat data dan pengembangan produk game dan animasi √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, perguruan tinggi, pelaku usaha, pemda 2 Pembuatan studio animasi √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, perguruan tinggi, komunitas kreatif, pemda 3 Fasilitasi Pusat Desain Konten Multimedia √ √ Depperin, Depkominfo, KNRT, perguruan tinggi, komunitas kreatif, pemda Menciptakan iklim usaha yang kondusif Melakukan kegiatan promosi dan pemasaran dalam dan luar negeri Daerah Tahun Pemangku Kepentingan Tabel 2Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Konten Multimedia No. Program Rencana Aksi Pusat
  • 43. MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu; 35 NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FASHION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PERATURAN TENTANG MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
  • 44. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 36 b. Bahwa industri fashion merupakan bagian dari kelompok industri pe­nunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri fashion; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se­bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Fashion; tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem­bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 45. Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri 37 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
  • 46. 38 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ P Tahun 2007; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga­nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 47. Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FASHION. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Fashion Tahun 2010- 2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri fashion untuk periode 5 (lima) tahun. 2. Industri Fashion adalah industri yang terdiri dari: a. Industri Bordir/Sulaman (KBLI 39 PERATURAN MEMUTUSKAN: Pasal 1 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 17293); b. Industri Pakaian Jadi Rajutan (KBLI 17302); c. Industri Pakaian Jadi dari Tekstil dan Perlengkapannya (KBLI 18101); d. Industri Pakaian Jadi (Konveksi) dan Perlengkapannya dari Kulit (KBLI 18102); e. Industri Bulu Tiruan (KBLI 18201); f. Industri Pakaian Jadi/Barang Jadi dari Kulit Berbulu dan atau Aksesoris (KBLI 18202);
  • 48. 40 g. Industri Pencelupan Bulu (18203); h. Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi (KBLI 19121); i. Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Teknik/ Industri (KBLI 19122); j. Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari-hari (KBLI 19201). 3. Pemangku Kepentingan adalah Pe­merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang melaksana­kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian. Pasal 2 (1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan: a. Pedoman operasional Aparatur Pe­merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Fashion, baik pengusaha maupun PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 49. institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Fashion ataupun sektor lain yang terkait; c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan ke­bijak­an klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri. (1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Fashion dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai­mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi se­bagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan. (1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). 41 PERATURAN Pasal 3 Pasal 4 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
  • 50. Kepala Biro Hukum dan Organisasi SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI; 2. Wakil Presiden RI; 3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian. 42 (2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya. Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian PRAYONO PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 51. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI MENTERI PERINDUSTRIAN RI 43 NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FAHMI IDRIS LAMPIRAN PETA PANDUAN FASHION BAB I PENDAHULUAN BAB II SASARAN BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI ttd PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi PRAYONO
  • 52. 4 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 53. Fashion sendiri didefinisikan sebagai kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesories mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fashion serta distribusi produk fashion (Dep. Perdagangan/Indonesia Design Power). Pelaku inti dari industri fashion meliputi pemasok bahan baku, produsen eksportir maupun importir yang didukung oleh: (a) Unit Pelayanan Teknis, (b) Balai Besar Tekstil maupun Balai Besar Batik, (c) Akademisi/Perguruan Tinggi di bidang desain dan Teknologi Tekstil, (d) Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Pusat maupun Daerah, (d) Para desainer dan Perancang busana/perancang tekstil, (e) Asosiasi, (f) Lembaga Keuangan dan Perbankan serta instansi terkait lainnya. Bila diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), seluruhnya ada 19 KBLI dimana 10 KBLI termasuk dalam sektor industri. Dari sepuluh yang masuk di sektor industri, untuk industri fashion lebih terfokus pada 3 (tiga) jenis industri yaitu: industri pakaian, industri alas kaki, dan industri aksesoris (tas, dompet, dll). Mata rantai industri fashion memiliki cakupan yang sangat luas, khususnya produk fashion berbasis tekstil yang didukung oleh pemasok bahan baku maupun bahan penolong yang banyak 45 LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Ruang Lingkup Industri Fashion B. Pengelompokan Industri Fashion PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009
  • 54. 46 terdapat di Indonesia. Bahan baku yang digunakan untuk produksi fashion dapat berupa kain tenun lembaran baik yang warna polos maupun bermotif, yang bersumber dari industri pertenunan dan perajutan. Di Indonesia terdaftar 1.044 perusahaan pertenunan/perajutan yang mempekerjakan hampir 345.000 orang dan kebanyakan berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 55. Untuk pengembangan jangka menengah (2010-2014), sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:  Melanjutkan pemahaman mengenai trend dan desain 47 LAMPIRAN BAB II SASARAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 produk fashion.  Meningkatnya produk fashion yang menerapkan standardisasi dan pelindungan HKI.  Memperkuat brand dan komersialisasi produk fashion Indonesia.  Meningkatkan kemampuan dasainer fashion lokal mendunia ke pusat-pusat desain kelas internasional (mengikuti fashion week)  Menguatnya peran akademisi dalam memperkuat struktur pendidikan berbasis fashion melalui studio.  Menyebar luasnya pelatihan desain busana fashion di sentra-sentra potensial basis produksi fashion.  Meningkatnya nilai tambah rata-rata sebesar 12 %
  • 56. 48 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 57. 49 STRATEGI DAN KEBIJAKAN LAMPIRAN BAB III PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 A. Strategi Strategi pembinaan dan pengembangan industri fashion dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain:  Penguatan kelembagaan Perbaikan kinerja pada setiap rantai nilai industri fashion yaitu pemasok bahan baku, produsen, dan konsumen. Tiap rantai nilai memiliki saling ketergantungan yang tinggi dengan rantai nilai lainnya sehingga pengembangan pemasaran produk juga sangat tergantung pada kelancaran hubungan atau kinerja masing-masing rantai nilai tersebut.  Penetapan rencana induk pengembangan ekspor produk fashion Mewujudkan kesamaan fokus pengembangan ekspor pada komoditi atau jenis produk yang di­sepakati secara nasional. Rencana induk pe­ngembangan ekspor produk fashion bagi produk ekspor dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat yang terdiri dari segmenting (segmen pasar yang dipilih), targetting (pasar sasaran untuk setiap produk), dan positioning (memposisikan produk apakah sebagai market leader atau market follower), dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif yang dimiliki dan keuntungan kompetitif yang akan diperoleh.
  • 58. 50  Memfasilitasi program kerjasama pe­ngem­bangan antarlembaga pemerintah atau non-pemerintah melalui pembentukan asosiasi Fasilitas tersebut terutama di bidang pengembangan produk, perbaikan mutu produk, pengusahaan banding hak paten sesuai dengan tuntutan konsumen, pemasaran, perijinan, dan lain-lain dimana asosiasi diharapkan dapat menjadi media untuk mempertemukan seluruh stakeholder untuk bersinergi.  Menciptakan atau merevitalisasi berbagai macam regulasi pemerintah yang mendukung ekspor Di antaranya adalah kebijakan yang terkait dengan bidang pemasaran antara lain tata cara atau prosedur perizinan ekspor/impor, kebijakan fiskal, pajak dan pungutan serta kebijakan pendukung pemasaran lainnya.  Pengumpulan informasi dan perkiraan (forecasting) tren Pemerintah akan mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai tren lokal dan tren internasional. Pemerintah akan mendapatkan informasi tentang tren internasional ini dari agensi tren luar negeri. Perkawinan antara tren lokal dan tren internasional ini akan melahirkan produk lokal yang memiliki jiwa modern. Bila hal ini dilakukan secara berkelanjutan, antisipasi tren setiap musim akan dapat dilakukan. Dengan demikian hal ini akan melahirkan statement of trend. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 59. 51 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009  Interpretasi tren Tren internasional ini akan memerlukan interpretasi, interpretasi tren ini akan dilakukan oleh beberapa ahli tren yang memiliki kemampuan untuk me­nerjemahkan tren. Dalam interpretasi tren, tren internasional akan dipadukan dengan tren lokal. Kemudian interpretasi tren tersebut akan dituangkan dalam sebuah buku. Buku tersebut akan dijadikan pedoman/acuan dalam setiap pelatihan di daerah-daerah basis potensi industri fashion.  Pelatihan pengembangan SDM kreatif Pelatihan pengembangan SDM kreatif dapat dilakukan melalui pusat maupun daerah dengan berbagai metode diantaranya in house training, setelah diadakan perpaduan antara tren produk lokal dan tren modern, pemerintah berkewajiban untuk menyebarluaskan informasi tren tersebut ke daerah-daerah. Pelatihan tren ini dibuat berdasarkan tren yang berubah setiap musim.  Peragaan busana (Fashion show) Setelah diadakan pelatihan ke daerah-daerah, pemerintah mengadakan pameran/peragaan busana agar hasil/produk fashion dapat di expose diketahui oleh khalayak luas. Hal ini akan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan tren internasional yang menandakan adanya kemajuan di bidang industri fashion.
  • 60. B. Kebijakan 52 Dalam kebijakan pengembangan industri fashion mengacu kepada kebijakan industri nasional yang berinduk kepada arahan pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan industri fashion diarahkan agar mampu tumbuh secara efisien, produktif, berdaya saing kuat, mandiri dan modern untuk mengantisipasi peluang dan tantangan di masa depan. Sehubungan hal tersebut diatas, pengembangan industri fashion ditujukan untuk: 1) Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis kepada potensi sumber daya nasional, bertumpu kepada mekanisme pasar yang berkeadilan dan persaingan yang sehat. 2) Meningkatkan kontribusi industri fashion pada sektor industri dan ekonomi nasional, memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih merata. 3) Mewujudkan struktur industri fashion yang kuat dan tangguh dengan persebaran yang lebih merata. 4) Meningkatkan ragam, volume, dan nilai ekspor produk-produk industri fashion sehingga kontribusi­nya terhadap nilai ekspor nasional makin besar. 5) Mewujudkan struktur ekonomi nasional yang lebih merata, meningkatkan kontribusi, dan peran industri fashion dalam sektor Industri dan ekonomi nasional serta dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional. 6) Mewujudkan pelestarian dan pengembangan produk-produk seni budaya yang berbasis kekhasan budaya etnik lokal dan nasional. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 61. Rencana aksi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran jangka menengah di atas adalah sebagai berikut:  Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam pe­nyampaian  Membantu pendaftaran dan perlindungan HKI  Pemberian insentif bagi penyelenggara event-event  Mengadakan survey kualitas bahan baku dan kualitas 53 PROGRAM / RENCANA AKSI informasi material,desain dan tren LAMPIRAN BAB IV PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 produk  Mendorong pemilihan produk desain dan perusahaan desain terbaik  Memfasilitasi lomba-lomba/ kompetisi secara periodik untuk memilih produk terbaik  Melanjutkan informasi tentang trend global.  Mengumpulkan desainer untuk interpretasi trend global dengan desain etnik.  Mengadakan pelatihan/training tentang trend.  Mensosialisasikan cara dan peraturan pemasaran internasional produk busana fashion.  Trend dan Teknis Produksi Fashion  Mendorong industry dan desainer untuk turut dalam pameran-pameran produk fashion domestic dan internasional  Mengiklankan iklan layanan masyarakat “cintailah produk fashion dalam negeri”
  • 62. 54 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 Lamp ran Peraturan Menter Per ndustr an RI Nomor : /M-IND/PER/ 0/ 00 Tabel 1. Program Dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Fashion 7 No. Program Rencana Aksi Pusat Daerah Tahun Pemangku Kepentingan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Mengumpulkan informasi trend (reguler) 1 Mencari informasi trend fashion internasional dan trend fenomena lokal √ Depperin, Depdag, KUKM 2 Memadukan trend internasional dengan inspirasi etnik lokal √ √ Depperin, Depdag, KUKM, Asosiasi Desainer, Perguruan Tinggi 3 Membuat trend statement dalam bentuk buku. √ Depperin, Depdag, KUKM 2 Meningkatkan Awarness produk fashion berbasis Brand (reguler) 1 Meningkatkan produk fashion yang menerapkan logo dan merek (branding) √ √ Depperin, Depdag,Dinas, Balai, HKI,Depbudpar 2 Membuka jaringan informasi pasar produk fashion √ √ Depperin, Depdag (BPEN), Dinas, Depbudpar 3 Menciptakan iklim usaha yang kondusif (reguler) 1 Bantuan konsultasi dan kemudahan proses utk memperoleh HKI. √ √ Depperin, Perguruan Tinggi,HKI 4 Pengembangan / development (reguler) 1 Pelatihan/ Pembinaan sumber daya manusia UKM - Produsen, Pelatihan/Pembinaan keterampilan teknis produksi, Pelatihan/Pembinaan manajemen usaha dan produksi. √ √ Depperin, Perguruan Tinggi, Balai 2 Meningkatkan peran desainer dalam mengembangkan produk fashion yang memiliki kekuatan padu inspirasi lokal , berdasarkan trend international √ √ Depperin, Perguruan Tinggi, Balai, Kelompok Desainer 3 Pelatihan / kemampuan dasar Pemasaran. √ √ Depperin, Perguruan Tinggi, Balai 5 Pengembangan teknologi proses, bahan baku (reguler) 1 Pengembahan bahan baku dasar / material √ √ Depperin, Perguruan Tinggi, Asosiasi Desainer, Balai, MenRistek 2 Pemanfaatan material baru dan material alternatif √ √ Depperin, Perguruan Tinggi, Asosiasi Desainer, Balai, MenRistek
  • 63. MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu; 5 NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PERATURAN TENTANG MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
  • 64. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 56 b. Bahwa industri kerajinan dan barang seni merupakan bagian dari kelompok industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri kerajinan dan barang seni; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni; tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 65. Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 57 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
  • 66. 58 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber­satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ P Tahun 2007; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Orga­nisasi dan Tugas Eselon I Ke­menteri­an Negara Republik Indonesia sebagai­mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga­nisasi dan Tata Kerja Departemen Per­industrian; PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 67. Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri kerajinan dan barang seni untuk periode 5 (lima) tahun. 2. Industri Kerajinan dan Barang Seni adalah industri yang terdiri dari : a. Industri Bordir / Sulaman (KBLI 59 PERATURAN MEMUTUSKAN: Pasal 1 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 17293); b. Industri Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu (KBLI 20291); c. Industri Anyam-anyaman dari Tanaman selain Rotan dan Bambu (KBLI 20292); d. Industri Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu kecuali Mebeller (KBLI 20293).
  • 68. 60 3. Pemangku Kepentingan adalah Pe­me­rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang melaksana­kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian. Pasal 2 (1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan: a. Pedoman operasional Aparatur Pe­merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan pro­gram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Kerajinan dan Barang Seni ataupun sektor lain yang terkait; c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 69. d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri. (1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan. (1) Kementerian Negara/Lembaga mem­buat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/ rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). (2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat- 61 PERATURAN Pasal 3 Pasal 4 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
  • 70. Kepala Biro Hukum dan Organisasi SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI; 2. Wakil Presiden RI; 3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian. 62 lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya. Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian PRAYONO PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 71. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI MENTERI PERINDUSTRIAN RI 63 NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI FAHMI IDRIS LAMPIRAN PETA PANDUAN BAB I PENDAHULUAN BAB II SASARAN BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI ttd PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi PRAYONO
  • 72. 64 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 73. A. Ruang Lingkup Industri Kerajinan dan Barang Seni Berdasarkan nomor HS, ruang lingkup industri kerajinan dan barang seni mencakup Nomor HS 44, 46, 58, 65, 67, 71 dan 95. Berdasarkan kriteria nilainya, industri ini dapat di­kelompokkan Adalah industri yang berbahan baku serat-serat, baik serat alam maupun serat buatan untuk menjadi produk anyaman. Berdasarkan jenis bahan bakunya maka industri anyaman ada anyaman rotan, anyaman bambu (KBLI 20291), anyaman mendong, anyaman pandan, anyaman purun, anyaman ketak, anyaman jangan, anyaman lidi, anyaman lontar, anyaman agel dan anyaman eceng gondok serta anyaman keladi air dan anyaman plastik/nilon (KBLI 20292). Adalah industri yang berbahan baku benang dan kain/tekstil dengan proses produksi menjadi bordir dan sulaman. Berdasarkan jenis kegunaannya maka industri bordir/sulaman ada bordir busana/ gaun/asesorisnya serta bordir untuk perlengkapan rumah tangga : sprei, sarung bantal, taplak meja, tutup televisi/dispenser/audivisual (KBLI 17293). 65 LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN menjadi 5 kelompok, yaitu: 1) Industri Kerajinan Anyaman 2) Industri Kerajinan Bordir dan Sulaman PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
  • 74. B. Pengelompokan Industri Kerajinan dan Barang 6 3) Industri Kerajinan Kayu Adalah industri yang berbahan baku kayu dengan proses produksinya menjadi kerajinan kayu. Berdasarkan jenis kegunaannya maka industri kerajinan kayu ada, pigura, ukiran kayu, kerajinan kayu, sarung golok (KBLI 2093), talenan kayu, perabot dari kayu (KBLI 2094). 4) Industri Kerajinan Mainan Anak-anak Adalah industri yang berbahan baku kayu/kain dengan proses produksi menjadi mainan anak-anak. Berdasarkan jenis bahan baku dan kegunaannya ada produk boneka, mainan anak dan education toys (KBLI 36943). 5) Industri Kerajinan Alat Musik Adalah industri yang berbahan baku kayu/kulit dengan proses produksi menjadi alat-alat musik. Berdasarkan jenis bahan baku dan kegunaannya ada produk gitar, gamelan, sasando, angklung, seruling dan sebagainya (KBLI 36942). Seni Pengelompokkan industri kerajinan dan barang seni seperti industri kerajinan anyaman, kerajinan kayu, kerajinan mainan anak-anak dan kerajinan alat-alat musik ke dalam kelompok industri hulu, industri antara dan industri hilir tidak dapat dilakukan karena memang pohon industri (proses produksinya) pendek. Sedangkan untuk industri bordir/sulaman dapat dikelompokkan atau dikategorikan dalam kelompok indusri tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan rincian sebagai berikut: PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 75. 67 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 a. Kelompok Industri Hulu Termasuk dalam Industri Hulu adalah industri serat dan benang di dalamnya adalah: • Industri Serat Alam yang memproduksi serat alam seperti kapas, sutera, rami, wol dan lain sebagainya. • Industri Serat Buatan Staple yang mengolah PX, PTA, MED dan Pulp kayu menjadi serat pendek seperti polyester, nylon, rayon dan lain sebagainya. • Industri Benang Filamen yang mengolah PX, PTA, MEG dan pulp kayu menjadi benang filament seperti polyester, nylon, rayon dan lain sebagainya. • Industri Pemintalan yang memproduksi benang dari bahan baku berupa serat buatan maupun serat alam atau campuran keduanya. • Industri Pencelupan Benang untuk memberikan efek warna pada benang. b. Kelompok Industri Antara • Industri Pertenunan (Weaving) yang mengolah benang menjadi kain tenun mentah (grey fabric). • Industri Perajutan (Knitting) yang mengolah benang menjadi kain rajut mentah (grey fabric). • Industri Pencelupan (Dyeing) yang mengolah kain mentah menjadi kain setengah jadi dengan memberikan efek warna pada kain. • Industri Pencapan (Printing) yang mengolah kain mentah menjadi kain setengah jadi dengan memberikan efek motif warna pada kain.
  • 76. 68 • Industri Penyempurnaan (Finishing) yang mengolah kain setengah jadi menjadi kain jadi (finish fabric). • Industri Non Woven yang mengolah serat atau benang menjadi kain selain melalui proses tenun atau rajut. c. Kelompok Industri Hilir Termasuk dalam Industri Hilir adalah industri yang memproduksi barang-barang jadi tekstil konsumsi masyarakat, diantaranya adalah: • Industri Pakaian Jadi (Garmen) yang mengolah kain jadi menjadi pakaian jadi baik kain rajut maupun kain tenun. • Industri Embroideri yang memberikan efek motif atau corak pada kain jadi ataupun barang jadi tekstil. • Industri Produk Tekstil lainnya yang mengolah kain jadi menjadi produk tekstil lainnya selain pakaian jadi. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 77. - Terwujudnya sistem pembinaan dan pengembangan industri kerajinan dan barang seni melalui pendekatan klaster IKM yang lebih bersinergi kepada setiap pemangku kepentingan, dan pendekatan OVOP (One Village One Product) yang berbasis kompetensi inti industri daerah Kabupaten/Kota. - Terciptanya iklim usaha yang kondusif melalui sitem perpajakan dan pelarangan ekspor bahan mentah non-olahan guna melindungi kebutuhan bahan baku industri kerajinan dan barang seni. - Terbentuknya basis usaha industri kerajinan dan barang seni yang tangguh didukung SDA yang baik dan SDM kreatif, terampil yang mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi. - Peningkatan produktivitas, effisiensi, mutu dan desain yang inovatif dengan kreasi menarik bagi produk industri kerajinan dan barang seni pada sentra-sentra potensial. - Terwujudnya industri kerajinan dan barang seni nasional yang mampu bersaing dipasar dalam dan luar negeri. 69 LAMPIRAN BAB II SASARAN A. Jangka Menengah (2010 - 2014) PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
  • 78. B. Jangka Panjang (2010 – 2025) 70 Tolok ukur sasaran pengembangan: Tolok Ukur 2009 2014 Unit Usaha 815.705 Unit 1.108.543 Unit Tenaga Kerja 1.901.705 Orang 2.671.195 Orang Nilai Produksi (Rp.) 13.200.835 Juta 18.542.310 Juta Nilai Ekspor (US$) 134.088.300 172.236.427 - Berkembangnya jumlah unit usaha industri kerajinan dan barang seni mencapai sebesar 7,18% rata-rata per tahun, tenaga kerja 8,10% per tahun. - Peningkatan ekspor produk kerajinan dan barang seni rata-rata per tahun 5,69% atau senilai US$ 17.629.624 dengan mutu produk diakui dalam pasar internasional. - Terbentuknya basis kompetensi inti industri ke­rajin­an dan barang seni dalam rangka pengembangan OVOP dan terciptanya produk-produk unggulan daerah yang dan bermutu dan berdesain menarik didukung sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, terampil dan ahli dibidang desain produk. - Terwujudnya pembinaan yang terintegrasi dan bersinergi pada instansi/lembaga yang terkait dalam rangka pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni dan meningkatnya rantai nilai kerajinan dan barang seni. - Terjadinya jejaring pemasaran yang lebih luas atas kinerja pembinaan yang dilakukan dan kinerja champion dari klaster industri kerajinan dan barang PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 79. seni secara profesional dalam aspek-aspek sebagai berikut:  Pemasaran • Memperkuat peran pasar spesifik produk industri kerajinan dan barang seni di dalam negeri. • Pemantapkan kemampuan market intelegen dalan perannya dalam penetrasi pasar lokal dan global. • Memperbanyak jumlah showroom/counter/ outlet produk industri kerajinan dan barang seni di pasar modern dan pariwisata di dalam negeri diberbagai corner store/ mini-market di stasiun KA, Bandara, POM Bensin, serta ruang pamer di Kedubes RI di berbagai negara. • Peningkatan pemanfaatan website portal 71 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 IKM di internet.  Teknologi proses dan standardisasi; • Pengembangan peran mesin dan peralatan untuk peningkatan mutu dan desain produk kerajinan dan barang seni. • Peningkatan upaya mendorong dan fasilitasi HaKI, Standardisasi mutu dan sertifikasi CE-Mark bagi produk-produk kerajinan dan barang seni. • Optimalisasi peranan teknologi proses dan pewarnaan produk kerajinan dan barang seni.  Pengembangan desain dan kreasi inovasi produk sistim komputerisasi;
  • 80. 72 • Sentra Produksi; melakukan optimalisasi sistim jejaring bisnis dan pemasaran (Network Technology System) bagi industri kerajinan dan barang seni. • Stakeholder; pemantapan perluasan jaringan kerjasama (networking) industri kerajinan dan barang seni pada lembaga perguruan tinggi, lembaga NGO lokal dan asing. Lembaga perdagangan serta lembaga-lembaga penelitian untuk peningkatan mutu dan desain produk. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 81. Visi pengembangan industri kerajinan dan barang seni adalah “Menjadikan produk kerajinan dan barang seni sebagai basis produk kerajinan dunia”. Untuk mencapai visi tersebut, maka kebijakan pengembangan industri kerajinan dan barang seni diarahkan untuk menjawab tantangan era globalisasi perdagangan, mampu meng­antisipasi perkembangan perubahan selera pasar dan pesan yang cepat. Persaingan internasional merupakan perspektif baru semua negara, maka strategi pengem­bangan IKM ke depan harus mengembangkan ke­mampuan daya saing produk kerajinan dan barang seni yang tangguh di pasar internasional. Dengan memperhatikan rencana dan arah Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dibidang industri, maka pengembangan industri kerajinan dan barang seni harus ada dukungan dari sektor-sektor terkait, secara garis besar meliputi kebijakan; a) Pengembangan inovasi dan kreasi desain produk kerajinan dan barang seni berbasis budaya daerah. b) Memperkuat keterkaitan pada semua tingkat dan 73 STRATEGI DAN KEBIJAKAN LAMPIRAN BAB III A. Visi dan Arah Pengembangan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 rantai nilai dalam klaster. c) Peningkatan kemampuan SDM, pengembangan kompetensi inti industri unggulan daerah, OVOP dan klaster industri.
  • 82. B. Strategi 74 d) Penetapan prioritas persebaran industri kerajinan dan barang seni mengacu pada kompetensi inti dan unggulan daerah. e) Peningkatan mutu, kreasi dan inovasi desain kerajinan dan barang seni. f) Penerapan HaKI, standardisasi kerajinan dan barang seni. g) Memperkuat jejaring pemasaran kerajinan dan barang seni. Kebijakan yang sifatnya fasilitasi dan mengatasi masalah aktual akan diprioritaskan untuk dilakukan bersama pemerintah daerah, dan dunia usaha serta dikembangkan pada pihak-pihak yang terkait, atau melalui keterkaitan dengan usaha besar dalam pengambangan industri kerajinan dan barang seni.  Strategi Pokok a. Pengembangan klaster kerajinan dan barang seni; melalui pengembangan beberapa tahapan, yaitu; (1) diagnosis; (2) sosialisasi dan mobilisasi; (3) kolaborasi; (4) implementasi, (5) monitoring dan evaluasi. Pada tahapan kolaborasi klaster industri kerajinan dan barang seni ditetapkan Champion, pemasok dan pembinaan dengan melibatkan seluruh stakeholder sesuai fungsi dan peran masing-masing secara bersinerji. b. Pengembangan sentra dan revitalisasi UPT IKM kerajinan dan barang seni; pada sentra/ UPT dapat difungsikan dan dilakukan kegiatan pelayanan penyediaan bahan baku, pelayanan teknologi proses/produksi dan desain, dukungan PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 83. sarana produksi dan penguasaan teknologi proses, serta peningkatan keterampilan SDM industri kerajinan dan barang seni. c. Pengembangan industri kerajinan dan barang seni melalui OVOP; pengembangkan kompetensi inti yang berbasiskan unggulan daerah apada sentra-sentra potensial dan dukungan ketersediaan bahan baku, teknologi dan keterampilan perajin, serta nilai seni budaya, etnis dan nialai tradisional setempat. d. Prioritas pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUB); dilakukan untuk mempermudah pembinaan dan pengembangan industri kerajinan barang seni agar selalu berusaha secara effisien dan profesional. e. Kerjasama antar stakeholder dan dunia usaha; dilakukan untuk menciptakan kerjasama sinerji dan keterpaduan program pembinaan dan pengembangan. f. Mendorong tumbuhnya iklim usaha yang lebih kondusif untuk mendorong meningkatkan gairah usaha industri kerajinan dan barang seni dengan program yang sesuai arah kebijakan pengembangan IKM kerajinan. 75 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009  Strategi Operasional: a. Peningkatan Kapabilitas SDM; Pengetahuan keterampilan teknis desain, manajemen produksi, terutama kemampuan menghasilkan produk berkualitas dan desain yang menarik melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis produksi dan desain melalui kegiatan pelatihan-pelatihan.
  • 84. C. Indikator Pencapaian 76 b. Modernisasi Mesin dan Peralatan; Sebagian besar perajin industri kerajinan barang seni masih menggunakan peralatan yang sederhana. Demikian pula UPT secara operasional menjadi ujung tombak pengem­bangan teknologi perlu direvitalisasi dan sehingga perlu dilakukan revitalisasi lebih lanjut melalui bantuan mesin/peralatan lebih modern untuk modernisasi/ revitalisasi UPT serta fungsionalisasi peran KUB. c. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan; Perajin industri kerajinan dan barang seni umumnya mempunyai posisi tawar yang rendah pada berbagai pihak. Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan KUB, Assosiasi atau bentuk lain yang dapat memperkuat akses permodalan dan pemasaran produk industri kerajinan dan barang seni. d. Pengembangan dan Perluasan Jejaring Pemasaran; Kerjasama antar pemangku kepentingan melalui pembentukan sistim yang sinkron dan harmonis pada kebijakan dan program lintas sektoral pendukung industri kerajinan dan barang seni yang akan menghasilkan kinerja dengan sinerji yang kuat. Indikator pencapaian visi yang telah ditetapkan dapat diketahui dari pencapaian sasaran/target ekspor yang telah ditetapkan yaitu meningkat setiap tahunnya sebesar 5,69%. Disamping itu semakin meluasnya negara tujuan ekspor dapat dipakai sebagai indikator capaian. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 85. Berdasarkan arah dan rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dibidang industri maka arah dan rencana pengembangan industri kerajinan dan barang seni yang perlu dilakukan atas dukungan sektor-sektor terkait, rencana aksi pengembangan yang akan dilaksanakan untuk jangka pendek dan jangka menengah, sebagai berikut : Tahap pengembangan dalam jangka menengah yang akan dilakukan dengan kegiatan program, sebagai berikut: 1) Menciptakan iklim usaha yang konsusif. 2) Mengoptimalkan kegiatan promosi dan pemasaran 7 PROGRAM / RENCANA AKSI LAMPIRAN BAB IV A. Jangka Menengah (2010 - 2014): PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 dalam dan luar negeri. 3) Meningkatkan teknologi dan standardisasi. 4) Memperkuat struktur usaha. 5) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. 6) Memfasilitasi pengembangan sarana dan prasarana. B. Jangka Panjang (2015 – 2025): Tahap pengembangan dalam jangka panjang yang akan dilakukan dengan kegiatan program, sebagai berikut: 1) Perkuatan iklim usaha yang kondusif 2) Perkuatan program promosi dan pemasaran melalui berbagai metode, media dan sasaran yang lebih
  • 86. Program pengembangan dengan pendekatan klaster menjadi sasaran dan rencana aksi dalam pengembangan industri kerajinan dan barang seni untuk memantapkan kebijakan pembangunan jangka panjang (RPJP) yang secara terus menerus dikembangkan pada tiga pola program kerjasama, yaitu : 1) Kerjasama antara perusahaan; 2) Kerjasama antara perusahaan dengan lembaga pendukung; 3) Kerjasama antara perusahaan dan pemerintah. Wilayah pengembangan klaster kerajinan dan barang seni, diarahkan pada wilayah dan sentra potensial dengan ketersediaan bahan baku secara baik, dan perusahaan inti selaku produsen, dan adanya eksportir yang berorientasi di wilayah tersebut. Wilayah yang menjadi lokus dan fokus pengembangan klaster dilakukan adalah : di daerah kabupaten/kota yang potensial, lintas kabupaten/kota dalam provinsi, dan tidak menutup 78 terarah kepada segmen pasar potensial, baik pasar dalam maupun luar negeri. 3). Pengembangan teknologi proses, mutu dan desain produk serta penerapan standardisasi. 4). Peningkatan kemampuan SDM perajin di bidang pengetahuan membaca gambar desain dan mendesain produk melalui sistem komputerisasi atau desain grafis bagi para pelaku usaha kerajinan dan barang seni di sentra-sentra produksi yang berorientasi ekspor. 5). Penggalakkan penerapan sistem standar ISO 9001, ISO 14000 dan yang sangat urgen standardisasi CE-Mark berupa tanda CE yang akan diberlakukan secara penuh oleh Uni Eropa pada tahun 2012. PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014
  • 87. kemungkinan lintas kabupaten/kota dan lintas provinsi. Sedang pemangku kepentingan pada industri kerajinan dan barang seni, terdiri dari : Pelaku inti, meliputi perajin kerajinan dan barang seni. Pelaku pendukung, merupakan anggota klaster lainnya yang bersifat mendukung kegiatan inti, seperti : a) Industri mesin dan peralatan; b) Industri penghasil bahan pewarnaan; c) Pusat pelatihan desain dan pewarnaan; d) Sentra/UPT kerajinan dan barang seni; e) Balai Besar kerajinan dan Batik Yogyakarta; f) Lembaga/ perusahaan yang mempunyai kompetensi dalam melakukan standardisasi dan sertifikasi produk, serta intansi terkait lainnya di tingkat Pusat dan Kabupaten/Kota/Pemerintah Daerah, bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank, serta Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. 79 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009
  • 88. Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 132/M-IND/PER/10/2009 Tabel 1. Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri No Program Rencana Aksi Pusat 80 Kerajinan & Barang Seni Daerah Tahun Pemangku Kepentingan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan INDUSTRI KREATIF TERTENTU Tahun 2010 - 2014 13 Tabel 1 Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kerajinan & Barang Seni 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pengembangan Iklim Usaha Yang Kondusif 1 Memberikan bimbingan dan kemudahan Depperin, Pemda Prov, dalam pengurusan perijinan usaha dan Pemda Kab/Kota kepastian tempat usaha bagi industri kreatif. 2 Memberikan dukungan insentif fiskal bagi Depperin, Dep. Keu industri kreatif. 3 Memberikan bimbingan dan kemudahan Depperin, Depkumham untuk pengurusan HaKI. 4 Memberikan keberpihakan akses Depperin, BAPPENAS, pemasaran dalam negeri khususnya untuk Meneg BUMN, Dep. pembelian pemerintah dan pengamanan Perdagangan, Meneg Kop pasar dalam negeri bagi industri kreatif. & UKM 5 Memberikan keberpihakan dalam Depperin, BAPPENAS, penyediaan scheme kredit pembiayaan Meneg BUMN, Dep.Keu, yang mudah dan murah bagi industri Meneg Kop & UKM, BI, kreatif. Perbankan/Non Bank 6 Memberikan keberpihakan penyediaan Depperin, Dep. bahan baku dalam negeri bagi industri Perdagangan, Dep. ESDM, kreatif. Dep. Hut, DKP 7 Memberikan keberpihakan dukungan Depperin, Depnaker, pengembangan institusi/lembaga Depdiknas, Meneg BUMN, pendukung untuk peningkatan kompetensi Pemda Prov, Pemda SDM bagi industri kreatif. Kab/Kota 8 Memberikan keberpihakan dukungan Depperin, Meneg Ristek, research & development dibidang BPPT, LIPI, Depdiknas, pengembangan bahan baku/penolong, Dunia Pendidikan teknologi, pasar dan desain bagi industri kreatif. 2 Pengembangan Promosi dan Pemasaran 1 Memfasilitasi penyelenggaraan dan atau Depperin, Dep. partisipasi pameran murni (exhibition) atau √ √ Perdagangan, Meneg pameran dagang (trade fair) tingkat BUMN, Pemda Prov, internasional di dalam dan di luar negeri. Pemda Kab/Kota 2 Memfasilitasi positioning dan branding √ Depperin, Depdag, Dunia produk industri kreatif. Pendidikan, Dunia Usaha 3 Memfasilitasi temu usaha (business Depperin, Dunia Usaha, matching) dan atau kemitraan dengan Pemda Prov, Pemda √ √ prospectif buyer di dalam maupun di luar Kab/Kota, Lembaga negeri. Terkait 4 Memfasilitasi perluasan pasar melalui Depperin, Depdag kerjasama bilateral, regional dan √ multilateral dengan negara yang menjadi target strategis ekspor bagi industri kreatif. 5 Memfasilitasi promosi yang intensif untuk Depperin, Depdag, Meneg produk industri kreatif melalui media √ √ BUMN, Pemda Prov, elektronik, CD, katalog dan brosur. Pemda Kab/Kota